Anda di halaman 1dari 31

TELAAH JURNAL

KEPERAWATAN DASAR KLINIK

KELOMPOK U

Sri Dinda Andriva 2141312001


Amelia Jamirus 2141312005
Suci Rahmadhani Putri 2141312012
Popy Wahyu Pratama 2141312022
Silvira Yusri 2141312030
Mutiara Salam 2141312032
Pembaruan tentang Peran
Antiseptik dalam
Pengelolaan Luka Kronis
Dengan Kolonisasi Kritis
dan/atau Biofilm
KONSEP
⁃ Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia.

⁃ Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis. Kulit adalah organ yang dinamis yang

terus mengalami perubahan dengan terlepasnya lapisan luar dan digantikan oleh lapisan dalam.

⁃ Fungsi utama kulit adalah sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan dari luar. Fungsi

perlindungan ini terjadi melalui mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus

(keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit sinar

radiasi ultraviolet, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap infeksi dari luar.
LUKA

● Luka adalah suatu kondisi yang menyebabkan kerusakan atau hilangnya sebagian jaringan tubuh yang bisa
disebabkan oleh berbagai kemungkinan penyebab seperti trauma benda tajam, benda tumpul, akibat perubahan
suhu baik panas maupun dingin, akibat paparan zat kimia tertentu, akibat ledakan, gigitan hewan, sengatan listrik
maupun penyebab lainnya.
JENIS-JENIS LUKA

Berdasarkan Tingkat Kontaminasi Luka

Luka Bersih
Luka Bersih
Terkontaminasi

Luka bersih adalah luka bedah tidak terinfeksi yang mana Jenis luka ini adalah luka pembedahan dimana saluran

luka tersebut tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam

dan juga infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi.

genital dan urinaria tidak terjadi.


JENIS-JENIS LUKA

Berdasarkan Tingkat Kontaminasi Luka

Luka Luka kotor atau


Terkontaminasi infeksi

Luka terkontaminasi adalah luka terbuka, fresh, luka Luka kotor atau infeksi adalah terdapatnya
mikroorganisme pada luka. Dan tentunya kemungkinan
akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar
terjadinya infeksi pada luka jenis ini akan semakin besar
dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran dengan adanya mikroorganisme tersebut.

cerna.
JENIS-JENIS LUKA

Berdasarkan Kedalaman dan dan Luasnya Luka



Luka Supersial (Non-Blanching Erithema).

Luka jenis ini adalah luka yang terjadi pada
lapisan epidermis kulit.

Luka “Partial Thickness”.


Luka jenis ini adalah hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan

bagian atas dari dermis merupakan luka superficial dan adanya tanda
klinis seperti halnya abrasi, blister atau lubangnya yang dangkal.
JENIS-JENIS LUKA

Berdasarkan Kedalaman dan dan Luasnya Luka



Luka "Full Thickness".
• Luka jenis ini adalah hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau
nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak
melewati jaringan yang mendasarinya. Luka ini timbul secara klinis sebagai
suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan di sekitarnya.


Luka "Full Thickness".

Luka jenis ini adalah luka yang telah mencapai lapisan
otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi /
kerusakan yang luas.
JENIS-JENIS LUKA

Berdasarkan Waktu Penyembuhan Luka

Luka Akut


Luka akut adalah jenis luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati. Kriteria luka akut adalah luka baru,
mendadak dan penyembuhannya sesuai dengan waktu yang diperkirakan. Contoh : Luka sayat, luka bakar, luka tusuk. Luka operasi dapat dianggap
sebagai luka akut yang dibuat oleh ahli bedah. Contoh : luka jahit, skin grafting.

Luka Kronis


Luka kronis adalah jenis luka yang yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen. Pada luka kronik
luka gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak berespon baik terhadap terapi dan punya tendensi untuk timbul kembali. Contoh : Ulkus dekubitus,
ulkus diabetik, ulkus venous, luka bakar dll.
Mekanisme Terjadinya Luka

Luka Bakar
Proses Penyembuhan Luka
Fase
Fase
Fase
Fase
Poliferatif
Inflamasi
Inflamasi
Poliferatif

F
a
s
e
M
at
u
r
a
si
Komplikasi Penyembuhan Luka

 Infeksi
Infeksi pada luka ditandai dengan bengkak pada area lokal, kemerahan, panas, nyeri dan demam (suhu tubuh lebih
dari 38 0C), bau yang tidak sedap atau keluarnya cairan purulen, berubahnya warna cairan yang mengindikasikan
infeksi
 Perdarahan
Perdarahan merupakan kejadian yang harus segera mendapatkan penanganan. Jika perdarahan luar atau dalam
(hematoma) tidak diatasi, akan terbentuk satu jaringan nekrosis pada luka sehingga penting sekali melindungi kulit
yang mengalami hematoma dan mengatasi perdarahan pada luka.
 Dehiscence dan eviscerasi
Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah
irisan. Sejumlahfaktor meliputi , kegemukan , kurang nutrisi. Multiple trauma , gagal untuk menyatu, batuk yang
berlebihan, muntah, dan dehidrasi mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka.
 Sinus
Sinus merupakan jalan ke permukaan kulit (terowongan) karena adanya abses atau benda asing yang memberikan
efek iritasi pada kulit yang sehat. Hal ini dapat menyebabkan infeksi, misalnya jahitan, serat kasa, dll
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penyembuhan Luka

● Status Imunologi
● Kadar gula darah (impaired white cell function)
● Hidrasi (slows metabolism)
● Nutrisi
● Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure – oedema)
● Suplai oksigen dan vaskularisasi
● Nyeri (causes vasoconstriction)
● Corticosteroids (depress immune function)
Perawatan Luka
Balutan luka (Wound Dressings)

● Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana
lembab.
● Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih pembentukan pembuluh darah
dengan lebih cepat.     
● Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan kering.
● Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum corneum dan angiogenesis,
dimana produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam lingkungan yang lembab.
● Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit ke daerah luka berfungsi
lebih dini.
Perawatan Luka

Pemilihan dressing tergantung dari jumlah dan tipe eksudat yang terdapat pada luka.
Dressing hidrogel, film, komposit baik digunakan untuk luka dengan jumlah eksudat
sedikit. Untuk luka dengan jumlah eksudat sedang digunakan hidrokoloid dan untuk
luka dengan jumlah eksudat banyak digunakan alginate, foam.
TELAAH
JURNAL
JUDUL JURNAL

Setiap jurnal harus memiliki judul yang jelas. Dengan membaca judul akan
memudahkan pembaca mengetahui inti jurnal tanpa harus membaca keseluruhan
dari jurnal tersebut. Judul tidak boleh memiliki makna ganda.

Pada judul jurnal sudah terdapat variabel independen dan dependen, yaitu:
Independen : perawatan luka kolonisasi
Dependen: peran antiseptik
KELEBIHAN JURNAL
○ Judul jurnal sudah baik dan terdiri dari 15 kata,dimana syarat judul jurnal adalah tidak boleh lebih dari 20 kata, singkat
dan jelas. Judul jurnal menjelaskan tentang Pembaruan tentang peran antiseptik dalam perawatan luka kronis dengan
kolonisasi kritis dan/atau biofilm,dari judul jurnal kita sudah mengetahui bahwa jurnal ini menjelaskan tentang menunda
perawatan luka kronis dengan biofilm.

○ Pada jurnal ini nama penulis sudah ditulis dengan benar, tanpa menggunakan gelar yaitu : Paulo J. Alves, Ruben T.
Barreto, Luc G. Gryson, Sylvie Meaume dan Stan J. Monstrey

○ Pada judul jurnal juga di paparkan penerbit jurnal sehingga kita mengetahui jurnal ini diterbitkan dari mananya
yaitu“IWJ”.
ABSTRAK
Abstrak sebuah jurnal berfungsi untuk menjelaskan secara singkat tentang keseluruhan isi jurnal. Penulisan sebuah abstrak terdiri dari sekitar
250 kata yang berisi tentang latar belakang, tujuan, metode, bahan, hasil, dan kesimpulan isi jurnal. Terdapat kata kunci juga yang
menonjolkan dari judul jurnal tersebut, sehingga memudahkan dalam penelusuran literatur secara cepat dan tepat.

Kelebihan : Kelemahan :
 Jurnal ini memiliki abstrak
Jurnal ini memiliki kata yang kurang
dengan sangat rinci dan
dari abstrak yang seharusnya,yaitu 278 kata.
menjelaskan secara singkat
Penulisan abstrak yang berlebihan dapat
isi jurnal.
 Abstrak pada jurnal ini sudah dituliskan lebih rinci lagi,seperti pada
background dimana dapat dipersingkatkan
baik dan berurutan yang
isinya, sehingga dapat menghemat kata agar
terdiri dari latar belakang
sesuai dengan ketentuan penulisan abstrak
sampai hasil kesimpulan
yaitu 250 kata.
penelitian serta kata kunci.
PENDAHULUAN
Pendahuluan jurnal terdiri dari latar belakang penelitian, tujuan penelitian, penelitian sejenis yang mendukung penelitian dan manfaat
penelitian. Pendahuluan terdiri dari 4-5 paragraf, dimana dalam setiap paragraf terdiri dari 4-5 kalimat.

Kelebihan : Kelemahan :

 Ada jurnal ini, sudah terdapat penelitian lain


yang sejenis yang mendukung penelitian Pendahuluan pada jurnal ini tidak
jurnal.Pada jurnal ini fenomena yang dibahas menjelaskan terkait manfaat penelitian.
adalah tindakan perawatan luka dengan cepat
yaitu PVP-I mewakili pilihan terapi yang
layak dalam perawatan luka dan manajemen
biofilm
 Pada jurnal ini, sudah terdapat penelitian lain
yang sejenis yang mendukung penelitian
jurnal.
PERNYATAAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN
Dalam jurnal ini terdapat pernyataan masalah Dalam jurnal ini sudah dipaparkan dengan jelas
yang jelas yaitu peran antiseptik dalam tujuan penelitiannya yaitu untuk mengetahui
pengelolaan luka kronis dan biofilm, dengan fokus metode identifikasi peran biofilm dalam proses
pada povidone-iodine (PVP-I)dibandingkan dengan menghambat penyembuhan luka
dua antiseptik yang umum digunakan:
polyhexanide (PHMB) dan perak.
KERANGKA KONSEP DAN
TINJAUAN PUSTAKA
HIPOTESIS
Jurnal ini sudah mencantumkan tinjauan
Dalam penelitian ini, tidak tercantum kerangka
kepustakaan sebagai acuan konsep.
konsep dan hipotesis. Dalam penelitian ini, tidak
tercantum kerangka konsep dan hipotesis.
METODOLOGI
⁃ Tinjauan naratif ini merupakan hasil dari pertemuan Focus Group tentang “antiseptik dalam perawatan luka dan
manajemen biofilm” yang diadakan pada bulan Desember 2019.
⁃ Tinjauan ini terutama didasarkan pada literatur yang ditinjau dan direkomendasikan oleh penulis selama pertemuan
tersebut.
⁃ Publikasi bahasa Inggris tambahan yang relevan diidentifikasi mengikuti pencarian literatur yang dilakukan di PubMed
pada bulan Maret 2020, menggunakan berbagai kombinasi istilah kunci: “antimikroba”, “biofilm”, “kolonisasi kritis”,
“kronis luka”, “sitotoksisitas”, “luka yang tidak sembuh-sembuh”, “polyhexamethylene biguanide”, “polyhexanide”,
“polihexanide”, “povidone iodine”, “perak”, “koloid perak”, “senyawa perak”, “ion perak”, “partikel nano perak”,
“antiseptik topikal”, “pembalut luka”, dan “penyembuhan luka”.
⁃ Istilah kunci dalam semua penelusuran dapat digabungkan menggunakan operator Boolean seperti “ATAU” atau
“DAN”.
⁃ Tidak ada batasan tanggal dalam pencarian yang digunakan. Hanya artikel teks lengkap yang diidentifikasi dari
pencarian yang dianggap relevan secara langsung yang disertakan dalam tinjauan ini, dan sebagian besar artikel ini
adalah akses terbuka.
⁃ Daftar referensi dari makalah yang diidentifikasi juga dicari dengan tangan untuk mengidentifikasi makalah lebih lanjut
yang menarik. Laporan dan disertasi akademik tidak dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam tinjauan ini.
SAMPEL DAN INSTRUMEN

Pada penelitian ini ditininjau kemanjuran antibiofilm, keamanan, dan tolerabilitas antiseptik topikal
dalam perawatan luka kronis dan manajemen biofilm, dengan fokus khusus pada povidoneiodine
(PVP-I) dibandingkan dengan dua antiseptik yang umum digunakan dalam perawatan luka,
polyhexamethylene biguanide/polyhexanide ( PHMB), dan perak. Dan juga mengusulkan
panduan atau algoritme klinis praktis baru untuk perawatan luka kronis yang tidak sembuh
karena kolonisasi kritis atau biofilm.
DATA ANALISA
Dari ketiga antiseptik yang dibahas dalam tinjauan ini, PVP-I memiliki karakteristik khusus yang ideal untuk
pengobatan luka kronis yang tidak sembuh-sembuh karena kolonisasi kritis dan/ atau biofilm, yaitu efikasi
antibiofilm yang kuat, aktivitas antimikroba spektrum luas, luka sifat penyembuhan, dan kecepatan aksi. Ketika
kehadiran biofilm dalam luka kronis sangat dicurigai, dokter harus mengadopsi rencana intervensi awal untuk
menghapus biofilm sesegera mungkin dan mengurangi risiko infeksi.

Menurut algoritma baru yang diusulkan di sini, pencucian mekanis intensif atau pembersihan luka dengan sabun
atau scrub PVP-I akan membantu mempersiapkan dasar luka dengan menghilangkan puing-puing dan biofilm dari
luka. Ini sebaiknya dilakukan tanpa menyebabkan trauma tambahan pada luka. Idealnya, pembersihan luka harus
dilakukan setiap kali mengganti balutan. Hal ini terutama terjadi jika kemungkinan biofilm tinggi, tetapi karakteristik
unik dari setiap dasar luka tertentu harus menentukan frekuensi penggantian balutan. Setelah pembersihan luka,
debridement luka dapat membantu mengganggu biofilm yang tersisa, menghilangkan jaringan nekrotik, dan
merangsang penyembuhan luka.
Debridement dapat dicapai dengan menggunakan sejumlah metode yang berbeda termasuk teknik bedah, mekanik, dan kimia.
Luka kemudian dapat didesinfeksi menggunakan kain kasa yang diresapi dengan larutan dermik PVP-I. Mengingat onset kerja
PVP-I yang cepat, menggunakan waktu kontak minimal 1 menit mungkin cukup untuk membasmi sebagian besar mikroba
yang tersisa di luka. Biofilm tidak sepenuhnya dihilangkan dengan debridement dan dapat dengan cepat tumbuh kembali
dalam waktu 24 jam, jadi debridement saja bukanlah strategi pengobatan yang tepat.

Pertumbuhan kembali biofilm harus dikontrol sesuai dengan status luka, khususnya jumlah eksudat yang dihasilkan luka. Luka
yang seimbang dan lembab lingkungan dipandang penting untuk penyembuhan luka. Eksudat yang tidak cukup atau produksi
eksudat yang berlebihan akan menghambat proses penyembuhan luka. Luka kering tanpa eksudat, yang menghambat aktivitas sel
perbaikan jaringan.

Dengan luka eksudasi rendah dan sedang, dasar luka dan kulit di sekitarnya menjadi semakin basah. Jumlah eksudat yang
berlebihan yang dihasilkan oleh luka yang sangat eksudat dapat menyebabkan maserasi pada kulit di sekitarnya. Oleh karena itu,
penting untuk mengatur tingkat kelembapan dengan memilih balutan yang tepat. Berbagai jenis pembalut tersedia untuk
melindungi luka dan mempercepat penyembuhan. Memilih opsi yang paling tepat dari berbagai macam pembalut yang tersedia
dapat menjadi keputusan perawatan yang sulit, tetapi pada akhirnya harus disesuaikan dengan karakteristik setiap luka dan sabar.
Dressing yang mengatur eksudat dan mendorong keseimbangan lingkungan luka sangat penting untuk hasil pasien yang lebih
baik. Algoritme baru mengusulkan bahwa luka eksudasi rendah hingga sedang dapat diobati dengan gel PVP-I dan tulle PVP-I
dan ditutup dengan pembalut sekunder. Luka dengan eksudasi tinggi dapat diobati dengan gel PVP-I yang dioleskan di bawah
balutan penyerap.

Sampai tanda-tanda perbaikan pada permukaan dasar luka terlihat, pembalut harus diganti setiap hari dan diperiksa secara teratur
untuk perubahan warna, karena setiap perubahan warna dapat mengindikasikan aplikasi ulang PVP-I diperlukan untuk
mempertahankan kemanjuran klinisnya. Pemantauan berkala terhadap status penyembuhan luka diperlukan sesuai dengan
kriteria tertentu, termasuk penilaian ukuran dan kedalaman luka, serta jumlah dan jenis eksudat. Jika ada perbaikan dalam
penyembuhan luka pengobatan dapat kembali ke standar perawatan. Penilaian ulang luka harus dilakukan setiap minggu dan,
jika perlu, prosedur yang diuraikan dalam algoritme dapat dimulai kembali.
HASIL
Bukti terbaru menunjukkan bahwa sebagian besar luka kronis memiliki biofilm yang dapat menghambat
penyembuhan luka dan mengakibatkan pengobatan yang tidak efektif, membebani pasien dan sistem perawatan
kesehatan. PVP-I menunjukkan kemanjuran yang kuat terhadap biofilm yang dibentuk oleh berbagai mikroba
yang ditemukan lazim dalam luka kronis, termasuk S.aureus, S.epidermidis, dan P. aeruginosa.

Mengingat betapa beragamnya komunitas mikroba dalam luka kronis, spektrum aktivitas antimikroba PVP-I yang
lebih luas seharusnya menguntungkan dibandingkan spektrum aktivitas antimikroba yang lebih terbatas yang
ditunjukkan oleh PHMB dan produk yang mengandung perak. PVP-I juga memenuhi semua persyaratan lain dari
antiseptik ideal untuk perawatan luka kronis, termasuk kurangnya resistensi bakteri yang didapat atau resistensi
silang, sifat penyembuhan luka, sitotoksisitas rendah, dan tolerabilitas yang baik.
HASIL
Secara kolektif, karakteristik PVP-I ini menunjukkan bahwa itu merupakan pilihan terapi yang sangat layak dalam
perawatan luka dan manajemen biofilm, dengan potensi untuk menjadi efektif selama tahap terjajah secara kritis,
tahap biofilminfiltrat dari rangkaian infeksi luka. Algoritma baru yang diusulkan menggunakan PVP-I akan
membantu memandu dokter dalam pengobatan pasien dengan luka kronis yang tidak sembuh-sembuh, yang
terbukti sangat tidak responsif terhadap pengobatan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai