Anda di halaman 1dari 61

SEMINAR KEPERAWATAN MATERNITAS

Asuhan Keperawatan Pada Ny.Z Dengan Kehamilan Ektopik Post


Laparatomi Di Ruangan Rawat Inap Kebidanan
RSUD dr.Achmad Mochtar Bukittinggi

OLEH:
KELOMPOK 2

MUSTIKA MAYANG SARI


RAHMI KURNIA
RAUDATIL PUTRI
VIRLIA PUTRI KHAIRAMI
SELVIA HERNITA ROSA

PROGRAM STUDI NERS

STIKes YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT.atas rahmat dan


karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas seminar keperawatan
maternitas dalam bentuk proposal ini dengan lancar. Makalah yang berjudul
“Kehamilan Ektopik” ini membahas mengenai kerangka teori teori asuhan
keperawatan.

Dalam penulisan makalah ini, kami banyak mendapat bantuan dari


berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulisan proposal ini.

Kami sadar, bahwa dalam proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal
itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi para pembaca juga kami
para penulis.

Akhir kata, kami mohon maaf apabila dalam penulisan proposal ini
terdapat banyak kesalahan.

Bukittinggi, Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................

A. LATAR BELAKANG............................................................................
B. TUJUAN..................................................................................................
C. MANFAAT.............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................

A. Konsep kehamilan ektopik....................................................................


1. Defenisi KET.....................................................................................
............................................................................................................
2. Etiologi KET.....................................................................................
3. Klasifikasi KET................................................................................
4. Patofisiologi.......................................................................................
5. Tanda dan gejala..............................................................................
6. Pemeriksaan penunjang..................................................................
7. Pentalaksanaan medis......................................................................
8. Komplikasi........................................................................................
9. WOC..................................................................................................
B. Konsep laparatomi.................................................................................
C. Asuhan keperawatan teoritis................................................................

BAB III PENGKAJIAN..........................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................\

BAB V PENUTUP....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu proses fertilisasi atau bertemunya
spermatozoa dan ovum, lalu tertanam di dalam lapisan rahim, kemudian
menjadi janin (Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, 2014). Menurut
Manuaba (2010) kehamilan merupakan suatu hubungan yang saling
berkesinambungan yang terdiri dari : ovulasi, migrasi, spermatozoa, dan
ovum. Sel sperma bertemu dengan ovum, kemudian matang di tuba fallopi,
dan berimplantasi di endometrium (Prawirohardjo, 2015). Normalnya seorang
wanita hamil adalah sekitar 280 hari atau sekitar 40 minggu atau sama dengan
9 bulan 7 hari, terhitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan terbagi
atas 3 trimester, trimester pertama berlansung 12 minggu pertama, trimester
kedua berlansung pada minggu ke-13 hingga minggu ke-27, dan trimester
ketiga berlansung pada minggu ke-28 hingga minggu ke-40 (Prawirohardjo,
2015).
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang
dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum
uteri.Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding
tuba dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu. Sebagian
besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba, terutama di ampulla dan
isthmus.Sangat jarangterjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus.
Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah
penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang
panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine
Device), riwayat mengalami kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas,
kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan - tindakan aborsi.
Kehamilan ektopik terganggu merupakan keadaan emergensi yang
menjadi penyebab kematian maternal selama kehamilan trimester pertama,
karena janin pada kehamilan ektopik secara nyata bertanggung jawab
terhadap kematian ibu, maka para dokter menyarankan untuk mengakhiri
kehamilan.Hal yang perlu diingat ialah bahwa pada setiap wanita dalam masa
reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang disertai dengan
nyeri perut bagian bawah, perlu dicurigai dugaan adanya kehamilan ektopik
terganggu.
Setiap ibu hamil berisiko terjadinya penyakit ataupun komplikasi baik
ringan maupun berat, yang dapat menimbulkan ketidak nyamanan ataupun
ketidak puasan bagi ibu dan bayinya, kesakitan bahkan kematian (Saifuddin,
2010). Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun
2015, 1 dari 250 ibu hamil mengalami kehamilan ektopik, 80% dialami
wanita hamil pada usia 35 tahun ke atas, dan 60% dialami wanita dengan
paritas pertama dan kedua.
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi di luar rongga
uteri (American College of Nurse Practitioners, 2015). Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Felin, dkk (2015) di salah satu rumah sakit di Amerika
Serikat didapatkan data bahwa 89% kehamilan ektopik yang terjadi di rumah
sakit tersebut berimplantasi di tuba fallopi. Implantasi dapat meningkatkan
terjadinya vaskularisasi di tempat tersebut, sehingga berpotensial
menimbulkan terjadinya ruptur organ, perdarahan masif, infertilitas, hingga
kematian. Kehamilan ektopik dapat terjadi pada individu yang mengalami
penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang
panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device),
riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang
memakai progestin, dan tindakan aborsi (Manuaba, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Aloysius, Romonta dan Hanafi (2005)
di RS. Imannuel diketahui bahwa kejadian KET tertinggi terjadi pada wanita
yang menggunakan kontrasepsi hormonal, dalam hal ini suntikan progesteron,
yaitu 20 orang (42,5%), sedangkan AKDR 6 orang (12,77%). Hal ini terjadi
karena pengguna kontrasepsi hormonal mempunyai risiko kelainan peristaltik
kontraksi tuba, kemungkinan juga sebelumnya sudah mengalami infeksi
radang panggul, ikut meningkatkan angka kejadian tersebut, keadaan ini
menyebabkan kerusakan mukosa tuba sehingga meningkatkan kejadian
KET.Kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus
dikenal dengan kehamilan ektopik terganggu (KET) (Jones, 2014). Di
Amerika Serikat 1 dari 64 hingga 1 dari 241 kehamilan mengalami kehamilan
ektopik terganggu, 85-90% kasus kehamilan ektopik tersebut terjadi ibu yang
multigravida (The Centers of Disease Control and Prevention, 2014).
Kehamilan ektopik ialah kehamilan dimana setelah fertilisasi,
implantasi terjadi di luar endometrium kavum uteri.Hampir 90% kehamilan
ektopik terjadi di tuba uterine. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus
atau rupture apabila massa kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang
implantasi (misalnya: tuba) dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan
ektopik terganggu. 2 Dampak lanjut dari kehamilan ektopik dapat
menyebabkan kematian ibu akibat perdarahan dimana perdarahan
bertanggung jawab atas 28% kematian ibu di dunia dan perdarahan
merupakan penyebab kematian nomor satu (40%-60%) kematian ibu
melahirkan di Indonesia.Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun
2013 menyebutkan bahwa Angka Kematian Ibu di Indonesia sebesar 359 per
100.000 kelahiran hidup.
Kehamilan ektopik terganggu merupakan kegawat daruratan obstetrik
yang dapat mengancam jiwa, menimbulkan kecacatan, mengganggu
kelansungan hidup janin bahkan risiko kematian ibu pada trimester pertama
kehamilan.Penanganan kehamilan ektopik yang terganggu jika tidak
ditangani secara tepat dan cepat dapat meningkatkan angka kejadian
mortalitas dan morbiditas pada ibu (Prawirohardjo, 2015).
Sebagai suatu keadaan yang mengancam kehidupan, kehamilan
ektopik menuntut para ahli kebidanan untuk mengetahui metode-metode
pengobatan yang mutakhir.Meskipun penatalaksanaan primer pada kehamilan
ektopik adalah dengan pembedahan, tetapi saat ini mulai dikembangkan
penatalaksanaan dengan obat-obatan yaitu dengan methotrexate. Akan tetapi,
para dokter harus memperhatikan dengan hati-hati indikasi, kontraindikasi,
dan efek samping dari terapi farmakologis.
Pada Laporan Kasus ini penulis membahas mengenai Kehamilan
Ektopik Terganggu. Mulai dari dari definisi, gejala klinis, sampai pada
penatalaksanaannya. Melalui laporan kasus ini diharapkan penulis maupun
pembaca dapat mengerti lebih dalam mengenai penyakit Kehamilan Ektopik
Terganggu.

B. Tujuan
a. Tujuan umum
Menerapakan asuhan keperawatan pada pasien dengan asuhan
keperawatan pada Ny.Z dengan Kehamilan Ektopik post laparatomi di
ruangan Kebidanan RSUD dr.Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2020
b. Tujuan khusus
1) Masiswa memahami dan mampu melakukan pengkajian pasien
Kehamilan Ektopik post laparatomi
2) Mahasiswa memahami dan mampu merumuskan interpretasi data
meliputi data fokus (data subyektif dan obyektif), masalah
keperawatan beserta etiologinya pada pasien Kehamilan Ektopik post
laparatomi
3) Mahasiswa memahami dan mampu merumuskan diagnosa
keperawatan pada pasien Kehamilan Ektopik post laparatomi
4) Mahasiswa memahami dan mampu menyusun rencana tindakan
asuhan keperawatan pada pasien Kehamilan Ektopik post laparatomi
5) Mahasiswa memahami dan mampu mengevaluasi asuhan
keperawatan yang telah diberikan pada pasien Kehamilan Ektopik
post laparatomi
6) Mahasiswa memahami dan mampu mengevaluasi asuhan
keperawatan yang telah diberikan pada pasien Kehamilan Ektopik
post laparatomi
7) Mahasiswa memahami dan mampu menerapkan asuhan keperawatan
pada pasien Kehamilan Ektopik post laparatomi

C. Manfaat
1) Bagi Peneliti
Hasil yang diperoleh dapat menjadi data dasar yang mendukung
penelitian dan menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang KET.
2) Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur bagi
perpustakaan. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa
tentang KET
3) Bagi Lahan Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi petugas di RSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi dalam memberikan pendidikan kesehatan bagi pasien
dan keluarga yang menderita KET.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dasar kehamilan ektopik (KET)


1. Definisi
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel
telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium
kavum uteri. Lebih dari 95% kehamilan ektopik berada di saluran telur
(tuba fallopi) (Sarwono, 2014: 474).
Kehamilan ektopik (ectopic pregnancy, ectopic gestation dan
eccecyesis) adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi di luar
endometrium rahim. Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah
kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus atau pecah dan
hal ini dapat berbahaya bagi wanita tersebut (Rustam Mochtar, 2013:
159).
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi,
berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal, yakni dalam
endometrium kavum uteri.Kehamilan ektopik terganggu (KET) ialah
kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus atau ruptur, dan
hal ini dapat berbahaya bagi wanita tersebut.

2. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, akan tetapi
sampai sekarang masih belum diketahui secara jelas. Ada beberapa faktor
risiko yang meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik dan
kehamilan ektopik terganggu. Beberapa faktor risiko tersebut antara lain :
a. Faktor Mekanis
1) Infeksi seperti salpingitis, terutama endosalpingitis yang
menyebabkan aglutinasi silia lipatan mukosa tuba dengan
penyempitan saluran atau pembentukan kantong-kantong buntu.
Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga
menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopiii.
2) Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas,
apendisitis, atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya
tuba atau penyempitan lumen.
3) Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium
asesorius dan hipoplasi.
4) Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang
kegagalan usaha untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi.
5) Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya
benjolan pada adneksa.
b. Faktor Fungsional
1) Berubahnya motilitas tuba karenaperubahan kadar hormon estrogen
dan progesteron.
2) Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus
mulleri yang abnormal.
3) Refluks menstruasi.
c. Faktor - faktor lainnya
1) Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri
ataupun sebaliknya.
2) Riwayat penggunaan Kontrasepsi
3) Riwayat Kehamilan Ektopik Sebelumnya
4) Fertilisasi in vitro.

3. Klasifikasi
Kehamilan ektopik diklasifikasi berdasarkan lokasi implantasi.
Berikut ini adalah klasifikasi kehamilan ektopik dengan urutan kejadian
dari yang paling sering hingga jarang, yaitu:

a. Tubal (99-98%)
Kehamilan ektopik tuba dapat dibagi lebih lanjut menjadi
beberapa bagian anatomi yaitu ampula (55%), isthmus (25%),
fimbrial (17%), interstitial (angular, cornual) (2%), dan bilateral
(sangat jarang)
b. Ovarian (0,5%)
Kehamilan ovarial bisa dikarenakan fertilisasi ovum yang
tidak mengalami ekstrusi.
c. Abdominal (1/15000):
Kehamilan abdominal bisa primer, yang berawal dengan
implantasi zygot di luar tuba (misalnya, liver), atau sekunder
terhadap ekspulsi atau ruptur kehamilan tuba.
d. Cervical (jarang)
implantasi serviks diperkirakan melalui suatu pembesaran
serviks (seringnya sebesar uterus nonpregnan, dikenal sebagai
“hourglass sign”). ini merupakan suatu pembesaran, vaskularisasi
tinggi, perdarahan serviks, dengan internal os yang ketat dan
eksternal os yang menganga.
e. Uterine (jarang)
kehamilan ektopik uteri dapat terjadi dengan implantasi di
kornu, divertikulum uteri, sakulasi uteri, rudimentary horn, atau
dinding otot (intramural).
f. Combined intrauterin
kehamilan intrauterin kombinasi disebut juga heterotopic.
Hal ini terjadi pada 1/17.000-30.000 kehamilan. kemungkinan
lainnya yang termasuk ialah intraligamentosa. Kehamilan bahkan
setelah histerektomi.
Gambar 2.1 Lokasi - lokasi Kehamilan Ektopik

3. Patofisiologi
Mukosa pada tuba bukan merupakan medium yang baik untuk
pertumbuhan blastokista. Vaskularisasinya kurang baik, dan desidua
tidak tumbuh dengan sempurna.Sebagian besar kehamilan tuba terganggu
pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu. Terdapat beberapa
kemungkinan mengenai nasib kehamilan dalam tuba yaitu:
a. Hasil konsepsi mati dini dan diresorpsi
Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati
karena vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorpsi total.
Dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh dan haidnya terlambat
untuk beberapa hari.
b. Abortus ke dalam lumen tuba
Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh
darah oleh villi koriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat
melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan
robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau
seluruhnya. Bila pelepasan menyeluruh, mudigah dan selaputnya
dikeluarkan dalam lumen tuba dan kemudian didorong oleh darah ke
arah ostium tuba abdominale. Perdarahan yang berlangsung terus
menyebabkan tuba membesar dan kebiru-biruan (Hematosalping)
dan selanjutnya darah mengalir ke rongga perut melalui ostium tuba,
berkumpul di kavum douglas dan akan membentuk hematokel
retrouterina.
c. Ruptur dinding tuba
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan
biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars
interstitialis terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama
yang menyebabkan ruptur ialah penembusan villi koriales ke dalam
lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum.

Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma ringan.Darah


dapat mengalir ke dalam rongga perut melalui ostium tuba
abdominale.Bila ostium tuba tersumbat, ruptur sekunder dapat
terjadi.Dalam hal ini, dinding tuba yang telah menipis oleh invasi
trofoblas, pecah karena tekanan darah dalam tuba.Kadang-kadang
ruptur terjadi di arah ligamentum latum dan terbentuk hematoma
intraligamenter antara 2 lapisan ligamentum tersebut. Jika janin
hidup terus, dapat terjadi kehamilan intraligamenter.

Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat keluar dari tuba,
tetapi bila robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi
dikeluarkan dari tuba.Nasib janin bergantung pada tuanya kehamilan
dan kerusakan yang diderita.Bila janin mati dan masih kecil, dapat
diresorpsi seluruhnya, dan bila besar dapat diubah menjadi
litopedion.Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih
diselubungi oleh kantong amnion dan dengan plasenta masih utuh
kemungkinan tumbuh terus dalam rongga perut, sehingga terjadi
kehamilan ektpik lanjut atau kehamilan abdominal sekunder. Untuk
mencukupi kebutuhan makanan bagi janin, plasenta dari tuba akan
meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya misalnya ke
sebagian uterus, ligamentum latum, dasar panggul dan usus.

Gambar 3.1 Mekanisme Terjadinya Ruptur Tuba

4. Tanda dan gejala


a. Tanda
1) Nyeri abdomen bawah atau pelvic, amenorhea
2) amenorhea
b. Gejala Klinis
Sebelum munculnya ultrasound dengan resolusi tinggi, hanya <2%
kehamilan ektopik yang tidak ruptur ketika ditemukan. Sekarang,
hampir 50% didiagnosis pada stadium ini. Kehamilan ektopik sendiri
memiliki triasnya yaitu, amenore, perdarahan pervaginam, dan nyeri
abdomen bagian bawah. Nyeri abdominal dilaporkan oleh 97%
pasien kehamilan ektopik dan 99% melaporkan nyeri abdominal atau
pelvik. Pada sekitar 80%, kasus ini berkaitan dengan perdarahan
pervaginam. Amenore sekunder dengan durasi <2 minggu dilaporkan
oleh 68% pasien. Secara karakteristik, nyeri yang berkaitan dengan
kehamilan ektopik dideskripsikan sebagai moderate hingga severe,
lateral, dan tajam.
Gejala - gejala klinis lainnya yang dialami pasien dengan
kehamilan ektopik yaitu sebagai berikut :

a. Amenorrhea, mual sampai muntah dan sebagainya.


Amenorrhea diikuti oleh perdarahan merupakan gejala yang sering
dijumpai pada kehamilan ektopik. Biasanya perdarahan tidak banyak
tapi cukup lama, dan darah berwarna hitam. Jika mudigah mati,
desidua dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada pemeriksaan histologik
pada desidua ini tidak ditemukan villus khorialis.

b. Rasa nyeri kiri atau kanan perut bagian bawah lebih sering
ditemukan.
Berhubungan dengan tarikan pada peritoneum dinding tuba
berhubung dengan pembesaran tuba karena kehamilan ektopik.

c. Uterus membesar dan lembek.


Pada kehamilan 2 bulan mungkin di samping uterus yang membesar
dapat ditemukan tumor yang lembek dan licin, akan tetapi hal itu
dapat disebabkan korpus luteum graviditatis atau suatu tumor
ovarium.

d. Jika terjadi abortus tuba, dapat timbul perdarahan dari uterus yang
berwarna hitam, dan rasa nyeri di samping uterus bertambah keras.
Pada pemeriksaan di samping uterus ditemukan sebuah tumor nyeri
tekan, agak lembek dengan batas-batas yang tidak rata dan jelas.
Kadang-kadang uterus termasuk dalam tumor tersebut.

e. Kavum Douglasi menonjol ke vagina karena darah di dalamnya;


kadang teraba dengan jelas hematokele sebagai tumor agak lembek.

f. Nyeri yang cukup keras jika serviks uteri digerakkan.

g. Jika terjadi ruptur tuba, tampak gambaran anemi, penderita dalam


keadaan syok, dengan suhu badan menurun, nadi cepat, tekanan
darah menurun, dan bagian perifer yang terasa dingin. Perut agak
membesar dengan menunjukkan tanda-tanda rangsangan peritoneum
dengan rasa nyeri yang keras pada palpasi. Kadang ditemukan cairan
bebas dalam rongga perut. Pada pemeriksaan ginekologik, uterus
tidak dapat diraba dengan jelas karena dinding perut menegang dan
uterus dikelilingi oleh darah. Gerakan pada serviks uteri nyeri sekali,
dan kavum Douglasi terang menonjol.

5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan penunjang (Sujiyatini dkk, 2009) Pemeriksaan
laboratorium: kadar hemoglobin, leukosit, tes kehamilan bila baru
terganggu
b. Dilatasi kuretase
c. Kuldosintesis yaitu suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah
di dalam cavum douglasi terdapat darah. Teknik kuldosintesis :
1) Baringkan pasien pada posisi litotomi
2) Bersihkan vulva dan vagina dengan antiseptic
3) Pasang speculum dan jepit bibir belakang porsio dengan cunam
serviks. Lakukan traksi ke depan sehingga forniks posterior
tampak.
4) Suntikan jarum spinal no.18 ke cavum douglasi dan lakukan
pengisapan dengan semprit 10 ml.
5) Bila pada penghisapan keluar darah, perhatikan apakah darahnya
berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku atau berupa
bekuan kecil yang merupakan tanda hematokel retrouterina.
d. Ultrasonografi berguna pada 5-10% kasus bila ditemukan kantong
gestasi di luar uterus
e. Laparoskopi atau laparotomi sebagai pendekatan diagnosis terakhir.

6. Penatalaksanaan Medis
Fase pertama dalam penatalaksanaan medis untuk mulai
hidatidiform adalah penkosongan uterus D dan C merupakan prosedur
yang umum dilakukan pada sebagian besar klien. Hiterktomi primer
merupakan terapi alternatif pada klien yang telah melewati masa subur dan
ingin melakukan sterilisasi. Jaringan yang diambil harus dievaluasi secara
seksama oleh patologi.
Fase kedua dalam penatalaksanaan medis, adalah surveilans
kadar β-hCG dengan menggunakan radio immunoassay untuk mendeteksi
adanya perubahan yang dapat mengarah kepada malignansi trofoblasik.
Protokol yang biasanya digunakan terdiri atas pengukuran mingguan kadar
hcg sampai kadar tersebut kembali normal selam 3 minggu, kemudian
pengukuran setiap bulan sampai kadar tersebt kembali 6 bulan, diikuti
dengan pengukuran setiap 2 bulan selama 6 bulan berikutnya. Kadar β-
hCG yang negatif harus terlihat dalam norma selama 6 minggu setelah
evakuasi. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan panggul pada interval 2
minggu sampai remisi komplek telah terjadi, dan pemeriksaan sinar x
dilakukan untuk mendeteksi metastasis. Penundaan kehamilan dianjurkan
selam masa tindak lanjut untuk menghindari kebinggungan akibat adanya
peningkatan kadar β-hCG.
Oleh karena penggunaan kemoterapi profilaktik merupakan
tindakan yang kontrofersial dan akan mengakibatkan beberapa efek yang
merugikan, maka penggunaannya tidak dianjurkan pada wanita yang
mengalami hidatidiform tanpa komplikasi wanita yang mendapat
kemoterapi harus diawasi secara ketat apakah ada diskrasia dan komplikasi
ginjal (Reeder, Martin, & Griffin, 2011)

7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu (Sujiyatini dkk, 2009):
a. Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu
telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, ini
merupakan indikasi operasi.
b. Infeksi
c. Sterilitas
d. Pecahnya tuba fallopi
e. Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya
embrio.

B. LAPARATOMI
1. Defenisi
Laparatomi merupakan prosedur pembedahan yang
melibatkan suatu insisi pada dinding abdomen hingga ke cavitas
abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong, 2010).
Laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada
daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan obgyn.
Adapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan tenik
insisi laparatomi ini adalah herniotomi, gasterektomi,
kolesistoduodenostomi, hepatorektomi, splenoktomi, apendektomi,
kolostomi, hemoroidektomi dfan fistuloktomi.
Sedangkan tindakan bedah obgyn yang sering dilakukan
dengan tindakan laoparatomi adalah berbagai jenis operasi pada uterus,
operasi pada tuba fallopi, dan operasi ovarium, yang meliputi
hissterektomi,baik histerektomi total, radikal, eksenterasi pelvic,
salpingooferektomi bilateral (Smeltzer,2014).

2. Jenis Laparatomi
Jenis-jenis pembedahan laparatomimenurut (Jitowiyono, 2010)
a. Midline incision, yaitu sayatan ke tepi dari garis tengah abdomen
b. Paramedian, yaitu sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm),
panjang (12,5 cm)
c. Transverse upper abdomen incision, yaitu insisi di bagian atas,
misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy
d. Transverse lower abdomen incision, yaitu insisi melintang di
bawah ± 4cm diatas anterior spinal iliaka, misalnya: operasi
appendictomy.

3. Manifestasi Klinis
Manifestasi yang biasa timbul pada pasien post laparatomy diantaranya
:
a. Nyeri tekan pada area sekitar insisi pembedahan
b. Dapat terjadi peningkatan respirasi, tekanan darah, dan nadi.
c. Kelemahan
d. Mual, muntah, anoreksia
e. Konstipasi

4. Fase –fase penyembuhan luka post lapatomi


Menurut Kozier (2010)
a. Fase Inflamatori
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 –4 hari.
Dua proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan
pagositosis. Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat fase
konstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh
darah, endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan
bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet
yang menyiapkan matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi
pengambilan sel. Scab (keropeng) juga dibentuk dipermukaan luka.
Bekuan dan jaringan mati, scab membantu hemostasis dan
mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab
epithelial sel berpindah dari luka ke tepi. Sel epitel membantu
sebagai barier antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah
masuknya mikroorganisme(Kozier, 2010).
Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan
respon seluler digunakan untuk mengangkat benda-benda asing
dan jaringan mati. Suplai darah yang meningkat ke jaringan
membawa bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan pada proses
penyembuhan. Pada akhirnya daerah luka tampak merah dan
sedikit bengkak(Kozier, 2010).
Selama sel lekosit (terutama neutropil) berpindah ke
daerah interstitial. Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar
dari monosit selama lebih kurang 2 jam setelah cidera/luka.
Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris melalui
proses yang disebut pagositosis. Makrofag juga mengeluarkan
angiogenesis growth factor(AGF) yang merangsang pembentukan
ujung epitel diakhir pembuluh darah. Makrofag dan AGF bersama-
sama mempercepat proses penyembuhan. Respon inflamatori ini
sangat penting bagi proses penyembuhan(Kozier, 2010).
b. Fase Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai
hari ke-21 setelah pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel
jaringan) yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama
setelah pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan
substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah
terjadi luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah
tegangan permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang meningkat
menambah kekuatan permukaan luka sehingga kecil kemungkinan
luka terbuka. Selama waktu itu sebuah lapisan penyembuhan
nampak dibawah garis irisan luka Kapilarisasi tumbuh melintasi
luka, meningkatkan aliran darah yang memberikan oksigen dan
nutrisi yang diperlukan bagi penyembuhan. Fibroblast berpindah
dar pembuluh darah ke luka membawa fibrin. Seiring
perkembangan kapilarisasi jaringan perlahan berwarna merah.
Jaringan ini disebut granulasi jaringan yang lunak dan mudah
pecah(Kozier, 2010)
c. Fase Maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun
setelah pembedahan. Fibroblast terus mensintesis kolagen. Kolagen
menjalin dirinya , menyatukan dalam struktur yang lebih kuat.
Bekas luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan
garis putih(Kozier, 2010).

5. Prinsip –Prinsip Perawatan Luka Post Operasi laparatomi


Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Taylor (2011)
yaitu:
a. Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi
oleh luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang
b. Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap
dijaga
c. Respon tubuh secara sistemik pada trauma
d. Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka
e. Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis
pertama untuk mempertahankan diri dari Mikroorganisme
f. Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda
asing tubuh termasuk bakteri.

6. Komplikasi –Komplikasi Dari Penyembuhan Luka


Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan,
dehiscence dan eviscerasi.
a. InfeksiInvasi
bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama
pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering
muncul dalam 2 –7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa
infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri,
kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan
peningkatan jumlahsel darah putih (Sjamsurihidayat dan Jong,
2010).
b. .Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan,
sulit membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh
darah oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak
cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika
mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah
pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan berlebihan
terjadi, penambahan tekanan balutan luka steril mungkin
diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan mungkin
diperlukan (Sjamsurihidayat dan Jong, 2010).
c. Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang
paling serius. Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial
atau total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melaluidaerah
irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi,
multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan,
muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami
dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 –5 hari setelah
operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence
dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan
steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan
untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka
(Sjamsurihidayat dan Jong, 2010).

C. ASKEP
1) Pengkajian
a) Anamsis dan gejala klinik
a) Riwayat terlambat haid
b) Gejala dan tanda kehamilan muda
c) Dapat ada atau tidak ada pendarahan pervagina
d) Terdapat aminore
e) Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh
abdomen, terutama abdomen bagian kanan / bagian kiri bawah
f) Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah
yang berkumpul dalam peritoneum.
b) Pemeriksaan fisik
 Inspeksi
a) Mulut : bibir pucat
b) Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris.
c) Abdomen : terdapat pembesaran abdomen
d) Genetalia : terdapat pendarahan pervagina
e) Ekstermitas : dingin
 Palpasi
a) Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil dari pada
UK, nyeri tekan, perut teraba tegang, masa pada adnexa.
b) Genetalia : nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol
 Auskultasi
Abdomen : bising usus (+), DJJ (-)
 Perkusi
Ekstermitas : reflek patella +/+
c) Pemeriksaan fisik umum
a) Pasien tampak anemis dan sakit
b) Didapatkan Rahim yang juga membesar, adanya tumor di
daerah adneksa.
c) Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar
d) Daerah ujung (ekstermitas) dingin
e) Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat,
adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian
bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
f) Pemeriksaan nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai
syok.
g) Pemeriksaan abdomen, perut kembung, terdapat cairan bebas
dara, nyeri saat perabaan.
d) Pemeriksaan khusus
a) Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
b) Kavum douglas menonjol dan nyeri
c) Mungkin tersa tumor di samping uterus
d) Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan
e) Pemeriksaan ginekologis : serviks teraba lunak, nyeri tekan,
nyeri pada uteris kanan dan kiri

e) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui
kehamilan seseorang, sedangkan untuk mengetahui kehamilan
etopik seorang dokter dapat melakukan :
a. Laboratorium :
1) Hematokrit
Tergantung pada populasi dan derajat pendarahan
abdominal terjadi .
2) Sel darah putih
Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya
leukositosit.Leukosite 15.000/mm3 laju endap darah
meningkat.
3) Tes kehamilan
Pada kehamilan ektopik hamper 100% menunjukkan hCG
positif. Pada kehamilan intrauterin. Peningkatan kadar HCG
meningkat 2 kali lipat setiap dua hari, 2/3 kasus kehamilan
ektopik menunjukkan adanya peningkatan titel serial hCG
yang abnormal, dan 1/3 sisanya menunjukkan adanya
peningkatan liter hCG yang normal.
b. Pemeriksaan penunjang khusus
Setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah meningat
 Pemeriksaan USG
 Laparoskopi
 Laparotomi
 Kuldosintesis

2) Diagnosa Keperawatan
a) Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada
lokasi implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.
b) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman nutrien ke
sel.
c) Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba fallopi, pendarahan
intraperitonial.
d) Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang
pemahaman atau tidak mengenal sumber-sumber informasi.

3) Intervensi Keperawatan
a) Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada
lokasi implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.
Kriteria hasil:
ibu menunjukan kestabilan/ perbaikan keseimbangan cairan yang
dibuktikan oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler
cepat, sensorium tepat, serta frekuensi berat jenis urine adekuat.
No Rencana Intervensi Rasional
.
1. Lakukan pendekatan kepada Pasien dan keluarga lebih kooperatif.
pasien dan keluarga.
2. Memberikan penjelasan Pasien mengerti tentang keadaan
mengenai kondisi pasien saat ini. dirinya dan lebih kooperatif terhadap
tindakan.
3. Observasi TTV dan observasi Parameter deteksi dini adanya
tanda akut abdoment. komplikasi yang terjadi.
4. Pantau input dan output cairan. Untuk mengetahui keseimbangan
cairan dalam tubuh.
5. Pemeriksa kadar Hb. Mengetahui kadar Hb klien
berhubungan dengan perdarahan.
6. Lakukan kolaborasi dengan tim Melaksanakan fungsi indepen
medis untuk penanganan lebih
lanjut.
b) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang di perlukan untuk pengiriman nutrien ke sel.
Kriteria hasil:
menunjukan perfusi jaringan yang adekuat, misalnya: tanda-tanda
vital stabil, membran mukosa warna merah muda, pengisian kapiler
baik, haluaran urine adekuat, wajah tidak pucat dan mental seperti
biasa.

No
Rencana Intervensi Rasional
.
1. Awasi tanda vital, kaji Memberikan informasi tentang derajat/
pengisian kapiler, warna adekuat perfusi jaringan dan membantu
kulit/ membran mukosa, menentukan kebutuhan intervensi.
dasar kuku.
2. Catat keluhan rasa dingin, Vasokonstriksi menurunkan sirkulasi perifer.
pertahankan suhu Kenyamanan pasien/ kebutuhan rasa hangat
lingkungan dan tubuh harus seimbang dengan kebutuhan untuk
hangat sesuai indikasi. menghindari panas berlebihan.
3. Kolaborasi dengan tim Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan
medis yanglain, awasi pengobatan atau terhadap terapi.
pemeriksaan lab:
misalnya: HB/HT

c. Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba fallopi, pendarahan


intraperitonial.
Kriteria hasil :
ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital dalam
batas normal, dan ibu tidak meringis atau menunjukan raut muka yang
kesakitan.
No Rencana Intervensi Rasional
.
1. Tentukan sifat, lokasi dan durasi Membantu dalam mendiagnosis
nyeri. Kaji kontraksi uterus dan menentukan tindakan yang
hemoragi atau nyeri tekan abdomen. akan dilakukan. Ketidaknyamanan
dihubungkan dengan aborsi spontan
dan molahidatiosa karena kontraksi
uterus yang mungkin diperberat
oleh infuse oksitosin. Rupture
kehamilan ektropik mengakibatkan
nyeri hebat, karena hemoragi
tersembunyi saat tuba fallopi ruptur
ke dalam abdomen.
2. Kaji stres psikologi ibu/ pasangan Ansietas terhadap situasi darurat
dan respons emosional terhadap dapat memperberat ketidak
kejadian. nyamanan karena syndrome
ketegangan, ketakutan, dan nyeri.
3. Berikan lingkungan yang tenang dan Dapat membantu dalam
aktivitas untuk menurunkan rasa menurunkan tingkat ansietas dan
nyeri. Instruksikan klien untuk karenanya mereduksi
menggunakan metode relaksasi, ketidaknyamanan.
misalnya: napas dalam, visualisasi
distraksi, dan jelaskan prosedur.
4. Berikan narkotik atau sedative Meningkatkan kenyamanan,
berikut obat-obat praoperatif bila menurunkan komplikasi
prosedur pembedahan diindikasikan. pembedahan.
5. Siapkan untuk prosedur bedah bila Tingkatkan terhadap penyimpangan
terdapat indikasi. dasar akan menghilangkan nyeri.

d. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang


pemahaman atau tidak mengenal sumber-sumber informasi.
Tujuan:
ibu berpartisipasi dalam proses belajar, mengungkapkan dalam
istilah sederhana, mengenai patofisiologi dan implikasi klinis.

No Rencana Intervensi Rasional


.
1. Menjelaskan tindakan dan Memberikan informasi, menjelaskan
rasional yang ditentukan kesalahan konsep pikiran ibu mengenai
untuk kondisi hemoragia. prosedur yang akan dilakukan, dan
menurunkan stres yang berhubungan
dengan prosedur yang diberikan.
2. Berikan kesempatan bagi ibu Memberikan klasifikasi dari konsep yang
untuk mengajukan pertanyaan salah, identifikasi masalah-masalah dan
dan mengungkapkan kesalah kesempatan untuk memulai
konsep. mengembangkan ketrampilan penyesuaian
(koping).
3. Diskusikan kemungkinan Memberikan informasi tentang
implikasi jangka pendek pada kemungkinan komplikasi dan
ibu/janin dari keadaan meningkatkan harapan realita dan kerja
pendarahan. sama dengan aturan tindakan.
4. Tinjau ulang implikasi jangka Ibu dengan kehamilan ektropik dapat
panjang terhadap situasi yang memahami kesulitan mempertahankan
memerlukan evaluasi dan setelah pengangkatan tuba/ ovarium yang
tindakan tambahan. sakit.

BAB III

TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
I. Biodata
1) Data umum klien
 Nama : Ny. Z
 No RM : 52.57.79
 Usia : 39 tahun (13-09-1980)
 Jeniskelamin : Perempuan
 Status perkawinan : Menikah
 Pekerjaan : karyawan honorer
 Pendidikan terakhir : SMA
 Alamat : Perum cahaya Mata bumi blok B
25 Pekan Baru
 Diagnosa medis :

2) Data penanggung jawab


 Nama : Rizki Otvatiano
 Usia : 37 tahun
 Pekerjaan : Wiraswasta
 Pendidikan terakhir : SMP
 Alamat : Perum cahaya Mata bumi
blok B 25 Pekan Baru
 Hubungan dengan pasien : Suami

II. RIWAYAT KESEHATAN


1) Alasan Masuk
Pasien masuk IGD ponek dengan G4P2A1H2 + Gr 6-7
minggu dengan keluhan nyeri pada bagian perut kurang lebih 1 hari
sebelum masuk RS. Nyeri menjalar hingga ke pinggang. Nyeri
dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan terus menerus. Nyeri
meningkat sejak 10 jam sebelum masuk rumah sakit. Perdarahan
dari kemaluan (-), mual (-) dan muntah (-)
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien post op laparatomi hari pertama dengan keluhan,
pasien mengatakan nyeri pada luka operasi, nyeri bertambah jika
bergerak.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu


Pasien mengatakan tidak ada memiliki riwayat penyakit
yang sama sebelumnya, Pasien juga mengatakan pernah
keguguran.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
memiliki riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, jantung,
DM, asma dan penyakit menular (TBC, Hepatitis, HIV/AIDS)

III. RIWAYAT GINEKOLOGI


a. Usia : 13 tahun
b. Siklus haid : 28 hari
c. Durasi : 6-7 hari
d. Jumlah pembalut : 2-3x/hari
e. Dismenorea :-

IV. RIWAYAT PERKAWINAN


a. Status perkawinan : Menikah
b. Usia saat menikah : 24 tahun
c. Pernikahan ke : pertama (1)
d. Lama menikah : 15 tahun

V. RIWAYAT OBSTETRIC
a. Kesehatan Obstetric Masa Lalu

No Cara lahir BB Keadaan Usia Jenis Penolong


lahir kehamilan kelamin
1. Spontan 3400 Normal Aterm L Bidan
2. Spontan 3200 Normal Atrem L Bidan
3. Curete - - 10 minggu - Dokter
b. Kehamilan Sekarang
 HPHT : 15 November 2019
 Riwayat ANC :
Pasien mengatakan tidak ada melakukan pemeriksaan
kehamilan.
 Reaksi dan adaptasi kehamilan :
Pasien mengatakan kehamilan sekarang tidak direncanakan.
Pasien mengatakan bahwa ia tidak tahu bahwa dirinya sedang
hamil.
 Riwayat KB :
Pasien mengatakan tidak ada menggunakan alat kontrasepsi
apapun.

VI. PEMERIKSAAN FISIK


 Keadaan umum : lemah
 Kesadaran : composmentis
 TTV
TD : 124/78mmhg
N : 88x/i
P : 24x/i
T : 36,6oc
 Antropometri
BB : 45 kg
TB : 150 cm
IMT :
 Pemeriksaan cepalo kaudal
a. Kepala
Inspeksi : Simetris, distribusi rambut merata, rambut
bewarna hitam, rambut bersih
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan,
tekstur rambut halus
b. Muka
Inspeksi : simetris, bentuk wajah oval, ekspresi wajah
meringis, tidak ada closma gravidarum
gerakan abnornal tidak ada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Mata
Inspeksi : bentuk simetris, pupil isokor, reflek pupil
terhadap cahaya (+), konjungtiva anemis,
sklera tidak ikterik, fungsi penglihatan baik
d. Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada pembengkakan,
tidak ada polip, tidak ada perdarahan, tidak
ada secret
e. Telinga
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada serumen, tidak
ada peradangan, tidak ada perdarahan,
fungsi pendengaran baik
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
f. Mulut
Inspeksi : simetris, membran mukosa kering, tidak
ada perdarahan gusi, tidak ada stomatitis,
gigi lengkap dan bersih, tidak ada karies gigi
g. Leher
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada pembesaran
Kelenjer thyroid, kelenjer getah bening

h. Thorax
Mamae
Inspeksi : simetris, areola menghitam, puting susu
datar, tidak ada lesi
Paru-paru
Inspeksi : bentuk dada simetris, retraksi dinding dada
(-), Palpasi : pergerakan dinding dada simetris, tidak ada
massa/ nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan
wheezing (-), ronkhi (-)
i. Jantung
inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada mid clavicula
ICS 5
Perkusi : tidak ada pembesaran jantung
Auskultasi : BJ I : Terdengar bunyi jantung I
BJ II : Terdengar bunyi jantung II
Bunyi jantung tambahan : tidak ada
j. Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, asites (-), terdapat luka
post op laparatomi ± 15 cm
Auskultasi : bising usus +
Perkusi : timpani
Palpasi : terdapat nyeri tekan di bagian luka post op
k. Genetalia : bersih, terpasang kateter, tidak ada
kelainan
l. Ektremitas
Atas : Tidak ada edema, pasien menggunakan
infus ditangan sebelah kanan, anggota gerak
atas lengkap, tidak ada kelainan pada jari
Bawah : Tidak ada edema, anggota bagian bawah
lengkap, tidak terdapat varises,
Kekuatan Otot
555 555

555 555

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1) HEMATOLOGI
Tanggal 03 Januari 2020 Pre Op Pukul 05: 33

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan

Darah
Lengkap

Hemoglobin 6.9 g/dL 12.0-15.0

Leukosit 8.85 /103 / uL 5.0-10.0

Hematokrit 20.1 % 37-43

Trombosit 297 /103 / uL 150-400

PT 10,9 Sec 9,5-11,7

APTT 32.1 Sec 28-42

INR 1.04 %

Tanggal 03 Januari 2020 Post Op Pukul 17: 04

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan

Darah Lengkap

Hemoglobin 8.0 g/dL 12.0-15.0

Leukosit 9.73 /103 / uL 5.0-10.0

Hematokrit 22.5 % 37-43

Trombosit 213 /103 / uL 150-400


2) Urinalisa
 Plano test : (+) positif

3) Radiologi
 Hasil pemeriksaan : tampak komplek masa kemungkinan dari
adnexa kiri, cairan bebas (+) rongga abdomen
 Kesan : suspect KET

VIII. TERAPHY YANG DIBERIKAN

No Nama Obat Dosis Cara Frekuen Kegunaan Obat


pemberian si

1. Transamin 500 Injeksi (IV) 3x1 Untuk menghentikan


mg perdarahan

2. Vit K 10 mg Injeksi (IV) 3x1 Untuk membantu


proses pembekuan
darah

3. Ceftriaxone 1 gr Injeksi (IV) 2x1 Antibiotik untuk


mengobati infeksii
bakteri

4. Lansoprazole 30 mg Oral 2x1 Untuk mengatasi


gangguan pada
sistem pencernaan
akibat produksi asam
lambung yang
berlebihan

5. Misoprostol 1 tab Oral 3x1 Untuk melakun


aborsi , mencegah
dan menangani
perdarahan post
partum akibat
kontraksi uterus yang
buruk

6. IVFD RL 20 intravena
tts/i

B. ANALISA DATA

Nama Pasien : Ny. Z

Ruangan : KB Rawatan

No Analisa Data Etiologi Masalah


1. DS : Kehamilan ektopik Hambatan
 Ny. Z mengatakan susah mobilitas fisik
bergerak karena nyeri pembedahan
pada luka operasi (laparatomi)
 Ny. Z mengatakan
kesulitan dalam luka bekas insisi
mengangkat dan
menggerakkan kaki
karena terasa nyeri pada pengaruh anestesi
luka operasi hilang

DO : nyeri akut
 Pasien tampak terbaring
di atas tempat tidur Intoleransi
 Pasien tampak terpasang aktivitas
infus
 Pasien tampat terpasang
kateter
 ADL pat tampak dibantu
oleh perawat dan keluarga
 Pasien tampak kesulitan
mengubah posisi
 Keterbatasan rentang
gerak

2. Ds : Kehamilan ektopik Nyeri akut


 Ny. Z mengatakan nyeri
pada luka operasi pembedahan
Do : (laparatomi)
 Pasien tampak meringis
 P : Nyeri akibat proses luka bekas insisi
pembedahan, nyeri
bertambah jika bergerak pengaruh anestesi

 Q : nyeri seperti ditusuk- hilang

tusuk
 R : perut bagian bawah nyeri akut
bekas operasi
 S : skala nyeri 5
 T : nyeri muncul kapan
saja dan terus-menerus
 TD : 124/78 mmHg
 N : 88x/menit
 RR : 24x/menit
 S : 36,6oc
3. Ds : Kehamilan ektopik Defisit volume
 pasien mengatakan badan cairan
terasa lemah dan letih Proses pembuahan
 pasien mengatakan kepala
pusing Tumbuh disaluran
Do : tuba
 pasien tampak lemah
 Konjungtiva anemis Abortus lumen

 Mukosa bibir kering tuba

 TD : 124/78mmHg
Ruptur lumen tuba
 N: 88x/menit
 HB: 6,9
Terjadi perdarahan

Defisit volume
cairan

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
3. Kekurangan volume cairan
D. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa SLKI SIKI


1. Hambatan Setelah dilakukan Manjemen aktivitas
mobilitas tindakan keperawatan Observasi
fisik selama 3x24 jam respon  Identifikasi gangguan
fisiologis terhadap fungsi tubuh yang
aktivitas meningkat mngakibatkan
dengan criteria hasil : kelelahan
 Frekuensi nadi  Monitor kelelahan fisik
meningkat dan emosional
 Kemudahan  Monitor pola dan jam
aktivitas sehari- tidur
hari meningkat Terapeutik
 Keluhan lelah  Sediakan lingkungan
menurun yang nyaman dan
 Perasaan lelah rendah stimulus
menurun  Lakukan gerak aktif
dan pasif
 Berikan aktivitas
distraksi yang
menyenangkan
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
 Anjurkan strategi
koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli
gizi

2. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri


tindakan keperawatan Observasi
selama 3x24 jam, nyeri 1. Identifikasi lokasi,
berkurang dengan karakteristik, durasi,
Kriteriahasil : frekuensi, kualitas,
 Keluhan nyeri intensitasnyeri
menurun 2. Identifikasi skala nyeri
 Meringis 3. Identifikasi respon
menurun nyeri non verbal
 Gelisah menurun 4. Identifiaksi faktor yang
 Kesulitan tidur memperberat dan
meningkat memperingan nyeri
5. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
 Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
 Fasilitasi istirahat tidur
 Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
 Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secaratepat
 Anjurkan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
3. Defisit Setelah dilakukan Manajeman
volume tindakan keperawatan Observasi
cairan 3x24 jam defisit volume  Monitor status
cairan teratasi dengan dehidrasi
kriteria hasil :  Monitor tanda-tanda
- Tidak ada tanda- vital
tanda dehidrasi  Monitor hasil
- Ttv dalam batas laboratorium
normal  Monitor intake dan
output urine
Terapeutik
 Berikan cairan oral
 Pasang kateter
Eduaksi
 Dorong keluaraga
untuk membantu pasien
makan
Kolaborasi
 Kolaborasi dalam
pemberian cairan
intravena
 Kolaborasi dalam
pemberian transfusi

E. Catatan Perkembangan

Diagnosa
No Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan

1. Jumat, Hambatan 1. Mengidentifikasi S: - Ny. Z mengatakan


03/01/2020 mobilitas fisik gangguan fungsi tubuh susah bergerak karena
yang mngakibatkan nyeri pada luka operasi
kelelahan - Ny. Z mengatakan
2. Memonitor kelelahan kesulitan dalam
fisik dan emosional mengangkat
3. Memonitor pola dan menggerakkan kaki karena
jam tidur terasa nyeri pada luka
4. Menyediakan operasi
lingkungan yang O :- Pasien tampak
nyaman dan rendah terbaring di atas tempat
stimulus tidur
5. Memberikan aktivitas - ADL pat tampak dibantu
distraksi yang oleh perawat dan keluarga
menyenangkan - Pasien tampak kesulitan
6. Menganjurkan mengubah posisi
melakukan aktivitas -Keterbatasan rentang
secara bertahap gerak
- pasien tampak terpasang
IVFD di tangan kanan
A : hamabatan mobilitas
fisik
P: Manajemen activitas
- Kaji tingkat
ketergantungan
pasien
- Bantu ADL pat dan
libatkan keluarga
- Anjurkan untuk
aktivitas secara
bertahap
Ciptakan
lingkungan yang
nyaman

2. Nyeri akut Jam (08.00) Jam (14.00)


1. Mengidentifikasi S: - Ny. Z mengatakan
lokasi, karakteristik, nyeri pada luka operasi
durasi, frekuensi,  P : Nyeri akibat
kualitas, intensitas proses
nyeri pembedahan, nyeri
2. Mengidentifikasi skala bertambah jika
nyeri bergerak
3. Mengidentifikasi  Q : nyeri seperti
respon nyeri non verbal ditusuk-tusuk
4. Mengidentifikasi faktor  R : perut bagian
yang memperberat dan bawah bekas
memperingan nyeri operasi
5. Memberikan teknik  S : skala nyeri 5
non farmakologis  T : nyeri muncul
untuk mengurangi rasa kapan saja dan
nyeri terus-menerus
6. Mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa O: - Pasien tampak
nyeri meringis
7. Memfasilitasi istirahat -KES : composmentis
tidur - Pasien tampak meringis
8. Kolaborasi pemberian -tanda-tanda vital
analgetik jika perlu  TD : 124/78 mmHg
 N : 88x/menit
 RR : 24x/menit
 S : 36,6oc
A : nyeri akut
P : manajemen nyeri
- Kaji skala nyeri
- Monitor tanda-
tanda vital
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri
- Tingkatkan
istirahat
- Kolaborasi dalam
pemberian
analgetik

3 Defisit volume 1. Memonitor status S:


cairan dehidrasi  pasien mengatakan
2. Memonitor tanda- badan terasa lemah
tanda vital dan letih
3. Memonitor hasil  pasien mengatakan
laboratorium kepala pusing
4. Memonitor intake O:
dan output urine  pasien tampak
5. Memberikan cairan lemah
oral  Konjungtiva
6. Memasang kateter anemis
7. Menorong  Mukosa bibir
keluaraga untuk kering
membantu pasien  TD : 124/78mmHg
makan
 N: 88x/menit
8. Kolaborasi dalam
 HB: 6,9
pemberian cairan
A: Defisit volume cairan
intravena
P : Manajemen Dehidrasi
9. Kolaborasi dalam
- Memonitor status
pemberian transfusi
dehidrasi
- Memonitor tanda-
tanda vital
- Memonitor hasil
laboratorium
- Memonitor intake
dan output urine
- Memberikan cairan
oral
- Memasang kateter
- Menorong
keluaraga untuk
membantu pasien
makan
- Kolaborasi dalam
pemberian cairan
intravena
- Kolaborasi dalam
pemberian transfusi

1. Sabtu, Hambatan 1. Mengidentifikasi S: - Ny. Z mengatakan


04/01/2020 mobilitas fisik gangguan fungsi tubuh masih susah bergerak
yang mngakibatkan karena nyeri pada luka
kelelahan operasi
2. Memonitor kelelahan - Ny. Z mengatakan masih
fisik dan emosional kesulitan dalam
3. Memonitor pola dan mengangkat
jam tidur menggerakkan kaki karena
4. Menyediakan terasa nyeri pada luka
lingkungan yang operasi
nyaman dan rendah O :- Pasien tampak
stimulus terbaring di atas tempat
5. Memberikan aktivitas tidur
distraksi yang - ADL pat tampak dibantu
menyenangkan oleh perawat dan keluarga
Menganjurkan - Pasien tampak kesulitan
melakukan aktivitas mengubah posisi
secara bertahap -Keterbatasan rentang
gerak
- pasien tampak terpasang
IVFD di tangan kanan
A : hamabatan mobilitas
fisik
P: Manajemen activitas
- Kaji tingkat
ketergantungan
pasien
- Bantu ADL pat dan
libatkan keluarga
- Anjurkan untuk
aktivitas secara
bertahap
- Ciptakan
lingkungan yang
nyaman

2. Nyeri akut Jam (08.00) Jam (14.00)


1. Mengidentifikasi S: - Ny. Z mengatakan
lokasi, karakteristik, masih nyeri pada luka
durasi, frekuensi, operasi
kualitas, intensitas  P : Nyeri akibat
nyeri proses
2. Mengidentifikasi skala pembedahan, nyeri
nyeri bertambah jika
3. Mengidentifikasi bergerak
respon nyeri non verbal  Q : nyeri seperti
4. Mengidentifikasi faktor ditusuk-tusuk
yang memperberat dan  R : perut bagian
memperingan nyeri bawah bekas
5. Memberikan teknik operasi
non farmakologis  S : skala nyeri 4
untuk mengurangi rasa  T : nyeri muncul
nyeri kapan saja dan
6. Mengontrol lingkungan terus-menerus
yang memperberat rasa
nyeri O: - Pasien tampak
7. Memfasilitasi istirahat meringis
tidur -KES : composmentis
8. Kolaborasi pemberian - Pasien tampak meringis
analgetik jika perlu -tanda-tanda vital
 TD : 110/70 mmHg
 N : 85x/menit
 RR : 24x/menit
 S : 36,5oc
A : nyeri akut
P : manajemen nyeri
- Kaji skala nyeri
- Monitor tanda-
tanda vital
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri
- Tingkatkan
istirahat
- Kolaborasi dalam
pemberian
analgetik
-
3. Defisit volume Jam (08.00) Jam (14.00)
cairan 1. Memonitor status S:
dehidrasi  pasien mengatakan
2. Memonitor tanda-tanda badan terasa lemah
vital dan letih
3. Memonitor hasil  pasien mengatakan
laboratorium kepala masih terasa
4. Memonitor intake dan pusing
output urine O:
5. Memberikan cairan  pasien tampak
oral lemah
6. Memasang kateter  Konjungtiva
7. Menorong keluaraga anemis
untuk membantu  Mukosa bibir
pasien makan kering
8. Kolaborasi dalam  TD : 110/70mmHg
pemberian cairan  N: 85x/menit
intravena
 HB: 8 g
9. Kolaborasi dalam
A: Defisit volume cairan
pemberian transfusi
P : Manajemen Dehidrasi
- Memonitor status
dehidrasi
- Memonitor tanda-
tanda vital
- Memonitor hasil
laboratorium
- Memonitor intake
dan output urine
- Memberikan cairan
oral
- Memasang kateter
- Menorong
keluaraga untuk
membantu pasien
makan
- Kolaborasi dalam
pemberian cairan
intravena
- Kolaborasi dalam
pemberian transfusi
1. Minggu, Hambatan Jam (14.00)
05/01/2020 mobilitas fisik S: - Ny. Z mengatakan
1. Mengidentifikasi sudah bisa bergerak karena
gangguan fungsi tubuh nyeri pada luka operasi
yang mngakibatkan sudah berkurang
kelelahan - Ny. Z mengatakan sudah
2. Memonitor kelelahan bisa ke kamar mandi
fisik dan emosional dibantu oleh suaminya
3. Memonitor pola dan O :-ADL pat tampak
jam tidur dibantu oleh perawat dan
4. Menyediakan keluarga
lingkungan yang - pasien tampak sudah bisa
nyaman dan rendah turun dari tempat tidur dan
stimulus ke kamar mandi
5. Memberikan aktivitas A : hamabatan mobilitas
distraksi yang fisik
menyenangkan P: Manajemen activitas
6. Menganjurkan - Kaji tingkat
melakukan aktivitas ketergantungan
secara bertahap pasien
- Bantu ADL pat dan
libatkan keluarga
- Anjurkan untuk
aktivitas secara
bertahap
Ciptakan
lingkungan yang
nyaman

2. Nyeri akut Jam (08.00) S: - Ny. Z mengatakan


1. Mengidentifikasi nyeri pada luka operasi
lokasi, karakteristik, sudah berkurang
durasi, frekuensi,  P : Nyeri akibat
kualitas, intensitas proses
nyeri pembedahan, nyeri
2. Mengidentifikasi skala bertambah jika
nyeri bergerak
3. Mengidentifikasi  Q : nyeri seperti
respon nyeri non verbal ditusuk-tusuk
4. Mengidentifikasi faktor  R : perut bagian
yang memperberat dan bawah bekas
memperingan nyeri operasi
5. Memberikan teknik  S : skala nyeri 3
non farmakologis  T : nyeri hilang
untuk mengurangi rasa timbul
nyeri
6. Mengontrol lingkungan O: - Pasien tampak
yang memperberat rasa meringis
nyeri -KES : composmentis
7. Memfasilitasi istirahat - Pasien tampak meringis
tidur -tanda-tanda vital
8. Kolaborasi pemberian  TD : 120/80 mmHg
analgetik jika perlu
 N : 80x/menit
 RR : 20x/menit
 S : 36,7oc
A : nyeri akut
P : manajemen nyeri
- Kaji skala nyeri
- Monitor tanda-
tanda vital
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri
- Tingkatkan
istirahat
- Kolaborasi dalam
pemberian
analgetik

3. Defisit volume Jam (08.00) Jam (14.00)


cairan 1. Memonitor status S:
dehidrasi  pasien mengatakan
2. Memonitor tanda-tanda badan terasa lemah
vital dan letih
3. Memonitor hasil  pasien mengatakan
laboratorium pusing sudah
4. Memonitor intake dan hilang
output urine O:
5. Memberikan cairan  pasien masih
oral tampak lemah
6. Memasang kateter  Konjungtiva
7. Menorong keluaraga anemis
untuk membantu  TD : 120/80mmHg
pasien makan  N: 80x/menit
8. Kolaborasi dalam
 HB: 8
pemberian cairan
A: Defisit volume cairan
intravena
P : Manajemen Dehidrasi
9. Kolaborasi dalam
- Memonitor status
pemberian transfusi
dehidrasi
- Memonitor tanda-
tanda vital
- Memonitor hasil
laboratorium
- Memonitor intake
dan output urine
- Memberikan cairan
oral
- Memasang kateter
- Menorong
keluaraga untuk
membantu pasien
makan
- Kolaborasi dalam
pemberian cairan
intravena
- Kolaborasi dalam
pemberian transfusi
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Berdasarkanasuhankeperawatan yang telahdilakukanpadaNy. Z
diruangan KB rawatan RSUD
Dr.AchmadMochtarBukittinggididapatkanpembahasansebagaiberikut :
Berdasarkanhasilpengkajian yang dilakukanpadatanggal 03januari
2020 haripadaNy. Z berusia 39 tahun.Pasienmasuk IGD
ponekdenganG4P2A1H2 + Gr 6-7
minggudengankeluhannyeripadabagianperutkuranglebih 1 harisebelummasuk
RS. Nyerimenjalarhinggakepinggang. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk
dan terus menerus. Nyeri meningkat sejak 10 jam sebelum masuk rumah sakit.
Perdarahan dari kemaluan (-), mual (-) dan muntah (-).
Kehamilan ektopik (ectopic pregnancy, ectopic gestation dan
eccecyesis) adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi di luar
endometrium rahim. Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah kehamilan
ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus atau pecah dan hal ini dapat
berbahaya bagi wanita tersebut (Rustam Mochtar, 2013: 159).
Kehamilanektopikadalahkehamilandengan ovum yang dibuahi,
berimplantasidantumbuhtidak di tempat yang normal, yaknidalam
endometrium kavumuteri.Kehamilanektopikterganggu (KET)
ialahkehamilanektopik yang terganggu, dapatterjadiabortusatauruptur,
danhalinidapatberbahayabagiwanitatersebut.
Setiapibuhamilberisikoterjadinyapenyakitataupunkomplikasibaikringa
nmaupunberat, yang
dapatmenimbulkanketidaknyamananataupunketidakpuasanbagiibudanbayinya,
kesakitanbahkankematian (Saifuddin, 2010).Berdasarkan data World Health
Organization (WHO) padatahun 2015, 1 dari 250
ibuhamilmengalamikehamilanektopik, 80% dialamiwanitahamilpadausia 35
tahunkeatas, dan 60% dialamiwanitadenganparitaspertamadankedua.
Penyebabkehamilanektopiktelahbanyakdiselidiki, akan tetapi sampai
sekarangmasihbelumdiketahuisecarajelas. Ada beberapa faktor risiko yang
meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik dan kehamilan
ektopik terganggu.
HasilpemeriksanlaboratoriumpadatanggalTanggal03 Januari 2020 Pre
Op didapatkanhasilpemeriksaan HGB : 6,9 g/dL , leukosit : 8.85 /10 3/UI, HCT
: 20,1%, WBC : 297 103/UI, PLT : 10,9 10/uL. APTT : 32.1 Sec, INR : 1.04%
Sec.
Manifestasiklinis yang di alamipasiendengankehamilanektopikyaitu
Amenorrhea, mualsampaimuntahdansebagainya, Amenorrhea
diikutiolehperdarahanmerupakangejala
yangseringdijumpaipadakehamilanektopik.Biasanyaperdarahantidakbanyaktap
icukup lama, dandarahberwarnahitam.Jikamudigahmati,
desiduadapatdikeluarkanseluruhnya.Padapemeriksaanhistologikpadadesiduain
itidakditemukan villus khorialis. Rasa
nyerikiriataukananperutbagianbawahlebihseringditemukan,
Berhubungandengantarikanpada peritoneum dinding tuba
berhubungdenganpembesaran tuba karenakehamilanektopik. Uterus
membesardanlembek, Padakehamilan 2 bulanmungkin di samping uterus yang
membesardapatditemukan tumor yang lembekdanlicin,
akantetapihalitudapatdisebabkankorpusluteumgraviditatisatausuatu tumor
ovarium. Jikaterjadiabortus tuba, dapattimbulperdarahandariuterus yang
berwarnahitam, danrasa nyeri di samping uterus
bertambahkeras.Padapemeriksaan di samping uterus ditemukansebuah tumor
nyeritekan, agaklembekdenganbatas-batas yang tidak rata danjelas.Kadang-
kadang uterus termasukdalam tumor tersebut.KavumDouglasimenonjolke
vagina karenadarah di dalamnya; kadangterabadenganjelashematokelesebagai
tumor agaklembek. Nyeri yang cukupkerasjikaserviks uteri
digerakkan.Jikaterjadiruptur tuba, tampakgambarananemi,
penderitadalamkeadaansyok, dengansuhubadanmenurun, nadicepat,
tekanandarahmenurun, danbagianperifer yang terasadingin.
Perutagakmembesardenganmenunjukkantanda-tandarangsangan peritoneum
dengan rasa nyeri yang
keraspadapalpasi.Kadangditemukancairanbebasdalamronggaperut.
Padapemeriksaanginekologik, uterus
tidakdapatdirabadenganjelaskarenadindingperutmenegangdan uterus
dikelilingiolehdarah.Gerakanpadaserviks uteri nyerisekali,
dankavumDouglasiterangmenonjol.

B. Diagnosakeperawatan
1. Devisit volume cairan yang
berhubungandenganrupturpadalokasiimplantasisebagaiefektindakanpembe
dahan.
2. Perubahanperfusijaringanberhubungandenganpenurunankomponenseluler
yang diperlukanuntukpengirimannutrienke sel.
3. Nyeri yang berhubungandenganruptur tuba fallopi,
pendarahanintraperitonial.
4. Kurangnyapengetahuan yang
berhubungandengankurangpemahamanatautidakmengenalsumber-
sumberinformasi.

SedangkanpadakasusNy. Z Didapatkandiagnosa :
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
6. Kekurangan volume cairan

C. RencanaKeperawatan
Rencanakeperawatandalamteoriyaituberdasarkan NIC-NOC tahun
2015.sedangkanrencanakeperawatandalamkasusyaitujugaberdasarkan SDKI.
Dalamhalinisetiaprencanakeperawatandikembangkanteori yang
didapatdanditerimasecaralogissertasesuaidengankondisiklien.

D. Implementasi
Implementasikeperawatan yang
dilakukanjugadilakukansesuairencanaasuhankeperawatan yang
telahdisusundandisesuaikandengankondisiNy. Z
padamasalahkehamilanEktopikyaitumasalahHambatan mobilitas
fisiktelahdilakukanMengidentifikasigangguanfungsitubuhyang
mengakibatkankelelahan, Memonitorkelelahanfisikdanemosional,
Memonitorpoladan jam tidur, Menyediakanlingkungan yang
nyamandanrendah stimulus, Memberikanaktivitasdistraksi yang
menyenangkan, Menganjurkanmelakukanaktivitassecarabertahap.

MasalahkeperawatannyeriakuttelahdilakukantindakanMengidentifikasilokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitasnyeri,
Mengidentifikasiskalanyeri, Mengidentifikasiresponnyerinon verbal,
Mengidentifikasifaktor yang memperberatdanmemperingannyeri,
Memberikanteknik non farmakologisuntukmengurangi rasa nyeri,
Mengontrollingkungan yang memperberat rasa nyeri,
Memfasilitasiistirahattidur, Kolaborasipemberian.
Masalahkeperawatandefisit volume
cairantelahdilakukantindakanMemonitor status dehidrasi, Memonitor tanda-
tanda vital, Memonitor hasil laboratorium, Memonitor intake dan output
urine, Memberikan cairan oral, Memasang kateter, Menorong keluaraga untuk
membantu pasien makan, Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena,
Kolaborasi dalam pemberian transfusi.
E. EVALUASI
Setelahdilakukanintervensikeperawatandaritanggal03Januarisampai 05
januari2020.
Ny.Ztelahmengalamikemajuan.KeadaanumumNy.Zmenunjukkankeadaanumums
edangdengantingkatkesadaran Compos Mentis.MasalahHambatan mobilitas fisik,
Nyeri akutdandefisit volume cairanmasalahteratasi.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kehamilan ektopik (ectopic pregnancy, ectopic gestation dan
eccecyesis) adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi di luar
endometrium rahim. Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah kehamilan
ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus atau pecah dan hal ini dapat
berbahaya bagi wanita tersebut (Rustam Mochtar, 2013: 159).
Kehamilanektopikadalahkehamilandengan ovum yang dibuahi,
berimplantasidantumbuhtidak di tempat yang normal, yaknidalam endometrium
kavumuteri.Kehamilanektopikterganggu (KET) ialahkehamilanektopik yang
terganggu, dapatterjadiabortusatauruptur,
danhalinidapatberbahayabagiwanitatersebut :
1. PengkajianAsuhanKeperawatanpadapasienNy.ZdenganKehamilanEktopikdir
uang KB rawatan RSUD AchmadMochtarBukittinggitahun 2020
dapatdilakukandenganbaik. Dan
tidakmengalamikesulitandalammengumpulkan data
2. Pada diagnose
AsuhanKeperawatanpadapasiendengankehamilanEktopikdiruang KB rawatan
RSUD AchmadMochtarBukittinggitahun 2020 dapatdirumuskan 3
diagnosapadatinjauankasus
3. Padaperencanaanasuhankeperawatanpadapasiendengankehamilanektopikdiru
ang KB rawatan RSUD AchmadMochtarBukittinggitahun 2020
semuaperencaandapatdirencanakanpadatinjauankasus.
4. Padaimplementasiasuhankeperawatanpasiendengankehamilanektopikdiruang
KB rawatan RSUD AchmadMochtarBukittinggitahun 2020
hampirsemuadapatdilakukan, namunadabeberaparencanatindakan yang
penulistidaklakukantetapidilakukanpadaperawatruangantersebut.
5. Evaluasipasiendengankehamilanektopikdiruang KB rawatan RSUD
AchmadMochtarBukittinggitahun 2020 dapatdilakukandan 3 diagnosa
hamper semuamasalahteratasidanklienbolehpulang.
B. Saran
1. BagiMahasiswa
Diharapkanbagimahasiswadapatmencariinformasidanmemperluanwawasa
nmengenaikehamilanektopikkarenadenganadanyapengetahuandanwawasa
n yang
luasmahasiswaakanmampumengembangkandiridalammasyarakatdanmem
berikanpendisiskankesehatanbagimasyarakatmengenaikehamilanektopikd
anfaktorfaktorpenvetusnyaseratbagaimanapencegahanpadakasustersebut.
2. BagiRumahSakit
Untukmencegahmeningkatnyakehamilanektopikdiberiinformasi yang
memadaimengenaikehamilanektopiksindirdanaspek-
aspeknyadengandiperolehnyainformasi yang
cukupmakapencegahapapundapatdilakukandengansegera. Dan
adapununtukpasien yang
mengalamiataumenderitakehamilanektopikmakaharusdilakukan TTV
danpemantauankeadaanumum.
3. BagiIntitusiPendidikan
Peningkatankualitasdanpengembanganilmumahasiswamelaluistudikasus
agar dapatmenerapkanasuhankeperawatansecarakomperhensif.
DAFTAR PUSTAKA

Yuliningsih,Maryunanni, Anik.2009. AsuhanKegawatdaruratan Dalam Kebidanan.


Penerbit : Trans Info Media, Jakarta

Yuliaikhah, Lily S.Si. T, 2009. Seri Asuhan Kebidanan KehamilanPenerbit Buku


Kedokteran ECG, Jakarta

Wiknjosastro, Hanifa. 1992. IlmuKebidananEdisiKetiga. Penerbit PT


Gramedia.Jakarta

     Bandung, Padjajaran, Kedokteran, Universitas. 1974. Ilmu Kebidanan Patologi.


PenerbitElstar Offset Eleman, Bandung.

http://atenvincentskep.blogspot.com/2009/10/askep-kehamilan-ektopik-
terganggu.html

http://www.koranplus.com/forum/medical-info/13867.html

Prawirohardjo S, Hanifa W. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam: Ilmu


Kandungan, edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2005

Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid I. Media
Aesculapius FKUI

Anda mungkin juga menyukai