Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

ASUHAN KEPARAWATAN

Pada “Tn. D” Dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

OLEH :
WIDYA SARI JEVINDA
2141312045

DosenPembimbing:
1. Ns. Nelwati, S.KP, M.N
2. Ns. Sidaria, S.Kep, M. Kep

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS
2021
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim,

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan

Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Cairan dan Elektrolit untuk memenuhi

tugas profesi siklus ‘Keperawatan Dasar Klinik'.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Ns. Nelwati,S.Kp, M.N dan ibu

Ns. Sidaria, S.Kep, M.Kep selaku dosen pembimbing pada kelompok Q pada sikulus

KDK ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman – teman sejawat

yang berada pada kelompok Q, yang sudah mau bertukar pikiran untuk

menyempurnakan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari

pembaca sangat penulis harapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

Widya Sari Jevinda

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
A. Definisi Cairan dan Elektrolit.......................................................................................3
B. Fungsi Cairan...............................................................................................................3
C. Keseimbangan Cairan..................................................................................................4
D. Komposisi Cairan Tubuh..............................................................................................4
E. Kebutuhan Cairan Tubuh Manusia...............................................................................6
F. Pergerakan Cairan Tubuh.............................................................................................7
G. Pengaturan Keseimbangan Cairan................................................................................8
H. Sistem yang Berperan dalam Kebutuhan Cairan dan Elektrolit....................................9
I. Elektrolit yang Penting dalam Tubuh.........................................................................10
J. Masalah Keseimbangan Cairan dan Elektrolit............................................................12
K. Etiologi.......................................................................................................................15
L. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan Elektrolit...............16
M.Penatalaksanaan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit.........................................................18
N. Konsep Dasar Keperawatan.......................................................................................18
BAB III..................................................................................................................................30
A. Kasus..........................................................................................................................30
B. Pengkajian..................................................................................................................30
BAB IV..................................................................................................................................40
PEMBAHASAN....................................................................................................................40
A. Pengkajian..................................................................................................................40
B. Diagnosa....................................................................................................................40
C. Intervensi....................................................................................................................40

iii
D. Implementasi..............................................................................................................41
E. Evaluasi......................................................................................................................41
BAB V...................................................................................................................................42
PENUTUP.............................................................................................................................42
A. Kesimpulan................................................................................................................42
B. Saran..........................................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................43

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan cairan elektrolit merupakan kebutuhan dasar yang


dibutuhkan untuk metabolisme tubuh. Dalam pemenuhan diatur oleh sistem
atau organ dalam tubuh seperti ginjal, kulit, paru dan gastrointestinal.
Keseimbangan cairan diatur oleh sistem dan mekanisme rasa haus, hormonal
yakni ADH (Anti Diuretic Hormonal), si se aldesteron, prostaglandin dan
glukokortiroid (Tarwoto & Wartonah, 2010). Menurut Hierarki Maslow,
kebutuhan cairan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pertama yang
harus dipenuhi. Masalah ini harus segera diatasi karena kelebihan volume
cairan apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan beban sirkulasi
berlebihan, edema, hipertensi dan gagal ginjal kongestif (Hedrman, 2015)
Kebutuhan cairan bagi tubuh manusia memiliki proporsi dalam bagian
tubuh yang besar, hampir 90% dari total berat tubuh, sedangkan sisanya
merupakan bagian padat dari tubuh. Manusia membutuhkan cairan dan
elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat diberbagai jaringan tubuh
agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya. Hal tersebut dapat
tercapai dalam serangkaian maneuver fisika kimia yang kompleks. Air
menempati proporsi yang besar di dalam tubuh. Air tersimpan didalam dua
kompartemen utama dalam tubuh yaitu, cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler (Wahid, 2007).
Cairan intraseluler merupakan cairan yang berada didalam sel,
sedangkan cairan ekstraseluler merupakan cairan yang berada di luar sel.
Cairan berperan penting dalam pembentukan energi, pemeliharaan tekanan
osmotik dan transport zat-zat tubuh dan menembus membran sel. Organ
utama pengatur keseimbangan cairan tubuh adalah ginjal. Jika keseimbangan
cairan tidak baik, ginjal yang akan pertama kali bermasalah (Corwin, 2009).

1
Tipe dasar keseimbangan cairan adalah isotonik dan osmolar.
Kekurangan atau kelebihan isotonik terjadi jika air dan elektrolit diperoleh
dalam proporsi yang sama. Kelebihan volume cairan terjadi saat air dan
natrium dipertahankan dalam proporsi isotonik sehingga menyebabkan
hipervolemia tanpa disertai perubahan kadar elektrolit serum. Seseorang
berisiko mengalami kelebihan volume cairan meliputi seseorang yang
menderita gagal jantung kongestif, gagal ginjal dan sirosis.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami


gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit?

C. Tujuan

1. Tujuan umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep dasar dari cairan dan elektrolit.
b. Mengetahui konsep dasar dari asuhan keperawatan pada kebutuhan
cairan dan elektrolit.
c. Mengetahui pemecahan kasus pada pasien gangguan kebutuhan cairan
dan elektrolit.
d. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien gangguan kebutuhan
cairan dan elektrolit
BAB II

KONSEP DASAR TEORITIS

A. Definisi Cairan dan Elektrolit


Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu
cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan
yang berada didalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler
adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu
cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler (Potter
& Perry, 2006).
Elektrolit merupakan sebuah unsur atau senyawa yang jika larut dalam
air atau pelarut lain, akan pecah menjadi ion dan mampu membawa muatan
listrik. Elektrolit yang memiliki muatan positif disebut kation dan bermuatan
negatif disebut anion. Konsentrasi setiap elektrolit didalam cairan intrasel dan
ekstrasel berbeda, tetapi jumlah total anion dan kation di dalam setiap
kompartemen cairan harus sam (Potter & Perry, 2006).
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,
minuman dan cairan intravena, didistribusikan ke seluruh tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit, adanya distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke seluruh tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya.

D. Fungsi Cairan
1. Sebagai media transportasi mengangkut zat-zat makanan untuk sel.
2. Sebagai media transportasi zat – zat seperti hormon, enzim, sel darah putih
dan sel darah merah.
3. Membantu dalam metabolisme seluler.
4. Membantu memelihara suhu tubuh.
5. Sebagai pelarut untuk elektrolit maupun non elektrolit.
6. Membantu dalam pencernaan.
7. Mempermudah eliminasi.
8. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem kardiovaskuler.
9. Pelumas antar organ.
10. Pembentuk struktur tubuh.
(Maryunani, 2011)

E. Keseimbangan Cairan
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake dan output cairan. Intake
cairan berasal dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari
antara 1.800 – 2.500 ml/hari. Sekitar 1.200 ml berasal dari minuman dan
1.000 ml dari makanan. Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalam
bentuk urine 1.200 – 1.500 ml/hari, paru – paru 300 – 500 ml dan kulit 600 –
800 ml (Tarwoto & Wartonah, 2010).

F. Komposisi Cairan Tubuh

N
A
R
L
M
b
m
e
I
C
P
S r
A
S
R
E
T
N
L
K
I L
U
A
I
l
e
6
B
U
T
4
S
n
a
2
E
L
1
5
:
H
R
A
D
0
% 0
%
Gambar 2.1 Skema jenis dan jumlah cairan tubuh

Cairan tubuh normalnya berpindah antara kedua kompartemen atau


ruang utama dalam upaya untuk mempertahankan keseimbangan antara kedua
ruang tersebut. Kehilangan cairan tubuh dapat mengganggu keseimbangan ini.
Secara ringkas kompartemen cairan dibagi menjadi dua kompatemen utama,
yaitu :

1) Cairan intraseluler (CIS)


CIS adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa,
kira-kira dua per tiga dari cairan tubuh adalah intraseluler, sama kira-kira
25 L pada rata-rata pria dewasa (70 Kg). sebaliknya, hanya setengah dari
cairan tubuh bayi adalah cairan intraseluler.
2) Cairan ekstraseluler (CES)
CES adalah cairan di luar sel. Ukuran relatif dari CES menurun
dengan meningkatnya usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira setengah cairan
tubuh terkandung di dalam CES. Setelah usia satu tahun, volume relatif
CES menurun sampai kira-kira sepertiga dari volume total. CES dibagi
menjadi:
a) Cairan interstisial (CIT), cairan ini berada di sekitar sel. Cairan
limfe termasuk dalam volume interstisial. Volume CIT kira-kira
sebesar dua kali lebih besar pada bayi baru lahir dibanding orang
dewasa.
b) Cairan intravaskuler (CIV), cairan yang terkandung dalam
pembuluh darah. Volume relatif dari CIV sama pada orang dewasa
dan anak-anak. Rata-rata volume darah orang dewasa kira-kira 5-6
L, 3 L dari jumlah itu adalah plasma, sisanya 2-3 L terdiri dari sel
darah merah (SDM), sel darah putih (SDP) dan trombosit.
c) Cairan transeluler (CTS), cairan yang terdapat di dalam rongga
khusus dari tubuh. Cairan CTS meliputi cairan cerebrospinal,
pericardial, pleural, sinovial, cairan intraokular dan sekresi
lambung. Sejumlah besar cairan ini dapat bergerak ke dalam dan
ke luar ruang transeluler setiap harinya. Contoh, saluran
gastrointestinal (GI) secara normal mensekresi dan mereabsopsi
sampai 6-8 L per hari.

G. Kebutuhan Cairan Tubuh Manusia


Total jumlah cairan tubuh (total body water/TBW) kira – kira 60%
dari berat badan pria da 50 % dari berat badan wanita. Jumlah cairan ini
tergantung pada kandungan lemah badan dan usia. Lemak jaringan sedikit
menyimpan cairan, dimana lemak wanita lebih banyak dari pria sehingga
jumlah cairannya lebih rendah dari pria. Makin tua usia, semakin sedikit
kandungan airnya.

Tabel 2.1 Presentase total cairan tubuh berdasarkan umur

Karakteristik Total Cairan Tubuh (%)


terhadap Berat Badan
Bayi baru lahir 77% dari BB
Usia 1 tahun 60% dari BB
Pubertas s.d usia 39
tahun:
a. Pria 60% dari BB
b. Wanita 50% dari BB
Usia 40 s.d 60 tahun :
a. Pria 55% dari BB
b. Wanita 47% dari BB
Usia diatas 60 tahun:
a. Pria 52% dari BB
b. Wanita 46% dari BB
Sumber : Maryunani, 2011

Tabel 2.2 Kebutuhan cairan menurut usia dan berat badan


No Umur BB (Kg) Cairan (ml/24jam)
.
1 3 hari 3,0 250 ─ 300
2 1 tahun 9,5 1150 ─ 3000
3 2 tahun 11,8 1350 ─ 1500
4 6 tahun 20 1800 ─ 2000
5 10 tahun 28,7 2000 ─ 2500
6 14 tahun 45 2200 ─ 2700
7 16 tahun (adult) 54 2200 ─ 2700

H. Pergerakan Cairan Tubuh


Cairan tubuh berpindah dari satu kompartemen ke kompartemen lain
untuk memfasilitasi proses – proses yang terjadi di dalam tubuh, seperti
oksigenasi jaringan, respon terhadap penyakit, keseimbangan asam – basa dan
respon terhadap terapi obat. Mekanisme perpindahan cairan tubuh melalui 3
proses yaitu difusi, osmosis dan transpor aktif (Potter & Perry, 2006).

1) Disfusi
Difusi adalah perpindahan molekul suatu substansi dari daerah yang
berkonsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah sampai terjadinya
keseimbangan.Cairan dan elektrolit menembus membran sel. Kecepatan
difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsentrasi larutan dan
temperature.
2) Osmosis
Osmosis merupakan perpindahan molekul air dari daerah
berkonsentrasi rendah ke daerah berkonsentrasi tinggi untuk menyamakan
konsentrasi larutan di kedua sisi membran yang sifatnya menarik.
Kecepatan osmosis bergantung pada konsentrasi solut di dalam larutan,
suhu larutan, muatan listrik larutan dan perbedaan antara tekanan osmosis
yang dikeluarkan oleh larutan.
3) Transpor aktif
Transpor aktif merupakan proses partikel bergerak dari konsentrasi
rendah ke konentrasi tinggi karena adanya daya aktif dari tubuh seperti
pompa jantung. Transpor aktif ditingkatkan oleh molekul pembawa yang
berada diantara sel yang akan mengikat diri mereka sendiri dengan
molekul yang masuk ke dalam sel. Banyak zat terlarut penting ditranspor
aktif melewati membran sel yaitu natrium, kalium, hidrogen, glukosa dan
asam amino.

I. Pengaturan Keseimbangan Cairan


1. Rasa dahaga
Mekanisme rasa dahaga, penurunan fungsi ginjal merangsang
pelepasan renin, yang pada akhirnya menimbulkanproduksi angiotensin II
yang dapat merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neuron
yang bertanggungjawab terhadap sensasi haus. Osmoreseptor di
hipotalamus mendeteksi penigkatan tekanan osmotic dan mengaktivasi
jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa dahaga.
2. Anti Diuretik Hormon (ADH)
ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neuro hipofisisi
dari hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah
peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel. Hormon ini
meningkatkan rearbsorbsi air pada duktus koligentes, dengan demikian
dapat menghemat air.
3. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus
ginjal untuk meningkatkan absrsorsi natrium. Pelepasan aldosteron
dirangsang konsentrasi kalium, natrium serum dan system angiotensin
rennin serta sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia.
4. Prostaglandin
Prostaglandin Adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak
jaringan dan berfungsi dalam merespon radang, pengendalian tekanan
darah, kontraksi uterus dan mobilitas gastro intestinal. Dalam ginjal,
prostaglandin berperan mengatur sirkulasi ginjal, respons natrium dan efek
ginjal pada ADH.
5. Glukokortikoid
Menigkatkan rearbsorbsi natrium dan air, sehingga volume darah naik
dan terjadiretensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid menyebabkan
perubahan pada keseimbangan cairan (volume darah).

J. Sistem yang Berperan dalam Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


1) Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam
mengatur kebutuhan cairan dan elektrolit. Fungsi ginjal yaitu sebagai
pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur
keseimbangan asam – basa darah dan ekskresi bahan buangan atau
kelebihan garam. Ginjal menerima 170 liter darah untuk disaring setiap
hari. Jumlah urin yang diproduksi ginjal pada semua usia yang
dipengaruhi oleh ADH dan aldesteron rata – rata 1 ml/kg/jam. Pada orang
dewasa, produksi urine sekitar 1,5 liter/hari.
2) Kulit
Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan
proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang
disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriol
kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Jumlah keringat yang
dikeluarkan tergantung banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh
darah dalam kulit. Rangsangan kelenjer keringat dapat dihasilkan dari
aktivitas otot, temperature lingkungan yang meningkat dan demam.
3) Paru – paru
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan
insensible water loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan
terkait dengan respons akibat perubahan upaya kemampuan bernapas.
4) Gastrointestinal
Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap
hari yaitu 100 – 200 ml. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10 –
15 cc/kg BB/24 jam dengan kenaikan 10% dari IWL pada setiap kenaikan
suhu 1 derajat celcius.(Tarwoto & Wartonah, 2010).

K. Elektrolit yang Penting dalam Tubuh


1. Natrium (sodium)
Natrium merupakan kation yang paling banyak terdapat pada cairan
ekstrasel. Natrium berfungsi membantu mempertahankan keseimbangan
cairan, terutama intrasel dan ekstrasel dengan sistem pompa sodium
natrium. Natrium terlibat dalam mempertahankan keseimbangan air,
mentrasnmisi impuls saraf dan melakukan kontraksi otot.
Konsentrasi normal natrium diatur oleh ADH, aldosteron, intake
garam dan pengeluaran urine. Diperkirakan hampir 100 gram dari ion
natrium dengan 250 gram NaCl terkandung di dalam tubuh manusia.
Didalam tubuh, natrium biasanya berada dalam bentuk garam dengan
minimum kebutuhan untuk orang dewasa berkisar 1,3 – 1,6 gram/hari.
Sumber natrium yaitu snack, kue, rempah – rempah dan daging panggang.
2. Kalium
Kalium merupakan kation utama dalam cairan intrasel. Kalium
merupakan garam yang dapat secara cepat di serap oleh tubuh. Kalium
berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi otot.
Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturan
keseimbangan asam basa. Nilai normal kaliun tubuh sekitar 3,5-5,5
mEq/lt.
Konsentrasi total kalium di dalam tubuh diperkirakan sebanyak 2 gram
/kg berat badan. Kebutuhan minimum kalium diperkirakan sebesar 782
mg/hari. Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan cara perubahan
atau pergantian dengan ion sodium di tubulus ginjal dan sekresi
aldosteron. Sumber kalium adalah pisang, brokoli, jeruk dan kentang.
Setiap kelebihan kalium, akan dikeluarkan melalui urine dan keringat.
3. Kalsium (potasium)
Kalsium merupakan elektrolit paling banyak di dalam tubuh, terutama
terdapat pada tulung. Kalsium berguna untuk integritas kulit dan struktur
sel, konduksi jantung, pembekuan darah, dan pembentukan tulang gigi.
Kalsium diatur oleh paratiroid dan thyroid. Hormon paratiorid
mengabsorpsi kalsium melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal.
Hormon thirocaltitonim menghambat penyerapan Ca plus tulang.
Makanan sumber kalsium adalah susu, ikan, sayuran.
4. Magnesium
Magnesium merupakan kation terbanyak kedua di dalam cairan
intrasel setalah kalium. Magnesium diperoleh secara normal dari asupan
diet. Magnesium juga diatur oleh kelenjar paratiroid. Magnesium penting
untuk aktifitas enzim, neurochemia, muskular excibility. Nilai normalnya
sekitar 1,5-2,5 mEq/lt.
5. Chlorida
Klorida merupakan elekrolit pertama pada CES. Klorida berfungsi
sebagai menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mempertahakan
tekanan osmotik darah, pengatur keasaman lambung, membantu proses
keseimbangan natrium. Normalnya sekitar 95-105 mEqlt. Konsentrasi ion
klorida tertinggi terdapat pada cairan serebrospinal seperti otak atau
sumsum tulang belakang, lambung, dan pankreas. Sumber yaitu garam
dapur.
6. Bikarbonat
Bikarbonat merupakan buffer dasar kimia yang utama di dalam tubuh.
Ion bikarbonat ditemukan dalam CES dan CIS. Bikarbonat diatur oleh
ginjal. Normalnya sekitar 22 - 26 mEqlt. Bereaksi dengan asam kuat
untuk membentuk asam karbonat dan suasana garam untuk menurunkan
pH.
7. Fostfat
Fosfat merupakan anion buffer dalam CIS dan CES. Berfungsi untuk
meningkatkan kegiatan neuromuskuler, metabolisme karbohidrat, energi
pada metabolisme sel dan pengaturan asam basa. Pengaturan oleh horman
paratiroid. Bersama dengan ion kalsium untuk meningkatkan kekuatan dan
kekerasan tulang. Masuk dalam struktur genetik DNA dan RNA.
(Maryunani, 2011)

L. Masalah Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


1) Hipovolemia / Dehidrasi
Hipovolemia merupakan kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler dan dapat terjadi melalui kulit, ginjal, gastrointestinal,
pendaharan sehingga menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme
kompensasi pada hipovolemik adalah peningkatan rangsangan saraf
simpatis, rasa haus, pelepasan hormon ADH dan adesteron.hipovolemik
yang berlangsung lama dapat menimbulkan gagal ginjal akut (Tarwoto &
Wartonah, 2010).Etiologi hipovolemia sebagai berikut :
- Kehilangan cairan melalui saluran pencernaan.
- Poliuria.
- Demam.
- Keringat yang berlebihan.
- Kurang pemasukkan air (anoreksia, mual, depresi, sakit didaerah
mulut).
Gejala hipovolemia sebagai berikut :
- Pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah, rasa haus, konstipasi
dan oliguri.
- Penurunan tekanan darah.
- HR meningkat.
- Suhu meningkat.
- Turgor kulit menurun.
- Lidah kering dan kasar.
- Mukosa mulut kering.
- Menurunnya produksi urine.
- Ekstremitas dingin.
- Kehilangan berat badan yang cepat.
2) Hipervolemia
Hipervolemia adalah penambahan atau kelebihan volume cairan CES,
yang terjadi jika tubuh menahan air dan natrium dalam proporsi yang
sama tanpa disertai perubahan kadar elektrolit (Tarwoto & Wartonah,
2010).Etiologi hipervolemia sebagai berikut :
- Penyakit karena gangguan pada mekanisme regulasi (gagal
jantung, serosis hati, gagal ginjal).
- Intake natrium klorda yang berlebihan.
- Pemberian infus yang mengandung natrium dalam jumlah yang
berlebihan.
- Banyak mengkonsumsi makanan mengandung natrium.
Gejala hipervolemia sebagai berikut :
- Sesak nafas.
- Peningkatan dan penurunan tekanan darah.
- Nadi kuat, takikardi.
- Edema perifer, kenaiakan berat badan sementara (2% hipervolemia
ringan, 5% hipervolemia sedang, 8% hipervolemia berat).
- Adanya ronchi.
- Kulit lembab.
- Distensi vena leher dan irama gallop.
Edema bisa terjadi karena hal – hal berikutini :
- Peningkatan permeabilitas kapiler (pada luka bakar dan alergi),
perpindahan air dari kapiler ke ruang intestisial meningkat.
- Peningkatan tekanan hidrostatik di kapiler.
- Perpindahan cairan dari ruang interstisial menurun.
3) Hiponatremia
Hiponatremia adalah kondisi gangguan elektrolit ketika kadar natrium
(sodium) dalam darah lebih rendah dari batas normal. Bila kadar natrium
dalam tubuh menurun secara bertahap, penderita mungkin tidak
mengalami gejala apa pun. Namun jika kadar natrium turun dengan cepat,
gejala yang muncul bisa berbahaya. Beberapa gejala yang umumnya
dialami penderita hiponatremia meliputi :
- Sakit kepala.
- Linglung.
- Mual dan muntah.
- Lemas dan lelah.
- Kram atau lemah otot.
- Gelisah.
- Kejang.
- Penurunan kesadaran yang dapat berujung pada koma dan bahkan
kematian.
4) Hipernatremia
Hipernatremia merupakan kondisi berlebihnya kadar natrium darah,
yaitu lebih dari 145 mEq/L. Adapun hipernatremia berat di artikan kadar
natrium plasma ≥156 mEq/L. Kondisi ini menandakan hilangnya jumlah
air dalam tubuh dan apabila berat dan akut merupakan kondisi
kegawatdaruratan.
5) Hipokalemia
Hipokalemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan kalium atau
potasium. Kondisi ini dapat dialami siapa saja, terutama penderita diare
atau muntah-muntah. Penanganan hipokalemia perlu segera dilakukan
guna mencegah komplikasi serius, seperti gangguan jantung.
Gejala bisa muncul ketika kadar kalium dalam tubuh rendah, yaitu di
bawah 3,6 mmol/L. Meski begitu, hipokalemia ringan umumnya tidak
menimbulkan gejala. Gejala awal yang muncul adalah sebagai berikut:
- Mual dan muntah
- Nafsu makan menghilang
- Konstipasi
- Tubuh terasa lemah
- Kesemutan
- Kram otot
- Jantung berdebar

M. Etiologi
1. Patofisiologi
Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan
kehilangan dengan jalan evaferotif karena luka bakar.
a. Berhubungan dengan keluaran urin yang berlebihan.
b. Diabetes insipidus (ketidak adekuatan hormon diuretik).
c. Diabetes tak terkontrol.
d. Berhubungan dengan kehilangan – kehilangan sekunder.
e. Drainase abnormal.
f. Luka.
g. Demam atau peningkatan laju metabolik.
h. Diare.
i. Perikonitis.
2. Situasional
a. Mual muntah.
b. Makanan melalui selang dengan palarut tinggi.
c. Masalah diet.
d. Kesulitan menelan atau makan sendiri sekunder, akibat nyeri
mulut, keletihan.
e. Penggunaan zat yang berlebihan.
f. Menurunnya motivasi untuk minum cairan sekunder, akibat
depresi, keletihan.
g. Ketidakcukupan cairan untuk upaya olahraga atau kondisi cuaca.
h. Kehilangan melalui kateter indwelling atau drein.
i. Panas sinar matahari yang berlebihan kekeringan.
3. Maturasional
a. Lansia
Berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder akibat
penurunan cairan dan penurunan sensasi haus.
b. Bayi / anak
Berhubungan dengan peningkatan sekunder akibat penurunan
penerimaan cairan dan penurunan kemampuan untuk memekatkan
urin.

N. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan


Elektrolit
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas perkembangan tubuh, metabolisme
yang diperlukan dan berat badan. Bayi dan anak di masa pertumbuhan
memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang
dewasa. Karena jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang
hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa. Hal ini dipengaruhi
oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal bayi belum atur
dibandingkan ginjal orang dewasa. Pada lansia, ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan
ginjal.
2. Aktivitas
Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh.
Hal ini mengakibatkan peningkatan pengeluaran cairan melalui keringat.
Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat.
3. Temperatur lingkungan
Suhu panas yang berlebihan akan menyebabkan keringatan pada
seseorang dan dapat kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15 – 30
gr/hari.
4. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan
energi. Proses ini menimbulkan pergerakan cairan dari interstitial ke
intraseluler dan mengakibatkan penurunan kadar albumin.
5. Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi
darah dan glikolisis otor. Mekanisme ini dapat menimbulkan retensi
sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan
menurunkan produksi urine.
6. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung,
gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan cairan. Pasien yang
menderita diare juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan
akibat kehilangan cairan melalui saluran gastrointestinal.
7. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti diuretik maupun laksatif secara
berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam
tubuh. Akibatnya terjadi defisit cairan tubuh. Selain itu, penggunaan
diuretik menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan
meningkat. Penggunaan kortikosteroid dapat pula menyebabkan retensi
natrium dan air dalam tubuh.(Tarwoto & Wartonah, 2010)

O. Penatalaksanaan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


1. Penatalaksanaan medis
- Terapi cairan IV
- Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah lengkap
- Terapi obat – obatan.
- Transfusi darah (jika diperlukan)
2. Penatalaksaan keperawatan
- Menghitung tetesan infus
Rumus dasar dalam satuan menit :

Rumus dasar dalam satuan jam :

Faktor tetesa, terbagi atas 2 yaitu Merek Otsuka ( 15 tetes/ml ) dan


merek Terumo ( 20 tetes/ml ).

- Rehidrasi oral
- Menghitung keseimbangan cairan

IWL = (15 x BB ) : 24 jam = .... cc/jam

P. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
a. Biodata pasien
Nama pasien, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat,
nomor registrasi, diagnosa medis dan tanggal MRS.
b. Riwayat kesehatan
Terdiri dari keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat
kesehatan terdahulu dan riwayat kesehatan keluarga.
c. Riwayat keperawatan
 Pola intake
- Jumlah cairan yang dikonsumsi.
- Tipe cairan yang biasa dikonsumsi.
 Pola eliminasi
- Mual mutah.
- Diare.
- Kebiasaan berkemih.
- Perubahan jumlah atau frekuensi urine.
- Karakteristik urine.
 Evaluasi status kehilangan cairan
- Tanda – tanda kekurangan atau kelebihan cairan.
- Edema.
- Rasa haus berlebihan.
- Membran mukosa kering.
- Proses penyakit yang dapat mengganggu keseimbangan cairan
- Kanker.
- Luka bakar.
- Faktor psikologis
- Perilaku emosional.
d. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
- Pengukuran tanda vital seperti pengukuran suhu, tekanan darah,
nadi, pernafasan dan tingkat kesadaran.
- Pemeriksaan fisik yang difokuskan pada beberapa sistem tubuh
yang berhubungan langsung dengan cairan dan elektrolit
2. Wajah
Tampak pucat atau tidak, tampak lemas atau tidak.
3. Mata
Cekung atau cowong dan air mata kering.
4. Mulut dan bibir
Mukosa bibir kering atau lembab, lidah putih atau tidak, adanya
muntah atau tidak.
5. Sistem Integumen
Keaadan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani dan
sensasi rasa.
6. Sistem Kardiovaskuler
Detensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin dan denyut
jantung.
7. Neurologi
Reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
8. Sistem Gastrointestinal
Adanya bising usus, diare.
e. Pengukuran klinik
- Berat badan
Kehilangan atau bertambahnya berat badan menunjukkan
adanya masalah keseimbangan cairan. Pengukuran berat badan
dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
 ± 2% : Ringan
 ± 5% : Sedang
 ± 10% : Berat
- Pengukuran pemasukkan cairan
 Cairan oral, melalui NGT maupun oral.
 Cairan parenteral, termasuk obat – obatan IV.
 Makanan yang cenderung mengandung air.
 Irigasi kateter atau NGT.
- Pengukuran pengeluaran cairan
 Urine : volume dan warna urine.
 Feses : jumlah dan konsentrasi.
 Muntah.
 Tube drainase.
 IWL
 Ukur keseimbangan cairan dengan akurat (normalnya sekitar ±
200cc).
f. Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan darah lengkap, meliputi jumlah sel darah,
hemoglobin (Hb) dan hemayokrit (Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun : adanya pendarahan akut, masif dan reaksi
hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi.
Hb turun : adanya pendarahan hebat, reaksi hemolitik.
- Pemeriksaan elektrolit serum, untuk mengetahui kadar natrium,
kalium, klorida dan ion bikarbonat.
- pH dan berat jenis urin, menunjukkan kemampuan ginjal untuk
mengatur konsentrasi urine, normalnya pH urine adalah 4 – 5
dan berat jenisnya 1,003 – 1,030.
- Analisa gas darah, yang biasa diperiksa adalah pH, PO, HCO,
PCO dan saturasi O2.
 PCO2 normal : 35 – 40 mmHg
 PO2 normal : 80 – 100 Hg
 HCO3 normal : 25 – 29 mEq/l
 Saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam darah
dengan jumlah oksigen yang dapat dibawah ileh darah,
normalnya di arteri 95% - 98% dan vena 60% - 85%.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul (NANDA Internasional,
2018) :
a. Defisien volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume
cairan secara aktif.
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan
cairan dan kelebihan asupan natrium.
c. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan gangguan
mekanisme pengaturan
3. RencanaKeperawatan

NO Diagnosa NOC NIC


1. Domain 2. Kelas 5. Hal 181. Hal 102. Hidrasi Hal 157. Manajemen Cairan
Defisien volume cairan (00027) 1) Turgor kulit - Timbang berat badan setiap hari dan
Definisi : Penurunan cairan 2) Membran mukosa lembab monitor status pasien.
intravaskular, interstisial, dan 3) Intake cairan - Jaga asupan yang akurat dan catat
intraselular. Ini mengacu pada 4) Output urine output pasien.
dehidrasi, kehilangan cairan tanpa 5) Perfusi jaringan - Masukkan kateter urin.
perubahan kadar natrium. 6) Warna urine keruh - Monitor status hidrasi.
7) Bola mata cekung dan lunak - Monitor hasil laboratorium yang
Batasan karakteristik : 8) Penrunan tekanan darah relevan dengan retensi cairan.
- Kulit kering. 9) Nadi cepat dan lemah - Monitor tanda – tanda vital pasien.
- Haus. 10) Peningkatan nitrogen ureum darah - Monitor indikasi kelebihan cairan.
- Kelemahan. 11) Kehilangan berat badan - Monitor perubahan berat badan
- Peningkatan suhu tubuh. 12) Otot tegang sebelum dan sesudah dialisis.
- Peningkatan frekuensi nadi. 13) Peningkata suhu tubuh - Monitor makanan/cairan yang
- Penurunan berat baan tiba – tiba. dikonsumsi dan hitung asupan kalori
- Membran mukosa kering. Hal 192. Keseimbangan cairan harian.
- Penurunan turgor kulit. 1) Tekanan darah - Berikan terapi IV.
- Penurunan tekanan darah. 2) Denyut nadi radial - Monitor status gizi.
- Penurunan turgor lidah. 3) Terkanan arteri rata-rata - Distribusikan asupan cairan selama 24
- Penurunan pengeluaran urine. 4) Tekanan vena sentral jam.
5) Denyut perifer - Dukung pasien dan keluarga untuk
Faktor yang berhubungan : 6) Keseimbangan intak dan output dalam 24 jam membantu dalam pemberian makan
- Hambatan mengakses cairan. 7) Berat badan stabil dengan baik.
- Asupan cairan kurang. 8) Turgor kulit - Konsultasikan dengan dokter jika
- Kurang pengetahuan tentang 9) Kelembaban membran mukosa tanda-tanda dan gejala kekurangn
kebutuhan cairan. 10) Serum elektrolit cairan menetap atau memburuk.
11) Berat jenis urine Hal 210. Manajemen Syok
12) Suara napas adventif - Monitor tanda – tanda vital, tekanan
13) Edema perifer darah orthostatik, status mental dan
14) Kehausan output urine.
15) Kram otot - Posisikan pasien untuk mendapatkan
perfusi yang optimal.
Hal 553. Status Nutrisi : Asupan makanan dan - Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.
cairan - Monitor gejala gagal napas.
1) Asupan makanan secara oral - Monitor nilai – nilai laboratorium.
2) Asupan makanan secara tube feeding - Berikan cairan IV.
3) Asupan cairan secara oral - Monitor adanya status hiperdinamik
4) Asupan cairan intravena dari syok sepasispaska resusitasi
5) Asupan cairan parenteral cairan.
- Monitor status cairan, termasuk berat
badan perhari, output urine.
- Monitor fungsi ginjal.
- Berikan dukungan emosi pada pasien
dan keluarga, dorong harapan yang
realistis.
2. Domain 2. Kelas 5. Hal 183 Hal 192. Keseimbangan cairan Hal 229. Monitor cairan
Kelebihan volume cairan (00026) 1) Tekanan darah - tentukan jumlah dan jenis intake
Definis : Peningkatan asupan atau 2) Denyut nadi radial cairan serta kebiasan eliminasi.
retensi cairan. 3) Terkanan arteri rata-rata - Tentukan faktor-faktor yang mungkin
4) Tekanan vena sentral menyebabkan ketidakseimbangan
Batasan karakteristik : 5) Denyut perifer cairan.
- Bunyi napas bertambah. 6) Keseimbangan intak dan output dalam 24 jam - Tentukan apakah pasien mengalami
- Gangguan tekanan darah. 7) Berat badan stabil kehausan atau gejala perubahan
- Perubahan status mental. 8) Turgor kulit cairan.
- Gangguan pola napas. 9) Kelembaban membran mukosa - Periksa turgor kulit.
- Perubahan berat jenis urine. 10) Serum elektrolit - Monitor berat badan.
- Ansietas. 11) Berat jenis urine - Monitor asupan dan pengeluaran.
- Anasarka. 12) Suara napas adventif - Monitor kadar serum albumin dan
- Penurunan hematokrit. 13) Edema perifer protein total.
- Penurunan hemoglobin. 14) Kehausan - Monitor tekanan darah, denyut jantung
- Dispnea. 15) Kram otot dan status pernafasan
- Edema. - Catat dengan akurat pengeluaran.
- Ketidakseimbangan elektrolit. Hal 85. Eliminasi Urin - Monitor membran mukosa, turgor
- Asupan melebihi haluaran. 1) Pola eliminasi kulit, dan respons haus.
- Efusi pleura. 2) Bau urine - Monitor warna, kuantitas dan berat
- Ada bunyi jantung S3. 3) Jumlah urine jenis urin.
- Gelisah. 4) Warna urine - Monitor tanda dan gejala asites.
- Penambahan berat badan dalam 5) Kejernihan urine - Cata ada tau tidaknya vertigo.
waktu yang singkat. 6) Intake cairan - Berikan cairan dengan tepat.
7) Mengosongkan kantong kemih sepenuhnya
Faktor yang berhubungan : 8) Menegnali keinginan berkemih Hal 181. Manajemen hipervolemia
- Kelebihan asupan cairan. 9) Darah terlihat dalam urine - timbang berat badan setiap hari
- Kelebihan asupan natrium. 10) Nyeri saat kencing dengan waktu yang sama.
11) Ragu untuk berkemih - Monitor suaru paru abnormal.
12) Rasa terbakar saat berkemih - Monitor suara jantung abnormal.
13) Frekuensi berkemih - Monitor edema perifer.
14) Retensi yrin - Monitor data laboratorium yang
15) Inkontenensia urin menandakan adanya hemokonsentrasi.
- Monitor intake dan output.
Hal 89. Fungsi Ginjal - Berikan obat yang diresepkan untuk
1) Urine output selama 8 jam mengurangi preload.
2) Keseimbangan intake dan output selama 24 - Berikan infus IV.
jam - Hindari penggunaan cairan IV
3) Turgor kulit hipotonik.
4) Berat jenis urine - Tinggikan kepala tempat tidur untuk
5) Warna urine memperbaiki ventilasi,
6) pH urine - Siapkan pasien untuk dialisis.
7) Elektrolit urine - Tentukan perubahan berat badan
8) Peningkatan kreatinin serum pasien sebelum dan sesudah dialisis.
9) Peningkatan potassium serum - Instruksikan pasien dan keluarga
10) Peningkatan glukosa urin penggunaan catatan asupan dan
11) Peningkatan protein urin output, sesuai kebutuhan.
12) Peningkatan sel darah putih - Batasi asupan natrium, sesuai indikasi.
13) Peningkatan berat badan - Tingkatkan citra diri dan harga diri
14) Edema yang positif jika pasien
mengekspresikan kepedulian akibat
retensi cairan yang berlebih.
3. Domain 2. Kelas 5. Hal 179 Hal 193. Keseimbangan elektrolit Hal 242. Pemantuan (monitor) elektrolit
Resiko ketidakseimbangan elektrolit Hal 132. Keparahan hiperkalemia - Monitor serum elektrolit.
(00195) 1) Perubahan EKG - Kenali dan laporkan adanya
Definisi : Rentan mengalami perubahan 2) Peningkatan denyut nadi ketidakseimbangan elektrolit.
kadar elektrolit serum, yang 3) Penurunan tekanan darah - Monitor adanya kehilangan cairan dan
mengganggu kesehatan. 4) Aritmia elektrolit.
5) Ansietas - Monitor manifestasi
Faktor resiko : 6) Kelemahan otot ketidakseimbangan elektrolit pada
- Diare. 7) Paralisis yang lemah sistem saraf.
- Kelebihan volume cairan. 8) Mual - Monitor kadar osmolalitas serum dan
- Kekurangan volume cairan. 9) Nyeri abdomen urin.
- Kurang pengetahuan tentang 10) Diare - Monitor perekaman EKG, perubahan
faktor diubah. 11) Tidak dapat beristirahat abnormal pada kalium, kalsium dan
- Muntah. 12) Sakit kepala magnesium.
13) Kejang - Catat kekuatan otot.
Kondisi yang tekait : 14) Koma - Catat adanya perubahan sensasi pada
- Gangguan mekanisme aerah perifer, termasuk kebas dan
pengaturan. Hal 139. Keparahan hipokalemia tremor.
- Disfungsi pengaturan endokrin. 1) Penurunan serum potassium - Identifikasi tindakan yang berakibat
- Disfungsi ginjal. 2) Penurunan tekanan darah pada status elektrolit.
- Program pengobatan. 3) Aritmia - Monitor adanya penyakit medis yang
4) Perubahan EKG dapat menyebabkan
5) Keleahan ketidakseimbangan elektrolit.
6) Letargi - Berikan suplemen elektrolit yang
7) A[atis sesuai.
8) Depresi mental - Berikan diet yang tepat pada pasien
9) Konfusi dengan ketidakseimbangan elektrolit.
10) Anoreksia - Ajarkan kepada pasien cara mencegah
11) Mual ketidakseimbangan elektrolit.
12) Muntah - Anjurkan kepada pasien atau keluarga
13) Konstipasi mengenal modifikasi diet khusus, jika
14) Distensi abdomen diperlukan.
15) Kelemahan otot - Konsultasikan kepada dokter jika
16) Penurunan tonus otot tanda dan gejala ketidakseimbangan
17) Koma cairan atau elektrolit menetap atau
memburuk.
Hal 166. Manajemen elektrolit
- Monitor nilai serum elektrolit yang
abnormal.
- Monitor manifestasi
ketidakseimbangan elektrolit.
- Pertahankan pencatatan asupan dan
haluaran yang akurat.
- Pertahankan pemberian cairan
intravenous berisi elektrolit dengan
laju yang lambat.
- Berikan suplemen elektrolit.
- Berikan elektrolit terikat.
- Monitor kehilangan cairan yang kaya
dengan elektrolit.
- Lakukan pengukuran untuk
mengontrol kehilangan elektrolit yang
berlebihan.
- Berikan diet sesuai dengan
ketidakseimbangan elektrolit pasien.
- Instruksikan pasien dan keluarga
mengenai modifikasi diet secara
spesifik.
- Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
jenis, penyebab dan pengobatan
apabila terdapat ketidakseimbangan
elektrolit, yang sesuai.
- Monitor respon pasien terhadap terapi
elektrolit yang diresepkan.
4. Implementasi
Implementasi adalah tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana
asuhan keperawatan yang telah disusun sebelumnya berdasarkan tindakan
yang telah dibuat, dimana tindakan yang dilakukan mencakup tindakan
mandiri maupun kolaborasi.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan.
BAB III

STUDI KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus
Seorang mahasiswa perawat, Ners Muda A melakukan pengkajian kepada
pasien Tn. D berumur 45 tahun. Masuk datang ke IGD Pukul 04.15 WIB dengan
keluhan diare sejak 2 hari yang lalu. Ners A melakukan pengkajian dan
mendapatkan data sebagai berikut:
1. BAB encer berlendir dengan frekuensi 4-5 kali sehari
2. Pasien mengatakan badan terasa lemas
3. Pasien terlihat lemas dan pucat
4. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan turgor kulit jelek, mukosa bibir kering,
badan pasien panas, warna dan bau feses khas, mata cekung, membran
mukosa pucat
5. Pemeriksaan elektrolit Kalium 2,3
6. Pasien juga mengatakan setiap minum terasa mual
7. Pasien mengatakan tidak nafsu makan
8. Pasien mengatakan sulit untuk menelan
9. Sebelumnya pasien mengkonsumsi makanan yang pedas
10. Tanda- tanda vital : TD 110/60 mmHg, Nadi 76x/menit, RR 20x/menit,
Suhu 38,5 C

Q. Pengkajian
Inisial Pasien : Tn. D
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki
No. MR : 0001
Ruang Rawat : IGD
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
- Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan diare sejak 2 hari yang lalu
- Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD pada Pukul 04.15 WIB, pasien mengatakan
sebelumnya memakan makanan yang pedas yang dibelinya di
kedai dekat rumahnya. Setelah beberapa jam kemudian, pasien
mengalami buang air besar 4- 5 kali dalam sehari dengan
konsistensi encer berlendir. Pasien mengatakan setiap minum
terasa mual, tidak nafsu makan dan sulit untuk menelan. Pasien
terlihat pucat dan lemas. Lalu pasien dibawa ke rumah sakit dan
diperiksa oleh dokter. Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital
didapatkan hasil tekanan darah : 110/60mmHg, suhu 38,5 derajat
celcius, nadi 76 x/menit, pernapasan 20 x/menit.
- Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit dengan
keluhan yang sama
- Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai
riwayat penyakit yang sama, tidak ada yang mempunyai penyakit
keturunan seperti hipertensi, diabetes mellitus, kanker serta tidak
ada yang mempunyai penyakit menular seperti HIV/AIDS,
hepatitis dan TBC.
b. Hasil Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum Pasien
Keadaan pasien tampak sakit dengan tingkat kesadaran berskala 15
(Compos mentris). Postur tubuh pasien tegak dan tidak kurus,
warna kulit sawo matang, turgor kulit jelek dan kering, tanpa ada
sianosis, pasien terlihat pucat.
- Kepala
Kulit kepala terlihat bersih , rambut tebal berwarna hitam, tidak
ada rambut rontok, tidak ada nyeri tekan. Mata simetris tetapi
cekung, terdapat lingkar hitam dibawah kelopak mata, konjungtiva
anemis, pupil isokor dan tidak ada nyeri tekan. Hidung bersih
tanpa secret, penciuman baik, tidak ada polip dan tidak sinusitis.
Telinga bersih tanpa ada gangguan pendengaran. Mukosa bibir
kering, gigi lengkap dan bersih.
- Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada kaku kuduk,
tidak teraba masa dan tidak ada nyeri tekan.
- Thorax
Bentuk thorax simetris, gerakan dada simetris, tidak ada
pembengkakan, tidak ada luka dan nyeri tekan.
- Abdomen
Tidak ada luka abdomen, abdomen kembung, adanya bising usus
35 x/menit, terdapat nyeri tekan pada kuadran atas abdomen, suara
perkursi abdomen thympani.
- Genetalia dan anus
Genetalia bersih dan tidak terpasang kateter. Anus bersih dan
adanya kemerahan.
- Ekstremitas
Tidak terdapat edema pada ektremitas atas maupun ekstremitas
bawah. Tidak terdapat nyeri tekan. Ujung kuku tidak sianosis.
Terpasang infus pada tangan kiri pasien.
- Kekuatan otot
Pasien tidak mengalami kram otot
c. Hasil Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan elektrolit didapatkan Kalium 2,3 mmol/L, kultur
feses warna dan bau khas

2. Diagnose Keperawatan (NANDA) dilengkapi dengan DO dan DS

Data Subjektif Data Objektif Diagnosa


- Pasien mengatakan sudah - Mata pasien cekung, Kekurangan Volume
BAB 4-5 kali dalam sehari konjungtiva anemis. Cairan b.d kehilangan
dengan konsistensi encer - Turgor kulit kurang cairan aktif
berlendir. elastis.
- Pasien mengatakan badanya - Refil kapiler 5 detik.
lemas. - Mukosa bibir kering.
- TD : 110/60 mmHg
- N : 76x/menit
- T : 38, 5 derajat celcius.
- Pasien mengatakan diare - Wajah tampak pucat. Ketidakseimbangan nutrisi:
- Pasien mengatakan tidak - Konjungtiva anemis. kurang dari kebutuhan
nafsu makan dan kesulitan - Bising usus pasien 35 tubuh b.d kurang asupan
untuk menelan x/menit. makanan
- Mukosa bibir kering
dan pucat.
- Membrane mukosa
pucat
- Pasien mengatakan badan - Pasien tampak lemas Diare
lemas dan pucat
- Pasien mengatakan BAB - Bising usus hiperaktif
encer berlendir dengan - Bau dan warna feses
frekuensi 4-5 kali sehari khas
- Pasien mengatakan sudah - TD: 110/60 mmHG, N:
diare 2 hari 76x/menit, P :
20x/menit, S : 38,5 C
- Kalium 2,3 mmol/L
3. Intervensi Keperawatan (NIC-NOC) :

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1. 00027 Kekurangan volume cairan 0601 Keseimbangan cairan 4120 Manajemen Cairan
Defenisi : Penurunan cairan Definisi : Keseimbangan cairan di Definisi : Meningkatkan keseimbangan cairan dan
intravascular, interstisial, dan/ atau dalam ruang intraseluler dan pencegahan komplikasi yang dihasilkan dari tingkat
intraselular. Ini mengacu pada ekstraseluler tubuh.
cairan tidak normal atau tidak diinginkan.
dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa
perubahan kadar natrium. Skala Outcome :
1 : Sangat terganggu Aktifitas :
Batasan Karakteristik : 5 : Tidak terganggu - Jaga asupan yang akurat dan catat output pasien.
- Kelemahan - Monitor status hidrasi
- Membran mukosa kering Indikator : - Monitor tanda – tanda vital pasien.
- Peningkatan suhu tubuh 060101 Tekanan darah - Monitor status gizi.
- Kulit kering 060122 Denyut nadi radial - Distribusikan asupan cairan selama 24 jam.
060105 Denyut perifer - Dukung pasien dan keluarga untuk membantu
060107 Keseimbangan intak dan output dalam pemberian makan dengan baik.
dalam 24 jam - Membuat larutan gula garam
060109 Berat badan stabil
060116 Turgor kulit
060117 Kelembaban membran mukosa

Skala Outcome :
1 : Berat
5 : Tidak ada

Indikator :
060113 Bola mata cekung dan lembek
060115 Kehausan
060123 Kram otot
0602 Hidrasi
Definisi : Ketersediaan air yang cukup
dalam kompartemen intraseluler dan
ekstraseluler tubuh.

Skala Outcome :
1 : Sangat terganggu
5 : Tidak terganggu

Indikator :
060201 Turgor kulit
060202 Membran mukosa lembab
060215 Intake cairan
060211 Output urine

Skala Outcome :
1 : Berat
5 : Tidak ada

Indikator :
060205 Haus
060219 Warna urine keruh
060208 Bola mata cekung dan lunak
060212 Penrunan tekanan darah
060221 Nadi cepat dan lemah
060223 Kehilangan berat badan
060224 Otot tegang
060226 Diare
060227 Peningkata suhu tubuh
2. 00002 Ketidakseimbangan Nutrisi: 1004 Status Nutrisi 1100 Manajemen Nutrisi
Kurang dari Kebutuhan Tubuh Definisi : Sejauh mana nutrisi dicerna Definisi : Menyediakan dan meningkatkan intake
Defenisi : Asupan nutrisi tidak cukup dan diserap untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang seimbang.
untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
metabolik.
Skala Outcome : Aktifitas :
Batasan Karakteristik: 1 : Sangat menyimpang dari rentang - Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi.
- Diare normal - Tentukan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk
- Membran mukosa pucat 5 : tidak menyimpang dari rentang memenuhi persyaratan gizi.
- Kurang minat pada makanan normal - Tawarkan makan yang ringan yang padat gizi.
- Kelemahan otot untuk menelan - Anjurkan pasien untuk memantau kalori dan
Indikator : intake makanan.
100401 Asupan gizi
100402 Asupan makanan
100408 Asupan cairan
100403 Energi
100405 Rasio berat badan dan tinggi
badan
100411 Hidrasi

1014 Nafsu Makan


Defenisi : Keinginan untuk makan

Skala Outcome :
1 : Sangat Terganggu
5 : Tidak Terganggu

Indikator :
101401 Hasrat/keinginan untuk makan
101403 Menyenangi makanan
101406 Intake makanan
101407 Intake nutrisi
101408 Intake cairan
3. 00013 Diare 0601 keseimbangan Cairan 0460 manajemen cairan
Definisi Definisi : manajemen dan penyembuhan diare
Definisi: pasare feses yang lunak dan Keseimbangan cairan di dalam ruang
tidak berbentuk. intraseluler dan esktraseluler. Aktifitas :
- Tentukan riwayat diare
Skala Outcome: - Ambil tinja untuk pemeriksaaan kultur
Batasan karakteristik : 1 : sangat terganggu - Beri makanan dalam porsi kecil dan lebih sering
- bising usus hiperaktif 5 : tidak terganggu serta tingkatkan porsi secara bertahap
- ada dorongan untuk defekasi - Anjurkan pasien hindari makanan pedas
- - defekasi feses cair 73 dalam 24 Indikator: - Identifikasi faktor penyebab diare
jam 060101 Tekanan darah - Monitor tanda dan gejala diare
060122 Denyut nadi radial - Ukur diare/outputpencernaam
060109 Berat Badan Stabil
060102 Tekanan Arteri rata-rata
060103 Tekanan vena sentral
060107Keseimbangan intake dan output
dalam 24 jam
4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Hari/ Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi


Tangga
l
1 - Mengkaji tanda-tanda vital, S : Pasien mengatkan
tugor kulit, membrane mukosa badan terasa lemas, pasien
- Mencatat intake (jumlah dan mengatakan mual setiap
jenis) dan output (warna, minum, pasien mengatakan
volune, frekuensi dan mulut kering
konsintensi)
- Monitor berat badan O : Pasien tampak lemas
- Beri cairan dan pucar, badan pasien
panas, mata cekung,
mukosa bibir kering, turgor
kulit jelek, CRT <2 detik,
kalium 2,3 mmol/L

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dilanjutkan,
mempertahankan cairan
2 - Mengatasi ada tidaknya alergi S : Pasien mengatakan
makanan, mual dan muntah, mual setiap minum
serta respon lainnya saat makan
Tn. D O : Mukosa bibir kering,
- Mencatat dan memantau asupan bising usus hiperaktif,
nutrisi Tn. D diare, kalium 2,3 mmol/L
- Menimbang berat badan Tn.D
- Monitor diet dan asupan kalori A : Tn. D sudah
mengetahui diet yang
diperlukan

P : Intervensi dilanjutkan,
mengkaji respon saat
pemberian makanan,
menimbang berat badan,
memantau asupan nutrisi
3 - Mengkaji tanda-tanda vital, S : Tn. D mengatakan
turgor kulit, membrane mukosa badan lemas BAB encer
- Melakukan pengkajian abdomen dan berlendir dengan
inpeksi, palpasi, perkusi, dan frekuensi 4-5 kali sehari,
auskultasi pasien mengatakan sudah 2
- Mengobservasi penyebab diare hari diare
Tn.D
- Mengobservasi penyebab diare O : Pasien tampak lemas &
Tn.D pucat, bising usus
- Menginstruksikan Tn. D hiperkatif, badan pasien
mencatat warna, volume, panas, mata cekung,
frekuensi dan konsistensi feses mukosa bibir kering, turgor
- Mengajarkan Tn.D membuat kulit jelek, baud an warna
larutan hidrasi oral feses khas, TD 110/60
- Mengajurkan Tn. D untuk mmHg, N 76x/menit, P
mempertahankan pemberian 20x/menit, S 38,5 C
cairan, sedikit tapi sering
A : Tn.D sudah mampu dan
paham membuat larutan
hidraso oral secara mandiri

P : Intervensi dilanjutkan,
meningkatkan pemberian
cairan intake, mencatat
intake output
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Penulis tidak menemukan adanya perbedaan yang signifikan antara pengkajian


pada teoritis maupun pengkajian pada kasus. Pengkajian pada penulisan ini, penulis
membuat dari identititas pasien sampai pengakajian fokus terhadap masalah
kesehatan pasien.

R. Diagnosa

Berdasarkan diagnosa, adanya 2 perbedaan diagnosa yang terjadi pada


konsep dasar asuhan keperawatan dengan diagnosa pada kasus. Pada konsep dasar
asuhan keperawatan kebutuhan cairan dan elektrolit, penulis menemukan diagnosa
tentang defisien volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
secara aktif, kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
dan kelebihan asupan natrium, dan resiko ketidakseimbangan elektrolit
berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan.
Pada kasus, penulis menemukan diagnosa baru yang berbeda dengan
diagnosa teoritisnya yaitu ketidakseimbangan nutris kurang dari kebutuhan tubuh
berhubngan dengan kurangasupan makanan dan diare.

S. Intervensi
Pada teori tidak ditemukan skala outcome yang harus dipenuhi oleh pasien
dalam setiap indikator intervensi, sedangkan pada kasus ditemukan skala indikator
yang akan membantu perawat untuk menilai keadaan pasien yang tepat.
Rencana tindakan yang akan dilakukan pada diagnosa kekurangan volume
cairan dengan tujuan pemenuhan cairan pada psien yang mengalami kekurangan
cairan. Rencana intervensi yang akan dilakukan sesuai dengan NIC yaitu
manajemen cairan yang ditemukan pada kasus bisa di terapkan pada pasien
Rencana tindakan yang akan dilakukan pada diagnosa ketidakseimbangan pola
Nutrisi dengan tujuan tercapainya nutrisi yang seimbang dan mencukupi pada
pasien. Rencana intervensi yang akan dilakukan sesuai dengan NIC yaitu
manajemen nutrisi yang membantu dan akan diterapkan pada pasien
Rencana tindakan yang dilakukan pada diagnosa diare dengan tujuan untuk
mengurangi intensitas buang air besar dan pemenuhan nutrisi. Rencana intervensi
yang akan dilakukan sesuai dengan NIC ialah manajemen diare. Pada manajemen
diare dilakukan identifikasi factor penyebab diare dan membatu pasien untuk
membuat larutan hidrasi oral.

T. Implementasi

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien disesuaikan dengan intervensi


yang telah dibuat yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan dan cara untuk
membuat larutan gula garam.

U. Evaluasi

Setelah dilakukan implementasi keperawatan didapatkan hasil Pasien


mengatakan sudah mengerti tentang penyakit diare serta cara untuk membuat
larutan gula garam.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit normal adalah akibat dari


keseimbangan dinamis antara makanan dan minuman yang masuk dengan
keseimbangan yang melibatkan sejumlah besar sistem organ.Faktor yang
mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh ada sembilan faktor
yaitu usia, aktivitas, iklim, diet, stress, penyakit, tindakan medis, pengobatan, dan
pembedahan. Diagnosa yang munsul pada kasus diare pada Tn. D adalah
Kekurangan Volume Cairan b.d kehilangan cairan aktif, Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan makanan, dan diare

V. Saran
Perawat harus lebih memperhatikan pasien, dalam memberikan asuhan
keperawatan hendaknya harus sesuai standar yang berlaku dan meningkatkan
kerja sama dengan pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bullechek, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi 6. Oxford :


Elsevier.
Maryunani, Anik. 2011. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta : TIM
Hidayat A.A. (2008). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Morhead, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi 5. Oxford : Elsevier.
Nanda International. 2013. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi. Jakarta :
EGC
Potter & Perry. 2006. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan
praktik Volume 2, Edisi 4. Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
KeperawatanEdisi 4. Jakarta : Salemba Medika
Link Video Askep
https://drive.google.com/file/d/1vnUtih21zppAd8eLGWF5wyP94PJPmreA/view?
usp=sharing
https://drive.google.com/file/d/1hIr_CRag7Gw5o0AMdiDYVVKZ3axo90sc/view?
usp=sharing

Link Video PL

Anda mungkin juga menyukai