Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN DASAR

KONSEP KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Dosen Pengampu: Ns. Ayu Dewi Nastiti, S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh:

Sholikhatul Mufidah

NIM 222303102091

PRODI D3 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

KAMPUS KOTA PASURUAN

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya penyusunan makalah “Konsep Kebutuhan Cairan dan
Elektrolit” ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan yang


mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun oleh pembaca untuk kesempurnaan makalah ini
kedepannya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
khalayak semua.

Pasuruan, 10 April 2023

Sholikhatul Mufidah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................... 1-2
C. Tujuan ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Cairan dan Elektrolit .................................................... 3


B. Sistem Pergerakan Cairan Elektrolit dalam Tubuh .................... 3-4
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ........................................... 5-6
D. Gangguan Keseimbangan Cairan Elektrolit ............................... 6-8
E. Konsep Asuhan Keperawatan .................................................... 8-14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 15
B. Saran ........................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan
luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang
berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah,
meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam
cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel
untuk hidup, berkembang, dan menjalankan fungsinya. Untuk dapat
menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar.
Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan
normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan
tubuh mempertahankan keseimbangan antara substansi-substansi yang ada
di milieu interior. Cairan dan elektrolit merupakan kebutuhan dasar yang
penting dalam kehidupan manusia. Cairan dan elektrolit merupakan
komponen tubuh yang berperan dalam memelihara tubuh dan proses
homeostatis (Tarwoto & Wartonah, 2019). Dalam kebutuhan cairan dan
elektrolit memerlukan air. Tubuh kita terdiri atas sekitar 60% air yang
terbesar didalam sel maupun diluar sel air memiliki presentase yang besar
dari berat badan manusia (Asmadi, 2018).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dan konsep dasar cairan dan elektrolit?
2. Apa saja faktor penyebab dan tanda gejala seseorang kekurangan cairan
dan elektrolit?
3. Bagaimana nalis pergerakan cairan elektrolit dalam tubuh?
4. Apa mekanisme haus dalam tubuh?
5. Apa saja gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit?
6. Tindakan apa yang dapat dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan cairan
dan elektrolit?

1
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan kebutuhan cairan dan elektrolit?

C. Tujuan
1. Mampu mengetahui definisi serta konsep dasar cairan dan elektrolit
2. Mampu mengetahui tanda dan gejala kebutuhan cairan dan elektrolit
3. Mampu mengetahui faktor-faktor penyebab kebutuhan cairan dan
elektrolit
4. Untuk mengetahui mekanisme haus di dalam tubuh
5. Mampu mengetahui nalis pergerakan cairan elektrolit di dalam tubuh
6. Mampu mengetahui tindakan yang dapat dilakukan dalam upaya
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
7. Mampu mengetahui konsep asuhan keperawatan kebutuhan cairan dan
elektrolit

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Cairan dan Elektrolit
Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut,
sedangkan elektrolit merupakan zat kimia penghasil partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion. Cairan dan elektrolit sangat
diperlukan untuk menjaga kondisi tubuh supaya tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah
satu bagian dari fisiologi homeostatis. Elektrolit dalam tubuh terdiri
dari natrium, kalium, kalsium, magnesium, klorida, bikarbonat, fosfat,
dan sulfat.
Menurut anatomi dan fisiologisnya cairan tubuh dibagi menjadi
dua, yaitu cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Sebanyak dua
pertiga bagian merupakan cairan intraseluler, yakni cairan yang berada
di dalam sel, sedangkan sepertiganya merupakan cairan ekstraseluler,
yakni cairan yang berada di luar sel. Cairan ekstraseluler terdiri dari
tiga kelompok yaitu: intravaskuler (plasma), interstitial, dan
transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam
ananalis vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara
sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti
cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Kebutuhan cairan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
yang harus dipenuhi karena untuk mengangkut zat makanan ke dalam
sel, zat pelarut elektrolit, memelihara suhu tubuh, mempermudah
eliminasi, dan membantu pencernaan.

B. Sistem Pergerakan Cairan Elektrolit dalam Tubuh


Sirkulasi cairan dan elektolit terjadi dalam tiga tahap, diantaranya:
1. Plasma darah begerak di seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi
2. Cairan interstisial dan komponennya bergerak di antara kapiler
darah dan sel
3. Cairan dan substansi bergerak dari cairan interstisial ke dalam sel

3
Sedangkan mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam
tiga proses, yaitu:
a. Difusi
Perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah melintasi membran semipermiabel yang
memisahkan dua kompartemen sehingga konsentrasi di kedua
kompartemen itu seimbang. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh
ukuran molekul, konsentrasi larutan, dan temperatur larutan.
b. Osmosis
Perpindahan cairan yang melintasi membran semipermiabel
dari area berkonsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi untuk
mengencerkan kedua sisi membran. Osmotik dipengaruhi oleh
distribusi protein yang tidak merata karena ukuran molekul yang
besar. Ketidakseimbangan tekanan ananalisa koloid (tekanan
onkotik) menyebabkan cairan tertarik ke dalam ruang
intravaskular.
c. Transport aktif
Proses pengangkutan oleh molekul untuk berpindah melintasi
membran sel melawan gradien konsentrasinya atau gerakan
partikel dari konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya. Pada
proses ini energy dalam bentuk adenosine trifosfat (ATP) sangat
dibutuhkan untuk mempertahankan konsentrasi ion natrium dan
kalium dalam ruang ekstrasel dan intrasel.

Pengaturan keseimbangan cairan terjadi melalui beberapa


mekanisme, diantaranya:
1. Rasa Haus
Kesadaran akan keinginan tehadap kebutuhan cairan. Rasa haus
biasanya muncul apabila osmolalitas plasma mencapai 295
mOsm/kg.

4
2. Hormon ADH
Dibentuk di hipotalamus dan di simpan dalam neurohipofisis.
Peningkatan osmolalitas dan penurunan cairan ekstrasel merupakan
stimuli utama untuk sekresi ADH.
3. Hormon Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal dan bekerja pada tubulus
ginjal dalam meningkatkan absorpsi natrium.
4. Prostaglandin
Asam lemak alami yang berperan dalam respons radang,
pengontrolan tekanan darah, kontraksi uterus, dan motilitas
gastrointestinal.
5. Atrial Natriuretic Peptide (ANP)
Berperan penting dalam keseimbangan cairan, elektrolit,
mempertahankan tonus vascular, dan sebagai diuresis yang
menyebabkan kehilangan natrium serta menghambat mekanisme
haus.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keseimbangan cairan
dan elektrolit diantaranya:
1. Usia
Asupan cairan setiap individu berbeda berdasarkan usia. Bayi dan
anak yang sedang tumbuh memiliki proporsi cairan tubuh yang
jauh lebih besar dibandingkan orang dewasa. Pada bayi,
peningkatkan pengeluaran cairan lebih tinggi karena ginjal mereka
yang belum matur dan kurang mampu menahan air seperti ginjal
orang dewasa.
2. Iklim/Temperatur Lingkungan
Lingkungan panas dapat menstimulus ananalis saraf simpatis dan
menyebabkan seseorang berkeringat. Umumnya seseorang akan
kehilangan 700-2000 ml air/jam dan 15-30 g garam/hari jika berada
di tempat yang panas.

5
3. Stress
Kondisi stress mempengaruhi nalisa a sel, konsentrasi glukosa
darah, dan glikolisis otot. Kondisi stress dapat memicu pelepasan
hormon anti-diuretik sehingga produksi urin menurun.
4. Aktivitas
Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam
tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan produksi keringat
sehingga jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat.
5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, seperti trauma luka bakar,
gagal ginjal, dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi
6. Diet
Diet juga berpengaruh terhadap asupan cairan dan elektrolit, karena
jika asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memecah
simpanan protein seperti simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini
menyebabkan penurunan kadar albumin.

D. Gangguan Keseimbangan Cairan Elektrolit


1. Ketidakseimbangan Cairan
a. Defisit volume cairan (fluid volume defisit).
Kondisi ketidakseimbangan karena adanya defisiensi cairan
dan elektrolit di ruang ekstrasel yang proporsi antara keduanya
(cairan dan elektrolit) mendekati normal. Kondisi ini dikenal
juga dengan istilah hipovelemia.
b. Volume cairan berlebih (fluid volume eccess).
Volume cairan berlebih (overhidrasi) merupakan kondisi
dimana retensi cairan dan natrium di ruang ekstrasel kelebihan
sehingga terjadi ketidakseimbangan. Kondisi ini dikenal juga
dengan istilah hipervolemia

6
c. Edema
Kelebihan cairan interstisial disebut edema. Biasanya tampak
jelas di area yang tekanan jaringannya rendah, seperti disekitar
mata, dan jaringan yang tergantung. Edema tekan adalah edema
yang meninggalkan cekungan atau lubang kecil setelah jari
menekan area yang membengkak.
d. Dehidrasi atau
Dikenal juga dengan ketidakseimbangan hyperosmolar.
Biasanya terjadi karena air yang hilang dari tubuh tidak disertai
dengan hilangnya elektrolit yang bermakna.
e. Overhidras
Dikenal juga dengan ketidakseimbangan hipoosmolar atau
intoksikasi air. Biasanya terjadi saat elektrolit memperoleh air
yang berlebih, menghasilkan osmolalitas serum dan kadar
natrium yang rendah. Air yang di nali ke dalam sel
menyebabkan sel membengkak.

2. Ketidakseimbangan elektrolit
a. Hiponatremia dan Hipernatremia.
Hiponatremia terjadi apabila cairan ekstrasel kekurangan kadar
natrium dan menyebabkan perubahan tekanan nalisa.
b. Hipokalsemia dan Hiperkalsemia
Hipokalsemia terjadi apabila cairan ekstrasel kekurangan kadar
kalsium. Bila berlangsung lama, kondisi ini dapat menyebabkan
osteomalasia karena tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan
kalsium dengan mengambilnya dari tulang.
c. Hipomagnesemia dan Hipermagnesemia
Hipomagnesemia terjadi apabila kadar magnesium serum
kurang dari 1,5 mEq/l. Umumnya, kondisi ini disebabkan karena
konsumsi alohol yang berlebih, malnutrisi, diabetes mellitus,
gagal hati, serta absorpsi usus yang buruk. Tanda dan gejalanya
meliputi tremor, refleks tendon profunda yang hiperaktif,

7
konfusi, disorientasi, halusinasi, kejang, takikardi, dan
hipertensi.
d. Hipokloremia dan Hiperkloremia
Hipokloremia merupakan penurunan kadar ion klorida dalam
serum. Kondisi ini disebabkan oleh hilangnya sekresi
gastrointestinal yang berlebihan, seperti muntah, diare, dieresis,
serta pengisapan nasogastritik
e. Hipofosfatemia dan Hiperfosfatemia
Hipofosfatemia merupakan penurunan kadar fosfat di dalam
serum tubuh. Kelebihan kandungan fosfat dalam tubuh bisa
menyebabkan beberapa komplikasi seperti sakit jantung, gatal
gatal di kulit, kekakuan pembuluh darah, kurangnya kalsium,
serta kematian mendadak.

E. Konsep Asuhan Keperawatan


Pengkajian pada pasien anak dengan Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
a. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien
Terdiri dari nama, umur (penyakit DHF umumnya sering
menyerang anak-anak usia < 15 tahun ), alamat, jenis kelamin,
pendidikan anak, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor
register, diagnosa. Selain itu perlu adanya identitas penanggung
jawab agar terhindar dari tindakan salah pasien.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasanya terjadi pada pasien Dengue
Hemorrhagic Fever adalah demam tinggi, tampak lemah, dan
terdapat tanda dehidrasi.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pengkajian riwayat penyakit sekarang pada pasien DHF
meliputi keluhan demam yang terjadi pada pasien, umumnya
ditemukan data demam mendadak disertai menggigil serta
demam yang turun antara hari ke 3 - 7 dan kondisi anak yang

8
lemah terkadang disertai dengan keluhan nyeri telan, mual,
muntah, nyeri otot dan persendian. Kemudian kaji apakah
terdapat manifestasi perdarahan pada kulit, gusi , melena dan
hematemesis. Selain itu kaji jumlah cairan yang bisa diukur
melalui oral, parental atau internal. Kemudian jumlah
pengeluaran cairan yang dapat diukur melalui jumlah produksi
urine, feses, muntah atau pengeluaran lainnya, status
kehilangan/kelebihan cairan dan perubahan berat badan yang
dapat menentukan tingkat dehidrasi pasien, tanyakan pada
pasien maupun keluarga kronologi dari awal mula pasien
mengalami keluhan hingga di bawa ke tempat pelayanan
kesehatan.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini yang perlu dikaji adalah penyakit apa saja
yang sebelumnya pernah diderita pasien. Pada anak biasanya
bisa mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang
lain.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apabila ada anggota keluarga yang sedang menderita penyakit
DHF, maka kemungkinan dapat menularkan pada anggota
keluarga yang lain.
6. Riwayat Imunisasi
Pada riwayat imunisasi yang perlu dikaji adalah jenis imunisasi
dan umur pemberiannya, apakah imunisasi lengkap, jika belum
apa alasannya.
7. Kondisi Lingkungan
Penyakit DHF sering terjadi pada lingkungan yang memiliki
kondisi lembab, daerah padat penduduk, dan kondisi lingkungan
yang kotor, banyak terdapat air menggenang dan baju
bergelantungan.

9
8. Pola Fungsional Gordon
a) Pola persepsi dan manajemen kesehatan menjelaskan
mengenai persepsi dan penanganan kesehatan untuk
mengetahui cara penanganan keluarga ketika terdapat
anggota keluarga nya yang sakit
b) Pola nutrisi dan metabolik untuk mengetahui bagaimana
status nutrisi dan keseimbangan cairan pada anak yang
menderita DHF. Pada pengkajian ini menunjukkan informasi
mengenai riwayat pasien tentang konsumsi makanan dan
cairan, tipe intake makan dan minum dalam sehari,
penggunaan suplemen dan vitamin makanan, gangguan
nafsu makan, mual muntah, rasa panas di perut rasa lapar dan
haus berlebihan
c) Pola eliminasi perlu dikaji bagaimana pola fungsi ekskresi,
kandung kemih dan kulit, frekuensi defekasi, kebiasaan
defekasi, karakteristik urine dan feses, dan apakah terdapat
masalah defekasi. Pada anak DHF biasanya terdapat masalah
eliminasi seperti diare atau konstipasi sehingga
mengakibatkan sering terjadi gangguan keseimbangan
cairan pada klien.
d) Pola tidur dan istirahat perlu dikaji bagaimana pola tidur
pasien, persepsi tentang energi, jam tidur siang dan malam
pasien, masalah selama tidur. Pada pasien DHF biasanya
mengalami nyeri otot dan sendi yang dapat mengganggu
kualitas dan kuantitas tidurnya.
e) Pola aktivitas dan latihan menjelaskan aktivitas dan
latihan/gerak yang biasa dilakukan oleh pasien. Pengkajian
pola aktivitas dan latihan pada anak DHF bertujuan untuk
mengetahui motorik anak ketika sehat atau sakit maupun
sebelum sakit.
f) Pola peran dan hubungan perlu dikaji hubungan dan peran
anak dalam keluarga, masyarakat dan lingkungan tempat

10
tinggalnya untuk mengetahui gambaran peran anak dalam
keluarga.
g) Pola persepsi sensori menggambarkan pola persepsi sensori
seperti fungsi penglihatan, pendengaran, pembau, nyeri dan
kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan kognitif di
dalamnya mengandung kemampuan daya ingat klien
terhadap peristiwa yang telah lama atau baru terjadi
h) Pola persepsi diri atau konsep diri untuk mengetahui
bagaimana presepsi pasien (anak) pada keadaannya diri nya,
i) Pola seksual dan reproduksi Pengkajian seksual dan
reproduksi pada anak DHF bertujuan untuk mengetahui ada
atau tidaknya gangguan sistem reproduksi anak.
j) Pola mekanisme koping perlu dikaji kemampuan pasien
dalam mengatasi stress. Pengkajian mekanisme koping ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara anak untuk
mengatasi stress selama berada di rumah sakit.
k) Pola nilai dan kepercayaan. Penilaian dan keyakinan anak
dalam menjalankan ibadah sesuai agama yang di anut
l) Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkusi secara head to toe. Keadaan fisik pada anak dengan
DHF dilihat berdasarkan tingkatannya
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang kemungkinan didapatkan pada pasien
anak DHF dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan menurut
Tim Pokja SDKI PPNI (2016) adalah hipovolemia berhubungan
dengan peningkatan permeabilitas kapiler
c. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan Keperawatan merupakan tindakan yang dilakukan
untuk membantu pasien dalam mengatasi masalah keperawatan dan
mencapai hasil serta tujuan yang diharapkan. Menurut Tim Pokja
SIKI DPP PPNI (2018), perencanaan keperawatan pada pasien DHF
antara lain:

11
Tujuan dan
Diagnosa Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Hipovolemia Tujuan Manajemen Manajemen
berhubungan Setelah hypovolemia hipovolemia
dengan dilakukan (I.03116) (I.03116)
peningkatan tindakan Observasi: Observasi:
permeabilitas keperawatan 1. Monitor tanda 1. Tanda-tanda
kapiler selama 3 x 24 tanda vital vital merupakan
(D.0023) jam, maka 2. Periksa tanda bagian yang
gangguan dan gejala penting dalam
kebutuhan hypovolemia melakukan
cairan dapat 3. Monitor intake pemeriksaan
teratasi output cairan atau tindakan
dengan 4. Monitor hasil pada pasien
kriteria hasil: pemeriksaan 2. Mengidentifikasi
1. Turgor kulit laboratorium perubahan-
membaik Terapeutik perubahan yang
(< 2 detik) 5. Berikan terjadi pada
2. Output asupan cairan keadaan umum
urine oral air putih ± pasien
meningkat 1000 ml dan/ 3. Membantu
3. Tekanan ditambah susu dalam
darah dan Edukasi menganalisis
nadi dalam 6. Anjurkan keseimbangan
batas memperbanyak cairan dan
normal asupan cairan derajat
4. Kadar oral kekurangan
hematokrit Kolaborasi cairan.
dan 7. Kolaborasi 4. Kebutuhan
hemoglobin pemberian pengganti dan
dalam batas cairan isotonis keefektifan
normal melalui terapi

12
intravena Terapeutik
(dosis 5. Menambah
disesuaikan cairan tubuh
dengan derajat pasien per oral
DHF dan berat Edukasi
badan pasien) 6. Mengedukasi
pasien dan
keluarga dalam
memenuhi
kebutuhan
cairan tubuh
pasien per oral
Kolaborasi
7. Meningkatkan
jumlah cairan
tubuh dan
mencegah
terjadinya
hipovolemik.

d. Implementasi Keperawatan
Implementasi terdiri dari melakukan dan mendokumentasikan
tindakan keperawatan yang diperlukan untuk melaksanakan
intervensi atau program keperawatan (Kozier & Glenora, 2010).
Implementasi terbagi menjadi tiga tahap yaitu persiapan, intervensi
dan dokumentasi
a) Persiapan
➢ Meninjau ulang tindakan antisipasi dari asuhan keperawatan
yang akan dilakukan
➢ Menganalisis pengetahuan dan keterampilan keperawatan
yang dibutuhkan
➢ Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul

13
➢ Mempersiapkan peralatan (resources) yang diperlukan
➢ Mempersiapkan lingkungan yang kondusif mengidentifikasi
aspek-aspek hukum dan kode etik keperawatan
b) Intervensi
➢ Independen asuhan keperawatan merupakan tindakan
perawat yang dilakukan tanpa petunjuk dan instruksi dari
dokter atau tenaga kesehatan lain. Tindakan independen
yang dapat dilakukan yakni mengkaji terhadap klien dan
keluarga melalui riwayat keperawatan dan pemeriksaan
fisik.
➢ Interdependen merupakan tindakan atau kegiatan
perawat yang memerlukan kerjasama dengan profesi
kesehatan lain seperti dokter, ahli gizi, atau fisioterapi.
➢ Dependen asuhan keperawatan merupakan kegiatan
perawat yang berhubungan dengan pelaksanaan rencana
tindakan medis.
➢ Dokumentasi implementasi keperawatan harus
didokumentasikan secara lengkap dan akurat sesuai
dengan kejadian yang terjadi dalam proses keperawatan.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan proses yang berkelanjutan tahap
kelima saat melakukan kontak dengan pasien dan penulis
menggunakan metode sesuai teori yaitu SOAP, S (Subyektif) yang
berisi pernyataan atau data dari pasien melalui anamnesis
(wawancara) yang merupakan ungkapan langsung, O (Obyektif)
merupakan analisa dan interpretasi, A (Assessment) berdasarkan
data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi
diagnosis, antisipasi, atau laboratorium potensial serta perlu
tidaknya dilakukan tindakan segera, P (Planning) merupakan
rencana dari tindakan yang akan diberikan, termasuk asuhan
mandiri, kolaborasi, diagnosis atau laboratorium, serta konseling
untuk tindakan lanjut (Potter dan Perry,2009)

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara normal, tubuh bisa mempertahankan diri dari
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Namun, ada kalanya tubuh
tidak bisa mengatasinya. Ini terjadi apabila kehilangan terjadi dalam
total banyak sekaligus, seperti pada muntah-muntah, diare, berkeringat
luar biasa, terbakar, luka/pendarahan dan sebagainya. Cairan dan
elektrolit (zat lerlarut) didalam tubuh merupakan suatu kesatuan yang
tidak terpisahkan. Bentuk gannguan keseimbangan cairan yang umum
terjadi adalah lebeihan atau kekurang cairan iaitu air.
Kelebihan cairan disebut overhidrasi, sebaliknya kekurang airan
disebut dehidrasi. Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari
elektrolit dan nonelektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang
tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti protein,
urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik.
Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium, kalium, kalsium,
magnesium, klorida, bikarbonat, fosfat, sulfat.
Elektrolit yang utama yang sering menyebabkan gangguan pada
hemodinamik tubuh adalah natrium, kalium, dan kalsium

B. Saran
Pasien yang mengalami gangguan cairan dan elektrolit sebaiknya
segera ditangani karena sebagian besar dalam tubuh manusia terdiri
dari cairan dan elektrolit dan apabila tidak segera ditangani akan
menyebabkan kematian.

15
DAFTAR PUSTAKA
http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/NURFRIYATNA_UTAMI_143110180_3A(1).pdf

https://www.academia.edu/30523144/Pengkajian_cairan

http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/13856/1/7de4f855c9453d88152fbc9f442b7a60.pdf

https://repository.poltekkes-tjk.ac.id/id/eprint/300/5/5.%20BAB%20I.pdf

http://eprints.umpo.ac.id/7214/19/BAB%20II.pdf
https://repository.poltekkes-smg.ac.id/index.php/index.php?p=fstream-
pdf&fid=119341&bid=29372

https://repository.ump.ac.id/8270/3/GILANG%20DWIYANTORO%20BAB%20II.pdf

https://eprints.untirta.ac.id/15287/3/BAB%20II.pdf

https://www.rumahginjal.id/kenali-fosfat-zat-yang-sangat-berbahaya-pada-gagal-
ginjal#:~:text=Kandungan%20fosfat%20yang%20tinggi%20dalam,lebih%
20bahaya%20adalah%20kematian%20mendadak.

16

Anda mungkin juga menyukai