Anda di halaman 1dari 17

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan
Dasar
Dosen : Arisnawati, S.Kep.,MPH

Di susun Oleh:
1. Ardhilia Septy Utami
2. Daffa Yudha Pratama
3. Mayla Sabrina
4. Saskiana Dewi

YAYASAN PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN AL HIKMAH 2


AKADEMI KEPERAWATAN AL HIKMAH BENDA
SIRAMPOG BREBES
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
penyusunan Makalah dengan judul “Kebutuhan Cairan dan Elektrolit”. Guna
memenuhi tugas struktur mata kuliah Keperawatan Dasar dengan dosen Pengampu
Ibu Arisnawati, S.Kep.,MPH Sebagai penulis, kami menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari penyusunan hingga tata Bahasa penyampaian dalam karya
ilmiah ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan
kami terima dengan senang hati. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.

Sirampog, 18 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................................2
D. Manfaat.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian cairan dan elektrolit...............................................................................….3
B. Cairan dan elektrolit dalam tubuh................................................................................3
C. Sistem yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit......................................5
D. Cara perpindahan cairan tubuh.....................................................................................6
E. Gangguan kebutuhan cairan.........................................................................................7
F. Gangguan kebutuhan elektrolit.....................................................................................9
G. Faktor yang mempegaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit................................…….10
H. Asuhan Keperawatan Hipovolemia.........................................................................…11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................................12
B. Saran.............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Untuk mempertahankan kesehatan dibutuhkan keseimbangan asam basa
didalam tubuh. Keseimbangan ini dipertahankan oleh asupan, distribusi dan saluran
air dan elektrolit, serta pengaturan komponen – komponen tersebut oleh ginjal dan
paru. Cairan dan elektrolit masuk kedalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan distribusi keseluruh tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit  ke
dalam sveluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung
satu dengan yang lainnya. Jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada
yang lainnya.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan cairan dan elektrolit,salah satunya adalah
penyakit. Orang dewasa yang sehat, aktif  bergerak dan memiliki orientasi yang baik
biasanya dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan asam basa
yang normal karena mekanisme adaftaif  tubuhnya. Namun bayi, bayi, orang dewasa
yang menderita penyakit berat, klien dengan gangguan orientasi atau klien yang
imobilitasi, serta lansia sering kali tidak mampu merespon secara mandri dan seiring
dengan waktu kemampuan adaptif tubuh mereka tidak lagi dapat mempertahankan
keseimbangan cairan serta elektrolit.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian cairan dan elektrolit?
2. Cairan dan elektrolit dalam tubuh?
3. Sistem yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit?
4. Cara perpindahan cairan tubuh?
5. Gangguan kebutuhan cairan?
6. Gangguan kebutuhan elektrolit?
7. Faktor yang mempegaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit?
8. Asuhan Keperawatan Hipovolemia?

1
C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian cairan dan elektrolit
2. Untuk memahami cairan dan elektrolit dalam tubuh
3. Untuk memahami sistem yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit
4. Untuk memahami cara perpindahan cairan tubuh
5. Untuk memahami gangguan kebutuhan cairan
6. Untuk memahami gangguan kebutuhan elektrolit
7. Untuk memahami faktor yang mempegaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
8. Untuk memahami Asuhan Keperawatan Hipovolemia

D. Manfaat
1. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa yang belum
mengetahui tentang kebutuhan cairan dan elektrolit
2. Menambah referensi buku tentang kesehatan khususnya tentang kebutuhan
cairan dan elektrolit

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Cairan dan Elektrolit


Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price, 2006).
Kemudian elektrolit itu sendiri adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Price, Silvia, 2006).
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat.Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu
bagian dari fisiologi homeostatis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan,minuman,dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian
tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari
air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya.
B. Cairan Dan Elektrolit Dalam Tubuh
a. Cairan dalam Tubuh Manusia
Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia
membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai
jaringan tubuh. Hal tersebut dapat dicapai dengan serangkaian manuver fisika-kimia
yang kompleks. Air menempati proporsi yang besar dalam tubuh. Seseorang dengan
berat 70 kg bisa memiliki sekitar 50 liter air dalam tubuhnya. Air menyusun 75%
berat badan bayi, 70% berat badan pria dewasa, dan 55% tubuh pria lanjut usia.
Karena wanita memiliki simpanan lemak yang relative banyak (relative bebas-air),
kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit dibandingkan pria. Air tersimpan
dalam dua kompartemen utama dalam tubuh, yaitu :
Cairan intraselular (CIS). CIS adalah cairan yang berada dalam sel di seluruh
tubuh. Cairan ini berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya
sekitar 2/3 dari jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit kation
terbanyak adalah K+, Mg+, sedikit Na+. Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-,
protein-protein, sedikit HCO3-, SO42-, Cl-

3
Cairan ekstraselular (CES). CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan
menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravascular,
cairan interstisial, dan cairan transeluler. Cairan  interstisial terdapat dalam ruang
antar-sel, plasma darah, cairan serebrospinal, limfe, serta cairan rongga serosa dan
sendi. Akan tetapi,  jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan dalam keseimbangan
cairan. Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta
mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua arah
antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan adalah :  kation dan anion.
b. Elektrolit Utama Tubuh Manusia
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan
nonelektrolit.Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan
tidak bermuatan listrik, seperti: protein, urea, glukosa, oksigen, karbondioksida dan
asam-asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+),kalium
(K+), Kalsium (Ca++),magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat(HCO3-), fosfat
(HPO42-), sulfat (SO42-).
Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian
denganbagian yang lainnya,tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian
berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif
harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.Komposisi dari elektrolit-elektrolit
tubuh baik pada intarseluler maupun padaplasma terinci dalam tabel di bawah ini :
N Elektrolit Ekstraseluler Interstitial Intraseluler Plasma
o.
1.  Kation :
Natrium (Na+)  144,0 mEq 137,0 mEq 10 mEq
Kalium (K+) 5,0 mEq 4,7 mEq 141 mEq
Kalsium (Ca++)  2,5 mEq 2,4 mEq 0
Magnesium (Mg ++) 1,5 mEq 1,4 mEq 31 mEq
2. . Anion :
Klorida (Cl-) 107,0 mEq 112,7 mEq 4 mEq
Bikarbonat (HCO3-) 27,0 mEq 28,3 mEq 10 mEq
Fosfat (HPO42-) 2,0 mEq 2,0 mEq 11 mEq
Sulfat (SO42-) 0,5 mEq 0,5 mEq 1 mEq
Protein 1,2 mEq 0,2 mEq mEq

4
C. Sistem Yang Berperan Dalam Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
a. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam
mengatur kebutuha cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal,
yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur
keseimbangan asam-basa darah, dan ekskre bahan buangan atau kelebihan
garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh
kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus, dalam menyaring cairan. Rata-
rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui
glomerulus, sepuluh persennya disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrat
glomerulus), kemudian mengalir melalui tubulus renalis yang sel-selnya
menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal
dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kgBB/jam.
b. Kulit
Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan
proses pengaturan panas Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang
dipersarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriol
kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokonstriksi. Proses pelepasan panas
dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan
bergantung pada banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah
dalam kulit. Proses pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara
radiasi (pemancaran panas ke udara sekitar), konduksi (pengalihan panas ke
benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke permukaan
yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah
pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat ini suhu dapat
diturunkan dengan jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang lebih setengah
liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh
melalui aktivitas otot, suhu lingkungan, dan kondisi suhu tubuh yang panas.
c. Paru

5
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible
water loss (IWL) kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait
dengan respons akibat perubahan upaya kemampuan bernapas.
d. Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam
mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam
kondisi normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/hari.
Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui sistem endokrin, seperti sistem
hormonal (antidiuretik hormon-ADH), aldosteron, prostaglandin,
glukokortikoid, dan mekanisme rasa haus.
e. Antidiuretic hormone (ADH)
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh
hipotalamus di hipofisis posterior, yang menyekresi ADH dengan
meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
f. Aldosteron
Hormon ini berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar
adrenal di tubulus ginjal. Proses sekresi aldosteron ini diatur oleh adanya
perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin renin.
g. Prostaglandin
Prostaglandin merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang
berfungsi merespons radang, mengendalikan tekanan darah dan kontraksi
uterus, serta mengatur pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini
berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
h. Glukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
i. Mekanisme rasa haus
Mekanisme rasa haus diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan
cara merangsang pelepasan renin yang dapat menimbulkan produksi
angiotensin II sehingga merangsang hipotalamus untuk rasa haus.

D. Cara Perpindahan Cairan Tubuh

6
a. Difusi. Difusi adalah perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi
menuju area berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane
semipermiabel. Pada proses ini, cairan dan elektrolit masuk melintasi
membrane yang memisahkan dua kompartemen sehingga konsentrasi di kedua
kompartemen itu seimbang. Kecepatan difusi dipenngaruhi oleh tiga hal, yakni
ukuran molekul, konsentrasi larutan dan temperature larutan.
b. Osmosis. Osmosis adalah perpindahan cairan melintasi membrane
semipermiabel dari area berkonsentrasi rendah menuju area yang
berkonsentrasi tinggi. Pada proses ini, cairan melintasi membrane untuk
mengencerkan kedua sisi membrane. Perbedaan osmotic ini salah satunya
dipengaruhi oleh distribusi protein yang tidak merata. Karena ukuran
molekulnya yang besar, ketidakseimbangan tekanan osmotic koloid (tekanan
onkotik) sehingga cairan tertarik ke dalam ruang intravaskular.
c. Transport Aktif. Transport aktif adalah proses pengangkutan yang digunakan
oleh molekul untuk berpindah melintasi membrane selmelawan gradient
konsentrasinya. Dengan kata lain, transport aktif adalah gerakan partikel dari
konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya. Proses ini membutuhkan
energy dalam bentuk adenosine trifosfat (ATP). ATP berguna untuk
mempertahankan konsentrasi ion natrium dan kalium dalam ruang ekstrasel
dan intrasel melalui suatu proses yang di sebut pompa “natrium-kalium”.

E. Gangguan Kebutuhan Cairan


Hal ini dapat terjadi apabila mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu
mempertahankan homeostatis. Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa defisit
volume cairan atau sebaliknya.
1. Defisit volume cairan (fluid volume defisit (FVD))
Defisit volume cairan adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang
ditandai dengan defisiensi cairan dan elektrolit di ruang ekstrasel, namun
proporsi antara keduanya (cairan dan elektrolit) mendekati normal.
Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipovolemia. Pada keadaan
hipovolemia, tekanan osmotik mengalami perubahan sehingga cairan
interstisial menjadi kosong dan cairan intrasel masuk ke ruang interstisial
sehingga mengganggu kehidupan sel. Secara umum, kondisi defisit
volume cairan (dehidrasi) terbagi menjadi tiga, yaitu :

7
a)     Dehidrasi isotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang
sebanding dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na + dalam plasma
130-145 mEq/l.
b)     Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi jika jumlah cairan yang hilang
sebanding dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na + dalam plasma
130-150 mEq/l.
c)     Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang
lebih sedikit daripada jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam
plasma darah adalah 130 mEq/l.
Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menimbulkan
beberapa perubahan. Di antaranya adalah penurunan volume ekstrasel
(hipovolemia) dan perubahan hematokrit. Pada dasarnya, kondisi ini bisa
disebabkan oleh banyak faktor, seperti kurangnya asupan cairan, tingginya
asupan pelarut (mis., protein dan klorida atau natrium) yang dapat
menyebabkan eksresi urine berlebih, berkeringat banyak dalam waktu
yang lama, serta kelainan lain yang menyebabkan pengeluaran urine
berlebih. Lebih lanjut, kondisi dehidrasi dapat digolongkan menurut
derajat keparahan menjadi :
a.     Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini, kehilangan cairan mencapai 5%
dari berat tubuh atau sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan sebesar 5% pada
anak yang lebih besar dan individu dewasa sudah dikategorikan sebagai
dehidrasi berat. Kehilangan cairan yang berlebih dapat berlangsung
melalui kulit, saluran pencernaan, perkemihan, paru-paru, atau pembuluh
darah.
b.   Dehidrasi sedang. Kondisi ini terjadi apabila kehilangn cairan
mencapai 5-10% dari berat tubuh atau sekitar 2-4 liter. Kaddar natrium
serum berkisar 152-158 mEq/l. Salah satu gejalanya adalah mata cekung.
c.    Dehidrasi berat. Kondisi ini terjadi apabila kehilangan cairan
mencapai 4-6 liter. Kadar natrium serum berkisar 159-166 mEq/l. Pada
kondisi ini penderita dapat mengalami hipotensi.
2. Volume cairan berlebih (fluid volume eccess (FVE))
Volume cairan berlebih (overhidrasi) adalah kondisi ketidakseimbangan
yang ditandai dengan kelebihan (retensi) cairan dan natrium di ruang
ekstrasel. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipervolemia.

8
Overhidrasi umumnya disebabkan oleh gangguan pada fungsi ginjal.
Manifestasi yang kerap muncul terkait kondisi ini adalah peningkatan
volume darah dan edema. Edema terjadi akibat peningkatan tekanan
hidrostatik dan penurunan tekanan osmotic. Edema sering muncul di
daerah mata, jari, dan pergelangan kaki. Edema pitting adalah edema yang
muncul di daerah perifer. Jika area tersebut ditekan, akan terbentuk
cekungan yang tidak langsung hilang setelah tekanan dilepaskan. Ini
karena perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekan edema pitting
tidak menunjukkan kelebihan cairan yang menyeluruh. Sebaliknya pada
edema non-pitting, cairan di dalam jaringan tidak dapat dialihkan ke area
dengan penekanan jari. Ini karena edema non-pitting tida menunjukkan
kelebihan cairan ekstrasel, melainkan kondisi infeksi dan trauma yang
menyebabkan pengumpulan dan pembekuan cairan di permukaan jaringan.
Kelebihan cairan vascular meningkatkan tekanan hidrostatik dan tekanan
cairan pada permukaan interstisial. Edema anasarka adalah edema yang
terdapat diseluruh tubuh. Manifestasi edema paru antara lain penumpukan
sputum, dispnea, batuk, dan bunyi nafas ronkhi basah.
F. Gangguan Kebutuhan Elektrolit
a. Hiponatremia
Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam
plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium dalam plasma
sebanyak 135 mEq/L, rasa haus berlebihan, denyut nadi yang cepat, hipotensi,
konvulsi, dan membran mukosa kering Hiponatremia disebabkan oleh
hilangnya cairan tubuh secara berlebihan, misalnya ketika tubuh mengalami
diare yang berkepanjangan.
b. Hipermatremia
Hipernatremia merupakan suatu keadaan yakni kadar natrium dalam plasma
tinggi, ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit
buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan
kemerahan, konvulsi, suhu badan naik serta kadar natrium dalam plasma lebih
dari 145 mEq/L. Kondisi demikian dapat disebabkan karena dehidrasi, diare,
pemasukan air yang berlebihan sementara asupan garam sedikit.
c. Hipokalemia

9
Hipokalemia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah.
Hipokalemia dapat terjadi dengan sangat cepat. Kondisi ini sering terjadi pada
pasien yang mengalami diare berkepanjangan, juga ditandai dengan lemahnya
denyut nadi, turunnya tekanan darah tidak nafsu makan dan muntah-muntah,
perut kembung, lemah dan lunaknya otot tubuh tidak beraturannya denyut
jantung (aritmia), penurunan bising usus, serta turunnya kadar kalium plasma
hingga kurang dari 3.5 mEq/L
d. Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan suatu keadaan kadar kalium dalam darah tinggi,
sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik,
pemberian kalium yang berlebihas melalui intravena yang ditandai dengan
adanya mual, hiperaktivitas sistem pencernaan, aritmia, kelemahan, sedikitnya
jumlah urine dan diare, adanya kecemasan dan iritabilitas serta kadar kalium
dalam plasma mencapai lebih dari 5 mEq/L
d. Hipokalsemia
Hipokalsemia merupakan kondisi kekurangan kadar kalsium dalam plasma
darah yang ditandai dengan adanya kram otot dan kram perut, kejang,
bingung, kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4.3 mEq/L, kesemutan pada
jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh pengaruh pengangkatan
kelenjar gondok, serta kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.
e. Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah
yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok
dan mengonsumsi vitamin D secara berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri
pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma, dan kadar kalsium
dalam plasma mencapai lebih dari 4,3 mEq/L.
f. Hipomagnesia
Hipomagnesia merupakan kondisi kekurangan kadar magnesium dalam darah,
ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan,
takikardi, hipertensi, disorientasi, dan konvulsi. Kadar magnesium dalam
darah mencapai kurang dari 1,3 mEq/L.
g. Hipermagnesia

10
Hipermagnesia merupakan kondisi berlebihnya kadar magnesium dalam
darah, ditandai dengan adanya koma, gangguan pernapasan, dan kadar
magnesium mencapai lebih dari 2,5 mEq/L.
G. Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai
berikut.
a. Usia. Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktivitas organ,
sehingga dapat memengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
b. Temperatur. Temperatur yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan
melalui keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan
cairan.
c. Diet. Apabila kekurangan nutrien, tubuh akan memecah cadangan makanan
yang tersimpan di dalamnya sehingga dalam tubuh terjadi pergerakan cairan
dari interstisial ke interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah
pemenuhan kebutuhan cairan.
d. Stres. Stres dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
melalui proses peningkatan produksi ADH, karena proses ini dapat
meningkatkan metabolisme sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot
yang dapat menimbulkan retensi sodium dan air
e. Sakit. Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk
memperbaiki sel yang rusak tersebut dibutuhkan adanya proses pemenuhan
kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan ketidakseimbangan
sistem dalam tubuh, seperti ketidakseimbangan hormonal, yang dapat
mengganggu keseimbangan kebutuhan cair.
H. Asuhan Keperawatan Hipovolemia
Risiko Hipovolemia
Definisi
Berisiko mengalami penurunan volume cairan intravaskular, intertisial, dan/atau
intraselular.
1) Pegkajian
Riwayat penyakit
Diare, muntah, luka bakar, dll.
2) Diagnosa Keperawatan
Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

11
3) Intervensi
Manajemen Hipovolemia
Observasi
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
turgor kulit menurut membran mukosa koring, volume urin menurun,
hematokrit meningkat, haus, lemah)
2. Monitor intake dan output cairan

Terapeutik
1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan posisi modified Trendelenburg
3. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan memparbanyak asupan cairan oral
2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl. RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis albumin, Plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian produk darah
4) Implementasi
1. Memeriksa tanda dan gejala hipovolemia
2. Memonitor intake dan output cairan
3. Menghitung kebutuhan cairan
4. Memberikan asupan cairan oral
5) Evaluasi
Hentikan itervensi

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Untuk mempertahankan kesehatan dibutuhkan keseimbangan asam basa
didalam tubuh. Keseimbangan ini dipertahankan oleh asupan, distribusi dan saluran
air dan elektrolit, serta pengaturan komponen – komponen tersebut oleh ginjal dan
paru. Cairan dan elektrolit masuk kedalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan distribusi keseluruh tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit  ke
dalam sveluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung
satu dengan yang lainnya. Jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada
yang lainnya.
B. Saran
Diharapkan kepada pembaca untuk memberi masukan berupa kritik dan saran
yang bersifat membangun tentang keperawatan dasar khususnya kebutuhan cairan dan
elektrolit

13
DAFTAR PUSTAKA

A.Aziz Alimut Hidayat, Musrifatul Uliya. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar.
Jakarta: Salemba Medika.
Cairan, Siregar P. Gangguan Keseimbangan. "Elektrolit." Dalam: Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi 4 (2006): 529-37.
Tamsuri, A. (2009). Klien gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Egc.
Yaswir, R., & Ferawati, I. (2012). Fisiologi dan gangguan keseimbangan natrium,
kalium dan klorida serta pemeriksaan laboratorium. Jurnal Kesehatan
Andalas, 1(2).
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Dignosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

14

Anda mungkin juga menyukai