Anda di halaman 1dari 44

PERAWATAN LUKA

KOTOR/ INFEKSI/
KRONIS
Definisi
 Secara umum luka didefinisikan sebagai adanya
diskontinuitas &/ kerusakan jaringan tubuh yang
menyebabkan gangguan fungsi.

 Mulai dari luka pada kulit, otot, tulang, pembuluh


darah, maupun organ seperti jantung, usus, dsb,
semuanya melalui suatu proses reparatif yang serupa
(similar) & dapat diprediksi (predictable).

 Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :


Hilangnya seluruh / sebagian fungsi organ, respon
stres simpatis, perdarahan & pembekuan darah,
kontaminasi bakteri,kematian sel
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENYEMBUHAN LUKA
1. Usia, Semakin tua seseorang maka akan
menurunkan kemampuan penyembuhan
jaringan
2. Infeksi, Infeksi tidak hanya menghambat
proses penyembuhan luka tetapi dapat juga
menyebabkan kerusakan pada jaringan sel
penunjangmenambah ukuran dari luka itu
sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka.
3. Hipovolemia, Kurangnya volume darah akan
mengakibatkan vasokonstriksi & menurunnya
ketersediaan O2 & nutrisi untuk
penyembuhan luka.
4. Hematoma (bekuan darah). Darah pada luka secara
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam
sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar
hal tsb memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi
tubuhmenghambat proses penyembuhan luka.

5. Benda asing, ex: pasir / mikroorganisme


terbentuknya abses sebelum benda tsb diangkat.
Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati
& lekosit , yang membentuk suatu cairan yang
kentalnanah (“Pus”).

6. Iskemia, :p suplai darah pada bagian tubuh akibat


dari obstruksi dari aliran darahbalutan pada luka
terlalu ketatfaktor internal:obstruksi pada
pembuluh darah itu sendiri.
Lanjtn…

7. Diabetes, Hambatan terhadap sekresi insulin akan


mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi
tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal
tersebut juga akan terjadi penurunan protein-
kalori tubuh.

8. Pengobatan, Steroid : akan menurunkan mekanisme


peradangan normal tubuh terhadap cedera,•
Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan,
Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum
pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi
yang spesifik. Jika diberikan setelah luka
pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat
koagulasi intravaskular.
Macam-macam luka
Berdasarkan Mekanismenya:
1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris o/ instrumen
yang tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih
(aseptik) biasanya tertutup o/ sutura setelah seluruh pembuluh
darah yang luka diikat (Ligasi)
2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan o/ suatu
tekanan & dikarakteristikkan o/ cedera pada jaringan lunak,
perdarahan & bengkak.
3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan
benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti
peluru / pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam
seperti o/ kaca/ kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ
tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi
pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
7. Luka Bakar (Combustio)
Menurut tingkat Kontaminasi terhadap luka :
a.Clean Wounds (Luka bersih), y/ luka bedah tak terinfeksi
yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) &
infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital &
urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan
luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase
tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1%
– 5%.
b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi)
luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan,
genital / perkemihan dalam kondisi terkontrol,
kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya
infeksi luka : 3% – 11%.
c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka
terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan & operasi dengan
kerusakan besar dengan teknik aseptik / kontaminasi dari
saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut,
inflamasi non purulen. Kemungkinan infeksi luka 10% –
17%.
d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu
terdapatnya mikroorganisme pada luka.
Berdasarkan kedalaman & luasnya luka:

1. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) :


y/ luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
2. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : y/ hilangnya
lapisan kulit pada lapisan epidermis & bagian atas dari
dermis. Merupakan luka superficial & adanya tanda klinis
seperti abrasi, lubang yang dangkal.
3. Stadium III : Luka “Full Thickness” : y/ hilangnya kulit
keseluruhan meliputi kerusakan / nekrosis jaringan
subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak
melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai
pada lapisan epidermis, dermis & fasia tetapi tidak
mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu
lubang yang dalam dengan / tanpa merusak jaringan
sekitarnya.
4. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai
lapisan otot, tendon & tulang dengan adanya
destruksi/kerusakan yang luas.
Proses penyembuhan luka:

Ada beberapa fase penyembuhan luka yakni:


1. Fase inflamasi: berupa hemostasis &
inflamasi
2. Fase proliferatif: terdiri dari
epitelialisasi, angiogenesis, pembentukan
jaringan granulasi, & deposisi kolagen
3. Fase maturasi: kontraksi, pembentukan
jaringan parut (scar tissue), remodeling
Fase penyembuhan luka serta waktu yang
dibutuhkan tiap fase:
Fase Penyembuhan Waktu Sel yang Terlibat
Luka

Hemostasis Segera (menit) Patelet


Inflamasi Hari 1-3 Neutrofil, Makrofag

Proliferasi sel Hari 3-21 Makrofag


Granulasi & matrix Hari 7-21 Limfosit, Angiosit
repair Neurosit, Fibroblast
Epitelisasi Hari 3-21 Keratinosit
Remodeling/ Hari 21-beberapa Fibrosit
pembentukan scar tahun
Jenis dari penyembuhan luka terdiri dari:
1. Primary wound healing: penyembuhan luka primer – terjadi saat
pinggiran luka (wound edges) yang bersih & masih vital (tidak
iskemik/nekrosis) ditemukan dengan aproksimasi yang baik
(biasanya dengan penjahitan) sehingga fase pembentukan
jaringan granulasi lebih cepat & epitelialisasi langsung terjadi
dalam beberapa hari (1-3 hari).
2. Secondary wound healing: penyembuhan luka sekunder –
terjadi pada luka yang cukup dalam/ lebar & jarak antara
ujung2 luka terlalu jauh, sehingga tidak dapat dilakukan
penjahitan secara langsung. Seluruh fase penyembuhan luka
secara spontan akan dilewati sesuai dengan dalam/luasnya luka
& tergantung dari penyakit yang mendasarinya.
3. Tertiary wound healing: penyembuhan luka tersier – terjadi
pada luka yang kurang vital/jaringan nekrotik cukup
banyak/luka cukup dalam/luka kotor, & memerlukan tindakan
debridemen/nekrotomi terlebih dahulu untuk jangka waktu
tertentu (hingga luka cukup vital & bersih), untuk kemudian
melewati fase2 penyembuhan luka.
Penyembuhan sekunder, jaringan
granulasi
Beberapa prinsip perawatan luka:
1.Debridement:
Seluruh materi asing/nonviable/jaringan nekrotik  “debris” &
dapat menghambat penyembuhan luka  diperlukan tindakan
untuk membersihkan luka dari semua materi asing ini. Nekrotomi
(pembuangan jaringan nekrotik) juga termasuk ke dalam
debridemen luka. Debridemen dapat dilakukan berkali-kali
(bertahap) sampai seluruh dasar luka ( wound bed) bersih & vital.
2. Moist wound bed:
Dasar luka (wound bed) harus selalu lembab. Lembab bukan
berarti basah. Kassa yang direndam dalam larutan seperti NaCl
itu “basah” & bukan “lembab”, karena kassa yang basah dapat
menjadi kering, sehingga tidak pernah menjadi lembab. Lembab
yang dimaksud adalah adanya eksudat yang berasal dari sel di
dasar luka yang mengandung sel-sel darah putih , growth factors,
& enzim2 yang berguna dalam proses penyembuhan luka. Suasana
lembab ini harus dipertahankan dengan diikuti pencegahan infeksi
& pembentukan pus.
3.Prevent further injury:
Jaringan di sekitar luka biasanya mengalami inflamasi
sehingga ikatan antar selnya kurang kuat. Saat
merawat luka, sangat dianjurkan untuk tidak
membuat luka/kerusakan yang baru pada jaringan di
sekitarnya. Imobilisasi lama juga dapat menyebabkan
kerusakan jaringan lainnya misalnya terbentuk ulkus
dekubitus, infeksi sekunder, bahkan pneumonia dll.
4.Nutritional therapy:
Nutrisi : suatu terapi & bukan hanya sebagai
suplemen/tambahan. Terapi nutrisi sangat penting
dalam proses penyembuhan luka sebab komponen
jaringan yang rusak & harus diganti pada setiap luka
memerlukan elemen pengganti yang didapatkan dari
asupan nutrisi.
5. Treat underlying disease(s):
Salah satu faktor yang berpengaruh dalam proses
penyembuhan luka : penyakit yang mendasari luka
tersebut, mis., diabetes mellitus, Jika penyakit
yang mendasarinya tidak diatasi, kemungkinan
besar luka akan sulit sembuh.
6. Work with the law of nature:
“Time heals all wounds”. Sesungguhnya
penyembuhan luka dilakukan oleh tubuh penderita
itu sendiri, yang dapat kita lakukan : memberikan
suasana & kondisi yang ideal agar luka dapat
sembuh tanpa adanya hambatan/gangguan. Jika
seluruh faktor yang menghambat penyembuhan
luka dapat diatasi (mulai dari faktor sistemik
sampai keadaan status lokalis luka itu sendiri),
maka tidak ada alasan luka tidak dapat sembuh.
5-D TAHAPAN PERAWATAN LUKA SECARA
UMUM
1. Describe: Luka akut/ kronis, luas/ kecil, permukaan
/ dalam, terbuka / tertutup (punctured wound),
dengan atau tanpa underlying diseases, dsb.
2. Debridement (necrotomy, irrigation, drainage):
buang semua debris, pus, jaringan nekrotik, corpus
alienum, & semua hal yang menghambat penyembuhan
luka. Jika perlu, lakukan debridement dengan
anestesi umum agar pasien tidak kesakitan &
debridement dapat dilakukan dengan sempurna.
Hindari injury terhadap jaringan sehat di sekitar
luka. Irigasi cukup dengan cairan berupa NaCl
fisiologis 0,9% / aqua (H2O). Hindari pemakaian
antiseptik/cairan lain yang dapat merusak jaringan
yang sehat (H2O2, povidone iodine, alkohol, dll).
Debridement hendaknya dilakukan bertahap untuk
mencegah kerusakan jaringan sehat yang berlebihan.
3. Dressing (moist wound bed): luka ditutup dengan
balutan yang memenuhi prinsip perawatan luka
yakni “moist” / lembab, bukan “wet” atau basah.
Jika memungkinkan, pilih dressing yang dapat
menciptakan suasana tekanan negatif pada dasar
luka (negative pressure), artinya
debris/pus/eksudat di dasar luka
diangkat/dikeluarkan secara kontinu. Pilih tipe
wound dressing yang paling ideal & memenuhi
prinsip penanganan luka.
4. Disease: selama penyakit yang mendasari
(underlying disease) timbulnya luka tidak diobati
dengan benar (mis. diabetes mellitus, dll), luka
tidak akan dapat sembuh dengan sempurna.
5. Diet: nutrisi yang cukup sangat penting dalam
proses penyembuhan luka.
PERAWATAN LUKA AKUT
 Luka akut yaitu luka yang terjadi dalam hitungan jam
(s/d 8 jam). Luka yang dibiarkan lebih dari 8 jam
dinamakan neglected wound (luka yang terabaikan).
 Secara umum waktu 8 jam ditentukan sebagai
“golden period” untuk luka. Jaringan tubuh yang
dibiarkan iskemik (tidak mendapatkan asupan O2
dari darah) selama lebih dari 8 jam akan menjadi
nekrosis & kerusakannya tidak dapat dikembalikan ke
keadaan normal (sering disebut irreversible injury).
 Luka akut yang bersih (acute clean wounds) misalnya
luka akibat sayatan pisau yang bersih, dapat dengan
segera ditutup/ dijahit sehingga terjadi
penyembuhan luka secara primer (primary wound
healing). Luka akut yang kotor memerlukan
penanganan debridemen terlebih dahulu sebelum
penjahitan luka, sesuai dengan prinsip perawatan luka
secara umum.
Lanjt luka akut

 Debridemen pada luka akut dilakukan sesegera


mungkin setelah luka terjadi. Penggunaan
antiseptik pada luka masih kontroversial karena
beberapa pendapat mengatakan bahwa luka
tidak perlu harus steril, & flora normal pada
luka masih diperlukan untuk melawan kuman
patogen.
 Drosou et al. mengatakan bahwa penggunaan
antiseptik seperti betadine, alkohol, atau
peroksida (H2O2) dapat mengakibatkan
kerusakan jaringan sehingga tidak dianjurkan
untuk digunakan pada luka terbuka.
 Larutan yang ideal digunakan untuk
debridemen luka adalah cairan fisiologis (NaCl
0.9%) sebanyak mungkin sampai luka menjadi
bersih.
• Luka pasca operasi umumnya merupakan luka akut
steril, sehingga dapat dipertahankan sampai 3 hari
untuk kemudian dilakukan penggantian dressing.
Waktu 3 hari dipakai sebagai patokan sesuai dengan
waktu yang diperlukan bagi luka untuk melewati fase
proliferasi & epitelisasi pada luka akut tipe primary
healing/repair.
• Saat epitelisasi ujung-ujung luka terjadi, luka
tersebut bukan lagi dinamakan luka terbuka, oleh
karena itu dapat dilakukan wound dressing &
pencucian. Pencucian dilakukan dengan menggunakan
air / NaCl fisiologis untuk mencuci krusta &
kemungkinan adanya kuman yang menempel saat
dressing dibuka.
Perawatan luka kronis

• Luka kronis : luka yang berlangsung lebih dari 2 minggu


tanpa melewati fase-fase penyembuhan secara
sempurna. Mungkin saja suatu luka kronis melewati
seluruh fase penyembuhan namun tanpa
mempertahankan fungsi & struktur anatomis yang benar.
Luka dapat menjadi kronis jika terdapat
hambatan/gangguan pada saat melewati fase-fase
penyembuhan, misalnya adanya penyakit yang mendasari
(biasanya penyakit kronis pula seperti diabetes, dll.),
nutrisi yang kurang, / akibat perawatan luka yang tidak
benar.
• Gangren diabetikum  salah 1 luka kronis yang paling
sering dijumpai dan sering berakhir dengan tindakan
amputasi. Perawatan luka secara baik & benar yang
dibarengi dengan kontrol glukosa darah yang teratur
sesungguhnya dapat mencegah tindakan amputasi yang
berlebihan.
• Secara prinsip perawatan luka kronis tidak banyak
berbeda dengan luka akut. Debridemen dan
nekrotomi harus dilakukan secara rutin untuk
menghilangkan faktor penghambat penyembuhan
luka. Debridemen dapat dilakukan secara bertahap
untuk mengurangi kemungkinan further injury pada
jaringan sehat disekitar luka. Prinsip moist wound
bed pun harus dilakukan dengan pemilihan wound
dressing yang tepat. Nutrisi & pengobatan penyakit
yang mendasari juga harus selalu dievaluasi supaya
pasien memperoleh asupan gizi yang baik untuk
mempercepat penyembuhan luka.
• Luka maligna (malignant wound), suatu luka yang
timbul akibat adanya sel-sel neoplasma maligna di
sekitar luka tersebut, juga dapat dikategorikan
sebagai luka kronis. Meskipun demikian, penanganan
luka yang mengikuti prinsip-prinsip di atas dapat
menghasilkan penyembuhan luka yang baik.
Moist Wound Healing
• Moist Wound Healing adalah mempertahankan
isolasi lingkungan luka yang tetap lembab dengan
menggunakan balutan penahan-kelembaban,
oklusive dan semi oklusive. Penanganan luka ini saat
ini digemari terutama untuk luka kronik, seperti
”venous leg ulcers, pressure ulcers, dan diabetic
foot ulcers”.
• Dan metode moist wound healing adalah metode
untuk mempertahankan kelembaban luka dengan
menggunakan balutan penahan kelembaban,
sehingga penyembuhan luka dan pertumbuhan
jaringan dapat terjadi secara alami.
Keuntungan dari permukaan luka yang lembab:
• Mengurangi pembentukan jaringan parut
• Meningkatkan produksi faktor pertumbuhan
• Mengaktivasi protease permukaan luka untuk
mengangkat jaringan devitalisasi/yang mati
• Menambah pertahanan immun permukaan luka
• Meningkatkan kecepatan angiogenesis dan
proliferasi fibroblast
• Meningkatkan proliferasi dan migrasi dari sel-sel
epitel disekitar lapisan air yang tipis
• Mengurangi biaya. Biaya pembelian balutan oklusif
lebih mahal dari balutan kasa konvensional, tetapi
dengan mengurangi frekuensi penggantian balutan
dan meningkatkan kecepatan penyembuhan dapat
menghemat biaya yang dibutuhkan.
Balutan Luka
• Balutan luka yang moist seperti ”foam/busa,
alginate, hydrocolloid, hydrogel, dan film
transparant.” hydrocolloid merupakan balutan yang
tahan terhadap air yang membantu pencegah
kontaminasi bakteri. Hydroclloid menyerap eksudat
dan melindungi lingkungan dasar luka secara alami.
• Hydrogel merupakan gel hydropilik yang
meningkatkan kelembaban pada area luka. Hydrogel
rehidrasi dasar luka dan melunakkan jaringan
nekrotik.
• Film transparan merupakan balutan yang tahan
terhadap air yang semi oklusive, berarti air dan gas
dapat melalui permukaan balutan film transparan ini
dan termasuk juga dapat mempertahankan
lingkungan luka yang tetap lembab.
Berbagai tipe ”moist wound
dressing” (balutan luka yang
mampu mempertahankan
kelembaban)
Foam/Busa
• Balutan foam/busa dapat menyerap banyak cairan,
sehingga digunakan pada tahap awal masa
pertumbuhan luka, bila luka tersebut banyak
mengeluarkan drainase. Balutan busa nyaman dan
lembut bagi kulit dan dapat digunakan untuk
pemakaian beberapa hari. Bentuk, ukuran, dan
ketebalan dari busa tersebut sangat bervariassi,
dengan atau tanpa perekat pada permukaannya.
Contoh foam/busa:
Foam silikon lunak/balutan yang menyerap
• Balutan jenis ini menggunakan bahan silikon
yang direkatkan, pada permukaan yang
kontak dengan luka. Silikon membantu
mencegah balutan foam melekap pada
permukaan luka atau sekitar kulit pada
pinggir luka. Hasilnya menghindarkan luka
dari trauma akibat balutan saat mengganti
balutan, dan membantu proses
penyembuhan. Balutan luka silikon lunak ini
dirancang untuk luka dengan drainase dan
luas.
Contoh balutan foam
silikon lunak:
Balutan wafer berperekat/ balutan hydrocolloid
• Balutan hidrokoloid ”water-loving” dirancanga elastis,
merekat, dan dari agen-agen gell (seperti pectin atau
gelatin) dan bahan-bahan absorben/penyerap lainnya.
Bila dikenakan pada luka, drainase dari luka
berinteraksi dengan komponen-komponen dari balutan
untuk membentuk seperti gel yang menciptakan
lingkungan yang lembab untuk penyembuhan luka.
Balutan hidrokoloid ada dalam bermacam bentuk,
ukuran, dan ketebalan, dan digunakan pada luka
dengan jumlah drainase sedikit atau sedang. Balutan
jenis ini biasanya diganti satu kali selama 5-7 hari,
tergantung pada metode aplikasinya, lokasi luka,
derajad paparan kerutan-kerutan dan potongan-
potongan, dan inkontinensia. Balutan hidrokoloid tidak
biasa digunakan pada luka yang terinfeksi.
Hydrogels
• Hidrogel tersedia dalam bentuk lembaran,
seperti serat kasa, atau gel. Gel akan memberi
rasa sejuk dan dingin pada luka, yang akan
meningkatkan rasa nyaman pasien. Gel sangat
baik menciptakan dan mempertahankan
lingkungan penyembuhan luka yang
moist/lembab dan digunakan pada jenis luka
dengan drainase yang sedikit. Gel diletakkan
langsung diatas permukaan luka, dan biasanya
dibalut dengan balutan sekunder (foam atau
kasa) untuk mempertahankan kelembaban
sesuai level yang dibutuhkan untuk mendukung
penyembuhan luka.
Hydrofibers
• Hidrofiber merupakan balutan yang sangat lunak dan
bukan tenunan atau balutan pita yang terbuat dari
serat sodium carboxymethylcellusole, beberapa
bahan penyerap sama dengan yang digunakan pada
balutan hidrokoloid. Komponen-komponen balutan
akan berinteraksi dengan drainase dari luka untuk
membentuk gel yang lunak yang sangat mudah
dieliminir dari permukaan luka. Hidrofiber digunakan
pada luka dengan drainase yang sedang atau banyak,
dan luka yang dalam dan membutuhkan balutan
sekunder. Hidrofiber dapat juga digunakan pada luka
yang kering sepanjang kelembaban balutan tetap
dipertahankan (dengan menambahkan larutan normal
salin). Balutan hidrofiber dapat dipakai selama 7
hari, tergantung pada jumlah drainase pada luka.
Alginates
• Alginat lunak dan bukan tenunan yang dibentuk
dari bahan dasar ganggang laut. Alginate
tersedai dalam bentuk ”pad” atau sumbu.
Alginate dan hidrofiber merupakan tipe produk
yang sama. Pada kasus ini, alginate akan
menjadi lunak, tidak lengket dengan luka.
Alginate juga digunakan pada luka dengan
drainase sedang hingga berat dan tidak dapat
digunakan pada luka yang kering. Balutan dapat
dipotong sesuai kebutuhan, bentuk luka yang
akan dibalut, atau dapat dilapisi untuk
menambah penyerapan.
Gauze
• Balutan kasa terbuat dari tenunan dan
serat non tenunan, rayon, poliester,
atau kombinasi dari serat lainnya.
Berbagai produk tenunan ada yang
kasar dan berlubang, tergantung pada
benangnya.
• Transparan Film
Pembersih Luka
• Membersihkan
permukaan luka dengan
mengangkat bakteri
dan drainase. Produk
yang digunakan dapat
mengandung deterjen.
Dapat juga digunakan
normal saline untuk
membersihkan luka
tanpa membahayakan
jaringan yang baru
tumbuh.
Kriteria dressing:
• Maintain moist wound bed
• Controlled bacterial colonization
• Negative pressure – absorbent
• Easy and simple to use
• Act as bacterial barrier
• Effective dressing change requirement
• Promotes healthy granulation tissue formation
• Promotes epithelialization
• Inert and safe
• Reduce & eliminate pain at wound site
• Not causing pain on dressing removal
• Cost effective
Jazakumulloh khoiron katsiro

Anda mungkin juga menyukai