Anda di halaman 1dari 20

KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DALAM TUBUH

Dosen Pengampu : Sugirah Nour Rahman, S.Gz., M.Kes

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

Ririn Tiro Syahbany : 230305502003

Zulfa Irna Jayasti : 230305502013

Rosnaini : 230305502020

Muh. Amar Febriansyah : 230305501105

Sulistia : 230305502026

Immi Imriyani : 230305502027

KELAS F

PRODI GIZI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Rasa syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat karunianya
penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai tepat pada waktunya. Sholawat
serta salam atas junjungan Nabi Muhammad saw, yang merupakan suri tauladan bagi umat Islam
selaku para pengikutnya. Kita sebagai pengikutnya yang senantiasa mengamalkan ajarannya dan
meneladani akhlaknya hingga akhir hayat kita.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fisiologi. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi penulis dan para
pembaca mengenai Keseimbangan Cairan dan Elekrolit Dalam Tubuh.

Penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Sugirah Nour Rahman, S.Gz
M.Kes selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Fisiologi. Tidak lupa bagi pihak-pihak lain yang
telah mendukung penulisan makalah ini, penulis juga mengucapkan terima kasih.

Terakhir, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari
itu penulis membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan penulis, agar
kedepannya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis dan para pembaca.

Makassar, 14 Oktober 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusa Masalah ..................................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

A. Pengertian Cairan Dan Elektrolit ............................................................................ 3


B. Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit...................................................................... 3
C. Cairan Elekrolit Dalam Tubuh ................................................................................ 4
D. Fungsi Cairan Dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia ............................................ 6
E. Pergerakan Cairan Dan Elektrolit Tubuh ................................................................ 6
F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit ........... 7
G. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektolit ...................................................... 10

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 16

a. Kesimpulan ............................................................................................................. 16
b. Saran........................................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
schat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu
bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri
dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan
yang lainnya. jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan ekstrseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu cairan intravaskuler(plasma), cairan intersitial dan cairan transeluler.
Cairan intravaskuler(plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial
adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan transeluler adalah cairan sekresi
khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Pengertian Cairan Dan Elektrolit.
2. Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit.
3. Cairan Elekrolit Dalam Tubuh.
4. Fungsi Cairan Dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia.
5. Pergerakan Cairan Dan Elektrolit Tubuh.

1
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit
7. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektolit

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat disimpulkan tujuan masalah sebagai
berikut:
1. Untuk Mengetahui Pengertian Cairan Dan Elektrolit!
2. Untuk Mengetahui Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit!
3. Untuk Mengetahui Cairan Elekrolit Dalam Tubuh!
4. Untuk Mengetahui Fungsi Cairan Dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia!
5. Untuk Mengetahui Pergerakan Cairan Dan Elektrolit Tubuh!
6. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan
Elektrolit!
7. Untuk Mengetahui Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektolit!

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Cairan
Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price, 2006).
Kemudian elektrolit itu sendiri adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Price, Silvia, 2006). Cairan
dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian
dari fisiologi homeostatis.

Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai


cairan tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,minuman,dan
cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam
seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan
yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

B. Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit


Tubuh harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai didalam
cairan tubuh, sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit. Pengaturan ini penting
bagi kehidupan sel karena sel harus secara terus menerus berada didalam cairan dengan
komposisi yang benar, baik cairan didalam maupun diluar sel.
1. Daya tarik elektrolit terhadap air
Tubuh menggunakan elektrolit untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh. Sel-sel
tubuh memilih elektrolit untuk ditempatkan diluar terutama natrium dan klorida dan
didalam sel terutama kalium, magnesium,fosfat, dan sulfat.
2. Air mengikuti elektrolit
Air akan bergerak ke arah larutan elektrolit yang berkonsentrasi lebih tinggi. Hal ini
dilakukan melalui membran sel semipermeable yaitu yang bersifat permeable untuk air
tetapi tidak permeable untuk elektrolit
3. Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit oleh protein

3
Membran sel mengandung alat transport berupa protein yang mengatur penyeberangan
ion positif dan bahan lain melalui membran sel tersebut.
4. Pemeliharaan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit
Tubuh mempunyai suatu mekanisme yang mengatur agar konsentrasi semua mineral
berada dalam batas-batas normal. Pengaturan ini terutama dilakukan oleh saluran
cerna dan ginjal.

C. Cairan dan Elektolit dalam Tubuh


a. Cairan dalam Tubuh Manusia
Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia
membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai
jaringan tubuh. Hal tersebut dapat dicapai dengan serangkaian manuver fisika-kimia
yang kompleks. Air menempati proporsi yang besar dalam tubuh. Seseorang dengan
berat 70 kg bisa memiliki sekitar 50 liter air dalam tubuhnya. Air menyusun 75% berat
badan bayi, 70% berat badan pria dewasa, dan 55% tubuh pria lanjut usia. Karena
wanita memiliki simpanan lemak yang relative banyak (relative bebas-air), kandungan
air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit dibandingkan pria. Air tersimpan dalam dua
kompartemen utama dalam tubuh, yaitu :
Cairan intraselular (CIS). CIS adalah cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh.
Cairan ini berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3
dari jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak adalah
K+, Mg+, sedikit Na+. Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein, sedikit
HCO3-, SO42-, Cl-
Cairan ekstraselular (CES). CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan
menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravascular, cairan
interstisial, dan cairan transeluler. Cairan interstisial terdapat dalam ruang antar-sel,
plasma darah, cairan serebrospinal, limfe, serta cairan rongga serosa dan sendi. Akan
tetapi, jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan dalam keseimbangan cairan. Guna
mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta mempertahankan pH
yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES.
Elektrolit yang berperan adalah : kation dan anion.

4
b. Elektrolit Utama Tubuh Manusia
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan
nonelektrolit.Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan
tidak bermuatan listrik, seperti:protein,urea,glukosa,oksigen,karbon dioksida dan
asam-asam organik.Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+),kalium (K+),
Kalsium (Ca++),magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat(HCO3-), fosfat
(HPO42-), sulfat (SO42-).
Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian
denganbagian yang lainnya,tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian
berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif
harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.Komposisi dari elektrolit-elektrolit
tubuh baik pada intarseluler maupun padaplasma terinci dalam tabel di bawah ini :

No. Elektrolit Ekstraseluler Interstitial Intraseluler Plasma


Kation :
Natrium (Na+) 144,0 mEq 137,0 mEq 10 mEq
1. Kalium (K+) 5,0 mEq 4,7 mEq 141 mEq
Kalsium (Ca++) 2,5 mEq 2,4 mEq 0
Magnesium (Mg ++) 1,5 mEq 1,4 mEq 31 mEq
Anion :
Klorida (Cl-) 107,0 mEq 112,7 mEq 4 mEq
2. Bikarbonat (HCO3-) 27,0 mEq 28,3 mEq 10 mEq
Fosfat (HPO42-)
Sulfat (SO42-) 2,0 mEq 2,0 mEq 11 mEq

3. Protein 0,5 mEq 0,5 mEq 1 mEq

1,2 mEq 0,2 mEq 4 mEq

5
D. Fungsi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia
1. Fungsi Cairan dalam Tubuh
Adapun fungsi cairan dalam tubuh yang terdidi dari:
a. Dalam proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh,air mempunyai 2 fungsi
utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat,vitamin dan
mineral pembawa oksigen ke dalam sel-sel tubuh.
b. Selain itu,air didalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk
samping hasil metabolism juga dapat dikatakan berperan dalam proses metabolisme
seperti karbon dioksida(CO ) dan juga senyawa nitrat
c. sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata,mulut dan hidung, pelumas
dalam cairan sendi 02 Sports Science Brief tubuh
d. katalisator reaksi biologik sel,
e. pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga
tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut.
f. Selain itu sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada
kondisi ideal yaitu ± 37C.
2. Fungsi Elektrolit dalam Tubuh
Adapun fungsi elektrolit dalam tubuh yang terdiri dari:
a. Membantu dalam perpindahan cairan antara ruangan dalam sel dan di luar sel
terutama denga adanya natrrium. Apabila jumlah natrium dalam CES meningkat
maka sejumlah cairan akan berpindah menuju CES untuk keseimbangan cairan.
b. Mengatur keseimbangan asam basa dan menentukan pH darah dengan adanya
sistem bufer.
c. Dengan adanya perbedaan komposisi elektrolit di CES dan CIS maka akan terjadi
perpindahan yang menghasilkan implus – implus saraf dan mengakibatkan
terjadinya kontraksi otot.

E. Pergerakan Cairan Dan Elektrolit Tubuh


Regulasi cairan dalam tubuh meliputi hubungan timbal balik antara sejumlah
komponen, termasuk air dalam tubuh dan cairannya, bagian-bagian cairan, ruang cairan,
membran, sistem transpor, enzim, dan tonisitas. Sirkulasi cairan dan elektolit terjadi dalam
tiga tahap. Pertama, plasma darah begerak di seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi.

6
Kedua, cairan interstisial dan komponennya bergerak di antara kapiler darah dan sel.
Terakhir, cairan dan substansi bergerak dari cairan interstisial ke dalam sel. Sedangkan
mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam tiga proses, yaitu :
a. Difusi. Difusi adalah perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju area
berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel. Pada proses ini,
cairan dan elektrolit masuk melintasi membrane yang memisahkan dua kompartemen
sehingga konsentrasi di kedua kompartemen itu seimbang. Kecepatan difusi
dipenngaruhi oleh tiga hal, yakni ukuran molekul, konsentrasi larutan dan temperature
larutan.
b. Osmosis. Osmosis adalah perpindahan cairan melintasi membrane semipermiabel dari
area berkonsentrasi rendah menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Pada proses ini,
cairan melintasi membrane untuk mengencerkan kedua sisi membrane. Perbedaan
osmotic ini salah satunya dipengaruhi oleh distribusi protein yang tidak merata.
Karena ukuran molekulnya yang besar, ketidakseimbangan tekanan osmotic koloid
(tekanan onkotik) sehingga cairan tertarik ke dalam ruang intravaskular.
c. Transport Aktif. Transport aktif adalah proses pengangkutan yang digunakan oleh
molekul untuk berpindah melintasi membrane selmelawan gradient konsentrasinya.
Dengan kata lain, transport aktif adalah gerakan partikel dari konsentrasi lain tanpa
memandang tingkatannya. Proses ini membutuhkan energy dalam bentuk adenosine
trifosfat (ATP). ATP berguna untuk mempertahankan konsentrasi ion natrium dan
kalium dalam ruang ekstrasel dan intrasel melalui suatu proses yang disebut pompa
“natrium-kalium”.

F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit


Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain:
a. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia berpengaruh
terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat
badan. Bayi dan anak di masa pertumbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih
besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan
jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya
kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang

7
tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa.
Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan
pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering
disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal
b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal
ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian,
jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yang
tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan
aktivasi kelenjar keringat.
c. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas
tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan.
Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water
loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu
lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang
bertsuhu tinggi atau di dearah deangan kelembapan yang rendah akan lebih sering
mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja
berat di lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak
lima litet sehaei melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan
panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang
panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di lingkungan panas dapat
kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
d. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan
makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih
dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan
kadar albumin.

e. Stress

8
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress,
tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa
darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan
natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti
deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.
f. Penyakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh Misalnya : Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL,penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
g. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan
kadar kalsium dan kalium.
h. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist
cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium
sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula
menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
i. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan
cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi,
sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat
asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormon
ADH selama masa stress akibat obat- obat anastesia.

9
G. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektolit
1. Gangguan Keseimbangan Cairan
Hal ini dapat terjadi apabila mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu
mempertahankan homeostatis. Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa defisit
volume cairan atau sebaliknya.
a. Defisit volume cairan (fluid volume defisit [FVD])
Defisit volume cairan adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai
dengan defisiensi cairan dan elektrolit di ruang ekstrasel, namun proporsi antara
keduanya (cairan dan elektrolit) mendekati normal. Kondisi ini dikenal juga
dengan istilah hipovolemia. Pada keadaan hipovolemia, tekanan osmotik
mengalami perubahan sehingga cairan interstisial menjadi kosong dan cairan
intrasel masuk ke ruang interstisial sehingga mengganggu kehidupan sel. Secara
umum, kondisi defisit volume cairan (dehidrasi) terbagi menjadi tiga, yaitu :
 Dehidrasi isotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang sebanding
dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na + dalam plasma 130-145
mEq/l.
 Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi jika jumlah cairan yang hilang sebanding
dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na + dalam plasma 130-150
mEq/l.
 Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang lebih
sedikit daripada jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na + dalam plasma darah
adalah 130 mEq/l.

Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menimbulkan beberapa


perubahan. Di antaranya adalah penurunan volume ekstrasel (hipovolemia)
dan perubahan hematokrit. Pada dasarnya, kondisi ini bisa disebabkan oleh
banyak faktor, seperti kurangnya asupan cairan, tingginya asupan pelarut
(mis., protein dan klorida atau natrium) yang dapat menyebabkan eksresi
urine berlebih, berkeringat banyak dalam waktu yang lama, serta kelainan lain
yang menyebabkan pengeluaran urine berlebih. Lebih lanjut, kondisi
dehidrasi dapat digolongkan menurut derajat keparahan menjadi :

10
 Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini, kehilangan cairan mencapai 5% dari
berat tubuh atau sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan sebesar 5% pada anak
yang lebih besar dan individu dewasa sudah dikategorikan sebagai dehidrasi
berat. Kehilangan cairan yang berlebih dapat berlangsung melalui kulit,
saluran pencernaan, perkemihan, paru-paru, atau pembuluh darah.
 Dehidrasi sedang. Kondisi ini terjadi apabila kehilangn cairan mencapai 5-
10% dari berat tubuh atau sekitar 2-4 liter. Kaddar natrium serum berkisar
152-158 mEq/l. Salah satu gejalanya adalah mata cekung.
 Dehidrasi berat. Kondisi ini terjadi apabila kehilangan cairan mencapai 4-6
liter. Kadar natrium serum berkisar 159-166 mEq/l. Pada kondisi ini penderita
dapat mengalami hipotensi.

b. Volume cairan berlebih (fluid volume eccess[FVE])


Volume cairan berlebih (overhidrasi) adalah kondisi ketidakseimbangan yang
ditandai dengan kelebihan (retensi) cairan dan natrium di ruang ekstrasel. Kondisi
ini dikenal juga dengan istilah hipervolemia. Overhidrasi umumnya disebabkan
oleh gangguan pada fungsi ginjal. Manifestasi yang kerap muncul terkait kondisi
ini adalah peningkatan volume darah dan edema. Edema terjadi akibat
peningkatan tekanan hidrostatik dan penurunan tekanan osmotic. Edema sering
muncul di daerah mata, jari, dan pergelangan kaki. Edema pitting adalah edema
yang muncul di daerah perifer. Jika area tersebut ditekan, akan terbentuk
cekungan yang tidak langsung hilang setelah tekanan dilepaskan. Ini karena
perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekan edema pitting tidak
menunjukkan kelebihan cairan yang menyeluruh. Sebaliknya pada edema non-
pitting, cairan di dalam jaringan tidak dapat dialihkan ke area dengan penekanan
jari. Ini karena edema non-pitting tidak menunjukkan kelebihan cairan ekstrasel,
melainkan kondisi infeksi dan trauma yang menyebabkan pengumpulan dan
pembekuan cairan di permukaan jaringan. Kelebihan cairan vascular
meningkatkan tekanan hidrostatik dan tekanan cairan pada permukaan interstisial.
Edema anasarka adalah edema yang terdapat diseluruh tubuh. Manifestasi edema
paru antara lain penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan bunyi nafas ronkhi
basah.
11
2. Gangguan keseimbangan elektrolit
Gangguan keseimbangan elektrolit meliputi :
a. Hiponatremia dan hipernatremia
Hiponatremia adalah kekurangan kadar natrium di cairan ekstrasel yang
menyebabkan perubahan tekanan osmotic. Perubahan ini mengakibatkan
pindahnya cairan dari ruang ekstrasel ke intrasel sehingga sel menjadi bengkak.
Hiponatremia umumnya disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit Addison,
kehilangan natrium melalui pencernaan, pengeluaran keringat berlebih, dieresis,
serta asidosis metabolic. Penyebab lain yang berkaitan dengan kelebihan cairan
adalah sindrom ketidaktepatan hormon antidiuretik (syndrome of inappropriate
antidiuretic hormon [SIADH]), peningkatan asupan cairan, hiperaldosteronisme,
ketoasidosis diabetes, oliguria, dan polidipsia psikogenik. Tanda dan gejala
hiponatremia meliputi cemas, hipotensi postural, postural dizziness, mual,
muntah, diare, takikardi, kejang dan koma. Temuan laboratorium untuk kondisi
ini adalah kadar natrium serum <136 mEq/l dan berat jenis urine <1,010.
Hipernatremia adalah kelabihan kadar natrium di cairan ekstrasel yang
menyebabkan peningkatan tekanan osmotic ekstrasel. Kondisi ini mengakibatkan
berpindahnya cairan intrasel keluar sel. Penyebab hipernatremia meliputi asupan
natrium yang berlebihan, kerusakan sensasi haus, disfagia, diare, kehilangan
cairan berlebih dari paru-paru, poliuria karena diabetes insipidus. Tanda dan
gejalanya meliputi kulit kering, mukosa bibir kering, pireksia, agitasi, kejang,
oliguria, atau anuria. Temuan laboratorium untuk kondisi ini kadar natrium serum
>144 Meq/l, berat jenis urine >11,30.
b. Hipokalemia dan hiperkalemia
Hipokalemia adalah kekurangan kadar kalium di cairan ekstrasel yang
menyebabkan pindahnya kalium keluar sel. Akibatnya, ion hydrogen dan kalium
tertahan di dalam sel dan menyebabkan gangguan atau perubahan pH plasma.
Gejala defisiensi kalium pertama kali terlihat pada otot, distensi usus, penurunan
bising usus, serta denyut nadi yang tidak teratur. Pada pemeriksaan laboratorium
ditemukan nilai kalium serum <3,0 mEq/l. hiperkalemia adalah kelebihan kadar
kalium di cairan ekstrasel. Kasus ini jarang sekali terjadi, kalaupun ada, tentu

12
akan sangat membahayakan kehidupan sebab akan menghambat trasmisi impuls
jantung dan menyebabkan serangan jantung. Saat terjadi hiperkalemia, salah satu
upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan insulin sebab insulin dapat
membantu mendorong kalium masuk ke dalam sel. Tanda dan gejala hiperkalemia
sendiri meliputi cemas, iritabilitas, irama jantung ireguler, hipotensi, parastesia,
dan kelemahan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan nilai kalium serum >5
mEq/l, sedangkan pada pemeriksaan EKG didapat gelombang T memuncak, QRS
melebar, dan PR memanjang.
c. Hipokalsemia dan hiperkalsemia
Hipokalsemia adalah kekurangan kadar kalsium di cairan ekstrasel. Bila
berlangsung lama, kondisi ini dapat menyebabkan osteomalasia sebab tubuh akan
berusaha memenuhi kebutuhan kalsium dengan mengambilnya dari tulang. Tanda
dan gejala hipokalsemia meliputi spasme dan tetani, peningkatan motilitas
gastrointestinal, gangguan kardiovaskuler, dan osteoporosis. Temuan
laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar kalsium serum <4,5 mEq/l atau 10
mg/100 ml serta memanjangnya interval Q-T. Selain itu, hipokalsemia juga dapat
dikaji dari tanda Trosseau dan Chvostek positif. Hiperkalsemia adalah kelebihan
kadar kalsium pada cairan ekstrasel. Kondisi ini menyebabkan penurunan
eksitabilitas otot dan saraf yang pada akhirnya menimbulkan flaksiditas. Tanda
dan gejala hiperkalsemia meliputi penurunan kemampuan otot, anoreksia, mual,
muntah, kelemahan dan letargi, nyeri punggung, dan serangan jantung. Temuan
laboratorium meliputi kadar kalsium serum >5,8 mEq/l atau 10 mg/100 ml dan
peningkatan BUN akibat kekurangan cairan. Hasil rontgen menunjukkan
osteoporosis generalisata serta pembentukan kavitas tulang yang menyebar.
d. Hipomagnesemia dan hipermagnesemia
Hipomagnesemia terjadi apabila kadar magnesium serum urang dari 1,5 mEq/l.
Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh konsumsi alohol yang berlebih,
malnutrisi, diabetes mellitus, gagal hati, absorpsi usus yang buruk. Tanda dan
gejalanya meliputi tremor, refleks tendon profunda yang hiperaktif, konfusi,
disorientasi, halusinasi, kejang, takikardi, dan hipertensi. Temuan laboratorium
untuk kondisi ini meliputi kadar magnesium serum <1,4 mEq/l. Hipermagnesemia

13
adalah kondisi meningkatnya kadar magnesium di dalam serum. Meski jarang
ditemui, namun kondisi ini dapat menimpa penderita gagal ginjal., terutama yang
mengkonsumsi antasida yang mengandung magnesium. Tanda dan gejala
hipermagnesemia meliputi aritmia jantung, depresi refleks tendon profunda,
depresi pernapasan. Temuan laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar
magnesium serum >3,4 mEq/l.
e. Hipokloremia dan hiperkloremia
Hipokloremia adalah penurunan kadar ion klorida dalam serum. Secara khusus,
kondisi ini disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang berlebihan,
seperti muntah, diare, dieresis, serta pengisapan nasogastrik. Tanda dan gejala
yang muncul menyerupai alkalosis metabolic, yaitu apatis, kelemahan, kekacauan
mental, kram, dan pusing. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah nilai ion
klorida >95 mEq/l. Hiperkloremia adalah peningkatan kadar ion klorida serum.
Kondisi ini kerap dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya saat terdapat
dehidrasi dan masalah ginjal. Kondisi hiperkloremia menyebabkan penurunan
bikarbonat sehingga menimbulkan ketidakseimbangan asam-basa. Lebih lanjut,
kondisi ini bisa menyebabkan kelemahan, letargi, dan pernapasan Kussmaul.
Temuan laboratoriumnya adalah nilai ion klorida >105 mEq/l.
f. Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia
Hipofosfatemia adalah penurunan kadar fosfat di dalam serum. Kondisi ini dapat
muncul akibat penurunan absorpsi fosfat di usus, peningkatan ekskresi fosfat, dan
peningkatan ambilan fosfat untuk tulang. Hipofosfatemia dapat terjadi akibat
alkoholisme, malnutrisi, ketoasidosis diabetes, dan hipertiroidisme. Tanda dan
gejalanya meliputi anoreksia, pusing, parestesia, kelemahan otot, serta gejala
neurologis yang tersamar. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah nilai ion
fosfat <2,8 mEq/dl. Hiperfosfatemia adalah peningkatan kadar ion fosfat dalam
serum. Kondisi ini dapat muncul pada kasus gagal ginjal atau saat kadar hormon
paratiroid menurun. Selain itu, hiperfosfatemia juga bisa terjadi akibat asupan
fosfat berlebih atau penyalahgunaan laksatif yang mengandung fosfat. Karena
kadar kalsium berbanding terbalik dengan fosfat, maka tanda dan gejala
hiperfosfatemia hampir sama dengan hipokalsemia yaitu peningkatan eksibilitas

14
sistem saraf pusat, spasme otot, konvulsi dan tetani, peningkatan motilitas usus,
masalah kardiovaskular seperti penurunan kontraktilitas jantung/gejala gagal
jantung, dan osteoporosis. Temuan laboratoriumnya adalah nilai ion fosfat >4,4
mg/dl atau 3,0 mEq/l.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas maka, dapat disimpulkan bahwa:

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-
partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan
tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-
kira 60 % dari berat badan pria dan 50 % dari berat badan wanita. Jumlah
volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia.

Mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh melalui tiga proses
yaitu difusi, osmosis, dan transportasi. Keseimbangan cairan tubuh dan
elektrolit normal adalah akibat dari keseimbangan dinamis antara makanan
dan minuman yang masuk dengan keseimbangan yang melibatkan sejumlah
besar sistem organ.

Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh


ada sembilan faktor yaitu usia, aktivitas, iklim, diet, stress, penyakit, tindakan
medis, pengobatan, dan pembedahan. Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kelebihan dan
kekurangan cairan dan elektrolit.

B. Saran
Dengan makalah ini kita dapat menyetahui banyak cairan yang
dibutuhkan oleh tubuh kita agar tetap seimbang. Untuk mencapai
keseimbangan cairan dalam tubuh, tidak hanya dengan mengkonsumsi air
putih saja, asupan makanan dan minuman yang mengandung air, hormon,
gizi yang cukup dan hormon cairan dan elektrolit dapat dapat meningkatkan
keseimbangan tubuh yang baik dan seimbang.

16
DAFTAR PUSTAKA

Sunita Almatsier. 2009. “Prinsip Dasar Ilmu Gizi” Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
A, Aziz Alimul H.2009:”Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2.”Jakarta:
Salemba Medika.
Potter, Perry.2009:”Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku.” Jakarta: Salemba
Medika.
dr.Jan Tambayong. Patofsiologi untuk keperawatan
Elizabeth J. Corwin Buku Saku Patofisiologi
Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan
Keseimbangan Cairan & Elektrolit” . Jakarta: ECG
Syaifudin, Drs. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Edisi 4.
Jakarta: EGC

17

Anda mungkin juga menyukai