Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

ASUHAN PADA IBU DAN BAYI PADA MASA INTRAPARTUM DAN


POSTNATAL TANPA KOMPLIKASI

Disusun Oleh :

1. Qurrota A’yuni Azizah G2E221021


2. Fitri Hidayah G2E221023
3. Rossidah G2E221024
4. Siti Nurhidayati G2E221026
5. Siti Sofiatun G2E221029
6. Rizqi Megawati G2E221034
7. Eka Retno Wulandari G2E221030
8. Adinda Paramita Dewi G2E221031
9. Evi Jayanti G2E221037
10. Laelatul Ladiyah G2E221038
11. Rizqi Awaliyah G2E221040

DOSEN PEMBIMBING :
Siti Istiana, S.ST, M.Kes

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah segala puji dan syukur bagi Allah SWT. dan sholawat
serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhamad SAW.
yang telah melimpahkan rahmat, dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan pada ibu dan bayi pada
masa intrapartum dan postnatal tanpa komplikasi” tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Praktik Kebidanan. Selesainya penyusunan makalah ini berkat bantuan
serta bimbingan dari berbagai pihak yang berperan serta dari awal
sampai akhir.
Dalam makalah ini kami mengakui masih banyak kekurangan
karena pengalaman yang kami miliki masih kurang. Kami berharap
kepada para pembaca makalah ini bisa praktekkan dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya. Semoga Allah
SWT. senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul ...........................................................................................i


Kata pengantar ..........................................................................................ii
Daftar isi ....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................................................................1
B. Tujuan ............................................................................................2
C. Manfaat ..........................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teori.................................................................................4
B. Asuhan Kebidanan Pada Intrapartum.............................................18
C. Asuhan Kebidanan Pada Postnatal................................................26

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .....................................................................................29
B. Saran .............................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................30

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indikator derajat Kesehatan suatu negara Salah satunya
ditentukan oleh tingginya angka kematian ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB). Semakin rendah AKI dan AKB maka semakin
baik derajat Kesehatan suatu negara. Jumlah AKI di Indonesia masih
tinggi dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya.
Data dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017
jumlah AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Data dari
Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015, jumlah AKI
sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini dikatakan masih
tinggi, karena masih jauh dari target yang diharapkan yaitu AKI
sebesar 70 per 100.000 kelahiran hidup sesuai program dari
Sustainable Development Goals (SDG’s) (Ervi Indriyaswari, 2021)
Intrapartum merupakan suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi atau pengeluaran bayi yang cukup bulan atau mendekati
cukup bulan yang dapat hidup diluar kandungan, dan disusul dengan
pengeluaran plasenta baik secara spontan maupun dengan bantuan.
Postnatal atau pasca persalinan merupakan seorang ibu
dimana berada dalam masa pemulihan alat – alat reproduksinya
hingga kembali seperti sebelum hamil yang biasanya terjadi antara
4-6 minggu dan pada masa ini erat kaitannya dengan masa
menyusui dengan memberikan Air Susu Ibu (ASI).
Asuhan kebidanan merupakan serangkaian kegiatan yang
didasarkan pada proses pengambilan keputusan dan tindakan yang
dilakukan oleh seorang bidan sesuai dengan kewenangan dan ruang
lingkup praktik berdasarkan standar asuhan kebidanan. Asuhan
kebidanan diberikan oleh seorang bidan sejak masa persalinan
hingga masa nifas atau pasca persalinan (Satriani, 2021).

1
Oleh karena itu untuk melanjutkan program pemerintah
berkaitan dengan usaha meningkatkan kesehatan ibu dan anak,
maka Bidan diharuskan memberikan pelayanan kebidanan secara
berkesinambungan (Continuity of Care) mulai dari antenatalcare,
intranatalcare, bayi baru lahir dan neonatal, potsnatalcare, sampai
keluarga berencana yang berkualitas. Seorang bidan diharapkan
melakukan praktik. kebidanan dengan pendekatan fisiologis,
menerapkan dan mengembangkan model praktik bidan berdasarkan
Evidence Based Practice. Hal ini berdasarkan rekomendasi WHO
bahwa asuhan kebidanan model Continuity of Care (CoC) meliputi
kesinambungan perawatan, memantau kesejahteraan fisik,
psikologis spiritual dan sosial wanita dan keluarga selama siklus
melahirkan, memberikan wanita pendidikan, konseling dan ANC
individual, kehadiran selama persalinan, kelahiran dan periode
pascapartum langsung oleh bidan, dukungan berkelanjutan selama
periode pasca melahirkan, meminimalkan intervensi teknologi yang
tidak perlu, dan mengidentifikasi, merujuk dan mengkoordinasikan
perawatan untuk wanita yang membutuhkan perhatian kebidanan
atau spesialis lainnya (Felia Julianti Fitri, 2020).
Berdasarkan uraian diatas, dalam makalah ini akan membahas
tentang asuhan yang diberikan kepada ibu dan bayi pada masa
intrapartum dan postnatal tanpa komplikasi.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tentang asuhan yang diberikan pada ibu dan
bayi dimasa intrapartum tanpa komplikasi
2. Untuk mengetahui tentang asuhan yang diberikan pada ibu dan
bayi dimasa postnatal tanpa komplikasi

2
C. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini, yaitu :
1. Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan mahasiswa mengetahui tentang asuhan
pada ibu dan bayi pada masa intrapartum dan postnatal tanpa
komplikasi
2. Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini diharapkan mampu menambah referensi dan bahan
informasi mengenai asuhan pada ibu dan bayi pada masa
intrapartum dan postnatal tanpa komplikasi
3. Bagi Masyarakat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
terhadap masyarakat tentang asuhan pada ibu dan bayi pada
masa intrapartum dan postnatal tanpa komplikasi

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI
1. INTRAPARTUM
a. Definisi Persalinan
Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang
dimulai secara spontan beresiko rendah pada awal persalinan
dan tetap demikian selama proses persalinan, bayi dilahirkan
spontan dengan presentasi belakang kepada pada usia
kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah
persalinan ibu dan bayi dalam keadaan baik.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada
ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2000)
Dari kesimpulan di atas dapat di kemukakan bahwa persalinan
normal adalah proses pengeluaran janin yang cukup bulan,
lahir secara spontan dengan presentasi belakang kepala, di
susul dengan pengeluaran plasenta dan selaput ketuban dari
tubuh ibu, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin.
Adapun bentuk persalinan berdasarkan tekhnik persalinan
yaitu :
1) Persalinan spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri melalui jalan lahir.
2) Persalinan buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari luar
dengan ekstraksi forceps, ekstraksi vakum dan section
sesaria.
3) Persalinan anjuran, yaitu persalinan tidak dimulai dengan
sendirinya tetapi berlangsung setelah memecahkan
ketuban, pemberian pitocin prostaglandin

b. Patofisiologi Persalinan
1) Tanda – tanda persalinan sudah dekat
Sebelum terjadi persalinan, beberapa minggu sebelumnya
wanita memasuki “bulannya” atau “minggunya” atau

4
“harinya” yang di sebut dengan kala pendahuluan. Ini
memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
a) Lightening
Pada minggu ke 36 pada primigravida terjadi
penurunan fundus karena kepala bayi sudah memasuki
pintu atas panggul yang disebabkan oleh : Kontraksi
braxton hicks, ketegangan otot, ketegangan
ligamentum rotundum dan gaya berat janin kepala
kearah bawah.
b) Terjadinya his permulaan
Makin tua usia kehamilan pengeluaran progesterone
dan estrogen semakin berkurang sehingga oksitosin
dapat menimbulkan kontraksi, yang lebih sering yang
disebut his palsu, sifat his palsu yaitu rasa nyeri ringan
dibagian bawah, datanganya tidak teratur, tidak ada
perubahan serviks, durasinya pendek, tidak bertambah
jika beraktivitas.
2) Tanda- tanda persalinan
a) Timbulnya his persalinan ialah his pembukaan dengan
sifat-sifatnya sebagai berikut : Nyeri melingkar dari
punggung memancar ke perut bagian depan, teratur,
makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat
intensitasnya, jika dibawa berjalan bertambah kuat, dan
mempunyai pengaruh pada pendataran atau
pembukaan serviks
b) Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui
vagina)
Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks
yang menimbulkan pendataran dan pembukaan, lendir
yang terdapat di kanalis servikalis lepas, kapiler
pembuluh darah pecah, yang menjadikan darah sedikit
c) Dengan pendataran dan pembukaan
Lendir dari canalis servikalis keluar di sertai dengan
sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabnya
karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah
segmen bawah rahim hingga beberapa kapiler terputus
d) Pengeluaran cairan
Terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban
robek. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang
pembukaan lengkap tetapi kadang ketuban pecah pada

5
pembukaan kecil, hal ini di sebut dengan ketuban
pecah dini

c. Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan


Keberhasilan proses persalinan dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu faktor ibu (power, passage, psikologis), faktor
janin, plasenta dan air ketuban (passenger), dan faktor
penolong persalinan. Hal ini sangat penting, mengingat
beberapa kasus kematian ibu dan bayi yang disebabkan oleh
tidak terdeteksinya secara dini adanya salah satu dari factor-
faktor tersebut.
1) Power (Tenaga/Kekuatan)
a) His (Kontraksi Uterus)
Merupakan kekuatan kontraksi uterus karena otot-otot
polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna. Sifat
his yang baik adalah kontraksi simetris, fundus
dominial, terkordinasi dan relaksasi. Kontraksi ini
bersifat involunter karena berada dibawah saraf
intrinsic.
b) Tenaga mengedan
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah atau
dipecahkan, serta sebagaian presentasi sudah berada
di dasar panggul, sifat kontraksinya berubah, yakni
bersifat mendorong keluar dibantu dengan keinginan
ibu untuk mengedan atau usaha volunteer. Keinginan
mengedan ini di sebabkan karena, kontraksi otot-otot
dinding perut yang mengakibatkan peninggian
tekanan intra abdominial dan tekanan ini menekan
uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan
untuk mendorong keluar, tenaga ini serupa dengan
tenaga mengedan sewaktu buang air besar (BAB) tapi
jauh lebih kuat, saat kepala sampai kedasar panggul
timbul reflex yang mengakibatkan ibu menutup
glotisnya, mengkontraksikan otot-otot perut dan
menekan diafragmanya kebawah, tenaga mengejan
ini hanya dapat berhasil bila pembukaan sudah
lengkap dan paling efektif sewaktu ada his dan tanpa
tenaga mengedan bayi tidak akan lahir

6
2) Passage (Jalan Lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri
dari rongga panggul, dasar panggul, serviks, dan vagina.
Syarat agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir
tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus
normal
3) Passenger (Janin, Plasenta, dan Air Ketuban)
a) Janin
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir
merupakan akibat interaksi beberaapa faktor, yakni
kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin
b) Plasenta
Plasenta juga harus melewati jalan lahir maka dia di
anggab sebagai bagian dari passenger yang
menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat
proses persalinan normal
c) Air ketuban
Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu
membran yang kuat dan ulet tetapi lentur. Amnion
adalah jaringan yang menentukan hampir semua
kekuatan regangan membran janin, dengan demikian
pembentukan komponen amnion yang mencegah
ruptur atau robekan. Penurunan ini terjadi atas 3
kekuatan yaitu salah satunya adalah tekanan dari
cairan amnion dan juga saat terjadinya dilatasi serviks
atau pelebaran muara dan saluran serviks yang terjadi
di awal persalinan, dapat juga karena tekanan yang
ditimbulkan oleh cairan amnion selama ketuban masih
utuh
4) Factor psikis (Psikologi)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada
saat itulah benar-benar terjadi realitas, “kewanitaan sejati”
yaitu munculnya rasa bangga bisa melahirkan atau
memproduksi anak.
a) Psikologis meliputi : Kondisi psikologis ibu sendiri,
emosi dan persiapan intelektual, pengalaman
melahirkan bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dan
dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.
b) Sikap negative terhadap persalinan di pengaruhi oleh :
Persalinan semacam ancaman terhadap keamanan,

7
persalinan semacam ancaman pada self-image,
medikasi persalinan, dan nyeri persalinan dan kelahiran
5) Pysican (Penolong)
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah
bidan, yang mengantisipasi dan menangani komplikasi
yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Tidak hanya
aspek tindakan yang di berikan, tetapi aspek konseling
dan meberikan informasi yang jelas dibutuhkan oleh ibu
bersalin utuk mengurangi tingkat kecemasan ibu dan
keluarga.

d. Tahap Persalinan
Pada proses persalinan menurut (Mochtar,R, 2001) di bagi 4
kala yaitu :
1) Kala 1 : Kala pembukaan
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi
pembukaan lengkap (10 cm). Dalam kala pembukaan
dibagi menjadi 2 fase :
a) Fase laten
 Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap
 Pembukaan kurang dari 4 cm
 Biasanya berlangsung kurang dari 8 jam
b) Fase aktif
 Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat (kontraksi adekuat / 3 kali atau lebih
dalam 10 menit dan berlangsung selama 40 detik
atau lebih)
 Serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan
kecepatan 1cm/lebih perjam hingga pembukaan
lengkap (10)
 Terjadi penurunan bagian terbawah janin
 Berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 fase,
yaitu :
Berdasarkan kurva friedman :
 Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam
pembukaan menjadi 4cm
 Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2
jam pembukaan berlangsung cepat dari 4
menjadi 9 cm

8
 Periode diselerasi, berlangsung lambat dalam
waktu 2 jam pembukaan 9cm menjadi 10cm /
lengkap

2) Kala II : Kala pengeluaran janin


Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan
mengejan mendorong janin hingga keluar. Pada kala II ini
memiliki ciri khas :
a) His terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3
menit sekali
b) Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan
secara reflektoris menimbulkan rasa ingin mengejan
c) Tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAB
d) Anus membuka
Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva
membuka dan perineum meregang, dengan his dan
mengejan yang terpimpin kepala akan lahir dan diikuti
seluruh badan janin.
Menurut Kismoyo (2014) lama pada kala II ini pada primi
dan multipara berbeda yaitu :
a) Primipara kala II berlangsung sekitar 2 jam
b) Multipara kala II berlangsung sekitar 1 jam
Pimpinan persalinan
Ada 2 cara ibu mengejan pada kala II yaitu menurut dalam
letak berbaring, merangkul kedua pahanya dengan kedua
lengan sampai batas siku, kepala diangkat sedikit sehingga
dagu mengenai dada, mulut dikatup; dengan sikap seperti
diatas, tetapi badan miring kearah dimana punggung janin
berada dan hanya satu kaki yang dirangkul yaitu yang
sebelah atas (JNPKR dan Depkes, 2002)

3) Kala III : Kala uri


Yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri
(plasenta). Setelah bayi lahir kontraksi rahim berhenti
sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi
pusat dan berisi plasenta  yang menjadi tebal 2 kali
sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his
pengeluaran dan pelepasan uri, dalam waktu 1 – 5 menit
plasenta terlepas terdorong kedalam vagina dan akan lahir
spontan atau dengan sedikit dorongan (brand

9
androw,seluruh proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit
setelah bayi lahir. Dan pada pengeluaran plasenta
biasanya disertai dengan pengeluaran darah kira – kira
100-200cc. Tanda kala III terdiri dari 2 fase :
a) Fase pelepasan uri
Mekanisme pelepasan uri terdiri atas:
 Schultze
Data ini sebanyak 80 % yang lepas terlebih
dahulu di tengah kemudian terjadi
reteroplasenterhematoma yang menolak uri mula –
mula di tengah kemudian seluruhnya, menurut cara
ini perdarahan biasanya tidak ada sebelum uri lahir
dan banyak setelah uri lahir.
 Dunchan
Lepasnya uri mulai dari pinggirnya, jadi lahir
terlebih dahulu dari pinggir (20%) Darah akan
mengalir semua antara selaput ketuban
 Serempak dari tengah dan pinggir plasenta
b) Fase pengeluaran uri
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri yaitu :
 Kustner
Meletakkan tangan dengan tekanan pada / diatas
simfisis, tali pusat diregangkan, bila plasenta masuk
berarti belum lepas, bila tali pusat diam dan maju
(memanjang) berarti plasenta sudah terlepas.
 Klien
Sewaktu ada his kita dorong sedikit rahim, bila tali
pusat kembali berarti belum lepas, bila diam/turun
berarti sudah terlepas.
 Strastman
Tegangkan tali pusat dan ketuk pada fundus, bila
tali pusat bergetar berarti  belum lepas, bila tidak
bergetar berarti sudah terlepas.
 Rahim menonjol diatas symfisis
 Tali pusat bertambah panjang
 Rahim bundar dan keras
 Keluar darah secara tiba-tiba

10
4) Kala IV:  Kala pengawasan
Yaitu waktu setelah bayi lahir dan uri selama 1-2 jam dan
waktu dimana untuk mengetahui keadaan ibu terutama
terhadap bahaya perdarahan post partum. Pengawasan
kala 4 ini dilakukan setelah ibu merasa nyaman. Pada 1
jam pertama, dilakukan pemeriksaan TTV setiap 15 menit
sekali. Sedangkan pada 1 jam kedua dilakukan setiap 30
menit sekali.

2. POSTNATAL
a. Definisi Masa Nifas
Masa Nifas adalah waktu sejak bayi dilahirkan dan
plasenta lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya,
disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan
dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti
perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan.
minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduktif
kembali keadaan tidak hamil yang normal.
Rencana untuk perawatan selanjutnya yang telah umum
dikerjakan oleh kebanyakan ahli obstetri, sampai saat ini, telah
menghasilkan kesepakatan bahwa umumnya 6 minggu
dianggap sebagai masa nifas.Selama masa saluran
reproduktif anatominya kembali keadaan tidak hamil normal,
yang meliputi perubahan struktur permanen serviks, vagina
dan perineum sebagai akibat persalinan dan kelahiran.Selain
itu 6 minggu setelah kelahiran, pada sebagian besar ibu yang
tidak menyusui bayinya, sinkroni hipofisis-ovariumakan
dikembalikan lagi untuk mendukung terjadinya ovulasi. (Reni
Heryani; 2015)
Masa nifas merupakan masa pembersihan rahim.Selama
masa nifas, tubuh mengeluarkan darah nifas yang
mengandung trombosit, sel-sel generative, sel-sel nekrosis
atau sel mati dan sel endometrium sisa.Ada yang darah nifas
nya cepat berhenti ada yang darah nifasnya tetap masih
keluar melewati masa 40 hari.

b. Tahapan Masa Nifas


Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan yaitu:
 Puerperium Dini

11
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk
berdiri dan berjalan-jalan.
 Puerperium Intermedial
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ
reproduksi selama kurang lebih enam minggu.
 Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali
dalam keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil
atau waktu persalinan mengalami komplikasi.

c. Proses Adaptasi Psikologi masa Nifas


Menurut Kemenkes RI tahun 2018 adaptasi psikologi ibu
masa nifas meliputi:
1) Fase Taking In
Fase ini merupakan proses ketergantungan yang
berlangsung dari hari pertama sampai hari ke dua setelah
melahirkan. Ketidaknyaman yang dialami ibuantara lain
antara mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidak, dan
kelelahanyang perlu diperhatikan pada fase ini yaitu
istirahat yang cukup, komunikasi yangbaik dan asupan
nutrisi ibu.
2) Fase Taking Hold
Fase ini merupakan fase ketergantungan dan
ketidaktergantungan berlangsung antara tiga sampai
sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu merasakhawatir akan
ketidaknyaman dan rasa tanggung jawab dalam
perawatan bayinya,dimana ibu lebih sensitif sehingga
mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan yaitu
komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian penyuluh
atau pendidikankesehatan tentang perawatan diri dan
bayinya.
3) Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan
peran barunya.Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah
melahirkan. Ibu sudah mulai dapatmenyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya, dimana juga terjadi
peningkatanakan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa
percaya dirinya akan peran barunya,serta lebih mandiri
dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Hal
yang perludiperhatikan yaitu kebutuhan ibu kan istirahat

12
untuk menjaga kondisi fisiknya, sertadukungan suami dan
keluarga untuk dapat membantu merawat bayinya.

d. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas


 Nutrisi
Kebutuhan nutrisi pada masa nifas dan menyusui
meningkat 25% karena berguna untuk proses
penyembuhan setelah melahirkan dan untuk produksi ASI
untuk pemenuhan kebutuhan bayi. Kebutuhan nutrisi akan
meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa, pada ibu nifas
dan menyusui kebutuhan nutrisi meningkat menjadi 3000-
3800 kalori, dan mengonsumi tambahan 500 kalori tiap
hari. Makan yangdikonsumi ibu nifas dan menyusui yaitu
makanan dengan diet berimbang untuk mendapatkan
protein, mineral, dan vitamin yang cukup, minum sedikitnya
3 liter air setiap hari, suplemen besi diminum setidaknya
selama 3 bulan pascasalin terutama di daerah prevalensi
anemia tinggi (Kemenkes RI, 2018).
 Kebutuhan Ambulasi, Istirahat dan Exercise
Mobilisasi dini pada ibu postpartum yaitu upaya sesegera
mungkin untuk membimbing ibu keluar dari tempat tidurnya
dan membimbing berjalan. Ibu diperbolehkan bangun dari
tempat tidur dalam 24 – 48 jam postpartum. Ibu yang
bersalin secara normal dua jam pascasalin sudah
diperbolehkan untuk miring kanan atau kiri, kemudian
bertahap jika kondisi ibu baik, ibu diperbolehkan duduk,
berdiri dan jalan – jalan di sekitar tempat tidur. Keuntungan
yang diperoleh ibu jika dilakukannya mobilisasi dini
(Kemenkes RI, 2018), yaitu:
o Ibu merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat.
o Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
o Sirkulasi dan peredaran darah menjadi lebih lancar.
o Kebutuhan Personal Higiene
 Kebutuhan Seksual
Hubungan seksual dapat dilakukan jika darah sudah
berhenti dan luka perinium sudah sembuh serta ibu dapat
melakukan stimulasi dengan cara memasukan satu atau
dua jari ke dalam vagina. Apabila sudah tidak terasa sakit
atau nyeri, maka aman untuk melakukan hubungan suami
istri (Kemenkes RI, 2018).

13
 Metode kontrasepsi dan keluarga berencana
Penentuan alat kontrasepsi dan keluarga berencana bagi
ibu nifas sangatlah penting.Jelaskan kepada ibu mengenai
pentingnya kontrasepsi dan keluarga berencana pasca
melahirkan. Terdapat beberapa pilihan metode kontrasepsi
yang bisa digunakan setelah persalinan karena tidak
mengganggu proses menyusui (Kemenkes, RI, 2018)
seperti:
o Metode amenorea laktasi (MAL), dapat dipakai bila ibu
menyusui secara terus menerus dan sering ( lebih dari
8 kali/hari), ibu belum haid dan umur bayi kurang dari 6
bulan.
o Kontrasepsi Mantap, bisa digunakan jika ibu tidak ingin
mempunyai anak lagi.
o Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) merupakan
pilihan kontrasepsi paling aman digunakan sebagai
pilihan kontrasepsi yang aman dan efektif bagi ibu yang
ingin membatasi kehamilan.
o Implan, bisa digunakan anatar 6 minggu sampai 6
bulan pascasalin. Pemasangan implan dapat dilakukan
6 minggu melahirkan setelah terjadinya haid.
o Suntikan progestin, kontrasepsi ini tidak menganggu
produksi ASI, pada ibu menyusui suntikan dapat
diberikan setelah 6 minggu pascasalin.
o Minipil, berisikan progestin dan tidak menganggu
produksi ASI. Pemakaian setiap hari 1 strip untuk 1
bulan.
o Kondom, merupakan pilihan kontrasepsi untuk pria
yang digunakan sebagai kontrasepsi sementara.

e. Perubahan fisik masa Nifas


 Uterus akan menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali
seperti sebelum hamil. (Walyani, 2015). Menurut Saleha,
2016 tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa
involusi
 Lochea
Lochea adalah cairan yang keluar dari liang
vagina/senggama pada masa nifas. cairan ini dapat

14
berupa darah atau sisa lapisan rahim. Urutan pengeluaran
lochea:
o hari ke- 1-4 : Rubra/krueta merah kehitaman
o hari ke- 4-7 : Sanguinolenta putih bercampur merah
o hari ke- 7-14 : Serosa kekuningan
o hari ke- >14 : Alba putih
Jumlah total lochea yang diproduksi 150-450 ml dengan
jumlah rata-rata 225 ml. selama 2-3 hari pertama setelah
melahirkan, pengeluaran darah dari vagina tergantung
pada perubahan ambulasi seperti berdiri dan duduk.hal ini
tidak perlu dikhawatirkan karena masih di anggap normal.
 Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya
thrombosis degenerase, dan nekrosis ditempat implantasi
plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm,
mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan
desidua, dan selaput janin.
 Serviks
Segera setelah berakhirnya kala II, serviks menjadi sangat
lembek, dan kendor. Serviks tersebut bisa lecet, terutama
dibagian anterior. Serviks akan terlihat padat yang
mencerminkan vascular yang tinggi, lubang serviks lambat
mengecil, rongga leher serviks bagian luar akan
membentuk seperti keadaan sebelum hamil
pada saat empat minggu postpartum.
 Perubahan Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi :
o Perubahan kadar progesteron secara tepat dengan
peningkatan hormone prolactin setelah persalinan.
o Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI
terjadi pada hari kedua atau hari ketiga setelah
persalinan.
o Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda
mulainya proses laktasi
 Perubahan tanda vital
Menurut Nugroho, dkk, 2015 pada masa nifas tanda-tanda
vital harus dikaji antara lain :
o Suhu Tubuh

15
Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,5C
pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih
0,5C dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini
akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan,
kehilangan cairan maupun kelelahan.
o Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa
60-80x/menit.Pasca melahirkan, denyut nadi dapat
menjdi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi
yang melebihi 100x/menit harus waspada
kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum.
o Tekanan Darah
Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah
biasanya tidak berubah.Perubahan tekanan darah
menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat
diakibatkan oleh perdarahan, sedangkan tekanan
darah tinggi post partum merupakan tanda terjadinya
preeklampsi post partum.
o Pernafasan
Pada ibu postpartum umumnya pernafasan lambat
atau normal. Hal ini dikarenakan karena ibu dalam
keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan
keadaan suhu dan denyut nadi.
 Vulva dan vagina
Setelah tiga minggu vulva dan vagina kembali kepada
keadaan tidak hamildan rugae dalam vagina secara
berangsur – angsur akan muncul kembali sementara labia
menjadi menonjol.
 Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur
karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi
yang bergerak maju. Pada postpartum hari kelima,
perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar
tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan
sebelum melahirkan.
 Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi penurunan
kadar progesterone secara tepat dengan peningkatan
hormon prolaktin setelah persalinan, kolostrum sudah ada

16
saat persalinan, produksi ASI terjadi pada hari kedua atau
hari ketiga setelah persalinan, payudara menjadi besar
dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi. Refleks
prolaktin berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran
ASI.
 Sistem perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama,
kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher
buli –buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara
kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Keadaan
ini menyebabkan diuresis dalam 12 – 36 jam. Diuresis
merupakan keadaan untuk membuang kelebihan cairan
interstitial dan kelebihan volume darah.
 Sistem gastrointestinal
Ibu setelah melahirkan sangat memerlukan energi untuk
memulihkan tenaga yang digunakan selama proses
persalinan. Ibu bisa diberikan makan satu jam atau dua
jam setelah melahirkan. Konstipasi mungkin menjadi
masalah karena ibu mengalami nyeri perineum.
 Sistem kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan
kadar estrogen, volume darah akan kembali keadaan tidak
hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali
normal pada hari kelima. Plasma darah tidak begitu
mengandung cairan sehingga daya koagulasi meningkat.
Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan
yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
 Sistem endokrin
Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar tiga
jam pascasalin. Progesteron turun pada hari ketiga
pascasalin. Kadar prolaktin dalam darah berangsur –
angsur hilang.
 Sistem Integumen
Penurunan melanin umumnya penurunan melanin
umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya
hiperpigmentasi kulit. Perubahan pembuluh darah yang
tampak pada kulit karena kehamilan dan persalinan akan
menghilang pada saat estrogen menurun.

f. Tanda Bahaya Masa Nifas

17
Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan pada masa nifas
adalah:
 Demam tinggi melebihi 38◦C
 Perdarahan vagina luar biasa / tiba-tiba bertambah
banyak (lebih pembalut 2x dalam setengah jam), disertai
gumpalan darah yang besar-besar dan berbau busuk.
 Nyeri perut hebat/terus menerus dan pandangan
kabur/masalah penglihatan.
 Sakit kepala parah/terus menerus dan pandangan
kabur/masalah penglihatan.
 Pembengkakkan wajah, jari-jari atau tangan. Disertai rasa
sakit.
 Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai
demam
 Puting payudara berdarah atau merah sehingga sulit
untuk menyusui
 Tubuh lemas dan terasa seperti mau pingsan, merasa
sangat letih atau nafas terengah-engah
 Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama
 Tidak bisa buang air besar selama tiga hari atau rasa sakit
waktu
buang air kecil.
 Depresi

B. ASUHAN KEBIDANAN PADA INTRAPARTUM


1. Definisi Asuhan Persalinan Normal
Asuhan Persalinan Normal adalah asuhan kebidanan pada
persalinan normal yang mengacu kepada asuhan yang bersih dan
aman selama persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya
pencegahan komplikasi (Depkes, 2004).

2. Tujuan Asuhan Persalinan Normal


Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga
kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang
tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya terintegrasi
dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin
agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada
tingkat yang diinginkan (optimal).

18
Tujuan asuhan persalinan normal adalah tercapainya
kelangsungan hidup dan kesehatan yang tinggi bagi ibu serta
bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap namun
menggunakan intervensi seminimal mungkin sehingga prinsip
keamanan dan kualitas layanan dapat terjaga pada tingkat yang
seoptimal mungkin. pendekatan seperti ini berarti bahwa: dalam
asuhan persalinan normal harus ada alasan yang kuat dan bukti
manfaat apabila akan melakukan intervensi terhadap jalannya
proses persalinan yang fisiologis/alamiah (Suparyanto, 2011).
Setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan
persalinan normal harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang
kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan
keberhasilan proses persalinan (Nurhiba, 2020)
Keterampilan yang diajarkan dalam pelatihan asuhan
persalinan normal harus diterapkan sesuai dengan standar
asuhan bagi semua ibu bersalin di setiap tahapan persalinan oleh
setiap penolong persalinan dimana pun hal tersebut terjadi.
Persalinan dan kelahiran bayi dapat terjadi di rumah, puskesmas
ataupun rumah sakit. Penolong persalinan mungkin saja seorang
bidan, perawat, dokter umum atau spesialis obstetri. Jenis asuhan
yang akan diberikan dapat disesuaikan dengan kondisi dan
tempat persalinan sepanjang dapat memenuhi kebutuhan spesifik
ibu dan bayi baru lahir (APN, 2007).

3. Tugas penolong persalinan pada asuhan persalinan normal


a. Memberikan dukungan pada ibu, suami dan keluarganya
selama proses persalinan, saat akan melahirkan bayi dan
pada masa sesudahnya.
b. Melakukan pemantauan terhadap ibu dan janin dalam proses
persalinan dan setelah persalinan; menilai adanya faktor
risiko; melakukan deteksi dini terhadap komplikasi persalinan
yang mungkin muncul.
c. Melakukan intervensi minor bila diperlukan seperti melakukan
amniotommi; episotomi pada kasus gawat janin; melakukan
penatalaksanaan pada bayi baru melahirkan dengan asfiksi
ringan.
d. Melakukan rujukan pada fasilitas yang lebih lengkap sesuai
dengan masalah kasusu yang dirujuk bila didapatkan adanya
faktor risiko atau terdeteksi adanya komplikasi selama proses
persalinan. Selain tugaaas-tugas di atas, seorang penolong

19
persalinan harus mendapatkan kualifikasi sebagai tenaga
pelaksana penolong persalinan melalui serangkaian latihan,
bimbingan langsung dan kesempatan untuk mempraktekkan
keterampilannya pada suasana sesungguhnya. Dalam
kualifikasi tersebut, penolong persalinan dapat melakukan
penilaian terhadap faktor risiko, mendeteksi secara dini
terjadinya komplikasi persalinan, melakukan pemantauan
terhadap ibu maupun janin, dan juga bayi setelah dilahirkan.
Penolong persalinan harus mampu melakukan
penatalaksanaan awal terhadap komplikasi terhadap bayi baru
lahir. Ia juga harus mampu untuk melakukan rujukan baik ibu
maupun bayi bila komplikasi yang terjadi memerlukan
penatalaksanaan lebihlanjut yang membutuhkan keterampilan
di luar kompetensi yang dimilikinya. Tidak kalah pentingnya
adalah seorang penolong persalinan harus memiliki
kesabaran, kemampuan untuk berempati dimana hal ini amat
diperlukan dalam memberikan dukungan bagi ibu dan
keluarganya.

4. Langkah langkah Asuhan Persalinan Normal


Berikut 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
 Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
 Ibu merasa takanan yang semakin meningkat pada
rektum dan vagina
 Perineum tampak menonjol
 Vulva dan sfingter ani membuka
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial untuk menolong persalinan dan penatalaksanaan
komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia à tempat
yang datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering,
lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
 Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi
serta ganjal bahu bayi
 Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali
pakai di dalam partus set
3. Pakai celemek plastik.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai,
cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
keringkan tangan dengan handuk yang bersih dan kering.

20
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan
untuk periksa dalam.
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan
yang memakai sarung tangan DTT atau steril) dan letakkan di
partus set/wadah DTT atau steril (pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik).
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-
hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau
kasa yang dibasahi dengan DTT.
 Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi
tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke
belakang
 Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam
wadah yang tersedia
 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,
lepaskan dan rendam larutan klorin 0,5 %)
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan
lengkap.
 Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah
lengkap maka lakukan amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5%, kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan
terbalik dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Cuci
kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10. Periksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 –
160x/menit).
 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
 Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ,
dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf
11. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik dan bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan
sesuai dengan keinginannya.
 Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti
pedoman penatalaksanaan fase aktif)

21
 Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana
peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat
pada ibu untuk meneran dengan benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila
ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu
ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan
dan pastikan ibu merasa nyaman).
13. Laksanakan bimbingan meneran saat ibu marasa ada
dorongan kuat untuk meneran.
 Bimbing ibu agar dapat meneran secara baik dan efektif
 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan
perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
 Bantu ibu mengambil posisi nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang
lama)
 Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
 Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat
untuk ibu
 Berikan cukup asupan cairan per oral (minum)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir
setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60
menit (1 jam) meneran (multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan
untuk meneran dalam 60 menit.
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi di perut
ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-
6 cm).
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan
alat dan bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm
membuka vulva maka lindungi perineum dengan tangan yang
dilapisi dnegan kain bersih dan kering. Tangan yang lain
menahan kepala bayi untuk meneran perlahan atau bernafas
cepat dan dangkal.
20. Seka dengan lembut muka, mulut, dan hidung bayi dengan
kasa/kain bersih.

22
21. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan segera lanjutkan
proses kelahiran bayi.
 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di
dua tempat dan potong diantara dua klem tersebut
22. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
23. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparetal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga
bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian
gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
24. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah
perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku
sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas.
25. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang
kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara mata kaki dan
pegang masing-masing mata kaki ibu jari dan jari-jari lainnya).
26. Penilaian segera bayi baru lahir.
27. Keringkan tubuh bayi, bungkus kepala dan badan bayi kecuali
bagian tali pusat.
28. Jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi.
Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali
tali pusat pada 2cm distal dari klem pertama.
29. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit dan
lakukan pengguntingan (lindungi perut bayi) tali pusat diantara
2 klem tersebut.
30. Ganti handuk yang basah dengan handuk/kain baru yang
bersih dan kering, selimuti dan tutup kepala bayi dan biarkan
tali pusat terbuka. Tali pusat tidak perlu ditutup dengan kassa
atau diberi yodium tapi dapat dioles dengan antiseptik.
 Jika bayi mangalami kesulitan bernafas, lihat
penatalaksanaan asfiksia
31. Berikan bayi kepada ibunya dan anjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan untuk memulai pemberian ASI.

23
32. Letakkan kain bersih dan kering pada perut ibu, periksa
kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus (hamil tunggal).
33. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik agar uterus berkontraksi
baik.
34. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10
unit IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikan oksitosin).
35. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva.
36. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas
simpisis untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali
pusat.
37. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah
belakang-atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk
mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-
40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga
timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
 Jika uterus tidak segera berkontraksi minta ibu, suami
datau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting
susu
38. Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga
plasenta terlepas. Minta ibu meneran sambil penolong
menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke
arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial).
39. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada tempat yang telah disediakan.
 Jika selaput ketuban robek, pakai serung tangan DTT atau
steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian
gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
40. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan
masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi (fundus teraba keras)

24
 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak
berkontraksi setelah 15 detik masase.
41. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian meternal maupun fetal
dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan
palsenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.
42. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan panjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
43. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
44. Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke
dalam larutan klorin 0,5 %, bilas kedua tangan tersebut
dengan air DTT dan keringkan dengan kain yang bersih dan
kering.
45. Selimuti bayi dan tutupi bagian kepalanya dengan handuk
atau kain bersih dan kering.
46. Minta ibu memulai pemberian ASI secara dini (30-60 menit
setelah bayi lahir).
47. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam.
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan
asuhan yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri
48. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi.
49. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
50. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap
15menit selama 1jam pertama pascapersalinan dan setiap
30menit selama jam kedua pascapersalinan.
 Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama
dua jam pertama pascapersalinan
 Melakukan tindakan ynag sesuai untuk temuan yang tidak
normal.
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5 % untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas
peralatan setelah didekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah
yang sesuai.

25
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa
cairan ketuban, lendir, dan darah. Bantu ibu memakai pakaian
bersih dan kering.
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan
yang diinginkannya.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5 %.
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %,
balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin
0,5 % selama 10menit.
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa
tanda vital dan asuhan kala IV dan lakukan penimbangan
bayi, beri tetes mata profilaksis dan vitamin K 0.

C. ASUHAN KEBIDANAN PADA POSTNATAL


1. Definisi Asuhan Ibu Nifas Normal
Asuhan pada ibu nifas merupakan kelanjutan dari asuhan
kebidanan pada ibu hamil dan bersalin. Asuhan ini juga berkaitan
erat dengan asuhan pada bayi baru lahir, sehingga pada saat
memberikan asuhan hendaknya seorang bidan mampu melihat
kondisi yang dialami ibu sekaligus bayi yang dimilikinya. Asuhan
kebidanan pada masa nifas sebaiknya tidak saja difokuskan pada
pemeriksaan fisik untuk mendeteksi kelainan fisik pada ibu, akan
tetapi seyogyanya juga berfokus pada psikologis yang ibu
rasakan. Diharapkan asuhan yang diberikan dapat menjangkau
dari segala aspek bio, psiko, sosio dan kultural ibu (Kesehatan et
al., 2013)
Masa nifas, ibu membutuhkan latihan latihan tertentu yang
dapat mempercepat proses involusi. Involusi uterus meliputi
reorganisasi dan pengeluaran desidua/ endometrium dan
eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang ditandai dengan
penurunan ukuran dan berat serta perubahan lokasi uterus yang
ditandai dengan warna dan jumlah lokia. Apabila terjadi kegagalan
involusi uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil maka
akan menyebabkan sub involusi. Penyebab sub involusi uteri yang
paling sering adalah tertahannya fragmen plasenta, infeksi, dan
perdarahan lanjut (late postpartum haemorrhage) (Fahriani et al.,
2020).

26
Kebijakan program nasional masa nifas pemerintah melalui
departemen kesehatan, juga telah memberikan dalam hal ini,
sesuai dengan dasar kesehatan pada ibu pada masa nifas, yakni
paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas.
Tujuan kebijakan tersebut adalah:
1) Menilai kondisi kesehatan ibu dan kesehatan bayi baru lahir
2) Pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya
3) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada
masa nifas
4) Menangani beberapa masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu maupun bayinya pada masa nifas

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas


Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa
nifas untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi
upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan
penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan
pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan
nutrisi bagi ibu. Selama bidan memberikan asuhan sebaikya,
bidan mengetahui apa tujuan dari pemberian asuhan pada ibu
selama masa nifas antara lain untuk :
 Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun
psikologis dimana dalam asuhan pada ibu masa ini peranan
keluarga sangat penting, dengan pemberian nutrisi, dukungan
psikologi maka kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga.
 Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) di
mana bidan harus melakukan manejemen asuhan kebidanan
pada ibu masa nifas secara sistematis yaitu mulai pengkajian
data subjektif, objektif maupun penunjang.
 Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan
harus menganalisa data tersebut sehingga tujuan asuhan
masa nifas dapat mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu
dan bayi.
 Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya, yakni setelah masalah ditemukan maka
bidan dapat langsung masuk ke langkah berikutnya sehingga
tujuan di atas dapat dilaksanakan.
 Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,

27
pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi
sehat: memberikan pelayanan keluarga berencana (Saifuddin,
2006).

3. Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas


Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam memberikan
asuhan postpartum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan
dalam masa nifas antara lain (Kemenkes RI, 2013) :
a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama
masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi
ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas
b. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta
keluarga
c. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan
meningkatkan rasa nyaman
d. Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang
berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan
administrasi
e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
f. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai
cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,
menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan
yang aman
g. Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara
mengumpulkan data, menetapkan diagnosa masalah
membuat rencana tindakan dan melaksanakan serta evaluasi.
Hal ini merupakan tindakan profesional bidan
h. Membuat dokumentasi asuhan kebidanan pada masa nifas.

28
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan merupakan serangkaian kegiatan yang
didasarkan pada proses pengambilan keputusan dan tindakan yang
dilakukan oleh seorang bidan sesuai dengan kewenangan dan ruang
lingkup praktik berdasarkan standar asuhan kebidanan. Asuhan
kebidanan diberikan oleh seorang bidan sejak masa persalinan hingga
masa nifas atau pasca persalinan (Satriani, 2021).
Pelaksanaan asuhan kebidanan yang dilakukan oleh bidan agar
terciptanya hubungan saling percaya antara bidan dengan klien, Rasa
puas ibu dikaitkan dengan pemberian saran, informasi, konseling, tempat
melahirkan, persiapan melahirkan, metode untuk mengurangi nyeri
persalinan dan pemantauan secara insentif oleh bidan. Sehingga ibu
merasa bahwa bidan adalah “temannya” (Felia Julianti Fitri, 2020).

B. Saran
Berdasarkan uraian makalah di atas, saran yang dapat penulis berikan :
1. Bidan diharapkan dapat memberikan asuhan kebidanan sesuai
standar serta wewenang dan dapat meningkatkan deteksi dini
komplikasi sehingga dapat mencegah masalah maupun komplikasi
pada masa intrapartum dan postnatal.
2. Bidan diharapkan mampu menerapkan asuhan kebidanan secara
Continuity of Care (CoC) pada ibu dan bayi di masa intrapartum dan
postnatal
3. Bidan diharapkan mampu melakukan manajemen asuhan kebidanan
dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa, masalah,
membuat rencana tindakan, melaksanakan dan melakukan evaluasi
dikarenakan hal ini merupakan tindakan profesional bidan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Ervi Indriyaswari, G. P. (2021) ‘Asuhan kebidanan komprehensif ibu hamil,

bersalin, nifas, dan bayi baru lahir pada Ny.S di PMB Wijayanti Desa

Gandekan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang’, JHCE Stikes Panti

Wilasa, 1(1), pp. 45–53.

Fahriani, M. et al. (2020) ‘The Process of Uterine Involution with Postpartum

Exercise of Maternal Postpartum’, Jurnal Kebidanan, 10(1), pp. 48–53. doi:

10.31983/jkb.v10i1.5460.

Felia Julianti Fitri, S. (2020) ‘Asuhan Kebidanan Continuity Of Care Di Klinik

Medika Utama Sidoarjo’, Asuhan Kebidanan Continuity Of Care Di Klinik

Medika Utama Sidoarjo, 1(1), pp. 34–43.

Kesehatan, K. et al. (2013) Asuhan Kebidanan Masa Nifas,

Http://Eprints.Poltekkesjogja.Ac.Id. Available at:

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/5165/1/4_Asuhan Kebidanan Nifas dan

Menyusui_6. Modul Praktikum 1 Petunjuk Praktikum Nifas.pdf.

Satriani (2021) ‘Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan dan Menyusui’, p. 82.

30

Anda mungkin juga menyukai