OLEH:
KELOMPOK 2
2019/2020
KATA PENGANTAR
Kami sadar, bahwa dalam proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal
itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi para pembaca juga kami
para penulis.
Akhir kata, kami mohon maaf apabila dalam penulisan proposal ini
terdapat banyak kesalahan.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. LATAR BELAKANG............................................................................
B. TUJUAN..................................................................................................
C. MANFAAT.............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................\
BAB V PENUTUP....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu proses fertilisasi atau bertemunya
spermatozoa dan ovum, lalu tertanam di dalam lapisan rahim, kemudian
menjadi janin (Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, 2014). Menurut
Manuaba (2010) kehamilan merupakan suatu hubungan yang saling
berkesinambungan yang terdiri dari : ovulasi, migrasi, spermatozoa, dan
ovum. Sel sperma bertemu dengan ovum, kemudian matang di tuba fallopi,
dan berimplantasi di endometrium (Prawirohardjo, 2015). Normalnya seorang
wanita hamil adalah sekitar 280 hari atau sekitar 40 minggu atau sama dengan
9 bulan 7 hari, terhitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan terbagi
atas 3 trimester, trimester pertama berlansung 12 minggu pertama, trimester
kedua berlansung pada minggu ke-13 hingga minggu ke-27, dan trimester
ketiga berlansung pada minggu ke-28 hingga minggu ke-40 (Prawirohardjo,
2015).
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang
dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum
uteri.Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding
tuba dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu. Sebagian
besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba, terutama di ampulla dan
isthmus.Sangat jarangterjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus.
Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah
penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang
panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine
Device), riwayat mengalami kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas,
kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan - tindakan aborsi.
Kehamilan ektopik terganggu merupakan keadaan emergensi yang
menjadi penyebab kematian maternal selama kehamilan trimester pertama,
karena janin pada kehamilan ektopik secara nyata bertanggung jawab
terhadap kematian ibu, maka para dokter menyarankan untuk mengakhiri
kehamilan.Hal yang perlu diingat ialah bahwa pada setiap wanita dalam masa
reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang disertai dengan
nyeri perut bagian bawah, perlu dicurigai dugaan adanya kehamilan ektopik
terganggu.
Setiap ibu hamil berisiko terjadinya penyakit ataupun komplikasi baik
ringan maupun berat, yang dapat menimbulkan ketidak nyamanan ataupun
ketidak puasan bagi ibu dan bayinya, kesakitan bahkan kematian (Saifuddin,
2010). Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun
2015, 1 dari 250 ibu hamil mengalami kehamilan ektopik, 80% dialami
wanita hamil pada usia 35 tahun ke atas, dan 60% dialami wanita dengan
paritas pertama dan kedua.
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi di luar rongga
uteri (American College of Nurse Practitioners, 2015). Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Felin, dkk (2015) di salah satu rumah sakit di Amerika
Serikat didapatkan data bahwa 89% kehamilan ektopik yang terjadi di rumah
sakit tersebut berimplantasi di tuba fallopi. Implantasi dapat meningkatkan
terjadinya vaskularisasi di tempat tersebut, sehingga berpotensial
menimbulkan terjadinya ruptur organ, perdarahan masif, infertilitas, hingga
kematian. Kehamilan ektopik dapat terjadi pada individu yang mengalami
penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang
panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device),
riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang
memakai progestin, dan tindakan aborsi (Manuaba, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Aloysius, Romonta dan Hanafi (2005)
di RS. Imannuel diketahui bahwa kejadian KET tertinggi terjadi pada wanita
yang menggunakan kontrasepsi hormonal, dalam hal ini suntikan progesteron,
yaitu 20 orang (42,5%), sedangkan AKDR 6 orang (12,77%). Hal ini terjadi
karena pengguna kontrasepsi hormonal mempunyai risiko kelainan peristaltik
kontraksi tuba, kemungkinan juga sebelumnya sudah mengalami infeksi
radang panggul, ikut meningkatkan angka kejadian tersebut, keadaan ini
menyebabkan kerusakan mukosa tuba sehingga meningkatkan kejadian
KET.Kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus
dikenal dengan kehamilan ektopik terganggu (KET) (Jones, 2014). Di
Amerika Serikat 1 dari 64 hingga 1 dari 241 kehamilan mengalami kehamilan
ektopik terganggu, 85-90% kasus kehamilan ektopik tersebut terjadi ibu yang
multigravida (The Centers of Disease Control and Prevention, 2014).
Kehamilan ektopik ialah kehamilan dimana setelah fertilisasi,
implantasi terjadi di luar endometrium kavum uteri.Hampir 90% kehamilan
ektopik terjadi di tuba uterine. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus
atau rupture apabila massa kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang
implantasi (misalnya: tuba) dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan
ektopik terganggu. 2 Dampak lanjut dari kehamilan ektopik dapat
menyebabkan kematian ibu akibat perdarahan dimana perdarahan
bertanggung jawab atas 28% kematian ibu di dunia dan perdarahan
merupakan penyebab kematian nomor satu (40%-60%) kematian ibu
melahirkan di Indonesia.Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun
2013 menyebutkan bahwa Angka Kematian Ibu di Indonesia sebesar 359 per
100.000 kelahiran hidup.
Kehamilan ektopik terganggu merupakan kegawat daruratan obstetrik
yang dapat mengancam jiwa, menimbulkan kecacatan, mengganggu
kelansungan hidup janin bahkan risiko kematian ibu pada trimester pertama
kehamilan.Penanganan kehamilan ektopik yang terganggu jika tidak
ditangani secara tepat dan cepat dapat meningkatkan angka kejadian
mortalitas dan morbiditas pada ibu (Prawirohardjo, 2015).
Sebagai suatu keadaan yang mengancam kehidupan, kehamilan
ektopik menuntut para ahli kebidanan untuk mengetahui metode-metode
pengobatan yang mutakhir.Meskipun penatalaksanaan primer pada kehamilan
ektopik adalah dengan pembedahan, tetapi saat ini mulai dikembangkan
penatalaksanaan dengan obat-obatan yaitu dengan methotrexate. Akan tetapi,
para dokter harus memperhatikan dengan hati-hati indikasi, kontraindikasi,
dan efek samping dari terapi farmakologis.
Pada Laporan Kasus ini penulis membahas mengenai Kehamilan
Ektopik Terganggu. Mulai dari dari definisi, gejala klinis, sampai pada
penatalaksanaannya. Melalui laporan kasus ini diharapkan penulis maupun
pembaca dapat mengerti lebih dalam mengenai penyakit Kehamilan Ektopik
Terganggu.
B. Tujuan
a. Tujuan umum
Menerapakan asuhan keperawatan pada pasien dengan asuhan
keperawatan pada Ny.Z dengan Kehamilan Ektopik post laparatomi di
ruangan Kebidanan RSUD dr.Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2020
b. Tujuan khusus
1) Masiswa memahami dan mampu melakukan pengkajian pasien
Kehamilan Ektopik post laparatomi
2) Mahasiswa memahami dan mampu merumuskan interpretasi data
meliputi data fokus (data subyektif dan obyektif), masalah
keperawatan beserta etiologinya pada pasien Kehamilan Ektopik post
laparatomi
3) Mahasiswa memahami dan mampu merumuskan diagnosa
keperawatan pada pasien Kehamilan Ektopik post laparatomi
4) Mahasiswa memahami dan mampu menyusun rencana tindakan
asuhan keperawatan pada pasien Kehamilan Ektopik post laparatomi
5) Mahasiswa memahami dan mampu mengevaluasi asuhan
keperawatan yang telah diberikan pada pasien Kehamilan Ektopik
post laparatomi
6) Mahasiswa memahami dan mampu mengevaluasi asuhan
keperawatan yang telah diberikan pada pasien Kehamilan Ektopik
post laparatomi
7) Mahasiswa memahami dan mampu menerapkan asuhan keperawatan
pada pasien Kehamilan Ektopik post laparatomi
C. Manfaat
1) Bagi Peneliti
Hasil yang diperoleh dapat menjadi data dasar yang mendukung
penelitian dan menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang KET.
2) Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur bagi
perpustakaan. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa
tentang KET
3) Bagi Lahan Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi petugas di RSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi dalam memberikan pendidikan kesehatan bagi pasien
dan keluarga yang menderita KET.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, akan tetapi
sampai sekarang masih belum diketahui secara jelas. Ada beberapa faktor
risiko yang meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik dan
kehamilan ektopik terganggu. Beberapa faktor risiko tersebut antara lain :
a. Faktor Mekanis
1) Infeksi seperti salpingitis, terutama endosalpingitis yang
menyebabkan aglutinasi silia lipatan mukosa tuba dengan
penyempitan saluran atau pembentukan kantong-kantong buntu.
Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga
menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopiii.
2) Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas,
apendisitis, atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya
tuba atau penyempitan lumen.
3) Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium
asesorius dan hipoplasi.
4) Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang
kegagalan usaha untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi.
5) Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya
benjolan pada adneksa.
b. Faktor Fungsional
1) Berubahnya motilitas tuba karenaperubahan kadar hormon estrogen
dan progesteron.
2) Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus
mulleri yang abnormal.
3) Refluks menstruasi.
c. Faktor - faktor lainnya
1) Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri
ataupun sebaliknya.
2) Riwayat penggunaan Kontrasepsi
3) Riwayat Kehamilan Ektopik Sebelumnya
4) Fertilisasi in vitro.
3. Klasifikasi
Kehamilan ektopik diklasifikasi berdasarkan lokasi implantasi.
Berikut ini adalah klasifikasi kehamilan ektopik dengan urutan kejadian
dari yang paling sering hingga jarang, yaitu:
a. Tubal (99-98%)
Kehamilan ektopik tuba dapat dibagi lebih lanjut menjadi
beberapa bagian anatomi yaitu ampula (55%), isthmus (25%),
fimbrial (17%), interstitial (angular, cornual) (2%), dan bilateral
(sangat jarang)
b. Ovarian (0,5%)
Kehamilan ovarial bisa dikarenakan fertilisasi ovum yang
tidak mengalami ekstrusi.
c. Abdominal (1/15000):
Kehamilan abdominal bisa primer, yang berawal dengan
implantasi zygot di luar tuba (misalnya, liver), atau sekunder
terhadap ekspulsi atau ruptur kehamilan tuba.
d. Cervical (jarang)
implantasi serviks diperkirakan melalui suatu pembesaran
serviks (seringnya sebesar uterus nonpregnan, dikenal sebagai
“hourglass sign”). ini merupakan suatu pembesaran, vaskularisasi
tinggi, perdarahan serviks, dengan internal os yang ketat dan
eksternal os yang menganga.
e. Uterine (jarang)
kehamilan ektopik uteri dapat terjadi dengan implantasi di
kornu, divertikulum uteri, sakulasi uteri, rudimentary horn, atau
dinding otot (intramural).
f. Combined intrauterin
kehamilan intrauterin kombinasi disebut juga heterotopic.
Hal ini terjadi pada 1/17.000-30.000 kehamilan. kemungkinan
lainnya yang termasuk ialah intraligamentosa. Kehamilan bahkan
setelah histerektomi.
Gambar 2.1 Lokasi - lokasi Kehamilan Ektopik
3. Patofisiologi
Mukosa pada tuba bukan merupakan medium yang baik untuk
pertumbuhan blastokista. Vaskularisasinya kurang baik, dan desidua
tidak tumbuh dengan sempurna.Sebagian besar kehamilan tuba terganggu
pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu. Terdapat beberapa
kemungkinan mengenai nasib kehamilan dalam tuba yaitu:
a. Hasil konsepsi mati dini dan diresorpsi
Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati
karena vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorpsi total.
Dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh dan haidnya terlambat
untuk beberapa hari.
b. Abortus ke dalam lumen tuba
Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh
darah oleh villi koriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat
melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan
robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau
seluruhnya. Bila pelepasan menyeluruh, mudigah dan selaputnya
dikeluarkan dalam lumen tuba dan kemudian didorong oleh darah ke
arah ostium tuba abdominale. Perdarahan yang berlangsung terus
menyebabkan tuba membesar dan kebiru-biruan (Hematosalping)
dan selanjutnya darah mengalir ke rongga perut melalui ostium tuba,
berkumpul di kavum douglas dan akan membentuk hematokel
retrouterina.
c. Ruptur dinding tuba
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan
biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars
interstitialis terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama
yang menyebabkan ruptur ialah penembusan villi koriales ke dalam
lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum.
Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat keluar dari tuba,
tetapi bila robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi
dikeluarkan dari tuba.Nasib janin bergantung pada tuanya kehamilan
dan kerusakan yang diderita.Bila janin mati dan masih kecil, dapat
diresorpsi seluruhnya, dan bila besar dapat diubah menjadi
litopedion.Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih
diselubungi oleh kantong amnion dan dengan plasenta masih utuh
kemungkinan tumbuh terus dalam rongga perut, sehingga terjadi
kehamilan ektpik lanjut atau kehamilan abdominal sekunder. Untuk
mencukupi kebutuhan makanan bagi janin, plasenta dari tuba akan
meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya misalnya ke
sebagian uterus, ligamentum latum, dasar panggul dan usus.
b. Rasa nyeri kiri atau kanan perut bagian bawah lebih sering
ditemukan.
Berhubungan dengan tarikan pada peritoneum dinding tuba
berhubung dengan pembesaran tuba karena kehamilan ektopik.
d. Jika terjadi abortus tuba, dapat timbul perdarahan dari uterus yang
berwarna hitam, dan rasa nyeri di samping uterus bertambah keras.
Pada pemeriksaan di samping uterus ditemukan sebuah tumor nyeri
tekan, agak lembek dengan batas-batas yang tidak rata dan jelas.
Kadang-kadang uterus termasuk dalam tumor tersebut.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan penunjang (Sujiyatini dkk, 2009) Pemeriksaan
laboratorium: kadar hemoglobin, leukosit, tes kehamilan bila baru
terganggu
b. Dilatasi kuretase
c. Kuldosintesis yaitu suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah
di dalam cavum douglasi terdapat darah. Teknik kuldosintesis :
1) Baringkan pasien pada posisi litotomi
2) Bersihkan vulva dan vagina dengan antiseptic
3) Pasang speculum dan jepit bibir belakang porsio dengan cunam
serviks. Lakukan traksi ke depan sehingga forniks posterior
tampak.
4) Suntikan jarum spinal no.18 ke cavum douglasi dan lakukan
pengisapan dengan semprit 10 ml.
5) Bila pada penghisapan keluar darah, perhatikan apakah darahnya
berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku atau berupa
bekuan kecil yang merupakan tanda hematokel retrouterina.
d. Ultrasonografi berguna pada 5-10% kasus bila ditemukan kantong
gestasi di luar uterus
e. Laparoskopi atau laparotomi sebagai pendekatan diagnosis terakhir.
6. Penatalaksanaan Medis
Fase pertama dalam penatalaksanaan medis untuk mulai
hidatidiform adalah penkosongan uterus D dan C merupakan prosedur
yang umum dilakukan pada sebagian besar klien. Hiterktomi primer
merupakan terapi alternatif pada klien yang telah melewati masa subur dan
ingin melakukan sterilisasi. Jaringan yang diambil harus dievaluasi secara
seksama oleh patologi.
Fase kedua dalam penatalaksanaan medis, adalah surveilans
kadar β-hCG dengan menggunakan radio immunoassay untuk mendeteksi
adanya perubahan yang dapat mengarah kepada malignansi trofoblasik.
Protokol yang biasanya digunakan terdiri atas pengukuran mingguan kadar
hcg sampai kadar tersebut kembali normal selam 3 minggu, kemudian
pengukuran setiap bulan sampai kadar tersebt kembali 6 bulan, diikuti
dengan pengukuran setiap 2 bulan selama 6 bulan berikutnya. Kadar β-
hCG yang negatif harus terlihat dalam norma selama 6 minggu setelah
evakuasi. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan panggul pada interval 2
minggu sampai remisi komplek telah terjadi, dan pemeriksaan sinar x
dilakukan untuk mendeteksi metastasis. Penundaan kehamilan dianjurkan
selam masa tindak lanjut untuk menghindari kebinggungan akibat adanya
peningkatan kadar β-hCG.
Oleh karena penggunaan kemoterapi profilaktik merupakan
tindakan yang kontrofersial dan akan mengakibatkan beberapa efek yang
merugikan, maka penggunaannya tidak dianjurkan pada wanita yang
mengalami hidatidiform tanpa komplikasi wanita yang mendapat
kemoterapi harus diawasi secara ketat apakah ada diskrasia dan komplikasi
ginjal (Reeder, Martin, & Griffin, 2011)
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu (Sujiyatini dkk, 2009):
a. Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu
telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, ini
merupakan indikasi operasi.
b. Infeksi
c. Sterilitas
d. Pecahnya tuba fallopi
e. Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya
embrio.
B. LAPARATOMI
1. Defenisi
Laparatomi merupakan prosedur pembedahan yang
melibatkan suatu insisi pada dinding abdomen hingga ke cavitas
abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong, 2010).
Laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada
daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan obgyn.
Adapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan tenik
insisi laparatomi ini adalah herniotomi, gasterektomi,
kolesistoduodenostomi, hepatorektomi, splenoktomi, apendektomi,
kolostomi, hemoroidektomi dfan fistuloktomi.
Sedangkan tindakan bedah obgyn yang sering dilakukan
dengan tindakan laoparatomi adalah berbagai jenis operasi pada uterus,
operasi pada tuba fallopi, dan operasi ovarium, yang meliputi
hissterektomi,baik histerektomi total, radikal, eksenterasi pelvic,
salpingooferektomi bilateral (Smeltzer,2014).
2. Jenis Laparatomi
Jenis-jenis pembedahan laparatomimenurut (Jitowiyono, 2010)
a. Midline incision, yaitu sayatan ke tepi dari garis tengah abdomen
b. Paramedian, yaitu sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm),
panjang (12,5 cm)
c. Transverse upper abdomen incision, yaitu insisi di bagian atas,
misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy
d. Transverse lower abdomen incision, yaitu insisi melintang di
bawah ± 4cm diatas anterior spinal iliaka, misalnya: operasi
appendictomy.
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi yang biasa timbul pada pasien post laparatomy diantaranya
:
a. Nyeri tekan pada area sekitar insisi pembedahan
b. Dapat terjadi peningkatan respirasi, tekanan darah, dan nadi.
c. Kelemahan
d. Mual, muntah, anoreksia
e. Konstipasi
C. ASKEP
1) Pengkajian
a) Anamsis dan gejala klinik
a) Riwayat terlambat haid
b) Gejala dan tanda kehamilan muda
c) Dapat ada atau tidak ada pendarahan pervagina
d) Terdapat aminore
e) Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh
abdomen, terutama abdomen bagian kanan / bagian kiri bawah
f) Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah
yang berkumpul dalam peritoneum.
b) Pemeriksaan fisik
Inspeksi
a) Mulut : bibir pucat
b) Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris.
c) Abdomen : terdapat pembesaran abdomen
d) Genetalia : terdapat pendarahan pervagina
e) Ekstermitas : dingin
Palpasi
a) Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil dari pada
UK, nyeri tekan, perut teraba tegang, masa pada adnexa.
b) Genetalia : nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol
Auskultasi
Abdomen : bising usus (+), DJJ (-)
Perkusi
Ekstermitas : reflek patella +/+
c) Pemeriksaan fisik umum
a) Pasien tampak anemis dan sakit
b) Didapatkan Rahim yang juga membesar, adanya tumor di
daerah adneksa.
c) Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar
d) Daerah ujung (ekstermitas) dingin
e) Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat,
adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian
bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
f) Pemeriksaan nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai
syok.
g) Pemeriksaan abdomen, perut kembung, terdapat cairan bebas
dara, nyeri saat perabaan.
d) Pemeriksaan khusus
a) Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
b) Kavum douglas menonjol dan nyeri
c) Mungkin tersa tumor di samping uterus
d) Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan
e) Pemeriksaan ginekologis : serviks teraba lunak, nyeri tekan,
nyeri pada uteris kanan dan kiri
e) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui
kehamilan seseorang, sedangkan untuk mengetahui kehamilan
etopik seorang dokter dapat melakukan :
a. Laboratorium :
1) Hematokrit
Tergantung pada populasi dan derajat pendarahan
abdominal terjadi .
2) Sel darah putih
Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya
leukositosit.Leukosite 15.000/mm3 laju endap darah
meningkat.
3) Tes kehamilan
Pada kehamilan ektopik hamper 100% menunjukkan hCG
positif. Pada kehamilan intrauterin. Peningkatan kadar HCG
meningkat 2 kali lipat setiap dua hari, 2/3 kasus kehamilan
ektopik menunjukkan adanya peningkatan titel serial hCG
yang abnormal, dan 1/3 sisanya menunjukkan adanya
peningkatan liter hCG yang normal.
b. Pemeriksaan penunjang khusus
Setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah meningat
Pemeriksaan USG
Laparoskopi
Laparotomi
Kuldosintesis
2) Diagnosa Keperawatan
a) Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada
lokasi implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.
b) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman nutrien ke
sel.
c) Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba fallopi, pendarahan
intraperitonial.
d) Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang
pemahaman atau tidak mengenal sumber-sumber informasi.
3) Intervensi Keperawatan
a) Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada
lokasi implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.
Kriteria hasil:
ibu menunjukan kestabilan/ perbaikan keseimbangan cairan yang
dibuktikan oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler
cepat, sensorium tepat, serta frekuensi berat jenis urine adekuat.
No Rencana Intervensi Rasional
.
1. Lakukan pendekatan kepada Pasien dan keluarga lebih kooperatif.
pasien dan keluarga.
2. Memberikan penjelasan Pasien mengerti tentang keadaan
mengenai kondisi pasien saat ini. dirinya dan lebih kooperatif terhadap
tindakan.
3. Observasi TTV dan observasi Parameter deteksi dini adanya
tanda akut abdoment. komplikasi yang terjadi.
4. Pantau input dan output cairan. Untuk mengetahui keseimbangan
cairan dalam tubuh.
5. Pemeriksa kadar Hb. Mengetahui kadar Hb klien
berhubungan dengan perdarahan.
6. Lakukan kolaborasi dengan tim Melaksanakan fungsi indepen
medis untuk penanganan lebih
lanjut.
b) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang di perlukan untuk pengiriman nutrien ke sel.
Kriteria hasil:
menunjukan perfusi jaringan yang adekuat, misalnya: tanda-tanda
vital stabil, membran mukosa warna merah muda, pengisian kapiler
baik, haluaran urine adekuat, wajah tidak pucat dan mental seperti
biasa.
No
Rencana Intervensi Rasional
.
1. Awasi tanda vital, kaji Memberikan informasi tentang derajat/
pengisian kapiler, warna adekuat perfusi jaringan dan membantu
kulit/ membran mukosa, menentukan kebutuhan intervensi.
dasar kuku.
2. Catat keluhan rasa dingin, Vasokonstriksi menurunkan sirkulasi perifer.
pertahankan suhu Kenyamanan pasien/ kebutuhan rasa hangat
lingkungan dan tubuh harus seimbang dengan kebutuhan untuk
hangat sesuai indikasi. menghindari panas berlebihan.
3. Kolaborasi dengan tim Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan
medis yanglain, awasi pengobatan atau terhadap terapi.
pemeriksaan lab:
misalnya: HB/HT
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
I. Biodata
1) Data umum klien
Nama : Ny. Z
No RM : 52.57.79
Usia : 39 tahun (13-09-1980)
Jeniskelamin : Perempuan
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : karyawan honorer
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat : Perum cahaya Mata bumi blok B
25 Pekan Baru
Diagnosa medis :
V. RIWAYAT OBSTETRIC
a. Kesehatan Obstetric Masa Lalu
h. Thorax
Mamae
Inspeksi : simetris, areola menghitam, puting susu
datar, tidak ada lesi
Paru-paru
Inspeksi : bentuk dada simetris, retraksi dinding dada
(-), Palpasi : pergerakan dinding dada simetris, tidak ada
massa/ nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan
wheezing (-), ronkhi (-)
i. Jantung
inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada mid clavicula
ICS 5
Perkusi : tidak ada pembesaran jantung
Auskultasi : BJ I : Terdengar bunyi jantung I
BJ II : Terdengar bunyi jantung II
Bunyi jantung tambahan : tidak ada
j. Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, asites (-), terdapat luka
post op laparatomi ± 15 cm
Auskultasi : bising usus +
Perkusi : timpani
Palpasi : terdapat nyeri tekan di bagian luka post op
k. Genetalia : bersih, terpasang kateter, tidak ada
kelainan
l. Ektremitas
Atas : Tidak ada edema, pasien menggunakan
infus ditangan sebelah kanan, anggota gerak
atas lengkap, tidak ada kelainan pada jari
Bawah : Tidak ada edema, anggota bagian bawah
lengkap, tidak terdapat varises,
Kekuatan Otot
555 555
555 555
Darah
Lengkap
INR 1.04 %
Darah Lengkap
3) Radiologi
Hasil pemeriksaan : tampak komplek masa kemungkinan dari
adnexa kiri, cairan bebas (+) rongga abdomen
Kesan : suspect KET
6. IVFD RL 20 intravena
tts/i
B. ANALISA DATA
Ruangan : KB Rawatan
DO : nyeri akut
Pasien tampak terbaring
di atas tempat tidur Intoleransi
Pasien tampak terpasang aktivitas
infus
Pasien tampat terpasang
kateter
ADL pat tampak dibantu
oleh perawat dan keluarga
Pasien tampak kesulitan
mengubah posisi
Keterbatasan rentang
gerak
tusuk
R : perut bagian bawah nyeri akut
bekas operasi
S : skala nyeri 5
T : nyeri muncul kapan
saja dan terus-menerus
TD : 124/78 mmHg
N : 88x/menit
RR : 24x/menit
S : 36,6oc
3. Ds : Kehamilan ektopik Defisit volume
pasien mengatakan badan cairan
terasa lemah dan letih Proses pembuahan
pasien mengatakan kepala
pusing Tumbuh disaluran
Do : tuba
pasien tampak lemah
Konjungtiva anemis Abortus lumen
TD : 124/78mmHg
Ruptur lumen tuba
N: 88x/menit
HB: 6,9
Terjadi perdarahan
Defisit volume
cairan
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
3. Kekurangan volume cairan
D. RENCANA KEPERAWATAN
E. Catatan Perkembangan
Diagnosa
No Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Berdasarkanasuhankeperawatan yang telahdilakukanpadaNy. Z
diruangan KB rawatan RSUD
Dr.AchmadMochtarBukittinggididapatkanpembahasansebagaiberikut :
Berdasarkanhasilpengkajian yang dilakukanpadatanggal 03januari
2020 haripadaNy. Z berusia 39 tahun.Pasienmasuk IGD
ponekdenganG4P2A1H2 + Gr 6-7
minggudengankeluhannyeripadabagianperutkuranglebih 1 harisebelummasuk
RS. Nyerimenjalarhinggakepinggang. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk
dan terus menerus. Nyeri meningkat sejak 10 jam sebelum masuk rumah sakit.
Perdarahan dari kemaluan (-), mual (-) dan muntah (-).
Kehamilan ektopik (ectopic pregnancy, ectopic gestation dan
eccecyesis) adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi di luar
endometrium rahim. Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah kehamilan
ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus atau pecah dan hal ini dapat
berbahaya bagi wanita tersebut (Rustam Mochtar, 2013: 159).
Kehamilanektopikadalahkehamilandengan ovum yang dibuahi,
berimplantasidantumbuhtidak di tempat yang normal, yaknidalam
endometrium kavumuteri.Kehamilanektopikterganggu (KET)
ialahkehamilanektopik yang terganggu, dapatterjadiabortusatauruptur,
danhalinidapatberbahayabagiwanitatersebut.
Setiapibuhamilberisikoterjadinyapenyakitataupunkomplikasibaikringa
nmaupunberat, yang
dapatmenimbulkanketidaknyamananataupunketidakpuasanbagiibudanbayinya,
kesakitanbahkankematian (Saifuddin, 2010).Berdasarkan data World Health
Organization (WHO) padatahun 2015, 1 dari 250
ibuhamilmengalamikehamilanektopik, 80% dialamiwanitahamilpadausia 35
tahunkeatas, dan 60% dialamiwanitadenganparitaspertamadankedua.
Penyebabkehamilanektopiktelahbanyakdiselidiki, akan tetapi sampai
sekarangmasihbelumdiketahuisecarajelas. Ada beberapa faktor risiko yang
meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik dan kehamilan
ektopik terganggu.
HasilpemeriksanlaboratoriumpadatanggalTanggal03 Januari 2020 Pre
Op didapatkanhasilpemeriksaan HGB : 6,9 g/dL , leukosit : 8.85 /10 3/UI, HCT
: 20,1%, WBC : 297 103/UI, PLT : 10,9 10/uL. APTT : 32.1 Sec, INR : 1.04%
Sec.
Manifestasiklinis yang di alamipasiendengankehamilanektopikyaitu
Amenorrhea, mualsampaimuntahdansebagainya, Amenorrhea
diikutiolehperdarahanmerupakangejala
yangseringdijumpaipadakehamilanektopik.Biasanyaperdarahantidakbanyaktap
icukup lama, dandarahberwarnahitam.Jikamudigahmati,
desiduadapatdikeluarkanseluruhnya.Padapemeriksaanhistologikpadadesiduain
itidakditemukan villus khorialis. Rasa
nyerikiriataukananperutbagianbawahlebihseringditemukan,
Berhubungandengantarikanpada peritoneum dinding tuba
berhubungdenganpembesaran tuba karenakehamilanektopik. Uterus
membesardanlembek, Padakehamilan 2 bulanmungkin di samping uterus yang
membesardapatditemukan tumor yang lembekdanlicin,
akantetapihalitudapatdisebabkankorpusluteumgraviditatisatausuatu tumor
ovarium. Jikaterjadiabortus tuba, dapattimbulperdarahandariuterus yang
berwarnahitam, danrasa nyeri di samping uterus
bertambahkeras.Padapemeriksaan di samping uterus ditemukansebuah tumor
nyeritekan, agaklembekdenganbatas-batas yang tidak rata danjelas.Kadang-
kadang uterus termasukdalam tumor tersebut.KavumDouglasimenonjolke
vagina karenadarah di dalamnya; kadangterabadenganjelashematokelesebagai
tumor agaklembek. Nyeri yang cukupkerasjikaserviks uteri
digerakkan.Jikaterjadiruptur tuba, tampakgambarananemi,
penderitadalamkeadaansyok, dengansuhubadanmenurun, nadicepat,
tekanandarahmenurun, danbagianperifer yang terasadingin.
Perutagakmembesardenganmenunjukkantanda-tandarangsangan peritoneum
dengan rasa nyeri yang
keraspadapalpasi.Kadangditemukancairanbebasdalamronggaperut.
Padapemeriksaanginekologik, uterus
tidakdapatdirabadenganjelaskarenadindingperutmenegangdan uterus
dikelilingiolehdarah.Gerakanpadaserviks uteri nyerisekali,
dankavumDouglasiterangmenonjol.
B. Diagnosakeperawatan
1. Devisit volume cairan yang
berhubungandenganrupturpadalokasiimplantasisebagaiefektindakanpembe
dahan.
2. Perubahanperfusijaringanberhubungandenganpenurunankomponenseluler
yang diperlukanuntukpengirimannutrienke sel.
3. Nyeri yang berhubungandenganruptur tuba fallopi,
pendarahanintraperitonial.
4. Kurangnyapengetahuan yang
berhubungandengankurangpemahamanatautidakmengenalsumber-
sumberinformasi.
SedangkanpadakasusNy. Z Didapatkandiagnosa :
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
6. Kekurangan volume cairan
C. RencanaKeperawatan
Rencanakeperawatandalamteoriyaituberdasarkan NIC-NOC tahun
2015.sedangkanrencanakeperawatandalamkasusyaitujugaberdasarkan SDKI.
Dalamhalinisetiaprencanakeperawatandikembangkanteori yang
didapatdanditerimasecaralogissertasesuaidengankondisiklien.
D. Implementasi
Implementasikeperawatan yang
dilakukanjugadilakukansesuairencanaasuhankeperawatan yang
telahdisusundandisesuaikandengankondisiNy. Z
padamasalahkehamilanEktopikyaitumasalahHambatan mobilitas
fisiktelahdilakukanMengidentifikasigangguanfungsitubuhyang
mengakibatkankelelahan, Memonitorkelelahanfisikdanemosional,
Memonitorpoladan jam tidur, Menyediakanlingkungan yang
nyamandanrendah stimulus, Memberikanaktivitasdistraksi yang
menyenangkan, Menganjurkanmelakukanaktivitassecarabertahap.
MasalahkeperawatannyeriakuttelahdilakukantindakanMengidentifikasilokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitasnyeri,
Mengidentifikasiskalanyeri, Mengidentifikasiresponnyerinon verbal,
Mengidentifikasifaktor yang memperberatdanmemperingannyeri,
Memberikanteknik non farmakologisuntukmengurangi rasa nyeri,
Mengontrollingkungan yang memperberat rasa nyeri,
Memfasilitasiistirahattidur, Kolaborasipemberian.
Masalahkeperawatandefisit volume
cairantelahdilakukantindakanMemonitor status dehidrasi, Memonitor tanda-
tanda vital, Memonitor hasil laboratorium, Memonitor intake dan output
urine, Memberikan cairan oral, Memasang kateter, Menorong keluaraga untuk
membantu pasien makan, Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena,
Kolaborasi dalam pemberian transfusi.
E. EVALUASI
Setelahdilakukanintervensikeperawatandaritanggal03Januarisampai 05
januari2020.
Ny.Ztelahmengalamikemajuan.KeadaanumumNy.Zmenunjukkankeadaanumums
edangdengantingkatkesadaran Compos Mentis.MasalahHambatan mobilitas fisik,
Nyeri akutdandefisit volume cairanmasalahteratasi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan ektopik (ectopic pregnancy, ectopic gestation dan
eccecyesis) adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi di luar
endometrium rahim. Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah kehamilan
ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus atau pecah dan hal ini dapat
berbahaya bagi wanita tersebut (Rustam Mochtar, 2013: 159).
Kehamilanektopikadalahkehamilandengan ovum yang dibuahi,
berimplantasidantumbuhtidak di tempat yang normal, yaknidalam endometrium
kavumuteri.Kehamilanektopikterganggu (KET) ialahkehamilanektopik yang
terganggu, dapatterjadiabortusatauruptur,
danhalinidapatberbahayabagiwanitatersebut :
1. PengkajianAsuhanKeperawatanpadapasienNy.ZdenganKehamilanEktopikdir
uang KB rawatan RSUD AchmadMochtarBukittinggitahun 2020
dapatdilakukandenganbaik. Dan
tidakmengalamikesulitandalammengumpulkan data
2. Pada diagnose
AsuhanKeperawatanpadapasiendengankehamilanEktopikdiruang KB rawatan
RSUD AchmadMochtarBukittinggitahun 2020 dapatdirumuskan 3
diagnosapadatinjauankasus
3. Padaperencanaanasuhankeperawatanpadapasiendengankehamilanektopikdiru
ang KB rawatan RSUD AchmadMochtarBukittinggitahun 2020
semuaperencaandapatdirencanakanpadatinjauankasus.
4. Padaimplementasiasuhankeperawatanpasiendengankehamilanektopikdiruang
KB rawatan RSUD AchmadMochtarBukittinggitahun 2020
hampirsemuadapatdilakukan, namunadabeberaparencanatindakan yang
penulistidaklakukantetapidilakukanpadaperawatruangantersebut.
5. Evaluasipasiendengankehamilanektopikdiruang KB rawatan RSUD
AchmadMochtarBukittinggitahun 2020 dapatdilakukandan 3 diagnosa
hamper semuamasalahteratasidanklienbolehpulang.
B. Saran
1. BagiMahasiswa
Diharapkanbagimahasiswadapatmencariinformasidanmemperluanwawasa
nmengenaikehamilanektopikkarenadenganadanyapengetahuandanwawasa
n yang
luasmahasiswaakanmampumengembangkandiridalammasyarakatdanmem
berikanpendisiskankesehatanbagimasyarakatmengenaikehamilanektopikd
anfaktorfaktorpenvetusnyaseratbagaimanapencegahanpadakasustersebut.
2. BagiRumahSakit
Untukmencegahmeningkatnyakehamilanektopikdiberiinformasi yang
memadaimengenaikehamilanektopiksindirdanaspek-
aspeknyadengandiperolehnyainformasi yang
cukupmakapencegahapapundapatdilakukandengansegera. Dan
adapununtukpasien yang
mengalamiataumenderitakehamilanektopikmakaharusdilakukan TTV
danpemantauankeadaanumum.
3. BagiIntitusiPendidikan
Peningkatankualitasdanpengembanganilmumahasiswamelaluistudikasus
agar dapatmenerapkanasuhankeperawatansecarakomperhensif.
DAFTAR PUSTAKA
http://atenvincentskep.blogspot.com/2009/10/askep-kehamilan-ektopik-
terganggu.html
http://www.koranplus.com/forum/medical-info/13867.html
Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid I. Media
Aesculapius FKUI