Anda di halaman 1dari 17

PERAWATAN LUKA DAN INSISI ABSES

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Mahasiswa mampu:
1. Mengetahui jenis luka dan mekanisme penyembuhan luka
2. Mengetahui prinsip manajemen perawatan luka
3. Mengetahui perawatan beberapa jenis luka seperti luka abses dan ulkus

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Mahasiswa mampu:
1. Mengidentifikasi area dan dimensi luka
2. Mengidentifikasi derajat luka
3. Membebaskan area luka
4. Melakukan irigasi dan pembersihan luka
5. Melakukan insisi dan drainase pada abes
6. Melakukan pembersihan luka dan debridement lokal pada luka ulkus
7. Memilih dan melakukan penutupan luka sesuai dengan keadaan luka

6 Skills lab Sem 2 2019 – 2020


PERAWATAN LUKA DAN INSISI ABSES

1. Luka
1.1. Derajat Luka
Terdapat 4 derajat luka yang membutuhkan perawatan luka, yaitu:
1. Clean wound
Luka tanpa tanda inflamasi maupun infeksi, serta tidak mengganggu organ
internal. Luka ini biasa terjadi di mata, kulit, atau sistem vaskular. Resiko infeksi
luka seperti ini < 2%.
2. Clean-contaminated wound
Luka tanpa tanda infeksi selama tindakan bedah, namun berpotensi mengganggu
organ internal. Biasanya terjadi di paru, appendiks dan vagina. Resiko infeksi luka
seperti ini < 10%.
3. Contaminated
Luka terbuka, biasanya akibat kecelakaan dan dapat mengganggu organ internal.
Darah dan cairan tubuh dapat menutupi luka, sehingga resiko infeksi meningkat
sekitar 13-20%. Biasanya terjadi pada luka insisi setelah tindakan bedah pada
saluran cerna.
4. Dirty-contaminated
Luka yang sudah terinfeksi pada sebelum dilakukannya tindakan bedah. Resiko
infeksi setelahnya meningkat sampai 40%. Pada luka terinfeksi, dibutuhkan
debridement luka bila perlu dengan pisau, dilakukan drainase pada luka abses,
dibutuhkan pemeriksaan kultur dan sensitifitas dari sampel cairan eksudat yang
diperoleh, dilakukan pemerikasaan MRI dan pemberian antibiotik jika
dibutuhkan.

Gambar 1. Luka terinfeksi

7 Skills lab Sem 2 2019 – 2020


Gambar 2. Luka yang telah mengalami perbaikan setelah tindakan bedah

1.2. Tujuan Perawatan Luka


Tujuan dari perawatan luka dengan tindakan bedah, yaitu:
1. Luka segera sembuh tanpa adanya infeksi maupun komplikasi sehingga dapat
memproteksi jaringan di bawahnya
2. Mengembalikan fungsi barrier alami dari kulit
3. Luka dan area sekitar luka secara kosmetik terlihat baik

1.3. Penyembuhan Luka


Penyembuhan luka terjadi melalui 3 cara, yaitu:
1. Penyembuhan primer
Luka bersih, tiap lapisan kulit telah ditutup. Luka akan sembuh segera tanpa
adanya separasi jaringan pada tepi luka dan sedikit kemungkinan terbentuknya
bekas luka parut (scar).
2. Penyembuhan sekunder
Luka pada jaringan di bagian profundal telah ditutup, namun lapisan superfisial
dibiarkan terbuka agar terjadi penyembuhan dari dalam ke luar. Tepi luka tidak
dapat tertutup dan luka memiliki resiko tinggi untuk terinfeksi.
3. Penyembuhan tersier (delayed primary closure)
Luka telah dibersihkan terlebih dahulu dan diobservasi beberapa hari untuk
memastikan tidak adanya infeksi sebelum dilakukan tindakan bedah untuk
penutupan luka. Luka ini biasanya terjadi pada gigitan anjing.

Durasi luka untuk sembuh tergantung dari kondisi kesehatan secara umum dan
jenis luka yang didapat. Kebanyakan luka sembuh dalam waktu 2 minggu pada anak
maupun orang dewasa. Penyembuhan dapat berlangsung lebih lambat jika pasien

8 Skills lab Sem 2 2019 – 2020


adalah perokok dan/atau memiliki penyakit penyerta seperti diabetes, sistem imun
lemah, sedang rutin mengkonsumsi obat steroid atau sedang menjalani kemoterapi.
Luka sehat tanpa infeksi yang sedang mengalami proses penyembuhan, akan muncul
jaringan granulasi. Setelah jaringan granulasi tumbuh, akan dilanjutkan dengan
epitelisasi, kemudian luka akan menutup. Proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh
hal-hal di bawah ini:
1) Tissue (jaringan): pertumbuhan jaringan granulasi dan jaringan epitel
menunjukkan berjalannya proses penyembuhan luka. Jika masih terdapat
jaringan nekrotik atau debris, proses penyembuhan luka akan terganggu
2) Inflammation (peradangan): jika inflamasi tidak dikendalikan, maka akan
mengganggu proses penyembuhan luka
3) Moist (kelembaban): luka yang lembab akan memfasilitasi penyembuhan
luka. Sebaliknya, luka yg kering atau bahkan basah akan menghambat proses
penyembuhan luka
4) Edge/wound edge (tepi luka): tepi luka yang sehat adalah yang
vaskularisasinya baik karena hal tersebut akan memfasilitasi proses
penyembuhan luka. Oleh karena itu penting untuk membersihkan tepi luka
hingga muncul darah di tepi luka nya.

1.4. Jaringan Luka yang Mengalami Penyembuhan


Jaringan luka yang kondusif untuk penyembuhan adalah jaringan yang berwarna
merah (jaringan granulasi) atau merah muda (jaringan epitel) dengan tepi luka sehat.
1. Jaringan granulasi
Ditandai dengan dasar luka diisi dengan jaringan berbentuk seperti granul atau
perkembangan epitel baru, tidak ada sel mati, tidak ada jaringan vaskular, tidak
ada tanda atau gejala infeksi, tepi luka terbuka dengan baik.
Pada penyembuhan luka dapat terjadi keadaan tidak normal seperti hipergranulasi
(jaringan granulasi mengalami pertumbuhan sel berlebihan). Jaringan
hipergranulasi dapat teridentifikasi jika jaringan granulasi terlihat lebih tinggi dari
jaringan di tepi luka.
2. Jaringan epitel
Jaringan ini muncul pada dasar luka dan jaringan sekitarnya, tampak bercahaya
dan berwarna merah muda. Epitelisasi terjadi ketika dermis mengalami regenerasi

9 Skills lab Sem 2 2019 – 2020


pada permukaan luka. Pada kondisi ini, jaringan epitel sangat rentan terhadap
kerusakan akibat gesekan, pergeseran dan tekanan.
3. Tepi luka (wound edge) sehat
Hal ini ditandai dengan adanya pertumbuhan epitel merah muda yang
menandakan pertumbuhan jaringan baru pada tepi luka yang tumbuh di atas
jaringan matang. Bila tepi luka tampak kehitaman, hal ini menunjukkan adanya
kondisi hipoksia. Jika terdapat eritema (kemerahan) pada tepi luka dapat
menunjukkan respon inflamasi fisiologis atau selulitis.
4. Jaringan sekitar luka (periwound)
Warna jaringan sekitar luka sangat penting dalam menentukan indikasi
kerusakan jaringan atau gangguan dalam proses penyembuhan. Idealnya area
sekitar luka berwarna seperti kulit normal. Jika ditemukan eritema,
mengindikasikan adanya infeksi atau gesekan. Adanya edema menunjukkan
adanya inflamasi akibat cedera lanjutan yang dapat diakibatkan oleh tekanan atau
infeksi. Maserasi biasa terjadi akibat terpapar eksudat berlebihan sehingga jaringan
kehilangan pigmentasi yang tampak dengan jelas, bahkan dapat berubah menjadi
warna putih, lunak dan rapuh. Ruam dapat muncul di sekitar luka akibat iritasi dari
cairan eksudat atau iritasi karena plester balut luka.

1.5. Prinsip Manajemen Luka


1. Kontrol atau eliminasi faktor-faktor penyebab
a. Mengurangi tekanan.
Pada luka tekan yang menyebabkan ulkus, pengurangan tekanan dapat
mencegah kerusakan luka lebih lanjut dengan mengupayakan tekanan < 35
mmHg dan melakukan perubahan posisi miring kiri, miring kanan dan
terlentang yang berkala pada tempat tidur dengan mengatur intervalnya.
b. Mengurangi gesekan atau robekan
c. Menjaga kelembaban luka
d. Kompresi untuk meningkatkan aliran balik vena (venous return)
e. Mencegah trauma lebih lanjut
2. Menjaga lingkungan lokal luka yang fisiologis
a. Cegah dan tangani infeksi dengan cara menutup luka (dressing) yang tidak
dapat dipenetrasi oleh bakteri dan kontaminan lain; serta penggunaan
antibiotik jika dibutuhkan
10 Skills lab Sem 2 2019 – 2020
b. Bersihkan luka dengan cairan salin (NaCl 0,9%)
c. Buang jaringan yang non-viable sesuai dengan kondisi luka (debridement)
d. Jaga kelembaban yang optimal. Untuk luka dengan sedikit eksudat, dapat
digunakan teknik penutupan luka yang tidak terlalu lembab. Namun untuk
luka dengan eksudat sedang hingga banyak membutuhkan penutupan luka
yang dapat mengabsorpsi eksudat
e. Kurangi ruang mati (dead space) dengan menggunakan kasa absorben lembab
khususnya pada luka yang besar dan dalam
f. Kontrol bau dengan cara mengganti balut luka secara teratur dan melakukan
pembersihan luka kembali setiap kalinya
g. Hilangkan atau kurangi rasa nyeri, dapat dilakukan dengan memilih teknik
penutupan luka yang tidak menempel pada luka (non-adherent dressing), bila
perlu dapat menggunakan non-adherrent sponge untuk struktur luka dengan
tendo yang terkspos, karena jika penutup luka menempel ke tendo akan
menghambat proses penyembuhan luka
h. Jaga area sekitar luka dengan pemberian losion/minyak agar terjaga
kelembabannya; serta penggantian penutup luka secara teratur
3. Secara sistemik hal-hal yang mendukung penyembuhan luka harus dijaga
a. Optimalkan nutrisi
b. Menyediakan hidrasi adekuat
c. Mengurangi edema (bengkak)
d. Kendalikan glukosa darah
e. Meningkatkan aliran darah (blood flow) dengan menghindari dingin,
mengurangi nyeri, serta tidak mengkonsumsi nikotin dan kafein

1.6. Karakteristik Lingkungan Luka Fisiologis


Lingkungan yang memiliki tingkat kelembaban, temperatur, dan pH optimal,
serta pertumbuhan mikroba yang terkendali pada luka akan mendukung milieu yang
kondusif untuk perbaikan struktur kulit dan restorasi fungsinya.
1. Kelembaban
Kelembaban di epidermis diupayakan terjaga senormal mungkin yaitu 65%.
Lingkungan yang lembab secara fisiologis memfasilitasi migrasi seluler dan
mendukung pembentukan matriks ekstraseluler yang memfasilitasi penyembuhan

11 Skills lab Sem 2 2019 – 2020


luka, mengurangi nyeri, mengurangi fibrosis, menurunkan resiko infeksi dan
memberikan hasil yang baik secara kosmetik.
Pada luka, terjadi kerusakan stratum corneum sehingga terjadi penurunan
kelembaban yang membuat sel desikasi dan berujung pada kematian sel. Durasi
penyembuhan luka dapat lebih lambat jika lingkungan sekitarnya kering,
sehingga sel epitel harus migrasi di bawah permukaan yang kering tersebut untuk
mendapatkan kelembaban yang adekuat. Oleh karena itu, kelembaban harus
terjaga, namun jangan sampai basah.
Penutupan luka dilakukan untuk menggantikan sementara fungsi dari kulit,
sehingga lingkungan lokal luka fisiologis yang lembab namun tidak basah pun
dapat terbentuk. Hidrasi jaringan dapat terjaga dengan salah satu dari cara
menutup luka di bawah ini:
 Penutup luka yang memberikan kelembaban digunakan untuk luka yang kering
 Penutup luka yang mengabsorbsi kelebihan cairan digunakan untuk luka yang
basah

2. Temperatur
Kulit berperan dalam termoregulasi tubuh. Sel secara keseluruhan sangat
dipengaruhi oleh perubahan temperatur. Untuk penyembuhan luka yang baik
diperlukan suhu yang normal. Pada keadaan hipotermia, terjadi peningkatan
resiko terjadinya infeksi luka akibat vasokonstriksi; serta afinitas hemoglobin
terhadap oksigen meningkat, sehingga hal tersebut mengakibatkan penurunan
produksi oksigen reaktif yang menyebabkan penurunan aktifitas fagosit dari
oksigen. Penutupan luka dapat berfungsi untuk mengurangi pendinginan lokal
yang terjadi di area luka.

3. Kendalikan pertumbuhan bakteri


Pertumbuhan patogen dapat dikendalikan dengan:
 Debridement luka
 Irigasi luka
 Penanganan luka yang steril
 Penggunaan antimikroba

12 Skills lab Sem 2 2019 – 2020


 Penggunaan penutup luka semioklusif (penutup luka yang dapat menjaga
kelembaban)
Penutup luka semioklusif dapat mengurangi resiko terjadinya infeksi luka
sebanyak 50% dibandingkan dengan penutup luka tradisional dengan kassa. Hal
ini terjadi akibat peningkatan efisiensi fagositik oleh leukosit endogen yang
muncul karena kelembaban telah terjaga optimal. Selain itu, penggunaan penutup
luka semioklusif memberikan barrier mekanis untuk masuknya bakteri eksogen.

4. pH
pH netral yang dibutuhkan untuk lingkungan fisiologis luka yaitu sesuai
dengan pH dalam darah, sebesar 7,4. pH jaringan luka sedikit ke arah basa, karena
adanya penurunan kelembaban. Pada fistula atau stoma, luka yang dibuat untuk
drainase cairan tubuh baik berupa urin atau feces, akan mempengaruhi pH lokal
luka. Perubahan pH pada luka ini menyebabkan peningkatan resiko invasi bakteri
dan terganggunya matriks metalloproteinase (MMP). Penutup luka semioklusif
dapat memfasilitasi pH yang sedikit ke arah asam menuju netral sehingga
menurunkan resiko infeksi.

1.7. Debridement
Debridement merupakan tindakan membuang debris, kontaminan, jaringan
nekrotik dan jaringan non-viable yang dapat memicu cedera jaringan lebih lanjut dan
dapat memicu pelepasan radikal bebas, kemokin, sitokin, elektrolit secara sistemik,
bahkan myoglobin dan produk kerusakan otot lainnya. Jika berlebihan, produk-produk
tersebut dapat memicu SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome) bahkan
lebih buruk lagi dapat terjadi MODS (Multi Organ Dysfunction Syndrome) yang
memiliki morbiditas dan mortalitas tinggi. MODS terjadi akibat SIRS yang tidak
tertangani dengan baik ataupun lambat tertangani.
Debridement dapat dilakukan pada luka akut maupun kronis; ataupun luka
terinfeksi. Debridement dapat diulang walaupun sedang terjadi proses perbaikan luka.
Namun, ketika dasar luka telah bersih dan jaringan viable muncul yaitu jaringan
granulasi dan epitelisasi, maka debridement tidak lagi dibutuhkan pada area tersebut.
Algoritme dari tindakan debridement dapat dilihat pada Gambar 3. Debridement dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Autolisis
13 Skills lab Sem 2 2019 – 2020
Lisis jaringan nekrotik oleh leukosit dan enzim tubuh yang memasuki area luka
selama inflamasi terjadi.
2. Biosurgical
Menggunakan larva Lucilia sericata yang dapat mensekresi enzim proteolitik
sehingga jaringan nekrotik dan mikroba lain dapat hancur.
3. Kimiawi
Cairan kimia yang biasa digunakan adalah H2O2, merupakan debridement oksidatif
yang memberikan efek buih sehingga debris dapat dihilangkan. Namun H2O2 tidak
digunakan sebagai antimikroba sebab tidak efektif mengurangi pertumbuhan
organisme.
4. Mekanis
Yang paling ekonomis dan sering dilakukan adalah debridement basah ke kering
dengan kassa yang dilembabkan oleh cairan salin (NaCl 0,9%). Selanjutnya
didiamkan pada luka sampai sedikit mengering, lalu di lepas. Debris yang
terperangkap pada luka akan ikut terangkat bersama kassa lembab salin tersebut.
Kasa lembab cairan salin ini dapat diaplikasikan berulang.
5. Debridement tajam
Hal ini diperlukan jika didapatkan jaringan eskar tebal dan luas pada luka, serta jika
terjadi infeksi. Debridement tajam dilakukan dengan menggunakan instrumen steril
seperti gunting, scalpel, forcep dan dilakukan di ruang operasi jika harus melakukan
debridement jaringan luas.

14 Skills lab Sem 2 2019 – 2020


Gambar 3. Algoritma tindakan debridement

Berikut ini adalah hal-hal umum yang perlu diperhatikan dalam perawatan luka
setelah dilakukan tindakan bedah:
1. Cuci tangan sebelum melakukan ganti penutup luka
2. Hindari berendam atau berenang hingga luka jahitan menutup
3. Perawatan luka kering dapat menempel ke luka sehingga menyebabkan kerusakan
jaringan yang telah mengalami perbaikan serta timbul rasa nyeri. Sebelum
mengganti dengan penutup luka yang bersih, pada perawatan luka kering, luka harus
dilembabkan dahulu

15 Skills lab Sem 2 2019 – 2020


4. Jangan menggunakan desinfektan atau antiseptik, seperti H2O2, alkohol atau povidon
iodin, sebab cairan tersebut lebih berpotensi merusak jaringan dibandingkan
membantu penyembuhan luka
5. Antimikroba topikal dibutuhkan jika dicurigai terdapat kolonisasi kuman pada luka
selama kurang lebih 2 minggu hingga tiba waktu untuk evaluasi luka berikutnya
Antimikroba topikal spektrum luas yang biasa digunakan: povidone iodine 1-10%,
chlorhexidine 0,02%, larutan Dakin (sodium hypochlorite), sterile antimicrobial
gauze / tulle, silver dressing ataupun krim antimikroba
6. Kain kassa lebih menimbulkan nyeri, sehingga penutupan luka lebih baik
menggunakan hidrogel, hidrofiber, alginate dan soft silicone yang kurang
menyebabkan nyeri
7. Nyeri dapat dikurangi atau dicegah dengan pemilihan produk penutup luka yang
sesuai dan menggunakan obat anti-nyeri

2. Abses
Luka abses berisi eksudat seropurulen yaitu cairan yang diproduksi tubuh sebagai
respon adanya kerusakan jaringan, dapat berupa pus (nanah) dan/atau darah, yang mengisi
suatu rongga. Pada pemeriksaan, saat inspeksi ditemukan adanya punctum maximum;
selanjutnya dengan palpasi, ditemukan adanya fluktuasi. Penanganan luka abses prinsipnya
terdiri dari: Insisi, Drainase, dan Kuretase.
Insisi dilakukan di punctum maximum abses, yang terlebih dahulu diawali dengan
pemberian anestesi lokal pada tepi abses, kemudian dilanjutkan dengan drainase abses.
Tabung drainase dapat digunakan untuk mengeluarkan pus dan cairan lain yang terkumpul.
Jika tidak terdapat tabung drainase (drainage tube), tindakan drainase abses dapat
menggunakan kassa ataupun potongan sarung tangan steril yang telah dimodifikasi yang
diletakkan dengan renggang pada abses (Gambar 4). Penempatan alat drainase ini
mengakibatkan jaringan superfisial tidak akan menutup terlebih dulu sebelum jaringan
profundal bersih dan sembuh. Selama masih terpasang alat untuk drainase abses, tidak
dilakukan penjahitan luka. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbul abses yang baru.

16 Skills lab Sem 2 2019 – 2020


Gambar 4. Teknik insisi, drainase dan kuretase abses

17 Skills lab Sem 2 2019 – 2020


3. Ulkus
Ulkus adalah luka borok yang menggaung. Selain pasien yang menderita diabetes,
ulkus sering terjadi pada pasien dengan mobilisasi rendah dan pasien dengan immobilisasi,
sehingga timbul luka akibat tekanan. Lokasi ulkus biasa terjadi di tumit kaki, bokong, siku,
dan bahu. Individu dengan usia lebih dari 60 tahun, bayi dan neonatal serta pasien dengan
cedera tulang belakang memiliki resiko tinggi terhadap kejadian luka tekan. Luka tekan
dibagi menjadi 4 stadium berdasarkan NPUAP (National Pressure Ulcer Advisory Panel),
yaitu:
1. Stadium I
Jika dibandingkan dengan kulit normal sekitarnya, terdapat perubahan temperatur kulit
(lebih dingin atau hangat), perubahan konsistensi jaringan (lebih keras atau lunak),
perubahan sensasi (gatal atau nyeri), dan perubahan warna kulit menetap dibandingkan
kulit sehat sekitarnya (warna merah, kebiruan atau keunguan)
2. Stadium II
Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis, atau keduanya. Cirinya
adalah luka superfisial, abrasi, melepuh atau membentuk lubang yang dangkal
3. Stadium III
Hilangnya lapisan kulit lengkap meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan,
atau lebih dalam lagi namun tidak sampai fascia. Luka terlihat seperti lubang yang
dalam.
4. Stadium IV
Hilangnya lapisan kulit yang lengkap dengan kerusakan luas, nekrosis jaringan,
kerusakan pada otot, tulang atau tendon, dan tampak seperti lubang yang dalam
(Gambar 5).

18 Skills lab Sem 2 2019 – 2020


Gambar 5. Stadium ulkus berdasarkan NPUAP

Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan saat merawat luka ulkus, yaitu:
1. Penanganan luka ulkus stadium I-III dapat dilakukan dengan prinsip perawatan luka
pada umumnya, namun untuk stadium IV memerlukan intervensi bedah lanjut seperti
rekonstruksi.
2. Pembersihan luka dapat menggunakan air matang tidak dingin, namun sebaiknya
dengan agen antiseptik seperti povidone iodine.
3. Debridement lokal harus dilakukan sampai tidak ada lagi jaringan nekrotik dan muncul
jaringan granulasi, sebab jaringan nekrotik pada semua luka akan mendorong
pertumbuhan bakteri dan merusak penyembuhan luka.
4. Debridement tajam dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika ulkus dalam dan/atau
luas.
5. Larutan H2O2 dan asam asetat harus dihindari jika telah muncul jaringan granulasi.
6. Pada luka gangren kering atau luka iskemik stabil (kering, tidak edema, tidak eritema,
tidak terinfeksi) tidak dilakukan debridement sebelum perfusi jaringan sekitar telah
baik. Hal ini dapat diketahui dari status vaskularisasi menggunakan ABI (Ankle
Brachial Index).
7. Selanjutnya luka dicuci dengan cairan salin

19 Skills lab Sem 2 2019 – 2020


8. Pemilihan penutup luka harus disesuaikan dengan penilaian dasar luka serta
pertimbangan untuk memelihara lingkungan luka dalam suasana lembab yang dapat
memfasilitasi terjadinya penyembuhan luka. Penutup luka transparant film efektif
menjaga kelembaban luka untuk luka dengan ketebalan superfisial atau parsial.
Transparant film dapat dikombinasi dengan sedikit hidrogel dan hidrokoloid. Hidrogel
dapat digunakan untuk luka dalam dengan eksudat ringan. Alginate dan foam sangat
baik untuk absorbsi eksudat sedang sampai berat pada luka dalam.

20 Skills lab Sem 2 2019 – 2020


PUSAT PENDIDIKAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI JAKARTA

Nama :
NPM :
Kelompok :
TTD :

PENILAIAN KETRAMPILAN MEDIK INSISI DAN DRAINASE ABSES

NILAI
No ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1. Memberi salam dan mengucapkan basmallah
2. Informed consent
3. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
4. Mengidentifikasi area dan dimensi luka abses
5. Mencukur rambut sekitar abses
6. Melakukan desinfeksi menggunakan povidon iodine mulai dari tepi luka melingkar ke
arah luar, dan mengulangi desinfeksi menggunakan alkohol
7. Mempersempit daerah operasi dengan doek steril
8. Melakukan anestesi lokal (menyebutkan dosis dan sediaan)
9. Melakukan aspirasi pus kemudian diserahkan ke laboratorium
10. Melakukan insisi
11. Membersihkan eksudat yang terkumpul di abses dengan cairan NaCl 0,9 %
12. Melakukan drainase abses dengan potongan sarung tangan steril ke dalam celah abses
yang telah dibersihkan dan tutup luka dengan kassa steril
13. Pemberian antibiotik dan analgetik oral
14. Mengucapkan hamdallah dan memberi salam
Jumlah
Keterangan :
0 : tidak dilakukan sama sekali
1 : dilakukan tapi kurang sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna

Jumlah
Nilai : x 100% =
28

Jakarta,............................... Mengetahui,
Penilai Koordinator Skills Lab

( ) ( )

21 Skills lab Sem 2 2019 – 2020


PUSAT PENDIDIKAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI JAKARTA

Nama :
NPM :
Kelompok :
TTD :

PENILAIAN KETRAMPILAN MEDIK PERAWATAN ULKUS

NILAI
No ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1. Memberi salam dan mengucapkan basmallah
2. Informed consent
3. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
4. Mengidentifikasi area, dimensi dan derajat luka ulkus
5. Melakukan desinfeksi menggunakan povidon iodine mulai dari tepi luka melingkar ke
arah luar
6. Mempersempit daerah operasi dengan doek steril
7. Melakukan anestesi lokal
8. Membuang jaringan yang mati
9. Mencuci luka dengan cairan NaCl 0,9 %
10. Melakukan penutupan luka dengan kassa steril lembab oleh NaCl 0,9% (moist)
11. Pemberian antibiotik dan analgetik oral
12. Mengucapkan hamdallah dan memberi salam
Jumlah
Keterangan :
0 : tidak dilakukan sama sekali
1 : dilakukan tapi kurang sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna

Jumlah
Nilai : x 100% =
24

Jakarta,............................... Mengetahui,
Penilai Koordinator Skills Lab

( ) ( )

22 Skills lab Sem 2 2019 – 2020

Anda mungkin juga menyukai