Anda di halaman 1dari 40

Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patofisiologis

Pada Ny.A Usia 40 Tahun G3P2A0 Usia Hamil 17 Minggu dengan


Mola Hidatidosa

di Puskesmas Mlati

Di susun oleh :

Salsa Farah Leontina (P1337424417001)


Rukma Tri Indriarti (P1337424417020)
Tri Wahyuningtyas (P1337424417036)

PRODI S1 TERAPAN KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN

POLTEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

TAHUN 2020
PRAKATA

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas berfikir kritis tentang asuhan kebidanan pada ibu hamil patofisiologis dengan
dosen pengampu Elisa Ulfiana, S.SiT, M.Kes.

Asuhan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca supaya
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga asuhan ini dapat bermanfaat untuk teman-
teman sekalian dan masyarakat maupun inspirasi untuk pembaca.

Semarang, 02 Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

PRAKATA...............................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................................2
D. Manfaat........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3
A. Definisi.........................................................................................................................3
B. Etiologi.........................................................................................................................3
C. Patofisiologis................................................................................................................4
D. Sitogenetika..................................................................................................................5
E. Klasifikasi....................................................................................................................6
F. Faktor Resiko...............................................................................................................6
G. Gambaran Klinik..........................................................................................................7
H. Diagnosis......................................................................................................................7
I. Komplikasi...................................................................................................................9
J. Penatalaksanaan...........................................................................................................9
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................................13
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................................23
BAB V PENUTUP.................................................................................................................25
A. Kesimpulan................................................................................................................25
B. Saran..........................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................27

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya setiap kelahiran berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna
tetapi dalam kenyataannya tak selamanya kehamilan dapat berlangsung sukses.
Pada keadaan tertentu buah kehamilan ada yang mengalami gangguan dalam
proses pertumbuhan dan akhirnya gugur. Kehamilan yang (villi korionik)
abnormal yang menggantung seperti anggur disebut dengan istilah mola
hidatidosa (Enny, 2009).
Mola hidatidosa merupakan penyakit wanita dalam masa reproduksi antara
umur 15 tahun sampai 45 tahun, kejadian molahidatidosa pada setiap negara
bervariasi sekitar 0,5 – 8,3 per 1000 kelahiran hidup. Di Asia, insidensi
molahidatidosa komplit tertinggi adalah di Indonesia yaitu 1 dari 77 kehamilan
dan 1 dari 57 persalinan (Rauf, dkk, 2013). Insidensi kehamilan mola hidatidosa
di Asia Tenggara, Mexico dan Filipina lebih tinggi 8 kali dibandingkan dengan
wanita kaukasia di Amerika Serikat. Insidensi molahidatidosa dengan janin hidup
dinyatakan terjadi pada 1/20.000 – 1/100.000 kehamilan. Di Ameriksa Serikat
dan Eropa kejadian mola hidatidosa ini relatif konstan yaitu 1 – 2 per 1000
kehamilan (Cunningham, 2013).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis bermaksud memberikan
pemikiran tentang asuhan yang dapat diberikan pada kasus molahidatidosa
sehingga terjadinya kematian ibu dapat dicegah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan masalah yaitu
“Bagaimana asuhan kebidanan antenanatal dengan kasus mola hidatidosa di
Ny.A usia 40 tahun G3P2A0 dengan menggunakan pendekatan SOAP”.

1
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan antenanatal dengan kasus mola
hidatidosa secara komperhensif terhadap Ny.A dan melakukan dokumentasi
dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
A. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subyektif asuhan
kebidanan pada Ny.A
B. Mampu melakukan pengkajian data obyektif asuhan kebidanan pada
Ny.A
C. Mampu melakukan analisa data asuhan kebidanan pada Ny.A
D. Mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada Ny.A

D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Dapat menerapkan teori yang didapat saat perkuliahan dalam praktek
dilahan, serta mampu memperoleh pengalaman secara langsung dan
memberikan asuhan
2. Institusi Pendidikan
Menambah bahan pustaka dalam pelaksanaan tentang asuhan kebidanan
pada ibu hamil patofisiologis, sesuai perkembangan teori-teori dan hasil
penelitian.
3. Lahan Praktik
Sebagai masukan dalam melaksanakan dan meningkatkan asuhan kebidanan
pada ibu hamil patofisiologis dengan memperhatikan standar operasional
prosedur.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Mola hydatidosa adalah kondisi yang tidak normal dari plasenta,
disebabkan oleh terjadinya kesalahan saat ovum dan sperma bertemu saat
fertilasi (Ilmu Kandungan, Sarwono : edisi 2)
Mola hidatidosa adalah kehamilan di mana setelah terjadi fertilisasi hasil
konsepsi tidak berkembang menjadi embrio, tetapi terjadi proliferasi trofoblast
dan ditemukan vili korialis yang mengalami perubahan degenerasi hidropik dan
stroma yang hipovaskuler atau avaskuler. Umumnya pada kasus ini janin
meninggal sedangkan vilus-vilus yang membesar dan edematus itu hidup dan
tumbuh subur, gambaran yang diberikan adalah segugus buah anggur (Nugroho,
2010)
Mola hydatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan
trokobias plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi kristik villi
dan perubahan hidropik sehingga tampak membengkak, edomatous, dan
vaksikuler kelainan ini merupakan neoplasma troboblas yang jinak.

B. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa belum diketahui secara pasti penyebabnya. Faktor-
faktor yang mungkin menjadi penyebab adalah :
1. Faktor ovum
Spermatozoa memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua
serum memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelaianan atau
gangguan dalam pembuahan.
2. Keadaan sosial ekonomi yang rendah

3
Dalam masa kehamilan keperluan zat-zat gizimeningkat. Hal ini diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan
keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi
yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam
pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
3. Parietas tinggi
Ibu multipara cenderung berisiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena
trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetik yang dapat
diidentifikasikan dan penggunaan stimulan drulasi seperti klomifen atau
menotropiris (pergonal).
4. Kekurangan protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh
sehubungan dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim, dan buah dada
ibu, keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila
kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan bayi akan lahir lebih
kecil dari normal.
5. Infeksi Virus
Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk
atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan
penyakit. Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba (kuman atau virus)
yang masuk virulensinya serta daya tahan tubuh.

C. Patofisiologis
Terdapat beberapa teori berkaitan dengan pathogenesis penyakit trofoblast:
1. Teori missed abortion
Mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu karena itu terjadi gangguan
peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan
akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.

4
2. Teori neoplasma dari Park
Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal di
mana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga
timbul gelembung.
3. Studi dari hertig
Mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai
degenerasi awal atau tidak adanya embrio komplit pada minggu ketiga dan
kelima. Adanya sikulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus
menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama
pembentukan cairan.

D. Sitogenetika
Menurut Sarwono, 2010, patofisiologi dari kehamilan mola hidatidosa yaitu
karena tidak sempurnanya peredaran darah fetus, yang terjadi pada sel telur
patologik yaitu : hasil pembuahan dimana embrionya mati pada umur kehamilan
3 – 5 minggu dan karena pembuluh darah villi tidak berfungsi maka terjadi
penimbunan cairan di dalam jaringan mesenkim villi.
Analisis sitogenetik pada jaringan yang diperoleh dari kehamilan mola
memberikan beberapa petunjuk mengenai asal mula dari lesi ini. Kebanyakan
mola hidatidosa adalah mola “lengkap” dan mempunyai 46 kariotipe XX.
Penelitian khusus menunjukkan bahwa kedua kromosom X itu diturunkan dari
ayah. Secara genetik, sebagian besar mola hidatidosa komplit berasal dari
pembuahan pada suatu “telur kosong” (yakni, telur tanpa kromosom) oleh satu
sperma haploid (23 X), yang kemudian berduplikasi untuk memulihkan
komplemen kromosom diploid (46 XX). Hanya sejumlah kecil lesi adalah 46.
Pada mola yang “tidak lengkap” atau sebagian, kariotipe biasanya suatu
triploid, sering 69 XXY (80%). Kebanyakan lesi yang tersisa adalah 69 XXX

5
atau 69 XYY. Lesi ini, berbeda dengan mola lengkap, sering disertai dengan
janin yang ada secara bersamaan. Janin itu biasanya triploid dan cacat.
E. Klasifikasi
Mola hidatidosa dapat dibagi menjadi (Robson & Waugh, 2012) :
1. Mola hidatidosa komplit (klasik)
Pada gangguan ini, konseptus bersifat diploid dan berasal dari
androgenetik. Gangguan ini muncul setelah duplikasi sperma haploid
memfertilisasi ovum kosong. Umumnya tidak terdapat jaringan janin.
Seluruh viIi khorialis berubah menjadi kumpulan gelembung yang
jernih yang mempunyai ukuran yang bervariasi mulai dari yang lebih mudah
terlihat sampai beberapa em dan bergantung dalam beberapa em dan
bergantung dalam  beberapa kelompok dari tangkai yang tipis. Massa
tersebut dapat tumbuh eukup  besar sehingga memenuhi uterus yang
besarnya biasa meneapai ukuran uterus kehamilan normal lanjut.
Struktur histologiknya ditandai oleh :
a. Degenerasi hidropik dan pembengkakan stroma vilus
b. Tidak adanya pembuluh darah dalam viIi yang membengkak
c. Proliferasi epitel trofoblas hingga mencapai derajat yang beragam
d. Tidak ditemukan janin dan amnion
2. Mola hidatidosa inkomplit (parsial)
Gangguan ini bersifat triploid dan terjadi akibat ovum difertilisasi oleh dua
buah sperma. Seringkali menghasilkan janin. Umumnya janin mati pada
bulan pertama atau ada juga yang hidup sampai cukup besar atau bahkan
aterm. Perubahan hidatidosa bersifat fokal serta belum  begitu jauh dan
masih terdapat janin atau sedikitnya kantong amnion.

F. Faktor Resiko
1. Usia ibu: usia ibu 35-40 tahun memiliki resiko 2 kali lipat dan ibu yang
berusia > 40 tahun beresiko hingga 10 kali lipat.

6
2. Riwayat kehamilan mola. Resiko mencapai 10 kali lipat
3. Pemakaian kontrasepsi oral jangka panjang
4. Defisiensi beta karoten atau vitamin A (Norwitz, Errol & John Schorge,
2010; Cunningham, 2013)

G. Gambaran Klinik
1. Amenorrhea dan tanda-tanda kehamilan seperti mual, muntah, dan pusing
yang umumnya lebih hebat dari keluhan hamil fisiologis
2. Peningkatan kadar β-hCG (>100.000 mIU/mL) merupakan tanda yang khas
3. Kurang dari 10% ibu dengan kehamilan mola mengalami anemia dan
hyperemesis gravidarum
4. Pada penderita 85% terjadi perdarahan pervaginam
5. Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan
6. Tidak teraba ballottement atau bagian janin pada palpasi dan tidak terdengar
DJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih
7. Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu
8. Pada pemeriksaan USG: mola parsial dapat dicurigai dengan adanya
visualisasi janin dengan rongga kistik fokal pada plasenta dan peningkatan
diameter transversal kantung kehamilan. Sedangkan mola komplet secara
klasik memiliki tampilan badai salju yang disebabkan oleh pembengkakan
hidropik difus tanpa adanya janin. Namun sonogram trimester pertama
mungkin terlalu mungkin terlalu dini untu digunakan dalam membedakan
vili molar berukuran kecil dengan vili korionik yang berdegenerasi (Norwitz,
Errol & John Schorge, 2010; Nugroho, 2010)

H. Diagnosis
1. Anamnesis

7
Ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yang berlebihan,
perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklat dan kadang
bergelembung seperti busa.
a. Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola komplet
adalah perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua,
menyebabkan perdarahan. Uterus membesar (distensi) oleh karena
jumlah darah yang banyak, dan cairan gelap bisa mengalir melalui
vagina. Gejala ini terdapat dalam 97% kasus.
b. Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat.
Hal ini merupakan akibat dari peningkatan secara tajam hormon β-HCG.
c. Hipertiroid. Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti takikardi,
tremor dan kulit yang hangat. Didapatkan pula adanya gejala
preeklamsia yang terjadi pada 27% kasus dengan karakteristik hipertensi
( TD > 140/90 mmHg), protenuria (>300 mg.dl), dan edema dengan
hiperefleksia
2. Pemeriksaan Fisik
a. Palpasi :
1) Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba
lembek
2) Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin.
b. Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin
c. Pemeriksaan dalam :
1) Memastikan besarnya uterus
2) Uterus terasa lembek
3) Terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan kadar B-hCG

8
BetaHCG urin > 100.000 mlU/ml
Beta HCG serum > 40.000 IU/ml
b. Pemeriksaan kadar T3 /T4
B-hCG > 300.000 mIU/ml mempengaruhi reseptor thyrotropin,
mengakibatkan aktifitas hormon-hormon tiroid (T3/T4) meningkat.
Terjadi gejala-gejala hipertiroidisme berupa hipertensi, takikardia,
tremor, hiperhidrosis, gelisah, emosi labil, diare, muntah, nafsu makan
meningkat tetapi berat badan menurun dan sebagainya. Dapat terjadi
krisis hipertiroid tidak terkontrol yang disertai hipertermia, kejang,
kolaps kardiovaskular, toksemia, penurunan kesadaran sampai delirium-
koma.
4. Pemeriksaan Imaging
a. Ultrasonografi
1) Gambaran seperti sarang tawon (Honey comb appearance) tanpa
disertai adanya janin
2) Ditemukan gambaran snow storm atau gambaran seperti badai salju.
b. Plain foto abdomen-pelvis: tidak ditemukan tulang janin

I. Komplikasi
1. Perdarahan yang hebat sampai syok
2. Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia
3. Infeksi sekunder
4. Perforasi karena tindakan atau keganasan

J. Penatalaksanaan
Terdapat dua hal pokok yang penting dalam penatalaksanaan semua
kehamilan mola. Pertama adalah evakuasi mola, dan kedua adalah tindak lanjut

9
(follow up) teratur untuk mendeteksi penyakit trofoblas persisten. Berikut uraian
penatalaksanaan kehamilan mola di Bidan Praktik dan di Rumah Sakit.

Di Bidan Praktik :

1. Salah satu tanda kehamilan mola adalah terjadinya perdarahan pervaginam.


Bagi bidan yang bekerja secara mandiri antisipasi memburuknya keadaan
ibu harus dilakukan. Memberikan cairan intravena RL atau NaCl 0,9% perlu
dilakukan untuk memperbaiki keadaan ibu dan mencegah terjadinya
perdarahan.
2. Kehamilan mola perlu segera dilakukan evakuasi jaringan mola. Maka bidan
harus melakukan rujukan ke tingkat pelayanan kesehatan memadai dengan
BAKSOKU (Bidan, Alat, Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan, Uang).

Di Rumah Sakit :
1. Jika diagnose kehamilan mola sudah ditegakkan, lakukan evakuasi uterus.
Evakuasi merupakan pengobatan awal paling umum untuk kehamilan mola.
2. Histerektomi merupakan alternative bagi pasien-pasien tertentu yang
menginginkan sterilisasi melalui pembedahan.
3. Selama proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 unit oksitosin dalam
500 ml cairan IV (NaCL atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40-60 tetes
permenit). Hal ini dilakukan sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan
hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara cepat.
4. Profilaksis: immunoglobulin anti-D harus diberikan kepada pasien Rh
negative yang sesuai
5. Surveilans: setelah kadar basal β-hCG serum diperoleh dalam 48 jam setelah
evakuasi, kadar dipantau setiap 1 sampai 2 minggu selagi masih tinggi. Hal

10
ini penting untuk mendeteksi penyakit trofoblastik persisten. Bahkan
jaringan trofoblastik dalam jumlah kecil dapat dideteksi dengan pemeriksaan
ini.
6. Kontrasepsi hormonal: menekan pembentukan LH oleh hipofisis, yang dapat
mempengaruhi kadar hCG yang dapat mengaburkan follow up kadar hCG
tersebut. Pasien-pasien yang tidak diterapi dengan histerktomi harus
menggunakan kontrasepsi selama follow up kadar β-hCG. Hal ini bertujuan
untuk menghindari peningkatan kadar β-hCG dari kehamilan atau dari
perkembangan mola hiatidosa ke tumor trofoblas gestasional.
7. Kehamilan selanjutnya: mencegah kehamilan selama minimal 6 bulan atau
hingga kadar hCG normal (Rauf, dkk, 2014)
8. Kemoterapi tidak diindikasikan selama kadar serum terus menurun.
Peningkatan kadar atau kadar yang terus mendatar menunjukkan perlunya
evaluasi untuk penyakit trofoblastik gestasional persisten dan biasanya
pengobatan. Peningkatan menunjukkan proliferasi trofoblastik yang
kemungkinan besar ganas, kecuali jika wanita yang bersangkutan kembali
hamil (Cunningham, 2013)

11
faktor
ovum,infeksi,umur,paritas
tinggi,defisiensi
protein,perdarahan

mengalami keterlambatan
dalam pengeluaran

kematian ovum dalam


tubuh

mengalami degenerasi

jangot-jangot korion yang


tumbuh berganda &
mengandung cairan

kista-kista kecil
seperti anggur

MOLA HIDATIDOSA

ancaman pada tindakan perdaraha


status terkini invansiv pervaginam

stress Jaringan terdapat kurang informasi


ulkus tentang prosedur penurunan T

gelisah
bakteri mudah menstimulasi
masuk reseptor nyeri kurang membran mu
pengetahuan kering,penuru
turgor kuli
ANSIETAS

resiko jaringan
ulkus GANGGUAN RASA
CEMAS
NYAMAN NYERI
KEKURANGA
VOLUME CAIR
RESIKO TINGGI
12
INFEKSI
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOFISIOLOGIS

PADA NY.A USIA 40 TAHUN G3P2A0 USIA HAMIL 17 MINGGU

DI PUSKESMAS MLATI

PENGKAJIAN :

Tanggal : 10 Februari 2020

Jam : 16.30 WIB

IDENTITAS PASIEN:

Identitas Pasien Penanggung Jawab

Status : Suami

1. Nama : Ny. A 1. Nama : Tn. Y

13
2. Umur : 40 tahun 2. Umur : 41 tahun

3. Agama : Islam 3. Agama : Islam

4. Pendidikan : SMP 4. Pendidikan : SMP

5. Pekerjaan : Ibu rumah tangga 5. Pekerjaan : Buruh

6. Suku bangsa : Jawa/ Indonesia 6. Suku Bangsa : Jawa/ Indonesia

7. Alamat : Mlati RT 1/RW II 7. Alamat : Mlati RT 1/RW II

I. DATA SUBYEKTIF

1. ALASAN DATANG :

Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya.

KELUHAN UTAMA :

Ibu mengatakan mengalami mual muntah dan keluar darah segar dari jalan lahir.

14
Uraian keluhan utama

Ibu mengatakan mengalami mual muntah sejak 2 minggu lalu, keluar darah segar
dan ada yang berupa gelembung seperti telur ikan dari jalan lahir sejak sore
tanggal 9 Februari 2020.

RIWAYAT KESEHATAN :

Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita :

Ibu mengatakan tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit menular
seperti: TBC, Hepatitis B, HIV/AIDS, IMS, dan ibu mengatakan tidak pernah atau
tidak sedang menderita penyakit menurun dan penyakit menahun seperti: Kencing
manis, Tekanan darah tinggi, Jantung, Asma.

Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) :

Ibu mengatakan keluarga tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit
menular seperti: TBC, Hepatitis B, HIV/AIDS, IMS, dan ibu mengatakan

15
keluarga tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit menurun dan penyakit
menahun seperti: Kencing manis, Tekanan darah tinggi, Jantung, Asma.

RIWAYAT OBSTETRI

a. Riwayat Haid:

Menarche : 14 tahun

Nyeri Haid : tidak ada

Siklus : 28 hari

Lama : 5 – 7 hari

Warna darah : merah segar

Leukhorea : tidak ada

Banyaknya : 1-2 kali ganti pembalut dalam sehari

b. Riwayat Kehamilan sekarang :

16
1) Hamil ke 3 usia 17 minggu

2) HPHT : 10 Oktober 2019

3) HPL : 17 Juli 2020

4) Gerak janin :

 Pertama kali : ibu mengatakan belum merasakan gerakan janin

 Frekuensi dalam 12 jam : -

5) Tanda bahaya : mual muntah yang berlebihan dan keluar darah segar

6) Kekhawatiran khusus : Ibu merasa khawatir karena adanya perdarahan

7) Imunisasi TT : 5x

8) ANC : 2 x

Suplement
Tindakan/Pendke
AN & Fe
s
C Tanggal Tempat Masalah
Ke (Jenis &
Jml)

1 5 Desember Puskesma - Amenorhe

17
2019 s Mlati a

Catatan : Bisa ditambah sesuai kebutuhan

c. Riwayat Kehamilan persalinan dan nifas yang lalu:

Kead ana
Kehamilan Persalinan Nifas
sekarang
Tahun
Frek Keluhan/ JK/ Asi
UK Jenis Penolong PenyulitIMD Penyulit
ANC Penyulit BB eksklusif

200 3x - 3 Normal Bidan P/2,7 - Ya - Ya 19


1 8 tahun

kg kondisi
sehat

200 4x - 3 Normal Bidan L/2, - Ya - Ya 12


7 6 5 kg tahun
kondisi
sehat

2. RIWAYAT KB : pernah

a. Jika pernah :

18
Jenis Kontrasepsi Lama Pemakaian Keluhan Alasan dilepas

KB Pil 2 tahun - Hamil

b. Rencana Setelah Melahirkan :

Ibu mengatakan setelah melahirkan ingin memakai alat kontrasepsi IUD

3. POLA PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI:

Sebelum hamil :

a. Nutrisi

1) Makan

a) Frekuensi makan pokok : 3 x perhari

b) Komposisi :

19
 Nasi : 3 x @ ½ piring (sedang)

 Lauk : 2 x @ 1 potong (sedang), jenisnya ayam,tempe atau


ikan

 Sayuran : 1 x @ ½ mangkuk sayur ; jenis sayuran bayam

 Buah : 2 x seminggu; jenis pisang, jeruk atau apel

 Camilan : - x sehari; jenis -

c) Pantangan : tidak ada pantangan

2) Minum

a) Jumlah total : 7 gelas perhari; jenis air putih

b) Susu : - gelas perhari; jenis susu -

3) Perubahan selama hamil ini :


Ibu mengatakan nafsu makan berkurang

b. Eliminasi

1) Sebelum hamil

20
a) Buang air kecil :

 Frekuensi perhari : 4x ; warna : bening

 Keluhan/masalah : -

b) Buang air besar :

 Frekuensi perhari : 2 hari 1x ; warna: kuning; konsistensi : keras

 Keluhan/masalah : -

2) Perubahan selama hamil ini : tidak ada perubahan

Personal hygiene

1) Sebelum hamil :

 Mandi : 2x sehari

 Keramas : 3x seminggu

 Gosok gigi : 2x sehari

21
 Ganti pakaian : 2x sehari; celana dalam : 2x sehari

 Kebiasaan memakai alas kaki : -

2) Perubahan selama hamil ini : tidak ada perubahan

c. Hubungan seksual

1) Sebelum hamil :

 Frekuensi : 1x seminggu

 Contact bleeding : -

 Keluhan lain : -

2) Perubahan selama hamil ini : tidak melakukan hubungan seksual

d. Istirahat/tidur

1) Sebelum hamil :

 Tidur malam : 6 jam

 Tidur siang : 1 jam

22
 Keluhan/masalah : -

2) Perubahan selama hamil ini : susah tidur

e. Aktivitas fisik dan olah raga

1) Sebelum hamil :

 Aktivitas fisik (beban pekerjaan) : melakukan pekerjaan rumah tangga

 Olah raga : - jenisnya -

frekuensi : - x seminggu

2) Perubahan selama hamil ini : tidak ada

f. Kebiasaan yang merugikan kesehatan :

1) Merokok :-

2) Minuman beralkohol :-

3) Obat-obatan :-

4) Jamu :-

23
4. Riwayat Psikososial-spiritual

a. Riwayat perkawinan :

1) Status perkawinan : menikah , umur waktu menikah : 20 tahun

2) Pernikahan ini yang ke 1 sah lamanya 20 tahun

3) Hubungan dengan suami : baik

b. Kehamilan ini diharapkan oleh ibu, suami, keluarga :

c. Respon & dukungan keluarga terhadap kehamilan ini : Keluarga menerima

d. Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) : bercerita kepada keluarga

e. Ibu tinggal serumah dengan : suami

f. Pengambil keputusan utama dalam keluarga : suami

24
Dalam kondisi emergensi, ibu dapat mengambil keputusan sendiri.

g. Orang terdekat ibu : suami

h. Yang menemani ibu untuk kunjungan ANC : anak

i. Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan kehamilan : tidak ada adat
istiadat

j. Rencana tempat dan penolong persalinan yang diinginkan : normal di bidan

k. Penghasilan perbulan: Rp 2.500.000,00 Cukup

l. Praktek agama yang berhubungan dengan kehamilan :

1) Kebiasaan puasa /apakah ibu berpuasa selama hamil ini?

frekuensi puasa : tidak puasa

Keluhan selama puasa : -

2) Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan :

 ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan yang


diberikan oleh nakes wanita maupun pria;

 tidak boleh menerima transfusi darah;

25
 tidak boleh diperiksa daerah genitalia,

 lainnya : -

m. Tingkat pengetahuan ibu :

Hal-hal yang sudah diketahui ibu : Ibu mengetahui mual muntah terjadi di
kehamilan awal

Hal-hal yang ingin diketahui ibu : ibu ingin mengetahui apa yang terjadi
pada kehamilannya

DATA OBYEKTIF:

1. PEMERIKSAAN FISIK:

a. Pemeriksaan Umum:

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) Tensi : 110/80 mmhg

4) Nadi : 86x/menit

26
5) Suhu : 36,7 derajat

6) RR : 20x/menit

7) BB Sebelum/ Sekarang : 69 kg / 68,5 kg

8) TB : 160 cm

9) LILA : 28 cm

10) IMT : 26,7

b. Status present

Kepala : Bentuk mesosefal, rambut tidak rontok atau berketombe

Mata : Simetris, sclera putih, konjungtiva merah

Hidung : Tidak ada secret dan lendir

Mulut : Tidak ada gusi berdarah, tidak ada sariawan

Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada cairan yang keluar

27
Leher : tidak terdapat pemebsaran kelenjar tyroid dan getah bening

Ketiak : Tidak ada benjolan, ketiak bersih

Dada : Simetris, dada dalam keadaan batas normal

Perut : Tidak ada pembengkakan di 4 kuadran, tidak ada nyeri tekan

Lipat Paha : Bersih, keadaan batas normal

Vulva : Tidak ada cairan yang keluar

Ekstremitas : Simetris, kaki dan tangan memiliki jari lengkap dan berfungsi
dengan

baik

Punggung : Keadaan batas normal

Reflek Patela : Adanya reflek pattela

Anus : Tidak terjadi hemoroid

c. Status Obstetrik

28
1. Inspeksi:

 Muka : Tidak terdapat cloasma gravidarum

 Mamae : Payudara simetris, puting susu menonjol, areola mulai


menghitam

 Abdomen : terdapat linea nigra

 Vulva : tidak ada varises

2. Palpasi

 Leoplod I : Bagian fundus teraba 2 jari dibawah pusat.

 Leoplod II : Ballotement (-)

 Leoplod III : Ballotement (-)

 Leoplod IV : Ballotement (-)

3.TFU : 20 cm
4.TBJ : 1240 gram

5. Auskultasi :

DJJ : tidak terdengar

29
d. Pemeriksaan penunjang :
PP Test ++
HB = 12
HBsAg -, HIV -, Protein urin -, red -, syphilis –
Ultrasonografi (USG) Abdomen : 08/02/2020
Kesan : Mola Hidatidosa

III. Analisis

Diagnosa Kebidanan : Ny. A umur 40 tahun G3P2A0 hamil 17 minggu dengan


kehamilan mola hidatidosa

Masalah : mual muntah dan perdarahan

Kebutuhan : pemenuhan kebutuhan caian dan menghentikan perdarahan

IV. PELAKSANAAN

Tanggal : 10 Februari 2020 Jam : 17.00 WIB

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan

30
Hasil : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan TD : 110/80 mmHg, N : 86 x/menit,
RR : 20 x/menit.

2. Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan USG


Hasil : Kesan gambar USG terdapat Mola Hidatidosa
3. Memberitahu mengenai penyebab,tanda gejala dan komplikasi mola
hidatidosa.
Hasil : Ibu mengerti mengenai penyebab,tanda gejala dan komplikasi mola
hidatidosa.
4. Memberikan inform consent kepada ibu dan keluarga untuk dilakukan rujukan
Hasil : Ibu dan keluarga menyetujui
5. Memasang infus RL
Hasil : Infus terpasang 20 tpm
6. Melakukan rujukan ke rumah sakit
Hasil : Ibu telah dirujuk

31
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus Ny. A berusia 40 tahun, dimana pada usia ini memiliki banyak
resiko untuk kehamilan. Wanita yang berisiko tinggi untuk mengalami mola
hidatidosa adalah wanita dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
Wanita dengan usia 35 tahun sampai 40 tahun risikonya meningkat menjadi 2 kali
lipat, sedangkan pada wanita usia 40 tahun risiko meningkat sebesar 7 kali lipat
dibandingkan wanita yang hamil pada usia lebih muda. Hal ini dikarenakan kualitas
sel telur sudah mengalami penurunan. Menurut Kruger TF, hal ini berhubungan
dengan keadaan patologis ovum premature dan postmature (Kruger TF, 2007). Ovum
patologis terjadi karena gangguan pada proses meiosis, sehingga ovum tidak memiliki
inti sel (Martaadisoebrata, 2005). Jika ovum patologis tersebut dibuahi oleh satu sel
sperma maka karyotipe yang dihasilkan adalah 46,XX homozigot dan ini adalah
karyotipe tersering yang ditemukan pada mola hidatidosa komplit (90%) (Berek,
2007). Menurut Berek, ovum dari wanita yang lebih tua lebih rentan terhadap
pembuahan yang abnormal. Dalam sebuah penelitian, resiko untuk mola hidatidosa
komplit meningkat 2,0 kali lipat untuk wanita yang lebih tua dari 35 tahun dan 7,5
kali lipat untuk wanita yang lebih tua dari 40 tahun (Berek, 2007).

Pada kasus ini diduga adanya kehamilan mola karena dari anamnesis
didapatkan bahwa terdapat adanya kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan
muda yang berlebihan. Pada kasus ini, pasien dengan usia kehamilan 17 minggu
dengan HPHT 10 Oktober 2019, sering mengalami pusing, mual dan muntah yang
berlebihan sejak awal kehamilannya. Hiperemesis ini disebabkan oleh peningkatan
kadar β-HCG pada pasien mola.

32
Pasien mengeluh keluar darah pervaginam sejak kemarin malam, darah yang
keluar awalnya banyak berwaarna merah kemudian sedikit-sedikit, berwarna
kecoklatan. Namun disertai gumpalan-gumpalan seperti anggur berwarna putih.
Perdarahan merupakan gejala utama mola. Biasanya keluhan perdarahan inilah yang
menyebabkan mereka datang ke rumah sakit. Gejala perdarahan ini biasanya terjadi
antara bulan pertama sampai ketujuh dengan rata-rata 12-14 minggu. Sifat perdarahan
bisa intermitten, sedikitsedikit atau sekaligus banyak sehingga dapat menyebabkan
syok. Pada kasus ini, faktor resiko terjadinya kehamilan mola kemungkinan
dikarenakan riwayat kehamilan yaang tidak berhasil sebelumnya juga risiko usia ibu.
Kemungkinan penyebab lain masih belum dapat diidentifikasi.

Hasil pemeriksaan didapatkan status generalis dalam batas normal.


Pemeriksaan obstetri, TFU dua jari di bawah umbilikus, balotement (-), dan tidak
teraba bagian janin. Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan USG sebagai pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan diagnosa. Dari USG di dapatkan hasil adanya mola
hidatidosa. Hasil pemeriksaan ini mendukung diagnose mola pada pasien.

Untuk penatalaksanaan, pasien dirujuk ke Rumah Sakit dengan pemberian


infus RL. Selanjutnya akan dilakukan suction curetase. Tindakan suction curetage
pada pasien ini sudah tepat dilakukan dan perlu dilakukan pemeriksaan USG untuk
memastikan tidak ada jaringan mola yang tersisa.

33
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny.A umur 40
tahun G3P2A0 dengan mola hidatidosa, penulis dapat mengambil kesimpulan :
1. Pengkajian pada kasus Ny.A umur 40 tahun G3P2A0 dengan mola
hidatidosa keluhan utamanya mengalami mual muntah dan keluar darah
segar dari jalan lahir, data objektif didapatkan hasil keadaan umum baik,
kesadaran composmentis, TD : 110/80 mmHg, N : 86 x/menit, RR : 20
x/menit. Pada pemeriksaan USG oleh dokter terdapat tampak gelembung-
gelembung kecil,
2. Analisa masalah kebidanan yang didapatkan adalah Ny.A umur 40 tahun
G3P2A0 dengan mola hidatidosa. Masalah yang ditimbulkan adalah pasien
mengatakan merasa cemas atas keadaan yang dialaminya. Kebutuhan yang
akan diberikan pada pasien adalah memberi support mental pada ibu atas
keadaannya, kolaborasi dengan dokter Sp.Og untuk curetage.

3. Penatalaksanaan yang dilakukan adalah melakukan rujukan untuk curettage


ke rumah sakit.

B. Saran
1. Bagi lahan praktik
Diharapkan petugas selalu melakukan komunikasi yang baik kepada
klien. Dan petugas mampu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan

34
yang diterapkan dalam asuhan kebidanan yang diberikan sesuai dengan
SOP.

2. Bagi institusi pendidikan


Mengingat pentingnya kemampuan mahasiswa untuk dapat memenuhi
kompetensi knowledge, skill dan attitude dalam memberikan asuhan
kebidanan, maka tugas praktik yang berbentuk laporan ilmiah untuk tetap
dipertahankan bagi mahasiswa selanjutnya
3. Bagi mahasiswa
Diharapkan dengan memenuhi tugas laporan ilmiah asuhan kebidanan ini
pentingnya meningkatkan knowledge, skill dan attitude dalam memberikan
asuhan kebidanan, maka diharapkan setiap mahasiswa membuat laporan
ilmiah yang berkompeten. Dan dalam melakukan tindakan mahasiswa bisa
berpedoman pada SOP.

35
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, dkk. 2013. Obstetri Williams Edisi Ke-23 Vol 1. Jakarta: EGC

Fadlun & Ahmad Feryanto. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba
Medika

Farah Diba Citra Olivia. 2016. Seorang Wanita 30 tahun dengan Mola Hidatidosa
complete. Majority 5(2) : 142-147

Kemenkes RI. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan.

Nugroho, Taufan. 2010. Kasus Emergency Kebidanan Untuk Kebidanan dan


Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Norwitz, Errol & John Schorge. 2010. At A Glance Obstetri & Ginekologi Edisi
Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga

Rauf, Syahrul, dkk. 2014. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Robson, S. Elizabeth & Jason Waugh. 2012. Patologi Pada Kehamilan: Manajemen
& Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

Yulita Sari Purba, Muh Ardi Munir, Daniel Saranga. 2019. Mola Hidatidosa. Jurnal
Medical Profesion. 1(1) : 79-86

Vanessa Natasha Harjito,Yudi Mulyana Hidayat, Indah Ameliya. 2017. Hubungan


antara Karakteristik Klinis Pasien Mola Hidatidosa dengan Perfoma
Reproduksi Pasca Evakuasi di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. JSK .
3(1) : 25-31

36

Anda mungkin juga menyukai