Tentang
KESEHATAN
UU RI NO 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
Oleh
Kolonel Kes drg.Linawati, MH.Kes., AIFO-K
1
Nama : Drg. Linawati, MH.Kes, AIFO-K.
Pangkat/Nrp : Kolonel Kes / 514601
Jabatan : Pokli Bid Adminjemen RSAU dr.M.Salamun
Status : K/3
Alamat : Jl. Dakota no.53,Sukaraja,Cicendo, Bandung.
Pendidikan Umum:
• S1 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga (FKG UNAIR) Th.1985
• S2 Magister Hukum Kesehatan, Unika Soegijapranata Semarang Th.2006
• Patubel S3 Ilmu Kedokteran Gigi Militer, FKG Unpad, Th.2019.
Pendidikan Militer:
• Sepamilsuk ABRI III (1990)
• Sekkau LXVII (2000)
• Seskoau XLIII (2006)
• Susdokgibangan I (2003)
• Suskesbangan II (2007)
• Course on Regional Law of Armed Conflict (LOAC )
• KIBI Executive XII (2014)
Riwayat Jabatan:
• Pama Spers Mabes TNI (1990)
• Pa Ang Lanud Surabaya (1991)
• Pa Ang Rumkit Lanud Abd Saleh Malang (1992)
• Pa Ang RSPAU dr. Esnawan Antariksa (1993)
• Kasi Dukkes Subditkes Koopsau I (1994)
• Kasubdis Dukkes Diskes Koopsau I (1998)
• Kaunit Poli Gilut Rumkit Salamun (2001)
• Pakes gol VI Rumkit Salamun (2002)
• Ka Klinik Gilut Rumkit Salamun (2004)
• Ses Lakesgilut Diskesau (2009)
• Pokli Bid. Yanmedik RSAU dr.M.Salamun (2013)
• Ka SPI RSAU dr.M. Salamun (2015)
• Kasubdisbinprofkes Diskesau (2017)
• Ka Lakesgilut Diskesau (2019)
• Pokli Bid. Aerofisiologi Lakespra Saryanto (2020)
• Pokli Bid. Adminjemen RSAU dr.M.Salamun (2021)
• Patubel S3 Kedokteran Gigi Militer FKG Unpad (2019)
Jabatan Tambahan saat ini :
• Ketua Komite Etik dan Hukum RSAU dr.M.Salamun
• Asesor Internal Akreditasi Rumah Sakit TNI AU
• Surveyor Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
• Staf Pengajar Hukum Kesehatan
• Dosen Pembimbing S1 FKG Unpad
MATERI :
UU RI NO 36 Tahun 2009
Tentang KESEHATAN
21 Bab
205 Pasal
UU RI NO 36 Tahun 2014
Tentang Tenaga Kesehatan
4
§ Bab I : Ketentuan Umum
§ Bab II : Asas dan Tujuan
§ Bab III : Hak dan Kewajiban
§ Bab IV : Tanggung Jawab Pemerintah
§ Bab V : Sumber Daya di Bid.Kesehatan
§ Bab VI : Upaya Kesehatan
§ Bab VII : Kes Ibu, Bayi, Anak, Remaja,
Lansia, dan Penyandang Cacat.
5
§ Bab VIII : Gizi
§ Bab IX : Kesehatan Jiwa
§ Bab X : Peny. Menular dan Tidak Menular
§ Bab XI : Kesehatan Lingkungan
§ Bab XII : Kesehatan Kerja
§ Bab XIII : Pengelolaan Kesehatan
§ Bab XIV : Informasi Kesehatan
6
§ Bab XV : Pembiayaan Kesehatan
§ Bab XVI : Peran Serta Masyarakat
§ Bab XVII : Badan Pertimbangan Kesehatan
§ Bab XVIII : Pembinaan dan Pengawasan
§ Bab XIX : Penyidikan
§ Bab XX : Ketentuan Pidana
§ Bab XXI : Ketentuan Peralihan
§ Bab XXII : Ketentuan Penutup
7
BAB I : KETENTUAN UMUM
Pasal 1
8
Untuk mencapai tujuan nasional
tsb diselenggarakanlah upaya
pembangunan salah satunya
pembangunan kesehatan.
Kesehatan adalah:
Keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.
9
BAB II : ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
Apa … Asasnya Asas Pembangunan Kesehatan :
• Perikemanusiaan
• Keseimbangan
• Manfaat
• Perlindungan
• Penghormatan thd hak & kewajiban
• Keadilan
• Gender dan nondiskriminatif
• Norma-norma agama.
10
1. Asas perikemanusiaan :
Pembangunan kesehatan harus
dilandasi atas perikemanusiaan
yang berdasarkan pada
Ketuhanan YME dengan tidak
membedakan golongan agama
dan bangsa.
2. Asas keseimbangan :
Pembangunan kesehatan harus
dilaksanakan antara kepentingan
individu dan masyarakat, antara
fisik dan mental, serta antara
material dan sipiritual.
11
3. Asas manfaat :
Pembangunan kesehatan harus
memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi
kemanusiaan dan
perikehidupan yang sehat bagi
setiap warga negara.
4. Asas pelindungan
Pembangunan kesehatan harus
dapat memberikan pelindungan
dan kepastian hukum kepada
pemberi dan penerima pelayanan
kesehatan.
12
5. Asas penghormatan thd hak dan kewajiban :
Pembangunan kesehatan dengan menghormati
hak dan kewajiban masyarakat sebagai bentuk
kesamaan kedudukan hukum.
6. Asas keadilan :
Penyelenggaraan
kesehatan harus dapat
memberikan pelayanan
yang adil dan merata
kepada semua lapisan
masyarakat dengan
pembiayaan yang
terjangkau.
13
7. Asas gender dan
nondiskriminatif :
Pembangunan kesehatan
tidak membedakan
perlakuan terhadap
perempuan dan laki-laki.
Pasal 3
15
BAB III : HAK DAN KEWAJIBAN
16
Hak Setiap orang atas
kesehatan (Lanjutan)
17
Bab III pasal 9 - 13
18
Bab III pasal 9 - 13
19
BAB IV : TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH
Pasal 14 – 20 :
v Tersedianya lingkungan,
tatanan,fasilitas kesehatan
baik fisik maupun sosial bagi
masyarakat untuk mencapai
derajat kesehatan yang se-
tinggi2nya.
20
Tanggung jawab Pemerintah
(lanjutan) :
23
Pasal 21 – 29 : Tenaga Kesehatan
24
Tenaga kesehatan meliputi :
1. tenaga medis,
2. tenaga kefarmasian,
3. tenaga keperawatan,
4. tenaga kesehatan masyarakat
dan lingkungan,
5. tenaga gizi,
6. tenaga keterapian fisik,
7. tenaga keteknisian medis, dan
8. tenaga kesehatan lainnya
25
Ketentuan sebagai tenaga kesehatan :
29
Menurut UU RI no.36 th 2014 ttg
Tenaga Kesehatan :
Tenaga di bidang Kesehatan terdiri atas :
• Tenaga Kesehatan; dan
• Asisten Tenaga Kesehatan.
8. Tenaga gizi;
Ø terdiri dari : nutrisionis dan dietisien.
36
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pasal 30 – 35 : UU RI NO 36 Tahun 2009 Tentang KESEHATAN
Fasilitas pelayanan
kesehatan tsb
dilaksanakan oleh pihak
Pemerintah, pemerintah
daerah, dan swasta.
37
Fasilitas Pelayanan Kesehatan terdiri atas :
38
Kewajiban Fasilitas Pelayanan Kesehatan
39
KETENTUAN PIDANA ( dari pasal 32)
40
( tercantum pada pasal 190)
41
Pasal 34
Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Izin beroperasinya
penyelenggaraan fasilitas
pelayanan kesehatan diberikan
oleh pemerintah daerah
42
Pasal 36 – 41 :
Perbekalan Kesehatan
adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
§ Pemerintah menjamin
ketersediaan, pemerataan,
dan keterjangkauan
perbekalan kesehatan,
terutama obat esensial (obat
yg hrs ada/penting)
43
Perbekalan Kesehatan (lanjutan)
Teknologi Kesehatan
adalah segala bentuk alat atau metode yang ditujukan
untuk membantu menegakkan diagnosa, pencegahan,
dan penanganan permasalahan kesehatan manusia
.
Uji coba pada manusia harus
dilakukan oleh orang yang
berwenang dengan persetujuan
(informed consent) orang yang
dijadikan penelitian dengan
memperhatikan kesehatan dan
keselamatan yang bersangkutan.
46
Pasal 44
48
Pasal 48
51
Penyelenggaraan upaya kesehatan (lanjutan):
52
1. Pelayanan Kesehatan :
Pasal 52-55 :
Pelayanan kesehatan terdiri atas:
a. Pelayanan kesehatan perseorangan ,ditujukan
untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan
kesehatan perseorangan dan keluarga
b. Pelayanan kesehatan masyarakat, ditujukan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah penyakit suatu kelompok dan
masyarakat.
53
2) Perlindungan pasien
Pasal 56 :
Ø Setiap orang berhak menerima atau menolak
sebagian atau seluruh tindakan pertolongan yg akan
diberikan kepadanya setelah menerima dan
memahami informasi mengenai tindakan tersebut
secara lengkap.
Pelayanan kesehatan
tradisional dibina dan diawasi
oleh Pemerintah
57
pasal 60
ØPelayanan kesehatan
tradisional yg menggunakan
alat dan teknologi harus
mendapat izin dari lembaga
kesehatan yang berwenang.
58
KETENTUAN PIDANA ( dari pasal 60)
Pasal 191
59
3. Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit
(pasal 62) :
pasal 63
Ø Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
diselenggarakan untuk mengembalikan status
kesehatan, mengembalikan fungsi tubuh akibat
penyakit, akibat cacat, dan menghilangkan cacat.
62
KETENTUAN PIDANA (dari pasal 64)
Pasal 192
Setiap orang yang dengan sengaja
memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh
dengan dalih apa pun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 64 ayat (3) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
63
pasal 65
Ø Pengambilan organ atau jaringan tubuh dari seorang
donor harus memperhatikan kesehatan pendonor
yang bersangkutan dan mendapat persetujuan
pendonor atau ahli waris atau keluarganya dan
hanya dapat dilakukan apabila telah terbukti
keamanan dan kemanfaatannya
64
KETENTUAN PIDANA (dari pasal 69)
Pasal 193
65
5. Kesehatan Reproduksi (pasal 71-77 ) :
66
Setiap orang berhak kesehatan reproduksi a.l:
a. Menjalani kehidupan reproduksi dan kehidupan
seksual yang sehat, aman, serta bebas dari
paksaan atau kekerasan dg pasangan yang sah.
b. Menentukan sendiri kapan dan berapa sering ingin
bereproduksi sehat secara medis serta tidak
bertentangan dengan norma agama.
c. Memperoleh informasi, edukasi, dan konseling
mengenai kesehatan reproduksi yang benar dan
dapat dipertanggungjawabkan.
67
pasal 75
Setiap orang dilarang melakukan aborsi, kecuali :
a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak
usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa
ibu atau janin, yang menderita penyakit genetik
berat dan cacat bawaan, maupun yang tidak dapat
diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan.
68
pasal 76
Aborsi dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
a. Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dari
hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal
kedaruratan medis;
b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan
dan kewenangan serta memiliki sertifikat yang
ditetapkan oleh menteri;
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan.
e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat
yang ditetapkan oleh Menteri.
69
pasal 77
Ø Pemerintah wajib melindungi dan
mencegah perempuan dari aborsi yang
tidak bermutu, tidak aman, dan tidak
bertanggung jawab serta bertentangan
dengan norma agama dan ketentuan
peraturan per UU
Pasal 194
71
6. Keluarga Berencana (pasal 78 ) :
73
8. Kesehatan Olahraga (pasal 80 ) :
74
9. Pelayanan Kesehatan Pada Bencana (pasal 82-85):
75
Pasal 85
77
10. Pelayanan Darah (pasal 86-92):
Pasal 90
Ø Pemerintah bertanggung jawab
atas pelaksanaan pelayanan
darah yang aman, mudah diakses,
dan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
Ø Darah dilarang diperjualbelikan
dengan dalih apapun. 78
KETENTUAN PIDANA (dari pasal 90)
Pasal 195
79
Ø Ketentuan pelayanan darah:
§ Dilakukan oleh Unit Transfusi Darah.
§ Diperoleh dari pendonor darah sukarela yang
sehat dan memenuhi kriteria seleksi.
§ Sebelum digunakan harus dilakukan
pemeriksaan laboratorium guna mencegah
penularan penyakit.
§ Transfusi darah dilakukan dengan menjaga
keselamatan dan kesehatan penerima darah dan
tenaga kesehatan dari penularan penyakit
melalui transfusi darah.
80
11. Kesehatan Gigi dan Mulut (pasal 93-94):
ØPenyelenggaraan kegiatannya
menjadi tanggung jawab
bersama Pemerintah,
pemerintah daerah, dan
masyarakat.
82
13. Kesehatan Matra (pasal 97):
84
Ø Kesehatan kelautan dan bawah air adalah :
Kesehatan matra yang berhubungan dengan
pekerjaan di laut dan yang berhubungan dengan
keadaan lingkungan yang bertekanan tinggi
(hiperbarik).
Sasaran pokok adalah melakukan dukungan
kesehatan operasional dan pembinaan
kesehatan setiap orang yang secara langsung
maupun tidak langsung terlibat dalam
pengoperasian peralatan laut dan dibawah air.
85
Ø Kesehatan kedirgantaraan adalah
Kesehatan matra udara yang mencakup ruang
lingkup kesehatan penerbangan dan kesehatan
ruang angkasa dengan keadaan lingkungan yang
bertekanan rendah (hipobarik)
Sasaran pokok adalah melakukan dukungan
kesehatan operasional dan pembinaan kesehatan
terhadap setiap orang secara langsung atau tidak
langsung terlibat dalam pengoperasian peralatan
penerbangan dan ruang angkasa.
86
14. Pengamanan dan Penggunaan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan (pasal 98-108):
pasal 98
Pasal 196
88
pasal 105
Ø Sediaan farmasi yang berupa obat dan bahan
baku obat harus memenuhi syarat farmakope
Indonesia atau buku standar lainnya.
89
pasal 106
Ø Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat
diedarkan setelah mendapat izin edar.
Ø Pemerintah berwenang mencabut izin edar dan
penarikan peredaran yang terbukti tidak
memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan
kemanfaatan, serta dapat disita dan dimusnahkan
sesuai dengan ketentuan.
Pasal 197
91
pasal 108
Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan,
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat serta pengembangan obat, bahan
obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan sesuai peraturan per-UU
92
KETENTUAN PIDANA
(dari pasal 108)
Pasal 198
93
pasal 99-101
Ø Pemerintah menjamin
pengembangan dan
pemeliharaan sediaan
farmasi serta bahan baku
obat tradisional
94
pasal 99-101
95
pasal 102-103
96
15. Pengamanan Makanan dan Minuman
(pasal 109 -112):
98
16. Pengamanan Zat Adiktif (pasal 113 -116):
100
KETENTUAN PIDANA (dari pasal 114)
Pasal 199
101
pasal 115
Pasal 199
103
17. Bedah Mayat (pasal 117 -125):
105
BAB VII : KESEHATAN IBU, BAYI, ANAK, REMAJA,
LANJUT USIA, DAN PENYANDANG CACAT
106
pasal 128
Kesehatan bayi:
Ø Setiap bayi berhak mendapatkan
air susu ibu eksklusif sejak
dilahirkan selama 6 (enam) bulan,
kecuali atas indikasi medis.
Pasal 200
108
pasal 131
Kesehatan anak:
Ø Anak yang dilahirkan wajib dibesarkan dan diasuh
scr bertanggung jawab sehingga memungkinkan
anak tumbuh dan berkembang secara sehat dan
optimal.
Ø Pemerintah dan masyarakat wajib menyediakan
tempat dan sarana lain yang diperlukan untuk
bermain anak secara aman, tumbuh dan
berkembang secara optimal serta mampu
bersosialisasi secara sehat.
110
pasal 136
2. Kesehatan Remaja
114
BAB IX : KESEHATAN JIWA
Pasal 144-151
115
Pasal 147
Ø Upaya penyembuhan penderita gangguan
kesehatan jiwa merupakan tanggung jawab
Pemerintah dan masyarakat.
Ø Upaya penyembuhan ini dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang berwenang dan tetap menghormati
hak asasi penderita, dengan mengunakan fasilitas
pelayanan kesehatan khusus yang memenuhi
syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perUU
116
Pasal 150
1. Penyakit Menular
Pasal 162-163
Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik,
kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, mencakup lingkungan permukiman,
tempat kerja, tempat rekreasi, serta fasilitas umum.
122
Lingkungan sehat bebas dari unsur-unsur yang
menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain:
a. Limbah cair
b. Limbah padat
c. Limbah gas
d. Sampah yang tidak diproses sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan pemerintah
e. Binatang pembawa penyakit
f. Zat kimia yang berbahaya
g. Kebisingan yang melebihi ambang batas
h. Radiasi sinar pengion dan non pengion
i. Air yang tercemar
j. Udara yang tercemar
k. Makanan yang terkontaminasi.
123
BAB XII : KESEHATAN KERJA
Pasal 164-166
124
Pasal 165
125
Pasal 166
126
BAB XIII: PENGELOLAAN KESEHATAN
Pasal 167
Pengelolaan kesehatan dilaksanakan secara terpadu
guna tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya, yang meliputi pengelolaan:
Ø Administrasi kesehatan
Ø Informasi kesehatan
Ø Sumber daya kesehatan
Ø Upaya kesehatan
Ø Pembiayaan kesehatan
Ø Peran serta dan pemberdayaan masyarakat
Ø Ilmu pengetahuan & teknologi di bidang kesehatan
Ø Pengaturan hukum kesehatan
.
127
BAB XIV : INFORMASI KESEHATAN
Ø Pemerintah memberikan
kemudahan kepada
masyarakat untuk memperoleh
akses terhadap informasi
kesehatan dalam upaya
meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat
128
BAB XV : PEMBIAYAAN KESEHATAN
Pasal 170
129
Pembiayaan Kesehatan :
Sumber pembiayaan
kesehatan berasal dari
pemerintah, pemerintah
daerah, masyarakat, swasta
dan sumber lain.
130
BAB XVI : PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 174
Masyarakat berperan sertas secara aktif dan
kreatif, baik secara perseorangan maupun
terorganisasi dalam segala bentuk dan tahapan
pembangunan kesehatan dalam rangka membantu
mempercepat pencapaian derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
131
BAB XVII : BADAN PERTIMBANGAN KESEHATAN
Pasal 175-177
Ø Badan pertimbangan kesehatan merupakan
badan independen, yang memiliki tugas, fungsi,
dan wewenang di bidang kesehatan.
Pasal 178-188
1. Pembinaan :
Ø Pembinaan dilaksanakan oleh Pemerintah
terhadap masyarakat dan setiap penyelenggara
kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya
kesehatan di bidang kesehatan
134
Pasal 184
Fungsi Tenaga Pengawasan:
a. Memasuki setiap tempat yg diduga
digunakan utk kegiatan yang
berhubungan dg penyelenggaraan
upaya kesehatan
b. Memeriksa perizinan tenaga
kesehatan dan fasilitas kesehatan.
136
BAB XIX : PENYIDIKAN
Pasal 189
137
Pasal 189
Wewenang Penyidik :
a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan
serta keterangan tentang tindak pidana di bidang
kesehatan.
b. Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang
diduga melakukan tindak pidana di bidang
kesehatan.
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang
atau badan hukum sehubungan dengan tindak
pidana di bidang kesehatan.
d. Melakukan pemeriksaan atas surat dan dokumen
lain tentang tindak pidana di bidang kesehatan
138
BAB XX : KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 203
139
BAB XXI : PENUTUP
Pasal 204
140