1. Luka
1.1. Derajat Luka
Terdapat 4 derajat luka yang membutuhkan perawatan luka, yaitu:
1. Clean wound
Luka tanpa tanda inflamasi maupun infeksi, serta tidak mengganggu organ
internal. Luka ini biasa terjadi di mata, kulit, atau sistem vaskular. Resiko infeksi
luka seperti ini < 2%.
2. Clean-contaminated wound
Luka tanpa tanda infeksi selama tindakan bedah, namun berpotensi mengganggu
organ internal. Biasanya terjadi di paru, appendiks dan vagina. Resiko infeksi luka
seperti ini < 10%.
3. Contaminated
Luka terbuka, biasanya akibat kecelakaan dan dapat mengganggu organ internal.
Darah dan cairan tubuh dapat menutupi luka, sehingga resiko infeksi meningkat
sekitar 13-20%. Biasanya terjadi pada luka insisi setelah tindakan bedah pada
saluran cerna.
4. Dirty-contaminated
Luka yang sudah terinfeksi pada sebelum dilakukannya tindakan bedah. Resiko
infeksi setelahnya meningkat sampai 40%. Pada luka terinfeksi, dibutuhkan
debridement luka bila perlu dengan pisau, dilakukan drainase pada luka abses,
dibutuhkan pemeriksaan kultur dan sensitifitas dari sampel cairan eksudat yang
diperoleh, dilakukan pemerikasaan MRI dan pemberian antibiotik jika
dibutuhkan.
Durasi luka untuk sembuh tergantung dari kondisi kesehatan secara umum dan
jenis luka yang didapat. Kebanyakan luka sembuh dalam waktu 2 minggu pada anak
maupun orang dewasa. Penyembuhan dapat berlangsung lebih lambat jika pasien
2. Temperatur
Kulit berperan dalam termoregulasi tubuh. Sel secara keseluruhan sangat
dipengaruhi oleh perubahan temperatur. Untuk penyembuhan luka yang baik
diperlukan suhu yang normal. Pada keadaan hipotermia, terjadi peningkatan
resiko terjadinya infeksi luka akibat vasokonstriksi; serta afinitas hemoglobin
terhadap oksigen meningkat, sehingga hal tersebut mengakibatkan penurunan
produksi oksigen reaktif yang menyebabkan penurunan aktifitas fagosit dari
oksigen. Penutupan luka dapat berfungsi untuk mengurangi pendinginan lokal
yang terjadi di area luka.
4. pH
pH netral yang dibutuhkan untuk lingkungan fisiologis luka yaitu sesuai
dengan pH dalam darah, sebesar 7,4. pH jaringan luka sedikit ke arah basa, karena
adanya penurunan kelembaban. Pada fistula atau stoma, luka yang dibuat untuk
drainase cairan tubuh baik berupa urin atau feces, akan mempengaruhi pH lokal
luka. Perubahan pH pada luka ini menyebabkan peningkatan resiko invasi bakteri
dan terganggunya matriks metalloproteinase (MMP). Penutup luka semioklusif
dapat memfasilitasi pH yang sedikit ke arah asam menuju netral sehingga
menurunkan resiko infeksi.
1.7. Debridement
Debridement merupakan tindakan membuang debris, kontaminan, jaringan
nekrotik dan jaringan non-viable yang dapat memicu cedera jaringan lebih lanjut dan
dapat memicu pelepasan radikal bebas, kemokin, sitokin, elektrolit secara sistemik,
bahkan myoglobin dan produk kerusakan otot lainnya. Jika berlebihan, produk-produk
tersebut dapat memicu SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome) bahkan
lebih buruk lagi dapat terjadi MODS (Multi Organ Dysfunction Syndrome) yang
memiliki morbiditas dan mortalitas tinggi. MODS terjadi akibat SIRS yang tidak
tertangani dengan baik ataupun lambat tertangani.
Debridement dapat dilakukan pada luka akut maupun kronis; ataupun luka
terinfeksi. Debridement dapat diulang walaupun sedang terjadi proses perbaikan luka.
Namun, ketika dasar luka telah bersih dan jaringan viable muncul yaitu jaringan
granulasi dan epitelisasi, maka debridement tidak lagi dibutuhkan pada area tersebut.
Algoritme dari tindakan debridement dapat dilihat pada Gambar 3. Debridement dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Autolisis
13 Skills lab Sem 2 2019 – 2020
Lisis jaringan nekrotik oleh leukosit dan enzim tubuh yang memasuki area luka
selama inflamasi terjadi.
2. Biosurgical
Menggunakan larva Lucilia sericata yang dapat mensekresi enzim proteolitik
sehingga jaringan nekrotik dan mikroba lain dapat hancur.
3. Kimiawi
Cairan kimia yang biasa digunakan adalah H2O2, merupakan debridement oksidatif
yang memberikan efek buih sehingga debris dapat dihilangkan. Namun H2O2 tidak
digunakan sebagai antimikroba sebab tidak efektif mengurangi pertumbuhan
organisme.
4. Mekanis
Yang paling ekonomis dan sering dilakukan adalah debridement basah ke kering
dengan kassa yang dilembabkan oleh cairan salin (NaCl 0,9%). Selanjutnya
didiamkan pada luka sampai sedikit mengering, lalu di lepas. Debris yang
terperangkap pada luka akan ikut terangkat bersama kassa lembab salin tersebut.
Kasa lembab cairan salin ini dapat diaplikasikan berulang.
5. Debridement tajam
Hal ini diperlukan jika didapatkan jaringan eskar tebal dan luas pada luka, serta jika
terjadi infeksi. Debridement tajam dilakukan dengan menggunakan instrumen steril
seperti gunting, scalpel, forcep dan dilakukan di ruang operasi jika harus melakukan
debridement jaringan luas.
Berikut ini adalah hal-hal umum yang perlu diperhatikan dalam perawatan luka
setelah dilakukan tindakan bedah:
1. Cuci tangan sebelum melakukan ganti penutup luka
2. Hindari berendam atau berenang hingga luka jahitan menutup
3. Perawatan luka kering dapat menempel ke luka sehingga menyebabkan kerusakan
jaringan yang telah mengalami perbaikan serta timbul rasa nyeri. Sebelum
mengganti dengan penutup luka yang bersih, pada perawatan luka kering, luka harus
dilembabkan dahulu
2. Abses
Luka abses berisi eksudat seropurulen yaitu cairan yang diproduksi tubuh sebagai
respon adanya kerusakan jaringan, dapat berupa pus (nanah) dan/atau darah, yang mengisi
suatu rongga. Pada pemeriksaan, saat inspeksi ditemukan adanya punctum maximum;
selanjutnya dengan palpasi, ditemukan adanya fluktuasi. Penanganan luka abses prinsipnya
terdiri dari: Insisi, Drainase, dan Kuretase.
Insisi dilakukan di punctum maximum abses, yang terlebih dahulu diawali dengan
pemberian anestesi lokal pada tepi abses, kemudian dilanjutkan dengan drainase abses.
Tabung drainase dapat digunakan untuk mengeluarkan pus dan cairan lain yang terkumpul.
Jika tidak terdapat tabung drainase (drainage tube), tindakan drainase abses dapat
menggunakan kassa ataupun potongan sarung tangan steril yang telah dimodifikasi yang
diletakkan dengan renggang pada abses (Gambar 4). Penempatan alat drainase ini
mengakibatkan jaringan superfisial tidak akan menutup terlebih dulu sebelum jaringan
profundal bersih dan sembuh. Selama masih terpasang alat untuk drainase abses, tidak
dilakukan penjahitan luka. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbul abses yang baru.
Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan saat merawat luka ulkus, yaitu:
1. Penanganan luka ulkus stadium I-III dapat dilakukan dengan prinsip perawatan luka
pada umumnya, namun untuk stadium IV memerlukan intervensi bedah lanjut seperti
rekonstruksi.
2. Pembersihan luka dapat menggunakan air matang tidak dingin, namun sebaiknya
dengan agen antiseptik seperti povidone iodine.
3. Debridement lokal harus dilakukan sampai tidak ada lagi jaringan nekrotik dan muncul
jaringan granulasi, sebab jaringan nekrotik pada semua luka akan mendorong
pertumbuhan bakteri dan merusak penyembuhan luka.
4. Debridement tajam dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika ulkus dalam dan/atau
luas.
5. Larutan H2O2 dan asam asetat harus dihindari jika telah muncul jaringan granulasi.
6. Pada luka gangren kering atau luka iskemik stabil (kering, tidak edema, tidak eritema,
tidak terinfeksi) tidak dilakukan debridement sebelum perfusi jaringan sekitar telah
baik. Hal ini dapat diketahui dari status vaskularisasi menggunakan ABI (Ankle
Brachial Index).
7. Selanjutnya luka dicuci dengan cairan salin
Nama :
NPM :
Kelompok :
TTD :
NILAI
No ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1. Memberi salam dan mengucapkan basmallah
2. Informed consent
3. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
4. Mengidentifikasi area dan dimensi luka abses
5. Mencukur rambut sekitar abses
6. Melakukan desinfeksi menggunakan povidon iodine mulai dari tepi luka melingkar ke
arah luar, dan mengulangi desinfeksi menggunakan alkohol
7. Mempersempit daerah operasi dengan doek steril
8. Melakukan anestesi lokal (menyebutkan dosis dan sediaan)
9. Melakukan aspirasi pus kemudian diserahkan ke laboratorium
10. Melakukan insisi
11. Membersihkan eksudat yang terkumpul di abses dengan cairan NaCl 0,9 %
12. Melakukan drainase abses dengan potongan sarung tangan steril ke dalam celah abses
yang telah dibersihkan dan tutup luka dengan kassa steril
13. Pemberian antibiotik dan analgetik oral
14. Mengucapkan hamdallah dan memberi salam
Jumlah
Keterangan :
0 : tidak dilakukan sama sekali
1 : dilakukan tapi kurang sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna
Jumlah
Nilai : x 100% =
28
Jakarta,............................... Mengetahui,
Penilai Koordinator Skills Lab
( ) ( )
Nama :
NPM :
Kelompok :
TTD :
NILAI
No ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1. Memberi salam dan mengucapkan basmallah
2. Informed consent
3. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
4. Mengidentifikasi area, dimensi dan derajat luka ulkus
5. Melakukan desinfeksi menggunakan povidon iodine mulai dari tepi luka melingkar ke
arah luar
6. Mempersempit daerah operasi dengan doek steril
7. Melakukan anestesi lokal
8. Membuang jaringan yang mati
9. Mencuci luka dengan cairan NaCl 0,9 %
10. Melakukan penutupan luka dengan kassa steril lembab oleh NaCl 0,9% (moist)
11. Pemberian antibiotik dan analgetik oral
12. Mengucapkan hamdallah dan memberi salam
Jumlah
Keterangan :
0 : tidak dilakukan sama sekali
1 : dilakukan tapi kurang sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna
Jumlah
Nilai : x 100% =
24
Jakarta,............................... Mengetahui,
Penilai Koordinator Skills Lab
( ) ( )