Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

“ CAIRAN DAN ELEKTROLIT “

DOSEN PENGAMPU :

Ns.DIA RESTY DEWI NANDA DENUR,M.Kep

DISUSUN OLEH :

Ahmad Iqbal 2320242043

Azlina Zahara 2320242008

Resi Aprillia 2320242030

Rizky Albar 2320242035

Radhea Friska Rahmawati 2320242029

Rima Ramadani 2320242032

Salsabilla Alifia Putri 2320242037

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TH.2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.Tanpa pertolongan-nya tentunya kami
tidak akan sanggup untk menyelesaikan makalah ini dengan baik.shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti nantikan syafa'atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahkan nikmat sehat-
nya,baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia " Cairan Dan
Elektrolit ."

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya.Untuk itu,penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi.Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian,semoga makalah ini dapat bermanfaat.Terima kasih

Bukittinggi,Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. i

BAB I ................................................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 3

1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................................. 3

1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................ 3

1.3 TUJUAN ................................................................................................................................. 3

BAB II .................................................................................................................................................. 4

1. PENGERTIAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.................................................................................. 4


2. KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT............................................................................ 4
3. CAIRAN DAN ELEKTOLIT DALAM TUBUH................................................................................ 6
4. FUNGSI CAIRAN DAN ELEKTROLIT BAGI TUBUH..................................................................... 8
5. PERGERAKAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT TUBUH.................................................................... 9
6. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI............................................................................. 10
7. GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT...................................................... 12

BAB III .................................................................................................................................................. 13

1. KESIMPULAN........................................................................................................................... 13
2. SARAN..................................................................................................................................... 13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Cairan dan elektrolit memainkan peran kunci dalam menjaga keseimbangan tubuh
manusia. Cairan tubuh, yang melibatkan air dan berbagai zat terlarut, diperlukan untuk
fungsi fisiologis seperti transportasi nutrisi, regulasi suhu tubuh, dan eliminasi limbah.
Elektrolit, seperti natrium, kalium, dan klorida, adalah ion yang membantu menjaga
keseimbangan air dan berperan dalam konduktivitas listrik sel.

Ketika tubuh kehilangan cairan melalui proses seperti keringat atau urine, dan
elektrolit melalui aktivitas fisik atau kondisi medis, dapat terjadi gangguan keseimbangan
elektrolit. Kondisi ini dapat memiliki dampak serius, termasuk dehidrasi atau
ketidakseimbangan elektrolit yang memengaruhi fungsi sel dan organ. Oleh karena itu,
pemahaman yang baik tentang aspek ini penting untuk menjaga kesehatan tubuh secara
keseluruhan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Bagaimana peran cairan dan elektrolit dalam menjaga keseimbangan tubuh manusia,
serta faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kadar cairan dan elektrolit dalam
tubuh sehingga dapat menyebabkan ketidakseimbangan dan gangguan kesehatan?"

1.3 TUJUAN

Tujuan makalah mengenai cairan dan elektrolit adalah menjelaskan pentingnya


pemahaman terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia untuk
memelihara fungsi normal organ, menjaga tekanan osmotik, serta mendukung proses
metabolisme yang optimal. Makalah ini akan membahas pentingnya konsumsi cairan
yang memadai, penyebab gangguan keseimbangan elektrolit, dan dampaknya terhadap
kesehatan secara keseluruhan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Cairan dan Elektrolit


Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut.Kemudian elektrolit
itu sendiri adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan (Price, Silvia, 2006). Cairan dan elektrolit sangat
diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.Keseimbangan cairan dan
elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai
cairan tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,minuman,dan
cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam
seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion dan
selanjutnya larutan menjadi konduktor elektrik, ion-ion merupakan atom-atom
bermuatan elektrik. Elektrolit bisa berupa air, asam, basa atau berupa senyawa kimia lainnya.
Elektrolit umumnya berbentuk asam, basa atau garam. Beberapa gas tertentu dapat berfungsi
sebagai elektrolit pada kondisi tertentu misalnya pada suhu tinggi atau tekanan rendah.
Elektrolit kuat identik dengan asam, basa, dan garam kuat.

Elektrolit merupakan senyawa yang berikatan ion dan kovalen polar. Sebagian besar
senyawa yang berikatan ion merupakan elektrolit sebagai contoh ikatan ion NaCl yang
merupakan salah satu jenis garam yakni garam dapur. NaCl dapat menjadi elektrolit dalm
bentuk larutan dan lelehan. atau bentuk liquid dan aqueous. sedangkan dalam bentuk solid
atau padatan senyawa ion tidak dapat berfungsi elektrolit.

B. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Tubuh harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai didalam
cairan tubuh, sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit. Pengaturan ini
penting bagi kehidupan sel karena sel harus secara terus menerus berada didalam
cairan dengan komposisi yang benar, baik cairan didalam maupun diluar sel.
1. Daya tarik elektrolit terhadap air
Tubuh menggunakan elektrolit untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh. Sel-
sel tubuh memilih elektrolit untuk ditempatkan diluar terutama natrium dan
klorida dan didalam sel terutama kalium, magnesium,fosfat, dan sulfat.

2. Air mengikuti elektrolit


Air akan bergerak ke arah larutan elektrolit yang berkonsentrasi lebih tinggi. Hal
ini dilakukan melalui membran sel semipermeable yaitu yang bersifat permeable
untuk air tetapi tidak permeable untuk elektrolit

3. Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit oleh protein


Membran sel mengandung alat transport berupa protein yang mengatur
penyeberangan ion positif dan bahan lain melalui membran sel tersebut.

4. Pemeliharaan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit


Tubuh mempunyai suatu mekanisme yang mengatur agar konsentrasi semua
mineral berada dalam batas-batas normal. Pengaturan ini terutama dilakukan oleh
saluran cerna dan ginjal.

C. Cairan dan Elektolit dalam Tubuh


a. Cairan dalam Tubuh Manusia
Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia membutuhkan
cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai jaringan tubuh. Hal
tersebut dapat dicapai dengan serangkaian manuver fisika-kimia yang kompleks. Air
menempati proporsi yang besar dalam tubuh. Seseorang dengan berat 70 kg bisa memiliki
sekitar 50 liter air dalam tubuhnya. Air menyusun 75% berat badan bayi, 70% berat badan
pria dewasa, dan 55% tubuh pria lanjut usia. Karena wanita memiliki simpanan lemak
yang relative banyak (relative bebas-air), kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih
sedikit dibandingkan pria. Air tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh,
yaitu :
Cairan intraselular (CIS). CIS adalah cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh.
Cairan ini berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3 dari
jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak adalah K +,
Mg+, sedikit Na+. Elektolit anion terbanyak adalah HPO 42-, protein-protein, sedikit HCO3-,
SO42-, Cl-
Cairan ekstraselular (CES). CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan
menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravascular, cairan
interstisial, dan cairan transeluler. Cairan interstisial terdapat dalam ruang antar-sel,
plasma darah, cairan serebrospinal, limfe, serta cairan rongga serosa dan sendi. Akan
tetapi, jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan dalam keseimbangan cairan. Guna
mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta mempertahankan pH yang
normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit
yang berperan adalah : kation dan anion.

b. Elektrolit Utama Tubuh Manusia


Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit.Non
elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik,
seperti:protein,urea,glukosa,oksigen,karbon dioksida dan asam-asam organik.Sedangkan
elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+),kalium (K+), Kalsium (Ca++),magnesium (Mg+
+), Klorida (Cl-), bikarbonat(HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).
Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian denganbagian
yang lainnya,tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum
netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan
jumlah muatan-muatan positif.Komposisi dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada
intarseluler maupun padaplasma terinci dalam tabel di bawah ini :
N Elektrolit Ekstraseluler Interstitial Intraseluler Plasma
o.
1. Kation :
Natrium (Na+) 144,0 mEq 137,0 mEq 10 mEq
Kalium (K+) 5,0 mEq 4,7 mEq 141 mEq
Kalsium (Ca++) 2,5 mEq 2,4 mEq 0
Magnesium (Mg ++) 1,5 mEq 1,4 mEq 31 mEq
2. . Anion :
Klorida (Cl-) 107,0 mEq 112,7 mEq 4 mEq
Bikarbonat (HCO3-) 27,0 mEq 28,3 mEq 10 mEq
Fosfat (HPO42-)
Sulfat (SO42-) 2,0 mEq 2,0 mEq 11 mEq
Protein
0,5 mEq 0,5 mEq 1 mEq

1,2 mEq 0,2 mEq 4 mEq

D. Fungsi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia


1. Fungsi Cairan dalam Tubuh
a. Dalam proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh,air mempunyai 2 fungsi
utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat,vitamin dan mineral
pembawa oksigen ke dalam sel-sel tubuh.
b. Selain itu,air didalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk
samping hasil metabolism juga dapat dikatakan berperan dalam proses metabolisme
seperti karbon dioksida(CO ) dan juga senyawa nitrat
c. sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata,mulut dan hidung, pelumas
dalam cairan sendi 02 Sports Science Brief tubuh
d. katalisator reaksi biologik sel,
e. pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga
tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut.
f. Selain itu sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada
kondisi ideal yaitu ± 37C.
2. Fungsi Elektrolit dalam Tubuh
a. Membantu dalam perpindahan cairan antara ruangan dalam sel dan di luar sel
terutama denga adanya natrrium. Apabila jumlah natrium dalam CES meningkat maka
sejumlah cairan akan berpindah menuju CES untuk keseimbangan cairan.
b. Mengatur keseimbangan asam basa dan menentukan pH darah dengan adanya sistem
bufer.
c. Dengan adanya perbedaan komposisi elektrolit di CES dan CIS maka akan terjadi
perpindahan yang menghasilkan implus – implus saraf dan mengakibatkan terjadinya
kontraksi otot.

E. Pergerakan Cairan Dan Elektrolit Tubuh


Regulasi cairan dalam tubuh meliputi hubungan timbal balik antara sejumlah
komponen, termasuk air dalam tubuh dan cairannya, bagian-bagian cairan, ruang cairan,
membran, sistem transpor, enzim, dan tonisitas. Sirkulasi cairan dan elektolit terjadi dalam
tiga tahap. Pertama, plasma darah begerak di seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi.
Kedua, cairan interstisial dan komponennya bergerak di antara kapiler darah dan sel.
Terakhir, cairan dan substansi bergerak dari cairan interstisial ke dalam sel. Sedangkan
mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam tiga proses, yaitu :
a. Difusi. Difusi adalah perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju area
berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel. Pada proses ini,
cairan dan elektrolit masuk melintasi membrane yang memisahkan dua kompartemen
sehingga konsentrasi di kedua kompartemen itu seimbang. Kecepatan difusi
dipenngaruhi oleh tiga hal, yakni ukuran molekul, konsentrasi larutan dan temperature
larutan.
b. Osmosis. Osmosis adalah perpindahan cairan melintasi membrane semipermiabel dari
area berkonsentrasi rendah menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Pada proses ini,
cairan melintasi membrane untuk mengencerkan kedua sisi membrane. Perbedaan
osmotic ini salah satunya dipengaruhi oleh distribusi protein yang tidak merata. Karena
ukuran molekulnya yang besar, ketidakseimbangan tekanan osmotic koloid (tekanan
onkotik) sehingga cairan tertarik ke dalam ruang intravaskular.
c. Transport Aktif. Transport aktif adalah proses pengangkutan yang digunakan oleh
molekul untuk berpindah melintasi membrane selmelawan gradient konsentrasinya.
Dengan kata lain, transport aktif adalah gerakan partikel dari konsentrasi lain tanpa
memandang tingkatannya. Proses ini membutuhkan energy dalam bentuk adenosine
trifosfat (ATP). ATP berguna untuk mempertahankan konsentrasi ion natrium dan kalium
dalam ruang ekstrasel dan intrasel melalui suatu proses yang disebut pompa “natrium-
kalium”.

F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit


Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain:

a. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia
berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik,
serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertumbuhan memiliki proporsi cairan tubuh
yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang
diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang
dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh
laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan
ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang
besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal.

b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal
ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian,
jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yang
tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan
aktivasi kelenjar keringat.
c. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu
panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan
pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari
(insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi,
dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang
tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah deangan kelembapan yang
rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula
pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat
kehilangan cairan sebanyak lima litet sehaei melalui keringat. Umumnya, orang yang
biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam
saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di
lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.

d. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika
asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan
terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan
penurunan kadar albumin.

e. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat
stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi
glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan
natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti
deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.

f. Penyakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya : Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan
air melalui IWL,penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
g. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan
penurunan kadar kalsium dan kalium.

h. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan
dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi
defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium
sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula
menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.

i. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama
perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban
cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan atau
sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat anastesia.

G. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektolit


a. Gangguan Keseimbangan Cairan
Hal ini dapat terjadi apabila mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu
mempertahankan homeostatis. Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa defisit
volume cairan atau sebaliknya.
1. Defisit volume cairan (fluid volume defisit [FVD])
Defisit volume cairan adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai
dengan defisiensi cairan dan elektrolit di ruang ekstrasel, namun proporsi antara
keduanya (cairan dan elektrolit) mendekati normal. Kondisi ini dikenal juga
dengan istilah hipovolemia. Pada keadaan hipovolemia, tekanan osmotik
mengalami perubahan sehingga cairan interstisial menjadi kosong dan cairan
intrasel masuk ke ruang interstisial sehingga mengganggu kehidupan sel. Secara
umum, kondisi defisit volume cairan (dehidrasi) terbagi menjadi tiga, yaitu :
a) Dehidrasi isotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang sebanding
dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-145 mEq/l.
b) Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi jika jumlah cairan yang hilang sebanding
dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-150 mEq/l.
c) Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang lebih
sedikit daripada jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na + dalam plasma darah
adalah 130 mEq/l.

Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menimbulkan beberapa


perubahan. Di antaranya adalah penurunan volume ekstrasel (hipovolemia) dan
perubahan hematokrit. Pada dasarnya, kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak
faktor, seperti kurangnya asupan cairan, tingginya asupan pelarut (mis., protein
dan klorida atau natrium) yang dapat menyebabkan eksresi urine berlebih,
berkeringat banyak dalam waktu yang lama, serta kelainan lain yang
menyebabkan pengeluaran urine berlebih. Lebih lanjut, kondisi dehidrasi dapat
digolongkan menurut derajat keparahan menjadi :
a. Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini, kehilangan cairan mencapai 5% dari berat
tubuh atau sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan sebesar 5% pada anak yang
lebih besar dan individu dewasa sudah dikategorikan sebagai dehidrasi berat.
Kehilangan cairan yang berlebih dapat berlangsung melalui kulit, saluran
pencernaan, perkemihan, paru-paru, atau pembuluh darah.
b. Dehidrasi sedang. Kondisi ini terjadi apabila kehilangn cairan mencapai 5-
10% dari berat tubuh atau sekitar 2-4 liter. Kaddar natrium serum berkisar 152-
158 mEq/l. Salah satu gejalanya adalah mata cekung.
c. Dehidrasi berat. Kondisi ini terjadi apabila kehilangan cairan mencapai 4-6
liter. Kadar natrium serum berkisar 159-166 mEq/l. Pada kondisi ini penderita
dapat mengalami hipotensi.

2. Volume cairan berlebih (fluid volume eccess[FVE])


Volume cairan berlebih (overhidrasi) adalah kondisi ketidakseimbangan yang
ditandai dengan kelebihan (retensi) cairan dan natrium di ruang ekstrasel. Kondisi
ini dikenal juga dengan istilah hipervolemia. Overhidrasi umumnya disebabkan
oleh gangguan pada fungsi ginjal. Manifestasi yang kerap muncul terkait kondisi
ini adalah peningkatan volume darah dan edema. Edema terjadi akibat peningkatan
tekanan hidrostatik dan penurunan tekanan osmotic. Edema sering muncul di
daerah mata, jari, dan pergelangan kaki. Edema pitting adalah edema yang muncul
di daerah perifer. Jika area tersebut ditekan, akan terbentuk cekungan yang tidak
langsung hilang setelah tekanan dilepaskan. Ini karena perpindahan cairan ke
jaringan melalui titik tekan edema pitting tidak menunjukkan kelebihan cairan
yang menyeluruh. Sebaliknya pada edema non-pitting, cairan di dalam jaringan
tidak dapat dialihkan ke area dengan penekanan jari. Ini karena edema non-pitting
tida menunjukkan kelebihan cairan ekstrasel, melainkan kondisi infeksi dan trauma
yang menyebabkan pengumpulan dan pembekuan cairan di permukaan jaringan.
Kelebihan cairan vascular meningkatkan tekanan hidrostatik dan tekanan cairan
pada permukaan interstisial. Edema anasarka adalah edema yang terdapat diseluruh
tubuh. Manifestasi edema paru antara lain penumpukan sputum, dispnea, batuk,
dan bunyi nafas ronkhi basah.

b. Gangguan keseimbangan elektrolit

1. Hiponatremia dan hipernatremia


Hiponatremia adalah kekurangan kadar natrium di cairan ekstrasel
yang menyebabkan perubahan tekanan osmotic. Perubahan ini mengakibatkan
pindahnya cairan dari ruang ekstrasel ke intrasel sehingga sel menjadi
bengkak. Hiponatremia umumnya disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit
Addison, kehilangan natrium melalui pencernaan, pengeluaran keringat
berlebih, dieresis, serta asidosis metabolic. Penyebab lain yang berkaitan
dengan kelebihan cairan adalah sindrom ketidaktepatan hormon antidiuretik
(syndrome of inappropriate antidiuretic hormon [SIADH]), peningkatan
asupan cairan, hiperaldosteronisme, ketoasidosis diabetes, oliguria, dan
polidipsia psikogenik. Tanda dan gejala hiponatremia meliputi cemas,
hipotensi postural, postural dizziness, mual, muntah, diare, takikardi, kejang
dan koma. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah kadar natrium serum
<136 mEq/l dan berat jenis urine <1,010. Hipernatremia adalah kelabihan
kadar natrium di cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan tekanan
osmotic ekstrasel. Kondisi ini mengakibatkan berpindahnya cairan intrasel
keluar sel. Penyebab hipernatremia meliputi asupan natrium yang berlebihan,
kerusakan sensasi haus, disfagia, diare, kehilangan cairan berlebih dari paru-
paru, poliuria karena diabetes insipidus. Tanda dan gejalanya meliputi kulit
kering, mukosa bibir kering, pireksia, agitasi, kejang, oliguria, atau anuria.
Temuan laboratorium untuk kondisi ini kadar natrium serum >144 Meq/l,
berat jenis urine >11,30.

2. Hipokalemia dan hiperkalemia


Hipokalemia adalah kekurangan kadar kalium di cairan ekstrasel yang
menyebabkan pindahnya kalium keluar sel. Akibatnya, ion hydrogen dan
kalium tertahan di dalam sel dan menyebabkan gangguan atau perubahan pH
plasma. Gejala defisiensi kalium pertama kali terlihat pada otot, distensi usus,
penurunan bising usus, serta denyut nadi yang tidak teratur. Pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan nilai kalium serum <3,0 mEq/l. hiperkalemia adalah
kelebihan kadar kalium di cairan ekstrasel. Kasus ini jarang sekali terjadi,
kalaupun ada, tentu akan sangat membahayakan kehidupan sebab akan
menghambat trasmisi impuls jantung dan menyebabkan serangan jantung. Saat
terjadi hiperkalemia, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
memberikan insulin sebab insulin dapat membantu mendorong kalium masuk
ke dalam sel. Tanda dan gejala hiperkalemia sendiri meliputi cemas,
iritabilitas, irama jantung ireguler, hipotensi, parastesia, dan kelemahan. Pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan nilai kalium serum >5 mEq/l, sedangkan
pada pemeriksaan EKG didapat gelombang T memuncak, QRS melebar, dan
PR memanjang.

3. Hipokalsemia dan hiperkalsemia


Hipokalsemia adalah kekurangan kadar kalsium di cairan ekstrasel.
Bila berlangsung lama, kondisi ini dapat menyebabkan osteomalasia sebab
tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan kalsium dengan mengambilnya
dari tulang. Tanda dan gejala hipokalsemia meliputi spasme dan tetani,
peningkatan motilitas gastrointestinal, gangguan kardiovaskuler, dan
osteoporosis. Temuan laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar kalsium
serum <4,5 mEq/l atau 10 mg/100 ml serta memanjangnya interval Q-T.
Selain itu, hipokalsemia juga dapat dikaji dari tanda Trosseau dan Chvostek
positif. Hiperkalsemia adalah kelebihan kadar kalsium pada cairan ekstrasel.
Kondisi ini menyebabkan penurunan eksitabilitas otot dan saraf yang pada
akhirnya menimbulkan flaksiditas. Tanda dan gejala hiperkalsemia meliputi
penurunan kemampuan otot, anoreksia, mual, muntah, kelemahan dan letargi,
nyeri punggung, dan serangan jantung. Temuan laboratorium meliputi kadar
kalsium serum >5,8 mEq/l atau 10 mg/100 ml dan peningkatan BUN akibat
kekurangan cairan. Hasil rontgen menunjukkan osteoporosis generalisata serta
pembentukan kavitas tulang yang menyebar.

4. Hipomagnesemia dan hipermagnesemia


Hipomagnesemia terjadi apabila kadar magnesium serum urang dari
1,5 mEq/l. Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh konsumsi alohol yang
berlebih, malnutrisi, diabetes mellitus, gagal hati, absorpsi usus yang buruk.
Tanda dan gejalanya meliputi tremor, refleks tendon profunda yang hiperaktif,
konfusi, disorientasi, halusinasi, kejang, takikardi, dan hipertensi. Temuan
laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar magnesium serum <1,4 mEq/l.
Hipermagnesemia adalah kondisi meningkatnya kadar magnesium di dalam
serum. Meski jarang ditemui, namun kondisi ini dapat menimpa penderita
gagal ginjal., terutama yang mengkonsumsi antasida yang mengandung
magnesium. Tanda dan gejala hipermagnesemia meliputi aritmia jantung,
depresi refleks tendon profunda, depresi pernapasan. Temuan laboratorium
untuk kondisi ini meliputi kadar magnesium serum >3,4 mEq/l.

5. Hipokloremia dan hiperkloremia


Hipokloremia adalah penurunan kadar ion klorida dalam serum. Secara
khusus, kondisi ini disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang
berlebihan, seperti muntah, diare, dieresis, serta pengisapan nasogastrik.
Tanda dan gejala yang muncul menyerupai alkalosis metabolic, yaitu apatis,
kelemahan, kekacauan mental, kram, dan pusing. Temuan laboratorium untuk
kondisi ini adalah nilai ion klorida >95 mEq/l. Hiperkloremia adalah
peningkatan kadar ion klorida serum. Kondisi ini kerap dikaitkan dengan
hipernatremia, khususnya saat terdapat dehidrasi dan masalah ginjal. Kondisi
hiperkloremia menyebabkan penurunan bikarbonat sehingga menimbulkan
ketidakseimbangan asam-basa. Lebih lanjut, kondisi ini bisa menyebabkan
kelemahan, letargi, dan pernapasan Kussmaul. Temuan laboratoriumnya
adalah nilai ion klorida >105 mEq/l.
6. Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia
Hipofosfatemia adalah penurunan kadar fosfat di dalam serum. Kondisi
ini dapat muncul akibat penurunan absorpsi fosfat di usus, peningkatan
ekskresi fosfat, dan peningkatan ambilan fosfat untuk tulang. Hipofosfatemia
dapat terjadi akibat alkoholisme, malnutrisi, ketoasidosis diabetes, dan
hipertiroidisme. Tanda dan gejalanya meliputi anoreksia, pusing, parestesia,
kelemahan otot, serta gejala neurologis yang tersamar. Temuan laboratorium
untuk kondisi ini adalah nilai ion fosfat <2,8 mEq/dl. Hiperfosfatemia adalah
peningkatan kadar ion fosfat dalam serum. Kondisi ini dapat muncul pada
kasus gagal ginjal atau saat kadar hormon paratiroid menurun. Selain itu,
hiperfosfatemia juga bisa terjadi akibat asupan fosfat berlebih atau
penyalahgunaan laksatif yang mengandung fosfat. Karena kadar kalsium
berbanding terbalik dengan fosfat, maka tanda dan gejala hiperfosfatemia
hampir sama dengan hipokalsemia yaitu peningkatan eksibilitas sistem saraf
pusat, spasme otot, konvulsi dan tetani, peningkatan motilitas usus, masalah
kardiovaskular seperti penurunan kontraktilitas jantung/gejala gagal jantung,
dan osteoporosis. Temuan laboratoriumnya adalah nilai ion fosfat >4,4 mg/dl
atau 3,0 mEq/l.
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Cairan dan elektrolit memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan
tubuh. Makalah ini menyoroti betapa vitalnya pemeliharaan kadar cairan dan
elektrolit untuk fungsi organ tubuh yang optimal. Dalam konteks ini, diskusi
melibatkan pentingnya asupan cairan, proses regulasi elektrolit oleh ginjal, dan
dampak gangguan keseimbangan cairan-elektrolit pada kesehatan. Kesimpulannya,
pemahaman mendalam terhadap cairan dan elektrolit membantu menjaga
homeostasis tubuh dan mencegah berbagai masalah kesehatan.

2. SARAN
a. Pengantar Umum:
Jelaskan konsep dasar cairan dan elektrolit dalam tubuh
manusia.Gambarkan pentingnya keseimbangan cairan dan elektrolit untuk
fungsi tubuh yang optimal.

b. Fungsi Cairan dan Elektrolit:


Rincikan peran cairan dan elektrolit dalam menjaga tekanan osmotik,
suhu tubuh, dan keseimbangan asam-basa.Tinjau bagaimana elektrolit seperti
natrium, kalium, dan kalsium memengaruhi berbagai proses biologis.

c. Gangguan Keseimbangan:
Bahas kondisi seperti dehidrasi, hiponatremia, dan
hiperkalemia.Identifikasi gejala, penyebab, dan penanganan dari gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.

d. Pentingnya Hidrasi:
Jelaskan pentingnya asupan cairan yang memadai untuk menjaga
keseimbangan elektrolit.Sertakan informasi tentang kebutuhan cairan yang
bervariasi berdasarkan faktor seperti usia, aktivitas fisik, dan kondisi kesehatan.
e. Pencegahan dan Pengobatan:
Diskusikan strategi pencegahan untuk menjaga keseimbangan cairan
dan elektrolit.Tinjau berbagai metode pengobatan, termasuk terapi cairan
intravena dan suplemen elektrolit.

f. Studi Kasus:
Sertakan beberapa studi kasus tentang individu yang mengalami
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.Evaluasi penanganan medis dan
hasilnya untuk setiap studi kasus
7.

Anda mungkin juga menyukai