Anda di halaman 1dari 9

Perawatan Luka

2 DefinisiSecara umum luka didefinisikan sebagai adanya diskontinuitas &/ kerusakan jaringan tubuh
yang menyebabkan gangguan fungsi.Mulai dari luka pada kulit, otot, tulang, pembuluh darah, maupun
organ seperti jantung, usus, dsb, semuanya melalui suatu proses reparatif yang serupa (similar) &
dapat diprediksi (predictable).Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul : Hilangnya seluruh /
sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, perdarahan & pembekuan darah, kontaminasi
bakteri,kematian sel

3 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA


Usia, Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan penyembuhan jaringanInfeksi,
Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan
pada jaringan sel penunjangmenambah ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman
luka.Hipovolemia, Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi & menurunnya
ketersediaan O2 & nutrisi untuk penyembuhan luka.

4 Hematoma (bekuan darah)


Hematoma (bekuan darah). Darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam
sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tsb memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi
tubuhmenghambat proses penyembuhan luka.Benda asing, ex: pasir / mikroorganisme terbentuknya
abses sebelum benda tsb diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati & lekosit ,
yang membentuk suatu cairan yang kentalnanah (“Pus”).6. Iskemia, :p suplai darah pada bagian
tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darahbalutan pada luka terlalu ketatfaktor internal:obstruksi
pada pembuluh darah itu sendiri.

5 7. Diabetes, Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi
tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
8. Pengobatan, Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera,•
Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan, Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan
untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup,
tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.

6 Macam-macam luka Berdasarkan Mekanismenya:


Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris o/ instrumen yang tajam. Misal yang terjadi akibat
pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup o/ sutura seterah seluruh pembuluh darah yang
luka diikat (Ligasi)Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan o/ suatu tekanan &
dikarakteristikkan o/ cedera pada jaringan lunak, perdarahan & bengkak.Luka lecet (Abraded
Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak
tajam.Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru / pisau yang masuk
kedalam kulit dengan diameter yang kecil.Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang
tajam seperti o/ kaca/ kawat.Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ
tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya
lukanya akan melebar.Luka Bakar (Combustio)

7 Menurut tingkat Kontaminasi terhadap luka :


Clean Wounds (Luka bersih), y/ luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan
(inflamasi) & infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital & urinari tidak terjadi. Luka bersih
biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup.
Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% – 5%.Clean-contamined Wounds (Luka bersih
terkontaminasi) luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital / perkemihan dalam
kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka : 3% –
11%.Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat
kecelakaan & operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik / kontaminasi dari saluran cerna;
pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi non purulen. Kemungkinan infeksi luka 10% –
17%.Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme pada
luka.

8 Berdasarkan kedalaman & luasnya luka:


Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : y/ luka yang terjadi pada lapisan epidermis
kulit.Stadium II : Luka “Partial Thickness” : y/ hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis &
bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial & adanya tanda klinis seperti abrasi, lubang yang
dangkal.Stadium III : Luka “Full Thickness” : y/ hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan /
nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang
mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis & fasia tetapi tidak mengenai otot.
Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan / tanpa merusak jaringan
sekitarnya.Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon & tulang
dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

10 Proses penyembuhan luka:


Ada beberapa fase penyembuhan luka yakni:Fase inflamasi: berupa hemostasis & inflamasiFase
proliferatif: terdiri dari epitelialisasi, angiogenesis, pembentukan jaringan granulasi, & deposisi
kolagenFase maturasi: kontraksi, pembentukan jaringan parut (scar tissue), remodeling

11 Fase penyembuhan luka serta waktu yang dibutuhkan tiap fase:


Sel yang TerlibatHemostasisSegera (menit)PateletInflamasiHari 1-3Neutrofil, MakrofagProliferasi
selHari 3-21MakrofagGranulasi & matrix repairHari 7-21Limfosit, AngiositNeurosit,
FibroblastEpitelisasiKeratinositRemodeling/ pembentukan scarHari 21-beberapa tahunFibrosit

12 Jenis dari penyembuhan luka terdiri dari:


Primary wound healing: penyembuhan luka primer – terjadi saat pinggiran luka (wound edges) yang
bersih & masih vital (tidak iskemik/nekrosis) ditemukan dengan aproksimasi yang baik (biasanya
dengan penjahitan) sehingga fase pembentukan jaringan granulasi lebih cepat & epitelialisasi
langsung terjadi dalam beberapa hari (1-3 hari).Secondary wound healing: penyembuhan luka
sekunder – terjadi pada luka yang cukup dalam/ lebar & jarak antara ujung2 luka terlalu jauh,
sehingga tidak dapat dilakukan penjahitan secara langsung. Seluruh fase penyembuhan luka secara
spontan akan dilewati sesuai dengan dalam/luasnya luka & tergantung dari penyakit yang
mendasarinya.Tertiary wound healing: penyembuhan luka tersier – terjadi pada luka yang kurang
vital/jaringan nekrotik cukup banyak/luka cukup dalam/luka kotor, & memerlukan tindakan
debridemen/nekrotomi terlebih dahulu untuk jangka waktu tertentu (hingga luka cukup vital &
bersih), untuk kemudian melewati fase2 penyembuhan luka.

13 Penyembuhan sekunder, jaringan granulasi

14 Beberapa prinsip perawatan luka:


1.Debridement: Seluruh materi asing/nonviable/jaringan nekrotik  “debris” & dapat menghambat
penyembuhan luka  diperlukan tindakan untuk membersihkan luka dari semua materi asing ini.
Nekrotomi (pembuangan jaringan nekrotik) juga termasuk ke dalam debridemen luka. Debridemen
dapat dilakukan berkali-kali (bertahap) sampai seluruh dasar luka (wound bed) bersih & vital. 2.
Moist wound bed: Dasar luka (wound bed) harus selalu lembab. Lembab bukan berarti basah. Kassa
yang direndam dalam larutan seperti NaCl itu “basah” & bukan “lembab”, karena kassa yang basah
dapat menjadi kering, sehingga tidak pernah menjadi lembab. Lembab yang dimaksud adalah adanya
eksudat yang berasal dari sel di dasar luka yang mengandung sel-sel darah putih, growth factors, &
enzim2 yang berguna dalam proses penyembuhan luka. Suasana lembab ini harus dipertahankan
dengan diikuti pencegahan infeksi & pembentukan pus.

15 3.Prevent further injury: Jaringan di sekitar luka biasanya mengalami inflamasi sehingga ikatan
antar selnya kurang kuat. Saat merawat luka, sangat dianjurkan untuk tidak membuat luka/kerusakan
yang baru pada jaringan di sekitarnya. Imobilisasi lama juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan
lainnya misalnya terbentuk ulkus dekubitus, infeksi sekunder, bahkan pneumonia dll. 4.Nutritional
therapy: Nutrisi : suatu terapi & bukan hanya sebagai suplemen/tambahan. Terapi nutrisi sangat
penting dalam proses penyembuhan luka sebab komponen jaringan yang rusak & harus diganti pada
setiap luka memerlukan elemen pengganti yang didapatkan dari asupan nutrisi.

16 5. Treat underlying disease(s): Salah satu faktor yang berpengaruh dalam proses penyembuhan
luka : penyakit yang mendasari luka tersebut, mis., diabetes mellitus, chronic venous insufficiency.
Jika penyakit yang mendasarinya tidak diatasi, kemungkinan besar luka akan sulit sembuh. 6. Work
with the law of nature: “Time heals all wounds”. Sesungguhnya penyembuhan luka dilakukan oleh
tubuh penderita itu sendiri, yang dapat kita lakukan : memberikan suasana & kondisi yang ideal agar
luka dapat sembuh tanpa adanya hambatan/gangguan. Jika seluruh faktor yang menghambat
penyembuhan luka dapat diatasi (mulai dari faktor sistemik sampai keadaan status lokalis luka itu
sendiri), maka tidak ada alasan luka tidak dapat sembuh.

17 5-D TAHAPAN PERAWATAN LUKA SECARA UMUM


1. Describe: Luka akut/ kronis, luas/ kecil, permukaan / dalam, terbuka / tertutup (punctured wound),
dengan atau tanpa underlying diseases, dsb. 2. Debridement (necrotomy, irrigation, drainage): buang
semua debris, pus, jaringan nekrotik, corpus alienum, & semua hal yang menghambat penyembuhan
luka. Jika perlu, lakukan debridement dengan anestesi umum agar pasien tidak kesakitan &
debridement dapat dilakukan dengan sempurna. Hindari injury terhadap jaringan sehat di sekitar luka.
Irigasi cukup dengan cairan berupa NaCl fisiologis 0,9% / aqua (H2O). Hindari pemakaian
antiseptik/cairan lain yang dapat merusak jaringan yang sehat (H2O2, povidone iodine, alkohol, dll).
Debridement hendaknya dilakukan bertahap untuk mencegah kerusakan jaringan sehat yang
berlebihan.

18 3. Dressing (moist wound bed): luka ditutup dengan balutan yang memenuhi prinsip perawatan
luka yakni “moist” / lembab, bukan “wet” atau basah. Jika memungkinkan, pilih dressing yang dapat
menciptakan suasana tekanan negatif pada dasar luka (negative pressure), artinya debris/pus/eksudat
di dasar luka diangkat/dikeluarkan secara kontinu. Pilih tipe wound dressing yang paling ideal &
memenuhi prinsip penanganan luka. 4. Disease: selama penyakit yang mendasari (underlying disease)
timbulnya luka tidak diobati dengan benar (mis. diabetes mellitus, dll), luka tidak akan dapat sembuh
dengan sempurna. 5. Diet: nutrisi yang cukup sangat penting dalam proses penyembuhan luka.

19 PERAWATAN LUKA AKUTLuka akut yaitu luka yang terjadi dalam hitungan jam (s/d 8 jam).
Luka yang dibiarkan lebih dari 8 jam dinamakan neglected wound (luka yang terabaikan).Secara
umum waktu 8 jam ditentukan sebagai “golden period” untuk luka. Jaringan tubuh yang dibiarkan
iskemik (tidak mendapatkan asupan O2 dari darah) selama lebih dari 8 jam akan menjadi nekrosis &
kerusakannya tidak dapat dikembalikan ke keadaan normal (sering disebut irreversible injury). Maka
dari itu sebaiknya perawatan luka dimulai secepatnya sejak luka/injury terjadi & tidak menunggu
hingga nekrosis.Luka akut yang bersih (acute clean wounds) misalnya luka akibat sayatan pisau yang
bersih, dapat dengan segera ditutup/ dijahit sehingga terjadi penyembuhan luka secara primer
(primary wound healing). Luka akut yang kotor memerlukan penanganan debridemen terlebih dahulu
sebelum penjahitan luka, sesuai dengan prinsip perawatan luka secara umum.

20 Debridemen pada luka akut dilakukan sesegera mungkin setelah luka terjadi. Penggunaan
antiseptik pada luka masih kontroversial karena beberapa pendapat mengatakan bahwa luka tidak
perlu harus steril, & flora normal pada luka masih diperlukan untuk melawan kuman patogen.Drosou
et al. mengatakan bahwa penggunaan antiseptik seperti betadine, alkohol, atau peroksida (H2O2)
dapat mengakibatkan kerusakan jaringan sehingga tidak dianjurkan untuk digunakan pada luka
terbuka.Larutan yang ideal digunakan untuk debridemen luka adalah cairan fisiologis (NaCl 0.9%)
sebanyak mungkin sampai luka menjadi bersih.

21 Luka pasca operasi umumnya merupakan luka akut steril, sehingga dapat dipertahankan sampai 3
hari untuk kemudian dilakukan penggantian dressing. Waktu 3 hari dipakai sebagai patokan sesuai
dengan waktu yang diperlukan bagi luka untuk melewati fase proliferasi & epitelisasi pada luka akut
tipe primary healing/repair.Saat epitelisasi ujung-ujung luka terjadi, luka tersebut bukan lagi
dinamakan luka terbuka, oleh karena itu dapat dilakukan wound dressing & pencucian. Pencucian
dilakukan dengan menggunakan air / NaCl fisiologis untuk mencuci krusta & kemungkinan adanya
kuman yang menempel saat dressing dibuka.

22 Perawatan luka kronisLuka kronis : luka yang berlangsung lebih dari 2 minggu tanpa melewati
fase-fase penyembuhan secara sempurna. Mungkin saja suatu luka kronis melewati seluruh fase
penyembuhan namun tanpa mempertahankan fungsi & struktur anatomis yang benar. Luka dapat
menjadi kronis jika terdapat hambatan/gangguan pada saat melewati fase- fase penyembuhan,
misalnya adanya penyakit yang mendasari (biasanya penyakit kronis pula seperti diabetes, dll.),
nutrisi yang kurang, / akibat perawatan luka yang tidak benar.Gangren diabetikum  salah 1 luka
kronis yang paling sering dijumpai dan sering berakhir dengan tindakan amputasi. Perawatan luka
secara baik & benar yang dibarengi dengan kontrol glukosa darah yang teratur sesungguhnya dapat
mencegah tindakan amputasi yang berlebihan.

23 Secara prinsip perawatan luka kronis tidak banyak berbeda dengan luka akut. Debridemen dan
nekrotomi harus dilakukan secara rutin untuk menghilangkan faktor penghambat penyembuhan luka.
Debridemen dapat dilakukan secara bertahap untuk mengurangi kemungkinan further injury pada
jaringan sehat disekitar luka. Prinsip moist wound bed pun harus dilakukan dengan pemilihan wound
dressing yang tepat. Nutrisi & pengobatan penyakit yang mendasari juga harus selalu dievaluasi
supaya pasien memperoleh asupan gizi yang baik untuk mempercepat penyembuhan luka.Luka
maligna (malignant wound), suatu luka yang timbul akibat adanya sel-sel neoplasma maligna di
sekitar luka tersebut, juga dapat dikategorikan sebagai luka kronis. Meskipun demikian, penanganan
luka yang mengikuti prinsip-prinsip di atas dapat menghasilkan penyembuhan luka yang baik.

25 Moist Wound HealingMoist Wound Healing adalah mempertahankan isolasi lingkungan luka yang
tetap lembab dengan menggunakan balutan penahan- kelembaban, oklusive dan semi oklusive.
Penanganan luka ini saat ini digemari terutama untuk luka kronik, seperti ”venous leg ulcers, pressure
ulcers, dan diabetic foot ulcers”.Dan metode moist wound healing adalah metode untuk
mempertahankan kelembaban luka dengan menggunakan balutan penahan kelembaban, sehingga
penyembuhan luka dan pertumbuhan jaringan dapat terjadi secara alami.

26 Keuntungan dari permukaan luka yang lembab:


Mengurangi pembentukan jaringan parutMeningkatkan produksi faktor pertumbuhanMengaktivasi
protease permukaan luka untuk mengangkat jaringan devitalisasi/yang matiMenambah pertahanan
immun permukaan lukaMeningkatkan kecepatan angiogenesis dan proliferasi fibroblastMeningkatkan
proliferasi dan migrasi dari sel-sel epitel disekitar lapisan air yang tipisMengurangi biaya. Biaya
pembelian balutan oklusif lebih mahal dari balutan kasa konvensional, tetapi dengan mengurangi
frekuensi penggantian balutan dan meningkatkan kecepatan penyembuhan dapat menghemat biaya
yang dibutuhkan.

27 Balutan LukaBalutan luka yang moist seperti ”foam/busa, alginate, hydrocolloid, hydrogel, dan
film transparant.” hydrocolloid merupakan balutan yang tahan terhadap air yang membantu pencegah
kontaminasi bakteri. Hydroclloid menyerap eksudat dan melindungi lingkungan dasar luka secara
alami.Hydrogel merupakan gel hydropilik yang meningkatkan kelembaban pada area luka. Hydrogel
rehidrasi dasar luka dan melunakkan jaringan nekrotik.Film transparan merupakan balutan yang tahan
terhadap air yang semi oklusive, berarti air dan gas dapat melalui permukaan balutan film transparan
ini dan termasuk juga dapat mempertahankan lingkungan luka yang tetap lembab.

28 Berbagai tipe ”moist wound dressing” (balutan luka yang mampu mempertahankan
kelembaban)
Foam/BusaBalutan foam/busa dapat menyerap banyak cairan, sehingga digunakan pada tahap awal
masa pertumbuhan luka, bila luka tersebut banyak mengeluarkan drainase. Balutan busa nyaman dan
lembut bagi kulit dan dapat digunakan untuk pemakaian beberapa hari. Bentuk, ukuran, dan ketebalan
dari busa tersebut sangat bervariassi, dengan atau tanpa perekat pada permukaannya.

29 Contoh foam/busa:

30 Foam silikon lunak/balutan yang menyerap


Balutan jenis ini menggunakan bahan silikon yang direkatkan, pada permukaan yang kontak dengan
luka. Silikon membantu mencegah balutan foam melekap pada permukaan luka atau sekitar kulit pada
pinggir luka. Hasilnya menghindarkan luka dari trauma akibat balutan saat mengganti balutan, dan
membantu proses penyembuhan. Balutan luka silikon lunak ini dirancang untuk luka dengan drainase
dan luas.

31 Contoh balutan foam silikon lunak:

32 Balutan wafer berperekat/ balutan hydrocolloid


Balutan hidrokoloid ”water-loving” dirancanga elastis, merekat, dan dari agen-agen gell (seperti
pectin atau gelatin) dan bahan-bahan absorben/penyerap lainnya. Bila dikenakan pada luka, drainase
dari luka berinteraksi dengan komponen-komponen dari balutan untuk membentuk seperti gel yang
menciptakan lingkungan yang lembab untuk penyembuhan luka. Balutan hidrokoloid ada dalam
bermacam bentuk, ukuran, dan ketebalan, dan digunakan pada luka dengan jumlah drainase sedikit
atau sedang. Balutan jenis ini biasanya diganti satu kali selama 5-7 hari, tergantung pada metode
aplikasinya, lokasi luka, derajad paparan kerutan-kerutan dan potongan-potongan, dan inkontinensia.
Balutan hidrokoloid tidak biasa digunakan pada luka yang terinfeksi.

34 HydrogelsHidrogel tersedia dalam bentuk lembaran, seperti serat kasa, atau gel. Gel akan memberi
rasa sejuk dan dingin pada luka, yang akan meningkatkan rasa nyaman pasien. Gel sangat baik
menciptakan dan mempertahankan lingkungan penyembuhan luka yang moist/lembab dan digunakan
pada jenis luka dengan drainase yang sedikit. Gel diletakkan langsung diatas permukaan luka, dan
biasanya dibalut dengan balutan sekunder (foam atau kasa) untuk mempertahankan kelembaban
sesuai level yang dibutuhkan untuk mendukung penyembuhan luka.

36 HydrofibersHidrofiber merupakan balutan yang sangat lunak dan bukan tenunan atau balutan pita
yang terbuat dari serat sodium carboxymethylcellusole, beberapa bahan penyerap sama dengan yang
digunakan pada balutan hidrokoloid. Komponen-komponen balutan akan berinteraksi dengan drainase
dari luka untuk membentuk gel yang lunak yang sangat mudah dieliminir dari permukaan luka.
Hidrofiber digunakan pada luka dengan drainase yang sedang atau banyak, dan luka yang dalam dan
membutuhkan balutan sekunder. Hidrofiber dapat juga digunakan pada luka yang kering sepanjang
kelembaban balutan tetap dipertahankan (dengan menambahkan larutan normal salin). Balutan
hidrofiber dapat dipakai selama 7 hari, tergantung pada jumlah drainase pada luka.

38 AlginatesAlginat lunak dan bukan tenunan yang dibentuk dari bahan dasar ganggang laut.
Alginate tersedai dalam bentuk ”pad” atau sumbu. Alginate dan hidrofiber merupakan tipe produk
yang sama. Pada kasus ini, alginate akan menjadi lunak, tidak lengket dengan luka. Alginate juga
digunakan pada luka dengan drainase sedang hingga berat dan tidak dapat digunakan pada luka yang
kering. Balutan dapat dipotong sesuai kebutuhan, bentuk luka yang akan dibalut, atau dapat dilapisi
untuk menambah penyerapan.

40 GauzeBalutan kasa terbuat dari tenunan dan serat non tenunan, rayon, poliester, atau kombinasi
dari serat lainnya. Berbagai produk tenunan ada yang kasar dan berlubang, tergantung pada
benangnya.

41 Transparan Film
42 Pembersih LukaMembersihkan permukaan luka dengan mengangkat bakteri dan drainase. Produk
yang digunakan dapat mengandung deterjen. Dapat juga digunakan normal saline untuk
membersihkan luka tanpa membahayakan jaringan yang baru tumbuh.

43 Kriteria dressing: Maintain moist wound bed


Controlled bacterial colonizationNegative pressure – absorbentEasy and simple to useAct as bacterial
barrierEffective dressing change requirementPromotes healthy granulation tissue formationPromotes
epithelializationInert and safeReduce & eliminate pain at wound siteNot causing pain on dressing
removalCost effectiveSeaman S, J. Am Podiatric Med Ass, 92(1),24-33,2002

PENGKAJIAN Cek Perncanaan keperawatan klien Kaji fase penyembuhan luka Kaji kompres yang
digunakan pada luka Kaji keluaran luka PERENCANAAN Cuci tangan di air mengalir Persiapan
alat : a. Di dalam bak steril Pinset anatomis 2 buah Sarung tangan steril Gunting angkat jahitan Kom
steril (2 Buah) Kassa steril secukupnya Kapas steril secukupnya Lidi kapas secukupnya b. Tidak steril
Bengkok Gunting verband Plester Korentang Alas dan perlak Alkohol/ wash bensin Larutan-larutan
dalam botol IMPLEMENTASI a. Membuka balutan lama Alas dipasang Bengkok didekatkan Angkat
balutan dengan basahi plester dengan alkohol atau wash bensin Paket steril dibuka dengan benar
Larutan NaCl atau betadine atau yang diperlukan di tuang ke kom (terlebih dahulu dibuang ke
bengkok) Pakai Sarung tangan dengan benar yang sebelumnya balutan lama telah dibuang dengan
satu pincet anatomis Pincet anatomis dan cirurgis diambil Kapas dan kassa untuk kompres diperas dan
dipersiapkan terlebih dahulu Tangan kanan memegang pincet chirurgis dan tangan kiri memegang
pincet anatomis, lalu mengambil kapas basah dengan pincet anatomis dan dipindahkan ke pincet
chirurgis Luka dibersihkan dengan benar (dari atas ke bawah, samping kiri dan kanan. Sirkuler)
Jahitan dibuka dengan cara simpul ditarik dengan pincet chirurgis dan gunting menahan kulit saat
benang ditarik Luka dibersihkan kembali (atas bawah, samping kiri kanan, sirkuler) Keadaan luka
dikaji (Kemerahan, pembengkakan, sakit, appximation, dscharge, bau) Luka dikeringkan dengan
kassa kering yang diambil dengan pincet anatomis kemdian dipindahkan ke pincet cirurgis di tangan
kanan Oles Betadine dengan lidi watten Luka ditutup dengan kassa (wet to dry, wet, Dry) Luka di beri
plester atau dibalut dengan pembalut yang benar dan rapih Alat-alat dibereskan EVALUASI
Mengemukakan kepada klien mengenai hasil pengkajian

Luka dan laserasi adalah keluhan umum yang membawa pasien ke pusat perawatan darurat dan
darurat. Unit gawat darurat di Amerika Serikat menangani sekitar 12,2 juta pasien untuk penutupan
luka dan penanganan luka setiap tahunnya. [1] Komplikasi perawatan luka yang paling umum adalah
infeksi pada luka, dengan infeksi parah terjadi pada 2,47% luka yang dijahit di unit gawat
darurat. [2] Irigasi luka merupakan bagian penting dari manajemen luka dan merupakan intervensi
terbesar dalam perawatan luka yang dapat mengurangi risiko infeksi. [3]Tujuan dari irigasi luka
adalah untuk menghilangkan benda asing, mengurangi kontaminasi bakteri pada luka, dan untuk
menghilangkan sisa-sisa seluler atau eksudat dari permukaan luka. Irigasi luka harus cukup kuat untuk
mencapai tujuan di atas, namun cukup lembut untuk menghindari trauma jaringan lebih lanjut atau
masuknya bakteri dan benda asing lebih dalam ke dalam luka. Irigasi luka melibatkan cairan tubuh
yang mungkin memercik dan menyembur karena penggunaan tekanan; oleh karena itu, peralatan
pelindung diri yang tepat sangat penting untuk keselamatan penyedia layanan luka yang melakukan
irigasi luka. Langkah-langkah penting dari irigasi luka meliputi penilaian luka, anestesi luka,
pembersihan pinggiran luka, dan irigasi dengan larutan di bawah tekanan.
Pergi ke:

Anatomi dan Fisiologi


Dua lapisan utama kulit adalah epidermis dan dermis. Epidermis terdiri dari sel-sel epitel, dan dermis
terdiri dari jaringan ikat padat dan tidak beraturan tempat pembuluh darah, folikel rambut, kelenjar
keringat, dan struktur lainnya berada. Hipodermis terletak di bawah dermis dan sebagian besar terdiri
dari jaringan ikat longgar dan lemak. Otot, tendon, ligamen, tulang, dan tulang rawan semuanya
terletak di bawah hipodermis. [4]
Pergi ke:

Indikasi
Irigasi luka diindikasikan dalam penanganan luka akut dan kronis, terutama luka yang akan menjalani
penjahitan, perbaikan bedah, atau debridemen.
Pergi ke:

Kontraindikasi
Irigasi mungkin tidak diperlukan untuk area tertentu yang memiliki banyak pembuluh darah seperti
kulit kepala. [5] Luka dengan fistula atau sinus dengan kedalaman yang tidak diketahui harus
menjalani evaluasi yang cermat sebelum irigasi dilakukan untuk menghindari bakteri dan kotoran
yang mengandung cairan masuk lebih jauh ke dalam luka atau ruang tubuh lainnya.
Pergi ke:

Peralatan
Berbagai metode pemberian irigasi telah dijelaskan dengan menggunakan berbagai peralatan. Alat
suntik piston berukuran 35 hingga 50mL dengan mangkuk irigasi mata terpasang di ujungnya dapat
digunakan untuk mengairi dan mengurangi percikan kembali cairan irigasi. Jarum suntik 35mL
dengan kateter 19G ditempatkan di ujungnya menghasilkan tekanan yang diperlukan untuk
menghilangkan kotoran dan mengurangi beban bakteri pada luka. Trik perdagangan lainnya termasuk
menempatkan satu liter cairan isotonik dalam kantong bertekanan pada tiang infus dan memasang
kateter ukuran 18 di ujungnya yang dapat memberikan aliran cairan irigasi terus menerus di bawah
tekanan yang sama. Anda juga dapat menggunakan jarum ukuran 18, membuat 3 atau 4 lubang pada
tutup botol irigasi, dan ini akan menciptakan tekanan yang dibutuhkan dengan menekan botol sedikit
demi sedikit.
Alat pelindung diri harus selalu digunakan saat membersihkan dan mengairi luka. Irigasi luka
merupakan prosedur aseptik sehingga mencuci tangan, mengenakan sarung tangan, masker wajah, dan
pelindung mata membantu menghindari kontaminasi pada luka dan juga melindungi penyedia layanan
dari paparan cairan tubuh.
Anestesi luka dapat dilakukan dengan injeksi lidokain 1%, lidokain 1% atau 2% dengan injeksi epi,
atau injeksi bupivakain 0,5% di sekitar lokasi luka. Seseorang juga dapat menggunakan aplikasi
topikal dari sediaan LET (lidokain-epinefrin-tetrasikain).
Berbagai bahan pembersih luka tersedia seperti dijelaskan di bawah ini:
 Solusi Povidone-iodine- tindakan bakterisida yang kuat dan luas terhadap bakteri gram positif
dan gram negatif; agak beracun bagi sel-sel sehat dan jaringan granulasi.
 Klorheksidin - Sangat bersifat bakterisidal terhadap bakteri gram positif, lebih sedikit bersifat
bakterisidal terhadap bakteri gram negatif
 Poloxamer 188 - Tidak ada efek bakterisidal; tindakan seperti sabun untuk menghilangkan
kotoran dan minyak
Berbagai solusi irigasi tersedia untuk irigasi luka seperti dijelaskan di bawah ini:
 Normal Saline - tidak beracun bagi jaringan dan memiliki tonisitas yang serupa dengan cairan
fisiologis; paling umum digunakan
 Air Steril - tidak beracun bagi jaringan tetapi bersifat hipotonik dan dapat menyebabkan lisis
sel
 Air Minum - digunakan di lingkungan yang sulit dimana air steril atau garam tidak
tersedia; tidak ada perbedaan yang ditemukan dalam penggunaan air minum vs. air steril
dalam tingkat infeksi luka
Pergi ke:

Personil
Irigasi luka mudah dilakukan oleh satu orang. Untuk luka yang besar atau sulit dijangkau, orang
kedua mungkin diperlukan untuk membantu memposisikan pasien atau memanipulasi luka untuk
visualisasi yang lebih baik. Petugas medis, perawat, mahasiswa kedokteran, penyedia layanan tingkat
menengah, dan dokter semuanya dapat melakukan irigasi luka dengan sukses. Luka dengan fistula
atau saluran luka yang kedalaman atau arah lukanya tidak diketahui harus dievaluasi dan diairi oleh
penyedia layanan kesehatan tingkat lanjut.
Pergi ke:

Persiapan
Pasien harus menyetujui lukanya diperiksa, dibius, dibersihkan, dan diairi setelah mendiskusikan
risiko dan manfaatnya. Alergi pasien harus diperiksa sebelum penggunaan atau suntikan obat apa
pun. Posisi pasien harus sedemikian rupa sehingga pasien dan penyedia layanan merasa nyaman
selama prosedur. Operator harus mencuci tangannya sebelum prosedur. Meskipun anestesi lengkap
pada luka biasanya tidak mungkin dilakukan, anestesi lokal harus dilakukan sebelum irigasi karena
hal ini berkontribusi pada toleransi irigasi yang lebih baik. Bagian luar luka harus dibersihkan mulai
dari luka dan kemudian bergerak keluar dalam lingkaran konsentris. Bantalan penyerap harus
ditempatkan di bawah pasien untuk meminimalkan limpasan cairan ke lantai dan tempat tidur
pemeriksaan.
Pergi ke:

Teknik atau Perawatan


Dijelaskan secara rinci di bawah ini adalah teknik jarum suntik piston yang dapat dilakukan di hampir
semua lingkungan dengan peralatan yang universal di sebagian besar klinik medis.
Alat suntik berukuran 35 hingga 50mL dapat dipasang pada penutup mata (untuk mencegah percikan
kembali) atau kateter plastik ukuran 18. Jarum suntik dapat diisi dengan larutan irigasi pilihan
operator seperti dibahas di atas. Rakitan yang terdiri dari plastik ukuran 19 yang dipasang pada alat
suntik berukuran 35 hingga 50 mL menghasilkan tekanan 25 hingga 40 PSI saat mendorong laras alat
suntik dengan kedua tangan. [6] Batas atas tekanan yang dapat menyebabkan cedera pada jaringan
adalah 70 PSI. Penelitian telah menggunakan 250mL cairan irigasi per 5cm panjang luka atau sekitar
50mL per sentimeter panjang luka. [7] Setelah operator yakin bahwa luka telah mendapat irigasi yang
cukup dan tidak ada benda asing yang tersisa, dokter dapat melanjutkan pembalut luka atau perbaikan
primer tergantung pada situasinya.
Pergi ke:

Komplikasi
Irigasi luka tidak boleh dilakukan jika luka mengeluarkan darah secara aktif, karena irigasi dapat
menghilangkan gumpalan yang terbentuk. Irigasi luka yang tidak lengkap dapat menyebabkan sisa
kotoran atau cairan bernanah tertinggal di dalam luka, terutama pada abses yang dapat berakhir
dengan pembentukan sinus. Saat menggunakan povidone-iodine, berhati-hatilah agar tidak
menuangkannya terlalu banyak ke dalam luka, namun harus digunakan pada tepi luka.
Pergi ke:

Signifikansi Klinis
Penatalaksanaan luka yang tepat mencakup irigasi luka karena dapat mempercepat penyembuhan
luka, menurunkan risiko infeksi, dan menurunkan risiko masuk rumah sakit.
Pergi ke:

Meningkatkan Hasil Tim Layanan Kesehatan


Infeksi luka adalah salah satu risiko paling signifikan dalam penanganan luka dan penutupan
luka. [8] Irigasi Luka merupakan bagian integral dari penanganan luka kronis dan akut [9] . Perawatan
optimal bagi pasien dengan luka dan/atau laserasi paling baik dicapai melalui kolaborasi
antarprofesional di antara para profesional kesehatan. Irigasi luka adalah contoh yang sangat baik dari
prosedur di mana setiap anggota tim layanan kesehatan dapat memainkan peran penting dalam
mengurangi risiko dan meningkatkan hasil bagi pasien [10]. Perawat memegang peranan yang sangat
penting dalam perawatan pasien yang mengalami luka dan/atau laserasi. Perawat perlu membantu
dokter selama persiapan pasien sebelum operasi. Selama prosedur irigasi luka, perawat membantu
penyedia layanan dalam memposisikan pasien dengan benar dan memastikan bahwa semua peralatan
yang diperlukan tersedia. Setelah prosedur, perawat memantau pasien dan harus waspada terhadap
perubahan yang tidak diinginkan pada tanda-tanda vital pasien. Setiap perubahan pada status luka
dan/atau laserasi harus segera dilaporkan kepada penyedia layanan kesehatan. Standar pelayanan
terbaik terhadap pasien luka hanya dapat dicapai melalui kolaborasi harmonis antar tim
interprofesional.
Pergi ke:

Keperawatan, Kesehatan Sekutu, dan Pemantauan Tim Interprofesional


 Tanda-tanda vital
 Skor nyeri
 Gejala dan/atau tanda infeksi luka
 Gejala dan/atau tanda dehisensi luka
 Gejala dan/atau tanda anafilaksis atau alergi terhadap larutan irigasi
Pengertian :Suatu tindakan pembersihan secara mekanis dengan larutan isotonic atau pengangkatan
fisikterhadap jaringan debris, benda asing atau eksudat dengan kasa atau dengan spuit.2. Tujuan :a.
Menghilangkan esudat dan debris, benda asing dari luka yang lambat sembuh. b. Memberikan panas
pada area yang sakit.c. Untuk meningkatkan penumbuhan atau memudahkan pengolesan obat luka

Anda mungkin juga menyukai