KEPERAWATAN DASAR
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN
KELOMPOK 4:
MELZI ALZANI P0 5120219068
MITHA NATALIA P0 5120219069
NAVA NOFITRIANI P0 5120219070
NOSI RAMITA P0 5120219071
NURUL AFNI P0 5120219072
OCHA LESTI. P P0 5120219073
PARTI KURNIA SARI P0 512021074
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah Keperawatan Dasar yang berjudul ‘Kebutuhan Cairan Dan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Cairan’ dengan
tepat waktu.
Penulis menyadari segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik
materi maupun bahasa. Namun demikian, penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis juga sangat mengharapkan saran dan kritik khususnya dari Dosen
pembimbing mata kuliah serta pembaca demi kemajuan makalah ini kedepannya.
Semoga Tuhan senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Aamiin.
28 April 2020
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………...................... 2
DAFTAR ISI……………………………………………………………….....................3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 4
1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………………….4
1.2 TUJUAN……………………………………………………………………..4
3.1KESIMPULAN………………………………………………………22
3.2 SARAN………………………………………………………………22
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...23
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
Bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang konsep pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit. Agar pemahaman lebih kompleks tentang
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada berbagai penyakit.
4
BAB II
KONSEP TEORITIS
A. Cairan intraseluler (CIS ) adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh
tubuh, Pada dewasa kira-kira 2/3 dari cairan tubuh adalah intraseluler, sama
sekitar 25 L pada pria dewasa (70kg). Pada bayi, setengah dari cairan tubuh bayi
adalah cairan intraseluler. Komposisi intraseluler : Ion Kalium (K)
berkonsentrasi tinggi, ion Natrium (Na) berkonsentrasi rendah. Konsentrasi
protein dalam sel: tinggi, sekitar 4x konsentrasi dlm plasma.
B. Cairan ekstraseluler (CES) adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh
tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan
terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial
5
dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam
sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,
sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna. CES dibagi menjadi:
1. Cairan interstisial (CIT): Cairan yang berada disekitar sel
2. Cairan intravascular (CIV): Cairan yang terkandung didalam pembuluh
darah.
6
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan
dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaranair.
Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam system ini sekitar 100-200
ml/hari. Selain itu, pengaturan kesimbangan cairan dapat melalui mekanisme
rasa haus yang dikontrol oleh system endokrin (hormonal), yakni anti diuretic
hormone (ADH), system aldosterone, prostaglandin, dan glukokortikoid.
7
Contoh kation yaitu natrium, kalium, kalsium dan magnesium. Sedangkan anion
contohnya klorida, bikarbonat dan fosfat.
Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan
tetap dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas cairan isotonic,
hipotonik dan hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak
dipergunakan.
8
18 tahun 54 kg 2200 – 2700
B. AKTIVITAS
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolism dalam tubuh.
Hal ini mengakibatkan peningkatan pengeluaran cairan melalui keringat.
Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,
kehilangan cairan yan tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami
peningkatan akibat peningkatan laju pernafasan dan aktivasi kelenjar keringat
C. IKLIM
Individu yang tinggal di lingkunan yang berrsuhu tinggi atau didaerah dengan
tingkat kelembaban yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairan
dan elektrolit.
D. DIET
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika
asupan makanan tidak adekuat atau tida seimbang, tubuh berusaha memecah
simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah glikogen dan lemak. Kondisi
ini mengakibatkan penurunan kadar albumin. Dalam tubuh, albumin penting
untuk mempertahankan tekanan onkotik plasma. Jika tubuh kekurangan
albumin, tekanan onkotik plasma dapat menurun. Akibatnya, cairan dapat
berpindah dari intravaskuler ke interstisial sehingga terjadi edema di interstisial
E. STRESS
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat
stress, tuubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan
konsentrasi glukosa darah, dan glkolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan
retensi air dan natrium. Di samping itu, stress juga menyebabkan peningkatan
produksi hormone antidiuretic yang dapat mengurangi produksi urine.
F. PENYAKIT
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dari
sel/jaringan yang rusak (misalnya luka robek atau luka bakar).
G. TINDAKAN MEDIS
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekubder terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat
menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.
9
H. PENGOBATAN
Penggunaan beberapa obat seperti diuretic maupun laksatif secara berlebihan
dapat menyebabkan peningkatan kehilanagn cairan dalam tubuh. Akibanya,
terjadi deficit cairan tubuh. Selain itu, penggunaan diuretic meyebabkan
kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan
kortiosteroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh
I. PEMBEDAHAN
Kilen yang mengalami pembedahan beresiko tinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah
selama periode operasi, sedangkan beberapa klien lainnya justru mengalami
kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebihmelalui intravena selama
pembedahan atau sekresi hormone ADH selama masa stress akibat obat-obatan.
10
vena leher, kulit lembab, takikardia, irama gallop, protein rendah,
anemia, retensi air yang berlebihan, peningkatan natrium dalam urin.
B. GANGGUAN ELEKTROLIT
a. Hiponatremia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam
plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang
kurang dari 135 mEq/L, mual, muntah dan diare.
b. Hipernatremia, suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi,
yang ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anur ia, turgor kulit
buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering, dll.
c. Hipokalemia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam
darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada
pasien yang mengalami diare berkepanjangan.
d. Hiperkalemia, merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah
tinggi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal,
asidosis metabolik. Hiperkalemia dditandai dengan adanya mual,
hiperaktifitas system pencernaan, dll.
e. Hipokalsemia, merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah.
Hipokalsemia ditandai dengan adanya kram otot dan karam perut,
kejang,bingung.
f. Hiperkalsemia, merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam
darah. Hal ini terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar
gondok dan makan vitamin D secara berlebihan. Hiperkalsemia ditandai
dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, dll, dan kadar
kalsium daam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
g. Hipomagnesia, merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah.
Hipomagnesia ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki
dan tangan, dll, serta kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.
h. Hipermagnesia, merupakan kelebihan kadar magnesium dalam darah. Hal
ini ditandai dengan adanya koma, gangguan pernapasan, dan kadar
magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
11
2.7 PENATALAKSANAAN GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT
PEMBERIAN CAIRAN SECARA PARENTAL
Jenis Indikasi Kondisi
Asering Dehidrasi (syok hipovolemik Gastroenteritis akut, demam
dan asidosis)
berdarah dengue, luka bakar,
syok hemoragik, dehidrasi
berat, trauma
KA-EN 1B Sebagai larutan awal bila Pada kasus emergensi
status elektrolit pasien belum (dehidrasi karena asupan oral
diketahui tidak memadai, demam) < 24
jam pasca operasi
KA-EN 3A, KA- Untuk memenuhi kebutuhan Pada keadaan asupan oral
EN 3B & KA-EN
harian air dan elektrolit terbatas dan untuk kasus
MG3
dengan kandungan kalium pasca operasi (> 24-48 jam)
cukup untuk mengganti
ekskresi harian
12
adrenokortikal, luka bakar)
Otsu-RL 1) Resusitasi
2) Suplai ion bikarbonat
3) Asidosis metabolik
penderita GI yang
dipuasakan, kebutuhan
13
2.8 HORMON
A. HORMON YANG BEKERJA PADA GINJAL
1. Hormone antidiuretic (ADH atau vasopressin)
Merupakan peptida yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior.
Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus kolektivus.
2. Aldosterone
Merupakan hormone steroid yang diproduksi oleh korteks adrenal. Hormone
ini meningkatkan reabsorpsi natrium pada duktus kolektivus.
3. Peptide natriuretik (NP)
Diproduksi oleh sel jantung dan meningkatkan eksresi natrium pada duktus
kolektivus.
4. Hormone paratiroid
Merupakan protein yang diproduksi oleh kelenjar paratiroid. Hormon ini
meningkatkan eksresi fosfat, reabsorpsi kalsiumm dan produksi vitamin D
pada ginjal.
B. HORMON YANG DIHASILKAN OLEH GINJAL
1. Renin
Protein yang dihasilkan oleh aparatus jukstaglomerular. Hormone ini
menyebabkan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II bekerja langsung
pada tubulus proksimal dan bekerja melalui aldosterone pada tubulus distal
untuk meningkatkan retensi natrium. Hormone ini juga merupakan
vasokonstriktor.
2. Vitamin D
Hormone steroid yang dimetabolisme di ginjal menjadi bentuk aktif 1,25-
dihidroksikolekalsiferol, yang terutama berperan meningkatkan absorpsi
kalsium dan fosfat dari usus.
3. Eritropoietin
Protein yang diproduksi di ginjal, hormone ini meningkatkan pembentukan
sel darah merah disumsum tulang.
4. Prostaglandin
14
Diproduksi di ginjal, memiliki berbagai efek, terutama pada tonus pembuluh
darah ginjal.
D. Contoh Kasus
Berikan cairan maintenance pada klien laki-laki usia 25 tahun dengan berat
badan 50kg.
Kebutuhan cairan
= 50cc/kg BB/24 jam
= 50cc x 50/24 jam
= 2.500cc/24 jam
(jadi kebutuhan cairan klien adalah 2.500cc dalam sehari atau 24
jam)
Kebutuhan Natrium
15
= 3 – 5 mEq/kg BB/24 jam
= 3 – 5 mEq x 50 /24 jam
= 150 – 250 mEq /24 jam
(jadi kebutuhan natrium klien berada pada rentang 150 – 250 mEq
dalam 24 jam)
Tetes Per Menit
(kebutuhan cairan x faktor tetes) = jumlah/tetesan/menit
(jumlah jam x 60 menit)
Infus set Otsuka (2.500 x 15) = 37.500 = 26 tetes/menit
(24 x 60) 1.440
Infus set Terumo (2.500 x 20) = 50.000 = 35 tetes/menit
(24 x 60) 1.440
16
Tabel 2.10 INTERVENSI PADA PASIEN CKD
No
Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
.
1. Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan intervensi NIC :
keperawatan selama ... x 24 jam, Manajemen Hipervolemi :
Berhubungan dengan :
diharapkan Mandiri
Menurunnya laju filtrasi
NOC : Keseimbangan cairan 1. Kaji status cairan : Membran 1. Pengkajian merupakan dasar dan
glomerulus
Dipertahankan pada level .. mukosa, derajat edema. data dasar berkelanjutan untuk
Menurunnya curah
Ditingkatkan ke level ... memantau perubahan dan
jantung
mengevaluasi intervensi.
Deskripsi level :
Dibuktikan oleh : 1. Sangat Terganggu 2. Pemantauan intake-output 2. Untuk mengetahui balance cairan
Ortopnea 2. Banyak Terganggu melalui fluid intake output (status hidrasi pasien) maupun
Oliguria 3. Cukup Terganggu chart menentukan jumlah cairan yang
Edema 4. Sedikit Terganggu aman diminum klien pada hari
Distensi Vena Jugularis 5. Tidak Terganggu berikutnya
Peningkatan berat badan 3. Timbang berat badan tiap 3. Adanya perubahan/hilangnya
Hipertensi hari edema adalah sebagai respon
Distres Pernafasan Dengan Kriteria Hasil :
terhadap terapi.
1. Tekanan darah systole (100-
Bunyi jantung abnormal
140 mmHg) 1/2/3/4/5 4. Kaji distensi vena jugularis 4. Retensi cairan berlebihan dapat
Bunyi jantung S3
2. Tekanan darah diasltole (70- dimanifestasikan oleh
90 mmHg) 1/2/3/4/5 pembendungan vena dan
3. Keseimbangan intake dan pembentukan edema. Edema perifer
output dalam 24 jam 1/2/3/4/5 mulai pada kaki/mata kaki dan
meningkat sebagai kegagalan
17
4. Berat badan stabil (tidak ada paling buruk. Edema pitting adalah
penambahan lebih dari 2,5 kg) gambaran secara umum hanya
1/2/3/4/5 setelah retensi sedikitnya 5 kg
5. Membran mukosa lembab cairan.
1/2/3/4/5
5. Pantau Tekanan Darah setiap 5. Hipertensi menunjukkan kelebihan
8 jam volume cairan dan dapat
NOC : Keseimbangan cairan
menunjukkan
Dipertahankan pada level .. terjadinya/peningkatan kongesti
Ditingkatkan ke level ... paru, gagal jantung.
Deskripsi level : 6. Pertahankan duduk atau tirah 6. Posisi telentang meningkatkan
1. Berat baring dengan posisi semi filtrasi ginjal dan menurunkan
2. Cukup Berat fowler. produksi ADH sehingga
3. Sedang meningkatkan diuresis
4. Ringan
5. Tidak ada 7. Atur interval minum 7. Pengaturan interval air minum
Pagi : 50% dapat mengatur intake cairan yang
Dengan Kriteria Hasil : Sore : 25-33% tepat tanpa harus membuat klien
1. Distensi vena jugularis Malam : 25-17% merasa haus
1/2/3/4/5
2. Edema perifer 1/2/3/4/5 8. Berikan minum dalam suhu 8. Memberikan air minum dalam suhu
3. Kehausan 1/2/3/4/5 dingin (5-10oC) dingin dapat merangsang saraf di
oropharingeal sehingga mengurangi
rasa haus.
9. Anjurkan mengunyah 9. Mengunyah permen karet dapat
permen karet rendah gula. meningkatkan produksi saliva
10. Anjurkan untuk mengulum 10. Sensasi dingin batu es yang masuk
18
batu es jika masih merasa dan es yang mencair berdampak
haus. pada penurunan rasa haus
11. Kaji tingkat rasa haus pasien 11. Mengetahui tingkat kefektifan
secara teratur tindakan pembatasan cairan pada
pasien
12. Dorong pasien untuk 12. Ekspresi perasaan/masalah dapat
menyatakan perasaan menurunkan stres/cemas, yang
sehubungan dengan mengeluarkan energi dan dapat
pembatasan menimbulkan perasaan lemah
Kolaborasi
13. Pemberian obat sesuai 13. Asdfaf
indikasi
a. Diuretik. Contoh a. Meningkatkan laju aliran urin
furosemid (Lasix); dan dapat menghambat
bumetanide (Bumex) reabsorpsi natrium/klorida pada
tubulus ginjal
b. Spinorolakton b. Meningkatkan diuresis tanpa
kehilangan kalium berlebihan
c. Tambahan kalium. c. Mengganti kehilangan kalium
Contoh K Dur sebagai efek samping terapi
diuretik, yang dapat
mempengaruhi fungsi jantung
19
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap
stressor fisiologis dan lingkungan. Ginjal merupakan organ yang paling berperan,
sebegai pengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
garan dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
cairan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-
paru dengan mengeksresikan ion hydrogen, CO2 dan sistem dapar (buffer) kimia
dalam cairan tubuh.
3.2 SARAN
Kebutuhan cairan tubuh tak hanya berasal dari konsumsi air putih saja,
melainkan juga dari makanan dan minuman yang mengandung air. Meskipun begitu,
akan jauh lebih baik bila kita memilih untuk mengkonsumsi air putih ketimbang jenis
minuman lainnya yang banyak mengandung gula, kalori, kafein dan zat-zat lainnya.
20
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.fk.umy.ac.id
21