Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PBL ABORTUS INKOMPLIT, KOMPLIT DAN HABITUALIS

MATA KULIAH ASUHAN KEGAWAT DARURATAN MATERNATAL DAN


NEONATAL

Dosen Pengampu : Arum Lusiana, S.ST. M.Keb.

DI SUSUN OLEH :

1. Febriana Renitasari P1337424518052


2. Aqilla Syifa Kamila P1337424518053
3. Dea Yuliana P1337424518051
KELAS : OLEA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MAGELANG DAN PROFESI BIDAN

TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
Mata Kuliah Promosi Kesehatan tentang kesehatan reproduksi remaja dengan
kemitraan sekolah. Kami juga berterimakasih kepada dosen pengampu Mata
Kuliah yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka memberikan


wawasan serta pengetahuan mengenai pengaplikasian Mata Kuliah Promosi
Kesehatan. Kami juga menyadari bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Kami berharap adanya kritik,
saran, dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya makalah yang telah kami susun dapat berguna bagi setiap orang yang
membacanya. Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata. Terimakasih.

Magelang, 02 Agustus 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................4

1. Latar Belakang.......................................................................................................4

2. Rumusan Masalah..................................................................................................5

3. Tujuan....................................................................................................................5

BAB II..................................................................................................................................6

PROBLEM BASED LEARNING.......................................................................................6

1. Problem Based Learning Abortus Komplit...........................................................6

2. Problem Based Learning Abortus Inkomplit.......................................................12

3. Problem Based Learning Abortus Habitualis......................................................20

BAB III..............................................................................................................................26

PENUTUP..........................................................................................................................26

1. Kesimpulan..........................................................................................................26

2. Saran....................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................27

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi


pertemuan sel telur dan sel sperma pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat bertahan
hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin
sebelum diberi kesempatan untuk tumbuh. Apabila janin lahir selamat (hidup)
sebelum 28 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah
kelahiran prematur (Manuaba, 2013).
Menurut Rahmani (2013) dalam Rochmawati (2014) bahwa: “Faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya abortus pada ibu hamil adalah usia,
paritas, riwayat abortus, jarak kehamilan, sosial ekonomi, pendidikan,
penyakit infeksi, alkohol, merokok, dan status perkawinan”. Jarak kehamilan
sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya.Seorang
ibu memerlukan waktu selama 2-3 tahun agar dapat pulih secara fisiologis
dari satu kehamilan atau persalinan dan mempersiapkan diri untuk kehamilan
berikutnya. Bila jarak kehamilan dengan anak sebelumnya kurang dari 2
tahun, rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik. 4 Kehamilan dalam
keadaan ini perlu diwaspadai karena ada kemungkinan pertumbuhan janin
kurang baik, mengalami persalinan yang lama, atau perdarahan (abortus).

Berdasarkan studi WHO satu dari setiap empat kehamilan berakhir


dengan abortus(BBC, 2016). Estimasi kejadian abortus tercatat oleh WHO
sebanyak 40-50 juta, sama halnya dengan 125.000 abortus per hari (Sedgh G
et al, 2016). Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI, setiap tahun
diperkirakan 1,5-3 juta ibu mengalami abortus. Kejadian abortus yang terjadi
di Indonesia disertai dengan komplikasi utama berupa perdarahan dan infeksi
yang dapat berakhir dengan kematian (Depkes RI). Pada tahun 2012 abortus
menyumbang angka kematian ibu di Indonesia sebesar 1,6% (Kemenkes RI,
2015). Beberapa studi menyatakan bahwa abortus spontan terjadi pada 10% -
4
25% kehamilan pada usia kehamilan antara bulan kedua dan kelima dengan
50% -75% kasus disebabkan oleh abnormalitas kromosom (Sulfiana, Chalid,
Farid, Rauf, & Hartono, 2016; Cunningham, 2014). Di Jawa Tengah, Abortus
merupakan penyebab langsung kematian ibu ditunjukkan prevalensi abortus
sebesar 2 juta kasus pada tahun 2013 dengan rasio 37 per 1000 kelahiran pada
wanita usia produktif (Depkes, 2014).

2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Problem Based Learning pada kasus Abortus Inkomplit ?
b. Bagaimana Problem Based Learning pada kasus Abortus Komplit?
c. Bagaimana Problem Based Learning pada kasus Abortus Habitualis?

3. Tujuan
a. Untuk mengetahui Problem Based Learning pada kasus Abortus Inkomplit.
b. Untuk mengetahui Problem Based Learning pada kasus Abortus Komplit.
c. Untuk mengetahui Problem Based Learning pada kasus Abortus Habitualis.

5
BAB II
PROBLEM BASED LEARNING

1. Problem Based Learning Abortus Komplit

Skenario

Ny. W umur 23 tahun datang ke BPM hamil anak ke-3 usia kehamilan 19 minggu mengeluh
nyeri perut bagian bawah dan keluar darah dari kemaluan sejak kemarin, sudah ganti pembalut
1× sehari, warna darah merah segar dan bergumpal.

1. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Ny. W adalah istilah nama karena data pasien ? nama asli pasien harus dirahasiakan oleh
bidan.
2. Praktik Mandiri Bidan atau BPM adalah tempat pelaksanaan rangkaian kegiatan
pelayanan kebidanan yang dilakukan oleh Bidan secara perorangan.
2. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bagaimana TTV dan Palpasi serta perkembangan janin pada ibu hamil usia 19 minggu?
2. Berdasarkan diagnosa, Ny. W telah mengalami abortus atau keguguran, jadi apakah yang
dimaksud dengan abortus komplit?
3. Apa saja faktor penyebab abortus komplit?
4. Bagaimana ciri-ciri seseorang yang mengalami abortus komplit?
5. Apa saja resiko abortus komplit?
6. Bagaimana cara mencegah abortus komplit?
7. Bagaimana cara mengatasi / penanganan abortus komplit?
8. Apa yang seharusnya dilakukan oleh bidan?

6
3. CURAH PENDAPAT.
1. TTV normal
TD : 120/80 MmHg
Nadi : 80-100 ×/menit
Suhu : 36°C – 37,5°C
RR : 16-20 ×/menit
Saturasi : 95-100%
Palpasi 19 Minggu = TM 2
 Mata janin sudah terbentuk dengan baik, gigi-giginya pun mulai mengeras, begitu
pula dengan tulang-tulangnya.
 Ukuran janin ibu kira-kira sudah sebesar lemon dengan panjang badan dari kepala
sampai kaki sekitar 15 sentimeter dan berat badan sekitar 240 gram.
 Rambut-rambut halus juga sudah mulai tumbuh pada tubuh janin. Tidak
ketinggalan alis dan bulu mata juga sudah tumbuh
 Sudah mulai mengembangkan pigmen yang menentukan warna kulitnya
 Di usia 19 minggu kehamilan ini juga terjadi perkembangan yang signifikan pada
pancaindra janin. Beberapa saraf, seperti penglihatan, pendengaran, penciuman,
pengecapan, dan sentuhan telah berkembang di otak janin.
 Organ-organ dalam janin juga sudah jauh lebih berkembang dan berfungsi
sebagaimana mestinya. Ginjal janin sudah bisa memproduksi cairan urine secara
terus-menerus. Begitu juga dengan detak jantung janin yang mulai terdengar baik.
 TFU sekitar 2 jari dibawah pusat
2. Abortus komplit, pada jenis keguguran ini mulut Rahim terbuka lebar dan seluruh
jaringan janin keluar dari rahim. Ibu hamil yang mengalami perdarahan vagina serta nyeri
perut seperti sedang melahirkan .
3. Faktor penyebab abortus komplit ibu hamil seperti kelelahan, stress/depresi, kecelakaan,
berhubungan seks, kekurangan vitamin / tablet tambah darah, konsumsi alcohol,
merokok, minum jamu-jamuan.
4. Ciri-cirinya yaitu warna darah yang keluar saat terlihat lebih cerah dibandingkan darah
menstruasi, darah menggumpal, mengalami nyeri perut.
5. Resiko abortus komplit dapat berupa cedera pada rahim dan infeksi.

7
6. Yang dapat mencegah abortus komplit yaitu seperti istirahat total, hindari berhubungan
intim, gunakan pembalut guna mengetahui ada atau tidaknya darah yang keluar, Selalu
memperhatikan warna darah yang keluar, hindari melakukan aktivitas yang berat, tidak
kelelahan, Tidak stress atau depresi, gunakan pola hidup yang bersih dan sehat.
7. Cara mengatasi yaitu dengan memeriksakan diri ke tenaga kesehatan
8. Rujuk Rumah Sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut

4. MERUMUSKAN HIPOTESIS

ABORTUS
KOMPLIT

Abortus kompli adalah jenis Ciri-cirinya yaitu warna darah yang


keguguran yang mana mulut Rahim keluar saat terlihat lebih cerah
terbuka lebar dan seluruh jaringan
janin keluar dari rahim. Ibu hamil dibandingkan darah menstruasi,
yang mengalami perdarahan vagina darah menggumpal, mengalami
serta nyeri perut seperti sedang
nyeri perut.
melahirkan

Faktor penyebab abortus komplit ibu hamil


seperti kelelahan, stress/depresi,

Resiko abortus komplit dapat berupa kecelakaan, berhubungan seks, kekurangan


cedera pada rahim dan infeksi vitamin / tablet tambah darah, konsumsi
alcohol, merokok, minum jamu-jamuan.
8
Yang dapat mencegah abortus komplit yaitu
seperti istirahat total, hindari berhubungan
intim, gunakan pembalut guna mengetahui
Cara mengatasi yaitu dengan ada atau tidaknya darah yang keluar, Selalu
memeriksakan diri ke tenaga kesehatan memperhatikan warna darah yang keluar,
Rujukmelakukan
hindari Rumah aktivitas
Sakit yang
untuk
berat,
tidakpemeriksaan lebih lanjut
kelelahan, Tidak stress atau depresi,
gunakan pola hidup yang bersih dan sehat.

mengalami tumbuh kembang yang sangat


pesat

Rujuk Rumah Sakit untuk pemeriksaan


lebih lanjut

5. MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN (LEARNING OBJECTIVES )

1. Mengetahui TTV normal dan perkembangan janin pada bumil usia 19 minggu
2. Mengetahui pengertian abortus komplit
3. Mengetahui factor abortus komplit
4. Mengetahui ciri-ciri abortus komplit
5. Mengetahui resiko abortus komplit
6. Mengetahui cara mencegah abortus komplit
7. Mengetahui cara mengatasi abortus komplit
8. Mengetahui tugas bidan

6. PENGUMPULAN INFORMASI DAN BELAJAR MANDIRI

9
1. Pengertian Pada abortus komplit, hasil konsepsi telah keluar semua dari cavum
uteri. Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-
lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali karena dalam massa ini
luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai Semua hasil konsepsi sudah
dikeluarkan. Abortus kompletus terjadi kalau semua produk pembuahan–janin,
selaput ketuban dan plasenta sudah keluar. Perdarahan dan rasa nyeri kemudian
akan berhenti, serviks menutup dan uterus mengalami involusi.
2. Diagnosis
a) Perdarahan yang sedikit
b) Ostium uteri telah menutup
c) Uterus telah mengecil
3. Penanganan
a) Tidak diperlukan evakuasi lagi.
b) Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan menawarkan
kontrasepsi pasca keguguran.
c) Observasi keadaan ibu.
d) Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/ hari
selama 2 minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah.
e) Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu.
4. Komplikasi Abortus Komplikasi yang berbahaya pada abortus menurut Sujiyati,dkk
(2009) ialah:
a) Pendarahan
Pendarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.
b) Perforasi
Perforasi uterus pada saat curretage dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang
biasa menimbulkan persoalan gawat karena perlakuan uterus biasanya luas,
mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus.

10
c) Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi
biasanya didapatkan pada abortus inkomplet yang berkaitan erat dengan suatu
abortus yang tidak aman (Unsafe Abortion) d. Syok Syok pada abortus bisa
terjadi karena pendarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat (syok
endoseptik). Prosedur tindakan Aspirasi Vakum Manual (AVM)

5. Penanganan Rumah Sakit


a. Terapi
1) Kalau perdarahan banyak dan keluar jaringan mola, atasi syok dan perbaiki
keadaan umum penderita dengan pemberian cairan dan transfusi darah
2) Jika pembukaan kanalis servikalis masih kecil:
 Pasang batang laminaria untuk memperlebar pembukaan selama 12 jam
 Setelah itu pasang infus dektrosa 5% yang berisi 50 satuan oksitosin
(pitosin atau sintosinon), cabut laminaria, kemudian setelah itu lakukan
evakuasi isi kavum uteri dengan hati-hati.
 Paling baik dilakukan evakuasi jaringan dengan menggunakan suction
curettage diikuti sendok kuret besar dan terakhir dengan menggunakan
sendok kuret kecil.
 Evaluasi kontraksi uterus. Berikan methyl ergometri intravena untuk
memperbaiki kontraksi uterus.
 Evaluasi perdarahan. Bila perdarahan banyak, pasang tampon uterovaginal
24 jam.

11
2. Problem Based Learning Abortus Inkomplit

Skenario

Ny.M umur 31 tahun datang ke klinik, hamil anak kedua usia kehamilan 18 minggu mengeluh
mengeluarkan darah dari kemaluan perut terasa mules, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam
batas normal, HB=10gr%, pemeriksaan dalam teraba jaringan.

1. KLARIFIKASI ISTILAH
Tanda-tanda vital : Tanda-tanda vital adalah sekelompok dari empat hingga enam tanda-
tanda medis paling penting yang menunjukkan status fungsi vital tubuh. 
HB (Hemoglobin) : Hemoglobin merupakan zat warna yang terdapat dalam darah merah
yang berguna untuk mengangkut oksigen (O2) dan karbondioksida CO2 dalam tubuh.
Hemoglobin adalah ikatan antara protein, besi dan zat warna.
Pemeriksaan dalam: suatu tindakan untuk menilai pembukaan, penipisan serviks, penurunan
bagian terbawah janin, ketuban, keadaan panggul, dan kelainan pada jalan lahir.
2. IDENTIFIKASI MASALAH
1) Berapa kadar hb normal pada ibu hamil ?
2) Berdasarkan diagnosis, Ny.M terindikasi abortus inkomplit, apa yang dimaksud abortus
inkomplit ?
3) Apa saja faktor penyebab abortus inkomplit ?
4) Apa komplikasi dari abortus inkomplit ?
5) Bagaimana hasil pemeriksaan dalam pada abortus inkomplit ?
6) Bagaimana penatalaksanaan abortus inkomplit ?
7) Apakah ada hubungan kadar hemoglobin dan abortus inkomplit ?
3. CURAH PENDAPAT
1) Kadar hb normal pada ibu hamil sebesar 11gr/dL
2) Abortus inkomplit adalah abortus yang terjadi hanya pada sebagian dari hasil konsepsi
yang dikeluarkan dan sebagian lagi masih tertinggal di uterus
3) Faktor penyebab abortus bisa karena faktor internal dan eksternal, seperti faktor
genetic, faktor infeksi, karena penyakit ibu, gaya hidup.

12
4) Komplikasi dari abortus inkomplit yang pertama adalah perdarahan, karena dalam
abortus inkomplit masih terdapat sisa jaringan di dalam uterus yang dapat
menyebabkan perdarahan. Yang kedua infeksi, sisa jaringan bisa menyebabkan bakteri
masuk sehingga infeksi mudah terjadi, dan yang paling fatal adalah kematian
5) Pemeriksaan pada abortus inkomplit, masih teraba sisa jaringan, serviks terbuka
6) Penatalaksanaan pada abortus inkomplit dilakukan kuretase, untuk mengambil sisa-
sisa jaringan. Diberikan NaCl jika terjadi syok
7) Hubungan antara kadar hb dan abortus inkomplit, jika hb rendah, peredaran oksigen
dan nutrisi terhambat sehingga bisa menyebabkan bblr. Jika terjadi pada trimester
awal dan berlangsung terus menerus bisa mengakibatkan pertumbuhan janin terganggu
sehingga menyebabkan abortus
4. MERUMUSKAN HIPOTESIS

13
Abortus
Inkomplit

Abortus inkomplit Pemeriksaan pada


Faktor penyebab abortus
adalah abortus yang abortus inkomplit,
bisa karena faktor internal
terjadi hanya pada
dan eksternal, seperti
masih teraba sisa
sebagian dari hasil
faktor genetic, faktor jaringan, serviks
konsepsi yang
dikeluarkan dan sebagian infeksi, karena penyakit terbuka
lagi masih tertinggal di ibu, gaya hidup.
uterus

Penatalaksanaan pada Komplikasi dari abortus


Hubungan antara kadar hb dan
inkomplit yang pertama
abortus inkomplit, jika hb rendah,
abortus inkomplit
adalah perdarahan, karena
peredaran oksigen dan nutrisi dilakukan kuretase,
dalam abortus inkomplit
terhambat sehingga bisa untuk mengambil sisa- masih terdapat sisa jaringan di
menyebabkan bblr. Jika terjadi pada
sisa jaringan. Diberikan dalam uterus yang dapat
trimester awal dan berlangsung
Nacl jika terjadi syok menyebabkan perdarahan.
terus menerus bisa mengakibatkan
Yang kedua infeksi, sisa
pertumbuhan janin terganggu
jaringan bisa menyebabkan
sehingga menyebabkan abortus
bakteri masuk sehingga

infeksi mudah terjadi, dan


yang paling fatal adalah
kematian

14
5. MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Mengetahui nilai hb normal pada ibu hamil
b. Mengetahui pengertian abortus inkomplit
c. Mengetahui penyebab abortus inkomplit
d. Mengetahui hasil pemeriksaan dalam pada abortus inkomplit
e. Mengetahui komplikasi pada abortus inkomplit
f. Mengetahui penatalaksanaan pada abortus inkomplit
g. Mengetahui hubungan antara kadar hb dengan abortus inkomplit
6. PENGUMPULAN INFORMASI
1) Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan kadar Hb ibu hamil sebaiknya
dijaga lebih dari 11 g/dL.
Dalam penelitian anemia pada ibu hamil dibagi menjadi 4 kategori, yaitu tidak
anemia, anemia ringan, anemia sedang, dan anemia berat. Dikatakan kategori
tidak anemia apabila Hb ibu hamil >11 gr/ dl. Dikatakan kategori anemia ringan
apabila Hb ibu hamil 9–10 gr/dl. Dikatakan kategori anemia sedang apabila Hb
ibu hamil 7–8 gr/dl. Dikatakan kategori anemia berat apabila Hb ibu hamil < 7
gr/dl
2) Pengertian Abortus Inkompletus (Abortusinkompletus) adalah peristiwa
pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada
sisa tertinggal di dalam uterus (Prawirohardjo, 2016). Abortus inkompletus
(keguguran bersisa) yaitu hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan,
yang tertinggal adalah desidua atau plasenta (Sofian, 2011)
3) Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor yaitu, kelainan
pertumbuhan hasil konsepsi, Kelainan pada plasenta, Penyakit ibu, Kelainan
Traktus genitalis, usia ibu paritas atau spasing (Prawirohardjo, 2009).
Hasil penelitian yang diterbitkan Cold Spring Harbor Perspectives in Medicine
menunjukkan bahwa 50 persen abortus disebabkan oleh masalah genetik saat
janin terbentuk.
Penyebab abortus inkomplit terjaddi karena janin tidak berkembang sempurna di
dalam Rahim. Hal ini sering terjadi di usia kehamilan trimester pertama. Pada
umumnya, abortus inkomplit hampir sama dengan abortus lainnya. Salah satu
penyebab yang umum terjadi yaitu masalah di dalam plasenta. Sedangkan
penyebab lain terjadinya abortus inkomplit yaitu karen adanya sel telur dana juga

15
sperma yang mengalami kerusakan atau karena faktor lain, seperti genetic dan
juga kromosom.
4) Pada pemeriksaan vagina, serviks lunak, mendatar dan dilatasi jaringan plasenta
atau bekuan darah atau keduanya dapat teraba. Pada pemeriksaan dalam untuk
abortus yang baru saja terjadi didapati serviks terbuka, kadang teraba dapat diraba
sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri
5) Komplikasi abortus inkomplit :
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi
dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat
terjadi apabil pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus pada posisi
hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadi perforasi,
laparatomi harus segerah di lakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada
uterus dan apakah ada perlukaan alat-alat lain.
c. Infeksi
Infeksi dalam uterus dan sekitarnya dapat terjadi disetiap abortus, tetapi biasanya
ditemukan pada abortus inkomplit dan lebih sering pada abortus buatan yang
dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis.
d. Syok
Syok pada abortus biasa terjadi karena perdarahan dan karena infeksi berat.
e. Kematian
Abortus berkontribusi terhadap kematian ibu sekitar 15%.Data tersebut sering
kali tersembunyi di balik data kematian ibu akibat perdarahan. Data lapangan
menunjukkan bahwa sekitar 60% -70% kematian ibu disebabkan oleh
perdarahan , dan sekitar 60% kematian akibat perdarahan tersebut, atau sekitar
35-40% dari seluruh kematian ibu, disebabkan oleh perdarahan postpartum.
Sekitar 15-20% kematian disebabkan oleh perdarahan (Irianti, 2014:77-78).
6) Penatalaksanaan yang biasanya dilakukan pada kasus abortus inkomplete ini
adalah :
a. Bila disertai syok karena perdarahan diberikan infuse cairan fisiologi NaCl atau
Ringer Laktat dan tranfusi darah selekas mungkin.

16
b. Setelah syok diatasi dilakukan kerokan dengan kuret tajam dan diberikan suntikan
untuk mempertahankan kontraksi otot uterus.
c. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal dilakukan pengeluaran
plasenta secara manual.
d. Diberikan antibiotika untuk mencegah infeksi.

Menurut WHO, 2013: 87

a. Lakukan kongseling.
b. Jika perdarahan ringan atau sedang dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu,
gunakan jari atau forsep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuap
dari serviks.
c. Jika perdarahan berat atau usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan
evaluasi isi uterus. Aspirasi vacuum manual (AVM) adalah metode yang
dianjurkan. Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan bila AVM tidak tersedia. Jika
evaluasi tidak dapat segerah dilakukan, berikan ergometri 0,2 mg IM (dapat di
ulang 15 menit kemudian bila perlu).
d. Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam
satu liter NaCl 0,9% atau ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit untuk
membantu pengeluaran hasil konsepsi.
e. Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila
kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
f. Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopis dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi kelaboratorium.
g. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24
jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar hb>8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan
pulang.
7) Salah satu penyebab tinggi abortus spontan adalah anemia yang disebabkan
karena gangguan nutrisi dan peredaran oksigen menuju sirkulasi utero plasenter
sehingga dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam
kandungan melalui plasenta. Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal
dengan istilah anemia. Salah satu penyebab tinggi abortus spontan adalah anemia
yang disebabkan karena gangguan nutrisi dan peredaran oksigen menuju sirkulasi
utero plasenter sehingga dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin

17
dalam kandungan melalui plasenta. Pada anemia ringan dapat mengakibatkan
terjadinya lahir prematur dan berat bayi lahir rendah (BBLR), sedangkan pada
anemia berat selama masa hamil dapat mengakibatkan morbiditas dan mortalitas
baik pada ibu maupun janin yang salah satunya adalah terjadinya abortus dan
perdarahan pada saat persalinan.
Kadar hemoglobin (Hb) yang rendah akibat defisiensi besi pada darah ibu hamil
akan menyebabkan peningkatan kerentanan terjadi abortus. Zat besi berperan
pada proses hematopoiesis di dalam tubuh (pembentukan darah) yaitu sebagai
salah satu bahan dalam sintesis Hb di dalam eritrosit. Seorang ibu yang
mengalami anemia defisiensi besi selama kehamilan tidak dapat memberikan
cukup asupan zat besi kepada janin di dalam kandungannya terutama pada
trimester pertama kehamilan yang memicu terjadinya abortus pada ibu hamil
(Widianti, 2017).

3. Problem Based Learning Abortus Habitualis


Skenario

Ny X usai 30 tahun hamil 4 bulan, datang ke klinik pukul 08.00 WIB, HPHT 20-012009,
HPL 27 10 2009, ibu mengatakan ini merupakan hamil yang ketiga, belum pernah
melahirkan dan sudah 2 kali keguguran, ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah mulas
mulas, adanya pendarahan dari vagina ibu mengatakan keluhan ini mulai dirasakan sejak
kemaren malam. Ibu sudah merasakan gerakan janin.

Dilakukan pemeriksaan dan didapatkan hasil sebagai berikut : Keadaan umum kurang
baik,kesadaran komposmentis, TD 100/60 mmHg, nadi 90x permenit,suhu 36,5 C, RR 24x
permenit,BB 47 kg.BB sebelum hamil 46 kg, pemeriksaan dalam adanya pembukaan serviks
1 cm, teraba sisa sisa jaringan dalam kanalis servikalis, pemeriksaan inspekulo nampak
perdarahan, pemeriksaan penunjang HB 9 gram.

Diagnosa yang ditegakkan adalah NY. X umur 30 tahun G3P0A3 suspek abortus habitualis

A. Klarifikasi istilah
1. HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir
2. HPL : Hari Perkiraan Lahir
3. Komposmentis : Keadaan sadar penuh

18
4. Inspekulo : Alat yang mirip paruh bebek, untuk menilai dinding vagina, leher
rahim dan sekitarnya.
5. abortus habitualis : Abortus yang terjadi berulang kali

B. Identifikasi masalah
1. Apa itu abortus habitualis?
2. Apa penyebab abortus habitualis pada ibu hamil?
3. Bagaimana ciri-ciri abortus habitualis?
4. Bagaimana Pencegahan abortus habitualis?
5. Apa tindakan bidan pada ibu dengan abortus habitualis?

C. Curah Pendapat
1. Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-
turut.
2. Penyebab Abortus habitualis dapat berupa:
a. Kelainan kromosom
b. Faktor lingkungan
c. Kelainan plasenta
d. Masalah kesehatan ibu
e. Gangguan pada organ rahim
3. ciri-ciri abortus habitualis adalah sebagai berikut :
a. Gejala pada abortus habitualis yaitu terjadi abortus spontan secara
berulang dan berturut-turut sekurang - kurangnya 3 kali
b. Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan
normal atau meningkat.
c. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
d. Rasa nyeri atau kram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus

4. Pencegahan Abortus Habitualis


Pencegahan abortus habitualis dapat dilakukan dengan mempersiapkan kondisi
tubuh sebaik mungkin untuk kehamilan. Jika seorang wanita sudah pernah
19
mengalami abortus, dan ingin hamil lagi, sebaiknya melakukan pemeriksaan
lengkap (pemeriksaan darah/torese, urine, pemeriksaan imunologie), pemeriksaan
anatomi gynecology (USG, histerografi dan laparaskopi).

5. Penatalaksanaan Abortus Habitualis


Penanganan yang dapat dilakukan pada pasien abortus habitualis, yaitu simtomatis
dengan cara memperbaiki keadaan umum, pemberian makanan yang sempurna,
anjuran istirahat cukup banyak, larangan koitus, dan olah raga. Terapi dengan
hormon progesteron, vitamin, hormon tiroid, dan lainnya mungkin hanya
mempunyai pengaruh psikologis.

D. Merumuskan Hipotesa

Abortus Habitualis

Pengkajian (Data Subyektif dan Obyektif)


 Nyeri perut bagian bawah mulas mulas,
adanya pendarahan dari vagina ibu Wajah
pucat
 KU kurang baik, komposmentis, TD 100/60
mmHg, N 90x/menit,suhu 36,5 C, RR 24x
/menit, BB 47 kg BB sebelum hamil 46 kg
 Pembukaan serviks 1 cm, teraba sisa sisa
jaringan dalam kanalis servikalis,
pemeriksaan inspekulo nampak perdarahan
 HB 9

PENEGAKAN DIAGNOSA :
Diagnosa actual : Ny. X umur 30 tahun, G3P0A3,
Suspek abortus habitualis

PENATALAKSANAAN :

1. Memperbaiki keadaan umum


2. Pemberian makanan yang sempurna
3. Anjuran istirahat cukup banyak
4. Larangan koitus dan olah raga
5. Terapi dengan hormon progesteron, vitamin, hormon tiroid, dan lainnya mungkin
20
hanya mempunyai pengaruh psikologis
E. Merumuskan tujuan pembelajaran (learning objectives)
1. Mengetahui tentang pengertian, cara pencegahan dan ciri – ciri abortus
habitualis
2. Mengetahui penatalaksanaan abortus habitualis

F. Pengumpulan Informasi dan belajar mandiri


1. Abortus habitualis merupakan abortus yang terjadi dua kali berturut-turut atau
lebih sebelum kehamilan 20 minggu. Ibu yang mengalami kejadian abortus
habitualis umumnya tidak mendapat kesulitan untuk hamil, akan tetapi
kehamilannya tidak dapat berlanjut dan akan berhenti sebelum waktunya yang
sebagian besar penyebabnya adalah faktor janin, maternal dan infeksi . Sarwono
juga mejelaskan bahwa wanita yang pernah mengalami abortus 1 kali maka akan
mempunyai risiko 15% untuk mengalami keguguran lagi, dan beberapa studi juga
mengemukakan bahwa bila pernah mengalami abortus 2 kali atau lebih maka akan
mengalami risiko 30-45% untuk terjadi keguguran kembali.
2. Etiologi abortus habitualis pada dasarnya sama dengan penyebab abortus spontan.
Selain itu telah ditemukan sebab imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap
antigen lymphocyte trophoblast cross reactive (TLX). Pasien dengan reaksi lemah
atau tidak ada akan mengalami abortus. Selain itu, penyebab abortus habitualis
adalah :
a. Sindrom antifosfolipid (APS)
21
Sindrom antifosfolipid dikenal juga sebagai sindrom darah kental. Sindrom ini
merupakan penyakit autoimun yang bisa membuat penempelan calon janin di
rahim menjadi lebih sulit, sehingga meningkatkan risiko keguguran. Sindrom
antifosfolipid ditemukan pada 15–20% wanita yang mengalami abortus
habitualis.
b. Trombofilia
Trombofilia merupakan kondisi yang dimiliki sejak lahir. Penyakit ini bisa
dibilang mirip dengan sindrom antifosfolipid karena sama-sama membuat
darah lebih mudah membeku. Oleh karena itu, trombofilia juga diduga
berperan dalam terjadinya abortus habitualis.
c. Penyakit infeksi
Ada beberapa penyakit infeksi yang dikaitkan dengan keguguran berulang, di
antaranya chlamydia, gonore, sifilis, dan toksoplasmosis. Meski begitu,
peneliti masih mendalami jenis penyakit infeksi apa yang paling meningkatkan
risiko terjadinya keguguran berulang.
d. Kelainan kromosom
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa sekitar 2–5 persen pasangan bisa
mengalami abortus habitualis yang disebabkan oleh kelainan kromosom.
Kelainan ini mungkin tidak timbul sebagai penyakit pada pasangan tersebut,
namun timbul setelah diturunkan pada calon janin. Kelainan ini menyebabkan
calon janin tidak bisa berkembang dan akhirnya terjadilah keguguran.
e. Masalah pada rahim
Rahim merupakan penunjang utama kehamilan. Oleh karena itu, wanita yang
memiliki masalah pada rahim, baik itu berupa miom, kelainan bentuk rahim,
kelainan dinding rahim (sindrom Asherman), maupun leher rahim lemah
(inkompetensi serviks), lebih rentan mengalami abortus habitualis.
f. Masalah pada hormon
Masalah hormon, seperti sindrom ovarium polikistik, dipercaya memiliki
kaitan dengan terjadinya abortus habitualis. Meski begitu, belum dipastikan
sejauh mana kaitannya dan masih butuh penelitian lebih lanjut.
g. Risiko terjadinya abortus habitualis juga bisa meningkat di usia lebih dari 35
tahun. Selain itu, obesitas, rokok, konsumsi minuman beralkohol,
penyalahgunaan NAPZA, dan penyakit kronis, seperti penyakit jantung, gagal

22
ginjal, dan diabetes, juga diduga memiliki peranan dalam terjadinya abortus
habitualis.
3. ciri-ciri abortus habitualis adalah sebagai berikut :
a. Gejala pada abortus habitualis yaitu terjadi abortus spontan secara
berulang dan berturut-turut sekurang - kurangnya 3 kali
b. Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan
normal atau meningkat.
c. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
d. Rasa nyeri atau kram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus
4. Pencegahan abortus habitualis

Meski belum ada langkah spesifik untuk mencegah abortus habitualis, beberapa
cara di bawah ini dinilai dapat menurunkan risiko terjadinya keguguran:

a. Menerapkan pola makan sehat dengan gizi seimbang


b. Mengonsumsi 400 mg asam folat setiap hari, setidaknya 2 bulan sebelum
merencanakan kehamilan
c. Menjaga berat badan ideal
d. Mengelola stres dengan baik
e. Tidak merokok ataupun menghirup asap rokok
f. Tidak mengonsumsi minuman beralkohol atau NAPZA
g. Menjalani vaksinasi sesuai anjuran dokter untuk mencegah penyakit infeksi
h. Menghindari paparan radiasi dan racun berbahaya yang mungkin ada pada
makanan atau produk sehari-hari, seperti benzena, arsenik, dan formaldehid
i. Menghindari paparan polusi lingkungan dan penyakit menular
j. Untuk mencegah terjadinya keguguran berulang atau abortus habitualis,
faktor penyebabnya harus diketahui dan diatasi. 

5. Penatalaksanaan Abortus Habitualis antara lain adalah sebagai berikut :


a. Memperbaiki keadaan umum
b. Pemberian makanan yang sempurna
c. Anjuran istirahat cukup banyak

23
d. Larangan koitus dan olah raga
e. Terapi dengan hormon progesteron, vitamin, hormon tiroid, dan lain yang
mungkin hanya mempunyai pengaruh psikologis

G. SINTESIS (BERBAGI HASIL PENCARIAN INFORMASI DAN BELAJAR SECARA MANDIRI )

Notulen saat proses presentasi dan diskusi PBL

24
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Abortus Inkomplet (Abortus inkompletus) adalah peristiwa pengeluaran hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa tertinggal di dalam uterus.

Pengertian Pada abortus komplit, hasil konsepsi telah keluar semua dari cavum
uteri.

Abortus habitualis merupakan abortus yang terjadi dua kali berturut-turut atau
lebih sebelum kehamilan 20 minggu.

2. Saran
Semoga makalah PBL atau pembelajaran berbasis masalah ini dapat membantu
pembaca dalam berfikir kritis dan membantu mengasah keterampilan pemecahan
masalah, sebagai bekal dalam pengalaman nantinya dalam menghadapi
kehidupan dilahan jika menemukan kasus yang serupa

25
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Aidil. 2019. Faktor Penyebab Abortus di Indonesia Tahun 2010-2019 : Studi Meta
Analisis. Jurnal Biomedik (JBM), 11(3) : 182-191.

Amalia, L.M., dan Sayono. 2015. Faktor Risiko Kejadian Abortus (Studi di Rumah Sakti
Islam Sultan Agung Semarang). J. Kesehat. Masy. Indones. 10(1) : 23-29.

Anggraini, D.D., Windhu, P., dan Bambang, T. 2018. Interaction of Pregnant Women with
Health Care Provider and its Effect on Pregnant Women’s Adherence in Using of
Iron (Fe) Supplement and Anemia on Primary Health Care of Kediri City South
Region. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 21(2) : 82–89.

Maliana, Andesia. 2016. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Abortus
Inkomplit di Ruang Kebidanan RSUD Mayjend. HM. Ryacudu Kota Bumi. Jurnal
Kesehatan, 7(1) : 17-25.

Pitriani, Risa. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Abortus Inkomplit di Rumah
Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau. Jurnal Kesehatan Komunitas, 2(2)
: 83-87.

Puspita, T., Hidayat, W., dan Dede, S. 2020. Hubungan antara Usia, Paritas dan Riwayat
Abortus dengan Kejadian Abortus Inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan
Bandung Periode Januari 2017-Agustus 2019. Prosiding Kedokteran, 6(1) : 402-406.

Boyle, Maureen. Kedaruratan dalam persalinan : buku saku bidan. Alih bahasa, Eny
Meiliya. Jakarta : EGC, 2007.
Skeet, Muriel. Tindakan pramedis terhadap kegawatan dan pertolongan pertama.
Alih bahasa, Silvana Evi Linda, Indah Nurmala Dewi. Jakarta : EGC, 1995.

Buku modul pendidikan klinik Praktik kebidanan kegawatdaruratan Maternal Neonatal – Makaryo
Lan Mukti Sesarengan

26

Anda mungkin juga menyukai