Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEPERAWATAN DASAR

KONSEP KEBUTUHAN CAIRAN & ELEKTROLIT

Dosen Pengampu : Ismar Agustin S.Kp, M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN KEPERAWATAN PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hadayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Terlebih dahulu penulis
meminta maaf jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan, itu semua
disebabkan keterbatasan pengetahuan penulis, untuk itu penulis mengharap kritik dan saran dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
masukan dan saran sehingga makalah ini dapat terselesaikan, selain itu semua pihak telah
membantu dalam penulisan makalah ini.

Penulis juga menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala
kritik dan saran penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................

A. Latar Belakang.................................................................................................

B. Rumusan Masalah............................................................................................

C. Tujuan..............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................

A. Pengertian Cairan dan Elektrolit ..................................................................

B. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit .............................................................

C. Cairan Elektrolit Dalam Tubuh .....................................................................

D. Fungsi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia.....................................

E. Pergerakan Cairan Dan Elektrolit Tubuh.......................................................

F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit...

G. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektolit.............................................

BAB IlI PENUTUP.................................................................................................


A. Kesimpulan.....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cairan dan elektrolit sangat penting untuk memoertahankan keseimbangan atau


homeostasis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi fungsi
fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang mengandung partikelpartikel bahan
organic dan anorganik yang vital untuk hidup.Elektrolit tubuh mengandung komponen-
komponen kimiawi. Elektrolit tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan bermuatan negative
(anion). Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk fungsi neuromuscular dan
keseimbangan asam-basa.Pada fungsi neuromuscular, elektrolit memegang peranan penting
terkait dengan transmisi impuls saraf.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari kebutuhan dan keseimbangan cairan dan elektrolit?

2. Apa manfaat cairan dan elektrolit dalam tubuh?

3. Apa Fungsi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia?

4. Bagaimana Pergerakan Cairan Dan Elektrolit Tubuh?

5. Apa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit?

6. Apa Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektolit?

C. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan kebutuhan cairan dan elektrolit.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Cairan dan Elektrolit
Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price, 2006). Kemudian
elektrolit itu sendiri adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan (Price, Silvia, 2006). Cairan dan elektrolit sangat diperlukan
dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam
tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan
tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,minuman,dan cairan
intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian
tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah
satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

B. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Tubuh harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai didalam cairan
tubuh, sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit. Pengaturan ini penting bagi
kehidupan sel karena sel harus secara terus menerus berada didalam cairan dengan komposisi
yang benar, baik cairan didalam maupun diluar sel.
1. Daya tarik elektrolit terhadap air
Tubuh menggunakan elektrolit untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh. Sel-sel tubuh
memilih elektrolit untuk ditempatkan diluar terutama natrium dan klorida dan didalam sel
terutama kalium, magnesium,fosfat, dan sulfat.
2. Air mengikuti elektrolit
Air akan bergerak ke arah larutan elektrolit yang berkonsentrasi lebih tinggi. Hal ini
dilakukan melalui membran sel semipermeable yaitu yang bersifat permeable untuk air tetapi
tidak permeable untuk elektrolit
3. Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit oleh protein
Membran sel mengandung alat transport berupa protein yang mengatur penyeberangan ion
positif dan bahan lain melalui membran sel tersebut.
4. Pemeliharaan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit
Tubuh mempunyai suatu mekanisme yang mengatur agar konsentrasi semua mineral berada
dalam batas-batas normal. Pengaturan ini terutama dilakukan oleh saluran cerna dan ginjal.

C. Cairan dan Elektolit dalam Tubuh


a. Cairan dalam Tubuh Manusia
Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia membutuhkan
cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai jaringan tubuh. Hal
tersebut dapat dicapai dengan serangkaian manuver fisika-kimia yang kompleks. Air
menempati proporsi yang besar dalam tubuh. Seseorang dengan berat 70 kg bisa memiliki
sekitar 50 liter air dalam tubuhnya. Air menyusun 75% berat badan bayi, 70% berat badan pria
dewasa, dan 55% tubuh pria lanjut usia. Karena wanita memiliki simpanan lemak yang
relative banyak (relative bebas-air), kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit
dibandingkan pria. Air tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh, yaitu :
1. Cairan intraselular (CIS). CIS adalah cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh.
Cairan ini berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3
dari jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak adalah
K+, Mg+, sedikit Na+. Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein, sedikit
HCO3-, SO42-, Cl-
2. Cairan ekstraselular (CES). CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan
menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravascular,
cairan interstisial, dan cairan transeluler. Cairan interstisial terdapat dalam ruang
antar-sel, plasma darah, cairan serebrospinal, limfe, serta cairan rongga serosa dan
sendi. Akan tetapi, jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan dalam keseimbangan
cairan. Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta
mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua arah
antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan adalah : kation dan anion.

b. Elektrolit Utama Tubuh Manusia


Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit.Non
elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik,
seperti:protein,urea,glukosa,oksigen,karbon dioksida dan asam-asam organik.Sedangkan
elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+),kalium (K+), Kalsium (Ca++),magnesium (Mg++),
Klorida (Cl-), bikarbonat(HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).
Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian denganbagian
yang lainnya,tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas
listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-
muatan positif.Komposisi dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intarseluler maupun
padaplasma terinci dalam tabel di bawah ini :

N Elektrolit Ekstraseluler Interstitial Intraseluler Plasma


o.
1. Kation :
Natrium (Na+) 144,0 mEq 137,0 mEq 10 mEq
Kalium (K+) 5,0 mEq 4,7 mEq 141 mEq
Kalsium (Ca++) 2,5 mEq 2,4 mEq 0
Magnesium (Mg ++) 1,5 mEq 1,4 mEq 31 mEq
2. . Anion :
Klorida (Cl-) 107,0 mEq 112,7 mEq 4 mEq
Bikarbonat (HCO3-) 27,0 mEq 28,3 mEq 10 mEq
Fosfat (HPO42-)
Sulfat (SO42-) 2,0 mEq 2,0 mEq 11 mEq
Protein
0,5 mEq 0,5 mEq 1 mEq

1,2 mEq 0,2 mEq 4 mEq

D. Fungsi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia


1. Fungsi Cairan dalam Tubuh
a. Dalam proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh,air mempunyai 2 fungsi
utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat,vitamin dan mineral
pembawa oksigen ke dalam sel-sel tubuh.
b. Selain itu,air didalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk
samping hasil metabolism juga dapat dikatakan berperan dalam proses metabolisme
seperti karbon dioksida(CO ) dan juga senyawa nitrat
c. sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata,mulut dan hidung, pelumas
dalam cairan sendi 02 Sports Science Brief tubuh
d. katalisator reaksi biologik sel,
e. pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga
tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut.
f. Selain itu sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada
kondisi ideal yaitu ± 37C.

2. Fungsi Elektrolit dalam Tubuh


a. Membantu dalam perpindahan cairan antara ruangan dalam sel dan di luar sel
terutama denga adanya natrrium. Apabila jumlah natrium dalam CES meningkat
maka sejumlah cairan akan berpindah menuju CES untuk keseimbangan cairan.
b. Mengatur keseimbangan asam basa dan menentukan pH darah dengan adanya
sistem bufer.
c. Dengan adanya perbedaan komposisi elektrolit di CES dan CIS maka akan terjadi
perpindahan yang menghasilkan implus – implus saraf dan mengakibatkan
terjadinya kontraksi otot.

E. Pergerakan Cairan Dan Elektrolit Tubuh


Regulasi cairan dalam tubuh meliputi hubungan timbal balik antara sejumlah
komponen, termasuk air dalam tubuh dan cairannya, bagian-bagian cairan, ruang cairan,
membran, sistem transpor, enzim, dan tonisitas. Sirkulasi cairan dan elektolit terjadi dalam
tiga tahap. Pertama, plasma darah begerak di seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi. Kedua,
cairan interstisial dan komponennya bergerak di antara kapiler darah dan sel. Terakhir, cairan
dan substansi bergerak dari cairan interstisial ke dalam sel. Sedangkan mekanisme pergerakan
cairan tubuh berlangsung dalam tiga proses, yaitu :
a. Difusi. Difusi adalah perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju area
berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel. Pada proses ini, cairan
dan elektrolit masuk melintasi membrane yang memisahkan dua kompartemen sehingga
konsentrasi di kedua kompartemen itu seimbang. Kecepatan difusi dipenngaruhi oleh tiga
hal, yakni ukuran molekul, konsentrasi larutan dan temperature larutan.
b. Osmosis. Osmosis adalah perpindahan cairan melintasi membrane semipermiabel dari area
berkonsentrasi rendah menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Pada proses ini, cairan
melintasi membrane untuk mengencerkan kedua sisi membrane. Perbedaan osmotic ini
salah satunya dipengaruhi oleh distribusi protein yang tidak merata. Karena ukuran
molekulnya yang besar, ketidakseimbangan tekanan osmotic koloid (tekanan onkotik)
sehingga cairan tertarik ke dalam ruang intravaskular.

c. Transport Aktif. Transport aktif adalah proses pengangkutan yang digunakan oleh
molekul untuk berpindah melintasi membrane selmelawan gradient konsentrasinya.
Dengan kata lain, transport aktif adalah gerakan partikel dari konsentrasi lain tanpa
memandang tingkatannya. Proses ini membutuhkan energy dalam bentuk adenosine
trifosfat (ATP). ATP berguna untuk mempertahankan konsentrasi ion natrium dan kalium
dalam ruang ekstrasel dan intrasel melalui suatu proses yang disebut pompa “natrium-
kalium”.

F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit


Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain:
a. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia berpengaruh
terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan.
Bayi dan anak di masa pertumbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar
dibandingkan orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan
yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada
bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal
mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat
terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu
lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung
atau gangguan ginjal
b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit.
Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini
mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah
cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yang tidak disadari
(insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar
keringat.
c. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas
tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan.
Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss,
IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan,
tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi
atau di dearah deangan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami
kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja berat di
lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehaei
melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan
kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan
orang yang tidak biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua
liter per jam.
d. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan
makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih
dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan
kadar albumin.

e. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress,
tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah,
dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu,
stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat
mengurangi produksi urine.
f. Penyakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh Misalnya : Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL,penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
g. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan
kadar kalsium dan kalium.
h. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan
tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar
kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi
natrium dan air dalam tubuh.
i. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan
cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan
beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan
berlebih melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa
stress akibat obat- obat anastesia.

G. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektolit


a. Gangguan Keseimbangan Cairan
Hal ini dapat terjadi apabila mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu mempertahankan
homeostatis. Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa defisit volume cairan atau
sebaliknya.
1. Defisit volume cairan (fluid volume defisit [FVD])
Defisit volume cairan adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan
defisiensi cairan dan elektrolit di ruang ekstrasel, namun proporsi antara keduanya
(cairan dan elektrolit) mendekati normal. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah
hipovolemia. Pada keadaan hipovolemia, tekanan osmotik mengalami perubahan
sehingga cairan interstisial menjadi kosong dan cairan intrasel masuk ke ruang
interstisial sehingga mengganggu kehidupan sel. Secara umum, kondisi defisit volume
cairan (dehidrasi) terbagi menjadi tiga, yaitu :
a) Dehidrasi isotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang sebanding
dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-145 mEq/l.
b) Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi jika jumlah cairan yang hilang sebanding
dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-150 mEq/l.
c) Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang lebih sedikit
daripada jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma darah adalah 130
mEq/l.
Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menimbulkan beberapa
perubahan. Di antaranya adalah penurunan volume ekstrasel (hipovolemia) dan
perubahan hematokrit. Pada dasarnya, kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak
faktor, seperti kurangnya asupan cairan, tingginya asupan pelarut (mis., protein dan
klorida atau natrium) yang dapat menyebabkan eksresi urine berlebih, berkeringat
banyak dalam waktu yang lama, serta kelainan lain yang menyebabkan pengeluaran
urine berlebih. Lebih lanjut, kondisi dehidrasi dapat digolongkan menurut derajat
keparahan menjadi :
a. Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini, kehilangan cairan mencapai 5% dari berat
tubuh atau sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan sebesar 5% pada anak yang lebih
besar dan individu dewasa sudah dikategorikan sebagai dehidrasi berat. Kehilangan
cairan yang berlebih dapat berlangsung melalui kulit, saluran pencernaan,
perkemihan, paru-paru, atau pembuluh darah.
b. Dehidrasi sedang. Kondisi ini terjadi apabila kehilangn cairan mencapai 5-10%
dari berat tubuh atau sekitar 2-4 liter. Kaddar natrium serum berkisar 152-158
mEq/l. Salah satu gejalanya adalah mata cekung.
c. Dehidrasi berat. Kondisi ini terjadi apabila kehilangan cairan mencapai 4-6 liter.
Kadar natrium serum berkisar 159-166 mEq/l. Pada kondisi ini penderita dapat
mengalami hipotensi.

2. Volume cairan berlebih (fluid volume eccess[FVE])


Volume cairan berlebih (overhidrasi) adalah kondisi ketidakseimbangan yang
ditandai dengan kelebihan (retensi) cairan dan natrium di ruang ekstrasel. Kondisi ini
dikenal juga dengan istilah hipervolemia. Overhidrasi umumnya disebabkan oleh
gangguan pada fungsi ginjal. Manifestasi yang kerap muncul terkait kondisi ini adalah
peningkatan volume darah dan edema. Edema terjadi akibat peningkatan tekanan
hidrostatik dan penurunan tekanan osmotic. Edema sering muncul di daerah mata, jari,
dan pergelangan kaki. Edema pitting adalah edema yang muncul di daerah perifer. Jika
area tersebut ditekan, akan terbentuk cekungan yang tidak langsung hilang setelah
tekanan dilepaskan. Ini karena perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekan
edema pitting tidak menunjukkan kelebihan cairan yang menyeluruh. Sebaliknya pada
edema non-pitting, cairan di dalam jaringan tidak dapat dialihkan ke area dengan
penekanan jari. Ini karena edema non-pitting tida menunjukkan kelebihan cairan
ekstrasel, melainkan kondisi infeksi dan trauma yang menyebabkan pengumpulan dan
pembekuan cairan di permukaan jaringan. Kelebihan cairan vascular meningkatkan
tekanan hidrostatik dan tekanan cairan pada permukaan interstisial. Edema anasarka
adalah edema yang terdapat diseluruh tubuh. Manifestasi edema paru antara lain
penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan bunyi nafas ronkhi basah.

b. Gangguan keseimbangan elektrolit


Gangguan keseimbangan elektrolit meliputi :
1. Hiponatremia dan hipernatremia
Hiponatremia adalah kekurangan kadar natrium di cairan ekstrasel yang
menyebabkan perubahan tekanan osmotic. Perubahan ini mengakibatkan
pindahnya cairan dari ruang ekstrasel ke intrasel sehingga sel menjadi bengkak.
Hiponatremia umumnya disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit Addison,
kehilangan natrium melalui pencernaan, pengeluaran keringat berlebih, dieresis,
serta asidosis metabolic. Penyebab lain yang berkaitan dengan kelebihan cairan
adalah sindrom ketidaktepatan hormon antidiuretik (syndrome of inappropriate
antidiuretichormon [SIADH]), peningkatan asupan cairan, hiperaldosteronisme,
ketoasidosis diabetes,oliguria, dan polidipsia psikogenik. Tanda dan gejala
hiponatremia meliputi cemas,hipotensi postural, postural dizziness, mual, muntah,
diare, takikardi, kejang dan koma.Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah
kadar natrium serum <136 mEq/l dan berat jenis urine <1,010. Hipernatremia
adalah kelabihan kadar natrium di cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan
tekanan osmotic ekstrasel. Kondisi ini mengakibatkan berpindahnya cairan intrasel
keluar sel. Penyebab hipernatremia meliputi asupan natrium yang berlebihan,
kerusakan sensasi haus, disfagia, diare, kehilangan cairan berlebih dari
paru-paru, poliuria karena diabetes insipidus. Tanda dan gejalanya meliputi kulit
kering,mukosa bibir kering, pireksia, agitasi, kejang, oliguria, atau anuria. Temuan
laboratorium untuk kondisi ini kadar natrium serum >144 Meq/l, berat jenis urine
>11,30.
2. Hipokalemia dan hiperkalemia
Hipokalemia adalah kekurangan kadar kalium di cairan ekstrasel yang
menyebabkan pindahnya kalium keluar sel. Akibatnya, ion hydrogen dan kalium
tertahan di dalam sel dan menyebabkan gangguan atau perubahan pH plasma.
Gejala defisiensi kalium pertama kali terlihat pada otot, distensi usus, penurunan
bising usus, serta denyut nadi yang tidak teratur. Pada pemeriksaan laboratorium
ditemukan nilai kalium serum <3,0 mEq/l. hiperkalemia adalah kelebihan kadar
kalium di cairan ekstrasel. Kasus ini jarang sekali terjadi, kalaupun ada, tentu akan
sangat membahayakan kehidupan sebab akan menghambat trasmisi impuls jantung
dan menyebabkan serangan jantung. Saat terjadi hiperkalemia, salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah memberikan insulin sebab insulin dapat membantu
mendorong kalium masuk ke dalam sel. Tanda dan gejala hiperkalemia sendiri
meliputi cemas, iritabilitas, irama jantung ireguler, hipotensi, parastesia, dan
kelemahan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan nilai kalium serum >5
mEq/l, sedangkan pada pemeriksaan EKG didapat gelombang T memuncak, QRS
melebar, dan PR memanjang.
3. Hipokalsemia dan hiperkalsemia
Hipokalsemia adalah kekurangan kadar kalsium di cairan ekstrasel. Bila
berlangsung lama, kondisi ini dapat menyebabkan osteomalasia sebab tubuh akan
berusaha memenuhi kebutuhan kalsium dengan mengambilnya dari tulang. Tanda
dan gejala hipokalsemia meliputi spasme dan tetani, peningkatan motilitas
gastrointestinal, gangguan kardiovaskuler, dan osteoporosis. Temuan laboratorium
untuk kondisi ini meliputi kadar kalsium serum <4,5 mEq/l atau 10 mg/100 ml
serta memanjangnya interval Q-T. Selain itu, hipokalsemia juga dapat dikaji dari
tanda Trosseau dan Chvostek positif. Hiperkalsemia adalah kelebihan kadar
kalsium pada cairan ekstrasel. Kondisi ini menyebabkan penurunan eksitabilitas
otot dan saraf yang pada akhirnya menimbulkan flaksiditas. Tanda dan gejala
hiperkalsemia meliputi penurunan kemampuan otot, anoreksia, mual, muntah,
kelemahan dan letargi, nyeri punggung, dan serangan jantung. Temuan
laboratorium meliputi kadar kalsium serum >5,8 mEq/l atau 10 mg/100 ml dan
peningkatan BUN akibat kekurangan cairan. Hasil rontgen menunjukkan
osteoporosis generalisata serta pembentukan kavitas tulang yang menyebar.

4. Hipomagnesemia dan hipermagnesemia


Hipomagnesemia terjadi apabila kadar magnesium serum urang dari 1,5 mEq/l.
Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh konsumsi alohol yang berlebih, malnutrisi,
diabetes mellitus, gagal hati, absorpsi usus yang buruk. Tanda dan gejalanya
meliputi tremor, refleks tendon profunda yang hiperaktif, konfusi, disorientasi,
halusinasi, kejang, takikardi, dan hipertensi. Temuan laboratorium untuk kondisi
ini meliputi kadar magnesium serum <1,4 mEq/l. Hipermagnesemia adalah kondisi
meningkatnya kadar magnesium di dalam serum. Meski jarang ditemui, namun
kondisi ini dapat menimpa penderita gagal ginjal., terutama yang mengkonsumsi
antasida yang mengandung magnesium. Tanda dan gejala hipermagnesemia
meliputi aritmia jantung, depresi refleks tendon profunda, depresi pernapasan.
Temuan laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar magnesium serum >3,4
mEq/l.
5. Hipokloremia dan hiperkloremia
Hipokloremia adalah penurunan kadar ion klorida dalam serum. Secara khusus,
kondisi ini disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang berlebihan,
seperti muntah, diare, dieresis, serta pengisapan nasogastrik. Tanda dan gejala yang
muncul menyerupai alkalosis metabolic, yaitu apatis, kelemahan, kekacauan
mental, kram, dan pusing. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah nilai ion
klorida >95 mEq/l. Hiperkloremia adalah peningkatan kadar ion klorida serum.
Kondisi ini kerap dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya saat terdapat
dehidrasi dan masalah ginjal. Kondisi hiperkloremia menyebabkan penurunan
bikarbonat sehingga menimbulkan ketidakseimbangan asam-basa. Lebih lanjut,
kondisi ini bisa menyebabkan kelemahan, letargi, dan pernapasan Kussmaul.
Temuan laboratoriumnya adalah nilai ion klorida >105 mEq/l.
6. Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia
Hipofosfatemia adalah penurunan kadar fosfat di dalam serum. Kondisi ini dapat
muncul akibat penurunan absorpsi fosfat di usus, peningkatan ekskresi fosfat, dan
peningkatan ambilan fosfat untuk tulang. Hipofosfatemia dapat terjadi akibat
alkoholisme, malnutrisi, ketoasidosis diabetes, dan hipertiroidisme. Tanda dan
gejalanya meliputi anoreksia, pusing, parestesia, kelemahan otot, serta gejala
neurologis yang tersamar. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah nilai ion
fosfat <2,8 mEq/dl. Hiperfosfatemia adalah peningkatan kadar ion fosfat dalam
serum. Kondisi ini dapat muncul pada kasus gagal ginjal atau saat kadar hormon
paratiroid menurun. Selain itu, hiperfosfatemia juga bisa terjadi akibat asupan
fosfat berlebih atau penyalahgunaan laksatif yang mengandung fosfat. Karena
kadar kalsium berbanding terbalik dengan fosfat, maka tanda dan gejala
hiperfosfatemia hampir sama dengan hipokalsemia yaitu peningkatan eksibilitas
sistem saraf pusat, spasme otot, konvulsi dan tetani, peningkatan motilitas usus,
masalah kardiovaskular seperti penurunan kontraktilitas jantung/gejala gagal
jantung, dan osteoporosis. Temuan laboratoriumnya adalah nilai ion fosfat >4,4
mg/dl atau 3,0 mEq/l.

BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion
jika berada dalam larutan. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler. Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW)
kira-kira 60 % dari berat badan pria dan 50 % dari berat badan wanita. Jumlah volume ini
tergantung pada kandungan lemak badan dan usia.
Mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh melalui tiga proses yaitu difusi, osmosis,
dan transportasi. Cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen yaitu pada intraseluler
dan ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira 2/3 atau 40 % dari BB, sedangkan cairan
ekstraseluler 20 % dari BB. Pengeluaran cairan terjadi melalui organ tubuh yaitu ginjal, kulit,
paru-paru, dan gastrointestinal.
Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit normal adalah akibat dari keseimbangan dinamis
antara makanan dan minuman yang masuk dengan keseimbangan yang melibatkan sejumlah
besar sistem organ. Cairan tubuh dan elektrolit yang dikonsumsi lebih banyak maka cairan yang
dikeluarkan juga lebih banyak.
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh ada sembilan faktor
yaitu usia, aktivitas, iklim, diet, stress, penyakit, tindakan medis, pengobatan, dan pembedahan.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu kelebihan dan kekurangan cairan dan elektrolit.

B. Saran
Kami merasa makalah ini banyak kekurangan, karena kurangnya pengetahuan pada saat
pembuatan makalah ini, kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
pada pembaca agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

A, Aziz Alimul H.2009:”Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2.”Jakarta: Salemba


Medika.
Potter, Perry.2009:”Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku.” Jakarta: Salemba Medika.
dr.Jan Tambayong. Patofsiologi untuk keperawatan
Elizabeth J. Corwin Buku Saku Patofisiologi
Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Keseimbangan Cairan &
Elektrolit” . Jakarta: ECG
Syaifudin, Drs. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Edisi 4. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai