Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

URTIKARIA

DOSEN : Ns. Yenny Safitri M.Kep

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3 :

1. Sri Rahmayuni Fadrus


2. Irma Zarina
3. Bambang Irawan
4. Ulfania Ayu
5. Fauzal Fitra

SEMESTER 5

PRODI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena limpahan rahmat dan
karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Urtikaria” dengan lancar.

Dalam penyelesaian makalah ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing Ibu Ns,Yenny Safitri M.Kep yang telah membimbing kami untuk menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan juga masih
banyak kekurangannya.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami
harapkan. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, dan untuk
itu kami mengucapkan banyak terima kasih.

Bangkinang, 22 September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................................................................4
1.3 TUJUAN..............................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 PENGERTIAN......................................................................................................................................6
2.2 BENTUK-BENTUK URTIKARIA............................................................................................................6
2.3 ETIOLOGI............................................................................................................................................7
2.4 PATOFISIOLOGI..................................................................................................................................8
2.5 PATHWAYS.......................................................................................................................................10
2.6  MANISFESTASI KLINIS....................................................................................................................10
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG............................................................................................................11
2.8 PENATALAKSANAAN........................................................................................................................11
2.9 KOMPLIKASI....................................................................................................................................12
2.10 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................................12
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................................23
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................................................23
3.2 SARAN.............................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Urtikaria adalah penyakit kulit yang sering di jumpai. Urtikaria ialah reaksi di kulit akibat
bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema (bengkak) setempat yang cepat timbul
dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit
serta disertai keluhan gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Di Indonesia, urtikaria dikenal dengan
nama lain biduran atau kaligata. Walaupun pathogenesis dan penyebab yang di curigai telah di
temukan,ternyata pengobatan yang di berikan kadang-kadang tidak member hasil seperti yang di
harapkan.
Berdasarkan waktunya, urtikaria dapat berlangsung singkat (akut,kurang dari 6
minggu), lama (kronis, lebih 6 minggu) dan berulang (kambuhan). Berdasarkan angka
kejadiannya, disebutkan bahwa sekitar 15-20% populasi mengalami urtikaria dalam masa
hidupnya.
Kemungkinan mengalami urtikaria, tidak ada perbedaan ras dan umur (terbanyak pada
kelompok umur 40-50 an) . Hanya saja, pada urtikaria kronis (berulang dan lama), lebih sering
dialami pada wanita (60%).

Singkatnya, urtikaria terjadi sebagai akibat pelebaran pembuluh darah (istilah kerennya:
vasodilatasi) dan peningkatan kepekaan pembuluh darah kecil (kapiler) sehingga menyebabkan
pengeluaran cairan (transudasi) dari membran pembuluh darah, akibatnya terjadi bentol pada
kulit. Kondisi ini dikarenakan adanya pelepasan histamin yang dipicu oleh paparan alergen
(bahan atau apapun pencetus timbulnya reaksi alergi).

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah tinjauan teoritis dari urtikaria ?


2.  Apa saja bentuk-bentuk dari urtikaria ?
3. Bagaimanakah etiologi dari urtikaria ?
4. Bagaimanakah patofisiologi dari urtikaria ?
5. Apakah penyebab gejala urtikaria ?
6. System pengobatan apa saja yang dapat dilakukan unutk urtikaria ?
7. Apa saja asuhan keperawatan yang dapat diberikan kepada penderita urtikaria ?
1.3 TUJUAN

1. Agar dapat mengerti pengertian urtikaria dan bentuk-bentuk dari urtikaria.


2. Agar dapat mengetahui etiologi dan patofisiologi dari urtikaria.
3. Agar dapat mengetahui penyebab gejala urtikaria dan system pengobatan yang dapat
dilakukan kepada penderita urtikaria.
4. Agar dapat mengetahui pemberian asuhan keperawatan kepada penderita urtikaria mulai
dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
            Urtikaria atau biduran adalah penyakit alergi yang sangat mengganggu dan
membuat penderita atau dokter kadang frustasi. Frustasi karena pada keadaan tertentu gangguan
ini sering hilang timbul tanpa dapat diketahui secara pasti penyebabnya. Kesulitan mencari
penyebab ini terjadi karena faktor yang berpengaruh sangat banyak dan sulit dipastikan. Secara
umum yang mendasari utama biasanya adalah penderita memang punya bakat alergi kulit yang
didasari oleh alergi makanan dan dipicu oleh hilang timbulnya infeksi virus dalam tubuh
(gejalanya demam, sumeng atau tanpa demam, pilek, badan pegal (sering dikira kecapekan),
batuk atau gangguan saluran cerna).
Urtikaria adalah lesi sementara yang terdiri dari bentol sentral yang dikelilingi oleh
haloeritematosa. Lesi tersendiri adalah bulat, lonjong, atau berfigurata, dan seringkali
menimbulkan rasa gatal. (Harrison, 2005)
Urtikaria, yang dikenal dengan hives, terdiri atas plak edematosa (wheal) yang terkait
dengan gatal yang hebat (pruritus). Urtikaria terjadi akibat pelepasan histamine selama respons
peradangan terhadap alegi sehingga individu menjadi tersensitisasi. Urtikaria kronis dapat
menyertai penyakit sistemik seperti hepatitis, kanker atau gangguan tiroid. (Elizabeth, 2007)
Urtikaria merupakan istilah klinis untuk suatu kelompok kelainan yang ditandai dengan
adanya pembentukan “bilur-bilur” – pembekakan kulit yang dapat hilang tanpa meninggalkan
bekas yang terlihat. Pada umumnya kita semua pernah merasakan salah satu bentuk urtikaria
akibat jath (atau didorong) hingga gatal-gatal. Gambaran patologis yang utama adalah
didapatkannya edema dermal akibat terjadinya dilatasi vascular, seringkali sebagai respons
terhadap histamine (dan mungkin juga mediator-mediator yang lain) yang dilepas oleh sel mast.
(Tony, 2005)

2.2 BENTUK-BENTUK URTIKARIA

1. URTIKARIA AKUT
Urtikaria akut hanya berlansung selama beberapa jam atau beberapa hari. yang sering
terjadi penyebabnya adalah:
1. adanya kontak dengan tumbuhan ( misalnya jelatang ), bulu binatang/makanan.
2. akibat pencernaan makanan, terutama kacang-kacangan, kerangan-kerangan dan
strouberi.
3. akibat memakan obat misalnya aspirin dan penisilin.
2. URTIKARIA KRONIS
Biasanya berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan, atau beberapa tahun. pada bentuk
urtikaria ini jarang didapatkan adanya faktor penyebab tunggal.
3. URTIKARIA PIGMENTOSA
Yaitu suatu erupsi pada kulit berupa hiperpigmentasi yang berlangsung sementara, kadang-
kadang disertai pembengkakan dan rasa gatal.
4. URTIKARIA SISTEMIK ( PRURIGO SISTEMIK )
Adalah suatu bentuk prurigo yang sering kali terjadi pada bayi kelainan khas berupa urtikaria
popular yaitu urtikaria yang berbentuk popular-popular yang berwarna kemerahan.
Berdasarkan penyebabnya, urtikaria dapat dibedakan menjadi:
1. heat rash yaitu urtikaria yang disebabkan panas.
2. urtikaria idiopatik yaitu urtikaria yang belum jelas penyebabnya atau sulit dideteksi.
3. cold urtikaria adalah urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan dingin.
4. pressure urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan rangsangan tekanan.
5. contak urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh alergi.
6. aquagenic urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan air.
7. solar urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan sengatan sinar matahari.
8. vaskulitik urtikaria.
9. cholirgening urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan panas, latihan berat dan stress.

2.3 ETIOLOGI
Berdasarkan kasus-kasus yang ada, paling banyak urtikaria di sebabkan oleh alergi, baik alergi
makanan, obat-obatan, dll.
1. Obat

Bermacam-macam obat dapat menimbulkan urtikaria,baik secara imulogik maupun


imunologik,hampit semua obat dapat menimbulkan urtikaria secara imunologik tipe I dan
II.contohnya adalah obat-obat tipe penicilin,sulfonamid,analgesik,pencahar,hormon dan
diuretik.aspirin menimbulkan urtikaria karena menghambat sintesis prostaglandin dari asam
arakidonat.

2. Makanan

Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria yang akut,umumnya akibat reaksi
imunolgik,makanan berupa protein atau bahan lain yang di campurkan ke dalam nya seperti zat
warna,penyedap rasa,atau bahan pengawet.sering menimbulkan urtikaria.
3. Gigitan/sengatan serangga

Gigitan serangga dapat menimbulkan urtikaria setempat,agaknya hal ini di perantarai oleh
IgE(tipe I) dan tipe seluler(tipe IV).nyamuk,lebah dan serangga lainnya
menimbulkan urtikaria bentuk papul di sekitar tempat gigitan,biasanya sembuh sendiri.
4. Bahan Fotosensitizer
Bahan semacam ini,biasanya griseofulvin,Fenotiazin,sulfonamid,bahan kosmetik,dan
sabun germisid.
5.  Inhalan
Berupa serbuk sari bunga,spora jamur,debu,bulu binatang,dan aerosol,umumnya lebih
mudah menimbulkan urtikaria alergik (tipe I).
6.  Kontraktan
Yang sering menimbulkan urtikaria adalah bulu binatang,serbuk tekstil,air liur
binatang ,tumbuh-tumbuhan buah-buahan ,bahan kimia dan bahan kosmetik.
7. Trauma fisik
Dapat di akibatkan oleh faktor dingin,yakni berenang atau memegang benda
dingin,Faktor panas misalnya sinar matahari,radiasi dan pana pembakaran.Faktor tekanan
yaitu,goresan,pakaian ketat,ikat pinggang,dan tekanan berulang-ulang
yakni,pijatan,keringan,pekerjaan berat dan demam.
8. Infeksi dan infestasi
Bermacam-macam infeksi misalnya infeksi bakteri,virus,jamur,maupun infestasi
parasit.infeksi oleh bakteri contohnya infeksi pada tonsil,infeksi gigi,dan sinusitis,dan
infestasi cacing pita,cacing tambang,dapat menyababkan urtikaria.

2.4 PATOFISIOLOGI 
            Sebenarnya patofisiologi dari urtikaria ini sendiri mirip dengan reaksi hipersensifitas.
Pada awalnya alergen yang menempel pada kulit merangsang sel mast untuk membentuk
antibodi IgE, setelah terbentuk, maka IgE berikatan dengan sel mast. Setelah itu, pada saat
terpajan untuk yang kedua kalinya, maka alergen akan berikatan dengan igE yang sudah
berikatan dengan sel mast sebelumnya. Akibat dari ikatan tersebut, maka akan mengubah
kestabilan dari isi sel mast yang mengakibatkan sel mast akan mengalami degranulasi dan pada
akhirnya sel mast akan mengekuarkan histamin yang ada di dalamnya. Perlu diketahui bahwa
sanya sel mast adalah mediator kimia yang dapat menyebabkan gejala yang terjadi pada
seseorang yang mengalami urtikaria.
Pada urtikaria, maka gejala yang akan terjadi dapat meliputi merah, gatal dan sedikit ada
benjolan pada permukaan kulit. Apa yang menyebabkan hal itu terjadi ??? , Begini
jawabannya,pada dasarnya sel mast ini sendiri terletak didekat saraf perifer, dan pembuluh darah.
Kemerahan dan bengkak yang terjadi karena histamin yang dikeluarkan sel mast itu menyerang
pembuluh darah yang menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas. Gatal yang
terjadi juga diakibatkan karena histamin menyentuh saraf perifer.
Urtikaria terjadi akibat vasodilatasi dan peningkatan permiabilitas dari kapiler atau
pembuluh darah kecil sehingga terjadi transudasi cairan dari pembuluh darah di kulit. Hal in
karena adanya pelepasan mediator kimia dari sel mast atau basofil terutama histamin.
Pelepasan mediator ini dapat terjadi melalui mekanisme : 
- Imunologi (terutama reaksi hipersensitivitas tipe I kadang kadang tipe II) 
- Non imunologi (“chemical histamine liberator”, agen fisik, efek kolinergik).
Baik faktor imunologi maupun nonimunologi mampu merangsang sel mas atau basofil
untuk melepaskan mediator. Pada yang imunologi mungkin sekali siklik AMP(adenosine mono
phosphate) memegang peranan penting pada pelepasan mediator.beberapa bahan kimia seperti
golongan amin dan derivate amidin,obat-obatan seperti morfin,kodein,polimiksin,dan beberapa
anttibiotik berperan pada keadaan ini.
            Faktor imunologik lebih berperan pada urtikaria yang akut dari pada yang
kronik,biasanya IgE terikat pada permukaan sel mas dan atau sel basofil karena adanya reseptor
Fc,bila ada antigen yang sesuai berikatan dengan IgE,maka terjadi degranulasi sel,sehingga
mampu melepaskan mediator.
2.5 PATHWAYS
Faktor-faktor pencetus :
Fx. Imunologik/non imunologik

Kulit

Melakukan Pertahanan

Induksi Respon Antiodi IgE

Sel Mast Basofil

Pelepasan mediator
(H, SRSA, Serotonin,Kinin)

Anafilaksis Sistemik

Urtikaria

2.6  MANISFESTASI KLINIS
            Gejalanya di sebabkan oleh reaksi dan serangan imunologi terhadap serum dan
obat,Keluhan utama biasanya gatal, rasa terbakar atau tertusuk. Tampak eritema (kemerahan)
dan edema (bengkak) setempat berbatas tegas, kadang-kadang bagian tengah tampak lebih pucat.
Urtika biasa terjadi dalam berkelompok. Satu urtika sendiri dapat bertahan dari empat sampai 36
jam. Bila satu urtika menghilang, urtika lain dapat muncul kembali.Bila mengenai organ dalam,
misalnya saluran cerna dan napas, disebut angioedema. Pada keadaan ini jaringan yang lebih
sering terkena ialah muka, disertai sesak napas dan serak. Sekitar 40% penderita urtikaria kronis
akan menderita angioedema. 
Dermografisme berupa edema dan eritema yang linear di kulit yang terkena goresan
benda tumpul,timbul dalam waktu kurang lebih 30 menit,urtikaria akibat penyinaran biasanya
pada gelombang 285-320 dan 400-500 nm,timbul setslah 18-72 jam penyinaran.
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. a. Urtikaria akut. Uji laboratorium pada umumnya tidak diperlukan.
              b. Urtikaria kronik. Jika penyebab agen fisik telah disingkirkan, maka penggunaan
pemeriksaan laboratorium, radiografik, dan patologik berikut ini dapat memberikan petunjuk
untuk diagnosis penyakit sistemik yang samar.
2. Uji rutin
a) Laboratorium. Hitung darah lengkap dengan diferensial, profil kimia, laju endap darah
(LED), T4, pengukuran TSH, urinalisis dan biakan urine, antibody antinuclear
b)   Radiografik. Radiograf dada, foto sinus, foto gigi, atau panorex
c) Uji selektif. Krioglobulin, analisis serologic hepatitis dan sifilis, factor rheumatoid,
komplemen serum, IgM, IgE serum
d) Biopsi kulit. Jika laju endap darah meningkat, lakukan biopsy nyingkirkakulit untuk men
kemungkinan vaskulitis urtikaria.

2.8 PENATALAKSANAAN
1. Non Farmakologi
Yang bisa dilakukan untuk pengobatan secara non farmakologi  ini adalah dengan
menghindari alergen yang diperkirakan sebagai penyebab dari urtikaria, tetapi pada
umumnya hal ini sulit dilaksanakan
2. Farmakologi
Pada kebanyakan keadaan, urtikaria merupakan penyakit yang sembuh sendiri yang
memerlukan sedikit pengobatan lainnya, selain dari antihistamin. Hidroksizin (Atarax) 0,5
ml/kg, merupakan salah satu antihistamin yang paling efektif untuk mengendalikan urtikaria,
tetapi difenhidramin (Benadryl), 1,25 mg/kg, dan antihistamin lainnya juga efektif. Jika
perlu, dosis ini dapat diulangi pada interval 4-6 jam.
Epinefrin 1 : 1000, 0,01 ml/kg, maksimal 0,3 ml, biasanya menghasilkan
penyembuhan yang cepat atas urtikaria akut yang berat. Hidroksizin (0,5 ml/kg setiap 4-6
jam) merupakan obat pilihan untuk urtikaria kolinergik dan urtikaria kronis. Penggunaan
bersama antihistamin tipe H1 dan H2 kadang-kadang membantu mengendalikan urtikaria
kronis. Antihistamin h2 saja dapat menyebabkan eksaserbasi urtikaria. Siproheptadin
(Periactin) (2-4 mg setiap 8-12 jam) terutama bermanfaat sebagai agen profilaksis untuk
urtikaria dingin.
Siproheptadin dapat menyebabkan rangsangan nafsu makan dan penambahan berat
pada beberapa penderita. Tabir surya merupakan satu-satunya pengobatan yang efektif untuk
urtikaria sinar matahari. Kortikosteroid mempunyai pengaruh yang bervariasi pada urtikaria
kronis ; dosis yang diperlukan untuk mengendalikan urtikaria sering begitu besar sehingga
obat-obat tersebut menimbulkan efek samping yang serius. Urtikaria kronis sering tidak
berespons dengan baik pada manipulasi diet. Sayang sekali, urtikaria kronis dapat menetap
selama bertahun-tahun.
2.9 KOMPLIKASI
1.    Purpura dan excoriasi
2.    Infeksi sekunder
3.    Bibir kering

2.10 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A.   PENGKAJIAN
Untuk menetapkan bahan alergen penyebab urtikaria kontak alergik diperlukan anamnesis
yang teliti, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik dan uji tempel.
Anamnesis ditujukan selain untuk menegakkan diagnosis juga untuk mencari kausanya. Karena
hal ini penting dalam menentukan terapi dan tindak lanjutnya, yaitu mencegah kekambuhan.
Diperlukan kesabaran, ketelitian, pengertian dan kerjasama yang baik dengan pasien. Pada
anamnesis perlu juga ditanyakan riwayat atopi, perjalanan penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat
kontaktan dan pengobatan yang pernah diberikan oleh dokter maupun dilakukan sendiri, obyek
personal meliputi pertanyaan tentang pakaian baru, sepatu lama, kosmetika, kaca mata, dan jam
tangan serta kondisi lain yaitu riwayat medis umum dan mungkin faktor psikologik.
Pemeriksaan fisik didapatkan, biasanya klien mengeluh gatal, rasa terbakar, atau tertusuk.
Klien tampak eritema dan edema setempat berbatas tegas, kadang-kadang bagian tengah tampak
lebih pucat. Bentuknya dapat papular seperti pada urtikaria akibat sengatan serangga, besarnya
dapat lentikular, numular, sampai plakat. Kriteria diagnosis urtikaria alergik adalah :
       Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan satu kali tetapi lama, beberapa kali atau satu kali
tetapi sebelumnya pernah atau sering kontak dengan bahan serupa.
       Terdapat tanda-tanda urtikaria terutama pada tempat kontak.
       Terdapat tanda-tanda urtikaria disekitar tempat kontak dan lain tempat yang serupa dengan
tempat kontak tetapi lebih ringan serta timbulnya lebih lambat, yang tumbuhnya setelah pada
tempat kontak.
       Rasa gatal
       Uji tempel dengan bahan yang dicurigai hasilnya positif.
1.    Identitas Pasien.
2.    Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
3.    Riwayat Kesehatan.
a.    Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan
tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
b.    Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
c.    Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
d.    Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang
berkepanjangan.
e.    Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien
tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
f.     Pemeriksaan fisik
       KU : lemah
       TTV : suhu naik atau turun.
       Kepala
Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.
       Mulut
Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang disebabkan oleh obat.
       Abdomen
Adanya limfadenopati dan hepatomegali.
       Ekstremitas
Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.
       Kulit
Kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema sehingga terjadi ekstropion pada keadaan
kronis dapat terjadi gangguan pigmentasi. Adanya eritema , pengelupasan kulit , sisik halus dan
skuama.

B.   DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.    Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka akibat gangguan integritas

2.    Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen

3.    Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus

4.    Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus

5.    Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.

6.    Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan inadekuat informasi

C.      INTERVENSI

1. Dx      : Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka akibat gangguan

integritas

     Tujuan     : Tidak terjadi infeksi

     Kriteria Hasil : a. Hasil pengukuran tanda vital dalam batas normal.

                                         b. Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi (kalor,dolor, rubor,  tumor,

infusiolesa)

Intervensi Rasional
a.     Lakukan tekni aseptic dan antiseptic
a.       Dengan teknik septik dan aseptik dapat

dalam melakukan tindakan pada mengirangi dan mencegah kontaminasi

pasien. kuman.

                         Ukur tanda vital tiap 4-6


b.      Suhu yang meningkat adalah imdikasi

jam terjadinya proses infeksi

c.    Observasi adanya tanda-tanda


c.       Deteksi dini terhadap tanda-tanda infeksi

infeksi d.      Untuk menghindari alergen dari makanan

d.   Kolaborasi dengan ahli gizi untuk


e.       Memandirikan keluarga

pemberian diet f.       Menghindari alergen yang dapat

e.    Libatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan urtikaria.

memberikan bantuan pada klien.

f.      Jaga lingkungan klien agar tetap

bersih

2.   Dx               : Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen

                  Tujuan   : Tidak terjadi kerusakan pada kulit

Kriteria Hasil : Klien akan mempertahankan integritas kulit, ditandai dengan menghindari

alergen.

Intervensi Rasional

a.    Ajari klien menghindari atau menurunkan


a.       Menghindari alergen akan

paparan terhadap alergen yang telah menurunkan respon alergi.

diketahui. b.      Menghindari dari bahan makanan


b.    Pantau kegiatan klien yang dapat yang mengandung alergen.

menyebabkan terpapar langsung dengan


c.       Binatang sebaiknya hindari

alergen. Seperti : stimulan fisik. dan kimia memelihara binatang atau batasi

c.    Baca label makanan kaleng agar terhindar keberadaan binatang di sekitar area

dari bahan makan yang mengandung rumah.

alergen. d.      AC membantu menurunkan paparan

d.   Hindari binatang peliharaan. terhadap beberapa alergen yang ada di

e.    Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah lingkungan.

atau di tempat kerja, bila memungkinkan.

f.      

3.. Dx              :    Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus

     Tujuan        : Rasa nyaman klien terpenuhi

                         Kriteria Hasil  :

      a.       Klien menunjukkan berkurangnya pruritus, ditandai  dengan berkurangnya lecet akibat

garukan.

      b.      klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal

      c.       klien mengungkapkan adanya peningkatan rasa  nyaman

Intervensi Rasional

a.  Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan1.  a. Dengan mengetahui proses fisiologis

penyebabnya (misal keringnya kulit) dan dan psikologis dan prinsip gatal serta

prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus penangannya akan meningkatkan rasa
gatal-garuk-gatal-garuk. kooperatif.

2.    b. Cuci semua pakaian sebelum digunakan

untuk menghilangkan formaldehid dan2.  b. Pruritus sering disebabkan oleh

bahan kimia lain serta hindari dampak iritan atau allergen dari bahan

menggunakan pelembut pakaian buatan kimia atau komponen pelembut pakaian.

pabrik.

c.  Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaianc. Bahan yang tertinggal (deterjen) pada

untuk memastikan sudah tidak ada sabun pencucian pakaian dapat menyebabkan

yang tertinggal. iritasi.

4.     d. Mengurangi penyebab gatal karena

        d.  Jaga kebersihan kulit pasien terpapar alergen.

5.  e.  Mengurangi rasa gatal.

e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian

obat pengurang rasa gatal

    

4.  Dx              : Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus

Tujuan             : Klien bisa beristirahat tanpa adanya pruritus

 Kriteria Hasil :

a.       Mencapai tidur yang nyenyak.

b.      Melaporkan gatal mereda

c.       .Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.

d.      .Menghindari konsumsi kafein


e.       .Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.

f.       Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan.

Intervensi Rasional

1.    a. Mengerjakan hal ritual menjelang tidur. 1 a. Udara yang kering membuat kulit

terasa gatal, lingkungan yang nyaman

meningkatkan relaksasi.

2.   b.  Menjaga agar kulit selalu lembab. 2 b. Tindakan ini mencegah kehilangan

air, kulit yang kering dan gatal

biasanya tidak dapat disembuhkan

tetapi bisa dikendalikan.

c. c.  Menghindari minuman yang mengandung


c. Kafein memiliki efek puncak 2-4 jam

kafein menjelang tidur. setelah dikonsumsi.

4.    d. Melaksanakan gerak badan secara teratur. d. Memberikan efek menguntungkan

bila dilaksanakan di sore hari.

e. Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur


e. Memudahkan peralihan dari keadaan

agar tetap memiliki ventilasi dan kelembaban terjaga ke keadaan tertidur.

yang baik.

5.   Dx             :  Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang           tidak bagus.

                         Tujuan             : Pengembangan peningkatan penerimaan diri pada klien tercapai

      Kriteria Hasil  :
       i.      Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.

       ii.      Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.

       iii.      Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.

       iv.      Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.

       v.      Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.

       vi.      Tampak tidak meprihatinkan kondisi.

      vii.     Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan teknik untuk

meningkatkan penampilan

Intervensi Rasional

a. Kaji adanya gangguan citra diri


a.  Gangguan citra diri akan menyertai setiap

(menghindari kontak penyakit/keadaan yang tampak nyata bagi klien,

mata,ucapan merendahkan diri kesan orang terhadap dirinya berpengaruh

sendiri). terhadap konsep diri.

 Terdapat hubungan antara stadium perkembangan,

b.  Identifikasi stadium psikososial citra diri dan reaksi serta pemahaman klien

terhadap perkembangan. terhadap kondisi kulitnya.

c. Klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan

c.   Berikan kesempatan dipahami.

pengungkapan perasaan. 4. 

d.  Memberikan kesempatan pada petugas untuk

 d. Nilai rasa keprihatinan dan menetralkan kecemasan yang tidak perlu  terjadi

ketakutan klien, bantu klien dan memulihkan realitas situasi, ketakutan


yang cemas mengembangkan

kemampuan untuk menilai diri


merusak adaptasi klien .
dan mengenali masalahnya.
5. 

 e.  Membantu meningkatkan penerimaan diri dan


e. Dukung upaya klien untuk
sosialisasi.
memperbaiki citra diri , spt
 f. Membantu meningkatkan penerimaan diri dan
merias, merapikan.
sosialisasi.
f.  Mendorong sosialisasi dengan

orang lain.

6.   Dx           :  Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan inadekuat

informasi

      Tujuan     : Terapi dapat dipahami dan dijalankan

Kriteria Hasil :

a.       Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.

b.      Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.

c.       Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.

d.      Menggunakan obat topikal dengan tepat.

e.       Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.

Intervensi Rasional

a. Kaji apakah klien memahami dana. Memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana

mengerti tentang penyakitnya. penyuluhan


b.  Jaga agar klien mendapatkan
b. Klien harus memiliki perasaan bahwa sesuatu dapat

informasi yang benar, memperbaiki mereka perbuat, kebanyakan klien merasakan manfaat.

kesalahan konsepsi/informasi. c.  Memungkinkan klien memperoleh cara yang tepat untuk

c.  Peragakan penerapan terapi seperti, melakukan terapi.

mandi dan pembersihan serta balutand.  Dengan terjaganya hygiene, dermatitis alergi sukar

basah. untuk kambuh kembali.

d.  Nasihati klien agar selalu menjagae. penghentian dini dapat  mempengaruhi pertahanan alami

hygiene pribadi juga lingkungan. tubuh  melawan infeksi.

e. tekankan perlunya melanjutkan terapi


f. keterbatasan aktivitas dapat mengganggu kemampuan

/penggunaan obat-obatan topikal. pasien untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

f. identifikasi sumber-sumber

pendukung yang memungkinkan

untuk mempertahankan perawatan di

rumah yang dibutuhkan.

D.      Implementasi

Implementasi adalah serangkai kegiatan yang di lakukan oleh perawat untuk

membantu  klien dari status masalah kesehatan yang di hadapi ke status kesehatan yang lebih

baik yang menggambarkan kreteria hasil yang di harapkan ( gordon, 1994, dalam potter dan

perry, 1997)
E.       Evaluasi

1. Tidak terjadinya infeksi

2. Tidak terjadinya kerusakan kulit klien

3. klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal  karena berkurangnya pruritus dan ditandai

dengan berkurangnya lecet akibat garukan.

4. Tercapainya pola tidur/istirahat yang memuaskan

5. Menerima keadaan diri

6. Memahami tentang perawatan kulit dan terapi pengobatan


BAB IV

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Urtikaria adalah penyakit kulit yang sering di jumpai. Urtikaria ialah reaksi di kulit akibat
bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema (bengkak) setempat yang cepat timbul
dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit
serta disertai keluhan gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Di Indonesia, urtikaria dikenal dengan
nama lain biduran atau kaligata. Walaupun pathogenesis dan penyebab yang di curigai telah di
temukan,ternyata pengobatan yang di berikan kadang-kadang tidak memberi hasil seperti yang di
harapkan.

3.2 SARAN
a) Sebaiknya kita dapat  mengetahui pengertian urtikaria.
b) Sebaiknya kita dapat  mengetahui gejala penyebab urtikaria.
c) Sebaiknya sebagai tenaga kesehatan, kita dapat memberikan tindakan keperawatan
urtikaria dengan  baik dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Hamzah,mochtar,2007,Ilmu penyakit kulit dan kelamin,Jakarta,fakultas kedokteran


universitas Indonesia.
Suddarth&brunner,2002,buku ajar keperawatan medical bedah,jkarta,buku kedokteran.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Efiaty Arsyad Soepardi. (2007). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok

Kepala Dan Leher, edisi 6. Jakarta : FKUI.

Kumala, Poppy. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC.

Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan

Praktik. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku Ajar Keperawatn Medikal- Bedah, Vol 1.

Anda mungkin juga menyukai