Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN KEGANASAN SISTEM

INTEGUMEN

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah System


Integumen

Dosen Pembimbing :
Leni Indrawati, S.Kep, Ners, M.Kep

Disusun oleh kelompok 6 :


1. Mariska Dwi Noviyanti
2. Muhamad Zaki Fathuriza
3. Siti Haniatul Ma’rifah
4. Bima Antoni
5. Ilham Syah Akbar

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hutama Abdi Husada


Tulungagung
Tahun Pelajaran 2019 / 2020
KATA PENGATAR

Alhamdulillah, penulis mengucapkan puji dan syukur yang sebesar-


besarnya kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah dan petunjuk-Nya yang
berlimpah sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini.
Adapun judul dari Laporan Pendahuluan ini adalah tentang “Laporan Pendahuluan
Keganasan Sistem Integumen”.
Penyusunan Laporan Pendahuluan ini merupakan salah satu syarat untuk
melengkapi tugas Sytem Intergumen. Dalam menyelesaikan Laporan Pendahuluan,
penyusun mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik berupa saran, bimbingan
dan dukungan moril dan materil akhirnya laporan pendahuluan ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Penyusun menyadari laporan pendahuluan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, penyusun mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat
membangun demi kesempurnaan laporan pendahuluan ini. Semoga laporan
pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri dan semua pihak yang
membacanya.

Tulungagung, 03 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengatar
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Urtikaria
B. Klasifikasi
C. Etiologi
D. Patofisiologi
E. PATHWAY
F. Manifestasi Klinis
G. Komplikasi
H. Pemeriksaan Diagnostik
I. Penatalaksanaan Medis
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
B. Diagnosa
C. Intervensi
D. Implemtasi
E. Evaluasi
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sistem Imun adalah sistem pertahanan manusia sebagai perlindungan


terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk virus,
bakteri, protozoa dan parasit.Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem
perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada
suatu organisme.

Kulit merupakan organ tubuh terluar yang terpenting yang berfungsi


sebagai sawar (barrier), karena kulit merupakan organ pemisah antara bagian di
dalam tubuh dengan lingkungan di luar tubuh. Kulit secara terus-menerus terpajan
terhadap faktor lingkungan, berupa faktor fisik, kimiawi, maupun biologik.

Bagian terpenting kulit untuk menjalankan fungsinya sebagai sawar adalah


lapisan paling luar, disebut sebagai stratum korneum atau kulit ari.Meskipun
ketebalan kulit hanya 15 milimikro, namun sangat berfungsi sebagai penyaring
benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Apabila terjadi kerusakan yang
disebabkan oleh faktor lingkungan dan melampaui kapasitas toleransi serta daya
penyembuhan kulit, maka akan terjadi penyakit.

Sindrom Steven Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema,


vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lendir yang
orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk.

Urtikaria, yang dikenal dengan hives, terdiri atas plak edematosa (wheal)
yang terkait dengan gatal yang hebat (pruritus). Urtikaria terjadi akibat pelepasan
histamine selama respons peradangan terhadap alegi sehingga individu menjadi
tersensitisasi.Urtikaria kronis dapat menyertai penyakit sistemik seperti hepatitis,
kanker atau gangguan tiroid.
B. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian dari urtikaria ?


b. Apakah etiologi urtikaria ?
c. Bagaimana tanda dan gejala urtikaria ?
d. Bagaimana patofisiologi dari urtikaria ?
e. Bagaimana pathway dari urtikaria ?
f. Bagaimana komplikasi urtikaria ?
g. Bagaimana pemeriksaan dari urtikaria ?
h. Bagaimana penunjang dari urtikaria ?
i. Bagaimana penatalaksanaan dari urtikaria ?

C. Tujuan

a. Memahami Pengkajian keperawatan.


b. Memahami Identifikasi/Analisa masalah (Diagnosa Keperawatan)
c. Memahami Intervensi keperawatan.
d. Memahami Implementasi keperawatan.
e. Memahami Evaluasi keperawatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Urtikaria
Urtikaria adalah lesi sementara yang terdiri dari bentol sentral yang dikelilingi
oleh haloeritematosa.Lesi tersendiri adalah bulat, lonjong, atau berfigurata, dan
seringkali menimbulkan rasa gatal. (Harrison, 2005)

Urtikaria, yang dikenal dengan hives, terdiri atas plak edematosa (wheal) yang
terkait dengan gatal yang hebat (pruritus). Urtikaria terjadi akibat pelepasan
histamine selama respons peradangan terhadap alegi sehingga individu menjadi
tersensitisasi.Urtikaria kronis dapat menyertai penyakit sistemik seperti hepatitis,
kanker atau gangguan tiroid. (Elizabeth, 2007)

Urtikaria merupakan istilah klinis untuk suatu kelompok kelainan yang


ditandai dengan adanya pembentukan “bilur-bilur” – pembekakan kulit yang dapat
hilang tanpa meninggalkan bekas yang terlihat.Pada umumnya kita semua pernah
merasakan salah satu bentuk urtikaria akibat jath (atau didorong) hingga gatal-gatal.
Gambaran patologis yang utama adalah didapatkannya edema dermal akibat
terjadinya dilatasi vascular, seringkali sebagai respons terhadap histamine (dan
mungkin juga mediator-mediator yang lain) yang dilepas oleh sel mast.(Tony,
2005)

B. Klasifikasi

Jenis urtikaria :

1. Idiopatik adalah kelompok terbesar, merupakan sepertiga dari kasus


urtikaria akut dan dua pertiga dari urtikaria kronik.
2. Fisik. Sekitar 15% kasus. Biasanya dapat ditemukan penyebab yang
dikenali. Terdapat beberapa jenis ;
a. Dermatografisme : reaksi terhadap goresan keras pada kulit yang timbul
dalam 1 sampai 3 menit dan berlangsung 5 sampai 10 menit.
b. Urtikaria kolinergik. Olahraga atau berkeringat merupakan agen
pencetusnya, menyebabkan timbulnya 10% reaksi, mengenai orang
muda, dan dapat berlangsung selama 6 sampai 8 tahun. Lesi timbul
sebagai wheal berukuran 1 sampai 2 mm pada dasar eritematosa yang
menyaru serta ditemukan pada batang badan dan lengan tanpa mengenai
telapak tangan, telapak kaki, dan aksila.
c. Urtikaria dingin. Reaksi terhadap pajanan dingin atau penghangatan
kembali setelah terpajan dingin
d. Urtikaria sinar matahari. Reaksi yang jarang terjadi, disebabkan oleh
pajanan sinar matahari. Penyakit ini timbul sebagai pruritus dan eritema,
yang diikuti oleh urtikaria. Awitan mendadak dan timbul pada setiap
kelompok usia.
e. Urtikaria tekanan lambat. Reaksi yang jarang terjadi, disebabkan oleh
tekanan terus-menerus.
f. Urtikaria akuagenik. Reaksi yang jarang terjadi, disebabkan oleh kontak
dengan air. Urtikaria panas setempat. Reaksi yang jarang terjadi,
disebabkan oleh air panas.
C. Etiologi

Etiologi Urtikaria :

1. Gangguan kulit primer


a. Urtikaria fisikal, yang terdiri dari:
b. Dermatografisme
c. Urtikaria solaris
d. Urtikaria dingin
e. Penyakit sistemik

2. Urtikaria kolinergik

Penyebab terjadinya urtikari bisa karena:

1. Obat-obatan sistemik dapat menimbulkan urtikaria secara imunologik yang


mampu menginduksi degranasi sel mast, bahan kolinergik misalnya
asetilkolin, dilepaskan oleh saraf kolinergik kulit yang mekanismenya
belum diketahui langsung dapat mempengaruhi sel mast untuk melepaskan
mediator. Obat-obatan seperti : Aspirin, kodein, morfin, OAINS
2. Jenis makanan yang dapat menyebabakan alergi misalnya: telur, ikan,
kerang, coklat, jenis kacang tertentu, tomat, tepung, terigu, daging sapi,
udang, dll.
3. Inhalan bisa dari serbuk sari, spora, debu rumah.
4. Infeksi Sepsis fokal (misalnya infeksi saluran kemih, infeksi saluran
pernafasan atas, hepatitis,Candida spp, protozoa, cacing)
5. Sistemik : SLE, retikulosis, dan karsinoma
6. Faktor fisik seperti cahaya (urtikaria solar), dingin (urtikaria dingin),
gesekan atau tekanan (dermografisme), panas (urtikaria panas), dan getaran
(vibrasi) dapat langsung menginduksi degranulasi sel mast.
7. Genetik, terjadi difesiensi alfa-2 glikoprotein yang mengakibatkan
pelepasan mediator alergi.
D. Patofisiologi

Patofisiologi urtikaria :

Urtikaria sering terjadi dan merupakan akibat dari degranulasi sel mast
(reaksi imunolpgis tipe 1) sebagai respons terhadap antigen, dengan pelepasan
histamin dan mediator vasoaktif lainnya, yang menyebabkan timbulnya eritema
dan edema. Pasien-pasien dengan kondisi ini, 70% diantaranya mengalami
urtikaria idiopatik (dimana antigennya tidak diketahui), sisanya mengalami
bentuk urtikaria lain. Urtikaria, jika berat juga dapat mengenai jaringan subkutan
dan mengakibatkan terjadinya angioedema (pembengkakan pada tangan, bibir,
sekitar mata, dan walaupun jarang tetapi penting untuk diperhatikan yaitu pada
lidah atau laring). (Davey, 2005)

Proses urtikaria akut dimulai dari ikatan antigen pada reseptor IgE yang
saling berhubungan dan kemudian menempel pada sel mast atau basofil.
Selanjutnya, aktivasi dari sel mast dan basofil akan memperantarai keluarnya
berbagai mediator peradangan. Sel mast menghasilkan histamine, triptase,
kimase, dan sitokin.Bahan-bahan ini meningkatkan kemampuan degranulasi sel
mast dan merangsang peningkatan aktivitas ELAM dan VCAM, yang memicu
migrasi limfosit dan granulosit menuju tempat terjadinya lesi urtikaria
(Anonimous, 2007).
Peristiwa ini memicu peningkatan permeabilitas vascular dan menyebabkan
terjadinya edema lokal yang dikenal sebagai bintul (wheal).Pasien merasa gatal
dan bengkak pada lapisan dermal kulit.Urtikaria akut bisa terjadi secara sistemik
jika allergen diserap kulit lebih dalam dan mencapai sirkulasi.Kondisi ini terjadi
pada urtikaria kontak, misalnya urtikaria yang terjadi karena pemakaian sarung
tangan latex, dimana latex diserap kulit dan masuk ke aliran darah, sehingga
menyebabkan urtikaria sistemik.

Urtikaria akut juga bisa terjadi pada stimulasi sel mast tanpa adanya ikatan
IgE dengan allergen. Misalnya, pada eksposure pada media radiocontrast, dimana
pada saat proses radiologi berlangsung, akan terjadi perubahan osmolalitas pada
lingkungan yang mengakibatkan sel mast berdegranulasi (Anonimous, 2007).

Faktor imunologik maupun nonimunologik mampu merangsang sel mast


atau basofil untuk melepaskan mediator tersebut.Pada yang nonimunologik
mungkin sekali siklik AMP (adenosin mono phosphate) memegang peranan
penting pada pelepasan mediator.Beberapa bahan kimia seperti golongan amin
dan derivate amidin, obat-obatan seperti morfin, kodein, polimiksin, dan beberapa
antibiotic berperan pada keadaan ini.

Bahan kolinergik misalnya asetilkolin, dilepaskan oleh saraf kolinergik


kulit yang mekanismenya belum diketahui langsung dapat mempengaruhi sel mast
untuk melepaskan mediator.Faktor fisik misalnya panas, dingin, trauma tumpul,
sinar X, dan pemijatan dapat langsung merangsang sel mast.Beberapa keadaan
misalnya demam, panas, emosi, dan alcohol dapat merangsang langsung pada
pembuluh darah kapiler sehingga terjadi vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas (Djuanda, 2008).

Faktor imunologik lebih berperan pada urtikaria yang akut daripada yang
kronik, biasanya IgE terikat pada permukaan sel mast dan atau sel basofil karena
adanya reseptor Fc bila ada antigen yang sesuai berikatan dengan IgE maka terjadi
degranulasi sel, sehingga mampu melepaskan mediator. Keadaan ini jelas tampak
pada reaksi tipe I (anafilaksis), misalnya alergi obat dan makanan.
Komplemen juga ikut berperan, aktivasi komplemen secara klasik maupun
secara alternative menyebabkan pelepasan anafilatoksin (C3a, C5a) yang mampu
merangsang sel mast dan basofil, misalnya tampak akibat venom atau toksin
bakteri.Ikatan dengan komplemen juga terjadi pada urtikaria akibat reaksi
sitotoksik dan kompleks imun pada keadaan ini juga dilepaskan zat
anafilatoksin.Urtikaria akibat kontak terjadi pemakaian bahan serangga, bahan
kosmetik, dan sefalosporin.

E. PATHWAY

Faktor Imunologi : Faktor non – Imunologi : Tekanan terus


- Bahan 2 kimia menerus /
- Genetik goresan
- Jumlah antibody IgE - Paparan Fisik

dalam darah banyak - Zat Kolinergik

Sel Mast Terangsang Pembengkakan pada


daerah yang tertekan

Pelepasan Histamin

Vasodilatasi Peningkat Permeabilitas


Pembuluh darah Kapiler Setempat
Digaruk berlebihan Terjadi pada malam hari

Lesi Sering Terbangun Gg. Pola tidur

Risiko Infeksi

Kerusakan Integritas
Jaringan

F. Manifestasi Klinis

Bentuk klinis Urtikaria fisik : (Tony, 2005)

1. Dermografisme : bilur-bilur tampak sesudah adanya bekas-bekas garukan.


Hal ini bisa timbul tersendiri atau bersama dengan bentuk-bentuk urtikaria
yang lain.

2. Penekanan (timbulnya belakangan) : bilur-bilur timbul dalam waktu


sampai 24 jam sesudah terjadinya penekanan.

3. Urtikaria kolinergik : yang diserang adalah laki-laki muda ; kulit yang


berkeringat disertai oleh adanya bilur-bilur kecil berwarna putih dengan
lingkaran berwarna merah pada badan bagian atas.

G. Komplikasi

1.Purpura dan excoriasi

2.Infeksi sekunder

3.Bibir kering
H. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan Diagnostis Urtikaria :

1. Uji

a. Urtikaria akut. Uji laboratorium pada umumnya tidak diperlukan.


b. Urtikaria kronik. Jika penyebab agen fisik telah disingkirkan, maka
penggunaan pemeriksaan laboratorium, radiografik, dan patologik
berikut ini dapat memberikan petunjuk untuk diagnosis penyakit sistemik
yang samar.

2. Uji rutin

a. Laboratorium. Hitung darah lengkap dengan diferensial, profil kimia,


laju endap darah (LED), T4, pengukuran TSH, urinalisis dan biakan
urine, antibody antinuclear
b. Uji selektif. Krioglobulin, analisis serologic hepatitis dan sifilis, factor
rheumatoid, komplemen serum, IgM, IgE serum
c. Biopsi kulit.Jika laju endap darah meningkat, lakukan biopsy
nyingkirkakulit untuk men kemungkinan vaskulitis urtikaria.

I. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan (Arvin, 1996)

Pada kebanyakan keadaan, urtikaria merupakan penyakit yang sembuh


sendiri yang memerlukan sedikit pengobatan lainnya, selain dari antihistamin.
Hidroksizin (Atarax) 0,5 ml/kg, merupakan salah satu antihistamin yang paling
efektif untuk mengendalikan urtikaria, tetapi difenhidramin (Benadryl), 1,25
mg/kg, dan antihistamin lainnya juga efektif. Jika perlu, dosis ini dapat diulangi
pada interval 4-6 jam.

Epinefrin 1 : 1000, 0,01 ml/kg, maksimal 0,3 ml, biasanya menghasilkan


penyembuhan yang cepat atas urtikaria akut yang berat. Hidroksizin (0,5 ml/kg
setiap 4-6 jam) merupakan obat pilihan untuk urtikaria kolinergik dan urtikaria
kronis. Penggunaan bersama antihistamin tipe H1 dan H2 kadang-kadang
membantu mengendalikan urtikaria kronis.Antihistamin h2 saja dapat
menyebabkan eksaserbasi urtikaria.Siproheptadin (Periactin) (2-4 mg setiap 8-
12 jam) terutama bermanfaat sebagai agen profilaksis untuk urtikaria dingin.

Siproheptadin dapat menyebabkan rangsangan nafsu makan dan


penambahan berat pada beberapa penderita.Tabir surya merupakan satu-satunya
pengobatan yang efektif untuk urtikaria sinar matahari. Kortikosteroid
mempunyai pengaruh yang bervariasi pada urtikaria kronis ; dosis yang
diperlukan untuk mengendalikan urtikaria sering begitu besar sehingga obat-
obat tersebut menimbulkan efek samping yang serius. Urtikaria kronis sering
tidak berespons dengan baik pada manipulasi diet.Sayang sekali, urtikaria kronis
dapat menetap selama bertahun-tahun.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN URTIKARIA

A. Pengkajian

1.Identitas Pasien.

2.Keluhan Utama : (Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok)

3.Riwayat Kesehatan :

a. Riwayat Penyakit Sekarang :


Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakuk pasien untuk
menanggulanginya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit
kulit lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
d. Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.
e. Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit,
atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
f. Pemeriksaan fisik

KU : lemah

TTV : suhu naik atau turun.

Kepala : Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.


Mulut : Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang disebabkan
oleh obat.

Abdomen : Adanya limfadenopati dan hepatomegali.

Ekstremitas : Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.

Kulit : Kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema sehingga terjadi


ekstropion pada keadaan kronis dapat terjadi gangguan pigmentasi. Adanya
eritema, pengelupasan kulit , sisik halus dan skuama.

B. Diagnosa

1. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka akibat


gangguan integritas
2. Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen
3. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak
bagus.
6. Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan inadekuat
informasi

C. Intervensi

1. Dx : Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka akibat


gangguan integritas

Tujuan : Tidak terjadi infeksi

Kriteria Hasil : Hasil pengukuran tanda vital dalam batas normal.

Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi (kalor,dolor, rubor, tumor, infusiolesa)


Intervensi Rasional
a. Lakukan teknik aseptic dan a. Dengan teknik septik dan
antiseptic dalam aseptik dapat mengirangi dan
melakukan tindakan pada mencegah kontaminasi kuman.
pasien.
b. Suhu yang meningkat adalah
b. Ukur tanda vital tiap 4-6 imdikasi terjadinya proses
jam infeksi
c. Observasi adanya tanda- c. Deteksi dini terhadap tanda-
tanda infeksi tanda infeksi
d. Kolaborasi dengan ahli d. Untuk menghindari alergen
gizi untuk pemberian diet dari makanan
e. Libatkan peran serta e. Memandirikan keluarga
keluarga dalam
f. Menghindari alergen yang
memberikan bantuan pada
dapat meningkatkan urtikaria.
klien.
f. Jaga lingkungan klien
agar tetap bersih

2. Dx : Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen


Tujuan : Tidak terjadi kerusakan pada kulit
Kriteria Hasil : Klien akan mempertahankan integritas kulit, ditandai dengan
menghindari alergen.
Intervensi Rasional
a. Ajari klien menghindari atau a. Menghindari alergen
menurunkan paparan terhadap akan menurunkan respon
alergen yang telah diketahui. alergi.
b. Pantau kegiatan klien yang b. Menghindari dari bahan
dapat menyebabkan terpapar makanan yang
langsung dengan alergen. mengandung alergen.
Seperti : stimulan fisik. dan
c. Binatang sebaiknya
kimia
hindari memelihara
c. Baca label makanan kaleng binatang atau batasi
agar terhindar dari bahan makan keberadaan binatang di
yang mengandung alergen. sekitar area rumah.
d. Hindari binatang peliharaan. d. AC membantu
menurunkan paparan
e. Gunakan penyejuk ruangan
terhadap beberapa alergen
(AC) di rumah atau di tempat
yang ada di lingkungan.
kerja, bila memungkinkan.
f.

3.. Dx : Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus

Tujuan : Rasa nyaman klien terpenuhi

Kriteria Hasil :

a..Klien menunjukkan berkurangnya pruritus, ditandai dengan

berkurangnyalecet akibat garukan.

b.klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal

c.klien mengungkapkan adanya peningkatan rasa nyaman


Intervensi Rasional
a. Jelaskan gejala gatal berhubungan a. Dengan mengetahui proses
dengan penyebabnya (misal fisiologis dan psikologis dan
keringnya kulit) dan prinsip prinsip gatal serta penangannya
terapinya (misal hidrasi) dan siklus akan meningkatkan rasa
gatal-garuk-gatal-garuk. kooperatif.
b. Cuci semua pakaian sebelum b. Pruritus sering disebabkan oleh
digunakan untuk menghilangkan dampak iritan atau allergen dari
formaldehid dan bahan kimia lain bahan kimia atau komponen
serta hindari menggunakan pelembut pelembut pakaian.
pakaian buatan pabrik.
c. Gunakan deterjen ringan dan bilas
c. Bahan yang tertinggal (deterjen)
pakaian untuk memastikan sudah
pada pencucian pakaian dapat
tidak ada sabun yang tertinggal.
menyebabkan iritasi.
d. Jaga kebersihan kulit pasien
d. Mengurangi penyebab gatal
e. Kolaborasi dengan dokter untuk karena terpapar alergen.
pemberian obat pengurang rasa gatal
e. Mengurangi rasa gatal.

4. Dx : Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus

Tujuan : Klien bisa beristirahat tanpa adanya pruritus

Kriteria Hasil :

a. Mencapai tidur yang nyenyak.

b. Melaporkan gatal mereda

c.Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.

d..Menghindari konsumsi kafein

e. .Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.

f. Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan.


Intervensi Rasional
a. Mengerjakan hal ritual menjelang tidur. a. Udara yang kering membuat
kulit terasa gatal, lingkungan
yang nyaman meningkatkan
relaksasi.

b. Menjaga agar kulit selalu lembab. b. Tindakan ini mencegah


kehilangan air, kulit yang
kering dan gatal biasanya tidak
dapat disembuhkan tetapi bisa
dikendalikan.

c. Menghindari minuman yang


mengandung kafein menjelang tidur. c. Kafein memiliki efek puncak 2-
4 jam setelah dikonsumsi.
d. Melaksanakan gerak badan secara
teratur. d. Memberikan efek
menguntungkan bila
dilaksanakan di sore hari.
e. Anjurkan klien untuk menjaga kamar e. Memudahkan peralihan dari
tidur agar tetap memiliki ventilasi dan keadaan terjaga ke keadaan
kelembaban yang baik. tertidur.

5. Dx : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak


bagus.

Tujuan : Pengembangan peningkatan penerimaan diri pada klien tercapai

Kriteria Hasil :

i. Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.

ii. Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.

iii. Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.

iv. Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.

v. Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.


vi. Tampak tidak meprihatinkan kondisi.

vii. Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan


teknik untuk meningkatkan penampilan

Intervensi Rasional
a. Kaji adanya gangguan citra diri
(menghindari kontak mata,ucapan
a. Gangguan citra diri akan menyertai
merendahkan diri sendiri).
setiap penyakit/keadaan yang tampak
nyata bagi klien, kesan orang terhadap
dirinya berpengaruh terhadap konsep
b. Identifikasi stadium psikososial
diri.
terhadap perkembangan.
b. Terdapat hubungan antara stadium
perkembangan, citra diri dan reaksi
c. Berikan kesempatan pengungkapan serta pemahaman klien terhadap
perasaan. kondisi kulitnya.
c. Klien membutuhkan pengalaman
didengarkan dan dipahami.
d. Nilai rasa keprihatinan dan
ketakutan klien, bantu klien yang d. Memberikan kesempatan pada petugas
cemas mengembangkan untuk menetralkan kecemasan yang
kemampuan untuk menilai diri dan tidak perlu terjadi dan memulihkan
mengenali masalahnya. realitas situasi, ketakutan merusak
adaptasi klien .
e. Membantu meningkatkan penerimaan
e. Dukung upaya klien untuk
diri dan sosialisasi.
memperbaiki citra diri , spt merias,
merapikan. f. Membantu meningkatkan penerimaan
diri dan sosialisasi.
f. Mendorong sosialisasi dengan orang
lain.

6. Dx : Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan


inadekuat informasi
Tujuan : Terapi dapat dipahami dan dijalankan
Kriteria Hasil :
a. Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
b. Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
c. Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
d. Menggunakan obat topikal dengan tepat.
e. Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.

Intervensi Rasional
a. Kaji apakah klien memahami dan a. Memberikan data dasar untuk
mengerti tentang penyakitnya. mengembangkan rencana penyuluhan
b. Jaga agar klien mendapatkan informasi b. Klien harus memiliki perasaan bahwa
yang benar, memperbaiki kesalahan sesuatu dapat mereka perbuat,
konsepsi/informasi. kebanyakan klien merasakan manfaat.
c. Peragakan penerapan terapi seperti, c. Memungkinkan klien memperoleh cara
mandi dan pembersihan serta balutan yang tepat untuk melakukan terapi.
basah.
d. Dengan terjaganya hygiene, dermatitis
d. Nasihati klien agar selalu menjaga alergi sukar untuk kambuh kembali.
hygiene pribadi juga lingkungan.
e. penghentian dini dapat mempengaruhi
e. tekankan perlunya melanjutkan terapi pertahanan alami tubuh melawan
/penggunaan obat-obatan topikal. infeksi.
f. identifikasi sumber-sumber pendukung f. keterbatasan aktivitas dapat mengganggu
yang memungkinkan untuk kemampuan pasien untuk memenuhi
mempertahankan perawatan di rumah kebutuhan sehari-hari.
yang dibutuhkan.

D. Implementasi

Implementasi adalah serangkai kegiatan yang di lakukan oleh perawat


untuk membantu klien dari status masalah kesehatan yang di hadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kreteria hasil
yang di harapkan ( gordon, 1994, dalam potter dan perry, 1997)
E. Evaluasi

1. Tidak terjadinya infeksi

2. Tidak terjadinya kerusakan kulit klien

3. Klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal karena


berkurangnya pruritus dan ditandai dengan berkurangnya lecet
akibat garukan.

4. Tercapainya pola tidur/istirahat yang memuaskan

5. Menerima keadaan diri

6. Memahami tentang perawatan kulit dan terapi pengobatan


BAB IV
PENUTUP

A.Kesimpulan
Urtikaria adalah lesi sementara yang terdiri dari bentol sentral yang
dikelilingi oleh haloeritematosa.Lesi tersendiri adalah bulat, lonjong, atau
berfigurata, dan seringkali menimbulkan rasa gatal. (Harrison, 2005)

Urtikaria, yang dikenal dengan hives, terdiri atas plak edematosa (wheal)
yang terkait dengan gatal yang hebat (pruritus). Urtikaria terjadi akibat pelepasan
histamine selama respons peradangan terhadap alegi sehingga individu menjadi
tersensitisasi.Urtikaria kronis dapat menyertai penyakit sistemik seperti hepatitis,
kanker atau gangguan tiroid. (Elizabeth, 2007)

B.Saran

a. Sebaiknya kita dapat mengetahui pengertian urtikaria.


b. Sebaiknya kita dapat mengetahui gejala penyebab urtikaria.
c. Sebaiknya sebagai tenaga kesehatan, kita dapat memberikan tindakan
keparawatan urtikaria dengan baik dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Setyono Joko.2001.Buku satu Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta;Salemba


Medika.
Muttaqin Arif.2008.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Pernapasan.Jakarta;Salemba medika
Gede niluh yasmin asih.2003. Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:ECG
Doengoes,Marilyn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai