SYNDROME
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III
yang diampu oleh :
Farial Nurhayati, M.Kep
Oleh :
Fitri Andientin Sinfani
( P17320313012 )
Meida Ismayanti
( P17320313022 )
( P17320313055 )
Siti Sholihah
( P17320313052 )
Tingkat II A
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR
2014
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat serta
petunjuk-Nya
pelajaran
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
URTIKARIA............................................................................................................3
A. Definisi
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Manifestasi Klinik
10
10
12
G. Pemeriksaan Penunjang 12
H. Penatalaksanaan 13
I. Pencegahan
13
J. Asuhan Keperawatan
15
1.
Pengkajian
15
2.
Diagnosis Keperawatan
16
3.
Perencanaan Keperawatan
16
5.
Evaluasi
22
23
iii
B. Etiologi
23
C. Patofisiologi
24
D. Manifestasi Klinik
E. Komplikasi
27
28
F. Pemeriksaan Penunjang 28
G. Penatalaksanaan 29
H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
2.
Diagnosa Keperawatan
32
3.
Perencanaan Keperawatan
32
4.
Evaluasi
31
31
33
BAB III..................................................................................................................34
PENUTUP..............................................................................................................34
I. Simpulan 34
J. Saran
DAFTAR PUSTAKA
34
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Penyakit alergi merupakan kumpulan penyakit yang sering dijumpai di
masyarakat dan golongan penyakit dengan ciri peradangan yang timbul akibat
reaksi imunologis terhadap alergi lingkungan. Walaupun faktor lingkunan
merupakan faktor penting, faktor genetik dalam manifestasi alergi tidak dapat
di abaikan. Adanya alergi terhadap suatu alergi tertentu menunjukkan bahwa
sesorang pernah terpajan dengan alergi bersangkutan sebelumnya. Penyakit
alergi merupakan kumpulan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat.
Penyakit alergi merupakan kumpulan penyakit yang sering dijumpai di
masyarakat. (WHO ARIA tahun 2001).
Penyakit alergi dengan berbagai manifestasinya sering dijumpai di
masyarakat. Faktor penyebabnya seringkali sulit ditentukan walaupun dengan
tes alergi sekalipun karena sering terjadi reaksi silang. Salah satu manifestasi
dari penyakit alergi berupa urtikaria. Urtikaria merupakan suatu sindroma
(kumpulan gejala) yang menifestasinya berupa gatal-gatal dan bintik-bintik
merah pada kulit yang pada umumnya disebabkan oleh alergi. Namun,
penyakit ini juag dapat disebabkan oleh krisis emosi atau karena terkena panas
atau dingin. Walaupun penyakit ini tidak berbahaya, keluhan gatal yang terjadi
sangat mengganggu.
Urtikaria merupakan penyakit kulit yang sering dijumpai. Dapat terjadi
secara akut maupun kronik, keadaan ini merupakan masalah untuk penderita
maupun dokter. Walaupun patogenesis dan penyebab yang dicurigai telah
ditemukan, ternyata pengobatan yang diberikan kadang tidak memberikan
hasil seperti yang diharapkan.
b. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari penyakit urtikaria dan steven johnson syndrome?
2. Apa etiologi dari penyakit urtikaria dan steven johnson syndrome?
BAB II
PEMBAHASAN
URTIKARIA
A. Definisi
Urtikaria atau lebih dikenal dengan biduran adalah suatu gejala
penyakit berupa gatal-gatal pada kulit disertai bercak-bercak menonjol
(edema) yang biasanya disebabkan oleh alergi. Urtikaria merupakan gejala
klinis untuk suatu kelompok kelainan yang di tandai dengan adanya
pembentukan bilur bilur pembengkakan kulit yang dapat hilang tanpa
meninggalkan bekas yang terlihat. (robin graham, brown, 2005). Urtikaria
yaitu keadaan yang ditandai dengan timbulnya urtika atau edema setempat
yang menyebabkan penimbulan diatas permukaan kulit yang disertai rasa
sangat gatal (ramali, ahmad, 2009).
Urtikaria (gelegata) merupakan reaksi alergi hipersensitivitas tipe I
pada kulit yang ditandai oleh kemunculan mendadak lesi menonjol yang
edematous, berwarna merah muda dengan ukuran serta bentuk yang
bervariasi, keluhan gatal dan menyebabkan gangguan rasa nyaman yang
setempat. Urtikaria ialah reaksi vaskuler di kulit akibat bermacam-macam
sebab, biasanya ditandai dengan edema (bengkak) setempat yang cepat timbul
akibat kontak dengan klorida kobal, indikator warna pada tes provokasi
keringat, telah dilaporkan oleh SMITH (1975).
7. Trauma fisik
Trauma fisik dapat diakibatkan oleh faktor dingin, yakni berenang atau
memegang benda yang dingin; faktor panas, misalnya sinar matahari, sinar
ultraviolet, radiasi dan panas pembakaran; faktor tekanan, yaitu goresan,
pakaian ketat, ikat pinggang, air yang menetes atau semprotan air, vibrasi
dan tekanan berulang-ulang contonya pijatan, keringat, pekerjaan berat,
demam dan emosi menyebabkan urtikaria fisik, baik secara imunologik
maupun non imunologik. Klinis biasanya terjadi pada tempat-tempat yang
mudah terkena trauma. Dapat timbul urtikaria setekah goresan dengan
benda tumpul beberapa menit sampai beberapa jam kemudian. Fenomena
ini disebut dermografisme atau fenomena Darier.
8. Infeksi dan infestasi
Bermacam-macam infeksi dapat menimbulkan urtikaria, misalnya infeksi
bakteri, virus, jamur, maupun infestasi parasit. Infeksi oleh bakteri,
contohnya pada infeksi tonsil, infeksi gigi, dan sinusitis. Masih merupakan
pertanyaan, apakah urtikaria timbul karena toksin bakteri atau oleh
sensatisasi. Infeksi virus hepatitis, mononukleosis, dan infeksi virus
Coxsackie pernah dilaporkan sebagai faktor penyebab. Karena itu pada
urtikaria yang idiopatik perlu dipikirkan kemungkinan infeksi virus
subklinis. Infeksi jamur kandida dan dermatofit sering dilaporkan sebagai
penyebab urtikaria. Infestasi cacing pita, cacing tambang, cacing gelang
juga Schistosoma.
9. Psikis
Tekanan jiwa dapat memacu sel mast atau langsung menyebabkan
peningkatan permeabilitas dan vasodilatasi kapiler. Ternyata hampir 11,5%
penderita
urtikaria
menunjukkan
gangguan
psikis.
Penyelidikan
menimbulkan
urtikaria.
Sejumlah
7-9%
penderita
lupus
pada tangan, bibir, sekitar mata, dan walaupun jarang tetapi penting untuk
diperhatikan yaitu pada lidah atau laring). (Davey, 2005)
Pada urtikaria, maka gejala yang akan terjadi dapat meliputi merah,
gatal dan sedikit ada benjolan pada permukaan kulit. Apa yang menyebabkan
hal itu terjadi? Pada dasarnya sel mast ini sendiri terletak didekat saraf perifer,
dan pembuluh darah.Kemerahan dan bengkak yang terjadi karena histamin
yang dikeluarkan sel mast itu menyerang pembuluh darah yang menyebabkan
vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas. Gatal yang terjadi juga
diakibatkan karena histamin menyentuh saraf perifer.
9
Faktor Imunologi
1. Genetik
2. Jumlah Antibodi
Ig.E dalam darah besar
Faktor Non
Imunologik
1. Bahan-bahan Kimia
2. Paparan Fisik
3. Zat Kolinergik
Faktor Modulasi
1. Bahan-bahan Kimia
2. Paparan Fisik
3. Zat Kolinergik
Demografisme
Pelepasan Histamin
Vasodilatasi Pembuluh
darah
Peningkatan
permeabilitas kapiler
setempat
URTIKARIA
Transudasi cairan
Pengumpulan cairan
lokal
Merangsang ujung
saraf perifer
Edema lokal
Gatal berulang
Nyeri Akut
Digaruk berulang
Lesi
Resiko Infeksi
Gangguan Pola
Tidur
Kerusakan Integritas
jaringan
Eritema
10
d. Manifestasi Klinik
1. Timbulnya bintik-bintik merah atau lebih pucat pada kulit. Bintik-bintik
merah ini dapat mengalami edema sehingga tampak seperti benjolan.
2. Sering disertai rasa gatal yang hebat dan suhu yang > panas pada sekitar
benjolan tersebut.
3. Terjadi angiodema, dimana edema luas kedalam jaringan subkutan,
terutama disekitar mata, bibir dan di dalam orofaring.
4. Adanya pembengkakan dapat menghawatirkan, kadang-kadang bisa
menutupi mata secara keseluruhan dan mengganggu jalan udara untuk
pernafasan.
e. Bentuk Bentuk Urtikaria
1. Urtikaria Akut
Urtikaria akut hanya berlangsung selama beberapa jam atau beberapa hari.
Yang sering terjadi penyebabnya adalah :
Adanya
kontak
dengan
tumbuhan
(misalnya
jelatang),
bulu
binatang/makanan.
2. Urtikaria Kronis
Biasanya berlangsung beberapa minggu,beberapa bulan, atau beberapa tahun.
Pada bentuk urtikaria ini jarang didapatkan adanya factor penyebab tunggal.
3. Urtikaria Pigmentosa
Yaitu suatu erupsi pada kulit berupa hiperpigmentasi yang berlangsung
sementara, kadang-kadang disertai pembengkakan dan rasa gatal.
4. Urtikaria Sistemik ( Prurigo Sistemik )
Adalah suatu bentuk prurigo yang sering kali terjadi pada bayi kelainan khas
berupa urtikaria popular yaitu urtikaria yang berbentuk popular-popular yang
berwarna kemerahan.
11
Urtikaria idiopatik yaitu urtikaria yang belum jelas penyebabnya atau sulit
di deteksi
Vaskulitik urtikaria
2.
b.
c.
Urtikaria
dingin.
Reaksi
terhadap
pajanan
dingin
atau
12
f.
menyebabkan
rasa
gatal
yang
menimbulkan
Ig E test
ANA test
Skin test
Pemeriksaan Histopatologik
Tes Provokasi
Tes Alergi
h. Penatalaksanaan
13
urtikaria
Profilaksis dengan steroid anabolic misalnya : danazol,stanozolol
Hormon tyroid juga dilaporkan dapat meringankan urtikaria kronis dan
angioderma
Terapi antibiotic juga dilaporkan bisa pada pasien yang terinfeksi
helicobacter pylory dengan urtikaria kronis.
i. Pencegahan
Hindari Penyebab
Tindakan
penghindaran
akan
berhasil
bila
penyebab/pencetus
terjadinya alergi diketahui. Salah satu cara untuk mengetahui pencetus alergi
ialah dengan melakukan uji kulit (tes alergi). Sayangnya, penderita terkadang
alergi terhadap banyak hal, dan ini tentu sungguh membutuhkan ketelatenan
penderita untuk mengidentifikasinya.
Penyebab alergi yang perlu Anda waspadai :
1. Makanan
Meliputi susu sapi, telur ayam, daging ayam, ikan (terutama ikan laut), udang
(ebi), kepiting dan kacang-kacangan (kacang tanah, kacang mede). Sebagai
sumber protein pengganti, dianjurkan untuk mengkonsumsi susu kedelai. Susu
kedelai mengandung protein yang tidak menimbulkan alergi. Kadar asam
amino lisinnya tinggi sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan nilai gizi
14
protein pada nasi yang umumnya rendah kadar lisinnya. Secara umum susu
kedelai juga mengandung vitamin B1, B2 dan niasin dalam jumlah yang setara
dengan susu sapi.
2. Obat-obatan tertentu
Biasanya dari golongan pereda nyeri (aspirin, antalgin) dan antibiotik
(amoksisillin, kotrimoksazol).
3. Cuaca
Terutama yang terlalu dingin atau panas. Urtikaria yang disebabkan oleh cuaca
dingin biasanya menyerang orang dewasa muda dan dapat timbul jika udara
menjadi semakin dingin. Untuk itu, bila cuaca dingin, usahakan aktivitas
dilakukan di dalam ruangan. Gunakan masker/penutup hidung untuk
mengurangi suhu dingin.
4. Debu dan polusi
Bersihkan rumah dari debu secara rutin, terutama kamar tidur dan tempat
tidur. Batasi pemakaian karpet di dalam rumah.
5. Tekanan dan goresan
Urtikaria yang disebabkan oleh tekanan biasanya terjadi pada mereka yang
menderita dermografisme yang berupa goresan pada kulit. Tekanan akibat
goresan ini juga dapat memicu urtikaria.
6. Stres
Hindari keadaan yang dapat membuat stres secara emosional, karena urtikaria
juga dapat dipicu oleh faktor psikologis pasien.
Olahraga Teratur
Penyakit alergi berkaitan erat dengan daya tahan tubuh. Bila daya tahan tubuh
lemah, mudah sekali muncul gejala-gejalanya. Olahraga yang dianjurkan misalnya
berjalan kaki, berenang, bersepeda, berlari dan senam.
j. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas Pasien.
2) Keluhan Utama.
15
Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah
sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
Pemeriksaan fisik
-
KU : lemah
Kepala :
Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.
Mulut :
Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang
disebabkan oleh obat.
Abdomen :
Adanya limfadenopati dan hepatomegali.
Ekstremitas :
Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.
16
Kulit :
Kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema sehingga
terjadi ekstropion pada keadaan kronis dapat terjadi
gangguan pigmentasi. Adanya eritema , pengelupasan kulit,
sisik halus dan skuama.
2. Diagnosis Keperawatan
1) Risiko terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka akibat
gangguan integritas
2) Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen
3) Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus
4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
5) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak
bagus.
6) Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan
inadekuat informasi.
3. Perencanaan Keperawatan
1) Dx
tekni
Rasional
aseptic
dalam
melakukan
3. Observasi
adanya
tanda-tanda 3. Deteksi
dini
terhadap
tanda-tanda
17
infeksi.
infeksi.
menghindari
alergen
dari
makanan.
alergen
yang
dapat
meningkatkan urtikaria.
2) Dx
terpapar alergen
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
1. Ajari
klien
Rasional
menghindari
atau 1. Menghindari
alergen
akan
yang
dapat
menyebabkan
sebaiknya
hindari
berbulu)
area rumah.
4. AC
membantu
paparan
terhadap
menurunkan
beberapa
18
pruritus
Tujuan
Kriteria Hasil
dengan
Rasional
penyebabnya
Dengan
mengetahui
proses
serta
penangannya
akan
semua
digunakan
pakaian
untuk
komponen
pelembut
pencucian
dapat
penyebab
gatal
menyebabkan iritasi.
4. Mengurangi
4. Jaga kebersihan kulit pasien
pakaian
19
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
gatal,
lingkungan
yang
c.
3.
Menghindari
minuman
Memberikan
efek
e.
Anjurkan
klien
20
baik.
5) Dx
tercapai
Kriteria Hasil :
a. Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
b. Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri
c. Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.
d. Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
e. Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.
f. Tampak tidak meprihatinkan kondisi.
g. Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan
teknik untuk meningkatkan penampilan
Intervensi
1.
Rasional
2.
Identifikasi
stadium
psikososial 2.
terhadap perkembangan.
3.
4.
Klien
membutuhkan
pengalaman
bantu
cemas
menilai
realitas
diri
klien
dan
yang
mengenali
situasi,
ketakutan
merusak
21
masalahnya.
5.
Dukung
adaptasi klien .
upaya
klien
merapikan.
6.
6) Dx
Kriteria Hasil :
a. Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
b. Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
c. Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
d. Menggunakan obat topikal dengan tepat.
e. Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.
Intervensi
1.
Rasional
1. Memberikan
dasar
untuk
sesuatu
konsepsi/informasi.
4.
data
3.
dapat
mereka
perbuat,
basah.
terapI.
4.
Dengan
terjaganya
hygiene,
dini
dapat
22
memungkinkan
untuk
mempengaruhi
pertahanan
alami
keterbatasan
mengganggu
aktivitas
dapat
kemampuan
pasien
5. Evaluasi
1) Tidak terjadinya infeksi
2) Tidak terjadinya kerusakan kulit klien
3) Klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal karena berkurangnya
pruritus dan ditandai dengan berkurangnya lecet akibat garukan.
4) Tercapainya pola tidur/istirahat yang memuaskan
5) Menerima keadaan diri
6) Memahami tentang perawatan kulit dan terapi pengobatan
A. Definisi
Steven johnson sindrom adalah sindroma yang mengenai kulit, selaput
lendir di orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan
sampai berat, kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel atau bula, dapat
disertai purpura. ( Mochtar Hamzah, 2005 : 147 ).
Steven johnson syndrome adalah sebuah kondisi mengancam jiwa
yang mempengaruhi kulit dimana kematian sel menyebabkan epidermis
terpisah dari dermis. Syndrome ini diperkirakan oleh karena reaksi
hipersensitivitas yang mempengaruhi kulit dan membran mukosa. Walaupun
pada kebanyakna kasus bersifat idiopatik, penyebab utama yang diketahui
adalah dari pengobatan, infeksi dan terkadang keganasan terdapat 3 derajat
klasifikasi yang diajukan :
1. derajat 1 : Erosi mukosa steven johnson syndrome dan pelepasan
epidermis kurang dari 10%.
2. derajat 2 : Lepasnya lapisan epidermis antar 10-30%.
3. derajat 3 : Lepasnya lapisan epidermis lebih dari 30%.
b. Etiologi
Syndrome Steven Johnson dapat disebabkan oleh karena :
23
24
25
tersebut. Reaksi tipe III mengaktifkan komplemen dan degranulasi sel mast
sehingga terjadi kerusakan jaringan atau kapiler ditempat terjadinya reaksi
tersebut. Neutrofil tertarik ke daerah tersebut dan mulai memfagositosis sel-sel
yang rusak sehingga terjadi pelepasan enzim-enzim sel serta penimbunan sisa
sel. Hal ini menyebabkan siklus peradangan berlanjut (Corwin, 2000: 72).
Reaksi Hipersensitif Tipe IV
Pada reaksi ini diperantarai oleh sel T, terjadi pengaktifan sel T
penghasil Limfokin atau sitotoksik oleh suatu antigen sehingga terjadi
penghancuran sel-sel yang bersangkutan. Reaksi yang diperantarai oleh sel ini
bersifat lambat (delayed) memerlukan waktu 14 jam sampai 27 jam untuk
terbentuknya.
26
Obat-obatan. Infeksi
Kelainan Hipersensitifitas
Virus, Keganasan
Hipersensitivitas tipe IV
Limfosit T tersintesisasi
Antigen antibody
terbentuk terperangkap
dalam jaringan kapiler
Pengaktifan Sel T
Aktivasi S komplemen
Melepaskan Limfokin/
sitotoksil
Akumulasi netrofil
memfagositosis sel rusak
Reaksi peradangan
Melepas sel yang rusak
Nyeri
Hipertermi
Kerusakan jaringan
Kerusakan Integritas
jaringan
Respon lokal : eritema,
Respon psikologis
Gangguan gastrointestinal
Kondisi kerusakan
demam, malaise
jaringan kulit
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
Ansietas
Resiko infeksi
27
d. Manifestasi Klinik
Steven Johnson Syndrome biasanya mulai timbul dengan gejala-gejala
seperti infeksi saluran pernafasan atas yang tidak spesifik, kadang-kadang 114 hari. Ada demam, susah menelan, menggigil, rasa lelah, seperti koreng,
melepuh, seperti bernanah, serta sulit makan dan minum. Bahkan juga
mengenai saluran kencing meyebabkan nyeri.
Kelainan kulit bisa dimulai dengan bercak kemerahan tersebar vesikel
dan membesar hingga menimbukan jaringan parut, terutama pada selaput
lendir, mulut, mata, alat kelamin, dll. Berat ringannya manifestasi klinis SJS
bervariasi pada tiap individu bisa dari yang ringan sampe berat. Menimbulkan
gangguan pernafasan dan infeksi berat sampai mematikan.
Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun kebawah. Keadaan
umumnya bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya
menurun, penderita dapat soporous sampai koma. Mulainya penyakitnya akut
dapat disertai gejala prodromal berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala,
batuk, pilek dan nyeri tenggorokan. Pada sindrom ini terlihat adanya trias
kelainan berupa :
1. Kelainan kulit
Kelainan kulit terdiri dari eritema, vesikel dan bula.Vesikel dan bula
kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Disamping itu dapat
juga terjadi purpura. Pada bentuk yang berat kelainannya generalisata.
2. Kelainanselaputlendir di orifisium
Kelainan selaput lendir yang tersering ialah pada mukosa mulut (100%)
kemudian disusul oleh kelainan dilubang alat genetal (50%) sedangkan
dilubang hidung dan anus jarang (masing-masing 8% dan 4%).
3. Kelainan berupa vesikel dan bula yang cepat memecah sehingga menjadi
erosi dan ekskoriasi dan krusta kehitaman. Juga dalam terbentuk
pseudomembran. Di bibir kelainan yang sering tampak ialah krusta
berwarna hitam yang tebal.
4. Kelainan di mukosa dapat juga terdapat di faring, traktus respiratorius
bagian atas dan esofagus. Stomatitis ini dapat menyebabkan penderita
28
29
3.
Imunologi
-
g. Penatalaksanaan
1. Perawatan di tempat khusus untuk mencegah infeksi
2. Mengidentifikasi dan menghentikan pemakaian obat penyebab
3. Perbaikan terhadap keseimbangan cairan, elektrolit dan protein (sebaiknya
pertama kali diperikasa BJ.Plasma ).
4. Pemberian Glukokortikoid misalnya Methylprednisolon 80-120 mg per
oral atau pemberian Dexamithason injeksi.
5. Pemberian antibiotik untuk injeksi, dengan catatan menghindari pemberian
sulfonamide, dan antibiotik yang sering juga menyebabkan SJS. Misalnya
penichillin,
Sephalosporin.
Sebaiknya
antibiotik
yang
diberikan
berdasakan hasil kultur kulit, mukosa dan sputum. Dapat dipakai injeksi
genthamycin 2-3 x 80 mg IV.
6. Hematokrit, Blood Glasses, Keseeimbangan cairan dan elektrolit selalu di
monitor.
7. Pemberian makanan Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) .
8. Perawatan dan pengobatan kelainan mata.
Penatalaksanaan Kedaruratan
1. Kortikosteroid
Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati dengan
prednisone 30-40 mg sehari. Namun bila keadaan umumnya buruk dan lesi
menyeluruh harus diobati secara tepat dan cepat. Kortikosteroid
merupakan tindakan file-saving dan digunakan deksametason intravena
dengan dosis permulaan 4-6 x 5 mg sehari.
30
Umumnya masa kritis diatasi dalam beberapa hari. Pasien stevenJohnson berat harus segera dirawat dan diberikan deksametason 65 mg
intravena. Setelah masa kritis teratasi, keadaan umum membaik, tidak
timbul lesi baru, lesi lama mengalami involusi, dosis diturunkan secara
cepat, setiap hari diturunkan 5 mg. Setelah dosis mencapai 5 mg sehari,
deksametason intravena diganti dengan tablet kortikosteroid, misalnya
prednisone yang diberikan keesokan harinya dengan dosis 20 mg sehari,
sehari kemudian diturunkan lagi menjadi 10 mg kemudian obat tersebut
dihentikan. Lama pengobatan kira-kira 10 hari.
Seminggu setelah pemberian kortikosteroid dilakukan pemeriksaan
elektrolit (K, Na danCl). Bila ada gangguan harus diatasi, misalnya bila
terjadi hipokalemia diberikan KCL 3 x 500 mg/hari dan diet rendah garam
bila terjadi hipermatremia. Untuk mengatasi efek katabolik dari
kortikosteroid diberikan diet tinggi protein/anabolik seperti nandrolok
dekanoat dan nanadrolon. Fenilpropionat dosis 25-50 mg untuk dewasa
(dosis untuk anak tergantung berat badan).
2. Antibiotik
Untuk mencegah terjadinya infeksi misalnya bronkopneumonia yang dapat
menyebabkan kematian, dapat diberi antibiotic yang jarang menyebabkan
alergi, berspektrum luas dan bersifat bakteriosidal misalnya gentamisin
dengan dosis 2 x 80 mg.
3. Infus dan tranfusi darah
Pengaturan keseimbangan cairan/elektrolit dan nutrisi penting karena
pasien sukar atau tidak dapat menelan akibat lesi di mulut dan
tenggorokan serta kesadaran dapat menurun. Untuk itu dapat diberikan
infus misalnya glukosa 5 % dan larutan Darrow. Bila terapi tidak memberi
perbaikan dalam 2-3 hari, maka dapat diberikan transfusi darah sebanyak
300 cc selama 2 hari berturut-turut, terutama pada kasus yang disertai
purpura yang luas. Pada kasus dengan purpura yang luas dapat pula
ditambahkan vitamin C 500 mg atau 1000 mg intravena sehari dan
hemostatik.
31
4. Topikal
Ptekie yaitu bercak kecil dan berbatas tajam pada lapisan epidermis
superficial
32
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /adanya secret
yang mengental.
b. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung
c. Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore
3. Perencanaan Keperawatan
1) Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /adanya secret
yang mengental.
- Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret dikeluarkan
- Kriteria :
- Klien tidak bernafas lagi melalui mulut
- Jalan nafas kembali normal terutama hidung
Intervensi
Rasional
tindakan selanjutnya
Rasional
a. Mengetahui permasalahan klien dalam
mulut
pemberian obat
hidung
33
Intervensi
a. Dorong individu untuk bertanya
Rasional
a. memberikan minat dan perhatian,
kesehatan
koping
kesehatan mental)
mengekspresikan perasaannya,
memandang dirinya
4. Evaluasi
Evaluasi atau penilaian pada dasarnya adalah merujuk kepada suatu kegiatan
yang dimaksudkan untuk mengambil keputusan dalam rangka memberi nilai
terhadap suatu (orang, benda, fakta).
Dalam konteks keperawatan evaluasi adalah penilaian fase proses
keperawatan, mempertimbangkan efektifitas tindakan keperawatan dan
menunjukan perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan.
Dari masalah yang timbul pada pasien dengan sindrom steven jhonson, maka
hasil yang diharapkan pasien akan :
1.
2.
3.
4.
BAB III
PENUTUP
i. Simpulan
Urtikaria ialah reaksi vaskuler di kulit akibat bermacam-macam sebab,
biasanya ditandai dengan edema (bengkak) setempat yang cepat timbul dan
menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di
permukaan kulit serta disertai keluhan gatal, rasa tersengat atau tertusuk.
Urtikaria, yang dikenal dengan hives, terdiri atas plak edematosa (wheal) yang
terkait dengan gatal yang hebat (pruritus). Urtikaria terjadi akibat pelepasan
histamine selama respons peradangan terhadap alegi sehingga individu menjadi
tersensitisasi. Urtikaria kronis dapat menyertai penyakit sistemik seperti hepatitis,
kanker atau gangguan tiroid. (Elizabeth, 2007).
Penyebab terjadinya urtikari bisa karena: Obat-obatan, Jenis makanan ,
Inhalan yang berasal dari serbuk sari, spora, debu rumah, Infeksi Sepsis fokal
(misalnya
infeksi
saluran
kemih,
infeksi
saluran
pernafasan
atas,
j. Saran
Mempelajari tentang penyakit urtikaria member kita manfaat yang besar.
Terutama kita sebagai calon perawat professional (mahasiswa/mahasiswi
keperawatan). Karena penyakit ini terkadang sangat sulit untuk di diagnosa.
Untuk itu perlu pemahaman yang sangat besar bagi kita untuk mempelajari materi
ini.
34
DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien . Edisi 3. Jakarta : EGC.
Hamzah, Mochtar. 2005. IlmuPenyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Herdman T. Heather. 2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Ed.8.Jakarta : EGC.
Http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/jawamadura/2005/02/03brk
November 29, 2008 .
http://odasunrisenurse.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-urtikaria.html