Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KONSEP KEBIDANAN

TENTANG
KONSEP IMUNOLOGI
DOSEN PENGAJAR : NURBAETY, S.SiT,M.KM AN

DI SUSUN OLEH :
NAMA ANGGOTA :
1.Ade Aulia Furi Putri
2.Nurlaela

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


AKBID HARAPAN BUNDA BIMA
2022-2023
Kata pengantar
Assamalualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kita begitu banyak Nikmat dan Rahmat-Nya, sehingga dengan nikmatnya itu penulis dapat
menyelesaikan Mata kuliah Askep Persalinan Dan Menyusui ini yang berjudul “Peran Dan
Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas” dengan baik tanpa ada satu halangan apapun
Penulis masih mengharapkan kritik dan sarannya untuk perbaikan makalahini selanjutnya"
Penulis berharap makalah ini dapat membantu untuk memperluas pembahasan kita dibidang ini
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada yang telah membantu dalam penulisan
makalah ini, sehingga penulis memiliki dasar ilmu yang dapat digunakan dalam penyusunan
makalah ini" Semoga makalah ini dapat  berguna bagi kita semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Bima , 19 September 2022

Penyusun.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................................3

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................4

C.Tujuan ...........................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas………….…….……….6

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama 4-6 minggu. Periode
nifas merupakan masa kritis bagi ibu, diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan
terjadi setelah persalinan, yang mana 50% dari kematian ibu tersebut terjadi dalam 24 jam
pertama setelah persalinan. Selain itu, masa nifas ini juga merupakan masa kritis bagi bayi, sebab
dua pertiga
Kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir
terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir.Masa post partum atau nifas adalah masa sesudah
persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil,masa nifas berlangsung selama 6 minggu (Saifuddin, et al, 2002).
Seorang ibu mulai berfikiran tentang proses melahirkan yang menakutkan dan timbul
kekhawatiran. Bila hal tersebut tidak segera di tangani maka akan menyebabkan penyempitan
pembuluh darah sehingga aliran darah yang membawa oksigen ke rahim menjadi berkurang
kemudian terjadi penurunan kontraksi yang akan menyebabkan panjangnya lama persalinan
(Guyton, 2008). Kejadian seperti
Ini menyebabkan makin lamanya proses persalinan sehingga janin dapat mengalami
kegawatan (fetal distress) (Yanti, 2010). Dampak yang ditimbulkan antara lain infeksi post
partum, ruptur uteri, dan cincin retraksi yang sangat membahayakan ibu dan janin sehingga
meningkatkan resiko kematian ibu danneonatus (Prawirohardjo, 2008).
Beberapa hal yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu berpangkal pada
kompleksnya permasalahan yang melatar belakangi yaitu, terlalu muda atau terlalu tua untuk
melahirkan, tidak melakukan pemeriksaan kehamilan dengan teratur, banyaknya persalinan yang
di tolong oleh tenaga non professional, masih terdapat persalinan yang di lakukan di rumah dan
paritas yang tinggi.
Ada tiga hal yang berpengaruh terhadap proses terjadinya kematian ibu yang biasanya di
awali dari komplikasi persalinan dan nifas yang tidak di tangani atau di ketahui secara dini.
Proses yang paling dekat terhadap kejadian kematian ibu, disebut sebagai determinan dekat yaitu
kehamilan itu sendiri dan komp|ikasi yang terjadi dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas.
Wanita yang hamil memiliki risiko untuk mengalami komplikasi, baik komplikasi kehamilan
maupun komplikasi persalinan, sedangkan wanita yang tidak hamil tidak memiliki risiko tersebut
(Misar, 2012).
Pendarahan menjadi salah satu penyebab besarnya angka kematian ibu. Sebagian besar
kasus perdarahan dalam masa nifas terjadi karena retensio plasenta (terlambatnya kelahiran
plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi) dan atonia uteri (Uteri tidak berkontraksi
dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan
Fundus uteri (plasenta telah lahir) (UNDP, 2004). Ripley (1999) juga mengatakan bahwa
sebab paling umum dari perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam setelah
melahirkan ialah atonia uteri (kegagalan rahim berkontraksi setelah melahirkan).
Masalah kesehatan ibu dan anak tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan
lingkungan di dalam masyarakat tempat mereka berada. Disadari atau
Tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan tradisional seperti konsepAngka kematian
bayi hasil SDKI 2012 adalah 32 kematian per 1000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah
40 kematian per 1000 kelahiran hidup dan mayoritas kematian bayi terjadi pada neonatus. Pada
tahun 2012 Angka kematian bayi tertinggi di Indonesia diduduki oleh Gorontalo dan Papua Barat
dengan jumlah kematian 67 jiwa dan 74 jiwa dari 1.283 jiwa (SDKI, 2012).

B. Rumusan masalah
1.Mengetahui bagaimana peran bidan?
2.Bagaimana tanggung jawab seorang bidan?
3.Peran bidan dalam masa nifas?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Hubungan peran bidan sebagai pelaksana
2. Untuk mengetahui Hubungan peran bidan sebagai pengelola terhadapPemulihan
ibu
3. Untuk mengetahui Hubungan peran bidan sebagai pendidik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas

Bidan adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang
telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang telah berlaku, dicatat
(registrasi), diberi izin secara sah untuk menjalankan praktek (Nazriah, 2009).
Definisi bidan menurut Ikatan Bidan Indonesia atau IBI (2006) adalah seorang wanita
yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan yang telah diakui pemerintah dan lulus
ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan diberi izin secara sah untuk melaksanakan
praktek, Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan kebidanan di masyarakat, bidan diberi
wewenang oleh pemerintah sesuai dengan wilayah pelayanan yang diberikan. Wewenang
tersebut berdasarkan peraturan Menkes RI.Nomor 900/Menkes ISK/VII/2002 tentang registrasi
dan praktek bidan.
 Perubahan Fisiologis Masa Post partum
1. Perubahan Sistem Reproduksi
Perubahan Uterus Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar. Hal ini
menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (plasental site) sehingga jaringan
perlekatan antara plasenta dan dinding uterus, mengalami nekrosis dan lepas. Ukuran uterus
mengecil kembali (setelah 2 hari pasca persalinan, setinggi sekitar umbilikus, setelah 2 minggu
masuk panggul, setelah 4 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil). Perubahan vagina dan
perineum Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan- lipatan atau kerutan-
kerutan) kembali.
2. Perubahan pada Sistem Pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan.Hal ini umumnya karena makan padat
dan kurangnya berserat selama persalinan. Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap
menyantap makanannya dua jam setelah persalinan. Kalsium sangat penting untuk gigi pada
kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium
karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang dikandungnya untuk
proses pertumbuhan juga pada ibu dalam masa laktasi (Saleha, 2009).
3. Perubahan Perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung pada (1)
Keadaan/status sebelum persalinan (2) lamanya partus kala II dilalui (3) besarnya tekanan kepala
yang menekan pada saat persalinan. Disamping itu, dari hasil pemeriksaan sistokopik segera
setelah persalinan tidak menunjukkan adanya edema dan hypertemia dinding kandung kemih,
akan tetapi sering terjadi exstravasasi (extravasation, artinya keluarnya darah dari pembuluh-
pembuluh darah di dalam badan) ke mukosa. (Suherni dkk, 2009).
4. Perubahan dalam Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin, terutama
pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut. Oksitosin diseklerasikan dari
kelenjer otak bagian belakang. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam
pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi
dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin.
Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi 38oC, sebagai akibat
meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal jika terjadi peningkatan suhu 38oC
yang menetap 2 hari setelah 24 jam melahirkan, maka perlu dipikirkan adanya infeksi seperti
sepsis puerperalis (infeksi selama post partum), infeksi saluran kemih, endometritis (peradangan
endometrium), pembengkakan payudara, dan lain-lain.
Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering ditemukan adanya bradikardia 50-
70 kali permenit (normalnya 80-100 kali permenit) dan dapat berlangsung sampai 6-10 hari
setelah melahirkan. Takhikardia kurang sering terjadi, bila terjadi berhubungan dengan
peningkatan kehilangan darah dan proses persalinan yang lama. Selama beberapa jam setelah
melahirkan, ibu dapat mengalami hipotensi orthostatik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai
dengan adanya pusing segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam pertama.
(Maryunani, 2009)

 Peran Bidan dalam Perawatan Ibu Melahirkan


Selama ibu berada pada masa nifas, paling sedikit 3 kali bidan harus melakukan kunjungan,
dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani masalah-masalah yang terjadi. Seorang bidan pada saat memberikan asuhan kepada
ibu dalam masa nifas, ada beberapa hal yang harus dilakukan, akan tetapi pemberian asuhan
kebidanan pada ibu masa nifas tergantung dari kondisi ibu sesuai dengan tahapan
perkembangannya yaitu:

1) Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan): Mencegah perdarahan masa nifas karena at
onia uteri; Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan; rujuk bila perdarahan berl
anjut; Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana cara
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri; Pemberian ASI awal; Melakukan hu
bungan antara ibu dan bayi baru lahir; Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hi
potermi; Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan ba
yi baru lahir 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan se
hat.

2) Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan): Memastikan involusi uterus berjalan normal;
uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada
bau; Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal; Memastikan
ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat; Memastikan ibu menyusui dengan ba
ik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit; Memberikan konseling pada ibu menge
nai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari

3) Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan), sama seperti kunjunganhari ke-6 dan kunj
ungan hari ke-4 (6 minggu setelah persalinan): Menanyakan pada ibu tentang penyulit-pe
nyulit yang ia atau bayi alami; Memberikan konseling untuk KB secara dini (Suherni, 200
9).

Menurut Varney (2008) ada 7 langkah dalam manajemen kebidanan yaitu Tahap
Pengumpulah Data Dasar. Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data
dilakukan dengan cara :
A. Anamnesis. Dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehat
an, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas, bio-psiko-sosial-spiritual, serta pengetahua
n klien.
B. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi
1. Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auscultasi, dan perkusi )
2. Pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi/USG, dan cacatan terbaru serta
catatan sebelumnya).
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan
interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Rumusan
diagnosis dan masalah keduanya digunakan
karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosis tetapi tetap membutuhkan
penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai
diagnosis. Diagnosis kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnose kebidanan.
Standar nomenklatur diagnosis kebidanan :
a. Diakui dan telah disahkan oleh profesi.
b. Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan.
c. Memiliki cirri khas kebidanan.
d. Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan.
e. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
 Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial dan Mengantisipasi Penanganan
nya.
Pada langkah ini bidan mengidantifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial
berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan
bersiap-siap mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi.
Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial,
tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan
antisipasi agar masalah atau diagnosis potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar
merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis.
Kaji ulang apakah diagnosis atau masalah potensial yang diidentifikasi sudah tepat.
Menetapkan Kebutuhan TerhadapTindakanSegera
Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau tenaga
konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari preeklampsia, kelainan panggul,
adanya penyakit jantung, diabetes, atau masalah medic yang serius, bidan memerlukan konsultasi
atau kolaborasi dengan dokter. Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja
sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir.
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnose
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap
dapat dilengkapi.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan
benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi
tentang apa yang akan dilakukan klien.
 Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman.
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruh
oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak
melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaannya,
misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.
Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien
yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien
adalah tetap bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang
menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dan asuhan klien. Kaji ulang apakah semua rencana asuha telah
dilaksanakan.
 Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian belum
efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang
berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif
melalui manajemen tidak efektif serta melakukan penyusaian terhadap rencana asuhan tersebut.
Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas
proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena
proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir
tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi
dalam tulisan saja

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan peneliti menemukan bahwa responden yang
merasa bahwa peran bidan sebagai pelaksana sudah baik lebih banyak responden yang
mengalami pemulihan kesehatan sehat, hal ini karena bidan menjalankan perannya sebagai
pelaksana dengan baik, dimana setiap anjuran bidan semua di laksanakan oleh ibu dengan teratur
dan baik sehingga pasca persalinan ibu lebih cepat mengalami kesembuhan.
Sedangkan peran bidan sebagai pelaksana kurang baik lebih banyak responden yang
mengalami pemulihan kesehatan tidak sehat, hal ini karena bidan menjalankan perannya sebagai
pelaksana dengan kurang, sehingga ibu kurang mengerti maksud dari bidan dan tidak
melaksanakan semua anjuran bidna dengan baik sehingga ksembuhan ibu pasca perslinan tidak
sembuh.
Sebagai pelaksana bidan memiliki tiga kategori tugas yaitu (1) tugas mandiri yaitu
Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan klien
/keluarga dan Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa nifas dengan melibatkan
klien /keluarga.
Tugas kolaborasi yaitu Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan
dengan resiko tinggi dan keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan
tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga dan Memberikan asuhan kebidanan
pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan.

DAFTAR PUSTAKA
Repository.utu.ac.ad. www.academia.edu
Agustin,Rina 2016.perbedaan pemgembalan kesuburan
Asuhan kebidanan nifas.yogyakakarta nuha medika.anggriani,mekar dwi dan hartati.2009

Anda mungkin juga menyukai