Kelompok 3:
Jl. Raya Industri Pasir Gombong Jababeka Cikarang – Bekasi Telp. (021)
89111110 Fax. (021) 8905196
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
proposal ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami tentunya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya.
Untuk itu, Kami mengharapkan kritik serta salam dari pembaca untuk makalah
ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1.3. Tujuan........................................................................................................5
1.4. Manfaat......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................7
2.2. Klasifikasi..............................................................................................8
2.4. Etiologi................................................................................................10
3.1. Kesimpulan......................................................................................14
3.2. Saran.................................................................................................14
iii
3.1.
PENDAHULUAN
4
lebih umum dikenal dengan sebutan hamil anggur, adalah kehamilan yang
ditandai dengan perkembangan trofoblas yang tidak wajar. Pada mola hidatidosa,
struktur yang dibentuk trofoblas yaitu vili korialis berbentuk trofoblas yaitu vili
korialis berbentuk gelembung-gelembung seperti anggur. Terdapat 1,3 kali lipat
peningkatan insiden pada remaja (<21 tahun) dan 10 kali lipat meningkat pada
usia >40 tahun. Mola hidatidosa dibagi menjadi 2 subtype yaitu molahidatidosa
kompplit dan molahidatidosa parsial. Molahidatidosa terjadi karena ketidak
seimbangan hormone pada kehamilan. Penyakit ini diakibatkan oleh banyak
faktor diantaranya usia jarak antar kehamilan, riwayat abortus sebelumnya sosial
ekonomi, dan memiliki penyakit mola sebelumnya. Untuk membedakan mola
hidatidosa perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG), pemeriksaan kadar
ß-hCG dan juga gold standar yaitu pemeriksaan histologis. Terapi mola hidatidosa
terdiri dari 4 tahap, yaitu perbaiki keadaan umum, pengeluaran jaringan mola,
terapi profilaksis dengan sitostatika, dan follow up. (Devi & Ratna 2021)
3.4. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, makalah tujuan penelitian ini sebagai
berikut:
3.5. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
5
1. Bagi akademisi
Manfaat akademis yang diharapkan adalah bahwa hasil makalah dapat
dijadikan rujukan bagi upaya pengembangan pengetahuan tentang mola
hidatidosa dan media yang dapat digunakan sebagai referensi belajar
tambahan bagi para mahasiswa/i khususnya mahasiswa/i kesehatan.
2. Bagi masyarakat umum
Memberikan pengetahuan mengenai mola hidatidosa.
3. Bagi penulis
Memberikan pengetahuan dan informasi dalam penulisan makalah tentang
mola hidatidosa.
6
3.6.
PEMBAHASAN
7
pembesaran Rahim yang pesat disertai pengeluaran hormone yang semakin
meningkat. Infiltrasi sel trofoblas yang merusak pembuluh darah menimbulkan
gejala perdarahan sedikit demi sedikit sampai perdarahan banyak dan pengeluaran
gelembung mola (Manuaba, dkk. 2010).
3.8. Klasifikasi
Mola Hidatidosa diklasifikasikan menjadi 2 Mola Hidatidosa Komplet dan
Mol Hidatidosa Parsial berdasarkan morfologi, hispatologi dan karyotip. sebagai
berikut:
8
B. Mola Hidatidosa Parsialis
Mola Hidatidosa Parsialis (MHP), yaitu sebagian pertumbuhan dan
peekembangan vili korialis berjalan normal sehingga janin dapat tumbuh
dan berkembang bahkan sampai aterm (Manuaba, 2010).
Secara makroskopis tampak gelembung mola yang disertai janin atau
bagian dari janin. Mola parsial tampak gambaran vili yang normal dan udem.
Pada mola parsial sering dijumpai komponen janin. Penderita sering dijumpai
pada usia kehamilan lebih tua, yaitu 18-20 minggu. Pada pemeriksaan
laboratorium, peningkatan kadar serum β hCG tidak terlalu tinggi.
A. Gambara Klinis
9
Mola hidatidosa mengalami perubahan hidropik disertai dengan
pengeluaran hormone gonadotropin, maka mola hidatidosa dapat
menimbulkan gejala klinis yang bervariasi. Umumnya penderita mola
hidatidosa mengalami keluhan sebagai berikut:
1. Amenore.
2. Mual dan Muntah berlebihan (hiper emesis gravidarum
3. Perdarahan vaginam atau perdarahan tidak teratur disertai
keluarnya jaringan mola seperti buah anggur (namun tidak
selalu).
4. Sekret pervaginam kecoklatan.
5. Perubahan penyerta seperti uterus lebih besar dari lamanya
amenorea.
6. Kadar β-HCG jauh lebih tinggi dari kehamilan biasa.
B. Pemeriksaan Mola Hidatidosa
Mola hidatidosa dapat didiagnosa berdasarkan gejala atau
gambaran klinis, serta untuk memastikan diagnose tersebut maka
dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:
Pemeriksaan Fisik:
a. Umumnya ukuran uterus lebih besar jika dibandingkan dengan usia
kehamilan
b. Dijumpai kista lutein yang biasanya lebih besar dari kista lutein
biasa
c. Tidak ada ballottement
d. Tidak dijumpai adanya denyut jantung janin (DJJ) walau ukuran
kehamilan sudah besar.
Pemeriksaan Penunjang:
10
3.10. Etiologi
Mola Hidatidosa telah dikenal sejak lama (abad ke-6), untuk penyebabnya
sampai saat ini belum diketahui pasti. Oleh karena itu ada beberapa factor-faktor
yang meningkatkan mola hidatidosa meliputi:
1. Usia Ibu
Resiko kejadia mola hidatidosa akan meningkat pada wanita dengan usia
yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. Semakin tinggi usia
ibu maka akan semakin beresiko, hal ini dikarenakan kualitas sel telur
sudah mengalami penurunan.
2. Etnik
Hal ini berkaitan dengan ras, resiko akan meningkat pada ras Mongoloid
dari pada ras Kaukasus.
3. Status Gizi
Resiko meningkat pada mereka yang kekurangan protein, asam folat dan
histadin, β-karoten serta vitamin A. Vitamin A berfungsi untuk mengatur
proliferasi dan apoptosis sel, sehingga ketika terjadi kekurangan vitamin A
akan menyebabkan proliferas sel berlebihan termasuk pada sel trofoblas.
Sedangkan protein digunakan untuk zat pembangun yaitu untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin selama kehamilan
4. Genetik
Resiko akan meningkat pada perempuan yang mengalami translokasi
seimbang. Dimana daerah kromosom yang menjadi bakal calon kromosom
(19q13) dan terbanyak pada kromosom 11p dominan terekspresi dari alel
maternal.
5. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan berkaitan dengan keadaan sosial ekonomi. Pada
keadaan sosial ekonomi yang rendah menyebabkan kebutuhan gizi ibu
hamil tidak terpenuhi dengan baik, padahal pada keadaan hamil ibu
memerlukan zat gizi yang lebih banyak untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin.
11
6. Gaya Hidup
Gaya hidup seperti merokok dan mengkonsumsi alcohol dapat
meningkatkan angka kejadian mola hidatidosa.
12
sebanyak dua kali dengan interval satu minggu, dan jaringan
diperiksa kepada ahli patologi anatomi.
b. Histerektomi, dengan pertimbangan umur relative tua (diatas 35
tahun) paritas diatas tiga, pada penderita Mola Hidatidosa
dilakukan tindakan radikal histerektomi. Pertimbangan ini
didasarkan kemungkinan keganasan korio karsinoma menjadi lebih
tinggi. Hasil operasi diperiksakan kepada ahli patologi anatomi.
3. Pengobatan profilaksis dengan sitostatika (kemoterapi)
Mola Hidatidosa merupakan penyakit trofobla yang dapat
berkelanjutan menjadi koreo karsinoma (65-75%). Untuk menghindari
terjadinya degenerasi ganas, penderita mola hidatidosa diberi profilaksis
dengan sitostastika (kemoteraphy) Methotraxate (MTX) atau actinomycin
d. pengobatan profilaksis atau terapi sitotastika memerlukan perwatan dan
pengwasan dirumah sakit.
4. Pengawasan lanjutan
Pengawasan lanjutan regenerasi koreo karsinoma memerlukan
waktu sehingga kesembuhan penyakit mola hidatidosa memerlukan
pengawasan. Disamping itu rekuren mola hidatidosa mempercepat
kejadian koreo karsinomo sehingga setelah penanganan mola hidatidosa
perlu menunda kehamilan paling sedikit satu tahun. Metode keluarga
berencana yang dianjurkan adalah pil KB, pantang berkala, kondom, atau
alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR).
13
Mainnin. Pemeriksaan alat canggij dilakukan untuk menetapkan kadar
hormone gonadotropin.
3. Pemeriksaan foto toraks, Pemeriksaan foto toraks dilakukan karena
kemungkinan metastase ke paru dengan gejala batuk disertai dahak
berdarah, dapat terjadi timbunan cairan dalam pleural.
3.12.
PENUTUP
3.13. Kesimpulan
Mola Hidatidosa adalah penyimpangan pertumbuhan serta perkembangan
kehamilan, dimana kehamilan ini tidak disertai janin dan seluruh vili korealis
mengalami perubahan hidropobik (Manuaba, dkk. 2010).
3.14. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah
mengenai Mola hidatidosa masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.
Untuk karena itu kami membutuhkan saran dan kritik yang sifatnya membangun.
14
DAFTAR PUSTAKA
Purba, Y. S., Munir, M. A., & Saranga, D. (2019). MOLA HIDATIDOSA. In Jurnal
Medical Profession (MedPro) (Vol. 1, Issue 1).
Manuaba, Ida Ayu Sri Kusuma Dewi Suryasaputra, Indra Ayu Chandranita
Manuaba, Ida Bagus Gde Fajar Mauaba, Ida Bagus Gde Mauaba. (2010).
BUKU AJAR GINEKOLOGI UNTUK MAHASISWA KEBIDANAN. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
15
16