Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

KD

DENGAN MASALAH BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF

MELALUI TINDAKAN FISIOTHERAPI DADA

PADA KASUS BRONCHOPNEUMONIA

DI RUANG MTBS

UPTD PUSKESMAS NUSA PENIDA III

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

LUH EKA PUTRI WIDHIANTARI

PEMINATAN RUANG ANAK

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA USADA BALI

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa sekarang ini perkembangan ilmu dan teknologi sangat

berpengaruh dalam berbagai bidang kehidupan yaitu salah satunya dalam

bidang kesehatan. Dengan adanya hal tersebut, berbagai upaya telah

dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan di masyarakat, khususnya

kesehatan anak. Kesehatan anak diselenggarakan untuk mewujudkan

pertumbuhan dan perkembangan anak. Tumbuh kembang anak merupakan

hasil dari interaksi antara faktor genetik, lingkungan, bio-psiko-sosial, dan

prilaku yang saling berkaitan. Ketiga faktor tersebut dapat mempengaruhi

terjadinya penyakit. Penyakit infeksi yang sering menimbulkan kematian yaitu

penyakit saluran pernafasan salah satunya seperti bronkopneumonia, dimana

anak usia balita merupakan golongan usia yang paling rawan terhadap

penyakit tersebut hal ini berkaitan dengan fungsi protektif atau immunitas

anak (Wong, 2012).

Bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan aspirasi

benda asing. Kasus ini biasa ditandai dengan suhu tubuh meningkat, sesak,

lemah dan batuk disertai spuntum. Bronkhopneumonia yang tidak ditangani

dengan baik akan menimbulkan komplikasi seperti pelebaran bronkus local

yang bersifat patologis (bronkiektaksis), selaput paru terisi cairan atau nanah
(efusi pleura dan empiema), defisiensi oksigen darah (hipoksemia akibat

gangguan difusi).

Menurut data WHO terdapat sekitar 156 juta pertahun kasus baru

pneumonia anak diseluruh dunia, 61 juta kasus yang terjadi di regio Asia

Tenggara, dan diperkirakan sekitar 3,1 juta pertahun kasus kematian anak

dibawah umur 5 tahun, bahkan UNICEF dan WHO menyebutkan pneumonia

sebagai kematian tertinggi anak balita, melebihi penyakit – penyakit lain

seperti campak, malaria serta AIDS (Ghimire, Bhattacharya, & Narain, 2012).

Sedangkan di Indonesia, pada tahun 2017 pneumonia merupakan penyebab

kematian balita terbesar kedua, sedangkan pada tahun 2018 terdapat 19.000

(16%) balita meninggal karena pneumonia (UNICEF, 2020).

Data dari penelitian Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) RI tahun 2018

menunjukkan adanya peningkatan prevalensi, atau jumlah penderita

pneumonia dibanding pada tahun 2013 dimana pada tahun 2018 yaitu sekitar

2% sedangkan pada tahun 2013 adalah 1,8% (RISKESDAS, 2018).

Berdasarkan Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Bali cakupan

Pneumonia Balita pada tahun 2017 di Kabupaten Klungkung sebesar 22,5%

dimana Kabupaten Klungkung menduduki peringkat ketiga setelah Kabupaten

Gianyar dan Karangasem (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2018).

Dilihat catatan medik UPTD Puskesmas Nusa Penida III, pada tiga

bulan terakhir sebelum pengkajian yaitu dari Bulan Oktober sampai

Desember 2020 didapatkan jumlah pasien anak yang dirawat di UPTD

Puskesmas Nusa Penida III sebanyak 350 orang dan jumlah pasien anak ke
ruang MTBS sebanyak 154 orang dengan penyakit saluran pernafasan 68

orang (44,15%). Dari 68 orang yang menderita gangguan sistem pernafasan

sebanyak 61 orang (89,70%) dengan bronkopneumonia dan 5 orang (8,19%)

dengan penyakit sistem pernafasan lainnya dan tidak ada pasien yang

meninggal karena penyakit pernafasan selama dirawat di ruang MTBS.

Anak dengan bronchopneumonia sering menjadi sangat lemah karena

penyakit yang berkepanjangan dan kerusakan status nutrisi. Hal ini karena

anak susah untuk makan yang pada akhirnya anak mengalami penurunan berat

badan. Selera makan anak mungkin terganggu karena keletihan akibat batuk,

pembentukan sputum, nyeri dada atau status kelemahan secara umum. Sputum

atau dahak yang tidak dikeluarkan akan menggangu bersihan jalan nafas

(Nariarti, 2020).

Penanganan pada pasien dengan bronchopneumonia ada dua yaitu

secara farmakologis dan non farmakologis. Secara non farmakologis yaitu

dengan memberikan terapi fisioterapi dada yang merupakan tindakan yang

dilakukan pada pasien yang mengalami retensi sekresi dan gangguan

oksigenasi yang memerlukan bantuan untuk mengencerkan atau mengeluarkan

sekresi. Surpraba (2016) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pasien

menunjukkan kepatenan/kelonggaran jalan nafas, secret sudah bisa keluar

setelah diberikan tindakan. Adanya pengaruh tindakan fisioterapi dada dalam

mengefektifkan jalan nafas.

Dengan pemberian terapi yang tepat biasanya dapat terjadi pemulihan

yang sempurna pada kasus Bronkhopneumonia, meskipun pada beberapa


kasus mungkin sulit, seperti kerusakan dan nekrosis jaringan dapat

menyebabkan terbentuknya abses, pus dapat tertimbun di rongga pleura dan

menimbulkan empiema, organisasi eksudat intraalveolus dapat mengubah paru

menjadi jaringan fibrosa yang padat, dan bakterimia dapat menyebabkan

meningitis, artitris, atau endokarditis infeksiosa (Kumar et al., 2011).

Fisoterapi dada dalam hal ini merupakan teknik untuk mengeluarkan secret

yang berlebihan atau material yang teraspirasi dari dalam saluran respirasi,

sehingga fisioterapi dada tidak hanya mencegah obstruksi, tetapi juga

mencegah rusaknya saluran pernafasan. Serangkaian tindakan postural

drainase membantu menghilangkan kelebihan mukus kental dari paru ke

dalam trakea yang dapat dibatukkan keluar (Maidartati, 2014).

Berdasarkan hasil analisa diatas maka penulis ingin mengambil judul

“Analisis Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Masalah Bersihan Jalan

Nafas Tidak Efektif Melalui Tindakan Fisiotherapi Dada Kasus

Bronchopneumonia di Ruang MTBS UPTD Puskesmas Nusa Penida III"

dengan harapan semoga nantinya hasil dari laporan kasus ini dapat membantu

pembaca dan institusi terkait di dalam memberikan asuhan keperawatan pada

pasien dengan kasus-kasus bronkopneumonia.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang dibahas dalam laporan kasus ini adalah gambaran

analisa asuhan keperawatan pada An. KD dengan masalah bersihan jalan


nafas tidak efektif pada kasus bronkopneumonia di ruang MTBS UPTD

Puskesmas Nusa Penida III

C. Tujuan Karya Ilmiah

Adapun tujuan penulisan pada laporan kasus ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Menganalisis asuhan keperawatan pada An. KD dengan masalah

bersihan jalan nafas tidak efektif pada kasus bronchopneumonia di Ruang

MTBS UPTD Puskesmas Nusa Penida III

2. Tujuan Khusus :

a. Memaparkan karakteristik pada An. KD dengan masalah bersihan jalan

nafas tidak efektif pada kasus bronchopneumonia

b. Memaparkan masalah keperawatan pada An. KD dengan masalah

bersihan jalan nafas tidak efektif pada kasus bronchopneumonia.

c. Memaparkan hasil intervensi pada An. KD dengan masalah bersihan

jalan nafas tidak efektif pada kasus bronchopneumonia.

d. Memaparkan hasil implementasi pada An. KD dengan masalah

bersihan jalan nafas tidak efektif pada kasus bronchopneumonia.

D. MANFAAT KARYA ILMIAH

1. Puskesmas

Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan khususnya perawat yang ada di

Puskesmas dalam mengambil langkah-langkah kebijakan dalam rangka


meningkatkan pelayanan keperawatan pada anak dengan

Bronkopneumonia.

2. Bagi Institusi

Sebagai bahan ilmiah dan sumber informasi bagi institusi dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan pada masa yang akan datang

3. Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai acuan dalam mengembangkan profesi keperawatan khususnya

asuhan keperawatan pada anak dengan Bronkopneumonia

4. Bagi Penulis

Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Profesi

Ners. Hal yang penting bagi penulis adalah sebagai bahan evaluasi

tentang penetapan konsep perawatan yang didapatkan selama pendidikan

ke dalam praktek keperawatan secara nyata.

Anda mungkin juga menyukai