Anda di halaman 1dari 64

Dr.

HERRY SETYA YUDHA UTAMA,SpB,


FInaCS, MHKes, ICS

- LAHIR DI SUMEDANG 6 NOV 1962 . SD S/D SMA DI SUMEDANG 


- LULUS FK UNPAD TH 87
- KA PUSKESMAS LINGE,BINTANG,BUKIT, ACEH TENGAH TH 87-90 
- ASISTEN AHLI BEDAH RS HASAN SADIKIN TH 90-95
- SPESIALIS BEDAH UNPAD/RSHS TH 95
- KA BAG/SMF BEDAH RS ARJAWINANGUN CIREBON S/D-SEKARANG 
- DIREKTUR MEDIS RS AL ISLAM BANDUNG PERIODE 2000-2003 DAN 2003-
2006
- SEKRETARIS I PERSI JABAR 2001-2004
- WAKIL KETUA MUKISI JABAR 2002-2005
- HUMAS IKABI JABAR S/D SEKARANG
- TIM PEMBINA /SURVEYOR AKREDITASI RUMAH SAKIT DI
DINKES JABAR S/D SEKARANG
- KOMISI ETIKA DAN HUKUM IDI CAB CIREBON S/D SEKARANG
- LULUS MAGISTER HUKUM KESEHATAN Soegija pranata 2007
- TIM MEDIASI PERKARA PERDATA PENGADILAN NEGERI
BANDUNG / SALAH SEORANG PENDIRI BANDUNG MEDIATION
CENTER (BMC)
- DOSEN MAGISTER HUKUM KESEHATAN FAKULTAS HUKUM
UNSWAGATI CIREBON
- KETUA P3D (KEPANITRAAN PENDIDIKAN DOKTER, PEMBIMBING,
PENGUJI FK YARSI DI RSUD ARJAWINANGUN)
- ANGGOTA DEPARTEMEN PEMBELAAN ANGGOTA IKATAN
SARJANA HUKUM INDONESIA (ISHI) CABANG CIREBON
- DOSEN TAMU DI STIKES CIREBON DAN FK UNSWAGATI CIREBON
- KETUA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) KOMISARIAT
WILAYAH III CIREBON
- MEMBER : INTERNATIONAL COLEGE SURGEON ( ICS)
- KELUARGA : DRG . SUSILAWATI , MM (ISTRI), ARIDHA DAN
AURIELLIO MUH ATHALLAH (ANAK) 
Ketika luka timbul, beberapa efek
akan muncul :
 
JENIS JENIS LUKA
 Berdasarkan tingkat kontaminasi
1. Clean Wounds (Luka bersih)
2. Clean-contamined Wounds
3. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi)
4. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi)

 Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka


1. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema)
2. Stadium II : Luka “Partial Thickness”
3. Stadium III : Luka “Full Thickness”
4. Stadium IV : Luka “Full Thickness”
Berdasarkan tingkat
kontaminasi :
1. Clean Wounds (Luka bersih) : yaitu luka bedah tak terinfeksi
yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan
infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan
urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka
yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup.
Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% – 5%.

2. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi) :


merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi,
pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi
terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan
timbulnya infeksi luka adalah 3% – 11%.
3. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi) :
termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat
kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar
dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari
saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi
akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi
luka 10% – 17%.

4. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi)


: yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.
Berdasarkan kedalaman dan
luasnya luka
1. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching
Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan
epidermis kulit.

2. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu


hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan
bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial
dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau
lubang yang dangkal.
3. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit
keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan
subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak
melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai
pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak
mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu
lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan
sekitarnya.

4. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai


lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya
destruksi/kerusakan yang luas.
Jenis luka berdasarkan waktu
penyembuhan luka
1. Luka akut
yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai
dengan konsep penyembuhan yang telah
disepakati.
2. Luka kronis

yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses


penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan
endogen
MEKANISME TERJADINYA
LUKA
1. Luka insisi (Incised Wound)
2. Luka memar (Contusion Wound)

3. Luka lecet (Abraded Wound)

4. Luka tusuk (Punctured Wound)

5. Luka gores (Lacerated Wound)


6. Luka tembus (Penetrating Wound )

7.  Luka bakar (Combustio)

Korban Luka bakar


1. Luka insisi (Incised Wound), terjadi karena teriris
oleh instrument yang tajam. Missal yang terjadi
akibat pembedahan.

2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat


benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak,
perdarahan dan bengkak.

3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit


bergesekan dengan benda lain yang biasanya
dengan benda yang tidak tajam
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya
benda, seperti pisau yang masuk ke dalam kulit dengan
diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang
tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang
menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka
masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung
biasanya lukanya akan melebar.
7. Luka bakar (Combustio), yaitu luka akibat terkena suhu
panas seperti api, matahari, listrik, maupun bahan kimia.
Penyembuhan luka yang
dapat dibagi dalam tiga fase
yaitu
Lamanya penyembuhan:
1. Hemostatis : Perkiraan menit sampai beberapa jam

2. Inflamasi : Hitungan jam sampai dengan beberapa


hari

3. Proliferasi: 4 s/d 14 hari

4. Remodeling: minggu sampai dengan beberapa bulan


PERANAN GROWTH FACTOR

- Growth factor dan sitokin adalah produk polipeptida


pada luka dan juga jaringan normal yang
menstimulasi migrasi dan proliferasi seluler.
- Mereka sering dinamakan untuk sel yang dari tempat
mereka dihasilkan (contoh: platelet-derived growth
factor, PDGF) atau untuk fungsi awal mereka
ditemukan (contoh: fibroblast growth factor, FGF)
- Growth factor dapat bersifat sebagai:
- Autokrin (dimana GF berperan pada sel yang
menghasilkannya)
- Parakrin (dengan dilepaskan ke lingkungan ekstra
seluler, yang berperan segera pada sel sebelahnya)
- Endokrin (yang memberikan efek ketempat yang jauh
dimana GF diekskresikan dan dibawa ketempat efektor
oleh aliran darah).
KLASIFIKASI
PENYEMBUHAN
1. Penyembuhan sekunder (sanatio per secundam
intentionem):
 Luka akan terisi jaringan granulasi dan kemudian
ditutup jaringan epitel.
 Proses ini biasanya makan waktu cukup lama dan
meninggalkan parut yang kurang baik, terutama kalau
lukanya menganga lebar.
2. Penyembuhan primer (sanatio per primam intentionem):

 Terjadi bila luka segera diusahakan bertaut, biasanya dengan


bantuan jahitan.
 Parutan yang terjadi biasanya lebih halus dan kecil.
 Penjahitan luka tidak dapat langsung dilakukan pada luka yang
terkontaminasi berat dan /atau tidak berbatas tegas.
 Luka yang compang-camping atau luka tembak, misalnya,
sering meninggalkan jaringan yang tidak dapat hidup. Keadaan
ini diperkirakan akan menyebabkan infeksi bila luka langsung
dijahit.
 Luka yang demikian akan dibersihkan dan dieksisi
(debridement) dahulu dan kemudian dibiarkan selama
4-7 hari. Baru selanjutnya dijahit dan dibiarkan sembuh
 secara primer. Cara ini umumnya disebut
penyembuhan primer tertunda. Jika, setelah dilakukan
debridement, luka langsung dijahit, dapat diharapkan
penyembuhan primer.
 penambahan tekanan balutan luka steril mungkin
diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi
pembedahan mungkin diperlukan.
Dehiscence dan Eviscerasi

 Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi


yang paling serius.
 Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial
atau total.
 Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah
irisan.
Faktor terjadinya Dehiscence dan
Eviscerasi

kegemukan, kurang nutrisi, multiple trauma, gagal


untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan
dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami
dehiscence luka.
 Dehiscence luka dapat terjadi 4 – 5 hari setelah
operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka.
 Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus
segera ditutup dengan balutan steril yang lebar,
kompres dengan normal saline. Klien disiapkan
untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.
Komplikasi Lanjut

 Keloid dan jaringan parut hipertrofik timbul karena


reaksi serat kolagen yang berlebihan dalam proses
penyembuhan luka. Serat kolagen disini teranyam
teratur.
 Keloid yang tumbuh berlebihan melampaui batas
luka, sebelumnya menimbulkan gatal dan cenderung
kambuh bila dilakukan intervensi bedah.
 Parut hipertrofik hanya berupa parut luka yang
menonjol, nodular, dan kemerahan, yang
menimbulkan rasa gatal dan kadang – kadang nyeri.
 Parut hipertrofik akan menyusut pada fase akhir
penyembuhan luka setelah sekitar satu tahun,
sedangkan keloid tidak.
 Keloid dapat ditemukan di seluruh permukaan
tubuh. Tempat predileksi merupakan kulit, toraks
terutama di muka sternum, pinggang, daerah rahang
bawah, leher, wajah, telinga, dan dahi. Keloid agak
jarang dilihat di bagian sentral wajah pada mata,
cuping hidung, atau mulut.
 Pengobatan keloid pada umumnya tidak
memuaskan. Biasanya dilakukan penyuntikan
kortikosteroid intrakeloid, bebat tekan, radiasi
ringan dan salep madekasol (2 kali sehari selama 3-6
bulan).
 Untuk mencegah terjadinya keloid, sebaiknya
pembedahan dilakukan secara halus, diberikan bebat
tekan dan dihindari kemungkinan timbulnya
komplikasi pada proses penyembuhan luka.
Simple Vertical

Interrupted Matress Horizontal

Sub Cuticuller ( burried)

Suturing

Simple

Continous Locking

Sub Cuticuller (burried)


Interlocking stitch, knotted at each end

Two strands knotted ay each end and


knotted in the middle
Looped suture tied to itself
Simple interrupted

Interrupted Vertical mattress


Interrupted horizontal mattress

Purse-string sutures
Burried Sutures
Interrupted Technique

Subcuticular Sutures
Retention Sutures

Burried Coaptation
PUSTAKA

1 Brigham –narin : the Gale Encyclopedia of Surgery and


medical tests , Gale Cengage Learning, Detroit, 2009.
2 EC Elison, R Zollinger : Atlas of Surgical Operations, ninth
edition, Mc Graw Hill’s medical, New York , 2011.
3 R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong : Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC,
2009
4 Grabb and smith’s , Plastic Surgery , 6 th ed . wolter’s Kluwer,
Philadelphia,2007.
5 J Tjandra,Gordon. Textbook of Surgery . 3 ed. Blackwell
Publishing.2006
6 Lowry SF, Learning Surgery, Springer,2005
7 Schwartz’s, ,Principles of Surgery : nineth
edition,Mc Graw-Hill’s, 2010.
8 sabiston DC : BukuAjar Bedah, Bagian 2, EGC, 1994
9 Suwardi, Dasar dasar Ilmu Bedah: penyembuhan
luka,2OO9
10 Wiesel , Delahay,Essentials of orthopedic Surgery, 4
ed, springer,2007
11 Herry setya yudha utama, Wound Healing :
www.herryyudha.com

Anda mungkin juga menyukai