Disusun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kekuatan
dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung
dalam penyusunan makalah ini. Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai
perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat untuk semua pihak.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
Urtikaria adalah penyakit kulit yang sering di jumpai. Urtikaria adalah reaksi di kulit akibat
bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema (bengkak) setempat yang cepat timbul dan
menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit serta
disertai keluhan gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Di Indonesia, urtikaria dikenal dengan nama lain
biduran atau kaligata. Walaupun pathogenesis dan penyebab yang di curigai telah di temukan,ternyata
pengobatan yang di berikan kadang-kadang tidak memberi hasil seperti yang di harapkan.
Berdasarkan waktunya, urtikaria dapat berlangsung singkat (akut,kurang dari 6
minggu), lama (kronis, lebih 6 minggu) dan berulang (kambuhan). Berdasarkan angka kejadiannya,
disebutkan bahwa sekitar 15-20% populasi mengalami urtikaria dalam masa hidupnya. Kemungkinan
mengalami urtikaria, tidak ada perbedaan ras dan umur (terbanyak pada kelompok umur 40-50 an) .
Hanya saja, pada urtikaria kronis (berulang dan lama), lebih sering dialami pada wanita (60%).
Singkatnya, urtikaria terjadi sebagai akibat pelebaran pembuluh darah (istilah kerennya:
vasodilatasi) dan peningkatan kepekaan pembuluh darah kecil (kapiler) sehingga menyebabkan
pengeluaran cairan (transudasi) dari membran pembuluh darah, akibatnya terjadi bentol pada kulit.
Kondisi ini dikarenakan adanya pelepasan histamin yang dipicu oleh paparan alergen (bahan atau
apapun pencetus timbulnya reaksi alergi).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Urtikaria ?
2. Bagaimana Etiologi Urtikaria ?
3. Bagaimana Patofisiologi Urtikaria ?
4. Bagaimana Manifestasi Klinis Urtikaria ?
5. Bagaimana Klasifikasi Urtikaria ?
6. Bagaimana Penatalaksanaan Urtikaria ?
7. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik Urtikaria ?
8. Apa saja Komplikasi pada Urtikaria ?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Urtikaria ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian Urtikaria
2. Untuk mengetahui Etiologi Urtikaria
3. Untuk mengetahui Patofisiologi Urtikaria
4. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Urtikaria
5. Untuk mengetahui Klasifikasi Urtikaria
6. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Urtikaria
7. Untuk mengetahui Pemeriksaan Diagnostik Urtikaria
8. Untuk mengetahui Komplikasi pada Urtikaria
9. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien Urtikaria
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Urtikaria
Urtikaria (dikenal juga dengan “hives, nettle rash, gatal-gatal, kaligata, atau biduran”) adalah
suatu lesi kulit yang meninggi yang terjadi sebagai respon terhadap pencetus imun. Reaksi dari
pembuluh darah berupa erupsi pada kulit yang berbatas tegas dan menimbulkan (bentol), berwarna
merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa gatal. Urtikaria dapat berlangsung secara akut, kronik,
atau berulang. Urtikaria akut umumnya berlangsung 20 menit sampai 3 jam, menghilang dan mungkin
muncul di bagian kulit lain. Satu episode akut umumnya berlangsung 24 - 48 jam.
Urtikaria (urticaria, biduran, kaligata, liman) adalah reaksi alergi (melibatkan pembuluh darah
atau vaskuler) pada kulit (dan mukosa) yang ditandai dengan bentol-bentol (adakalanya hanya berupa
bercak merah) pada kulit, berwarna merah atau berwarna keputihan dan gatal, sebagai akibat
pembengkaan (edema) interseluler. Berdasarkan waktunya, urtikaria dapat berlangsung singkat (akut,
kurang dari 6 minggu), lama (kronis, lebih 6 minggu) dan berulang (kambuhan).
Urtikaria dapat bersifat akut (berlangsung kurang dari 6 minggu) atau kronis (lebih dari 6
minggu). Urtikaria, yang dikenal dengan hives, terdiri atas plak edematosa (wheal) yang terkait
dengan gatal yang hebat (pruritus). Wheal dipercaya terjadi bila terdapat kebocoran cairan dari
pembuluh darah sebagai respons terhadap degranulasi sel mast. Aktivasi sel mast adalah mekanisme
fisiologik primer dari hives. Urtikaria terjadi akibat pelepasan histamine selama respons peradangan
terhadap alegi sehingga individu menjadi tersensitisasi. Urtikaria sering dikenal oleh orang awam
dengan biduran.
B. Etiologi Urtikaria
Urtikaria paling sering bersift idiopatik, hampir 80% tidak diketahui penyebabnya. Diduga
penyebab urtikaria bermacam-macam, antara lain :
1. Obat
Bermacam obat dapat menimbulkan urtikaria, baik secara imunologik maupun non-imunologik.
Hampir semua obat sistemik menimbulkan urtikaria, secara imunologik terdapat 2 tipe, yaitu tipe I
atau II. Contohnya ialah aspirin, obat anti inflamasi non steroid, penisilin, sepalosporin, diuretik,
dan alkohol. Sedangkan obat yang secara non-imunologik langsung merangsang sel mast untuk
melepaskan histamin, misalnya opium dan zat kontras. Aspirin menimbulkan urtikaria karena
menghambat sintesis prostaglandin di asam arakidonat.
2. Makanan
Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria akut, umumnya akibat reaksi
imunologik, pada beberapa kasus urtikaria terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah
mengkonsumsi makanan tersebut. Makanan berupa protein atau bahan yang dicampurkan ke
dalamnya seperti zat warna, penyedap rasa, atau bahan pengawet, sering menimbulkan urtikaria
alergika. Makanan yang paling sering menimbulkan urtikaria pada orang dewasa yaitu, ikan,
kerang, udang, telur, kacang, buah beri, coklat, arbei, keju. Sedangkan pada bayi yang paling sering
yaitu, susu dan produk susu, telur, tepung, dan buah-buah sitrus (jeruk).
3. Gigitan atau sengatan serangga
Gigitan atau sengatan serangga dapat menimbulkan urtika setempat, agaknya hal ini lebih
banyak diperantarai oleh IgE (tipe I) dan tipe seluler (tipe IV). Tetapi venom dan toksin bakteri,
biasanya dapat pula mengaktifkan komplemen. Nyamuk, kepinting, dan serangga lainnya
menimbulkan urtika bentuk papular di sekitar tempat gigitan, biasanya sembuh sendiri setelah
beberapa hari, minggu, atau bulan.
4. Bahan fotosenzitiser
Bahan semacam ini, misalnya griseovulfin, fenotiazin, sulfonamid, bahan kosmetik, dan sabun
germisid sering menimbulkan urtikaria.
5. Inhalan
Inhalan berupa serbuk sari bunga (polen), spora jamur, debu, asap, bulu binatang, dan aerosol,
umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria alergik.
6. Kontaktan
Kontaktan yang sering menimbulkan urtikaria ialah kutu binatang, serbuk tekstil, air liur
binatang, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, bahan kimia, misalnya insect repellent (penangkis
serangga), dan bahan kosmetik. Keadaan ini disebabkan bahan tersebut menembus kulit dan
menimbulkan urtikaria.
7. Trauma Fisik
Trauma fisik dapat diakibatkan oleh :
- Faktor dingin, yakni berenang atau memegang benda dingin.
- Faktor panas, misalnya sinar matahari, radiasi, dan panas pembakaran.
- Faktor tekanan, yaitu goresan, pakaian ketat, ikat pinggang, air yang menetes atau semprotan air.
Fenomena ini disebut dermografisme atau fenomena darier.
8. Infeksi dan infestasi
Bermacam-macam infeksi dapat menimbulkan urtikaria, misalnya infeksi bakteri, virus, jamur,
maupun infeksi parasit :
- Infeksi oleh bakteri contohnya pada infeksi tonsil, infeksi gigi dan sinusitis.
- Infeksi virus hepatitis, mononukleosis dan infeksi virus coxsackie pernah dilaporkan sebagai
faktor penyebab. Karena itu pada urtikaria yang idiopatik perlu dipikirkan kemungkinan infeksi
virus subklinis.
- Infeksi jamur kandida dan dermatofit sering dilaporkan sebagai penyebab urtikaria. Infeksi cacing
pita, cacing tambang, cacing gelang juga Schistosoma atau Echinococcus dapat menyebabkan
urtikaria. Infeksi parasit biasanya paling sering pada daerah beriklim tropis.
9. Psikologis
Tekanan jiwa dapat memacu sel mast atau langsung menyebabkan peningkatan permeabilitas
dan vasodilatasi kapiler. Penyelidikan memperlihatkan bahwa hipnosis menghambat eritema dan
urtika, pada percobaan induksi psikis, ternyata suhu kulit dan ambang rangsang eritema meningkat.
10. Genetik
Faktor genetik juga berperan penting pada urtikaria, walaupun jarang menunjukkan penurunan
autosomal dominan.
11. Penyakt sistemik
Beberapa penyakit kolagen dan keganasan dapat menimbulkan urtikaria, reaksi lebih sering
disebabkan reaksi kompleks antigen-antibodi. Contoh penyakit sistemik yang sering menyebabkan
urtikaria yaitu, sistemik lupus eritematosa (SLE), penyakit serum, hipetiroid, penyakit tiroid
autoimun, karsinoma, limfoma, penyakit rheumatoid arthritis, leukositoklast vaskulitis, polisitemia
vera (urtikaria akne-urtikaria papul melebihi vesikel), demam reumatik, dan reaksi transfusi darah.
C. Patofisiologi Urtikaria
Patofisiologi dari urtikaria ini sendiri mirip dengan reaksi hipersensifitas. Pada awalnya alergen
yang menempel pada kulit merangsang sel mast untuk membentuk antibodi IgE, setelah terbentuk,
maka IgE berikatan dengan sel mast. Setelah itu, pada saat terpajan untuk yang kedua kalinya, maka
alergen akan berikatan dengan IgE yang sudah berikatan dengan sel mast sebelumbnya. Akibat dari
ikatan tersebut, maka akan mengubah kestabilan dari isi sel mast yang mengakibatkan sel mast akan
mengalami degranulasi dan pada akhirnya sel mast akan mengekuarkan histamin yang ada di
dalamnya. Perlu diketahui bahwa sanya sel mast adalah mediator kimia yang dapat menyebabkan
gejala yang terjadi pada seseorang yang mengalami urtikaria.
Pada urtikaria, maka gejala yang akan terjadi dapat meliputi merah, gatal dan sedikit ada benjolan
pada permukaan kulit, yang menyebabkan hal itu terjadi yaitu, pada dasarnya sel mast ini sendiri
terletak didekat saraf perifer, dan pembuluh darah. Kemerahan dan bengkak yang terjadi karena
histamin yang dikeluarkan sel mast itu menyerang pembuluh darah yang menyebabkan vasodilatasi
dan peningkatan permeabilitas. Gatal yang terjadi juga diakibatkan karena histamin menyentuh saraf
perifer.
D. Manifestasi Klinis Urtikaria
Gejalanya di sebabkan oleh reaksi dan serangan imunologi terhadap serum dan obat,Keluhan
utama biasanya gatal, rasa terbakar atau tertusuk. Tampak eritema (kemerahan) dan edema (bengkak)
setempat berbatas tegas, kadang-kadang bagian tengah tampak lebih pucat. Urtika biasa terjadi dalam
berkelompok. Satu urtika sendiri dapat bertahan dari empat sampai 36 jam. Bila satu urtika
menghilang, urtika lain dapat muncul kembali.Bila mengenai organ dalam, misalnya saluran cerna dan
napas, disebut angioedema. Pada keadaan ini jaringan yang lebih sering terkena ialah muka, disertai
sesak napas dan serak. Sekitar 40% penderita urtikaria kronis akan menderita angioedema.
Dermografisme berupa edema dan eritema yang linear di kulit yang terkena goresan benda
tumpul,timbul dalam waktu kurang lebih 30 menit,urtikaria akibat penyinaran biasanya pada
gelombang 285-320 dan 400-500 nm,timbul setslah 18-72 jam penyinaran.
Dapat dirumuskan gejala-gejala yang terjadi pada urtikaria yaitu :
1. Timbulnya bintik-bintik merah atau lebih pucat pada kulit. Bintik-bintik merah ini dapat
mengalami edema sehingga tampak seperti benjolan.
2. Sering disertai rasa gatal yang hebat dan suhu yang > panas pada sekitar benjolan tersebut.
3. Terjadi angiodema, dimana edema luas kedalam jaringan subkutan, terutama disekitar mata, bibir
dan di dalam orofaring.
4. Adanya pembengkakan dapat menghawatirkan, kadang-kadang bisa menutupi mata secara
keseluruhan dan mengganggu jalan udara untuk pernafasan.
E. Klasifikasi Urtikaria
1. URTIKARIA AKUT
Urtikaria akut hanya berlansung selama beberapa jam atau beberapa hari. yang sering terjadi
penyebabnya adalah:
- adanya kontak dengan tumbuhan ( misalnya jelatang ), bulu binatang/makanan.
- akibat pencernaan makanan, terutama kacang-kacangan, kerangan-kerangan dan strouberi.
- akibat memakan obat misalnya aspirin dan penisilin.
2. URTIKARIA KRONIS
Biasanya berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan, atau beberapa tahun. pada bentuk
urtikaria ini jarang didapatkan adanya faktor penyebab tunggal.
3. URTIKARIA PIGMENTOSA
Yaitu suatu erupsi pada kulit berupa hiperpigmentasi yang berlangsung sementara, kadang-
kadang disertai pembengkakan dan rasa gatal.
4. URTIKARIA SISTEMIK ( PRURIGO SISTEMIK )
Adalah suatu bentuk prurigo yang sering kali terjadi pada bayi kelainan khas berupa urtikaria
popular yaitu urtikaria yang berbentuk popular-popular yang berwarna kemerahan.
Berdasarkan penyebabnya, urtikaria dapat dibedakan menjadi:
1. heat rash yaitu urtikaria yang disebabkan panas
2. urtikaria idiopatik yaitu urtikaria yang belum jelas penyebabnya atau sulit dideteksi
3. cold urtikaria adalah urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan dingin.
4. pressure urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan rangsangan tekanan
5. contak urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh alergi
6. aquagenic urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan air
7. solar urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan sengatan sinar matahari
8. vaskulitik urtikaria
9. cholirgening urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan panas, latihan berat dan stress.
F. Penatalaksanaan Urtikaria
- Non Farmakologi
Yang bisa dilakukan untuk pengobatan secara non farmakologi ini adalah dengan menghindari
alergen yang diperkirakan sebagai penyebab dari urtikaria, tetapi pada umumnya hal ini sulit
dilaksanakan
- Farmakologi
Untuk pengobatan secara farmakologi yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan obat
antihistamin. Antimistamin ini sendiri sekarang sudah terbit 2 generasi, generasi I dengan efek
sedative nya (yang dapat menyebabkan kantuk) dan antihistamin generasi II yang tidak lagi
mempunyai efek sedative. Antihistamin generasi II ini lebih aman untuk mereka yang mempunyai
pekerjaan berat yang harus tahan kantuk, misalnya supir.
Selain dengan antihistamin, kortikosteroid pun bisa dipakai untuk kombinasi.
Penanganan dan pengobatan urtikaria dapat berbeda tergantung pada kondisi pasien dan penyakit yang
dideritanya. Pilihan pengobatan :
1. Antihistamin
2. Epinefrin
3. Imunomudulator
4. Imunosupresan
5. Kortikosteroid
G. Pemeriksaan Diagnostik Urtikaria
a. Urtikaria akut : Uji laboratorium pada umumnya tidak diperlukan.
b. Urtikaria kronik : Jika penyebab agen fisik telah disingkirkan, maka penggunaan pemeriksaan
laboratorium, radiografik, dan patologik berikut ini dapat memberikan petunjuk untuk diagnosis
penyakit sistemik yang samar.
c. Uji rutin
1. Laboratorium. Hitung darah lengkap dengan diferensial, profil kimia, laju endap darah (LED),
T4, pengukuran TSH, urinalisis dan biakan urine, antibody antinuclear
2. Radiografik. Radiograf dada, foto sinus, foto gigi, atau panorex
3. Uji selektif. Krioglobulin, analisis serologic hepatitis dan sifilis, factor rheumatoid, komplemen
serum, IgM, IgE serum
4. Biopsi kulit. Jika laju endap darah meningkat, lakukan biopsy nyingkirkakulit untuk men
kemungkinan vaskulitis urtikaria.
H. Komplikasi pada Urtikaria
1. Urtikaria dan angiodema dapat menyebabkan rasa gatal yang menimbulkan ketidaknyamanan.
Urtikaria kronik juga menyebabkan stres psikologis dan sebaliknya sehingga mempengaruhi
kualitas hidup penderita seperti pada penderita penyakit jantung.
2. Lesi-lesi urtikaria bisa sembuh tanpa komplikasi. Namun pasien dengan gatal yang hebat bisa
menyebabkan purpura dan excoriasi yang bisa menjadi infeksi sekunder. Penggunaan antihistamin
bisa menyebabkan somnolens dan bibir kering. Pasien dengan keadaan penyakit yang berat bisa
mempengaruhi kualitas hidup.
Pathway Urtikaria
Faktor Imunologi : Faktor Non-Imunologik : Faktor Modulasi : Tekanan yang terus-
menerus / goresan
Genetik Bahan-bahan kimia Bahan-bahan
Jumlah antibody Paparan fisik kimia
Ig.E dalam darah Zat kolinergik Paparan fisik
besar Infeksi Zat kolinergik
Infeksi Demografisme
Vasodilatasi Peningkatan
pembuluh darah permeabilitas kapiler
setempat
URTIKARIA
Nyeri
Gatal berulang akut
Digaruk Terjadi pada
berlebih malam hari
Resiko
infeksi Gangguan
pola tidur
Kerusakan integritas
jaringan
BAB III
A. Pengkajian
Untuk menetapkan bahan alergen penyebab urtikaria kontak alergik diperlukan anamnesis yang
teliti, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik dan uji tempel.
Anamnesis ditujukan selain untuk menegakkan diagnosis juga untuk mencari kausanya. Karena hal ini
penting dalam menentukan terapi dan tindak lanjutnya, yaitu mencegah kekambuhan. Diperlukan
kesabaran, ketelitian, pengertian dan kerjasama yang baik dengan pasien. Pada anamnesis perlu juga
ditanyakan riwayat atopi, perjalanan penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat kontaktan dan pengobatan
yang pernah diberikan oleh dokter maupun dilakukan sendiri, obyek personal meliputi pertanyaan
tentang pakaian baru, sepatu lama, kosmetika, kaca mata, dan jam tangan serta kondisi lain yaitu
riwayat medis umum dan mungkin faktor psikologik.
Pemeriksaan fisik didapatkan, biasanya klien mengeluh gatal, rasa terbakar, atau tertusuk. Klien
tampak eritema dan edema setempat berbatas tegas, kadang-kadang bagian tengah tampak lebih pucat.
Bentuknya dapat papular seperti pada urtikaria akibat sengatan serangga, besarnya dapat lentikular,
numular, sampai plakat. Kriteria diagnosis urtikaria alergik adalah :
Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan satu kali tetapi lama, beberapa kali atau satu kali tetapi
sebelumnya pernah atau sering kontak dengan bahan serupa.
1. Terdapat tanda-tanda urtikaria terutama pada tempat kontak.
2. Terdapat tanda-tanda urtikaria disekitar tempat kontak dan lain tempat yang serupa dengan tempat
kontak tetapi lebih ringan serta timbulnya lebih lambat, yang tumbuhnya setelah pada tempat
kontak.
3. Rasa gatal
4. Uji tempel dengan bahan yang dicurigai hasilnya positif.
Identitas Pasien
Keluhan Utama :
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan
tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
d. Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang
berkepanjangan.
e. Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien
tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
f. Pemeriksaan fisik
KU : lemah
TTV : suhu naik atau turun.
Kepala : Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.
Mulut : Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang disebabkan oleh obat.
Abdomen : Adanya limfadenopati dan hepatomegali.
Ekstremitas : Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.
Kulit : Kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema sehingga terjadi ekstropion pada keadaan
kronis dapat terjadi gangguan pigmentasi. Adanya eritema , pengelupasan kulit , sisik halus dan
skuama.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Integritas Kulit b.d dengan terpapar alergen
2. Resiko Infeksi b.d adanya luka akibat gangguan integritas
3. Nyeri Akut b.d adanya luka akibat gangguan integritas kulit
4. Gangguan Pola Tidur b.d dengan pruritus
5. Gangguan citra tubuh b.d penampakan kulit yang tidak bagus
C. Intervensi Keperawatan
Dx 1 : Gangguan Integritas Kulit b.d dengan terpapar alergen (D.0129)
Dx 2 : Resiko Infeksi b.d adanya luka akibat gangguan integritas kulit (D.0142)
Dx 3 : Nyeri Akut b.d adanya luka akibat gangguan integritas kulit (D.0077)
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Dx 5 : Gangguan citra tubuh b.d penampakan kulit yang tidak bagus (D.0083)
Objektif :
- Menyembunyikan
atau menunjukkan
bagian tubuh secara
berlebihan
- Hubungan sosial
berubah
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. (Perry & Potter, 2005)
1. Tindakan Keperawatan Mandiri
Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter. Tindakan keperawatan mendiri dilakukan oleh
perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang tenang, mengompres hangat saat klien demam.
2. Tindakan Keperawatan Kolaboratif
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan anggota perawatan
kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertahan untuk mengatasi masalah
klien
E. Evaluasi Keperawatan
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian tujuan. Evaluasi terjadi kapan saja perawat
berhubungan dengan klien. Penekanannya adalah pada hasil klien. Perawat mengevaluasi apakah
perilaku klien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnose keperawatan. ( Perry
Potter, 2005 )
Pada saat akan melakukan pendokumentasian, menggunakan SOAP, yaitu :
O : Data obyektif merupakan tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan diagnose keperawatan
P : Perencanaan merupakan pengembangan rencana untuk yang akan datang dari intervensi
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Urtikaria adalah penyakit kulit yang sering di jumpai. Urtikaria ialah reaksi di kulit akibat
bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema (bengkak) setempat yang cepat timbul dan
menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit serta disertai
keluhan gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Di Indonesia, urtikaria dikenal dengan nama lain biduran atau
kaligata. Walaupun pathogenesis dan penyebab yang di curigai telah di temukan,ternyata pengobatan
yang di berikan kadang-kadang tidak memberi hasil seperti yang di harapkan.
DAFTAR PUSTAKA