Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN

PEMENUHAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Mata Kuliah : Dokumentasi Keperawatan

Dosen Pembimbing : Binti Yunariyah , S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh Kelompok 4 :

1. Denny Eka Prasetyawan (P27820521009)


2. Helmi Chentia (P27820521018)
3. Khusnul Maisaroh (P27820521022)
4. M. Kamalul Kahfi (P27820521033)
5. Shovia Mei Sangar Wati (P27820521043)
6. Vellsa Zahrotul Cahyani (P27820521047)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

PRODI D3 KEPERAWATAN TUBAN

Tahun 2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “Makalah
Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Pemenuhan Keseimbangan Cairan dan
Elektrolit”. Penulis dapat menyelesaikan makalah asuhan keperawatan ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Ibu Binti Yunariyah, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku dosen pembimbing kelompok 4
2. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah asuhan
keperawatan ini baik secara langsung maupun tidak langsung

Penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menyempurnakan makalah asuhan


keperawatan ini, apabila masih ada kekurangan dalam penyusunan makalah asuhan
keperawatan ini, penulis megharapkan saran dan kritik dari semua pihak guna perbaikan
selanjutnya. Semoga makalah asuhan keperawatan ini bermanfaat bagi para pembaca
dan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu keperawatan.

Tuban, 13 April 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................. i

Daftar Isi .......................................................................................................................... ii

Pendahuluan

a. Latar Belakang ..................................................................................................... 1


b. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
c. Tujuan .................................................................................................................. 1
d. Manfaat ................................................................................................................ 2

Tinajuan Pustaka

a. Definisi ................................................................................................................ 3
b. Anatomi ............................................................................................................... 3
c. Klasifikasi ............................................................................................................ 4
d. Fungsi ................................................................................................................. 5
e. Etiologi ………………………………………………………………………. 5
f. Patofisiologi ………………….………………………………………………. 7
g. Manifestasi Klinis …………………………………………………………….... 8
h. Gangguan ………………………………………………………………………. 8
i. Pemeriksaan Diagnostik ……………………………………………………. 11
j. Pemeriksaan Penunjang ………………………………………………………. 12
k. Penatalaksanaan …………………………………………………………….. 12

Isi

a. Pengkajian ......................................................................................................... 13
b. Diagnosis ........................................................................................................... 20
c. Intervensi ........................................................................................................... 20
d. Implementasi ………………………………………………………………… 22
e. Evaluasi ............................................................................................................. 22

Penutup

3
a. Kesimpulan ........................................................................................................ 23
b. Saran ………………………….......................................................................... 23

Daftar Pustaka ………………………………………………………………………… 24

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di sekelilingnya,


termasuk dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum kurang
lebih 60% berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan
elektrolit). Faktor yang mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis
kelamin, dan kandungan lemak dalam tubuh. Cairan dan elektrolit sangat diperlukan
dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.

Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu bagian
dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi
dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari
air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman,
dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu tergganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya.

Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan


atau homeostasis tubuh. Gangguan cairan dan elektrolit dapat memengaruhi fungsi
fisiologi tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang mengandung partikel –
partikel bahan organik dan anorganik yang vital untuk hidup (Tamsuri,2009).

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di
seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel
dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial
dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem

5
vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan
traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan
intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori pada gangguan pemenuhan keseimbangan cairan
dan elektrolit?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pemenuhan
keseimbangan cairan dan elektrolit?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep teori pada gangguan pemenuhan keseimbangan
cairan dan elektrolit
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
pmenuhan keseimbangan cairan dan elekrolit
D. Manfaat
1. Meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan aplikasi mata kuliah tentang
gangguan pemenuhan keseimbangan suhu tubuh
2. Menambah pengetahuan masalah kesehatan yang berhubungan dengan
pemenuhan keseimbangan suhu tubuh

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi cairan dan elektrolit


Tubuh terdiri dari 50 – 60 % air, untuk menjaga keseimbangan, tubuh
harus bisa mengatur cairan – cairan yang ada dengan sendirinya. Kemampuan
tubuh untuk menjaga kondisi cairan agar selalu seimbang disebut dengan
homeostasis. Homeostasis sangat penting untuk sel – sel melakukan tugasnya
serta menciptakan kondisi sel tubuh yang sehat, ketika tubuh tidak terdapat
homeostasis maka sel - sel tidak dapat berfungsi dengan baik (Linton, 2012).
(Allison Itale, 2014) Tubuh seseorang berfungsi dengan baik ketika,
kondisi didalam tubuh terdapat volume cairan dan partikel – partikel daan
keadaan seimbang atau terjadinya homeostasis. Kebutuhan cairan dan elektrolit
adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan
perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan
kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh
mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis)
yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif
konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan
cairan ini dinamakan “homeostasis”.
2. Anatomi pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit
Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh :
a. Ginjal

Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur
kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal yaitu sebagai
pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan
asam-basa darah, dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam. Proses
pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian
ginjal, seperti glomerulus, dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter
darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomelurus, 10

7
persennya disaring keluar. Cairan yang tersaring (Filtrat glomerulus), kemudian
mengalir melalui tubuh renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan yang
dibutuhkan. Jumlah urine yang di produksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH
dan aldosterone dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.

b. Kulit

Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merangsang
aktifitas kelenjer keringat. Rangsangan kelenjer keringat dapat dihasilkan dari
aktivitas otot, temperatur lingkungan yang meningkat dan demam, disebut juga
Isensible Water Loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24 jam.

c. Paru-paru

Organ paru-paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan IWL


sekitar 400 ml/hari. Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respon terhadap
perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam.

d. Gastrointestinal

Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam


mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam
kondisi normal, cairan yang hilang dalam system ini sekitar 100-200 ml/hari.
Perhitungsn IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kg BB/24 jam, dengan
kenaikan 10% dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1℃.

3. Klasifikasi cairan dan elektrolit

Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen utama,


yaitu : cairan intraselular (CIS) dan cairan ekstra selular (CES). Pada orang
normal dengan berat 70 kg, total cairan tubuh (TBF) rata-ratanya sekitar 60%
berat badan atau sekitar 42 L. Persentase ini dapat berubah, bergantung pada
umur, jenis kelamin, dan derajat obesitas (Guyton & Hall, 1997).

a. Cairan Intraselular (CIS) = 40% dari BB total

8
Adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira
2/3 dari cairan tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata
pria dewasa (70 kg). Sebaliknya, hanya ½ dari cairan tubuh bayi adalah
cairan intraselular.
b. Cairan Ekstraselular (CES) = 20% dari BB total
Adalah cairan diluar sel. Ukuran relatif dari (CES)menurun dengan
peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kir ½ cairan tubuh terkandung
didalam (CES). Setelah 1 tahun, volume relatif dari (CES) menurun sampai
kira-kira 1/3 dari volume total. Ini hampir sebanding dengan 15 L dalam
rata-rata pria dewasa (70 kg). Lebih jauh (CES) dibagi menjadi :
c. Cairan interstisial (CIT)
Cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L pada orang dewasa. Cairan
limfe termasuk dalam volume interstisial. Relatif terhadap ukuran tubuh,
volume (CIT) kira-kira sebesar 2 kali lebih besar pada bayi baru lahir
dibanding orang dewasa.
d. Cairan intravaskular (CIV)
Cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah. Volume relatif dari
(CIV) sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume darah
orang dewasa kira-kira 5-6 L (8% dari BB), 3 L (60%) dari jumlah tersebut
adalah PLASMA. Sisanya 2-3 L (40%) terdiri dari sel darah merah (SDM,
atau eritrosit) yang mentranspor oksigen dan bekerja sebagai bufer tubuh
yang penting; sel darah putih (SDP, atau leukosit); dan trombosit. Tapi nilai
tersebut diatas dapat bervariasi pada orang yang berbeda-beda, bergantung
pada jenis kelamin, berat badan dan faktor-faktor lain.
e. Cairan Transelular (CTS)
Adalah cairan yang terkandung di dalam rongga khusus dari tubuh. Contoh
(CTS) meliputi cairan serebrospinal, perikardial, pleural, sinovial, dan
cairan intraokular serta sekresi lambung. Pada waktu tertentu (CTS)
mendekati jumlah 1 L. Namun, sejumlah besar cairan dapat saja bergerak
kedalam dan keluar ruang transelular setiap harinya. Sebagai contoh, saluran

9
gastro-intestinal (GI) secara normal mensekresi dan mereabsorbsi sampai 6-
8 L per-hari.
4. Fungsi cairan dan elektrolit

Menurut Tamsuri (2009) Komponen yang paling besar dalam tubuh


manusia adalah air yang mempunyai fungsi yang sangat besar. Fungsi cairan
diantaranya:

a. Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel


b. Mengeluarkan buangan-buangan sel
c. Membantu dalam metabolisme sel
d. Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit
e. Membantu memelihara suhu tubuh
f. Membantu pencernaan
g. Mempemudah eliminasi
h. Mengangkut zat-zat seperti (hormon, enzim, SDP, SDM)
5. Etiologi
1. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia
berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan
metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki
proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.
Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang
juga lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan
pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi
serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orang
dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang
besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan
ginjal.
2. Aktivitas

10
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan
dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme
dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui
keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat.
Selain itu,kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga
mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
3. Iklim
Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak
terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui
kulit dan pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak
dapat disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap
individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat
metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu
tinggi atau di dearah dengan kelembapan yang rendah akan lebih sering
mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang yang
bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi, mereka dapat kehilangan
cairan sebanyak lima litet sehari melalui keringat. Umumnya, orang yang
biasa berada di 15 lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700
ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak
biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter
per jam.
4. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit.
Jika asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan
protein dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen.
Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.
5. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh.
Saat stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan
konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan

11
retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan
produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.
6. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan
elektrolit dasar sel atau jaringan yang rusak (mis., Luka robek, atau luka
bakar). Pasien yang menderita diare juga dapat mengalami peningkatan
kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastro intestinal.
Gangguan jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena kemampuan
pompajantung menurun, tubuh akan melakukan penimbunan cairan dan
natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan
(hipervelomia). Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan edema paru.
Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup
untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa
dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan
lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine akan meningkat.
Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan
menurunkanproduksi urine dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan
reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal
mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan
menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (missalnya gagal ginjal)
individu dapat mengalami oliguria (produksi urine kurang dari 40ml/24 jam)
sehingga anuria (produksi urine kurang dari 200 ml/ 24 jam).
7. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap
kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung
dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.
8. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara
berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.
Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic

12
menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat.
Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air
dalam tubuh.
9. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah
selama perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami
kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena
selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat
obat-obat anastesia (Situmorang, 2010).
6. Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi
seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan
kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan
interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan
ekstraseluler.
Untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan perpindahan
cairan intraseluler. Secara umum, kekurangan volume cairan disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan
cairan, perdarahan dan pergerakan cairanke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan
berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikannya ke lokasi semula dalam
kondisi cairan ekstraseluler istrahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi
intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritoneum, perikardium,
atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu seperti terperangkapnya cairan
dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
7. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien yang
kehilangan cairan dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional
antara lain: pusing, kelemahan, keletihan, anoreksia, mual muntah, rasa haus,
kekacauan mental, konstipasi dan oliguria, penurunan tekanan darah, HR

13
meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering dan kasar,
mukosa mulut kering. Tanda-tanda penurunan berat badan akut, mata cekung,
pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan anak-anak adanya penurunan jumlah
air mata. Tergantung pada jenis kehilanagn cairan dapat disertai dengan
ketidakseimbanagn asam basa, osmolar atau elektrolit. Penipisan cairan
ekstraseluler berat dapat menimbulkan syok.
8. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

Menurut Asmadi (2008) dalam keadaan normal, cairan tubuh berada dalam
keadaan seimbang. Oleh karena suatu sebab, keseimbangan tubuh dapat
mengalami gangguan. Secara garis besar, gangguan keseimbangan tubuh terbagi
menjadi dua yaitu:

a. Hipervolemik (Edema)
Terjadi penimbunan cairan berlebih di antara sel – sel tubuh atau
didalam berbagai rongga – rongga tubuh. Edema disebut juga dengan difusi,
asites. Edema akan terjadi apabila tekanan hidrostatik intravaskuler
meningkat, tekanan osmotik plasma menurun, dan gangguan aliran limfe.
Ketiga keadaan tersebut penyebab primer edema yang bukan disebabkan
oleh reaksi radang.

Meningkatnya tekanan hidrostatik cenderung memaksa cairan masuk


ke dalam ruang interstisial. Penyebab peningkatan tersebut diantaranya
adalah kegagalan jantung, penurunan perfusi ginjal, aliran darah yang
lambat misalnya karena adanya sumbatan dan lain – lain.

Tanda dan gejala klinis pada pasien dengan hipervolemik diantarnya


sesak nafas, ortopnea, odema. Penyebab edema extraselular adalah:

1) Peningkatan tekanan kapiler: kelebihan retensi ginjal, tekanan vena


yang tinggi dan penurunan resistensi arteriol
2) Penurunan protein plasma: hilangnya protein melalui hidung,
hilangnya protein melalui kulit yang lepas, kegagalan produksi
protein.

14
3) Peningkatan permeabilitas kapiler: adanya reaksi imun, toksi, infeksi
bakteri.
4) Blocakage of lymph return: disebabkan oleh kanker, pembuluh
limpatih yang abnormal atau kelainan kongenital.
Pengkajian fisik yang ditemukan pada pasien dengan hipervolemik
yaitu: edema, peningkatan berat badan, peningkatan tekanan darah, nadi
kuat, asites, krekles, ronki, mengi, distensi vena jugularis, kulit lembab,
takikardia.

Pitting edema dibagi menjadi 4 derajat, diantaranya:

1) Derajat 1: setelah dipalpasi oleh pemeriksa (dengan jari telunjuk)


maka daerah yang edema akan menampakkan/memperlihatkan
cekungan sedalam 2 mm
2) Derajat II: setelah dipalpasi oleh pemeriksa (dengan jari telunjuk)
maka daerah yang edema akan menampakkan/memperlihatkan
cekungan sedalam 4 mm
3) Derajat III: setelah dipalpasi oleh pemeriksa (dengan jari telunjuk)
maka daerah yang edema akan menampakkan/memperlihatkan
cekungan sedalam 6 mm.
4) Derajat IV: setelah dipalpasi oleh pemeriksa (dengan jari telunjuk)
maka daerah yang edema akan menampakkan/memperlihatkan
cekungan sedalam 8 mm.
b. Hipovolemik (Dehidrasi) (Aziz, 2009)
Kekurangan cairan eksternal terjadi karena penurunan asupan cairan
dan kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespons kekurangan
cairan tubuh dengan mengosongkan cairan vaskuler. Sebagai kompensasi
akibat penurunan cairan interstisial, tubuh akan mengalirkan cairan keluar
sel. Pengosongan cairan ini tejadi pada pasien diare dan muntah. Ada tiga
macam kekurangan volume cairan eksternal, yaitu:

1) Dehidrasi isotonik: terjadi jika tubuh kehilangan sejumlah cairan dan


elektrolit secara seimbang.

15
2) Dehidrasi hipertonik: terjadi jika tubuh kehilangan leibh banyak air
daripada elektrolit.
3) Dehidrasi hipotonik: terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak
elektolit dari pada air.
Apabila terjadi kekurangan cairan dalam waktu lama, kadar urea, nitrogen,
dan kreatinin meningkat dan menyebabkan perpindahan cairan intrasel ke
pembuluh darah.

Tingkat keparahan dehidrasi bergantung pada seberapa besar derajat


dehidrasi yang dialaminya.

Tabel Penurunan berat badan sebagai indikator kekurangan cairan tubuh

Penurunan BB akut Keparahan Defisit cairan tubuh

2 – 5% Ringan

5 – 10 % Sedang

10 – 15% Berat

15 – 20% Fatal

Tabel Penilaian derajat dehidrasi berdasarkan tanda dan gejala pada klien

Penilaian Ringan Sedang Berat

Keadaan Umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai,


tidak sadar

Mata Normal Cekung Sangat cekung,


kering

Air mata Ada Tidak ada Tidak ada

Mulut dan Lidah Basah Kering Sangat kering

16
Rasa Haus Minum biasa, Haus, ingin Malas minum,
tidak haus minum banyak tidak biasa
minum.

Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat buruk

Hasil Kehilangan Kehilangan Kehilangan


pemeriksaan cairan mencapai cairan 2 – 4 lt, cairan 4 – 6 lt,
5% BB atau 1.5 serum natrium hipotensi,
– 2 liter 152 – 158 mEq/lt
Nadi pernapasan
meningkat,
oliguria, serum
natrium 159 –
166 mEq/lt

Gangguan Keseimbangan Elektrolit

Elektolit merupakan partikel terlarut dalam cairan tubuh. Elektrolit berperan


untuk mempertahankan keseimbangan asam basa dan volume cairan tubuh.
Asmadi (2008) mengatakan elektrolit dalam tubuh tidak selalu dalam keadaan
seimbang. Ada kalanya elektrolit mengalami ketidakseimbangan. Ada beberapa
contoh ketidakseimbangan elektrolit yang sering ditemukan antara lain:

a. Natrium / Sodium
Natrium merupakan kation penting dalam ekstraseluler di mana jumlah
cairan ekstraseluler dikontrol oleh jumlah natrium yang terdapat
didalamnya. (Aziz, 2009)

1) Hiponatremia : keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah,


sebanyak < 135 mEq/lt. Ditandai dengan adanya;rasa haus berlebihan,
denyut nadi cepat, hipotensi, konvulsi, dan membran mukosa kering.

17
2) Hipernatremia: keadaan tingginya kadar natrium dalam plasma darah >
145 mEq/lt. Ditandai dengan adanya; mukosa kering, anusia, turgor
buruk, permukaan kulit bengkak, kulit kemerahan, lidah kering, suhu
badan meningkat.
3) Hipokalemia : keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah, < 3,5
mEq/lt. Ditandai dengan adanya; denyut nadi lemah, tekanan darah
turun, tidak nafsu makan, muntah – muntah, perut kembung, lemah dan
penurunan bising usus.
4) Hiperkalemia: keadaan tinggi kadar kalium dalam darah > 5 mEq/lt
sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis
metabolik. Ditandai dengan adamya; mual, aritmia, kelemahan, jumlah
urine sedikit, cemas dan iritabilitas.
5) Hipokalsemia : keadaan kurangnya kadar kalsium dalam plasma darah,
ditandai dengan adanya; kram otot, kram perut, kejang, bingung, kadar
kalsium < 4,3 mEq/lt dan kesemutan pada jari.
6) Hiperkalsemia: keadaan kelebihan kadar kalisum dalam darah, ditandai
dengan adanya; nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual –
mual, koma, dan kadar kalsium > 4,3 mEq/lt.
7) Hipomagnesia : kondisi kekurangan kadar magnesium <1,3 mEq/lt,
ditandai dengan adanya; iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan,
takikardi, hipertensi, disorientasi, dan konvulsi.
Hipermagnesia: kondisi tingginya kadar magnesium dalam plasma darah > 2,5
mEq/lt. Ditandai dengan adanya koma, gangguan pernafasan.
9. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
Penatalaksanaan medis yang diberikan yaitu :
- Pemberian cairan infus yang mengandung natrium klorida
- Pemberian obat-obatan melalui pembuluh darah vena (suntik)
- Pemberian obat-obatan atau suplemen (obat minum)
10. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang bisa berupa :

18
a. Pemeriksaan elektrolit
b. Darah
c. pH
d. berat jenis urine
e. analisis gas darah
11. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit dan mencegah komplikasi, yaitu :
1. Dialysis
Dialysis memprbaiki abnormalitas biokimia; menyebabkan
cairan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas;
menghilangkan kecenderungan predarahan dan membantu
penyembuhan luka.
2. Koreksi hiperkalemi
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena dapat
menimbulkan kematian mendadak. Bila terjadi hiperkalemia, maka
pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium, pemberian
natrium bikarbonat, dan pemberian infus glukosa.
3. Koreksi anemia
Usaha pertama ditujukan untuk mngatasi factor defisiensi, kudian
mencari adakah perdarahan yang mungkin dapat di atasi.
4. Koreksi asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus
dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral.
Pada permulaan mEq natrium bikarbonat diberi intervensi perlahan-
lahan, jika diperlukan dapat diulang.
5. Pengendalian hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa,dan vasodilator
dilakukan.

19
BAB III
ISI
A. Pengkajian
1) Identitas klien

Pengkajian identitas klien berupa nama, umur, jenis kelamin, agama,


pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, tanggal masuk rumah sakit,tanggal rencana
operasi, nomo medrek, diagnose medis da alamat (Rohmah, 2010).

2) Identitas penanggung jawab

Identitas penanggung jawab baik ayah, ibu, suami, istri, ataupun anak yang
meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, hubungan
dengan klien dan alamat (Rohmah, 2010).

3) Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama

Keluhan yang dikemukakan sampai dibawa ke RS dan masuk ruang


perawatan, komponen ini terdiri dari PQRST yaitu :

P : Palliative merupakan faktor yang mencetus terjadinya penyakit, hal yang


meringankan atau memperberat gejala, klien merasakan lemas dan sering diare.

Q : Quiallitative merupakan suatu keluhan atau penyakit yang dirasakan. Rasa


lemas ditubuh menyebabkan aktifitas sehari harinya terganggu.

R : Region merupakan sejauh mana lokasi penyebaran yang dirasakan. Klien


merasakan muntah dan mengalami diare.

S : Serverity/scale merupakan derajat keganasan atau intensitas dari keluhan


tersebut.

T : Time merupakan dimana keluhan dirasakan dan juga lama serta


frekuensinya. Klien merasakan, mual, muntah, dan diare sudah 2 hari.

2. Riwayat kesehatan sekarang

20
Yang biasanya dikeluhkan pada klien adalah lemas, mual, muntah, dan sering
diare

3. Riwayat kesehatan dahulu

Perlu ditanyakan antara lain apakah klien pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya atau punya penyakit yang menular (Rohmah, 2010).

4. Riwayat kesehatan keluarga

Mengkaji apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang
sama dengan klien atau apakah ada penyakit yang sifatnya keturunan maupun menular
(Rohmah, 2010).

5. Pola kebutuhan dasar


a.       Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
      Pasien mengatakan bahwa gaya hidupnya kurang baik, karena ia
memiliki
kebiasaan minum kopi 3xsehari, minum alkohol hampir setiap hari dan
dimulai sejak SMA, serta kebiasaan merokok 7 batang per hari.
b.      Pola Nutrisi-Metabolik
   Sebelum sakit  :  Pasien mengatakan bahwa ia biasa makan 4x sehari
dengan 1 porsi. Menunya seperti nasi, daging, sayur, dan makanan habis
dalam 1 porsi. Pasien biasa minum air putih ± 9 gelas/hari dan sering
minum-minumanan yang beralkohol. Berat badannya 55kg dan tinggi
badannya 165cm.
   Saat sakit         : Pasien mengatakan bahwa nafsu makannnya menurun,
ia makan 3x sehari 1 porsi dengan menu bubur dan sayur bening, tetapi
masih bersisa, dan biasa minum air putih ±5 gelas/hari. Berat badannya
50kg dan tinggi badannya 165cm.
c.       Pola Eliminasi
1)   BAB

21
   Sebelum sakit    : Pasien mengatakan bahwa ia biasa BAB setiap pagi
hari dengan bentuk faces padat, warna feses kuning, bau khas feses, dan
feses tidak bercampur darah.
   Saat sakit           : Pasien mengatakan bahwa ia BAB ± 5x/hari dengan
bentuk fases encer, feses berwarna kuning, feses bercampur
darah,terdapat sedikit lendir  dan berbau obat.
2)   BAK
   Sebelum sakit    : Pasien mengatakan bahwa ia biasa BAK secara
normal dengan karakteristik urin cair, warnanya kuning, bau khas urine,
serta tidak bercampur darah.
   Saat sakit         : Pasien mengatakan bahwa ia BAK ±4 x/hari, dengan
karakter urinenya kuning pekat dan berbau obat.

d.      Pola aktivitas dan latihan


1)   Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri

Makan dan minum
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Berpindah 
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total
2)  Latihan
   Sebelum sakit    : Pasien mengatakan bahwa ia biasa melakukan
aktivitas sehari-hari seperti bekerja
   Saat sakit           : Pasien mengatakan bahwa ia tidak bisa melakukan
aktivitas seperti sebelum sakit. 
e.       Pola kognitif dan Persepsi

22
     Status mental pasien sadar, dapat berbicara dengan normal dan tidak
ada gangguan pada kemampuan membaca serta berinteraksinya,
pendengaran dan penglihatan pasien normal. Pasien mengatakan bahwa
ia mengetahui penyakitnya.
f.       Pola Persepsi-Konsep diri
     Pasien mengatakan bahwa ia terganggu baik harga diri, konsep diri,
ideal diri, identitas diri, dan gambaran dirinya.
g.       Pola Tidur dan Istirahat
   Sebelum sakit    : Pasien mengatakan bahwa ia sering tidur larut
malam, biasanya tidur 8 jam sekitar dari pukul 01.00 Wita sampai
dengan 09.00 Wita, ia tidur dengan nyenyak.
   Saat sakit           : Pasien mengatakan bahwa ia tidak bisa tidur dengan
nyenyak, biasanya ia tidur pukul 20.00 Wita dan sering terbangun.
h.      Pola Peran-Hubungan
     Pasien mengatakan bahwa dukungan keluarganya sangat berpengaruh
dalam proses penyembuhannya.
i.        Pola Seksual-Reproduksi
   Pasien mengatakan bahwa ia mempunyai 1 orang anak laki-laki yang
masih bersekolah.
j.        Pola Toleransi Stress-Koping
     Pasien mengatakan bahwa ia tidak dapat makan dan minum-minuman
kesukaannya, ia hanya bisa menahan keinginannya tersebut, tetapi tidak
sampai membuatnya depresi hanya saja merasa sedih karena penyakitnya
menggagalkan semua rencana kegiatannya. Pasien memiliki keinginan
keras untuk sembuh.
k.      Pola Nilai-Kepercayaan
     Pasien mengatakan bahwa ia beragama hindu dan biasanya
bersembahyang ke pura pada hari-hari tertentu saja. Saat sakit ia biasa
lebih sering berdoa di tempat tidur saja.
6. Pemeriksaan fisik
a.    Keadaan umum : Lemas

23
Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/ koma
GCS : verbal = 5, psikomotor = 6, mata = 4
b.   Tanda-tanda vital : Nadi = 60 xmenit , Suhu = 37 ℃, TD =
9060 mmHg, RR = 20 xmenit
c.    Keadaan fisik
a.       Kepala  dan leher       :
Bentuk kepala pasien normal simetris, tidak terlihat adanya
alopesia, warna rambut hitam, kebersihan cukup, tidah terdapat luka pada
kulit kepala dan wajah, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa. Alis
dan mata terlihat simetris, tidak terdapat udim palpebra, sklera aninterik,
pupil isokor miosis, konjungtiva anemis. Hidung simetris, tidak terlihat
adanya serumen, penyebaran silia merata, tidak teraba massa dan nyeri
tekan pada sinus frontalis, sinus etmoidalis, sinus spenoidalis, dan sinus
masilaris. Telinga simetris, tidak terlihat adanya serumen dan discart,
tidak terlihat adanya betelsains, tidak teraba massa dan nyeri tekan pada
tragus, cartilago, dan aurikul. Mulut simetris, mukosa bibir kering, tidak
terlihat adanya stomatitis. Leher terlihat simetris, tidak terlihat adanya
hiperpigmentasi, tidak terlihat adanya lesi, tidak terlihat peningkatan
JVP, tidak teraba massa pada kelenjar tiroid dan kelenjar limfe.
b.      Dada  :
   Paru
        Bentuk paru terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan udim,
terlihat adanya tatto,tidak teraba massa dan nyeri tekan, terdengar suara
sonor pada ICS 2-8.
   Jantung
        Terlihat iktus kordis,terdengar suara S1 dan S2 tunggal reguler tidak
teraba massa dan nyeri tekan.
c.       Payudara dan ketiak   :
           Bentuk payudara terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan
udim, tidak terlihat hiperpigmentasi, tidak teraba massa dan nyeri tekan.
d.      Abdomen       :

24
           Tidak terlihat adanya hiperpigmentasi,tidak terlihat adanya lesi
pada abdomen. Terdengar gerakan peristaltik ±37 kali/menit. Terdapat
nyeri tekan pada abdomen. Terdengar suara pekak.
e.       Genetalia : tidak terkaji
f.       Integumen :
           Tidak terlihat adanya lesi dan udim, tidak terlihat hiperpigmentasi,
terlihat adanya tatto di bagian tangan, kaki, dada dan punggung, kulit
terlihat kering dan turgor kulit tidak elastis.
g.       Ekstremitas     :
         Atas
      Tangan terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan udim, tidak
terlihat hiperpigmentasi, terlihat adanya tatto, dan turgor kulit kering,
terjadi refleks bisep, dan kekuatan otot 4.
         Bawah
     Kaki terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan udim, tidak
terlihat hiperpigmentasi, terlihat adanya tatto, dan turgor kulit kering,
terjadi refleks babinskyn, terjadi refleks patela, dan kekuatan otot 4.
h.      Neurologis      :
   Status mental da emosi :
      Ekspresi wajah pasien tampak sedih dan kesal karena harus bolak-
balik toilet
   Pengkajian saraf kranial :
      Semua saraf kranial yang mengatur panca indra pasien berfungsi
secara normal
   Pemeriksaan refleks :
      Semua refleks pada pasien berfungsi secara normal

7. Pemeriksaan Penunjang
1.      Data laboratorium yang berhubungan

25
JUMLAH SEL HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
DARAH
Hemoglobin (HGB) -10,5 g/dl 13,0-18,0
Hematokrit (HTC) -31,8 % 40-52
Lekosit (WBC) 7,80 10^3/UL 3,8-10,6
Trombosit (PLT) 346 10^3/UL 150-440
Eritrosit (RBC) -3,64 10^3/UL 4,5-6,5
RDW 12,9 % 10-16
MPV -7,1 fL 7,2-11,1
PCT 0,2 % 0,2-0,5
MCV 87,4 fL 80-100
MCH 28,8 Pg 26-34
MCHC 33,0 Pg 32-36
Limfosit % 10,7 % 20-35
Monosit % 3,3 % 2-8
Gran % 86,0 % 50-80
Lymp # 0,80 10^3/UL 1-5
Monosit # 0,30 10^3/UL 0,1-1
Gran # 6,50 10^3/UL 2-8

NAMA HASIL NILAI SATUAN KET.


PEMERIKSAAN RUJUKAN
FUNGSI HATI
Albumin 2,6* 3,4-4,8 g/dl
ELEKTROLIT
Natrium (Na) 138 135-147 mmol/L
Kalium (K) 2,2* 3,5-5,0 mmol/L

26
Chloride (Cl) 9,8 98-106 mmol/L

2.      Pemeriksaan radiologi : -


3.      Hasil konsultasi : -
4.      Pemeriksaan penunjang diagnostik lain : -
8. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1. DS : Kondisi menurun Kekurangan
Pasien mengatakan biasa volume cairan.
minum air putih kurang
lebih 5 gelas per hari.
Pasien mengatakan BAK
kurang lebih 4 kali per
hari, dengan karakter
urinenya kuning pekat
dan berbau obat.
DO :
 Kulit pasien
terlihat kering
dan turkor kulit
tidak elastis
 Konjingtiva
anemis
 Mukosa bibir
kering
TD :
9060 mmHg
2. DS : - Squamousa cell Risiko
DO : carcinoma ketidakseimbangan
 TTV : cairan dan eletrolit
T = 120/90 Difusi, filtrasi,

27
mmHg transport aktif
RR = 22x/menit cairan dan
N = 80x/menit elektrolit
T = 37,1 ℃ terganggu
 Turgor kulit
kurang Gangguan

 Nilai keseimbangan

laboratorium cairan dan

elektrolit elektrolit

kalium 2,7 (hypokalemia dan


:
mEq/L (rendah) hyperkalemia)

Kalsium ion : 6,
62 mg/dL (sangat Risiko
tinggi) ketidakseimbangan

Magnesium : 1, 5 cairan dan

mg/dL (rendah) elektrolit

B. Diagnosis keperawatan
1. Kekurangan volume cairan
2. Risiko ketidakseimbangan caian dan elektrolit
C. Intervensi
No. Diagnosa NOC NIC

28
1. Kekurangan Fluid balance Fluid management
Volume cairan.
Hydration 1.Timbang popok/pembalut jika
Definisi : penurunan diperlukan
Nutritional status: food
cairan intravaskular, 2.Pertahankan catatan intake dan
and fluid
interstisial, output akurat
intraseluler, ini Kriteia hasil: 3.Monitor status hidrasi
mengacu pada 1. Terbebas dari edema, 4.Pasang urine kateter jika
dehidrasi, efusi, anaskara diperlukan
kehilangan cairan, 2. Bunyi nafas bersih 5.Monitor hasil Hb yang sesuai
tanpa perubahan 3. Terbebas dari distensi dengan retensi cairan
pada natrium. vena jugularis 6.Monitor vital sign

Batasan Memelihara tekanan 7.Monitor intake/ output

Karakteristik vena sentral, tekan 8.Kolaborasi pemberian cairan IV


kapiler paru, output. 9.Monitor status nutrisi
1. Perubahan status 10. Anjurkan keluarga untuk
mental membantu pasien makan
2. Penurunan tekanan 11. Kolaborasi dengan dokter
darah jika tanda cairan berlebih
3. Penurunan tekanan memburuk
nadi
4. Penurunan turgor
Hypovolemia Management
kulit
5. Penurunan turgor 1.Monitor status cairan termasuk
lidah intake, output
6. Penurunan haluran 2.Monitor tingkat Hb dan
urine hematokrit
7. Penurunan 3.Monitor tanda vital
pengisian vena. 4.Monitor respon pasien terhadap
8. Membran mukosa penambahan cairan
kering. 5.Monitor berat badan
6.Monitor adanya tanda gagal

29
9. Kulit kering ginjal.
Peningkatan
hematokrit
2 Resiko Fluid balance Fluid Management
ketidakseimbanga
Hydration 1.Timbang popok/pembalut jika
n elektrolit.
diperlukan
Nutritional status
Definisi: beresiko 2.Pertahankan catatan intake dan
mengalami Intake output akurat
perubahan kadar Kriteria Hasil: 3.Monitor status hidrasi
elektrolit serum 4.Monitor vital sign
1. Mempertahankan urine
yang dapat 5.Monitor intake/ output
output sesuai dengan
menganggu 6.Kolaborasi pemberian cairan IV
usia dan BB, BJ urine,
kesehatan. 7.Monitor status nutrisi
normal, HT normal
8.Anjurkan keluarga untuk
Faktor resiko: 2. Tekanan darah, nadi,
membantu pasien makan
1. Defisiensi volume suhu dalam batas
9.Kolaborasi dengan dokter jika
cairan normal
tanda cairan berlebih memburuk
2. Diare Tidak ada tanda
10. Atur kemungkinan
3. Disfungsi dehidrasi, elastisitas
transfusi
endokrin turgor kulit baik,

4. Kelebihan volume membran mukosa

cairan lembab, tidak ada rasa Hypovolemia Management

5. Gangguan haus berlebihan. 1.Monitor status cairan termasuk


mekanisme intake, output
regulasi. 2.Monitor tingkat Hb dan
6. Disfungsi ginjal hematokrit
7. Efek samping obat 3.Monitor tanda vital
Muntah 4.Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
5.Monitor berat badan

30
6.Monitor adanya tanda gagal
ginjal.

D. Implementasi
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang telah diterapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan
data berkelanjutan, dan menilai data yang baru. Dalam pelaksanaan
membutuhkan keterampilan kognitif, interpersonal, psikomotor (Rohmah,
2010).
1. Kekurangan volume cairan
Pantau tanda dan gejala dehidrasi (kulit membran mukosa kering, rasa
haus, keadekuatan nadi), pantau masukan dan keluaran yang cermat meliputi
frekuensi, warna dan konsistensi, meningkatkan asupan oral, misalnya
sediakan sedotan, beri minum diantara waktu makan yaitu susu, air putih
yang tidak memperburuk kondisi , hilangkan faktor penyebab kekurangan
volume cairan, seperti muntah dengan cara memberikan minuman secara
sedikit-sedikit tetapi sering, timbang berat badan setiap hari, mengukur
tanda- tanda vital setiap 4 jam, melakukan tindakan untuk mengurangi
demam (ganti pakaian katun, kompres dingin).
2. Risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Memberikan dan memantau dan cairan dan intravena, meningkatkan
keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi akibat kadar cairan yang
abnormal, menganalisa data pasien terkait pemgeluaran elektrolit
bersama cairan, modifikasi diet dapat meningkatkan kemauan pasien
untuk memenuhi diet yang dianjurkan, dan membantu keluarga dalam
perawatan imbalance cairan.
E. Evaluasi
S : Pasien mengatakan haus, ingin sering minum, dan merasa lebih bersemangat
O : Saat dilakukan pemeriksaan fisik keadaan pasien sudah normal
A : Masalah sudah teratasi
P : Intervensi dihentikan

31
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan
keseimbangan atau homestasis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit dapat memengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh
kita terdiri atas air yang mengandung partikel – partikel bahan organik dan
anorganik yang penting untuk hidup. Elektrolit tubuh mengandung
komponen – komponen kimiawi.
Elektrolit tubuh yang bermuatan postif (kation) dan bermuatan negatif
(anion), elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh. Pengaturan
keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu:
volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol
volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garan dan
mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran
garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan
dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
B. Saran
Pembelajaran terhadap sistem-sistem tubuh yang mengatur
keseimbangan cairan dan asam-basa tubuh perlu ditingkatkan, supaya

32
mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan yang benar yang
berhubungan dengan cairan dan elektrolit.

DAFTAR PUSTAKA

Tarwotoh & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Wilkinson dkk. (2011). Buku Saku Diagnosa Keperawatan: dengan diagnosa NANDA,
Intervensi NIC, Dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 9. Jakarta : ECG.

Doenges. ME. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: ECG

Hidayat, AA. (2016). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika

Muralitharan & Pette. (2015). Dasar_Dasar Patofisiologi Terapan. Jakarta: Bumi


Medika.

Panuntun Julian, dkk. 2018. Makalah Konsep dasar dan Asuhan Keperawatan Ganggan
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, Kalimantan: Sekolah Tinggi Ilmu
Keperawatan Muhammadiyah Pontianak

33

Anda mungkin juga menyukai