Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KONSEP, ASKEP DAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN


KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

DISUSUN OLEH:

1. Nurlina Aunillah (R011201004)

2. Nurazizah (R011201056)

3. Annisa Nurul Fajriani (R011201058)

4. Anggun Fitriani (R011201086)

5.Alifah Nur Ramadhany (R011201096)

6. Reni Aryuni Floral (R011201124)

7. Yanne Cristel Lewerissa (R011201128)

FAKULTAS KEPERAWATAN

ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
Kata pengantar

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapatmenyelesaikan makalah yang
berjudul “Makalah Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Cairan & Elektrolit” ini tepat
pada waktunya.Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan
DasarII.Kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saranyang konstruktif dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar,21 Februari 2021

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................2

A. Definisi.................................................................................................................................................2
B. Komposisi Cairan Tubuh.....................................................................................................................2
C. Proses Pemenuhan Kebutuhan Cairan Elektrolit.................................................................................3
D. Tujuan Prosedur Pemenuhan Cairan Elektrolit....................................................................................4
E. Presentase Total Cairan Dan Elektrolit................................................................................................4
F. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit .........................................................4
G. Jenis-Jenis Cairan Infus........................................................................................................................5
H. Tindakan Untuk Mengatasi Masalah/Gangguan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit ...........................10
I. Pengkajian Pada Pasien Dengan
Gangguan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit.......................................................................................12

J. Diagnosa Keperawatan Utama Gangguan


Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit.........................................................................................................14

K. Diagnosa Keperawatan Yang Berhubungan........................................................................................14

L. Intervensi Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit...............15
M. Evaluasi Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit.................16

BAB III PENUTUP...............................................................................................................17

I. Kesimpulan..........................................................................................................17
II. Saran....................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHALUAN

A. Latar Belakang

Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior )
dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan
dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa.
Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup,
berkembang dan menjalankan tugasnya.untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat
dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan
keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan tubuh
mempertahankan keseimbangan antara subtansi-subtansi yang ada di milieu interior .

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume
cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel.Volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairanekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam
dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasiasupan dan kehilangan abnormal dari air dan
garam tersebut.

Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan


mengatur keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang
turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresikan ion
hidrogen dan CO2,dan sistem dapar (bufer) kimi dalam cairan tubuh.

B. Rumusan Masalah
- Jelaskan Pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit manusia?
- Bagaimana tindakan mengatasi masalah/gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit?
- Jelaskan Asuhan keperawatan pada pasien gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit

1
BAB II

PEMBAHASAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. Definisi

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung
satu dengan yang lainnya.Jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya.Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan
cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu :
cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler
(plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak
diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal,
cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

B. Komposisi Cairan Tubuh

Telah disampaikan pada pendahuluan di atas bahwa cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang
60% total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu,
sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi
50% dari total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, prosentase ini relatif lebih besar dibandingkan
orang dewasa dan lansia.

2
Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari cairan tubuh
berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel (cairan ekstrasel/CES).
CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CESatau 15% dari total
berat badan; dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau5% dari total berat badan. Selain
kedua kompatmen tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati oleh cairan tubuh, yaitu cairan
transel. Namunvolumenyadiabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan perikard,
liur pencernaan, dll. Na dan Cl- terutama terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+di cairan
intrasel. Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit
dibandingkan dengan intrasel dan plasma.

Perbedaan isi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier yang
memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial, sedangkan
dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan normal, terjadi
keseimbangan susunan dan volume cairan antar kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi
atau tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar
kompartemen sehingga terjadi keseimbangan kembali.

C. Proses Pemenuhan Kebutuhan Cairan Elektrolit

Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia.
Kebutuhan dasar elektrolit dan cairan bagi manusia berbeda-beda sesuai dengan tingkat usia
seseorang, seperti bayi mempunyai kebutuhan cairan yang berbeda dengan usia dewasa.

Kebutuhan cairan sangat diperlukan tubuh dalam mengangkut makanan ke dalam sel, sisa
metabolisme sebagai pelarut elektrolit dan elektrolit, memelihara suhu tubuh, mempermudah
eliminasi dan membantu pencernaan. Di samping kebutuhan cairan, elektrolit (natrium, kalium,
kalsium, klorida dan fosfat) sangat penting untuk menjaga kesetimbangan asam-basa, konduksi
saraf, dan elektrolit dapat mempengaruhi system organ tubuh terutama ginjal. Untuk
mempertahankan kondisi cairan dan elektrolit dalam keadaan seimbang, maka pemasukan harus
cukup sesuai dengan kebutuhan. Prosedur pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam
pelayanan keperawatan dapat dilakukan melalui per - oral atau intravena.

3
D. Tujuan Prosedur Pemenuhan Cairan Elektrolit
1. Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit.
2. Infus pengobatan dan pemberian nutrisi.

E. Presentase Total Cairan dan Elektrolit


Presentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung pada
beberapa hal antara lain:
a. Umur
b. Kondisi lemak tubuh
c. Sex

Perhatikan uraian berikut ini:

1. Bayi (baru lahir) 75%


2. Dewasa :
a. Pria (20-40 tahun) 60 %
b. Wanita (20-40 tahun) 50 %
3. Usia Lanjut 40-45%
Pada orang dewasa kira-kira 40 % berat badannya atau2/3 dari TBW-nya berada di
dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20% dari berat
badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yaig terbagi dalam 15 % cairan interstitial,
5 % cairan intavaskuler dan 1-2% transeluler.

F. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


Kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor-faktor:
 Usia perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktivitas organ, sehingga dapat
mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
 Temperatur yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui keringat cukup
banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.
 Diet apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah cadangan makanan yang
tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi pergeerakan cairan dari interstisial ke interseluler,
yang dapat berpengaruh pada jumlah pemenuhan kebutuhan cairan.

4
 Stres dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, melalui proses
peningkatan produksi ADH, karena pada proses ini dapat meningkatkan metabolisme
sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat menimbulkan retensi natrium
dan air.
 Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk HC03 plasma dan paCO2
plasma gangguan asam-basa, seperti meningkat dan menurunnya asidosis
respiratorik,menurun asidodsis metabolik, meningkat alkalosis respiratorik,meningkat
alkalosis metabolik.memperbaiki sel membutuhkan proses pemenuhan kebutuhan cairan yang
cukup. Keadaan sakit menimbulkan ketidakseimbangan sistem dalam tubuh seperti
ketidakseimbangan hormonal yang dapat mengganggu keseimbangan kebutuhan cairan.

G. Jenis-Jenis Cairan Infus


Cairan hipotonik : osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+
lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas
serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip
cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel
yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah
(dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan
ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari
dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan
intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari
komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang
mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun).
Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung
kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Finger-Baktat (FB), dan normal saline/larutan
garam fisiologis (NaCl 0,9%).
Cairan Hipertonik: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik”
cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan
tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya
kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%
= Ringer-Lactate, Dextrose 5% + NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.

5
- Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:
Kristaloid: bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume
expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang
memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
Koloid: ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidakakan keluar dari
membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat
menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.
Asering
Indikasi :
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi : gastroenteritis akut, demam berdarah
dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi ;
Setiap 1 liter asering sering mengandung :
 Na 130 mEq
 K 4 mEq
 CI 109 mEq
 Ca 3 mEq
 Asetat (garam) 28 mEq

Keunggulan :

- Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami
gangguan hati.
- Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding RL
pada neonatus
- Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan
isofluran
- Mempunyai efek vasodilator
- Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20% sebanyak 10ml pada 1000ml RA, dapat
meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil resiko memperburuk edema
serebral.

6
KA-EN 1B
Indikasi :

- Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui. Misalnya, pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
- Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-500
ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
- Bayi premature atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam.

KA-EN 3A & KA-EN 3B

Indikasi :

- Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan supan oral terbatas.
- Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
- Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
- Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B

KA-EN MG3

Indikasi :

- Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada asupan oral terbatas.
- Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
- Mensuplai kalium 20 mEq/L
- Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L

KA-EN 4A

Indikasi :

- Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak


- Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan kepada pasien dengan berbagai kadar
konsentrasi kalium serum normal
- Tepat digunakan untuk dehidrasi hiperontik

7
Komposisi (per 1000 ml) :

- Na 30 mEq/L
- K 0 mEq/L
- CI 20 mEq/L
- Laktat 10 mEq/L
- Glukosa 40 gr/L

KA-EN 4B

Indikasi :

- merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang tiga tahun
- mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan resiko hypokalemia
- tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

komposisi :

- Na 30 mEq/L
- K 8 mEq/L
- CI 28 mEq/L
- Laktat 10 mEq/L
- Glukosa 37,5 gr/L

Ostu-NS

Indikasi :

- Untuk resusitasi
- Kehilangan Na > CI, missal diare
- Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi
adrenokortikal, luka bakar)

8
Ostu-RL

Indikasi :

- Resusitasi
- Suplai ion bikarbonat
- Asidosis metabolic

MARTOS-10

Indikasi :

- Suplai air dan karbohidrat secara parental pada penderita diabetic


- Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi oksigen seperti tumor, infeksi berat, stress
berat dan defisiensi protein
- Dosis : 0,3 gr/kg BB/jam
- Mengandung 400 kcal/L

AMIPAREN

Indikasi :

- Stress metabolic berat


- Luka bakar
- Infeksi berat
- Kwasiokor
- Pasca operasi
- Total parental nutrition
- Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

9
AMINOVEL-600

Indikasi :

- Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI


- Penderita GI yang dipuaskan
- Kebutuhan metabolic yang meningkat (missal luka bakar, trauma dan pasca operasi)
- Stress metabolic sedang
- Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tmp)

PAN-AMIN G

Indikasi :

- Suplai asam amino pada hiponatermia dan stress metabolic ringan


- Nutrisi dini pasca operasi
- Tifoid

H. Tindakan untuk mengatasi masalah/gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit

Pemberian Cairan Melalui Per-Oral atau Intravena (infus) Tindakan keperawatan ini dilakukan
pada klien yang memerlukan masukan cairan melalui intravena (infus). Pemberian infus dapat
diberikan pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan/nutrisi yang berat.
Tindakan ini memerlukan kesterilan mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh darah.
Pemberian cairan melalui infus dengan memasukkan ke dalam vena (pembuluh darah pasien)
diantaranya vena lengan (vena cefalisa basilica dan medianan cubitti) atau vena yang ada di
kepala seperti vena temporalis frontalis (kusus untuk anak-anak).

Selain pemberian infus pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan juga dapat dilaukan
pada pasien yang shock, Intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum tranfusi darah atau
pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu.

10
I) Langkah/Prosedur .
a. Alat
 Baki yang telah dialasi
 Perlak dan pengalasnya
 Pengalas (handuk kecil)
 Bengkok
 Tiang infus
 Sarung tangan
 Tourniquet
 Kapas alcohol
 Cairan infus sesuai dengan program akademik
 Infus set
 Abocat
 Plaster
 Kassa steril
 Gunting plaster
 Betadine
b. Persiapan Pasien
 Identifikasi pasien
 Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
 Menyiapkan lingkungan
 Mengobeservasi reaksi pasien
 Pasang penutup tirai
 Atur posisi pasien senyaman mungkin
 Pasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan dipasang infus
c. Langkah –Langkah
 Mencuci tangan
 Pakai sarung tangan
 Gantungkan flatboth pada tiang infus
 Buka kemasan steril infus set
 Atur klem rol sekitar 2-4 cm dibawah bilik drip dan tutup klem yang ada pada
saluran infus

11
Standar Operasional Prosedur (SOP) memasang selang infus yang digunakan oleh fasilitas pelayanan
kesehatan di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Cuci tangan dan Dekatkan alat
2. Jelaskan kepada klien tentang prosedur dan sensasi yang akan dirasakan selama pemasangan
infus
3. Atur posisi pasien / berbaring
4. Siapkan cairan dengan menyambung botol cairan dengan selang infus dan gantungkan pada
standar infus
5. Menentukan area vena yang akan ditusuk
6. Pasang alas
7. Pasang tourniket pembendung ± 15 cm diatas vena yang akan ditusuk
8. Pakai sarung tangan
9. Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan diameter 5-10 cm
10. Tusukan IV catheter ke vena dengan jarum menghadap ke jantung
11. Pastikan jarum IV masuk ke vena
12. Sambungkan jarum IV dengan selang infus
13. Lakukan fiksasi ujung jarum IV ditempat insersi
14. Tutup area insersi dengan kasa kering kemudian plester
15. Atur tetesan infus sesuai program medis
16. Lepas sarung tangan
17. Pasang label pelaksanaan tindakan yang berisi : nama pelaksana, tanggal dan jam
pelaksanaan
18. Bersihkankan alat
19. Cuci tangan
20. Observasi dan evaluasi respon pasien, catat pada dokumentasi keperawatan

- Rumus Menghitung Tetes Infus


MACRO = 1 cc = 20 tts/mnt ·
 Tetes Infus Macro
tts/mnt = jmlh cairan X 20 / lama infus X 60
 Lama Infus Macro
lama infus = (jmlh cairan X 20) / (tts/mnt X 60)

MICRO = 1 cc = 60 tts/mnt
 Tetes Infus Micro
tts/mnt = (jmlh cairan X 60) / (lama Infus X 60)
 Lama Infus Micro
lama infus = (jmlh cairan X 60) / (tts/mnt X 60)

12
I. Pengkajian pada Pasien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Pengkajian pada pasien dengan gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit meliputi riwayat
perawatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

1. Riwayat Keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan dalam pemenuhan cairan dan elektrolit ditujukan/difokuskan
pada:
a. Faktor risiko terjadinya ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa:
1. Usia: sangat muda, sangat tua
2. Penyakit kronik: kanker, penyakit kardiovaskular (gagal jantung kongestif),
penyakit endokrin (cushing, DM), malnutrisi, PPOK, penyakit ginjal (gagal ginjal
prorogresif), perubahan tingkat kesadaran.
3. Trauma: cedera akibat kecelakaan, cedera kepala, combostio.
4. Terapi: diuretik, steroid, terapi IV, nutrisi parental total.
5. Kehilangan melalui saluran gastrointestinal: gastroenteritis, pengisapan nasogastrik,
fistula.
b. Riwayat keluhan: kepala sakit/pusing/pening, rasa baal dan kesemutan.
c. Pola intake: jumlah dan tipe cairan yang biasa dikonsumsi, riwayat anoreksia, kram
abdomen, rasa haus yang berlebihan.
d. Pola eliminasi: kebiasaan berkemih, adakah perubahan baik dalam jumlah maupun
frekuensi berkemih, bagaimana karakteristik urine, apakah tubuh banyak mengeluarkan
cairan? Bila ya ! melalui apa? Muntah, diare, berkeringat.

2. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Pemeriksaan fisik meliputi:
a. Keadaan umum: iritabilitas, letargi, bingung, disorientasi
b. Berat badan
Timbang berat badan setiap hari untuk mengetahui risiko terkena gangguan cairan dan
elektrolit. Dengan demikian, retensi cairan dapat dideteksi lebih dini karena 2,5–5 kg cairan
tertahan di dalam tubuh sebelum muncul edema. Perubahan dapat turun, naik,atau stabil.
c. Intake dan output cairan
Intake cairan meliputi per oral, selang NGT, dan parenteral. Output cairan meliputi urine,
feses, muntah, pengisapan gaster, drainage selang paska bedah, maupun IWL. Apakah
balance cairan seimbang, positif atau negatif. Kaji volume, warna, dan konsentrasi urine
d. Bayi: fontanela cekung jika kekurangan volume cairan, dan menonjol jika kelebihan
cairan.
e. Mata:
1. Cekung, konjungtiva kering, air mata berkurang atau tidak ada
2. Edema periorbital, papiledema
f. Tenggorokan dan mulut :
Membran mukosa kering, lengket, bibir pecah-pecah dan kering, saliva menurun, lidah di
bagian longitudinal mengerut
g. Sistem kardiovaskular:
1. Inspeksi:
- Vena leher: JVP/jugularis vena pressur datar atau distensi
- Central venus pressure (CVP) abnormal
- Bagian tubuh yang tertekan, pengisian vena lambat
2. Palpasi:

13
- Edema: lihat adanya pitting edema pada punggung, sakrum, dan tungkai (pre tibia,
maleolus medialis, punggung kaki)
- Denyut nadi: frekuensi, kekuatan
- Pengisian kapiler
3. Auskultasi:
- Tekanan darah: ukur pada posisi tidur dan duduk, lihat perbedaannya,stabil, meningkat,
atau menurun.
- Bunyi jantung: adakah bunyi tambahan
h. Sistem pernapasan: dispnea, frekuensi, suara abnormal (creckles)
i. Sistem gastro intestinal:
1. Inspeksi: abdomen cekung/distensi, muntah, diare
2. Auskultasi: hiperperistaltik disertai diare, atau hipoperistaltik
j. Sistem ginjal: oliguria atau anuria, diuresis, berat jenis urine meningkat
k. Sistem neuromuskular :
1. Inspeksi: kram otot, tetani, koma, tremor
2. Palpasi: hipotonisit, hipertonisitas
3. Perkusi: refleks tendon dalam (menurun/tidak ada, hiperaktif/meningkat)
j. Kulit:
1. Suhu tubuh: meningkat/menurun
2. Inspeksi: kering, kemerahan
3. Palpasi: turgor kulit tidak elastik, kulit dingin dan lembab.
3. Pemeriksaan diagnostic

a. Kadar elektrolit serum


Kadar elektrolit serum diukur untuk menentukan status hidrasi, konsentrasi elektrolit,dan
keseimbangan asam basa. Elektrolit yang sering diukur mencakup natrium,
kalium,klorida, bikarbonat, dan daya gabungan karbon dioksida.
b. Hitung darah lengkap
Hitung darah lengkap adalah suatu penetapan jumlah dan tipe eritrosit dan leukosit per
milimeter kubik darah. Perubahan hematokrit terjadi sebagai respons terhadap dehidrasi
atau overhidrasi. Anemia juga dapat memengaruhi status oksigenasi.
c. Kadar kreatinin
Kadar kreatinin darah bermanfaat untuk mengukur fungsi ginjal. Kreatinin adalah produk
normal metabolisme otot dan diekskresikan dalam kadar yang cukup konstan,terlepas dari
faktor asupan cairan, diet, dan olah raga.
d. Berat jenis urine
Pemeriksaan berat jenis urine mengukur derajat konsentrasi urine. Rentang berat jenis
urine normal antara 1,003 – 1,030.
e. Analisis gas darah arteri
Pemeriksaan gas darah arteri memberikan informasi tentang status keseimbangan asam
basa dan tentang keefektifan fungsi ventilasi dalam mengakomodasi oksigen-karbon
dioksida secara normal.
Pemeriksaan pH darah arteri mengukur konsentrasi hidrogen. Penurunan pH dihubungkan
dengan asidosis, dan peningkatan pH dihubungkan dengan alkalosis. PaCO2 mengukur
tekanan parsial karbon dioksida dalam darah arteri, dan PaO2 mengukur tekanan parsial
oksigen dalam darah arteri. SaO2 mengukur derajat hemoglobin yang disaturasi oleh
oksigen. Bikarbonat mencerminkan porsi pengaturan asam basa ginjal.

J. Diagnosa Keperawatan Utama Gangguan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit

14
Diagnosa keperawatan utama pada klien dengan gangguan kebutuhan cairan,elektrolit, dan asam
basa adalah :

1. Defisit Volume Cairan : Defisit Volume ECF (Ekstra Cell Fluid)


2. Kelebihan Volume Cairan : Kelebihan Volume ECF
3. Kelebihan Cairan
4. Kekurangan Cairan

K. Diagnosa Keperawatan Yang Berhubungan


Beberapa diagnosa keperawatan lain yang berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan,
elektrolit, dan asam basa adalah:

1) Defisit Self Care Atau Intolerans Aktivitas


2) Risiko Injuri.
3) Kerusakan Integritas Kulit
4) Konstipasi atau Diare
5) Kurang Pengetahuan

L. Intervensi Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

1. Tujuan:
a. Klien akan membentuk kembali volume ECF normal, air dan elektrolit seimbang
b. Klien akan mendemonstrasikan pengetahuan tentang bagaimana meningkatkan volume
ECF di kemudian hari, air dan elektrolit seimbang.
c. Klien akan bebas dari komplikasi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
d. Mempertahankan intake cairan dan elektrolit yang adekuat.

2. Rencana tindakan keperawatan:


Rencana tindakan keperawatan bertujuan untuk mencegah, menangani penyebab, dan
mengoreksi ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa.

A) Mengoreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit


1. Penggantian cairan secara enteral
Cairan digantikan secara enteral melalui oral dan selang pemberi makan.
(A) Oral
(B) Selang pemberi makan
2. Pembatasan cairan
3. Penggantian cairan dan elektrolit secara parenteral
Penggantian cairan dan elektrolit secara parenteral meliputi pemberian nutrisi
parenteral total (NTP), terapi cairan dan elektrolit intravena, serta penggantian darah.
B) Mengoreksi ketidakseimbangan asam basa
Perawat melakukan tindakan keperawatan yang sesuai untuk meningkatkan ventilasi dan
oksigenasi.
1. Pada asidosis respiratorik, sekresi paru yang statis dan penurunan ekspansi paru
memperburuk kondisi asidosis.
2. Pada alkalosis respiratorik akibat ansietas, tindakan keperawatan yang dilakukan:

15
(a) Mula-mula memperbaiki alkalosis respiratorik
(b) Melakukan tindakan keperawatan untuk menurunkan ansietas.
3. Memeriksa analisis gas darah arteri
Klien yang menderita gangguan asam basa membutuhkan pemeriksaan analisis gas
darah arteri yang berulang, untuk menentukan status asam basa dan keadekuatan
ventilasi serta oksigenasi.

M. Evaluasi Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Tujuan perawatan klien dikembangkan dengan menggunakan kriteria objektif untuk dapat
mengukur kemajuan klien yang telah dicapai.

1. Tujuan: klien akan memiliki kembali keseimbangan cairan dan elekrolit normal.
Kriteria hasil:
a) turgor kulit yang elastik akan kembali;
b) membran mukosa klien akan lembab;
c) tidak ada keluhan haus;
d) berat badan akan stabil pada nilai normal;
e) haluaran urine akan ≥ 70 ml/jam, berat jenis urine berkisar 1,010–1,020;
f) tanda-tanda vital akan kembali ke nilai dasar;
g) tidak ada muntah;
h) klien mempertahankan intake dan output seimbang;
i) klien membentuk kembali nilai elektrolit dalam batas normal;
j) klien tidak mengalami penurunan denyut postural dan perubahan tekanan darah;
k) saat pulang klien menunjukkan tidak ada tanda dan gejala edema.
2. Tujuan: klien akan mendemonstrasikan pengetahuan tentang bagaimana meningkatkan
keseimbangan cairan dan elektrolit di masa mendatang.
Kriteria hasil :
a) di akhir pembelajaran, klien mengatakan pentingnya minum 8 gelas air per hari.
b) di akhir pembelajaran, klien membuat daftar makanan tinggi sodium dan mengatakan
membutuhkan modifikasi diet;
c) klien membuat catatan berat badan sehari-hari untuk bulan depan;
d) klien memberitahukan dokter tentang kenaikan berat badan yang signifikan;
e) di akhir pembelajaran, klien mengatakan rencana koping dengan masalah diare atau
muntah;
f) di akhir pembelajaran, klien membuat daftar makanan tinggi potasium.
3. Tujuan: klien akan menetapkan bebas dari komplikasi ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit.
Kriteria hasil:
a) klien berdiri dan berjalan tanpa pusing atau jatuh;
b) kulit tetap utuh meskipun edema sampai edema berkurang.

16
BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjagakondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah
satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang
terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan
yang lainnya.Jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.Cairan
tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan
cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok
yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan
intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah
cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus
seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Telah disampaikan pada pendahuluan di atas bahwa cairan dalam tubuh meliputi lebih
kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh ini bervariasi
antara individu, sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita
dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada bayi dan anak-anak,
prosentase ini relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.
Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia.
Kebutuhan dasar elektrolit dan cairan bagi manusia berbeda-beda sesuai dengan tingkat
usia seseorang, seperti bayi mempunyai kebutuhan cairan yang berbeda dengan usia
dewasa.

17
II. Saran
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat
jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.

Daftar Pustaka

https://www.coursehero.com/file/39790107/Makalah-Asuhan-Keperawatan-Pemenuhan-Kebutuhan-
Cairan-20docx/

https://id.scribd.com/document/347809657/Makalah-Pemenuhan-Kebutuhan-Cairan-Dan-Elektrolit

18
19
20

Anda mungkin juga menyukai