Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH DASAR BIOMEDIK I

KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

DOSEN PEMBIMBING :
Dr.Masrizal, Dt. Mangguang, SKM,M.Biomed
OLEH:
KELOMPOK 6
Elsanita Faiza A.T 1311211104
Mutiara Ayuningtyas 1311211046
Ranti Ayef Eka Putri 1311211064
Adila Sri Rahayu 1611212037
Aulia Rizki Giovany 1611211049
Azzah Nesri Edison 1611213027
Cindy Amalia Ardhani 1611211043
Uni Frisya Lakthi 1611213015
Gian Giodani Gusver 1611213005
Muthia Sartafifa 1611212011
Syarevi Mizani Aulia 1611211041
Westi Anugrah 1611211053

KELAS : A1

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah  berkenan
memberi petunjuk dan kekuatan kepada Kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi- materi yang ada. Materi ini bertujuan
agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai “Keseimbangan Cairan dan
Elektrolit”
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Masrizal Dt. Mangguang, S.KM,
M.Biomed selaku dosen mata kuliah Dasar Biomedik I Universitas Andalas yang telah
memberikan tugas ini kepada kami. Disamping itu kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai perilaku kesehatan. Kami menyadari bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang kami buat di masa yang akan datang.

Padang, 19 September 2016

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….
BAB I ( PENDAHULUAN)
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………….
BAB II (PEMBAHASAN)
2.1 Pengertian Dari Cairan Dan Elektrolit…………………………………………….
2.2  Komposisi Cairan Dan Elektrolit Dalam Tubuh Manusia………………………..
2.3   Cairan Dan Elektolit Dalam Tubuh Manusia……………………………………..
2.4   Fungsi Cairan Dan Elektrolit Dalam Tubuh Manusia…………………………….
2.5   Pergerakan Cairan Dan Elektrolit Tubuh Manusia………………………………..
2.6   Keseimbangan Cairan Dan
Elektrolit………………………………………………
2.7   Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit……….
2.8   Gangguan Keseimbangan Cairan Dan
Elektolit.........................................................
BAB III (PENUTUP)
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………
3.2 Saran……………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Cairan dan elektrolit sangat penting  untuk mempertahankan keseimbangan atau
homeostasis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi
fungsi fisiologis  tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang mengandung partikel-
partikel bahan organic dan anorganik yang vital untuk hidup. Elektrolit tubuh mengandung
komponen-komponen kimiawi. Elektrolit tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan
bermuatan negative (anion). Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk
fungsi neuromuscular dan keseimbangan asam-basa. Pada fungsi neuromuscular, elektrolit
memegang peranan penting terkait dengan transmisi impuls saraf.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu
bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi
dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air
( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan
didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah
satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Disini kami akan membahas lebih spesifik lagi mengenai keseimbangan cairan dan
elektrolit berserta gangguannya itu sendiri. Untuk itu Dalam makalah ini penulis akan
menguraikan mengenai pengertian dari cairan dan elektrolit, komposisi cairan dan elektrolit
dalam tubuh manusia, cairan dan elektolit dalam tubuh manusia, fungsi cairan dan elektrolit
dalam tubuh manusia, pergerakan cairan dan elektrolit tubuh manusia, keseimbangan cairan
dan elektrolit, faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit,
gangguan keseimbangan cairan dan elektolit.
1.2    Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari cairan dan elektrolit?
2. Apa saja komposisi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia?
3. Bagaimana cairan dan elektolit dalam tubuh manusia?
4. Apa fungsi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia?
5. Bagaimana pergerakan cairan dan elektrolit tubuh manusia?
6. Bagaimana keseimbangan cairan dan elektrolit?
7. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit?
8. Apa saja gangguan keseimbangan cairan dan elektolit ?

1.3    Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari cairan dan elektrolit
2. Untuk mengetahui dan memahami komposisi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia
3. Untuk mengetahui dan memahami cairan dan elektolit dalam tubuh manusia
4. Untuk mengetahui dan memahami fungsi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia?
5. Untuk mengetahui dan memahami pergerakan cairan dan elektrolit tubuh manusia
6. Untuk mengetahui dan memahami keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan
dan elektrolit
8. Untuk mengetahui dan memahami gangguan keseimbangan cairan dan elektolit
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Cairan dan Elektrolit
Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price, 2006).
Kemudian elektrolit itu sendiri adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Price, Silvia, 2006). Cairan dan
elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan
cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi
homeostatis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,
minuman, dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu
dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

2.2 Komposisi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia

Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut (zat terlarut)
1.Air
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa hampir 60% dari berat
badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari berat badannya.
2.Solut(terlarut)
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut) elektrolit dan
non-elektrolit.
a.    Elektrolit : Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan
menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif dan diukur
dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama lain(miliekuivalen/liter). Jumlah kation
dan anion, yang diukur dalam miliekuivalen, dalam larutan selalu sama. mol/L ) atau dengan
berat molekul dalam garam ( milimol/liter mEq/L)
§ Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation
ekstraselular utama adalah natrium (Na˖), sedangkan kation intraselular utama adalah
kalium (K˖). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke
luar dan kalium ke dalam.
§ Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion
ekstraselular utama adalah klorida ( Clˉ ), sedangkan anion intraselular utama adalah
ion fosfat (PO4ɜ).
b.    Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam larutan
dan diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang
secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.

2.3 Cairan dan Elektolit dalam Tubuh


2.3.1 Cairan dalam Tubuh Manusia
Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia membutuhkan
cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai jaringan tubuh. Hal
tersebut dapat dicapai dengan serangkaian manuver fisika-kimia yang kompleks. Air
menempati proporsi yang besar dalam tubuh. Seseorang dengan berat 70 kg bisa memiliki
sekitar 50 liter air dalam tubuhnya. Air menyusun 75% berat badan bayi, 70% berat badan
pria dewasa, dan 55% tubuh pria lanjut usia. Karena wanita memiliki simpanan lemak yang
relative banyak (relative bebas-air), kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit
dibandingkan pria. Air tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh, yaitu :
1. Cairan intraselular (CIS). CIS adalah cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh.
Cairan ini berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar
2/3 dari jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak
adalah K+, Mg+, sedikit Na+. Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein,
sedikit HCO3-, SO42-, Cl-
2. Cairan ekstraselular (CES). CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan
menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravascular,
cairan interstisial, dan cairan transeluler. Cairan  interstisial terdapat dalam ruang
antar-sel, plasma darah, cairan serebrospinal, limfe, serta cairan rongga serosa dan
sendi. Akan tetapi,  jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan dalam keseimbangan
cairan. Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta
mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua arah
antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan adalah :  kation dan anion.
2.3.2 Elektrolit Utama Tubuh Manusia

Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan non elektrolit. Non
elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik,
seperti:protein ,urea ,glukosa ,oksigen ,karbon dioksida dan asam-asam organik. Sedangkan
elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+),kalium (K+), Kalsium (Ca++),magnesium (Mg++),
Klorida (Cl-), bikarbonat(HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).
Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian
yang lainnya ,tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum
netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah
muatan-muatan positif. Komposisi dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intarseluler
maupun pada plasma terinci dalam tabel di bawah ini :
N Elektrolit Ekstraseluler Interstitial Intraseluler Plasma
o.
1.  Kation :
Natrium (Na+)  144,0 mEq 137,0 mEq 10 mEq
Kalium (K+) 5,0 mEq 4,7 mEq 141 mEq
Kalsium (Ca++)  2,5 mEq 2,4 mEq 0
Magnesium (Mg ++) 1,5 mEq 1,4 mEq 31 mEq
2. . Anion :
Klorida (Cl-) 107,0 mEq 112,7 mEq 4 mEq
Bikarbonat (HCO3-) 27,0 mEq 28,3 mEq 10 mEq
Fosfat (HPO42-)
Sulfat (SO42-) 2,0 mEq 2,0 mEq 11 mEq
Protein
0,5 mEq 0,5 mEq 1 mEq

1,2 mEq 0,2 mEq 4        mEq


2.4 Fungsi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia
2.4.1 Fungsi Cairan dalam Tubuh
a.    Dalam proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh,air mempunyai 2
fungsi utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat,vitamin dan mineral
pembawa oksigen ke dalam sel-sel tubuh.
b.    Selain itu,air di dalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk
samping hasil metabolism juga dapat dikatakan berperan dalam proses metabolisme seperti
karbon dioksida(CO ) dan juga senyawa nitrat
c.    Sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata, mulut dan hidung,
pelumas dalam cairan sendi 02 Sports Science Brief tubuh
d.   Katalisator reaksi biologik sel,
e.    Pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga
tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut.
f.     Selain itu sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada
pada kondisi ideal yaitu ± 37C.

2.4.2 Fungsi Elektrolit dalam Tubuh


a.    Membantu dalam perpindahan cairan antara ruangan dalam sel dan di luar sel
terutama denga adanya natrrium. Apabila jumlah natrium dalam CES meningkat maka
sejumlah cairan akan berpindah menuju CES untuk keseimbangan cairan.
b.    Mengatur keseimbangan asam basa dan menentukan pH darah dengan adanya
sistem bufer.
c.    Dengan adanya perbedaan komposisi elektrolit di CES dan CIS maka akan terjadi
perpindahan yang menghasilkan implus – implus saraf dan mengakibatkan terjadinya
kontraksi otot.

2.5 Pergerakan Cairan Dan Elektrolit Tubuh


Regulasi cairan dalam tubuh meliputi hubungan timbal balik antara sejumlah
komponen, termasuk air dalam tubuh dan cairannya, bagian-bagian cairan, ruang cairan,
membran, sistem transpor, enzim, dan tonisitas. Sirkulasi cairan dan elektolit terjadi dalam
tiga tahap. Pertama, plasma darah begerak di seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi. Kedua,
cairan interstisial dan komponennya bergerak di antara kapiler darah dan sel. Terakhir, cairan
dan substansi bergerak dari cairan interstisial ke dalam sel. Sedangkan mekanisme
pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam tiga proses, yaitu :
a.    Difusi. Difusi adalah perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju
area berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel. Pada proses ini,
cairan dan elektrolit masuk melintasi membrane yang memisahkan dua kompartemen
sehingga konsentrasi di kedua kompartemen itu seimbang. Kecepatan difusi dipenngaruhi
oleh tiga hal, yakni ukuran molekul, konsentrasi larutan dan temperature larutan.
b.    Osmosis. Osmosis adalah perpindahan cairan melintasi membrane semipermiabel
dari area berkonsentrasi rendah menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Pada proses ini,
cairan melintasi membrane untuk mengencerkan kedua sisi membrane. Perbedaan osmotic ini
salah satunya dipengaruhi oleh distribusi protein yang tidak merata. Karena ukuran
molekulnya yang besar, ketidakseimbangan tekanan osmotic koloid (tekanan onkotik)
sehingga cairan tertarik ke dalam ruang intravaskular.
c.    Transport Aktif. Transport aktif adalah proses pengangkutan yang digunakan
oleh molekul untuk berpindah melintasi membrane selmelawan gradient konsentrasinya.
Dengan kata lain, transport aktif adalah gerakan partikel dari konsentrasi lain tanpa
memandang tingkatannya. Proses ini membutuhkan energy dalam bentuk adenosine trifosfat
(ATP). ATP berguna untuk mempertahankan konsentrasi ion natrium dan kalium dalam
ruang ekstrasel dan intrasel melalui suatu proses yang disebut pompa “natrium-kalium”.

2.6 Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit


2.6.1 Keseimbangan Cairan
Pengaturan keseimbangan cairan terjadi melalui mekanisme haus, hormone anti-diuretik
(ADH), hormone aldosteron, prostaglandin, dan glukortikoid. Berikut ini merupakan
penjelasan mengenai hal tersebut antara lain :
1)      Rasa haus. Rasa haus adalah keinginan yang disadari tehadap kebutuhan akan cairan.
Rasa haus biasanya muncul apabila osmolalitas plasma mencapai 295 mOsm/kg.
Osmoreseptor yang terletak di pusat rasa haus hipotalamus sensitive terhadap perubahan
osmolalitas pada cairan ekstrasel. Bila osmolalitas meningkat, sel akan mengkerut dan
sensasi rasa haus akan muncul akibat kondisi dehidrasi. Mekanismenya adalah sebagai
berikut :
a)   Penurunan perfusi ginjal merangsang pelepasan rennin, yang akhirnya
menghasilkan angiotensin II. Angiotensin II merangsang hipotalamus untuk melepaskan
substrat neuron yang bertanggungjawab meneruskan sensasi haus.
b)  Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotic dan
mengaktivasi jaringan saraf sehingga menghasilkan sensasi haus.
c)   Rasa haus dapat diinduksi oleh kekeringan local pada mulut akibat status
hiperosmolar. Selain itu, rasa haus bisa juga muncul untuk menghilangkan sensasi kering
yang tidak nyaman akibat penurunan saliva.

2)     Hormon ADH. Hormon ini dibentuk di hipotalamus dan disimpan di  dalam
neurohipofisis pada hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan
osmolalitas dan penurunan cairan ekstrasel. Selain itu, sekresi juga dapat terjadi pada kondisi
stres, trauma, pembedahan, nyeri, dan pada penggunaan beberapa jenis anestetik dan obat-
obatan. Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus pengumpul sehingga dapat
menahan air dan mempertahankan volume cairan ekstrasel. ADH juga disebut sebagai
vasopresin karena mempunyai efek vasokonstriksi minor pada arteriol yang dapat
meningkatkan tekanan darah.

3) Hormon aldosteron. Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal dan bekerja pada tubulus
ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium. Retensi natrium mengakibatkan retensi air.
Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, kadar natrium serum,
dan sistem rennin-angiotensin.

4)      Prostaglandin. Prostaglandin merupakan asam lemak alami yang terdapat di banyak
jaringan dan berperan dalam respons radang, pengontrolan tekanan darah, kontraksi uterus,
dan motilitas gastrointestinal. Di ginjal, prostaglandin berperan mengatur sirkulasi ginjal,
reabsorpsi natrium.

5)      Glukortikoid. Glukortikoid meningkatkan reabsorpsi natrium dan air sehingga


memperbesar volume darah dan mengakibatkan retensi natrium. Oleh karena itu, perubahan
kadar glukortikoid mengakibatkan perubahan pada keseimbangan volume darah
(Tambayong, 2000).

Asupan cairan pada individu dewasa berkisar 1500-3500 ml/hari. Sedangkan haluaran
cairannya adalah 2300 ml/hari. Pengeluaran cairan dapat terjadi melalui beberapa organ,
yakni kulit, paru-paru, pencernaan, dan ginjal.
a.    Kulit. Pengeluaran cairan melalui kulit diatur oleh kerja saraf simpatis yang
merangsang aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan pada kelenjar keringat ini disebabkan
oleh aktivitas otot, temperature lingkungan yang tinggi dan kondisi demam. Pengeluaran
cairan melalui kulit dikenal dengan istilah insensible water loss (IWL). Hal yang sama juga
berlaku pada paru-paru. Sedangkan pengeluaran cairan melalui kulit berkisar 15-20ml/24 jam
atau 350-400 ml/hari.
b.    Paru-paru. Meningkatnya jumlah cairan yang keluaran melalui paru merupakan
suatu bentuk respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas karena pergerakan
atau kondisi demam. IWL untuk paru adalah 350-400 ml/hari.
c.    Pencernaan. Dalam kondisi normal, jumlah cairan yang hilang melalui sistem
pencernaan setiap harinya berkisar 100-200 ml. perhitungan IWL secara keseluruhan adalah
10-15 ml/kg BB/24 jam, dengan penambahan 10% dari IWL normal setiap kenaikan suhu
10C.
d.   Ginjal. Ginjal merupakan organ pengeksresikan cairan yang utama pada tubuh.
Pada individu dewasa, ginjal mengeksresikan sekitar 1500 ml per hari.

2.6.2   Keseimbangan Elektrolit


Keseimbangan elektrolit sangat penting karena total konsentrasi elektrolit akan memengaruhi
keseimbangan cairan, dan konsentrasi elektrolit berpengaruh pada fungsi sel. Elektrolit
berperan dalam mempertahankan keseimbangan cairan, regulasi asam basa, memfasilitasi
reaksi enzim dan transmisi reaksi neuromuskular. Elektrolit yang terbanyak di dalam tubuh
adalah kation dan anion.
a)   Kation. Kation yang terdapat dalam tubuh meliputi :
Ø Natrium(Na+). Natrium merupakan kation utama dalam CES. Konsentrasi
normal natrium diatur oleh ADH dan aldosteron (di ekstrasel). Natrium tidak hanya bergerak
ke dalam dan keluar sel, tetapi juga bergerak di antara dua kompartemen cairan utama.
Natrium berperan dalam pengaturan keseimbangan cairan, hantaran impuls dan kontraksi
otot. Fungsi utama natrium adalah untuk membantu mempertahankan keseimbangan cairan,
terutama intrasel dan ekstrasel, dengan menggunakan sistem “pompa natrium-kalium”.
Regulasi ion natrium dilakukan dengan asupan natrium, hormone aldosteron dan haluaran
urin.
Ø Kalium(K+). Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam CIS. Sumber
kalium diperoleh dari pisang, brokoli, jeruk dan kentang. Kalium penting untuk
mempertahankan keseimbangan asam-basa, serta mengatur trasmisi impuls jantung dan
kontraksi otot. Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan perubahan dan penggantian
dengan ion kalium di tubulus ginjal.
Ø Calcium(Ca2+). Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di
dalam tulang dan gigi untuk membuatnya keras dan kuat, meningkatkan fungsi syaraf dan
muscle, meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses pengaktifan
protrombin dan thrombin. Sumber : susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran.

b)     Anion. Anion yang terdapat dalam tubuh meliputi :


Ø Klorida (Cl-). Klorida temasuk salah satu anion terbesar di cairan ekstrasel.
Klorida berfungsi mempertahankan tekanan osmotic darah. Nilai normal klorida adalah 95-
105 mEq/l.
Ø Bikarbonat(Cl-). Bikarbonat merupakan buffer kimia utama dalam tubuh yang
terdapat di cairan ekstrasel dan intrasel. Regulasi bikarbonat dilakukan oleh ginjal. Nilai
normal bikarbonat adalah 22-26 mEq/l.
Ø Fosfat(PO42-). Fosfat merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel.
Fosfat berfungsi membantu pertumbuhan tulang dan gigi serta menjaga keutuhannya. Selain
itu, fosfat juga membantu kerja neuromuscular, metabolisme karbohidrat, dan pengaturan
asam-basa. Kerja fosfat ini diatur oleh hormon paratiroid dan diaktifkan oleh vitamin D.

2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit


Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain:
a.     Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia berpengaruh terhadap
proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak
di masa pertumbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang
dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih
besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga
dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur
dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan
yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal
b.      Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit.
Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini
mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah
cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yang tidak disadari
(insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar
keringat.
c.       Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak akan
mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi ini,
cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya
IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat
metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di
dearah deangan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan
cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang
bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehaei melalui keringat.
Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak
700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di
lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.

d.      Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan makanan
tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah
simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.
e.       Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh
mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan
glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress
juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi
produksi urine.
f.       Penyakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Misalnya : Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL,penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
g.      Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar
kalsium dan kalium.
h.      Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan
tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar
kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium
dan air dalam tubuh.
i.          Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan cairan.
Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan beberapa
klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui
intravena selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat
anastesia.

2.8  Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektolit


2.8.1 Gangguan keseimbangan cairan
Hal ini dapat terjadi apabila mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu mempertahankan
homeostatis. Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa defisit volume cairan atau
sebaliknya.
1.    Defisit volume cairan (fluid volume defisit [FVD]). Defisit volume cairan adalah
suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan dan elektrolit di
ruang ekstrasel, namun proporsi antara keduanya (cairan dan elektrolit) mendekati normal.
Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipovolemia. Pada keadaan hipovolemia, tekanan
osmotik mengalami perubahan sehingga cairan interstisial menjadi kosong dan cairan intrasel
masuk ke ruang interstisial sehingga mengganggu kehidupan sel. Secara umum, kondisi
defisit volume cairan (dehidrasi) terbagi menjadi tiga, yaitu :
a)     Dehidrasi isotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang sebanding dengan jumlah
elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-145 mEq/l.
b)     Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi jika jumlah cairan yang hilang sebanding dengan jumlah
elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-150 mEq/l.
c)     Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang lebih sedikit daripada
jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma darah adalah 130 mEq/l.
Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menimbulkan beberapa perubahan. Di
antaranya adalah penurunan volume ekstrasel (hipovolemia) dan perubahan hematokrit. Pada
dasarnya, kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, seperti kurangnya asupan cairan,
tingginya asupan pelarut (mis., protein dan klorida atau natrium) yang dapat menyebabkan
eksresi urine berlebih, berkeringat banyak dalam waktu yang lama, serta kelainan lain yang
menyebabkan pengeluaran urine berlebih. Lebih lanjut, kondisi dehidrasi dapat digolongkan
menurut derajat keparahan menjadi :

a.     Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini, kehilangan cairan mencapai 5% dari berat
tubuh atau sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan sebesar 5% pada anak yang lebih besar dan
individu dewasa sudah dikategorikan sebagai dehidrasi berat. Kehilangan cairan yang
berlebih dapat berlangsung melalui kulit, saluran pencernaan, perkemihan, paru-paru, atau
pembuluh darah.
b.   Dehidrasi sedang. Kondisi ini terjadi apabila kehilangn cairan mencapai 5-10%
dari berat tubuh atau sekitar 2-4 liter. Kaddar natrium serum berkisar 152-158 mEq/l. Salah
satu gejalanya adalah mata cekung.
c.    Dehidrasi berat. Kondisi ini terjadi apabila kehilangan cairan mencapai 4-6 liter.
Kadar natrium serum berkisar 159-166 mEq/l. Pada kondisi ini penderita dapat mengalami
hipotensi.

2.    Volume cairan berlebih (fluid volume eccess[FVE]). Volume cairan berlebih


(overhidrasi) adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan kelebihan (retensi)
cairan dan natrium di ruang ekstrasel. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipervolemia.
Overhidrasi umumnya disebabkan oleh gangguan pada fungsi ginjal. Manifestasi yang kerap
muncul terkait kondisi ini adalah peningkatan volume darah dan edema. Edema terjadi akibat
peningkatan tekanan hidrostatik dan penurunan tekanan osmotic. Edema sering muncul di
daerah mata, jari, dan pergelangan kaki. Edema pitting adalah edema yang muncul di daerah
perifer. Jika area tersebut ditekan, akan terbentuk cekungan yang tidak langsung hilang
setelah tekanan dilepaskan. Ini karena perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekan
edema pitting tidak menunjukkan kelebihan cairan yang menyeluruh. Sebaliknya pada edema
non-pitting, cairan di dalam jaringan tidak dapat dialihkan ke area dengan penekanan jari. Ini
karena edema non-pitting tida menunjukkan kelebihan cairan ekstrasel, melainkan kondisi
infeksi dan trauma yang menyebabkan pengumpulan dan pembekuan cairan di permukaan
jaringan. Kelebihan cairan vascular meningkatkan tekanan hidrostatik dan tekanan cairan
pada permukaan interstisial. Edema anasarka adalah edema yang terdapat diseluruh tubuh.
Manifestasi edema paru antara lain penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan bunyi nafas
ronkhi basah.

2.6.2   Gangguan keseimbangan elektrolit


Gangguan keseimbangan elektrolit meliputi :
a.    Hiponatremia dan hipernatremia. Hiponatremia adalah kekurangan kadar
natrium di cairan ekstrasel yang menyebabkan perubahan tekanan osmotic. Perubahan ini
mengakibatkan pindahnya cairan dari ruang ekstrasel ke intrasel sehingga sel menjadi
bengkak. Hiponatremia umumnya disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit Addison,
kehilangan natrium melalui pencernaan, pengeluaran keringat berlebih, dieresis, serta asidosis
metabolic. Penyebab lain yang berkaitan dengan kelebihan cairan adalah sindrom
ketidaktepatan hormon antidiuretik (syndrome of inappropriate antidiuretic hormon
[SIADH]), peningkatan asupan cairan, hiperaldosteronisme, ketoasidosis diabetes, oliguria,
dan polidipsia psikogenik. Tanda dan gejala hiponatremia meliputi cemas, hipotensi postural,
postural dizziness, mual, muntah, diare, takikardi, kejang dan koma. Temuan laboratorium
untuk kondisi ini adalah kadar natrium serum <136 mEq/l dan berat jenis urine <1,010.
Hipernatremia  adalah kelabihan kadar natrium di cairan ekstrasel yang menyebabkan
peningkatan tekanan osmotic ekstrasel. Kondisi ini mengakibatkan berpindahnya cairan
intrasel keluar sel. Penyebab hipernatremia meliputi asupan natrium yang berlebihan,
kerusakan sensasi haus, disfagia, diare, kehilangan cairan berlebih dari paru-paru, poliuria
karena diabetes insipidus. Tanda dan gejalanya meliputi kulit kering, mukosa bibir kering,
pireksia, agitasi, kejang, oliguria, atau anuria. Temuan laboratorium untuk kondisi ini kadar
natrium serum >144 Meq/l, berat jenis urine >11,30.

b.   Hipokalemia dan hiperkalemia. Hipokalemia adalah kekurangan kadar kalium


di cairan ekstrasel yang menyebabkan pindahnya kalium keluar sel. Akibatnya, ion hydrogen
dan kalium tertahan di dalam sel dan menyebabkan gangguan atau perubahan pH plasma.
Gejala defisiensi kalium pertama kali terlihat pada otot, distensi usus, penurunan bising usus,
serta denyut nadi yang tidak teratur. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan nilai kalium
serum <3,0 mEq/l.  hiperkalemia adalah kelebihan kadar kalium di cairan ekstrasel. Kasus ini
jarang sekali terjadi, kalaupun ada, tentu akan sangat membahayakan kehidupan sebab akan
menghambat trasmisi impuls jantung dan menyebabkan serangan jantung. Saat terjadi
hiperkalemia, salah  satu upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan insulin sebab
insulin dapat membantu mendorong kalium masuk ke dalam sel. Tanda dan gejala
hiperkalemia sendiri meliputi cemas, iritabilitas, irama jantung ireguler, hipotensi, parastesia,
dan kelemahan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan nilai kalium serum >5 mEq/l,
sedangkan pada pemeriksaan EKG didapat gelombang T memuncak, QRS melebar, dan PR
memanjang.

c.    Hipokalsemia dan hiperkalsemia. Hipokalsemia adalah  kekurangan kadar


kalsium di cairan ekstrasel. Bila berlangsung lama, kondisi ini dapat menyebabkan
osteomalasia sebab tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan kalsium dengan
mengambilnya dari tulang. Tanda dan gejala hipokalsemia meliputi spasme dan tetani,
peningkatan motilitas gastrointestinal, gangguan kardiovaskuler, dan osteoporosis. Temuan
laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar kalsium serum <4,5 mEq/l atau 10 mg/100 ml
serta memanjangnya interval Q-T. Selain itu, hipokalsemia juga dapat dikaji dari tanda
Trosseau dan Chvostek positif. Hiperkalsemia adalah kelebihan kadar kalsium pada cairan
ekstrasel. Kondisi ini menyebabkan penurunan eksitabilitas otot dan saraf yang pada akhirnya
menimbulkan flaksiditas. Tanda dan gejala hiperkalsemia meliputi penurunan kemampuan
otot, anoreksia, mual, muntah, kelemahan dan letargi, nyeri punggung, dan serangan jantung. 
Temuan laboratorium meliputi kadar kalsium serum >5,8 mEq/l atau 10 mg/100 ml dan
peningkatan BUN akibat kekurangan cairan. Hasil rontgen menunjukkan osteoporosis
generalisata serta pembentukan kavitas tulang yang menyebar.

d.   Hipomagnesemia  dan hipermagnesemia. Hipomagnesemia terjadi apabila


kadar magnesium serum urang dari 1,5 mEq/l. Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh
konsumsi alohol yang berlebih, malnutrisi, diabetes mellitus, gagal hati, absorpsi usus yang
buruk. Tanda dan gejalanya meliputi tremor, refleks tendon profunda yang hiperaktif,
konfusi, disorientasi, halusinasi, kejang, takikardi, dan hipertensi. Temuan laboratorium
untuk kondisi ini meliputi kadar magnesium serum <1,4 mEq/l. Hipermagnesemia adalah
kondisi meningkatnya kadar magnesium di dalam serum. Meski jarang ditemui, namun
kondisi ini dapat menimpa penderita gagal ginjal., terutama yang mengkonsumsi antasida
yang mengandung magnesium. Tanda dan gejala hipermagnesemia meliputi aritmia jantung,
depresi refleks tendon profunda, depresi pernapasan. Temuan laboratorium untuk kondisi ini
meliputi kadar magnesium serum >3,4 mEq/l.
e.    Hipokloremia dan hiperkloremia. Hipokloremia adalah penurunan kadar ion
klorida dalam serum. Secara khusus, kondisi ini disebabkan oleh kehilangan sekresi
gastrointestinal yang berlebihan, seperti muntah, diare, dieresis, serta pengisapan nasogastrik.
Tanda dan gejala yang muncul menyerupai alkalosis metabolic, yaitu apatis, kelemahan,
kekacauan mental, kram, dan pusing. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah nilai ion
klorida  >95 mEq/l. Hiperkloremia adalah peningkatan kadar ion klorida serum. Kondisi ini
kerap dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya saat terdapat dehidrasi dan masalah ginjal.
Kondisi hiperkloremia menyebabkan penurunan bikarbonat sehingga menimbulkan
ketidakseimbangan asam-basa. Lebih lanjut, kondisi ini bisa menyebabkan kelemahan,
letargi, dan pernapasan Kussmaul. Temuan laboratoriumnya adalah nilai ion klorida >105
mEq/l.
f.     Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia. Hipofosfatemia adalah penurunan kadar
fosfat di dalam serum. Kondisi ini dapat muncul akibat penurunan absorpsi fosfat di usus,
peningkatan ekskresi fosfat, dan peningkatan ambilan fosfat untuk tulang. Hipofosfatemia
dapat terjadi akibat alkoholisme, malnutrisi, ketoasidosis diabetes, dan hipertiroidisme. Tanda
dan gejalanya meliputi anoreksia, pusing, parestesia, kelemahan otot, serta gejala neurologis
yang tersamar. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah nilai ion fosfat <2,8 mEq/dl.
Hiperfosfatemia adalah peningkatan kadar ion fosfat dalam serum. Kondisi ini dapat muncul
pada kasus gagal ginjal atau saat kadar hormon paratiroid menurun. Selain itu,
hiperfosfatemia juga bisa terjadi akibat asupan fosfat berlebih atau penyalahgunaan laksatif
yang mengandung fosfat. Karena kadar kalsium berbanding terbalik dengan fosfat, maka
tanda dan gejala hiperfosfatemia hampir sama dengan hipokalsemia yaitu peningkatan
eksibilitas sistem saraf pusat, spasme otot, konvulsi dan tetani, peningkatan motilitas usus,
masalah kardiovaskular seperti penurunan kontraktilitas jantung/gejala gagal jantung, dan
osteoporosis.  Temuan laboratoriumnya adalah nilai ion fosfat >4,4 mg/dl atau 3,0 mEq/l.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar
yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Total jumlah volume cairan tubuh (total
body water-TBW) kira-kira 60 % dari berat badan pria dan 50 % dari berat badan wanita.
Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia.
Mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh melalui tiga proses yaitu difusi,
osmosis, dan transportasi. Cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen yaitu pada
intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira 2/3 atau 40 % dari BB, sedangkan
cairan ekstraseluler 20 % dari BB. Pengeluaran cairan terjadi melalui organ tubuh yaitu
ginjal, kulit, paru-paru, dan gastrointestinal.
Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit normal adalah akibat dari keseimbangan
dinamis antara makanan dan minuman yang masuk dengan keseimbangan yang melibatkan
sejumlah besar sistem organ. Cairan tubuh dan elektrolit yang dikonsumsi lebih banyak maka
cairan yang dikeluarkan juga lebih banyak.
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh ada
sembilan faktor yaitu usia, aktivitas, iklim, diet, stress, penyakit, tindakan medis, pengobatan,
dan pembedahan. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kelebihan dan kekurangan cairan dan elektrolit.

3.2 Saran
Demikian makalah yang dapat penulis paparkan mengenai Keseimbangan Cairan dan
Elektrolit. Semoga makalah ini berguna bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa. Kami
menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kesalahan. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun kami harapkan untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. 1A, Aziz Alimul H.2009:”Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2.”Jakarta:
Salemba Medika.
2. Potter, Perry.2009:”Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku.” Jakarta: Salemba
Medika.
3. dr.Jan Tambayong. Patofsiologi untuk keperawatan
4. Elizabeth J. Corwin Buku Saku Patofisiologi
5. Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Keseimbangan
Cairan & Elektrolit” . Jakarta: ECG
6. Syaifudin, Drs. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Edisi 4.
Jakarta: EGC
KUMPULAN SOAL
1.  Berikut merupakan Komponen cairan ekstraseluler, Kecuali....
a. Intravaskular c. Transeluler
b. Interstitial d. Transvaskular

2. Dibawah ini fungsi cairan tubuh yang benar ialah....


a. Mengatur suhu tubuh dan melancarkan ASI
b. Mengatur suhu tubuh dan melancarkan peredaran darah
c. Mengatur peredarah darah dan meningkatkan berat badan
d. Mengatur peredaran darah dan melancarkan ASI

3. Bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran semipermeabel dari larutan
yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi disebut....
a. Transfor Aktif c. Osmosis
b. Difusi d. Difusi Pasif

4. Berikut adalah jenis elektrolit di dalam tubuh, kecuali...


a. Ba c. Ca
b. Na d. HCO3

5. Elektrolit yang berfungsi pada pembekuan darah adalah....


a. Kalsium c. Fospat
b. Kalium d. Magnesium
6. Pada fase III dari perpindahan cairan dan elektrolit tubuh, terjadi perpindahan cairan
interstitial masuk ke...
a. Paru-paru c. Sel
b. Gastrointestinal d. Pembuluh Darah

7. Sampel yang dapat digunakan pada pemeriksaan elektrolit tubuh,Kecuali...


a. Urine c. Serum
b. Saliva d. Cairan serebrospinal

8. Metode yang dapat digunakan dalam pemeriksaan kadar natrium adalah.....


a. Titrasi merkurimetri c. Atomic absorption spectrofotometry
b. Titrasi kolorimetri d. Flame emission spectrofotometry

9. Sampel dimasukkan tanpa diluen dan banyak digunakan untuk analisa gas darah
merupakan metode pemeriksaan secara....
a. Indirek c. Kuantitatif
b. Direk d. Kualitatif

10. Nilai normal elektrolit natrium di dalam tubuh berkisar antara.....


a. 125-135 meq/L c. 135- 145 meq/L
b. 125-145 meq/L d. 135- 155 meq/L

Anda mungkin juga menyukai