Disusun oleh :
Jalum 1A
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga
pada akhirnya bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul ”Penyakit Genetalia
Eksterna Wanita” tepat pada waktunya.
Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada ibu Eneng Solihah SST, M,Keb
selaku dosen Obstetri yang selalu memberikan dukungan serta bimbingannya
sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik.
Semoga makalah yang telah kami susun ini turut memperkaya khazanah ilmu
serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
........................................................................................................................ 6
BAB VI PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai wanita penting sekali dalam merawat organ genetalia agar tetap sehat
dan bersih. Perlu diketahui bahwa organ genetalia eksterna pada wanita sangat rentan
terserang berbagai infeksi baik itu virus maupun bakteri. Dengan begitu penting
sekali untuk kita mengetahui vulva hygine yang baik, agar terhindar dari penyakit-
penyakit, infeksi, dan virus yang akan menyerang organ kewanitaan kita.
Kesehatan reproduksi wanita perlu dimulai dengan melindungi organ bagian luar
seperti penyakit menular seksual. Penggunaan alat kontrasepsi seperti kondom dapat
mengurangi resiko terjadinya penyakit menular seksual seperti gonore dan klamidia.
Selain itu, alat kontrasepsi juga menurunkan resiko kehamilan yang tidak
direncanakan.
2. Merencanakan Kehamilan
Kelebihan berat badan dapat mempengaruhi proses ovulasi dan produksi hormon.
Berat badan yang berlebih juga dapat meningkatkan kelembapan pada organ
kewanitaan dan dapat meningkatkan resiko infeksi bakteri dan jamur.
Makanan sehat seperti sayuran, buah, biji-bijian, protein dan lemak sehat dapat
memberikan nutrisi yang seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh.
7. Mengelola Stress
Stress dapat dikelola dengan cara sederhana seperti berolahraga secara rutin. Atau
jika dibutuhkan maka lakukan konseling dengan profesional.
1.3 Tujuan
Agar pembaca dapat mengetahui dan mengerti tentang penyakit pada genetalia
eksterna wanita
13.2 Tujuan Khusus
PEMBAHASAN
Jika bidan melakukan inspeksi maka biasanya pada vulva akan terlihat
perubahan warna kulit vulva menjadi merah, membengkak, timbunan nanah dalam
kelenjar bartholin. Kadang kala menemukan ada cairan mukoid berbau dan
bercampur dengan darah.
2.2 Pedikulosis Pubis
Pedikulosis Pubis adalah radang yang disebabkan infeksi parasit dan jenis
yang paling sering dijumpai. Radang ini adalah termasuk salah satu penyakit menular
yang disebabkan oleh kutu Pthirus Pubis.
Kutu Pthirus ini ditularkan melalui kontak dekat (seksual atau non seksual),
pemakaian handuk, sprei atau celana secara bersama-sama. Keluhan pada kasus ini
berupa gatal yang hebat dan menetap didaerah pubis yang disertai lesi makulopopuler
di vulva.
Untuk mencegah terjadi infeksi berulang, handuk, pakaian, seprei yang pernah
digunakan oleh penderita juga harus dibersihkan dengan air panas dan dijemur dan
disetrika dengan baik. Selain penderita yang diobati, pasangannya juga harus
dilakukan pemeriksaan untuk mencegah infeksi berulang.
Tungau Sarcoptes Scabel Var Hominis ini ditularkan melalui kontak dekat
(seksual atau non seksual), pemakaian handuk, sprei atau celana secara bersama-
sama .
Tungau Sarcoptes Scabei Var Hominis jenis betina dewasa menaruh telur
dibawah kulit serta bergerak cepat melewati kulit.
Tunggu ini dapat menyebabkan infeksi pada setiap bagian tubuh, seringkali
dan terutama pada genetalia eksterna, fleksural siku, payudara, bokong dan
pergelangan tangan. Keluhan pada kasus ini berupa gatal yang hebat tetapi sebentar-
bentar (beda dengan pedikulosis pubis yang menetap). Namun pada banyak kasus
infeksi tungau ini dirasakan adanya gatal yang hebat dimalam hari.
Kelainan kulit yang disebabkan oleh Tungau Sarcoptes Scabei Var Hominis
dapat berupa papula, vesikula dan liang.
Sama dengan pedikulosis pubis, pada kasus scabies untuk mencegah terjadi
infeksi berulang, handuk, pakaian, seprei yang pernah digunakan oleh penderita juga
harus dibersihkan dengan air panas dan dijemur dan disetrika dengan baik. Selain
penderita yang diobati, pasangannya juga harus dilakukan pemeriksaan untuk
mencegah infeksi berulang.
Untuk terapi biasanya dokter akan mengeluarkan material putih, eksisi nodul
dengan kuret dermal dan mengobati dasar luka dengan cairan tertentu.
Sama dengan pedikulosis pubis dan kasus scabies untuk mencegah terjadi
infeksi berulang, handuk, pakaian, seprei yang pernah digunakan oleh penderita juga
harus dibersihkan dengan air panas dan dijemur dan disetrika dengan baik. Selain itu
penderita yang diobati, keluarga yang kontak dekat juga harus dilakukan pemeriksaan
untuk mencegah infeksi berulang.
Pada vagina sering juga terjadi keputihan yang terjadi fisiologis. Keputihan
fisiologis terdiri dari: flora bakteri, air, elektrolit, dan epitel vagina serta serviks. Ciri
khas keputihan fisiologis adalah warnanya putih, halus, tidak berbau. Penegakkan
diagnosis terjadi keputihan patologik biasanya dilakukan pemeriksaan mikroskopis.
Imfelsi vaginosis bacterial adalah infeksi yang paling sering dijumpai. Infeksi
ini tidak termasuk ke dalam infeksi menular yang disebabkan hubungan seksual.
Vaginosis bacterial (VB) tidak disebabkan oleh infeksi bakteri spesifik. Vaginosis
bacterial disebabkan oleh pergeseran flora normal vagina dengan peningkatan bakteri
an-aerob sampai 10x dan kenaikan konsentrasi bakteri gardnella vaginalis. Ketika
terjadi peningkatan bakteri pathogen tersebut, terjadi penurunan bakteri baik seperti
lactobacillus.
Untuk terapi biasanya dokter akan memberikan metronidazol oral dan pervaginam
dan krim antibiotic golongan tertentu.
2.5.2 Trikomoniasis
Untuk mencegah terjadi infeksi berulang, handuk, pakaian, seprei yang pernah
digunakan oleh penderita juga harus dibersihkan dengan air panas dan dijemur dan
disetrika dengan baik. Selain penderita yang diobati, suami atau pasangan yang
melakukan kontak dekat juga harus dilakukan pemeriksaan dan pengobatan untuk
mencegah infeksi berulang.
2.6 Sifilis
Sifilis terutama menular melalui kontak seksual bak melalui vaginal, anak,
oral. Metode penularan lainnya yang lebih jarang salah berciuman, bebagai jarum
suntik yang tidak aman, transisi daah, needle sick injury, dan cangkok organ. Secara
klasik sifilis menyebakan penyakit yang terbagi dalam bebrapa stadium :
Setelah masa inkubasi antara 2-6 minggu lesu primer muncul,sering disertai
dengan limfadenopati regional. Pada sifilis sekunder, dapat ditemukan lesi
mukokutan dan limfedenopati generisata yang diikuti dengan periode laten infeksi
subklinis yang berlangsung betahun-tahun. Keterlibatan susunan saraf pusat (SSP)
dapat terjadi asimtomatik atau simtomatik. Pada kurang lebih 1/3 kasus yang tdk
diobati, berlanjut menjadi stadium 3, yang ditandai dengan gejala destruktif
mukokutan, muskuloskeletal atau lesi parenkimal, aoritis atau manifestasi SSP lanjut.
Pada penderita HIV gejala dan tanda-tanda dibawah ini menjadi tidak jelas.
Panatalaksanaan
Sifilis yang telah berlangsung kurang lebih dari 1 tahun diobati dengan injeksi
2,4 juta unit benzathin penisilin G selama 3 minggu pengobatan ini merupakan
pilihan pada penderita sifilis paten atau sifilis dengan durasi yang tidak diketahui.
Karena benzathin penisilin G tidak dapat menembus sawar darah otak, maka
pemeriksaan cairan SSP perlu dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
neurisifilis terutama penderita dengan HIV positif.dosis penisilin yang lebih tinggi
diperlukan untuk penderita neurosifilis.
Ibu Hamil dengan tes serologi sifilis positif harus mendapat penulisan dengan
dosis serupa dengan wanita tidak hamil. Penderita alergi terhadap penisilin
direkomendasikan untuk dilakukan desensitisasi penisilin, karena pengobatan
alternatif dengan tetrasikin memiliki risiko toksisitas dan eritromisin memberikan
efikasi yang rendah. Pada ibu hamil dengan VDRL positif dan TPHA atau FTA-abs
negatif, pengobatan dapat ditunda dan tes diulang setelah 4 mg. Bila tes diulang
memperlihatkan pengikut Tiger VDRL hingga 4 kali dengan gejala klinis yang jelas,
maka pengobatan harus diberikan.
Pencegahan
Pada penderita sifilis stadium primer, sekunder atau laten: abstinensia seksual
pada penderita dan partner seksualnya dianjurkan hingga terapi pada keduanya selesai
dan respons serologis yang memuaskan dicapai setelah pengobatan. Sifilis dapat
menular dari ibu hamil ke anaknya sehingga tes rutin skrining sifilis merupakan hal
penting yang harus dilakukan pada setiap kehamilan.
Selama periode tahun 2009-2017 didapatkan 37 pasien baru sifilis laten atau
sebesar 53,6% jika dibandingkan dengan jumlah pasien sifilis secara keseluruhan baik
sifilis primer, sifilis sekunder dan sifilis tersier sebanyak 69 orang. Dimana jumlah
pasien sifilis primer sebanyak 23 orang atau sekitar 33,3%, sifilis sekunder sebanyak
7 orang atau sekitar 10,2% dan sifilis tersier sebanyak 2 orang atau sekitar 3%.
Jumlah pasien baru sifilis laten ini sebesar 1,8% dari jumlah kunjungan Divisi IMS
dan sekitar 0,3% dari jumlah kunjungan URJ Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD
Dr. Soetomo.
Infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus herpes
hominis) tipe 1 atau tipe 2 yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok
diatas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan
infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens.
VHS tipe I dan II merupakan virus herpes hominis yang erupakan virus DNA.
Pembagian tipe I dan II berdasarkan karaktersitik pertumbuhan pada media kultur,
antigenic maker, dan lokasi klinis (tempat predileksi). Floward dan Cushing adalah
yang pertama kali mengemukakan bahwa ada hubungan antara herpes virus hominis
dengan sistem saraf.
Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 2 tipe virus herpes simpleks :
Penyakit kulit/selaput lendir yang ditimbulkan biasanya disebut herpes simpleks saja,
atau dengan nama lain herpes labialis, herpes febrilis. Biasanya penderita terinfeksi
virus ini pada usia kanak-kanak melalui udara sebagian kecil melalui kontak
langsung. Lesi umunya dijumpai pada tubuh bagian atas. Termasuk mata dan rongga
mulut, selain itu, dapat juga dijumpai didaerah genitalia, yang penularannya lewat
orogenital (oral sex)
Penyakit ditularkan melalui hubungan seksual. Tetapi dapat juga terjadi tanpa koitus,
misalnya dapat terjadi pada dokter/dokter gigi dan tenaga medik. Lokalisasi lesi
umumnya adalah bagian tubuh dibawah pusar, terutama daerah genitalia lesi
eksternal-genital dapat pula terjadi akibat hubungan seksual orogenital.
Penyakit ini tersebar kosmopolit dan menyerang baik pria maupun wanita dengan
frekuensi yang tidak berbeda. Infeksi primer oleh virus herpes simpleks (V.H.S). tipe
I biasanya dimulai pada usia anak-anak, sedangkan infeksi V.H.S II biasanya terjadi
pada dekade II dan III, dan berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual.
Infeksi primer
Tempat predileksi VHS tipe I didaerah pinggang keatas terutama didaerah mulut dan
hidung, biasanya dimulai pada usia anak-anak. Inokulasi kulit pada perawat, dokter
gigi, atau pada orang yang mengigit jari. Virus ini juga sebagai penyebab herpes
ensefalitis. Infeksi primer oleh VHS tipe II mempunyai tempat prediksi didaerah
pinggang ke bawah, terutama bagian genital, juga dapat menyebabkan herpes
meningitis dan infeksi neonatus.
Daerah predileksi ini sering kacau karena adanya cara hubungan seksual seperti
orogenital, sehingga herpes yang terdapat di daerah genital kadang-kadang
disebabkan oleh virus HVS tipe I sedangkan di daerah mulut dan rongga mulut dapat
disebabkan oleh VHS tipe II.
Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3 minggu dan sering
disertai gejala sistemik, misalnya demam, malaise, dan anoreksia, dan dapat
ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening regional.
Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel yang berkelompok diatas kulit yang
sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih kemudian menjadi seropurulen, dapat
menjadi krusta dan kadang-kadang mengalami ulserasi yang dangkal, biasanya
sembuh tanpa sikatriks. Pada perabaan tidak terdapat indurasi. Kadang-kadang dapat
timbul infeksi sekunder sehinga memberi gambaran yang tidak jelas. Umunya
didapati pada orang yang kekurangan antibodi virus herpes simpleks. Pada wanita ada
laporan yang mengatakan bahwa 80% infeksi VHS pada genitalia eksterna disertai
infeksi serviks.
Sesuai namanya, kondiloma akuminata atau kutil kelamin adalah kutil yang
terdapat pada area kelamin. Kutil yang dapat berjumlah satu atau sekumpulan ini
ditularkan dari orang yang sudah terinfeksi virus human papillomavirus (HPV).
Bentuk kutil kelamin berupa benjolan daging yang menyerupai bunga kol,
cauliflower (kembang kubis), bisa kecil sampai besar, sendiri atau berkelompok.
Tetapi, kutil kelamin yang segera ditangani dengan baik dapat mendatangkan efek
lebih positif karena beberapa alasan, seperti:
proliferasi jinak pada kulit dan mukosa yang disebabkan oleh infeksi Human
Papilloma Virus (HPV). Penyakit ini dapat ditularkan melalui kontak genitalia,
mukosa ataupun cairan tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi
dan karakteristik pasien KA di RSUP Sanglah Denpasar periode Maret 2015 hingga
Maret 2016.
Penelitian retrospektif ini mengambil data dari rekam medis pasien KA yang
datang berobat ke poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah
Denpasar periode Maret 2015 hingga Maret 2016 dengan metode total sampling.
Jumlah kunjungan pasien selama periode Maret 2015 hingga Maret 2016. adalah
4.446 orang, pasien KA sebanyak 48 orang dan prevalensi sebesar 1,1%. Ditemukan
pasien laki-laki 54,2% dan perempuan 45,8 %, kelompok usia terbanyak usia 25-44
tahun (56,3%), tingkat pendidikan yang terbanyak adalah tingkat pendidikan dasar
(45,8%), pekerjaan terbanyak adalah pegawai swasta (33,3%) dan pasien belum
menikah lebih tinggi (56,3%). Terapi yang lebih banyak dipilih adalah tutul asam
trikloroasetat (TCA) 80% pada 62,5% pasien. Pada laki-laki lokasi lesi paling sering
terjadi pada penis (65,4%) dan perempuan pada vagina (68,2%), penyakit penyerta
ditemukan pada 7 (27%) pasien laki-laki dan pada 11 (50%) pasien perempuan.
Pada jangka waktu tersebut prevalensi KA juga meningkat dari 0,11% menjadi
0,15%. Penelitian di Belanda mendapati adanya peningkatan pada penderita yang
telah terdiagnosa dari tahun 2002 dan 2007 (Patel dkk, 2013). Di Indonesia,
prevalensi KA di masyarakat berkisar antara 5 – 19% (Zubier, 2003). KA
menyebabkan beban finansial yang cukup besar bagi negara. Beban ekonomi dari KA
pada tahun 2004 di Amerika diperkirakan mencapai empat juta dolar per tahunnya
(Valerie dkk, 2012). Prevalensi KA paling tinggi terjadi pada usia remaja dan dewasa
muda, penelitian yang dilakukan di Semarang tahun 2010 melaporkan KA terbanyak
pada kelompok umur 18-34 tahun, di Medan tahun 2009 prevalensi KA tertinggi pada
kelompok umur 20-24 tahun (Hidayat, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Von
krogh menemukan bahwa prevalensi KA mencapai puncaknya pada usia 20 – 24
tahun (20%), yang kemudian akan berkurang sebanyak 8 – 10 % pada wanita yang
berusia 30 tahun (Ozgul, 2011)
Chancroid juga dapat menyebar antar kontak kulit dengan orang yang
terinfeksi. Wanita dapat mengembangkan empat atau lebih benjolan merah di labia, di
antara labia dan anus, atau di paha. Setelah benjolan menjadi borok, atau terbuka,
Anda mungkin mengalami sensasi terbakar atau nyeri saat buang buang air kecil atau
buang air besar. Borok memiliki titik pusat yang lembut berwarna abu-abu hingga
kuning keabuan dengan ujung yang tajam dan jelas.
Umumnya akan muncul empat benjolan merah atau lebih pada labia, di antara
labia dan anus, atau pada paha. Labia adalah lipatan kulit yang menutupi alat kelamin
wanita. Setelah benjolan “matang” menjadi luka terbuka, wanita dapat mengalami
sensasi terbakar atau nyeri selama buang air kecil atau besar.
Ukuran ulkus (luka) dapat bervariasi dan biasanya berkisar dari 0,5 cm – 5 cm
Ulkus memiliki pusat yang lunak berwarna abu-abu sampai kuning keabu-
abuan dengan tepian yang tegas atau tajam
Pertumbuhan kutil atau kulit ekstra mirip tahi lalat yang timbul abnormal bisa
diakibatkan oleh molluscum contagiosum, virus yang ditularkan melalui kontak kulit
atau kontaminasi dari pertukaran barang pribadi, seperti handuk. Kutil pada awalnya
berukuran kecil, padat, memiliki bentuk seperti kubah, tanpa rasa sakit, berwarna
merah muda atau seperti daging. Kutil juga memiliki lesung di tengahnya, terlihat
licin seperti lilin dan berkilau putih susu. Kutil akan menyebar di seluruh bagian
tubuh, terutama akan banyak muncul di wajah, kecuali di telapak tangan dan kaki.
Kutil akan berubah memerah begitu sistem imun tubuh Anda mulai memerangi virus
tersebut, dan biasanya akan kebal terhadap pengobatan jika anda memiliki sistem
imun yang lemah.
Penyakit kelamin tidak selalu menjadi penyebab kutil dan benjolan di bibir
vagina. Ada beberapa kondisi kulit kronis yang dapat menghasilkan luka dan gejala
mirip, seperti gatal, sensasi terbakar, dan nyeri.
Jumlah bintil yang tumbuh biasanya sekitar 20-30, tapi pada orang dengan
kekebalan tubuh rendah, jumlahnya bisa lebih banyak. Awalnya keras bila diraba,
kemudian melunak seiring waktu. Tidak menimbulkan nyeri, namun terasa gatal.
Terdapat dua jenis kanker vulva berdasarkan jenis sel yang terkena
dampaknya. Jenis kanker ini juga berguna bagi dokter untuk menentukan jenis
langkah pengobatan yang akan diambil.
1. Vulva melanoma, yaitu sel kanker yang terbentuk di sel penghasil pigmen yang
terdapat pada kulit vulva.
2. Vulva karsinoma sel skuamus (vulvar squamous cell carcinoma), yaitu sel kanker
yang terbentuk pada sel tipis, berpermukaan datar yang melapisi permukaan vulva.
Sebagian besar kasus kanker vulva berasal dari jenis ini.
Sel basal karsinoma, yaitu luka pada labia majora atau pada area lain di vulva,
yang lama-lama berkembang menjadi kanker. Jika tidak segera diobati, luka
ini dapat dengan mudah muncul kembali.
Karsinoma kelenjar Bartholin, yaitu tumor langka pada kelenjar Bartholin
yang biasa menyerang wanita di usia pertengahan 60-an.
Tipe kanker lainnya pada vulva, misalnya adenocarcinoma dan sarcoma.
Penyebab kanker secara umum masih belum diketahui dengan jelas, demikian
juga dengan kanker vulva. Para ahli masih mencari tahu pemicu sel-sel bermutasi
menjadi sel kanker dan berkembang dengan begitu cepat. Sel yang membelah diri
akan terus bertambah dengan melipat-gandakan jumlah hingga membentuk tumor,
kemudian menyebar ke bagian tubuh yang lain. Sel kanker dan tumor akan terus
tumbuh dan membelah diri sementara sel yang sehat akan mati.
Walau belum diketahui penyebabnya, beberapa faktor berikut adalah kondisi yang
dapat meningkatkan timbulnya kanker vulva, yaitu:
Merokok.
Pertambahan usia. Risiko kanker vulva umumnya meningkat pada usia 65
tahun ke atas dan mereka yang berada pada masa menopause. Kasus ini jarang
ditemui pada wanita berusia di bawah 50 tahun yang belum mengalami
menopause.
Terpapar infeksi HPV (human papillomavirus), salah satu penyakit menular
seksual yang banyak ditemui pada wanita yang aktif secara seksual.
Umumnya infeksi HPV dapat mereda dengan sendirinya. Pada sebagian kasus
lainnya penyakit ini, sel yang terinfeksi dapat bermutasi dan berkembang
menjadi sel kanker.
Terinfeksi HIV (human immunodeficiency virus) yang melemahkan sistem
kekebalan tubuh dan menjadikan penderita rentan terhadap infeksi HPV.
Menderita gangguan pada kulit di area vulva, misalnya penyakit Lichen
Sclerosus.
Pernah berada dalam kondisi prakanker vulva, atau vulvar intraepithelial
neoplasia (VIN), yang bisa berkembang menjadi kanker vulva. VIN adalah
kondisi ketika sel mengalami perubahan yang tidak menjurus kepada kanker.
Meski pada kebanyakan kasus yang pernah terjadi, kondisi ini dapat
menghilang dengan sendirinya, namun pada kenyataannya dapat juga
berkembang menjadi sel kanker.
Sebanyak 50 persen kasus kanker vulva menyerang labia mayor (“bibir” bagian
luar dari alat kemaluan perempuan), diikuti dengan labia minor (“bibir” bagian
dalam). Segera temui dokter jika Anda merasakan gejala-gejala seperti di atas.
Stadium 1 – Kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening atau area tubuh
lainnya. Terdapat tumor kecil pada vulva atau kulit di antara area vagina dan
anus (perineum).
Stadium 2 – Berbeda dengan stadium 1, pada tingkatan ini, tumor telah
merambat ke area sekitarnya. Area-area yang dimaksud adalah pada bagian
bawah saluran kencing (urethra), vagina, dan anus.
Stadium 3 – Penyebaran kanker pada stadium ini secara spesifik telah
menjalar ke kelenjar getah bening.
Stadium 4A – Kanker telah menyebar ke area yang lebih luas di kelenjar getah
bening, atau ke bagian atas urethra atau vagina, atau ke kandung kemih, dan
rektum/dubur. Selain itu, area tulang panggul telah terkena dampak
penyebaran sel kanker.
Stadium 4B – Kanker telah menyebar atau bermestastase ke anggota tubuh
lain yang tidak hanya berada di dekat vulva.
Beberapa langkah pencegahan yang juga bisa dilakukan untuk mengurangi risiko
kanker vulva maupun penyakit menular seksual seperti HPV atau HIV adalah:
Kanker vulva adalah keganasan ginekologi yang jarang terjadi pada wanita
(1% dari seluruh keganasan pada wanita). Sekitar 80-90% jenis histopatologi kanker
vulva adalah karsinoma sel skuamosa. Faktor risiko terjadinya kanker vulva adalah
usia lanjut, adanya lesi prekanker, infeksi HPV, imunodefisiensi, merokok dan lichen
sclerosis. Keterlibatan kelenjar getah bening merupakan faktor prognosis terpenting
yang dapat menurunkan overall survival. Modalitas terapi pada kanker vulva adalah
kombinasi antara operasi, kemoterapi dan radioterapi. Preservasi anatomi dan fungsi
organ menjadi menjadi pertimbangan penting dalam menentukan tatalaksana kanker
vulva.
2.12 Vaginitis
Vaginitis paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri, ragi, virus, maupun
faktor lainnya. Kondisi ini harus segera ditangani, apalagi jika vaginitis Anda terjadi
karena infeksi bakteri. Pasalnya, vaginitis akibat bakteri berpotensi menimbulkan
masalah kesehatan yang lebih serius.
Gejala vaginitis umumnya tak hanya keputihan yang bermasalah. Penderita juga bisa
mengalami:
Dari sekian banyak penyebab vaginitis, infeksi adalah pemicu yang paling
sering ditemui. Hampir 90% kasus vaginitis terjadi karena infeksi. Jenis infeksi yang
bisa berujung pada vaginitis meliputi:
Infeksi ragi pada vaginitis ditandai dengan adanya jamur Candida. Pada
kondisi normal, jamur ini memang berada pada vagina dalam jumlah yang kecil.
Ketika jumlah jamur Candida berkembang secara tidak terkendali, Anda akan
mengalami vaginitis karena infeksi ragi. Perkembangan jamur yang berlebihan ini
bisa dipicu oleh penggunaan antibiotik tertentu serta perubahan kadar hormon.
Gejala vaginitis karena ragi ini meliputi keputihan dalam jumlah banyak, tapi
tidak berbau. Bagian luar vagina yang gatal dan tampak memerah juga bisa menyertai
keputihan.
2. Vaginosis bakteri
Gejala vaginosis bakteri di antaranya adalah keputihan berbau amis dan encer,
dengan warna keabu-abuan maupun kehijauan. Keputihan ini biasanya tidak
menimbulkan gatal, tapi gatal bisa saja muncul jika keputihan keluar dalam jumlah
banyak.
2.13 Vulvodyna
Vulvodyna adalah kondisi di mana vagina anda terasa sakit pada bagian
luarnya sehingga anda tak mungkin bisa duduk lama-lama maupun berhubungan
seksual karena akan terasa sangat menyakitkan. Bagian yang sakit biasanya ada pada
klitoris, labia dan kulit luar vagina.
Gejala
Rasa sakit yang anda rasakan pada vagina mungkin bisa bertahan selama
berbulan-bulan hingga menahun. Namun kadang pada beberapa kasus, rasa
sakit itu akan cepat menghilang dan datang lagi.
Karena rasa sakit yang ditimbulkan dapat mencegah anda untuk berhubungan
seksual, maka hal ini akan berdampak pada kesehatan mental anda. Selain itu,
kehidupan asmara anda dan pasangan akan terganggu, terutama jika ia tidak
memahami masalah anda.
Penyebab vulvodynia
Cedera saraf atau iritasi
Respon abnormal pada sel vulva saat terjadinya infeksi atau trauma
Faktor genetik yang membuat vulva melakukan respon buruk saat terjadinya
peradangan kronis
Hipersensitivitas terhadap infeksi bakteri/jamur
Kejang otot
Alergi atau iritasi bahan kimia maupun kulit sensitif
Terjadinya perubahan hormon
Memiliki riwayat pelecehan seksual
Terlalu sering mengonsumsi antibiotic
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/6b9912b78d8c28eaae2d5c28ac690700.
pdf
http://repository.ut.ac.id/4358/1/PEBI4525-M1.pdf
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fagus34drajat.files.wordpre
ss.com%2F2010%2F10%2Fims_dan_isr_pada_pelayanan_kesehatan_reproduksi_le
mbar-
balik.pdf&psig=AOvVaw3crExisoA8GgRA4EtPXRe9&ust=1581780681936000&so
urce=images&cd=vfe&ved=0CAIQjRxqFwoTCIiHgrau0ecCFQAAAAAdAAAAAB
AE
https://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/kb-1-radang-genitalia-eksterna