Anda di halaman 1dari 49

KESEHATAN UMUM

UU KESEHATAN, KEMENKES RPJMN, NAWACITA, BPJS

SKB Penyuluh Kesehatan Mayarakat


14 November 2021
UU KESEHATAN
UU No. 36 tahun 2009 UU No. 36 tahun 2014
tentang Kesehatan tentang tenaga Kesehatan
terdiri dari 205 pasal terdiri dari 96 pasal

Pasal Pasal Yang Sering Muncul Pasal Pasal Yang Sering Muncul

Pasal 1 sampai 13 Pasal 24, 29, 44, 46, 57,


56, 57, 75, 76, 115 58, 59, 66
UU No. 36 Tahun 2009
Pasal 1

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.

 Pelayanan kesehatan promotif : promosi kesehatan.


 Pelayanan kesehatan preventif : pencegahan masalah kesehatan/penyakit
 Pelayanan kesehatan kuratif : penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit
 Pelayanan kesehatan rehabilitatif : mengembalikan bekas penderita ke
dalam masyarakat
UU No. 36 Tahun 2009
Asas Pembangunan Tujuan Pembangunan
kesehatan Pasal 2 kesehatan Pasal 3
 Perikemanusiaan Untuk meningkatkan kesadaran,
 Keseimbangan kemauan, dan kemampuan hidup
 Manfaat sehat bagi setiap orang agar
 Pelindungan terwujud derajat kesehatan
 Penghormatan Terhadap Hak masyarakat yang setinggi-
Dan Kewajiban tingginya, sebagai investasi bagi
 Keadilan pembangunan sumber daya
 Gender Dan Nondiskriminatif manusia yang produktif secara
 Norma-norma Agama. sosial dan Ekonomis.
UU No. 36 Tahun 2009

Pasal 4 Hak kesehatan untuk setiap orang

Pasal 5 Hak memperoleh kesehatan yang AMAN, BERMUTU,


TERJANGKAU dan menentukan pilihan pelayanan kes
yang diinginkan

Pasal 6 Hak memperoleh lingkungan sehat

Pasal 7 Hak memperoleh informasi dan edukasi kesehatan

Pasal 8 Hak memperoleh informasi tindakan kesehatan


UU No. 36 Tahun 2009

Pasal 9 KEWAJIBAN meningkatkan derajat kesehatan

Pasal 10 KEWAJIBAN menghormati hak orang lain dalam


memperoleh lingkungan sehat

Pasal 11 KEWAJIBAN berperilaku sehat dalam mewujudkan


kesehatan setingginya
Pasal 12 KEWAJIBAN menjaga dan meningkatkan derajat
kesehatan
Pasal 13 KEWAJIBAN mengikuti PROGRAM JAMKES SOSIAL
UU No. 36 Tahun 2009

Pasal 56 Setiap orang berhak menerima atau menolak


sebagian atau seluruh tindakan pertolongan yang
akan diberikan kepadanya setelah menerima dan
memahami informasi mengenai tindakan tersebut
secara lengkap.

PENOLAKAN TIDAK BERLAKU PADA:


a. Penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat
menular ke dalam masyarakat yang lebih luas;
b. Keadaan seseorang yang tidak sadarkan diri; atau
c. Gangguan mental berat.
UU No. 36 Tahun 2009

Pasal 57 Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan


pribadinya yang telah dikemukakan kepada
penyelenggara pelayanan kesehatan.

TIDAK BERLAKU DALAM HAL:


a. Perintah undang-undang
b. Perintah pengadilan
c. Izin yang bersangkutan
d. Kepentingan masyarakat
e. Kepentingan orang tersebut.
UU No. 36 Tahun 2009

Pasal 75 SETIAP ORANG DILARANG ABORSI

PENGECUALIAN DALAM HAL:


 Indikasi kedaruratan medis yang mengancam nyawa ibu
dan/atau janin
 Menderita penyakit genetic berat dan/atau cacat bawaan,
yang dapat menyulitkan bayi jika hidup di luar kandungan
 Kehamilan akibat perkosaan
UU No. 36 Tahun 2009

Pasal 76

Aborsi hanya dapat dilakukan:


a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu
b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan
c. Kewenangan dan sertifikat
d. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
e. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan
f. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh menteri.
UU No. 36 Tahun 2009

Pasal 115
Kawasan tanpa rokok
a. fasilitas pelayanan kesehatan;
b. tempat proses belajar mengajar;
c. tempat anak bermain;
d. tempat ibadah;
e. angkutan umum;
f. tempat kerja; dan
g. tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan.
UU No. 36 Tahun 2014

Pasal 24 Penempatan Tenaga Kesehatan dilakukan dengan tetap


memperhatikan pemanfaatan dan pengembangan
Tenaga Kesehatan.

Dilakukan melalui seleksi

Pasal 29 Pemerintah dapat menetapkan pola ikatan dinas bagi


calon Tenaga Kesehatan Untuk kepentingan
pembangunan kesehatan.
UU No. 36 Tahun 2014

Pasal 44 Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik


wajib memiliki STR.

STR berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat


diregistrasi ulang setelah memenuhi persyaratan.

Pasal 46 Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik


wajib memiliki SIP.
UU No. 36 Tahun 2014

Pasal 57 Setiap Tenaga Kesehatan BERHAK:


 memperoleh pelindungan hukum
 Memperoleh informasi yang benar dari penerima
layanan
 Menerima imbalan jasa
 Memperoleh Keselamatan dan kesehatahn kerja
 Menolak keinginan penerima layanan jika
bertentangan dengan standar profesi
 Memperoleh hak lainnya sesuai dengan Peraturan
Perundang undangan.
UU No. 36 Tahun 2014

Pasal 58
Setiap Tenaga Kesehatan BERKEWAJIBAN:
 Memberikan pelayanan sesuai standar profesi
 Memperoleh persetujuan dari penerima layanan
 Menjaga rahasia kesehatan penerima layanan
 Membuat catatan atau dokumen tindakan
pemeriksaan yang dilakukan
 Merujuk penerima layanan ke tenaga kesehatan
lainnya yang memiliki kompetensi dan kewenangan
yang sesuai.
UU No. 36 Tahun 2014

Pasal 59
Setiap Tenaga Kesehatan wajib memberika
pertolongan pertama pada penerima layanan dalam
keadaan gawat darurat atau pada bencana

Dilarang menolak Penerima Pelayanan Kesehatan


dan/atau dilarang meminta uang muka terlebih
dahulu.
UU No. 36 Tahun 2014

Pasal 60 Tenaga Kesehatan bertanggung jawab


a. Mengabdikan diri sesuai dengan bidang keilmuan yang
dimiliki
b. Meningkatkan Kompetensi;
c. bersikap dan berperilaku sesuai dengan etika profesi
d. Mendahulukan kepentingan masyarakat daripada
kepentingan pribadi atau kelompok;
e. Melakukan kendali mutu pelayanan dan kendali biaya dalam
menyelenggarakan upaya kesehatan.

Pasal 66 Setiap Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik


Berkewajiban untuk mematuhi Standar Profesi, Standar
Pelayanan Profesi, dan Standar Prosedur Operasional.
VISI MISI KABINET INDONESIA 2020-2024

VISI
“Terwujudnya Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri dan
berkepribadian berdasarkan gotong royong”
9 Agenda 1. Peningkatan kualitas manusia Indonesia
Prioritas 2. Penguatan skruktur ekonomi yang produktif, mandiri dan berdaya saing
3. Pangunan yang merata dan berkeadilan
NAWACITA
4. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan
5. Memajukan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa
6. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan
terpercaya
7. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada
seluruh warga
8. Pengelolaan pemerintah yang bersih, efektif dan terpercaya
9. Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan
VISI MISI KEMENTERIAN KESEHATAN 2020-2024
VISI
“Menciptakan manusia yang sehat, produktif, mandiri dan berkeadilan untuk Menuju
Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong
royong”

MISI
Guna mendukung peningkatan kualitas manusia Indonesia, Kemenkes menetapkan
misi sebagai berikut:
1. Memperkuat upaya kesehatan yang bermutu dan menjangkau seluruh penduduk
Indonesia
2. Memberdayakan masyarakat dan mengarusutamakan pembangunan kesehatan
3. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan mutu sumberdaya kesehatan
4. Memantapkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan inovatif
NILAI KEMENTERIAN KESEHATAN
Pro Rakyat
 Kemenkes selalu mendahulukan kepentingan rakyat dan harus menghasilkan yang terbaik untuk rakyat.
 Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa
membedakan suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi.

Inklusif
 Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak
 Seluruh komponen masyarakat harus berpartisipasi aktif

Responsif
 Program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat, serta tanggap dalam mengatasi
permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial budaya dan kondisi geografis.
 Faktor-faktor tersebut menjadi dasar dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang berbeda-beda, sehingga
diperlukan penanganan yang berbeda pula.

Efektif
Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah ditetapkan dan bersifat efisien.

Bersih
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), transparan dan
akuntabeL
TUJUAN STRATEGI KEMENTERIAN KESEHATAN

1. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui


pendekatan siklus hidup

2. Penguatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan

3. Peningkatan pencegahan dan pengendalian penyakit


dan pengelolaan kedaruratan kesehatan masyarakat

4. Peningkatan sumber daya kesehatan

@Tiyanapedia
SEJARAH BPJS KESEHATAN
Tahun 1949, Prof. G.A. Siwabessy, selaku Menteri Kesehatan mengajukan sebuah gagasan program asuransi
kesehatan semesta (universal health insurance).

Tahun 1968, pemerintah menerbitkan Permenkes No. 1 Tahun 1968 dengan membentuk Badan Penyelenggara Dana
Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK) yang mengatur pemeliharaan kesehatan bagi pegawai negara dan penerima
pensiun beserta keluarganya.

Pemerintah mengeluarkan PP No. 22 dan 23 Tahun 1984. BPDPK berubah status menjadi BUMN, yaitu PERUM
HUSADA BHAKTI (PHB), yang melayani jaminan kesehatan bagi PNS, pensiunan PNS, veteran, perintis kemerdekaan,
dan anggota keluarganya.

Pada tahun 1992, PHB berubah menjadi PT Askes (Persero) melalui PP No. 6 Tahun 1992. PT Askes (Persero) mulai
menjangkau karyawan BUMN melalui program Askes Komersial

Januari 2005, PT Askes (Persero) melaksanakan program jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin (PJKMM) dan
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU).

Pada 1 Januari 2014, PT Askes (Persero) berubah menjadi BPJS Kesehatan berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2004
dan UU Nomor 24 Tahun 2011
BPJS KESEHATAN

□ BPJS Kesehatan adalah Badan penyelenggara Program


Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi seluruh rakyat
Indonesia

□ Jaminan Kesehatan Nasional merupakan salah satu


program jaminan sosial yang diberikan negara kepada
rakyat Indonesia untuk memberikan kepastian
finansial bagi masyarakat saat membutuhkan
pelayanan Kesehatan
B PJ S KESEHATAN
□ Badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan sosial kesehatan.
□ Berlandaskan UU No. 40 Tahun 2004 Tentang SJSN dan UU No.
24 Tahun 2011 Tentang BPJS yang mengatur pembubaran PT
Askes Persero dan mentransformasikannya menjadi BPJS
Kesehatan.

S L O G A N B PJ S K ES EHATA N
D e n ga n G o to n g Royo n g S e m u a Te r to l o n g
PERATURAN TERKAIT J K N

 Pasal 28H Ayat 1 UUD 1945


Hak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan.
 Pasal 34 Ayat 1 sampai 3 UUD 1945
1. Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara.
2. Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan.
3. Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.
PERATURAN TERKAIT J K N

 UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional


 UU No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial
 Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan
Kesehatan (PERPRES JK) menjadi Perpres No.82 Tahun 2018,
menjadi Perpres No.75 Tahun 2019, menjadi Perpres No.64
Tahun 2020
UU N o . 40 Tahun 2004 Tentang
Sistem J a m i n a n Sosial Nasional
□ UU SJSN menetapkan program JKN sebagai salah satu program jaminan
sosial dalam sistem jaminan sosial nasional.
□ UU SJSN membentuk dua organiasi yang bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan program jaminan sosial nasional, yaitu Dewan Jaminan
Sosial Nasional (DJSN) dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
□ DJSN berwenang melakukan monitoring dan evaluasi SJSN
□ DJSN, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) merupakan pengawas eksternal BPJS
□ SJSN diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, asas manfaat,
dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
UU No. 24 Tahun 2011 Tentang
Badan Penyelenggara J a m i n a n Sosial

 UU BPJS mengatur proses transformasi badan penyelenggara jaminan


sosial dari badan usaha milik negara (BUMN) ke badan hukum publik
otonom nirlaba (BPJS).
 BPJS berhubungan langsung dan bertanggung jawab kepada Presiden
PRINSIP J K N

1. Kegotongroyongan, kebersamaan antar peserta


2. Nirlaba, manfaat sebesar-besarnya
3. Keterbukaan, akses informasi yang lengkap, benar, dan jelas
4. Kehati-hatian, pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman, dan tertib.
5. Akuntabilitas, pengelolaan keuangan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Portabilitas, jaminan yang berkelanjutan
7. Kepesertaan bersifat wajib, mengharuskan seluruh penduduk menjadi peserta
8. Dana amanat, dana titipan dari peserta digunakan untuk kepentingan peserta
9. Hasil pengelolaan dana dipergunakan untuk kepentingan peserta dan
pengembangan program.
VISI BPJS
Terwujudnya jaminan kesehatan yang berkualitas
tanpa diskriminasi

MISI BPJS
1.Memberikan layanan terbaik kepada peserta dan masyarakat
2.Memperluas kepesertaan program Jaminan Kesehatan
mencakup seluruh penduduk Indonesia
3.Bersama menjaga kesinambungan finansial Program Jaminan
Kesehatan
TUGAS B PJ S
1. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta.
2. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja.
3. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah.
4. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta.
5. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial.
6. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan
ketentuan program jaminan sosial.
7. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial
kepada peserta dan masyarakat.
KEWENANGAN B PJ S
1. Menagih pembayaran iuran
2. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang dengan
mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana dan hasil yang
memadai
3. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam
memenuhi kewajibannya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial
nasional
4. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas
kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan pemerintah.
5. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas Kesehatan
6. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak memenuhi
kewajibannya
7. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya
dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan
8. Melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program Jaminan
Sosial.
PESERTA BPJS KESEHATAN

PENERIMA BANTUAN IURAN (PBI)

□Fakir miskin dan orang tidak mampu yang


termasuk dalam daftar penerima bantuan iuran
JKN.
□Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta PBI Jaminan
Kesehatan dibayar oleh Pemerintah
PESERTA BPJS KESEHATAN

NON PENERIMA BANTUAN IURAN (NPBI)

Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya


a. Pegawai Negeri Sipil
b. Anggota TNI
c. Anggota Polri
d. Pejabat Negara
e. Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri
f. Pegawai swasta
g. Pekerja yang tidak termasuk huruf (a) sampai dengan huruf (f) yang menerima upah.

Pekerja bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya


a.Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri
b.Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima upah
PESERTA BPJS KESEHATAN

NON PENERIMA BANTUAN IURAN (NPBI)


Bukan Pekerja dan anggota keluarganya
a. Investor
b. Pemberi Kerja
c. Penerima pensiun
o Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun
o Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun
o Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun
o penerima pensiun selain di atas pensiun TNI/POLRI/PNS
o janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun
d. Veteran
e. Perintis Kemerdekaan
f. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan
g.bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf (a) sampai dengan huruf (e) yang mampu membayar iuran
PESERTA BPJS KESEHATAN
Jika Suami Istri Sama-Sama Pekerja
Suami istri yang merupakan Pekerja, keduanya wajib di daftarkan sebagai Peserta PPU
oleh pemberi kerjanya dan membayar iuran. Suami, istri dan anak dari Peserta PPU
berhak memilih kelas perawatan tertinggi.

Anggota Keluarga Yang Ditanggung


Peserta PPU Badan Usaha meliputi istri/suami yang sah dan maksimal 3 (tiga) orang anak,
dengan kriteria:
a.Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri
b.Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh lima) tahun yang
masih melanjutkan pendidikan formal.

Apabila anak ke-1 (kesatu) sampai dengan anak ke-3 (ketiga) sudah tidak ditanggung, maka
status anak tersebut dapat digantikan oleh anak berikutnya sesuai dengan urutan kelahiran
dengan jumlah maksimal yang ditanggung adalah 3 (tiga) orang anak yang sah.
IURAN K EPESERTA A N
Program JKN mewajibkan seluruh penduduk untuk mendaftar menjadi Peserta JKN dan membayar iuran
paling lambat tanggal 10 setiap bulannya.

Iuran PESERTA sebesar :


Kelas III Rp 35.000,-, bantuan iuran Rp 7.000,-.
Kelas II Rp. 100.000,-
Kelas I Rp. 150.000,-

Tidak ada denda keterlambatan pembayaran iuran terhitung mulai tanggal 1 Juli 2016.
Denda dikenakan apabila dalam waktu 45 (empat puluh lima) hari sejak status kepesertaan
diaktifkan kembali, peserta yang bersangkutan memperoleh pelayanan kesehatan rawat inap.

Berdasarkan Perpres No. 64 Tahun 2020, besaran denda pelayanan sebesar 5% (lima persen) dari biaya
diagnosa awal pelayanan kesehatan rawat inap dikalikan dengan jumlah bulan tertunggak dengan
ketentuan:
1.Jumlah bulan tertunggak paling banyak 12 (dua belas) bulan.
2.Besaran denda paling tinggi Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).
3.Bagi Peserta PPU pembayaran denda pelayanan ditanggung oleh pemberi kerja.
KETENTUAN IURANPESERTA Non PBI
□ Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah sebesar 5% (lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan
dengan ketentuan :
4% (empat persen) dibayar oleh Pemberi Kerja dan 1% (satu persen) dibayar oleh Peserta
□ Bagi anggota keluarga yang lain (Anak ke-4 dst., ayah, ibu, dan mertua, dibayar oleh Peserta sebesar 1%
dari gaji.
□ Penerima manfaat JKN bagi Pekerja Penerima upah yaitu:
•Istri/Suami yang sah
•Anak Kandung
•Anak Tiri Dari Perkawinan Yang Sah sebanyak-banyaknya 5
(lima) orang
•Dan Anak Angkat yang sah
 Bagi Veteran, Perintis Kemerdekaan, dan janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau
Perintis Kemerdekaan, iurannya ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari 45% (empat puluh lima
persen) gaji pokok Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III/a dengan masa kerja 14 (empat belas)
tahun per bulan, dibayar oleh Pemerintah
SISTEM PELAYANAN
□ Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai kebutuhan medis,
yaitu:
1. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama
2. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat dirujuk ke fasilitas
kesehatan tingkat kedua
3. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat diberikan atas
rujukan dari faskes primer.
4. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat diberikan atas rujukan dari
faskes sekunder dan faskes primer.

□ Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke faskes tersier hanya untuk
kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana terapinya, merupakan pelayanan berulang
dan hanya tersedia di faskes tersier.
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan
kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal yang wajib
dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial,
dan seluruh fasilitas kesehatan

Rujukan horizontal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan


dalam satu tingkatan apabila perujuk tidak dapat memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas,
peralatan dan/atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap.

Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan


yang berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat pelayanan yang lebih
rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya
J E N I S PELAYANAN K ES E H ATA N YA N G D I J A M I N

Tingkat Pertama
1. Administrasi pelayanan
2. Pelayanan promotif dan preventif
3. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis
4. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
6. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama
7. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis.
• Tingkat Lanjutan (Rujukan)
6. pelayanan penunjang diagnostik lanjutan
1. Administrasi pelayanan sesuai dengan indikasi medis
2. pemeriksaan, pengobatan, dan 7. rehabilitasi medis
konsultasi medis dasar 8. pelayanan darah
3. pemeriksaan, pengobatan, dan 9. pelayanan kedokteran forensik klinik
konsultasi spesialistik 10. pelayanan jenazah pada pasien yang
4. tindakan medis spesialistik, baik bedah meninggal di Fasilitas Kesehatan
maupun non bedah sesuai dengan 11. pelayanan keluarga berencana
indikasi medis 12. perawatan inap non intensif
5. pelayanan obat dan bahan medis habis 13. perawatan inap di ruang intensif.
pakai
PELAYANAN YANG TIDAK DIJAMIN
1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur dalam
peraturan yang berlaku
2. Pelayanan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS kesehatan, kecuali
dalam keadaan darurat
3. Dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat
kecelakaan kerja atau hubungan kerja
4. Dijamin oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang
ditanggung oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas
5. Pelayanan Kesehatan Di luar negeri
6. Pelayanan untuk tujuan Estetik
7. Pelayanan Kesehatan karena Infertilitas
8. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi)
9. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol
10. Akibat sengaja menyakiti atau melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri
PELAYANAN YANG TIDAK DIJAMIN
11. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, yang belum dinyatakan efektif
berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment)
12. Pengobatan dan tindakan medis percobaan (eksperimen)
13. Akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar biasa/wabah
14. Biaya pelayanan kesehatan pada kejadian tak diharapkan yang dapat dicegah (preventable
adverse events), misal pada kasus begal.
15. Tidak ada hubungan dengan manfaat jaminan kesehatan yang diberikan.
16. Obat dan alat kesehatan program nasional yang telah ditanggung oleh pemerintah dan/atau
pemerintah daerah, yaitu alat kontrasepsi dasar, vaksin untuk imunisasi dasar, dan obat
program pemerintah
17. Kosmetik, makanan bayi, dan susu
18. Perbekalan kesehatan rumah tangga
19. Peti jenazah

Anda mungkin juga menyukai