Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KEHAMILAN


PATOLOGIS MOLA HIDATIDOSA (HAMIL ANGGUR)

Dosen Pengampu:
Asmawati, S. Kp., M. Kep

Disusun Oleh Kelompok 3 :

1. Inanda Dwi Nadia P01720322020


2. Dea Febrina P01720322009
3. Adi Guna Sagib P01720322052
4. Azizah Agnezanti P01720322063
5. Faza Muhammad P01720322014
6. Lussy Kurnia Utami P01720322023
7. Nike Febrianti P01720322085
8. Rifkah Fitria Wusqo P01720322034

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN
PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur senantiasa kami hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala rahmat-Nya serta nikmat dan karunia-Nya sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah Keperawatan Maternitas kami yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Kehamilan Patologis Mola Hidatidosa (Hamil
Anggur)”. Pada Kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
mata kuliah Keperawatan Maternitas yang telah memberikan tugas ini kepada
kami. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata
kuliah Keperawatan Maternitas dari dosen pengajar Maam Asmawati, S. Kp., M.
Kep
Semoga makalah yang telah kami susun ini mampu menambah wawasan
bagi para pembaca, terutama bagi para mahasiswa yang berkecimpung dalam
dunia keperawatan. Terlepas dari semua itu, kami selaku penuyusun makalah
menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran maupun kritik yang membangun dari berbagai pihak agar
makalah ini dapat lebih sempurna lagi kedepannya.

Bengkulu, 31 Maret 2024

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................

A. Latar Belakang....................................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................................
C. Tujuan.................................................................................................................
D. Manfaat...............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................

A. Konsep Dasar Penyakit.......................................................................................


1. Definisi penyakit..........................................................................................
2. Etiologi.........................................................................................................
3. Klasifikasi....................................................................................................
4. Manifestasi Klinis........................................................................................
5. Patofisiologi.................................................................................................
6. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................
7. Komplikasi...................................................................................................
8. Penatalaksanaan...........................................................................................
B. Konsep Dasar asuhan Keperawatan....................................................................
1. Pengkajian....................................................................................................
2. Diagnosa Keperawatan................................................................................
3. Intervensi Keperawatan................................................................................
4. Implementasi................................................................................................
5. Evaluasi........................................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................

ii
A. Pengkajian...........................................................................................................
B. Analisa data.........................................................................................................
C. Diagnosa Keperawatan........................................................................................
D. Intervensi Keperawatan.......................................................................................
E. Implementasi dan evaluasi..................................................................................

BAB IV PENUTUP..................................................................................................

A. Kesimpulan.........................................................................................................
B. Saran....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan yang sehat merupakan kehamilan yang ditandai dengan
adanya pertumbuhan dan perkembangan janin secara normal didalam rahim.
Namun ada beberapa keadaan dimana pertumbuhan dan perkembangan
janinnya tidak berkembang dengan baik, apabila terjadi kegagalan kehamilan
tergantung pada tahap dan bentuk gangguannya. Kegagalan ini bisa berupa
abortus, kehamilan ektopik, prematuritas, kehamilan janin dalam rahim, atau
kelainan kongenital. Semuanya merupakan kegagalan fungsi reproduksi, juga
termasuk trofoblas (Martadisoebrata, 2010).
Penyakit trofoblas merupakan penyakit yang mengenai sel-sel
trofoblas. Sel trofoblas banyak ditemukan pada wanita hamil. Sel trofoblas
juga dapat ditemukan diluar kehamilan berupa teratoma dari ovarium, karena
itu penyakit trofoblas dalam kehamilan disebut Gestational Trophoblastic
Disease (Martasdisoebrata, 2010).
Penyakit trofoblas, pada hakekatnya merupakan kegagalan reproduksi.
Pada penyakit trofoblas dikenal dengan nama mola hidatidosa atau hamil
anggur (Prawirohardjo, 2010).
Mola hidatidosa merupakan suatu kehamilan yang perkembangan dan
pertumbuhan janinnya tidak berkembang menjadi janin yang sempurna,
melainkan berkembang menjadi keadaan patologik yang terjadi pada minggu
pertama kehamilan. Sel telur yang seharusnya berkembang menjadi janin
justru terhenti perkembangan nya, yang terus berkembang justru sel-sel
trofoblas yaitu berupa degenerasi hidropik dari jonjot korion sehingga
menyerupai gelembung-gelembung berisi cairan, mirip anggur. Ukuran
gelembung ini pun bervariasi. Ada yang berdiameter 1 milimeter sampai 1-2
sentimeter. Jika dilihat dari mikroskop, ditemukan edema stroma vili, tidak
ada pembuluh darah pada vili, dan proliferasi sel-sel trofoblas (jumlah sel nya
bertambah) (Prawirohardjo, 2010).
Menurut Sastrawinarta (2007), faktor resiko dari penyakit mola
hidatidosa ini adalah umur, genetik,status gizi ibu. Mola hidatidosa lebih

4
banyak ditemukan pada wanita hamil berumur dibawah 20 tahun dan diatas
35 tahun, dan mola hidatidosa juga sering ditemui pada ibu hamil yang
kekurangan protein.
Dampak mola hidatidosa dapat timbul secara fisik maupun psikologis.
Secara fisik mola hidatidosa bisa menyebabkan perdarahan hebat yang dapat
mengakibatkan kekurangan volume cairan hingga syok, ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh akibat mual muntah. Jika tidak cepat
ditindak lanjuti maka akan sangat berbahaya bagi kesehatan pasien, karna
penyebaran sel sel trofoblas akan semakin cepat dan meningkat sehingga
dapat menyebabkan kanker dan bisa menyebar ke jaringan/organ lain.
Dampak secara psikologis bisa menyebabkan kesedihan pada keluarga
terutama pada ibu dan keluarga yang masih mengharapakan anak. Serta pada
ibu jika dilakukan tindakakn proses pengangkatan rahim maka ibu tidak bisa
hamil kembali. (Mochtar,2010).
Oleh karena itu peran perawat sangat dibutuhkan dalam mengatasi
dampak fisik dan psikologis pada pasien mola hidatidosa. Mengingat dampak
dan banyak nya kasus mola hidatidosa perawat mempunyai peran dalam
melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi (Potter
& Perry, 2009).
Pengkajian keperawatan, data dapat diperoleh dari riwayat kesehatan,
keluhan utama pasien, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Untuk
tindakan keperawatannya perawat dapat melakukan tindakan secara mandiri
dan kolaborasi. Secara mandiri perawat dapat melakukan teknik non
farmakologi untuk mengatasi nyeri, memberikan penyuluhan tentang mola
hidatidosa, memberikan motivasi kepada ibu. Secara kolaborasi perawat
dapat berkolaborasi dengan tim medis lainnya untuk mengatasi perdarahan
pada pasien mola dengan pemberian obat anti perdarahan, manajemen cairan
untuk mengatasai kekurangan volume cairan, manajemen nutrisi untuk
menjaga keseimbangan nutrisi (Mochtar, 2010).
Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis tertarik membahas
makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kehamilan
Mola Hidatidosa (Hamil anggur)”.

5
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Kehamilan Patologis Mola Hidatidosa (Hamil Anggur)

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan pembahasan makalah ini untuk menerapkan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Kehamilan Patologis Mola Hidatidosa (Hamil
Anggur)
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan pengkajian pada ibu hamil dengan
Kehamilan Patologis Mola Hidatidosa (Hamil anggur)
b. Mampu mendiskripsikan diagnosis keperawatan pada ibu hamil
dengan Kehamilan Patologis Mola Hidatidosa (Hamil Anggur)
c. Mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan pada ibu hamil
dengan Kehamilan Patologis Mola Hidatidosa (Hamil Anggur)
d. Mampu mendiskrpsikan implementasi keperawatan pada ibu hamil
dengan Kehamilan Patologis Mola Hidatidosa (Hamil Anggur)
e. Mampu mendiskripsikan evaluasi tindakan keperawatan pada ibu
hamil dengan Kehamilan Patologis Mola Hidatidosa (Hamil Anggur)
D. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Dapat menambah dan mengembangkan ilmu yang sudah ada serta
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya untuk memberikan
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kehamilan Patologis Mola
Hidatidosa (Hamil Anggur)
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil karya ilmiah ini dapat menjadi masukan bagi institusi keperawatan
khususnya pemberian Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Kehamilan Patologis Mola Hidatidosa (Hamil Anggur)
3. Bagi Praktisis Keperawatan

6
Diharapakan hasil dari penulisan karya tulis ilmiah ini dapat memberikan
pengetahuan yang bermanfaat bagi praktisi perawat khususnya bagi
perawat yang melakukan pemberian Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan Kehamilan Patologis Mola Hidatidosa (Hamil Anggur)
4. Bagi Masyarakat/Klien
Diharapakan Asuhan Keperawatan yang diberikan dapat mengetahui cara
merawat klien dengan Kehamilan Patologis Mola Hidatidosa (Hamil
Anggur)
5. Bagi Penulis
Diharapakan dengan dibuatnya karya tulis ilmiah ini penulis memperoleh
pengetahuan mengenai Asuhan Keperawatan pada pasien Kehamilan
Patologis Mola Hidatidosa (Hamil Anggur) dan pengalaman dalam
membuat makalah.

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi penyakit
Hamil mola adalah suatu kehamilan di mana setelah fertilisasi
hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi
dari vili koriales disertai dengan degenerasi hidropik. Uterus melunak
dan berkembang menjadi lebih cepat dari usia gestasi yang normal, tidak
dijumpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti
rangkaian buah anggur (Saifuddin, 2009).
Mola hidatidosa adalah plasenta vili orialis yang berkembang
tidak sempurna dengan gambaran adanya pembesaran, edema, dan vili
vesikuler sehingga menunjukkan berbagai ukuran trofoblas trofoblas
profileratif tidak normal. Mola hidatidosa terdiri dari mola hidatidosa
komplit dan mola hidatidosa parsial, perbedaan antara keduanya adalah
berdasarkan morfologi, gambaran klinik patologi, dan sitogenik (Anwar,
2011).
Mola hidatidosa atau yang disebut juga dengan hamil anggur
adalah suatu bentuk tumor jinak dari sel-sel trofoblas (yaitu bagian dari
tepi sel telur yang kelak terbentuk menjadi ari-ari janin) atau merupakan
suatu hasil pembuahan yang gagal. Jadi dalam proses kehamilannya
mengalami hal yang berbeda dengan kehamilan normal, dimana hasil
pembuahan sel sperma dan sel telur gagal terbentuk dan berubah menjadi
gelembunggelembung semakin banyak bahkan bisa berkembang secara
cepat. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar HCG (dengan
pemeriksaan GM titrasi) atau dapat dilihat dari hasil laboratorium beta
sub unit HGG pada ibu hamil tinggi. Pemeriksaan USG kandungan akan
terlihat keadaan kehamilan yang kosong tanpa janin dan tampak
gambaran seperti badai salju dalam bahasa medis disebut “snow storm”
(Sukarni, 2014).

8
2. Etiologi
Menurut Purwaningsih, 2010 penyebab terjadinya mola
hidatidosa adalah pembengkakan vili (degenerasi pada hidrofibik) dan
poliferasi trofoblas. Faktor yang dapat menyebabkan mola hidatidosa
antara lain :
a. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi
terlambat dikeluarkan. Spermatozoa memasuki ovum yang telah
kehilangan nukleusnya atau ada serum memasuki ovum tersebut
sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan dalam pembuahan
b. Imunoselektif dari trofoblas, yaitu dengan kematian fetus, pembuluh
darah pada stoma vili menjadi jarang dan stroma vili menjadi
sembab dan akhirnya terjadi hyperplasia sel-sel trofoblast
c. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, dalam masa kehamilan
keperluan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan
keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi gizi
yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan
dalam pertumbuhan dan perkembangan janinnya
d. Paritas tinggi, ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan
mola hidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan
transmisi. Secara genetic yang dapat diidentifikasi dan penggunaan
stimulan drulasi seperti menotropiris (pergonal).
e. Kekurangan protein, protein adalah zat untuk membangun jaringan
bagian tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin, rahim.
Keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat
apabila kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan akan
lahir lebih kecil dari normal.

Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas, infeksi


mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk
atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan
menimbulkan penyakit. Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba
yang masuk virulensinya serta daya tahan tubuh (Mochtar, 2010).

9
Faktor lainnya yang diketahui adalah sosial ekonomi rendah,
keguguran sebelumnya, neoplasma trofoblastik gestasional sebelumnya,
dan usia yang sangat ekstrim pada masa subur. Efek usia yang sangat
jelas terlihat adalah pada wanita yang berusia lebih dari 45 tahun, ketika
frekuensi lesi yang terjadi adalah 10 kali lipat dari pada lesi yang dapat
terjadi pada wanita yang berusi 20-40 tahun (Reeder, 2011).

Menurut Sukarni, 2014 faktor lain yang mempengaruhi wanita


untuk kehamilan mola yaitu berkaitan dengan genetika dan riwayat
reproduksi. Berikut faktor resiko untuk kehamilan mola hidatidosa :

a. Riwayat kehamilan mola hidatidosa sebelumnya


Wanita yang pernah mengalami kehamilan mola hidatidosa
memiliki resiko 2 kali lipat dibandingkan dengan yang belum pernah
mengalami kehamilan mola hidatidosa.
b. Riwayat genetik
Terdapat penelitian yang membuktikan bahwa kehamilan
mola hidatidosa memiliki penyebab genetik terkait dengan mutasi
gen.
c. Faktor makanan
Asupan rendah karotene dan rendah lemak hewani dikaitkan
peningkatan resiko kehamilan mola hidatidosa sempurna, termasuk
juga kekurangan vitamin A.
3. Klasifikasi
Klasifikasi atau pengelompokan mola hidatidosa menurut Sastrawinata,
2007 :
a. Mola Hidatidosa Komplet (MHK)
Pada mola jenis ini, tidak terdapat adanya tanda-tanda
embrio, tali pusat, atau membrane. Kematian terjadi sebelum
berkembangnya sirkulasi plasenta. Vili korionik berubah menjadi
vesikel hidropik yang jernih yang menggantung bergerombol pada
pedikulus kecil, dan memeberi tampilan seperti seikat anggur.

10
Ukuran vesikel bervariasi, dari yang sulit dilihat sampai yang
berdiameter beberapa sentimeter.
Pada kehamilan normal, trofoblas meluruhkan desidua
untuk menambahkan hasil konsepsi. Hal ini berarti bahwa mola yang
sedang berkembang dapat bepenetrasi ke tempat implantasi.
Miometrium dapat terlibat, begitu pula dengan vena walaupun jarang
terjadi ruptur uterus dengan perdarahan massif merupakan salah satu
akibat yang dapat terjadi.
Secara sitogenik umumnya bersifat diploid 46XX, sebagai
hasil pembuahan satu ovum, tidak berinti atau intinya tidak aktif,
dibuahi oleh sperma yang mengandung 23X kromosom, yang
kemudian mengadakan duplikasi menjadi 46XX. Jadi, umunya MHK
bersifat homozigot, wanita dan berasal dari bapak (Andogenetik ).
Kadang pembuahan terjadi oleh dua buah sperma 23X dan 23Y
(dispermi) sehingga terjadi 46XX atau 46 XY. Disini, MKH bersifat
heterozigot, tetapi tetap androgenetik dan bisa terjadi, walaupun
sangat jarang terjadi hamil kembar dizigotik, yang terdiri dari satu
bayi normal dan satu lagi MHK.

b. Mola Hidatidosa Parsial (MHP)


Tanda-tanda adanya suatu embrio, kantong janin, atau
kantong amnion dapat ditemukan karena kematian terjadi sekitar
minggu ke-8 atau ke-9. Hiperplasia trofoblas hanya terjadi pada
lapisan sinsitotrofoblas tunggal dan tidak menyebar luas
dibandingkan dengan mola komplet. Kariotip umunya adalah triploid
sebagai hasil pembuahan satu ovum oleh dua sperma (dispermi).Bisa
berupa 69 XXX, 69 XXY, atau 69 XYY.
Pada MHP, embrio biasanya mati sebelum trimester
pertama. Walaupun pernah dilaporkan adanya MHP dengan bayi
aterm. Secara histologi, membedakan antara mola parsial dan
keguguran laten merupakan hal yang sulit dilakukan. Hal ini
memiliki signifikan klinis karena walaupun resiko ibu untuk

11
menderita koriokarsinoma dari mola parsial hanya sedikit, tetapi
pemeriksaan tindak lanjut tetap menjadi hal yang sangat penting.
Seperti pada MHK, tetapi disini masih ditemukan embrio yang
biasanya mati pada masa dini. Degenerasi hidropik dan vili bersifat
setempat, dan yang mengalami hiperplasi hanya sinsito trofoblas
saja. Gambaran yang khas adalah crinkling atau scalloping dari vili
dan stromal trophoblastic inclusions

4. Manifestasi Klinis
Pada stadium awal, tanda dan gejala mola hidatidosa tidak dapat
dibedakan dari tanda dan gejala kehamilan normal.Pada waktu
selanjutnya perdarahan pervagina pada semua kasus.Cairan yang keluar
dari vagina bisa berwarna coklat tua (menyerupai jus buah prum) atau
merah terang, bisa sedikit atau banyak. Keadaan ini bisa berlangsung
selama beberapa hari saja atau secara intermiten selama beberapa
minggu. Pada awal kehamilan, kira – kira setengah jumlah wanita
memiliki rahim yang lebih besar dari usia kehamilan yang diperkirakan
melalui tanggal menstruasi.
Anemia akibat kekurangan darah, rasa mual dan muntah yang
berlebihan (hyperemesis gravidarum), dan kram perut yang disebabkan
distensi rahim merupakan gejala yang cukup sering ditemukan.Anemia
terjadi akibat perdarahan intrauterine.Preeklampsia terjadi pada sekitar
15% kasus. Pada penderita mola dapat ditemukan beberapa gejala –
gejala sebagai berikut :
a. Hamil muda yang kadang – kadang lebih nyata dari kehamilan biasa
amenore
b. Terjadi gejala toksemia pada kehamilan trimester 1 dan 2
c. Dijumpai gejala tirotoksitosis atau hipertiroid
d. Peningkatan tajam kadar Human Chorionic Gonadatrophin (HCG)
karena proliferasi cepat sel placenta, yang mengekskresikan HCG.
e. Perdarahan tanpa nyeri yang tidak teratur paling banyak terjadi pada
12 minggu kehamilan.

12
f. Tidak ada bunyi denyut jantung janin
g. Tidak ada aktivitas janin (Morgan, 2009; Yulianti, 2005; Murkoff,
2005).

5. Patofisiologi
Jonjot-jonjot tumbuh berganda dan mengandung cairan
merupakan kistakista anggur, biasanya didalamnya tidak berisi embrio.
Secara histopatologik kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada
plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola
adalah: satu janin tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola hidatidosa.
Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai
berdiameter lebih dari 1 cm. Mola parliasis adalah bila dijumpai janin
dan gelembung-gelembung mola. Secara mikroskopik terlihat :
a. Proliferasi dan trofoblas
b. Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban
c. Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma.

Sel-sel langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang


dan adanya sel sinsial giantik. Pada kasus mola banyak kita jumpai
ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau lebih ( 25-
60%). Kista lutein akan berangsur-angsur mengecil dan kemudian hilang
setelah mola hidatidosa sembuh (Mochtar, 2010).

Sel telur seharusnya berkembang menjadi janini justru terhenti


perkembangannya karena tidak ada buah kehamilan atau degenerasi
sistem aliran darah terhadap kehamilan pada usia 3-4 minggu. Pada fase
ini sel seharusnya mengalami nidasi tetapi karena adanya poliferasi dari
trofoblas atau pembengkakan vili atau degenerasi hidrifilik dari stroma
vili dan hilangnya pembuluh darah stroma vili maka nidasi tidak terjadi.
Selain itu sel trofoblas juga mengeluarkan hormon HCG yang akan
mengeluarkan rasa mual dan muntah. Pada mola hidatidosa juga terjadi
perdarahan pervaginam, ini dikarenakan poliferasi trofoblas yang
berlebihan, pengeluaran darah ini kadang disertai juga dengan

13
gelembuung vilus yang dapat memastikan dignosis mola hidatidosa
(Purwaningsih,2010)

6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Purwaningsih, 2010 ada beberapa pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan pada pasien mola hidatidosa dengan
a. HCG : nilai HCG meningkat dari normal nya. Nilai HCG normal
pada ibu hamil dalam berbagai tingkatan usia kehamilan berdasarkan
haid terakhir :
1) 3 minggu : 5-50 mlU/ml
2) 4 minggu : 5-426 mlU/ml
3) 5 minggu : 18-7,340 mlU/ml
4) 6 minggu : 1.080-56,500 mlU/ml
5) 7-8 minggu : 7,650-229,000 mlU/ml
6) 9-12 minggu : 25,700-288,000 mlU/ml
7) 13-16 minggu : 13,300-254,000 mlU/ml
8) 17-24 minggu : 4,060-165,400 mlU/ml
9) 25-40 minggu : 3,640-117,000 mlU/ml
10) Tidak hamil : < 9.5 mlU/ml
b. Pemeriksaan rontgen : untuk melihat kerangka bayi, biasanya pada
mola tidak ditemukan kerangka bayi
c. Pemeriksaan USG : untuk melihat gambaran janin dan denyut janin.
Biasanya pada mola tidak ada gambaran janin dan denyut jantung
janin
d. Uji sonde : Pada hamil mola, sonde mudah masuk, sedangkan pada
kehamilan biasa, ada tahanan dari janin.
7. Komplikasi
Menurut Yulaikhah (2008), Pada penderita mola yang lanjut
dapat terjadi beberapa komplikasi sebagai berikut :
a. Syok hipovolemik akibat perdarahan hebat dapat terjadi jika tidak
segera ditangani, bahkan dapat berakibat fatal
b. Anemia terjadi karena perdarahan berulang
c. Preeklampsia dan eclampsia

14
d. Infeksi sekunder
e. Tirotoksikosis, prognosis lebih buruk, biasanya meninggal akibat
krisis tiroid
f. Emboli sel trofoblas ke paru
g. Sering disertai kista lutein, baik unilateral maupun bilateral, kista
menghilang jika mola sudah dievakuasi

8. Penatalaksanaan
Karena mola hidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan
tidak jarang disertai penyulit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya
harus segera dikeluarkan. Terapi mola hidatidosa terdiri dari tiga tahap,
yaitu :
a. Perbaikan keadaan umum
Adalah transfusi darah untuk mengatasi syok hipovolemik
atau anemi, pengobatan terhadap penyulit, seperti pre eklampsi berat
atau tirotoksikosis. Perbaikan keadaan umum pada pasien mola
hidatidosa, yaitu :
1) Koreksi dehidrasi
2) Transfusi darah bila ada anemia ( Hb 8 ggr % atau kurang )
3) Bila ada gejala pre eklampsia dan hiperemesis gravidarum
diobati sesuai dengan protokol penangan dibagian obstetrik dan
gynekologi
4) Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis, dikonsultasikan ke bagian
penyakit dalam.

b. Pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi


1) Kuretase pada pasien mola hidatidosa :
a) Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai
(pemeriksaan darah rutin, kadar beta HCG dan foto toraks)
kecuali bila jaringan mola sudah keluar spontan

15
b) Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan
pemasangan laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam
kemudian
c) Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan
pasang infuse dengan tetasan oksitosin 10 IU dalam 500 cc
dektrose 5%.
d) Kuretase dilakukan 2 kali dengan interval minimal 1
minggu
e) Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA
2) Histerektomi
Syarat melakukan histerektomi adalah : Tindakan ini dilakukan
pada perempuan yang telah cukup umur dan cukup mempunyai
anak. Alasan untuk melakukan histerektomi adalah karena umur
tua dan paritas tinggi merupan faktor predisposisi untuk
terjadinya keganasan. Batasan yang dipakai adalah umur 35
tahun dengan anak hidup tiga (Saifuddin, 2011).
c. Evakuasi
Pada umumnya evakuasi jaringan mola dilakukan dengan
kuret vakum, kemudian sisanya dibersihkan dengan kuret
tajam.Tindakan kuret hanya dilakukan satu kali. Kuret ulangan
dilakukan hanya bila ada indikasi (Martaadisoebrata, 2007).
Segerakan lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara
proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam
500 ml NS atau RL dengan kecepatan 40- 60 tetes per menit (sebagai
tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas
kontraksi terhadap pengosongan uterus secara cepat) (Saifuddin,
2014).

16
B. Konsep Dasar asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Seperti : nama, umur, pendidikan, status pernikahan, pekerjaan,
alamat
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya klien datang dengan keluhan nyeri atau kram perut
disertai dengan perdarahan pervaginam, keluar secret
pervaginam, muntah-muntah
2) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya keluhan pasien akan mengalami perdarahan
pervaginam diluar siklus haidnya, terjadi pembesaran uterus
lebih besar dari usia kehamilan
3) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji jumlah paritas ibu, paritas lebih dari 3 perlu diwaspadai
karena semakin banyak anak keadaan rahim ibu akan semakin
melemah. ibu multipara cenderung beresiko terjadinya
kehamilan mola hidatidosa karena trauma kelahiran.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Hal yang perlu dikaji kesehatan suami, apakah suami mengalami
infeksi system urogenetalia, dapat menular pada istri dan dapat
mengakibatkan infeksi pada celvix.
c. Status obstetri ginekologi
1) Usia saat hamil , sering terjadi pada usia produktif 25 – 45
tahun, berdampak bagi psikososial, terutama keluarga yang
masih mengharapkan anak.
2) Riwayat persalinan yang lalu, Apakah klien melakukan proses
persalinan di petugas kesehatan atau di dukun, melakukan
persalinan secara normal atau operasi.
3) Riwayat penggunaan alat kontrasepsi, seperti penggunaan IUD.

17
4) Adanya keluhan haid, keluarnya darah haid dan bau yang
menyengat. Kemungkinan adanya infeksi.
d. Pola aktivitas sehari – hari
1) Pola nutrisi
Biasanya pada klien mola hidatidosa terjadi penurunan nafsu
makan, karena pasien biasanya akan mengalami mual dan
muntah akibat peningkatan kadar HCG dalam tubuh.
2) Pola Eliminasi
Biasanya pada BAB klien ini dapat menimbulkan resiko
terhadap konstipasi itu diakibatkan karena penurunan peristaltik
usus, imobilisasi, obat nyeri, adanya intake makanan dan cairan
yang kurang. Sehingga tidak ada rangsangan dalam pengeluaran
feces. Pada BAK klien mengalami output urine yang menurun <
1500ml/hr, karena intake makanan dan cairan yang kurang.
3) Personal hygiene
Biasanya akibat banyak nya perdarahan yang dialami pasien
akan mengalami kelemahan fisik, pasien akan mengalami
pusing dan dapat mengakibatkan pembatasan gerak, takut
melakukan aktivitas, karena kemungkinan akan timbul nya
nyeri, sehingga dalam personal hygiene tergantung pada orang
lain.
4) Pola aktivitas (istirahat tidur)
Biasanya terjadi gangguan istirahat, nyeri akibat luka post op
atau setelah kuratese
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Biasanya keadaan umum kllien akan tampak pucat, lemah, lesu,
dan tampak mual atau muntah
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, pernafasan,
suhu tubuh
3) Pemeriksaan kepala dan leher
Biasanya muka dan mata pucat, conjungtiva anemis

18
4) Pemeriksaan leher dan thorak
Tanda-tanda mola hidatidosa tidak dapat di identifikasikan
melalui leher dan thorax
5) Pemeriksaa abdomen
Biasanya hampir 50 % pasien mola hidatidosa uterus lebih besar
dari yang diperkirakan dari lama nya amenore. Pada 25% pasien
uterus lebih kecil dari yang diperkirakan.Bunyi jantung janin
tidak ada.
6) Pemeriksaan genetalia
Biasanya sebelum dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan
genetalia eksterna dapat ditemukan adanya perdarahan
pervaginam.
7) Pemeriksaan ekstremitas
Pada ekstrimitas atas dan bawah biasanya ditemukan adanya
akral dingin akibat syok serta tanda-tanda cyanosis perifer pada
tangan dan kaki.
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan HCG
2) Pemeriksaan USG

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan gejala yang muncul pada pasien mola hidatidosa,
maka sesuai dengan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI),
diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul pada pasien mola
hidatidosa adalah sebagai berikut :
a. Hipovolemia berhubungan dengan perdarahan pervaginam
b. Nyeri akut berhubungan dengan perdarahan, proses penjalaran
penyakit
c. Intoleransi akitivitas berhubungan dengan kelemahan
d. Risiko deficit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (stress,
keengganan untuk makan)
e. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan

19
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan Rasional
SDKI SLKI SIKI
Hipovolemia Setelah dilakukan SIKI : Manajemen 1. Memeriksa tanda
dan gejala
berhubungan intervensi Hipovolemia
hypovolemia
dengan perdarahan keperawatan Observasi 2. Memantau intake
dan output cairan
pervagina selama ...x24 jam 1. Periksa tanda dan
3. Menghitung
diharapkan gejala hipovolemia kebutuhan cairan
4. Memberikan asupan
SLKI : Status (mis. frekuensi nadi
cairan oral
Cairan membaik
meningkat, nadi 5. Menganjurkan
Dengan kriteria hasil
memperbanyak
1. Frekuensi nadi teraba lemah,
asupan cairan oral
membaik
tekanan darah 6. Menganjurkan
2. Intake cairan
menghindari
membaik menurun, tekanan
perubahan posisi
3. kadar HB
nadi menyempit, mendadak
membaik
7. Pemberian cairan IV
4. status mental turgor kulit
isotonis (mis. NaCl,
membaik
menurun, membran RL)
5. tekanan nadi
8. Pemberian cairan IV
membaik mukosa kering,
hipotonis (mis.
6. suhu tubuh
volume urin glukosa 2,5%, NaCl
membaik
9. Pemberian cairan
menurun, hematokrit
koloid (mis.
meningkat, haus, albumin,
Plasmanate) 0,4%)
lemah)
10. Pemberian produk
2. Monitor intake dan darah
out
cairanTerapeutik
3. Hitung kebutuhan
cairan
4. Berikan posisi
modified
Trendelenburg
5. Berikan asupan

20
cairan oral
Edukasi
6. Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
7. Anjurkan
menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
8. Kolaborasi
pemberian cairan IV
isotonis (mis. NaCl,
RL)
9. Kolaborasi
pemberian cairan IV
hipotonis (mis.
glukosa 2,5%, NaCl
10. Kolaborasi
pemberian cairan
koloid (mis.
albumin,
Plasmanate) 0,4%)
11. Kolaborasi
pemberian produk
darah
Nyeri akut Setelah dilakukan SIKI : Manajemen 1. Nyeri merupakan
berhubungan tindakan Nyeri pengalaman
dengan perdarahan, keperawatan selama Observasi subyektif dan harus
proses penjalaran …x24 jam diharakan 1. Identifikasi lokasi, di gambarkan oleh
penyakit SLKI : Tingkat karakteristik, durasi, klien untuk
Nyeri Menurun frekuensi, kualitas, merencanakan

21
Dengan Kriteria intensitas nyeri penanganan yang
Hasil : 2. Identifikasi skala efektif
1. Keluhan nyeri nyeri 2. Skala nyeri
menurun 3. Identifikasi respon digunakan untuk
2. Kesulitan tidur nyeri non verbal mengetahui tingkat
menurun 4. Identifikasi faktor keparahan rasa sakit
3. Gelisah menurun yang memperberat yang dialami klien
4. Perineum merasa dan memperingan 3. Untuk mengetahui
tertekan menurun nyeriTeraupetik tingkat
5. Tekanan darah 5. Berikan teknik ketidaknyamanan
membaik nonfarmakologi yang dirasakan klien
6. Fungsi berkemih untuk mengurangi saat proses
membaik nyeri (mis. TENS, pemulihan, biasanya
hypnosis, klien akan gelisah,
akupressure, terapi sulit untuk fokus,
musik, biodeedback, ekspresi wajah
terapi pijat, meringis
aromaterapi, teknik 4. Untuk mengetahui
imajinasi faktor yang
terbimbing, kompres memperberat dan
hangat atau dingin, memperingan nyeri
terapi bermain) yang dirasakan
6. Kontrol lingkungan 5. Mengurangi tingkat
yang memperberat nyeri
dan memperingan pasien/mengalihkan
nyeri (mis. Suhu pasien dari rasa
ruangan, nyerinya dan
pencahayaan, memberikan efek
kebisingan) relaksasi
7. Fasilitasi istirahat 6. Mengurangi resiko
dan tidur factor yang dapat
Edukasi memperberat

22
8. Jelaskan penyebab nyeri/menimbulkan
periode dan pemicu nyeri
nyeri 7. Mengalihkan dan
9. Jelaskan strategi memenuhi
meredakan nyeri kebutuhan istirahat
10. Ajarkan teknik pasien
nonfarmakologi 8. Memberikan
untuk mengurangi informasi terkait
rasa nyeri nyeri yang dirasakan
Kolaborasi pasien
11. Kolaborasi 9. Dapat membantu
pemberian analgetik, klien dan keluarga
jika perlu dalam pentingnya
informasi
mengontrol nyeri
dan menemukan
dukungan keluarga
10. Pemberian teknik
nonfarmakologis
dapat membantu
klien dalam
mengetahui
kecemasan nyeri
11. Pemberian analgetik
dapat meredakan
atau menghilangkan
rasa sakit pada
tubuh
Intoleransi Setelah dilakukan SIKI : Manajemen 1. Mengetahui
akitivitas intervensi Energi gangguan fungsi
berhubungan keperawatan Observasi tubuh yang dapat
dengan kelemahan selama ...x 24 jam, 1. Identifikasi gangguan mengakibatkan

23
diharapkan fungsi tubuh yang kelelahan
SLKI: Toleransi mengakibatkan 2. Mengetahui keluhan
Aktivitas kelelahan lelah secara fisik dan
Meningkat 2. Monitor kelelahan emosional
Dengan Kriteria fisik dan emosional 3. Pola tidur yang tidak
hasil: 3. Monitor pola dan jam efesien dapat
1. Frekuensi nadi tidur mempengaruhi
meningkat Teraupetik keletihan pada
2. Kelulah lelah 4. Sediakan lingkungan pasien
menurun yang nyaman dan 4. Mencegah terjadinya
3. Perasaan lemah rendah stimulus (mis. resiko cedera dan
menurun cahaya, suara, mengurangi
4. Saturasi oksigen kunjungan) ketidaknyamanan
meningkat 5. Lakukan latihan pasien
5. Frekuensi napas rentang gerak pasif 5. Untuk menghindari
membaik dan atau aktif kekakuan otot serta
6. Berikan aktivitas mempertahankan
distraksi yang kekuatan otot pada
menenangkan pasien
7. Fasilitasi duduk di sisi 6. Untuk melatih
tempat tidur, jika kekuatan otot pada
tidak dapat berpindah pasien
atau berjalan 7. Supaya tubuh dapat
Edukasi leih rileks
8. Anjurkan tirah baring 8. Mengurangi beban
9. Anjurkan melakukan kerja pasien
aktivitas secara 9. Melatih pasien untuk
bertahap beraktivitas kembali
Kolaborasi 10. Metabolisme
10. Kolaborasi dengan membutuhkan energi
ahli gizi tentang cara dan dapat
meningkatkan asupan meningkatkan energi

24
makanan
Risiko deficit
nutrisi
berhubungan
dengan faktor
psikologis (stress,
keengganan untuk
makan)
Ansietas
berhubungan
dengan
kekhawatiran
mengalami
kegagalan

4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase di mana
perawat melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan
sebelumnya. Berdasarkan terminologi SIKI, implementasi terdiri atas
melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan khusus
yang digunakan untuk melaksanakan intervensi (Tim Pokja SIKI DPP
PPNI, 2018). Tahap ini akan muncul bila perencanaan diaplikasikan pada
pasien. Tindakan yang dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda
denga urutan yang dibuat pada perencaan sesuai dengan kondisi pasien
(Debora, 2017).
Implementasi keperawatan akan sukses sesuai dengan rencana
jika perawat mempunyai kemampuan kognitif, kemampuan hubungan
interpersonal, dan keterampilan dalam melakuka tindakan yang berpusat
pada kebutuhan pasien (Dermawan, 2012).

25
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan, rencana intervensi, dan implementasinya. Tahap evaluasi
memungkinkan perawat untuk memonitor apapun yang terjadi selama
tahap pengkajian, analisis, perencanaan, dan implementasi intervensi
(Nursalam, 2011).
Hasil evaluasi tindakan ditulis dalam lembar catatan
perkembangan dengan melaksanakan observasi dan pengumpulan data
subjektif, objektif dengan SOAP: S (Subjektive) : Informasi berupa
ungkapan yang didapat dari pasien setelah tindakan diberikan.
O (Objective) : Informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan.
A (Analisis) : membandingkan antara informasi subjektif dan objektif
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil keseimpulan bahwa
masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi.
P (Planing) : rencana keperawatan lanjutan yang akan dilkukan
berdasarkan hasil analisa

26
BAB III
TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal masuk : 05 April 2023 Jam masuk : 11.00 WIB


Ruang : Angrek No. Reg Med : 234564
Pengkajian : 06 April 2023

A. Pengkajian

I. Identitas
Nama pasien : Ny. A
Umur : 31
tahun
Suku/Bangsa:Melayu

Agama:Islam
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Bandes batu kasek pengambiran, Lubuk begalung
Padang
Diagnosa Medik : Mola Hidatidosa Infasif

Nama suami : Tn. N


Umur : 35
tahun
Suku/bangsaMelayu

Agama :
Islam
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Wiraswasta

II. Riwayat Keperawatan

1. Keluhan Utama

27
Ny.A masuk RSUP Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 05 april
2023 pukul 11.15 WIB melalui Poliklinik Kebidanan dengan
keluhan nyeri perut bagian bawah dan keluar darah dari
kemaluan sejak 6 hari yang lalu. Ny. A mengatakan dalam sehari
mengganti pembalut sebanyak 5 kali.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 05 Juni 2017 jam
15.00 WIB, Ny.A mengatakan nyeri perut bagian bawah, tidak
ada nafsu makan, badan terasa lemah dan mudah lelah, keluar
darah dari kemaluan jika banyak beraktifitas
3. Riwayat kesehatan dahulu
Ny.A mengatakan belum pernah menderita sakit ini sebelumnya.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ny.A mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai
sakit seperti ini dan tidak ada dan juga penyakit keturunan seperti
kanker, hipertensi, dibaetes melitus.
5. Riwayat haid/status ginekologi
Ny.A mengatakan pertama kali datang haid pada berumur 12
tahun, siklus teratur, lama nya haid 5-6 hari. haid banyak pada
hari pertama dan kedua,klien mengatakan 3 kali ganti pembalut
dalam sehari saat haid. warna merah, bau khas, dismenorrhe ada
pada saat hari pertama haid nyeri haid masih bisa ditahan
6. Riwayat obstetri
Ny.A mengatakan hamil pertama pada umur 23 tahun dan
memiliki 4 orang anak, selama hamil mengalami siklus yang
normal. Ny.A mengatakan melahirkan secara normal dan tidak
pernah mengalami keguguran dan persalin ditolong oleh bidan.
Ny.A mengatakan masa nifas selama 2 minggu dan menyusui
selama 2 tahun
7. Data keluarga berencana
Ny.A mengatakan tidak pernah ikut KB
8. Data psikologis
Ny.A mengatakan cemas dengan keadaan nya dan takut tidak
bisa sembuh.
9. Data spiritual
Ny.A mengatakan menjalankan sholat 5 kali sehari dan mengaji.
Ny.A tampak melakukan ibadah.
10. Data sosial-ekonomi
Ny.A mengatakan berobat menggunakan BPJS
11. Kebutuhan Dasar Khusus

28
a. ADL
Dapat menolong diri sendiri : Ny.A mengatakan tidak bisa
melakukan aktivitas secara mandiri harus dengan bantuan
yang minimum.
b. Nutrisi
Ny.A memiliki kebiasaan makan 3 kali sehari, jenis
makanan biasa yaitu nasi + lauk pauk + sayuran + buah. pola
makan teratur, tetapi selama di rawat di rumah sakit nafsu
makan klien berkurang, klien sering tidak menghabiskan diit
yang diberikan.
c. Pola tidur
Pola tidur pasien sebelum sakit tidak mengalami kesulitan
tidur yaitu sekitar ± 10 jam tetapi setelah sakit pasienhanya
tidur 6-7 jam sehari
d. BAB & BAK
Kebiasaan BAK pasien sebelum sakit lebih5-7 kali sehari,
dengan jumlah lebih kurang 500 cc, warna normal, saat
pasien sakit BAK 3 kali sehari dengan jumlah kira-kira 400
cc, kebiasaan BAB pasien sebelum sakit 2 kali sehari,
jumlah tidak dapat ditentukan, warna kuning dengan
konsistensi padat, saat pasien sakit BAB 1 kali sehari
e. hygiene
Kebiasaan mandi 2 kali sehari dan gosok gigi 2 kali sehari
pagi dan malam saat mau tidur, selama di rumah sakit pasien
mengatakan mandi 1 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari
pagi dan malam
12. Pemeriksaan Fisik
Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada tanggal 05 Juni 2017 jam
15.15 WIB, didapatkan hasil
Tingkat kesadaran : Compos mentis
Keadaan umum : pasien tampak lemah
Tekanan darah : 100/60 mmHg (Normal 120/80 mmHg)
Suhu : 36,6 °C (Normal 36-37,5 °C)
Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 20x/menit

hasil pengukuran:
Berat badan : 56 kg
Tinggi badan : 157 cm

a. Kepala
tidak terdapat ada benjolan, bentuk simetris, rambut bewarna
hitam, ada sebagian yg sudah tumbuh uban, tampak bersih,

29
tidak ada ketombe dan tidak mudah rontok. Mata simetris
kiri dan kanan, konjungtiva anemis kiri dan kanan,sklera
tidak ikterik, reflek cahaya positif kiri dan kanan, reflek
pupil sama kiri dan kanan,. Pernafasan cuping hidung tidak
ada serta tidak ada kelainan pada hidung. Mukosabibir
tampak kering dan tidak ada kelainan. Telinga simetris kiri
dan kanan, tidak teraba kelenjar getah bening.
b. Pemeriksaaan toraks
simetris kiri kanan, normochest, retraksi dinding dada tidak
ada, premitus kiri kanan sama. Pemeriksaan jantung
ditemukan iktus cordis tidak terlihat, teraba di RIC 5
midklafikula, irama teratur/regular. Pemeriksaan payudara
ditemukan simetris kiri dan kanan, kulit sekitar payudara
tidak seperti kulit jeruk, tidak ada bekas luka, aerola mamae
tampak berwarna kecoklatan, papila mamae tampak
kecoklatan dan puting tidak lecet/terbenam tidak ada teraba
benjolan pada kedua payudara
c. Pemeriksaan abdomen
perut terasa lembek, tidak ada terasa bagian janin, ada nyeri
tekan yang menjalar ke pingggang dan ari-ari, skala nyeri 4.
bising usus 13x/i hepar dan limpa tidak teraba.
d. Pemeriksaan ekstremitas
Ekstremitas atas pada tangan sebelah kiri terpasang IVFD
Nacl 0.9%, kulit turgor agak kering, CRT kembali dalam
dua detik, akral teraba hangat. Pada ekstremitas bawah
turgor kulit agak kering, tidak ada udema, CRT kembali
dalam dua detik. Genitalia vulva tampak kotor, ada
perdarahan pervaginam sekitar 40 CC

13. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan hematologi


Hemoglobin : 8.3 g/dl
Leukosit : 12.540/m
Trombosit : 427.000/mm³
Hematokrit : 56%
USG : tidak ada gambaran janin

14. Program terapi dokter


a. Obat paranteral: IVFD NaCl 0,9% 20 tetes/menit
b. Transfusi PRC 3 kolf, 32 tetes/menit
c. Vit K 2 x 1 amp

30
III. Analisis Data

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1. DS:
− Ny.A mengatakan
badan terasa lemah
− Ny.A mengatakan
keluar darah dari
kemalaluan sejak 6
hari yang lalu
DO:
− Ny.A tampak lemah Kehilangan Hipovolemia
− tampak pucat cairan aktif
− turgor kulit tidak
elastis
− mukosa bibir kering
− Hb (8,3 g/dl),
− Ht 56 %
− tekanan darah
100/80 mmHg
− perdarahan
pervaginam sekitar
50 CC..
2. DS:
− Ny. A mengatakan
perut bagian bawah
terasa nyeri, nyeri
seperti ditusuk-
tusuk, nyeri Agen Pencedera Nyeri Akut
bertambah jika Fisik
melakukan aktifitas
DO:
− pasien tampak
meringis,
− ada nyeri tekan,
− pasien tampak
berhtai-hati saat
bergerak
− skala nyeri 6.

IV. Diagnosa Keperawatan

31
1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

V. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil Keperawatan Rasional
SDKI SLKI SIKI
Hipovolemia Setelah dilakukan SIKI : Manajemen 1. Memeriksa tanda dan
gejala hypovolemia
berhubungan intervensi keperawatan Hipovolemia
2. Memantau intake dan
dengan selama ...x24 jam Observasi output cairan
3. Menghitung
perdarahan diharapkan 1. Periksa tanda dan
kebutuhan cairan
pervagina SLKI : Status Cairan gejala hipovolemia 4. Memberikan asupan
membaik cairan oral
(mis. frekuensi nadi
Dengan kriteria hasil 5. Menganjurkan
1. Frekuensi nadi meningkat, nadi memperbanyak
membaik asupan cairan oral
teraba lemah, tekanan
2. Intake cairan 6. Menganjurkan
membaik darah menurun, menghindari
3. kadar HB membaik perubahan posisi
tekanan nadi
4. status mental mendadak
membaik menyempit, turgor 7. Pemberian cairan IV
5. tekanan nadi isotonis (mis. NaCl,
kulit menurun,
membaik RL)
6. suhu tubuh membran mukosa 8. Pemberian cairan IV
membaik hipotonis (mis.
kering, volume urin
glukosa 2,5%, NaCl
menurun, hematokrit 9. Pemberian cairan
koloid (mis. albumin,
meningkat, haus,
Plasmanate) 0,4%)
lemah) 10. Pemberian produk
darah
2. Monitor intake dan
out
cairanTerapeutik
3. Hitung kebutuhan
cairan
4. Berikan posisi
modified

32
Trendelenburg
5. Berikan asupan
cairan oral
Edukasi
6. Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
7. Anjurkan
menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
8. Kolaborasi
pemberian cairan IV
isotonis (mis. NaCl,
RL)
9. Kolaborasi
pemberian cairan IV
hipotonis (mis.
glukosa 2,5%, NaCl
10. Kolaborasi
pemberian cairan
koloid (mis.
albumin,
Plasmanate) 0,4%)
11. Kolaborasi
pemberian produk
darah
Nyeri akut Setelah dilakukan SIKI : Manajemen 1. Nyeri merupakan
berhubungan tindakan keperawatan Nyeri pengalaman subyektif
dengan selama …x24 jam Observasi dan harus di
perdarahan, diharakan 1. Identifikasi lokasi, gambarkan oleh klien

33
proses SLKI : Tingkat Nyeri karakteristik, durasi, untuk merencanakan
penjalaran Menurun frekuensi, kualitas, penanganan yang
penyakit Dengan Kriteria Hasil : intensitas nyeri efektif
1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala 2. Skala nyeri digunakan
menurun nyeri untuk mengetahui
2. Kesulitan tidur 3. Identifikasi respon tingkat keparahan rasa
menurun nyeri non verbal sakit yang dialami
3. Gelisah menurun 4. Identifikasi faktor klien
4. Perineum merasa yang memperberat 3. Untuk mengetahui
tertekan menurun dan memperingan tingkat
5. Tekanan darah nyeriTeraupetik ketidaknyamanan
membaik 5. Berikan teknik yang dirasakan klien
6. Fungsi berkemih nonfarmakologi saat proses
membaik untuk mengurangi pemulihan, biasanya
nyeri (mis. TENS, klien akan gelisah,
hypnosis, sulit untuk fokus,
akupressure, terapi ekspresi wajah
musik, biodeedback, meringis
terapi pijat, 4. Untuk mengetahui
aromaterapi, teknik faktor yang
imajinasi memperberat dan
terbimbing, kompres memperingan nyeri
hangat atau dingin, yang dirasakan
terapi bermain) 5. Mengurangi tingkat
6. Kontrol lingkungan nyeri
yang memperberat pasien/mengalihkan
dan memperingan pasien dari rasa
nyeri (mis. Suhu nyerinya dan
ruangan, memberikan efek
pencahayaan, relaksasi
kebisingan) 6. Mengurangi resiko
7. Fasilitasi istirahat factor yang dapat

34
dan tidur memperberat
Edukasi nyeri/menimbulkan
8. Jelaskan penyebab nyeri
periode dan pemicu 7. Mengalihkan dan
nyeri memenuhi kebutuhan
9. Jelaskan strategi istirahat pasien
meredakan nyeri 8. Memberikan
10. Ajarkan teknik informasi terkait nyeri
nonfarmakologi yang dirasakan pasien
untuk mengurangi 9. Dapat membantu
rasa nyeri klien dan keluarga
Kolaborasi dalam pentingnya
11. Kolaborasi informasi mengontrol
pemberian analgetik, nyeri dan menemukan
jika perlu dukungan keluarga
10. Pemberian teknik
nonfarmakologis
dapat membantu klien
dalam mengetahui
kecemasan nyeri
11. Pemberian analgetik
dapat meredakan atau
menghilangkan rasa
sakit pada tubuh

35
VI. Implementasi

No Tanggal Implementasi Evaluasi


1 05-04-2023 S :
− memonitor status
− pasien mengatakan
hidrasi (misal,
masih keluar darah dari
membran mukosa
kemaluannya
lembab, denyut nadi
− pasien mengatakan
adekuat)
kepala terasa pusing dan
− memonitor tanda- badan terasa lemah
tanda vital, monitor O :
− pasien tampak lemah
hasil laboratorium − pasien tampak pucat
(Hb, Ht) − tugor kulit pasien tidak
elastis
− membran mukosa
− memberikan IVFD
kering
Nacl 0,9% 20 tetes/ − terpasang IVFD NaCl
0,9% 20 tetes/ menit
menit, pemberian
transfusi PRC
05-04-2023 − monitor lokasi S:
nyeri − pasien mengatakan
− monitor durasi masih nyeri pada perut
nyeri bagian bawah
− monitor frekuensi − pasien mengatakan nyeri
nyeri bertambah jika beraktivitas
− monitor kualitas − pasien mengatakan selalu
nyeri melakukan teknik nafas
− megajarkan dalam untuk mengurangi
teknik nafas dalam nyeri
untuk mengatasi O:
− pasein tampak lemah
nyeri
− pasien tampak berhati- hati
− memantau tanda-

36
tanda vital pasien, ketika bergerak
− kolaborasi dengan − skala nyeri 6
dokter pemberian
obat anti nyeri.

VII. Evaluasi

No Tanggal/ Respon Perkembangan (SOAP) Paraf


Waktu
1. 08-04-2023 S:
− pasien mengatakan keluar
darah dari kemaluan sudah
berkurang, hanya sedikit saja
− pasien mengatakan kepala
masih sedikit pusing,
O:
− pasien tampak tidak pucat lagi
− pasien masih terpsang IVFD
Nacl 0,9% ditangan kiri
− perdarahan pervaginam
sekitar 10-20 CC
− tekanan darah 120/80 mmHg
− pemeriksaan laboratorium
hematologi Hb (9,5 gr/dl), Ht
(42%), trombosit (78.000).
A : masalah teratasi sebagian
P :lanjutkan intervensi
2. 08-04-2023 S:
− pasien dengan mengatakan
nyeri sudah berkurang
− pasien mengatakan selalu
melakukan teknik nafas dalam
untuk mengurangi nyeri
O:
− pasein tampak lemah
− pasien tampak berhati- hati
ketika bergerak
− skala nyeri 2
− tekanan darah 120/80 mmHg
− Nadi 88 x/Menit
A : masalah teratasi sebagian
P :lanjutkan intervensi

37
38
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mola hidatidosa atau yang disebut juga dengan hamil anggur adalah suatu
bentuk tumor jinak dari sel-sel trofoblas (yaitu bagian dari tepi sel telur yang
kelak terbentuk menjadi ari-ari janin) atau merupakan suatu hasil pembuahan
yang gagal. Jadi dalam proses kehamilannya mengalami hal yang berbeda
dengan kehamilan normal, dimana hasil pembuahan sel sperma dan sel telur
gagal terbentuk dan berubah menjadi gelembunggelembung semakin banyak
bahkan bisa berkembang secara cepat. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan kadar HCG (dengan pemeriksaan GM titrasi) atau dapat dilihat dari
hasil laboratorium beta sub unit HGG pada ibu hamil tinggi. Pemeriksaan USG
kandungan akan terlihat keadaan kehamilan yang kosong tanpa janin.

B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Dapat menambah dan mengembangkan ilmu yang sudah ada serta
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya untuk memberikan
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kehamilan Patologis Mola
Hidatidosa (Hamil Anggur)
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil karya ilmiah ini dapat menjadi masukan bagi institusi keperawatan
khususnya pemberian Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kehamilan
Patologis Mola Hidatidosa (Hamil Anggur)
3. Bagi Praktisis Keperawatan
Diharapakan hasil dari penulisan karya tulis ilmiah ini dapat memberikan
pengetahuan yang bermanfaat bagi praktisi perawat khususnya bagi perawat
yang melakukan pemberian Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Kehamilan Patologis Mola Hidatidosa (Hamil Anggur)

1
4. Bagi Masyarakat/Klien
Diharapakan Asuhan Keperawatan yang diberikan dapat mengetahui cara
merawat klien dengan Kehamilan Patologis Mola Hidatidosa (Hamil
Anggur)
5. Bagi Penulis
Diharapakan dengan dibuatnya karya tulis ilmiah ini penulis memperoleh
pengetahuan mengenai Asuhan Keperawatan pada pasien Kehamilan
Patologis Mola Hidatidosa (Hamil Anggur) dan pengalaman dalam membuat
makalah.

2
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, (2008).Konsep Keperawatan Dasar. Jakarta : EGC


Bobak, Lowdermilk Jensen, (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas/ Maternity
Nursing (Edisi 4), Alih Bahasa Maria A, Wijayati, Peter I, Anugerah, Jakarta :
EGC
Permata Sari, Lady. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Mola
Hidatidosa di Ruangan Gynekologi-Onkologi di RSUP DR. M. DJAMIL
Padang. Karya Tulis Ilmiah. Poltekkes Kemenkes Padang
PPNI (2016), Standar Diagnosa Keparawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1, Jakarta
PPNI (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1, Jakarta
PPNI (2016), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1, Jakarta
Perry & Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik Volume 1, Edisi 4 Jakarta : EGC Prawirohardjo, 2007.Ilmu
Kandungan Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sastrawinata, S. (2004). Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi, Ed 2. Jakarta :
EGC
Saifuddin, A.B. (2006). Buku Acuan Nasional : Pelayanan Kesehatan Maternal &
Neonatal.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiraharjo
Sujiyatini, dkk. (2009). Asuhan Patologi Kebidanan plus Contoh Asuhan Kebidanan.
Yogyakarta. Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai