Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KONSEP UMUM PASCA PERSALINAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas:


Mata kuliah: Pengantar Asuhan Kebidanan
Dosen pengampu : Merry Januarti Panjaitan ,S.ST,M.Kes

DISUSUN OLEH :
ARDELYA RIZKI AZKYA 12122013
ANDINI PUSPA AMELIA 12122010
ELISABET BENITA 12122034
HAZNA ZARIFAH 12122047
ZAHRA NURMAIDAH 12122129

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


POLITEKNIK TIARA BUNDA DEPOK
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan Makalah yang berjudul
KONSEP UMUM PASCA PERSALINAN Yang diampu oleh Ibu Merry Januarti
Panjaitan,S.ST,M.Kes. Dalam penulisan makalah ini, kami menemui banyak
hambatan dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan mengenai hal yang
berkenaan dengan penulisan makalah ini. Kami ucapkan terimakasih kepada
Dosen pengampu dan teman teman seperjuangan sekalian karna berkat
dukunganya makalah ini dapat terselesaikan. Harapan kami, makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca serta menjadi referensi khususnya bagi kami dalam
mengarungi masa depan. Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan,
maka kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki
karya tulis kami selanjutnya.

Wassalammu’alaikum Wr.Wb.

Depok , 10 Desember 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Tujuan.....................................................................................................2
C. Sasaran....................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pasca Persalinan..................................................................3
B. Tujuan Asuhan pasca persalinan / nifas
C. ....................................................................3
D. Contoh EBM Pada Asuhan Persalinan.................................................4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................8
B. Penutup....................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1) menyebutkan
bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Selanjutnya pada Pasal 34 ayat
(3) ditegaskan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pada
Pasal 5 ayat (1) menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang
sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan.
Selanjutnya pada ayat (2) ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak
dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan
terjangkau. Kemudian pada ayat (3) menyatakan bahwa setiap orang
berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri
pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya. Selanjutnya pada pasal
6 ditegaskan bahwa setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang
sehat bagi pencapaian derajat kesehatan. Untuk menjamin terpenuhinya
hak hidup sehat bagi seluruh penduduk termasuk penduduk miskin dan
tidak mampu, pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber
daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat
untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN
lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1000
kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi baru lahir (AKN) 19 per 1000
kelahiran hidup. Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Develoment
Goals/MDG’s 2000) pada tahun 2015, diharapkan angka kematian ibu

1
menurun dari 228 pada tahun 2007 menjadi 102 dan angka kematian bayi
menurun dari 34 pada tahun 2007 menjadi 23 Kematian ibu juga
diakibatkan beberapa faktor resiko keterlambatan (Tiga Terlambat), di
antaranya terlambat dalam pemeriksaan kehamilan (terlambat mengambil
keputusan), terlambat dalam memperoleh pelayananpersalinan dari tenaga
kesehatan, dan terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat dalam
keadaan emergensi. Salah satu upaya pencegahannya adalah melakukan
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan,
sesuai dengan Standar Pelayanan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Dengan demikian dalam penyelenggaran Jaminan Persalinan semua atribut
program seperti Buku KIA, partograf dan kohort menjadi kewajiban untuk
dilaksanakan meskipun harus dibedakan dengan syarat kelengkapan lain.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatnya akses terhadap pelayanan kehamilan, persalinan,
nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang kompeten dan berwenang di fasilitas kesehatan
dalam rangka menurunkan AKI dan AKB.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan
persalinan, dan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan yang
kompeten.
b. Meningkatnya cakupan pelayanan:
1) bayi baru lahir.
2) Keluarga Berencana pasca persalinan.
3) Penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, dan
bayi baru lahir, KB pasca persalinan oleh tenaga
kesehatan yang kompeten.
c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif,
transparan, dan akuntabel.

2
C. Sasaran
Sesuai dengan tujuan Jaminan Persalinan yakni untuk menurunkan
AKI dan AKB, maka sasaran Jaminan Persalinan dikaitkan dengan
pencapaian tujuan tersebut. Sasaran yang dijamin oleh Jaminan Persalinan
adalah:
1. Ibu hamil
2. Ibu bersalin
3. Ibu nifas ( sampai 42 hari pasca melahirkan)
4. Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari)
Sasaran yang dimaksud diatas adalah kelompok sasaran yang berhak
mendapat pelayanan yang berkaitan langsung dengan kehamilan dan
persalinan baik normal maupun dengan komplikasi atau resiko tinggi
untuk mencegah AKI dan AKB dari suatu proses persalinan. Agar
pemahaman menjadi lebih jelas, batas waktu sampai dengan 28 hari pada
bayi dan sampai dengan 42 hari pada ibu nifas adalah batas waktu
pelayanan PNC dan tidak dimaksudkan sebagai batas waktu pemberian
pelayanan yang tidak terkait langsung dengan proses persalinan dan atau
pencegahan kematian ibu dan bayi karena suatu proses persalinan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pasca Persalinan


Masa nifas atau post partum disebut juga puerpurium yang berasal
dari bahasa latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous”
berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab
melahirkan atau setelah melahirkan (Anggraeni, 2010). Masa nifas
(puerpurium) dimulai sejak plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung kira-kira 6 minggu. Puerperium (nifas) berlangsung selama 6
minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya
alat kandungan pada keadaan yang normal (Ambarwati dan Wulandari,
2010). Pasca persalinan ini disebut juga dengan masa nifas / puerperium,
yaitu kondisi pasca persalinan hingga kembali seperti sebelum hamil
biasanya terjadi antara 4-6 minggu.
Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti
sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Selama
masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak
perubahan fisik yang bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidak
nyamanan pada awal postpartum, yang tidak menutup kemungkinan untuk
menjadi patologis bila tidak diikuti dengan perawatan yang baik (Yuliana
& Hakim, 2020)
Post partum merupakan masa yang dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa post partum dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu 42 hari (Nugroho, Taufan, 2014).
Post partum adalah masa yang rentan bagi kelangsungan hidup ibu
baru bersalin. Pada masa nifas ini tidak sedikit ibu yang mengalami

4
masalah kesehatan seperti bengkak pada kaki, nyeri pada luka perinium,
ketidakmampuan menyusui, dan nutrisi (Islami & Aisyaroh, 2012).

B. Tujuan Asuhan pasca persalinan / nifas


Asuhan atau pelayanan masa nifas memiliki tujuan yang pada akhirnya
meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. Adapun tujuan umum dan
khusus dari asuhan pada masa nifas adalah : (syaifuddin, 2007)
1. Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh
anak 
2. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
3. Mencegah dan mendeteksi dini komplikasi pada ibu nifas.
4. Merujuk ke tenaga ahli bila diperlukan
5. Mendukung dan memperkuat keyakinan diri ibu dan memungkinkan
melaksanakan peran sebagai orang tua
6. Memberikan pelayanan KB
Asuhan yang diperlukan ibu dan bayinya selama masa nifas sebaiknya
didasarkan pada 3 prinsip utama :
1. Meningkatkan kesehatan fisik ibu dan bayi
2. Memberikan penyuluhan mengenai pemberian ASI dan meningkatkan
pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan bayi 
3. Mendukung dan memperkuat kepercayaan diri ibu dan
memperbolehkannya mengisi peran sebagai ibu khususnya dalam
keluarga sendiri dalam situasi kebudayaannya
Tujuan masa nifas adalah menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik
fisik maupun psikologik, melaksanakan skrining yang komprehensif,
mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada
ibu maupun bayinya, memberikan pendidikan kesehatan tentang
perawatan diri, nutrisi,keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi
kepada bayinya danperawatan bayi sehat, dan memberikan pelayanan
keluarga berencana(Saifuddin, 2009. h. 122)

5
Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa nifas untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan,
deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin
terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan
kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu (Sarwono, 2009 : 359)
Selama bidan memberikan asuhan sebaikya, bidan mengetahui apa
tujuan dari pemberian asuhan pada ibu selama masa nifas antara lain untuk
:
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis
dimana dalam asuhan pada ibu masa ini peranan keluarga sangat penting,
dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologi maka kesehatan ibu dan
bayi selalu terjaga.
Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) di mana
bidan harus melakukan manejemen asuhan kebidanan pada ibu masa nifas
secara sistematis yaitu mulai pengkajian data subjektif, objektif maupun
penunjang.
Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus
menganalisa data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas dapat
mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan bayi.
Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya, yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat langsung
masuk ke langkah berikutnya sehingga tujuan di atas dapat dilaksanakan.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat: memberikan pelayanan keluarga
berencana (Saifuddin, 2006).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan
masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian
ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa
nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Saifuddin, 2006).

6
C. Tahapan Masa Pasca Persalinan
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
a. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.
Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya
pendarahan karena atonia uteri, oleh karena itu, bidan dengan
teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lokhea, tekanan darah, dan suhu.
Pada periode immediate post partum, ibu akan mengalami
adaptasi fisiologis, dimana terjadi penyesuaian kondisi tubuh
menuju seperti sebelum kehamilan, salah satu penyesuaian
kondisi tubuh yakni pada aspek cairan dan elektrolit, ibu akan
mengalami diuresis dan diaphoresis sebagai mekanisme tubuh
untuk mengeluarkan cairan akibat retensi cairan selama
kehamilan dlam rangka mempertahankan homeostatis
(Sumantri, 2016) kondisi di atas jika tidak di tangani dengan
penambahan cairan maka akan mengakibatkan suhu tubuh ibu
meningkat.
b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam
keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokhea tidak berbau
busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan
cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik. Selain itu, pada
fase ini ibu sudah memiliki keinginan untuk merawat dirinya
dan diperbolehkan berdiri dan berjalan untuk melakukan
perawatan diri karena hal tersebut akan bermanfaat pada semua
sistem tubuh.
c. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)

7
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.
Periode immediate postpartum dan early postpartum
merupakan periode yang sering terjadi komplikasi pada
ibu.Periode masa nifas yang beresiko terhadap kematian ibu
terutama terjadi pada periode immediate postpartum (50%),
pada masa early postpartum (20%) dan masa late postpartum
(5%). Resiko sering terjadi ketika satu minggu pertama post
partum (Early postpartum) karena hampir seluruh sitem tubuh
mengalami perubahan secara drastis.
D. Jadwal Pemeriksaan Pasca Persalinan
Ibu yang baru melahirkan semestinya tidak luput dari perhatian
dan perawatan orang-orang di sekitarnya. Itu karena pulihnya dari
berbagai luka pascapersalinan dan kesejahteraan jiwanya adalah modal
utama bagi ibu dan keluarganya untuk dapat merawat dan membesarkan
bayi secara optimal.
1. 1 Minggu Setelah Bersalin : Kontrol Perineum, Rahim,
dan Payudara
- Involusi rahim atau kembalinya ukuran rahim ke ukuran semula
seperti sebelum hamil. Caranya, dengan melakukan perabaan pada
abdomen untuk mengukur ketinggian rahim, dan menanyakan
apakah masih merasakan kontraksi - terutama saat menyusui.
Adanya kontraksi pada minggu pertama pasca bersalin merupakan
pertanda baik, sebab kontraksi itulah yang Membantu rahim
mengecil ke ukuran semula.
- Kondisi perineum.
Usai bersalin pervaginam, biasanya perineum (daerah di antara
vagina dengan anus) mengalami robekan, baik alami maupun hasil
pengguntingan yang dilakukan untuk memudahkan keluarnya bayi.
Pada kunjungan ini,  akan memeriksa perineum dengan cara
observasi pandang, guna memastikan luka telah pulih, dan

8
mengantisipasi jika terjadi infeksi -ditandai dengan bengkak,
kemerahan, nyeri tekan, atau demam. Jika terjadi infeksi, biasanya
diatasi dengan pemberian obat antibiotik dan penyuluhan kesehatan
mengenai perawatan luka infeksi.
- Payudara dan proses menyusui. Pada pemeriksaan ini, ibu bisa
menyampaikan perkembangan menyusui, apakah lancar tanpa
masalah, atau ada hambatan.
- Pada ibu yang bersalin melalui cara operasi Caesar, akan diperiksa
kemampuan mobilitas (bergerak), kemampuan BAK/BAB
dan kondisi jahitan bekas operasinya, serta memberi tindakan yang
sesuai, misalnya membersihkan luka, mengganti perban, atau
mengatisipasi infeksi –jika ada, yang ditandai dengan luka basah
(terdapat rembesan darah atau pus atau nanah), nyeri tekan, merah,
bengkak, dengan atau tidak disertai demam. Infeksi akan diobati
dengan antibiotik, baik berupa salep maupun obat
minum. Pemeriksaan berikutnya pasca Caesar adalah 2 minggu
setelah bersalin.
2. 4-6 Minggu Setelah Bersalin : Pemeriksaan Menyeluruh dan KB
- Pemeriksaan kesehatan menyeluruh meliputi konseling laktasi
untuk menemukan apakah terdapat masalah dalam menyusui.
- Rencana mengikuti program KB. Ini diperlukan, sebab yang
terpenting adalah mengatur jarak kehamilan agar tidak terlalu
dekat, tidak terjadi kehamilan tak direncanakan (unplanned),
atau ‘kesundulan’. Dalam kunjungan ini, ibu dan suami
dapat mengonsultasikan ke dokter pilihan jenis metode
kontrasepsi yang terbaik.
3. Setelah Menyapih Bayi : Pemeriksaan Payudara
- Mammografi
merupakan salah satu metode pemeriksaan deteksi kanker
payudara, menggunakan sinar X namun sinar yang digunakan
lemah dan tidak berbahaya. Dua jenis mammografi yakni,

9
screening mammography untuk pemeriksaan payudara yang belum
memiliki keluhan (benjolan atau gejala lain), dan diagnosis
mammography dilakukan bila telah terdapat keluhan. Lakukan tes
ini setelah menyapih bayi dan ketika sedang tidak haid, sebab
kepadatan dan kesensitifan payudara pada dua kondisi tersebut
akan menyulitkan pemeriksaan.

E. Kebijakan Pemerintah dalam Asuhan Pasca Persalinan


Kebijakan - kebijakan pemerintah yang ditunjukan untung
meningkatkan kesehatan ibu dan bayi terutama kesehatan ibu nifas guna
meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. Penerapan kebijakan
tersebut membutuhkan koordinasi dan dukungan dari berbagai pihak
sampai dengan keluarga.
a. Gerakan Sayang Ibu
Gerakan Sayang Ibu (GSI) merupakan upaya untuk
meningkatkan pemberdayaan perempuan. dan mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi yang masih tinggi dan
merupakan gerakan masyarakat bekerja sama dengan
pemerintah. Dengan demikian, yang dimaksud dengan OGSI
adalah suatu gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat
bekerja sama dengan pemerintah untuk meningkatkan
perbaikan kualitas hidup perempuan (sebagai sumber daya
manusia) melalui berbagai kegiatan yang mempunyai dampak
terhadap upaya penuruhan angka kematian ibu karena hamil,
melahirkan, dan nifas serta kematian bayi.
GSI yang kegiatannya ditunjang oleh Tim Pokja dan Tim
Satgas GSI diarahkan agar mampu mendorong masyarakat
untuk berperan aktif dan mengembangkan potensinya.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka GSI seperti
masyarakat melakukan pendataan ibu hamil dan memberikan
kode untuk meberi tanda bagi ibu yang berisiko tinggi di

10
wilayahnya, melaksanakan KIE (Komunikasi, Informasi dan
Edukasi) melalui pengajian dan penyuluhan pada masyarakat.
Ada beberapa wilayah yang menyediakan Pondok Sayang Ibu
bagi ibu yang mau bersalin, menggalang dana bersalin, donor
darah dan ambulan desa yang tidak selalu berupa mobil, bisa
berupa becak, motor bahkan tandu bagi wilayah yg tidak bisa
dilalui oleh kendaraan bermotor.
Bagaimana strategi yang dilakukan guna tercapainya
Gerakan sayang ibu? Strategi Pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu
yang dilakukan adalah:
1. Menerapkan Gerakan Nasional Kehamilan yang Aman (Making
Pregnancy Safer atau MPS), yang ditujukan untuk memastikan tiga hal
berikut ini:
a. Semua ibu hamil dan bayi baru lahir harus mempu- nyai akses
terhadap pelayanan kehamilan, persalinan dan nifas oleh tenaga
kesehatan yang terampil.
b. Semua komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan
yang memadai.
c. Setiap perempuan usia subur harus mempunyai akses terhadap
pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan
komplikasi keguguran.
2. Membangun kemitraan yang efektif melalui kerja sama lintas program,
lintas sektor dan mitra lainnya untuk melakukan advokasi guna
memak- simalkan sumber daya yang tersedia. Langkah-langkah yang
dilakukan antara lain:
a. Pendekatan kemasyarakatan
GSI dilaksanakan secara koordinatif dan integrative dengan
instansi sektoral terkait, organisasi profesi, ormas, organisasi
perempuan, organisasi keagamaan, swasta, LSM dan perguruan
tinggi. Kemasyarakatan berarti peran masyarakat menjadi
langkah utama.

11
b. Pendekatan desentralisasi
Pelaksanaan GSI didasarkan pada pelaksanaan UU no 22
Tahun 1999 dan UU no 25 Tahun 1999 dan Peraturan
Pemerintah.
c. Pendekatan kemitraan
Merupakan dasar kepedulian dan peran ser- ta kemitraan
kerja yang sejajar dan saling menguntungkan.
d. Pendekatan kemandirian
Mendorong berbagai pi- hak agar ikut serta secara aktif
mengelola GSI atas dasar kemandirian.
e. Pendekatan keluarga
Sasaran GSI adalah keluar- ga secara utuh (suami istri dan
anggota keluarga yang lain) yang mengacu pada siklus
perkembangan keluarga.
Dengan pendekatan ini pemerintah bermaksud untuk:
1) Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga
melalui peningkatan pengetahuan untuk menjamin
perilaku sehat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan
ibu dan bayi baru lahir.
2) Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin
penyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu
dan bayi baru lahir.
b. Rawat Gabung / Rooming In
Dalam pelaksanaann- ya, bayi harus selalu berada di
samping ibu sejak segera setelah dilahirkan sampai pulang. Isti-
lah rawat gabung parsial yang dulu banyak dianut, yaitu rawat
gabung hanya dalam bebera- pa jam seharinya, misalnya ha-
nya siang hari saja, sementara pada malam hari bayi dirawat di
kamar bayi, sekarang tidak dibenarkan dan tidak dipakai lagi.
Rawat gabung merupakan lanjutan dari early ambulation
dimana memungkinkan ibu memelihara anaknya Tujuan dari

12
rooming in adalah untuk mendekatkan ibu kepada bayinya,
mengajarkan ibu bagaimana cara menyusui bayi dengan baik
dan benar. Selain dari pada tujuan dari rooming in adalah
sebagai berikut:

3. Bantuan emosional

Setelah menunggu selama sembi- lan bundan dan setelah lelah


dalam proses persalinan ibu akan sangat senang dan bahadia bila dekat
dengan bayinya. Ibu dapat membelai belai bayi, mendengar tangisnya serta
memperhatikannya disaat buah hatinya tidur. Hubungan ibu dan bayi ini
sangat penting ditumbuhkan pada saat saat awal dan bayi akan
memperoleh kehangatan tubuh ibu, suara ibu, kelembutan dan kasih
sayangnya.
1. Penggunaan ASI

Dari segala sudut pertimbangan maka ASI adalah makanan


terbaik bagi bayi dan produksi ASI akan makin cepat dan makin
banyak bila menyusui dilakukan ses egera dan sesering mungkin.
Pada hari-hari pertama yang keluar adalah kolos- trum yang
jumlahnya sedikit, namun bermanfaat untuk membentuk kekebalan
bayi. Kolostrum yang mengandung antibodi dalam jumlah tinggi
akan melapisi seluruh permukaan mukosa dari saluran pencernaan
bayi dan diserap oleh bayi sehingga bayi akan mempunyai
kekebalan yang tinggi. Kekebal an ini akan mencegah infeksi
terutama terhadap diare. Jumlah kolostrum yang sedikit tak perlu
dikhawatrikan karena kebutuhan bayi masih sedikit.
2. Pencegahan Infeksi
Pada perawatan bayi yang terpisah maka kejadian infeksi
silang akan sulit dicegah. Dengan melakukan rawat gabung maka
infeksi silang dapat dihindari. Perawatan tali pusat juga mudah

13
dilakukan oleh ibu. Ibu dengan mudah mengganti pakaian bayi jika
basah karena keringat atau terkena air kencing.
3. Pendidikan Kesehatan

Pada saat melaksanakan rawat gabung dapat diman faatkan


untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu, terutama
primi para. Bagaimana teknik menyusui, memandikan bayi,
merawat tali pusat, perawatan payudara dan nasihat makan yang
baik, merupakan penyuluhan yang diperlukan ibu. Keinginan ibu
untuk bangun dari tempat tidur, menggendong bayi dan merawat
diri akan mempercapet mobilisasi, sehingga ibu akan lebih cepat
pulih dari persalinan
Rawat gabung yang dilakukan memberikan manfaat tidak saja kepada bayi
yang baru dilahirkan tetapi juga ibu dan keluarganya. Manfaat rawat gabung
ditinjau dari berbagai aspek sesuai dengan tujuannya, adalah sebagai berikut:
1. Aspek fisik

Bila ibu dekat dengan bayinya. maka ibu dapat dengan mudah
menjangkau bayinya untuk melakukan perawatan sendiri dan menyusui
setiap saat, kapans aja bayinya mengingink an. Dengan perawatan sendiri
dan menyusui sedini mungkin, akan mengurangi kemungkinan terjadinya
infeksi silang dari pasien lain atau petugas kesehatan. Dengan menyusu
dini maka ASI pertama keluar yang berwana kuning atau biasa disebut
kolostrum dapat memberikan kekebalan yang sangat berharga bagi bayi.
Karena ibu seti- ap saat dapat melihat bayinya, maka ibu dengan mudah
dapat mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada bayinya yang
mungkin berhubungan dengan kesehatannya.

2. Aspek fisiologis

Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusul dan
frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang
alami, dimana bayi mendapat nutrisi alami yang paling sesuai dan baik.

14
Untuk ibu, dengan menyusui maka akan timbul reflek oksitosin yang akan
membantu proses fisiologis involusi rahim. Disamping itu akan timbbul
reflex
prolaktin yang akan memacu proses produksi ASI. Efek menyusui
dalam usaha menjarangkan kelahiran telah banyak dipelajari di negara
berkembang. Secara umum ibu akan terlindung dari kesuburan sepanjang
ia masih menyusui dan belum haid.,khususnya bila frekuensi menyusui
lebih sering dan sama sekali tidak menggunakan pengganti ASI (asi
eksklusif). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa daya proteksi
menyusui eksklusif terhadap usaha KB tidak kalah dnegan alat KB lain.
3. Aspek psikologis

Dengan rawat gabung maka antara ibu dan bayi akan segera
terjalin proses lekat (early in- fant mother bonding) akibat sentuhan badan
antara ibu dan bayinya. Hal ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap
perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu
merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Dengan
pemberian ASI kapan saja bayi membutuh- kan, akan memberikan
kepuasan pada ibu bahwa ia dapat berfungsi sebagaimana seorang ibu dan
tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini memperlancar
produksi ASI
kerena seperti telah diketahui, refleks let-down bersifat
psikosomatis. Sebaliknya bayi akan mendapatkan rasa aman dan
terlindung merupakan dasar bagi terbentuknya rasa percaya pada diri anak.
Ibu akan merasa bangga karena dapat menyusui dan merawat bayinya
sendiri dan bila suami berkunjung. akan terasa adanya suatu ikatan
kesatuan keluarga.
4. Aspek edukatif

Dengan rawat gabung, ibu (terutama yang baru mempunyai anak


pertama) akan mempunyai pengalaman yang berguna, sehingga mampu
menyusui serta merawat bayinya bila pulang dari rumah sakit. Selama di

15
rumah sakit ibu akan melihat, belajar dan mendapat bimbin- gan
bagaimana cara menyusui secara benar, bagaimana cara merawat
payudara, merawat tali pusat, memandikan bayi, dsb. Keterampilan ini
diharapkan dapat menjadi modal bagi ibu untuk merawat bayi dan dirinya
sendiri setelah pulang dari rumah sakit. Disamping pendidikan bagi ibu,
dapat juga dipakai sebagai sarana pendidikan bagi keluarga, terutama
suami, dengan cara mengajarkan suami dalam membantu istri untuk proses
diatas.
Suami akan termotivasi untuk memberi dorongan moral bagi
istrinya agar mau menyusui bayinya. Jangan sampai terjadi seorang suami
melarang istrinya menyusui bayinya karena suami takut payudara istrinya
akan menjadi jelek. Bentuk payudara akan berubah karena usia adalah hal
almin, meskipun dengan menggunakan kutang penyangga yang baik,
ditambah dengan nutrisi yang baik, dan latihan otot-otot dada serta
menerapkan posisi yang benar, ketakutan mengendornya payudara dapat
dikurangi.
5. Aspek ekonomi

Dengan rawat gabung maka pemberian ASI dapat dilakukan sedini


mungkin. Bagi ru- mah bersalin terutama rumah sakit pemerintah, hal
tersebut merupakan suatu penghematan anggaran pengeluaran untuk
pembelian susu formula, botol (proses pengecilan rahim) terjadi lebih
cepat dan memungkinkan tempat tidur digunakan untuk penderita lain.
Demikian pula infeksi nosokomial dapat dicegah atau dikurangi, berarti
penghematan biaya bagi rumah sakit maupun keluarga ibu. Bagi ibu juga
penghematan oleh karena lama perawatan menjadi singkat.

F. ASI Eksklusif

Sebagaimana yang telah kita keta- hui bahwa ASI adalah hak setiap anak.
Dalam UU Kesehatan no 36 tahun 2009 hak bayi dijelaskan dalam pasal 128
ayat 1 yang berbunyi, setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu ek- sklusif

16
sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis. Se- lain itu
juga dikuatkan dengan telah disyahkannya Peraturan Pemerintah no 33 tahun
2012 tentang ASI Eksklu- sif. Dengan UU ini, Anda dapat melihat dengan jelas
bahwa seorang anak yang baru dilahirkan dalam kondisi normal - artinya tidak
memerlukan tindakan
khusus berhak mendapatkan ASI se cara eksklusif. Selama pemberian air
susu ibu, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat harus
mendukung ibu, bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas
khusus.
Seorang ibu nifas sangat mem- butuhkan dukungan dari orang-orang
sekitar terutama dari keluarga sep- erti suami, orang tua, atau orang di
lingkungan kerjanya seperti yang ter- cantum pada pasal 128 ayat 3 yang
berbunyi, "Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum. Pada kenyataannya, be- lum
banyak dijumpai fasilitas umum yang menyediakan tempat khusus bagi ibu
menyusui ( breastfeeding room). Hal tersebut tampaknya belum tersosialisasikan
pada perkantoran, pe- rusahaan-perusahaan, tempat dima- na banyak terdapat ibu
bekerja yang sedang melaksanakan ASI Eksklusif. Meninjau pada ayat 3 diatas,
perusa haan dapat menyediakan tempat khu- sus yang bersih dan nyaman
sebagai tempat dimana seorang ibu menyusui dapat memompa ASinya untuk
kemu- dian menyimpannya ke dalam botol dan diberikan pada bayinya sepulang
dari bekerja.

Peran pemerintah pun secara tegas dinyatakan dalam pasal 129 ayat (1)
yang menyatakan bahwa Pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan
dalam rangka menjamin hak bayi untuk mendapatkan air susu ibu secara
eksklusif. Kebijakan yang berupa pembuatan norma, standar, prosedur dan kriteria
tersebut selanjutkan akan diatur dalam PP (pasal 239 ayat(2))

Peraturan Pemerintah (PP) no 33 tahun 2012 yang telah diputuskan


tanggal 1 Maret 2012 ini berisi tentang Pemberian ASI eksklusif. Peraturan pe-

17
merintah ini dilahirkan guna menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapa-
tkan sumber makanan terbaik sejak dilahirkan sampai berusia 6 bulan, dis-
amping itu kebijakan ini juga untuk melindungi ibu dalam memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya. Di dalam peraturan tersebut dibahas mengenai
Program Inisiasi Menyusu dini (MD) dan ASI Eksklusif. Pengaturan penggu-
naan susu formulan produk bayi lain- nya, sarana menyusui di tampat kerja dan
sarana umum lainnya, dukungan masyarakat, tanggung jawab pemer- intah,
pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota dalam serta
pendanaanya. Keberhasilan pemberian ASI eksklusif, perlu dukungan berbagai
pihak mulai dari pemerintah, pemda provinsi dan kabupaten/kota, penye
lenggara pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, masyarakat serta keluarga
terdekat ibu.

E. Kunjungan masa nifas

Seorang ibu yang baru ber- salin membutuhkan perawatan selama masa
nifas. Asuhan oleh seorang bidan dilakukan selama kurun waktu 6 minggu. Hal
ini dilandasi oleh Kebijakan program nasional pada masa nifas, yaitu paling
sedikit 4 kali melakukan kunjungan pada masa nifas dengan tujuan:
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan gangguan kesehatan ibu dan
bayinya
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas
4. Menangani komplikasi/masalah yang timbul & mengganggu kese- hatan ibu
nifas serta bayinya
Asuhan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sewaktu melaku- kan kunjungan
nifas memiliki tujuan yang berbeda.
E. Jampersal

Kebijakan pemerintah yang ma- sih tergolong baru adalah kebijakan Jampersal.
Kebijakan ini mulai diber- lakukan pada tahun 2012 dan secara legal berdasarkan

18
PERMENKES no 2562/MENKES/PER/XII/2011 tentang Petunjuk Teknis
Jaminan Persalinan. Kebijakan ini berkaitan dengan ibu bersalin dan masa nifas.
Untuk lebih lanjut, mari kita lihat uraian dibawah ini.

Jampersal adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi


pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk
pelayanan KB pasca per- salinan dan pelayanan bayi baru lahir yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Program jampersal yang dilakukan
oleh pemerintah ini bertujuan un meningkatkan akses terhadap pelayanan
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan yang
dilakukan oleh tenaga keseha- tan yang kompeten dan berwenang di fasilitas
kesehatan dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB).
Sasaran yang dijamin oleh Jam- inan Persalinan adalah: ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas (sampai dengan 42 hari pasca melahirkan) dan bayi baru
lahir.Pelayanan nifas (post natal care) pada jaminan persalinan dilakukan se- suai
dengan tata laksana yang telah di- tentukan. Pelayanan nifas (PNC) sesuai standar
yang dibiayai oleh program ini ditujukan pada ibu dan bayi baru lahir yang
meliputi pelayanan ibu nifas, pe- layanan bayi baru lahir, dan pelayanan KB pasca
salin. Pelayanan nifas diinte- grasikan antara pelayanan ibu nifas. bayi baru lahir
dan pelayanan KB pasca salin

Pelayanan ibu nifas dan bayi baru lahir dilaksanakan 4 kali, masing mas- ing 1
kali pada:

1. Kunjungan pertama untuk KF1 dan KN1 (6 jam s/d hari ke 2)


2. Kunjungan kedua untuk KN2 (hari ke 3 s/d hari ke 7)
3. Kunjungan ketiga untuk Kf2 dan KN3 (hari ke 8 s/d hari ke 28)
4. Kunjungan keempat untuk Kf3 (hari ke 29 s/d hari ke 42)

19
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

20
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia


Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo.
Jakarta
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai