Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI PADA NY.

DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI BIDAN RADLIYAH,Am.Keb

TAHUN 2022

Dosen Pembimbing

Fitria Jannatul Laili, S.Keb, Bd, M.Keb

Disusun Oleh :
APRODHITA ANGGRAINI PUTRI
P07124220008

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK

KESEHATAN BANJARMASIN JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIV

KEBIDANAN TAHUN 2022


LEMBARAN PERSETUJUAN LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI PADA NY. M DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI

BIDAN RADLIYAH,Am.Keb TAHUN 2022

Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk Dipertahankan dihadapan penguji

Banjarbaru, 17 Juni 2022

Menyetujui
PEMBIMBING PRAKTIK

Radliyah, Am.Keb

SIPB: 001/SIPB/2017

2
LEMBARAN PENGESAHAN LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI PADA

NY. M DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI BIDAN

RADLIYAH, Am.Keb TAHUN 2022

Laporan kasus ini telah diujikan pada Jumat, 17 Juni 2022

DOSEN PEMBIMBING

Fitria Jannatul Laili, S.Keb, Bd, M.Keb

NIP. 198506192019022001

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul
“LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI PADA NY.
M” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Asuhan Kebidanan Nifas. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Nifas di kehidupan sehari-hari bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Fitria Jannatul Laili, S.Keb,
Bd, M.Keb, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan
semua, terima kasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
ini.

4
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................

LEMBARAN PERSETUJUAN 2

LEMBARAN PENGESAH 3

KATA PENGANTAR......................................................................................4.....................................

DAFTAR ISI....................................................................................................5

BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................6

A. Latar belakang............................................................................................6
B. Tujuan.........................................................................................................7
BAB II. TINJAUAN TEORI ...........................................................................8
A. Nifas.........................................................................................................8

BAB III. PERKEMBANGAN KASUS...........................................................19

BAB IV.PEMBAHASAN KASUS..................................................................29

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................32


A. Kesimpulan................................................................................................32
B. Saran..........................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................34

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan terus berkembang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan teknologi


serta masyarakat yang dinamis, semakin memacu tenaga kesehatan untuk terus meningkatkan
kualitas pelayanan dalam upaya mencapai pembangunan kesehatan. Derajat kesehatan keluarga
dan masyarakat ditentukan oleh kesehatan ibu dan anak. Salah satu keberhasilan pembangunan
kesehatan ditentukan berdasarkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi (Kematian
Maternal, diakses tanggal 23 Februari 2011). Kematian maternal merupakan salah satu masalah
kesehatan yang terus menjadi perhatian masyarakat dunia. Memasuki abad ke XXI, 189 negara
menyerukan Millenium Declaration dan menyepakati

Millenium Declaration menempatkan kematian maternal sebagai prioritas utama yang harus
ditanggulangi melalui upaya sistemik dan tindakan yang nyata untuk meminimalisasi resiko
kematian, menjamin reproduksi sehat dan meningkatkan kualitas hidup ibu atau kaum
perempuan (Kematian Maternal diakses tanggal 23 Februari 2011). Kematian maternal
merupakan kematian dari setiap wanita selama masa kehamilan, bersalin atau dalam 42 hari
sesudah berakhirnya kehamilan yang berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan dan
penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan oleh insidental (faktor kebetulan).

Indonesia adalah salah satu Negara yang masih belum bisa lepas dari belitan angka kematian
ibu (AKI) yang tinggi. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2009, angka kematian maternal di Indonesia mencapai 248/100.000 kelahiran hidup, itu berarti
setiap 100.000 kelahiran hidup, masih ada sekitar 248 ibu yang meninggal akibat komplikasi
kehamilan dan persalinan (Kematian Maternal, Online, Diakses tanggal 23 Februari 2011). 12
Pada tahun 2007, provinsi di Indonesia dalam kasus kematian ibu melahirkan tertinggi adalah
Provinsi Papua, yaitu sebesar 730/100.000 kelahiran hidup, diikuti Provinsi Nusa Tenggara
Barat sebesar 370/100.000 kelahiran hidup, Provinsi Maluku sebesar 340/100.000 kelahiran
hidup, sedangkan di Sulawesi Selatan berdasarkan profil kesehatan Sulawesi Selatan jumlah
kejadian kematian maternal yang dilaporkan pada tahun 2009 yaitu sebesar 104/100.000
kelahiran hidup (Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011, diakses tanggal 26 Februari
2011).

Asuhan masa nifas diperlukan karena dalam periode ini merupakan masa kritis baik ibu
maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan
dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama, salah satu penyebabnya adalah
pendarahan masa nifas karena itu diperlukan penanganan yang tepat (Wulandari dkk. 2011, 2).

Perawatan masa nifas pada pasien dengan memberikan pelayanan kunjungan nifas atau
melakukan kontrol sampai dengan 1 minngu masa nifas dengan metode pendekatan menejemen
kebidanan merupakan perawatan yang sesuai dengan asuhan yang seharusnya diberikan.
Berdasarkan uraian di atas memberi motivasi pada penulis untuk mengkaji dan membahas lebih
6
lanjut kasus masa nifas.

B. Tujuan
1. TujuanUmum
Mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada kehamilan,
persalinan, bayi baru lahir, nifas, dan masa antara (KB) pada Ny. M
G2P1A0 menggunakan manajemen asuhan kebidanan yang sesuai dengan
standar pelayanan kebidanan.

2. TujuanKhusus
a. Melaksanakan pengakajian dan analisa data dasar Masa Nifas pada
Ny”M”
b. Merumuskan diagnose/masalah potensial Masa NIfas pada Ny”M”.
c. Mengidentifikasi tindakan segera dan kolaborasi Masa NIfas pada
Ny”M”.
d. Merencanakan Asuhan Kebidanan Masa Nifas pada Ny”M”.
e. Melaksanakan Asuhan Kebidanan Masa Nifas pada Ny”M”
f. evaluasi
g. Mendokumentasikan Asuhan Kebidanan Masa Nifas pada Ny”E”

7
BAB II TINJAUAN

TEORI

A. Nifas

1. Pengertian Nifas

Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Saifuddin,2006).

A. Tahapan Masa Nifas

Adapun tahapan masa nifas adalah:

a. Puerperium dini : Masa pemulihan, yakni saat-saat ibu diperbolehkan

berdiri danberjalan-jalan.

b. Puerperium intermedial : Masa pemulihan menyeluruh dari organ - organ

genital, kira-kira antara 6-8 minggu.

c. Remote puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau bersalin mempunyai

komplikasi.

Sebagai catatan, waktu untuk sehat sempurna bisa cepat bila kondisi sehat

prima, atau bisa juga berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan, bila ada

gangguan-gangguan kesehatan lainnya (Suherni, 2008).

2. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

Perubahan fisiologisl pada masa nifas meliputi :

8
a. Involusi uterus

Involusi uterus adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat

kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan sehingga

mencapai keadaan sebelum hamil

b. Uterus

Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan

kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini

mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan akhir nifas 1-2

cm. Dengan ini besarnya uterus setelah melahirkan dapat diketahui dari

kontraksi uterus yang baik dan tingginya fundus (Panduan Asuhan Nifas dan

Evidance Based Practice, 2012).

c. Pembuluh darah

Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh darah yang

besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah

yang banyak, maka arteri harus mengecil kembali dalam masa nifas.

d. Serviks

Serviks mengalami involusi bersama sama dengan uterus. Warna serviks

sendiri merah kehitam hitaman, karena penuh pembuluh darah.

Konsistensinya lunak, kadang kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil.

Bentuknya seperti corong karena disebabkan oleh korpus uteri yang

mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga pada

perbatasan antara korpus uteri dan serviks terbentuk cincin. Muara serviks

yang berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan, menutup secara bertahap.

Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat
9
dimasukkan 2-3 jari, pada minggu ke 6 postpartum serviks menutup

(Ambarwati, 2009)

e. Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar

selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6 sampai 8

minggu postpartum. Penurunan hormon estrogen pada masa postpartum

berperan dalam penipisan mukosa vagina (Ambarwati, 2009).

f. Saluran kencing

Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitive dan kapasitasnya

bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing masih

tinggal urin residual. Sisa urin ini dan trauma pada dinding kandung kencing

waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi. Dilatasi ureter dan pyelum,

normal kembali dalam waktu 2 minggu.

g. Lochea

Lochea adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus dan luka jalan lahir dari

vagina dalam masa nifas. Akibat involusi uteri lapisan luar desidua yang

mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan

keluar bersaa dengan sisa cairan. Dalam keadaan normal lochea berbau amis

berasal dari bekas melekatnya plasenta. (Panduan Asuhan Nifas dan Evidance

Based Practice, 2012).

Macam-macam lochea :

1) Lochea rubra(Cruenta)

Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo dan

10
meconium. Berwarna merah, keluar pada hari ke-1 sampai hari ke-2

postpartum.

2) Locheasanguinolenta

Pada hari ke-3 sampai hari ke-7 postpartum, berwarna kekuning-

kuningan berisi darah bercampur lendir.

3) Locheaserosa

Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14 berwarna kekuningan. Terdiri

dari leukosit

4) Locheaalba

Keluar pada 2 minggu postpartum, berwarna putih. Mengandung

leukosit, selaput lendir serviks

5) Locheapurulenta

Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah, berbau

3. Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas

Proses adaptasi psikologi pada seorang ibu sudah dimulai sejak hamil. Wanita

hamil akan mengalami perubahan psikologis yang nyata sehingga memerlukan

adaptasi. Perubahan mood seperti sering menangis, lekas marah, dan sering sedih

atau cepat berubah menjadi senang merupakan manifestasi dari emosi yang labil.

Proses adaptasi berbeda-beda antara satu ibu dengan ibu yang lain.

Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung

jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan serta perhatian

anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif untuk ibu. Dalam

menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai


11
berikut:

1) Fase taking in

Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari hari

pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus

terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses

persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ibu perlu bicara tentang

dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti rasa

mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang

tidak dapat dihindari. Hal tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat untuk

mencegah gangguan psikologis yang mungkin dialami, seperti mudah

tersinggung, menangis. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif. Pada fase

ini petugas kesehatan harus menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu

dapat melewati fase ini denganbaik.

2) Fase taking hold

Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan.

Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidak mampuan dan rasa tanggung

jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga

mudah tersinggung dan gampang marah. Kita perlu berhati-hati menjaga

komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan

kepercayaan diri ibu.

Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk

memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu

nifas. Tugas kita adalah mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusu yang

12
benar, cara merawat luka jahitan, senam nifas, memberikan pendidikan kesehatan

yang dibutuhkan ibu seperti gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.

3) Fase letting go

Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase

ini berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan

diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui

sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan untuk

merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada fase ini. Ibu akan lebih percaya

diri dalam menjalani peran barunya. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada

fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam

memenuhi kebutuhan diri danbayinya.

Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan oleh ibu. Suami dan

keluarga dapat membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga

sehingga ibu tidak telalu terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup,

sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawatbayinya.

B. Menyusui

Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi dan mengasuh

bayi, dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh kedua tahun pertama,

kebutuhan nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua

dan tahun tahun berikutnya (Varney, 2003).

UNICEF (2013) mewartakan bahwa menyusui merupakan penyelamat hidup

anak yang paling murah dan efektif dalam sejarah kesehatan manusia. Yang

13
diharapkan adalah minimal enam bulan ibu menyusui anaknya, sedapat mungkin

secara eksklusif (enam bulan tanpa ada pemberian cairan/asupan lain selain ASI).

Banyak ibu yang beranggapan bahwa menyusui merupakan aktivitas alami,

sehingga tidak memerlukan persiapan atau perawatan khusus. Hal ini tidak

sepenuhnya benar terutama bagi ibu yang menyadari bahwa air susu sangat

penting dan utama bagi bayi (Prasetyono, 2009).

1. Persiapan Menyusui

Tubuh ibu bersiap untuk menyusui pada awal kehamilan, dan payudara pun

mulai berkembang. Tubuh ibu mengumpulkan persediaan energi dan nutrisi lainya

untuk membantu memproduksi ASI. Kapanpun bayi lahir, ASI tetap mengandung

kolostrum (Prasetyono, 2009).

Laktasi merupakan proses yang sangat efisien. Selama laktasi, metabolisme

ibu sedikit melambat untuk menghasilkan energi yang diperoleh dari makanan.

Persediaan ASI tergantung pada kebutuhan bayi. Ketika bayi tumbuh dan

berkembang, maka ibu akan memproduksi lebih banyakASI.

Laktasi adalah cara yang tidak ada bandingannya dalam memberikan makanan

yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat; hal itu juga

merupakan bagian integral dari proses reproduktif dengan berbagai dampak yang

penting bagi kesehatan kaum ibu. Berbagai bukti yang ada menunjukkan bahwa

pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan adalah cara optimum dalam

menyediakan pangan bagi para bayi. Sesudahnya para bayi harus mendapatkan

makanan pelengkap dengan menggabungkannya dengan pemberian ASI yang

14
berlanjut hingga usia 2 tahun atau lebih.

IDAI (2009) memaparkan bahwa dalam proses menyusui, diperlukan

manajemen diri ibu yang kuat dengan fokus pada diri dan pada anak. Ia

memerlukan kekuatan untuk mencapai tujuan yaitu kesejahteraan diri, anak, dan

keluarga.

2. Teknik Menyusui

Bayi menghisap secara alamiah, akan tetapi pada awalnya mungkin dia

mengalami kesulitan menemukan puting susu ibunya. Cara menolong paling

mudah adalah dengan menempelkan pipinya ke payudara. Lalu masukkan puting

ke mulut bayi. Ibu dapat melancarkan aliran air susu dengan cara menekan nekan

areola. Untuk menghentikan hisapan, masukkan sebuah jari di sudut mulutnya

atau dorong dagunya ke bawah perlahan lahan dengan ibu jari dan jari telunjuk.

Pindahkan bayi ke payudara yang satunya lagi sampai selesai menyusui. Dengan

demikian, bayi menerima air susu dengan volume yang sama dari setiap payudara

setiap hari. Ibu pun terhindar dari pembekakan payudara akibat terlalu penuh

dengan air susu (Kristiyansari,2009).

3. Posisi menyusui

Ada banyak cara untuk memposisikan diri dan bayi selama proses menyusui

berlangsung. Sebagian ibu memilih menyusui dalam keadaan berbaring miring,

sambil merangkul bayinya. Sebagian lagi melakukanya sambil duduk di kursi

dengan punggung diganjal bantal dan kaki di atas bangku kecil. Seorang ibu

sebaiknya memposisikan diri dan bayinya sedemikian rupa agar kenyamanan

menyusui dapat tercapai (Kristiyansari, 2009)

A. Posisi ibu duduk:

a. Ibu duduk tegak dengan punggung lurus dan pangkuan rata, serta kaki
15
dipijakkan ke tanah secararata.

b. Ibu bisa menggunakan bantal atau kantong pangkuan untuk

menyangga berat badan bayi dan agar bayi sejajar dengan payudara

ibu.

c. Ibu menggendong bayi menggunakan lengan kanan bila menyusui

dengan payudara kiri. Demikian pula sebaliknya. Pada posisi ini, kepala,

leher, dan punggung bayi dalam keadaan lurus dan dengan kepala agak

terangkat kebelakang.

d. Ibu membuat pangkal leher dan kepala bayi leluasa bergerak ke

belakang saat bayimenengadah.

e. Ibu mengangkat bayi agar hidungnya sejajar dengan puting payudara.

f. Ibu menyentuh mulut bayi pada payudara denganlembut.

Sebaliknya, ibu menunggu bayi dalam beberapa waktu hingga ia membuka

lebar mulutnya, misalnya saat ia menguap.

g. Ketika mulut bayi membuka lebar, segera mengarahkan mulut

bayi ke payudara.

h. Bila bayi telah dapat menyusu dengan baik, ibu bisa

memindahkan bayi ke lengan sebelah (Prasetyono,2009).

B. Posisi ibu tidur miring:

Posisi ibu menyusui dengan tidur miring dinilai kurang tepat karena posisi

payudara diatas kepala bayi, sehingga mulut bayi sukar mencapai puting payudara

ibu. Jika ibu menyukai posisi miring, hendaknya ibu mengusahakan agar puting

payudaranya sejajar mulut bayi, sehingga mulut bayi dapat lebih mudah mencapai

puting payudaranya, dan ia pun lebih leluasa menghisapnya (Prasetyono, 2009).


16
C. Cara menyusui yang benar

Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting

dan disekitar kelang payudara. Cara ini mempunyai mempunyai manfaat sebagai

disinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.

a. Bayi diletakkan menghadap perut ibu ataupayudara.

b. Ibu duduk dengan santai, bila duduk lebih baik gunakan kursi yang

rendah agar kaki ibu menggantung dan punggung ibu bersandar pada

sandarankursi.

c. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala

bayi terletak pada lengkuk sikuibu.

d. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan satunya di

depan.

e. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap

payudara.

f. Telinga dan lengan bayi teletak pada satu garislurus.

g. Ibu menatap bayi dengan penuh kasihsayang.

h. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain

menopang di bawah, jangan menekan puting susu.

i. Bayi diberi rangsangan agar membukamulut.

Setelah bayi membuka mulut, segera kepala bayi di dekatkan ke payudara

ibu serta areola payudara dimasukkan ke mulut bayi (Kristiyansari, 2009).

4. Kunjungan Rumah Pada Masa Nifas

17
Pelayanan nifas merupakan pelayanan kesehatan yang sesuai

standar pada ibu mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan oleh

tenaga kesehatan. Asuhan masa nifas penting diberikan pada ibu dan bayi,

karena merupakan masa krisis baik ibu dan bayi. Enam puluh persen

(60%) kematian ibu terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian pada

masa nifas terjadi 24 jam pertama.

Kunjungan pada masa nifas dilakukan minimal 4 kali. Adapun tujuan

kunjungan rumah untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir serta

mencegah, mendeteksi dan menangani komplikasi pada masa nifas.

Kunjungan rumah merupakan suatu asuhan yang baik dalam

memberikan penyuluhan secara personal. Seperti kebutuhan pribadi pada

masa nifas, pemenuhan nutris dan hidrasi, pengkonsumsian obat dan vitamin

pasca bersalin, latihan senam nifas, pemberian ASI eksklusif,

masalah pemilihan kontrasepsi yang akan digunakan serta penyuluhan

tentang tanda-tanda bahaya pada masa nifas dan pada bayi baru lahir.

18
19
BAB III

PENGEMBANGAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS 6 JAM

Tanggal 06 Juni 2022 Jam 14.00 WITA

I. DATA SUBJEKTIF
a. Identitas
Nama istri : Ny. M
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Nama suami : Tn.X


Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan :Swasta
Alamat : Jl. Sekumpul

b. Anamnesa
Ibu mengatakan masih merasa mulas dan nyeri luka jahitan

c. Riwayat Obstetri
1) Abortus
2) Lahir tahun 2017, lahir cukup bulan, spontan pervaginam, ditolong oleh bidan di
BPM, tidak ada penyulit, BB 3400gram,
PB 51cm, hidup, sehat, ASI

d. Riwayat persalinan
- Tempat persalinan : BPM ditolong oleh Bidan

- Jenis persalinan :Spontan,normal pervaginam, Presentasi kepala.

- Komplikasi : tidak ada

- Plasenta lahir spontan : Plasenta lengkap

- Ukuran plasenta : 18cm, 0,5 kg. kelainan (-)

20
- Sisa plasenta :-

- Perineum : laserasi grade II

- Perdarahan

Kala 1 :-

Kala II : 20 ml

Kala III : 30ml

KalaIV : 50 ml Perdarahan total: 100 ml

e. Riwayat Postpartum

- StatusEmosional :Stabil

- Pola tidur :Tidur 3 jam

- Eliminasi : BAB (-) dan BAK(+)

- Pengalaman Menyusui : ASIeksklusif

- Involusi Uteri :(+)

- Keluhan :Tidur kurang nyaman karena ada perasaan mulas dan


nyeri lukajahitan

II. DATA OBJEKTIF

A. KeadaanUmum :Baik

Kesadaran : ComposMentis

StatusEmosional :Stabil

B. Tanda – Tanda Vital

TD : 110/80 mmHg

21
Nadi : 82x/Menit

Pernafasan :19x/menit

Suhu :36.7oC

C. Konjungtiva :Anemies(-)

D. Mamae

PuttingSusu : Menonjol, tidak lecet

Asi : Ada,banyak

E. Abdomen

TFU : 2 jari dibawahpusat

Kontraksi :baik,

Konsistensi :keras

Kandung kemih :kosong

F. Genetealia
Eodema :-

Perineum : laserasi grade II

Luka jahitan : normal, tidak ada perdarahan aktif

Lochea : Rubra

G. Anus :Tidak hemoroid.

H. Ekstremitas Bawah :Tidak ada varises dan tidak oedema.

III. ANALISIS
Diagnosa :P2A0 nifas 6jam

22
Masalah :-

Kebutuhan : KIE nutris dan personalhygiene


IV.Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi baik, dengan TD:
110/80 mmHg, nadi:82x/Menit, pernafasan :19x/menit, suhu:36.7oC.
Ibu mengerti
2. Meyakinkan ibu bahwa rasa mulas yang dirasakan ibu adalah hal yang normal
karena rasa mulas itu menunjukan proses dimana uterus berproses kembali ke
bentuk semula.
Ibu mengerti dan memahaminya.

3. Menganjurkan ibu untuk memenuhi nutrisi ibu, karena tenaga ibu telah terpakai
saat proses persalinan seperti makan putih telur 6 buah dalam sehari gunanya
agar robekan kecil yang ibu alami menjadi cepat kering dan perbanyak makan
buah papaya agar mudah untuk BAB,
Ibu mengerti dan bersedia melakukannya

4. Menganjurkan ibu untuk melakukan ASI Ekslusif selama 6 bulan lamanya


tanpa memberikan bayinya air putih dan madu sekalipin.
Ibu mengerti dan akan melakukannya

5. Menganjurkan ibu untuk terus menjaga kebersihan diri dan harus


memberanikan diri untuk memegang luka jahitan agar sisa kotoran tidak ada
yang tertinggal pada luka sehingga tidak dapat menyebabkan infeksi.
Ibu mengerti dan akan mencobanya

6. Menganjurkan kepada ibu agar menyusui bayinya sesering mungkin minimal


10 kali dalam waktu 24 jam dan menyusui tidak dibatasi sesuai kebutuhan bayi,
agar bayi mendapatkan kolostrum yang banyak mengandung anti body, selain
itu hisapan bayi juga dapat membantu mempercepat pengembalian uterus seperti
semula karena dipengaruhi oleh hormone oksitosin.
Ibu mengerti dan akan berusaha menerapkannya.

7. Memberitahu ibu mengenai tanda bahaya pada masa nifas dan segera kontrol

23
apabila ada salah satu tanda bahaya yang telah dijelaskan sebelumnya, ibu
mengerti dan bersedia melakukannya.

Tanda – tanda bahaya :

1. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba


2. Pengeluaran cairan vaginal dengan baubusuk
3. Rasa nyeri di perut bagian bawah ataupunggung
4. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastric, atau, masalahpenglihatan
5. Pembengkakan pada wajah dantangan
6. Deman, muntah, rasa sakit sewaktu BAK atauBAB
7. Payudara yang memerah, bengkak, dansakit
8. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan
9. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri- sendiri atau bayi dan merasa
sangat letih atau bernafas terengah-engah
10. Menganjurkan ibu untuk melakukan kontrol nifas 6 hari kemudian, ibu mengerti dan
bersediamelakukannya

24
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS 6 HARI
Tanggal 12 Juni 2022 Jam 15.00 WIB

I. DATA SUBJEKTIF

A. Anamnesa

Ibu mengatakan saat ini tidak ada keluhan, bayi hanya mengkunsumsi ASI
tanpa diberi apapun.

II. DATA OBJEKTIF

A. Keadaan Umum :Baik

Kesadaran : Composmentis

Status Emosiona l:Stabil

B. Tanda – tanda Vital

TD :110/80 mmHg

Nadi :80x/Menit

Pernapasan :19x/menit

Suhu :36.7 derajat Celcius

C. Konjungtiva : tidak anemis

D. Mamae

Putting Susu : Menonjol, tidak lecet

Asi : Ada,banyak

25
E. Abdomen

TFU : pertengahan antara simpisis dan pusat

Kontraksi : baik

Kandung kemih : kosong

F. Genetealia

Eodema : Tidak ada

Perineum : laserasi grade II

Luka : kering

Lochea : Sanguinolenta

G. Anus : Tidak ada robekan dan hemoroid

H. EkstremitasBawah : Tidak ada varises daneodema

III. ANALISA
Diagnosa : P2A0 nifas 6 hari

26
IV. PENATALAKSANAAN

a. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu dalam keadaan baik
dengan TD: 110/80 mmHg, nadi: 80x/Menit, pernapasan : 19x/menit, suhu :36,7oC,
pendarahan yang ibu alami juga masih dalam kedaan normal,
b. Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang, seperti makan
makanan yang berprotein tinggi untuk membantu penyembuhan luka, bervitamin,
mineral yang cukup.

c. Ibu sudah minum paling sedikit 2 liter setiap harinya, karena ibu sedang menyusui
dan butuh cairan yang lebih banyak.
d. Ibu sudah menjaga kebersihan diri khususnya bagian vagina, untuk mengganti
pakaian dalam minimal 2 kali sehari.
e. Ibu paham mengenai ASI, bahwa jika bayi sering diberikan akan merangsang ASI
untuk memproduksi lebih banyak , maka ibu harus yakin dan berfikir positif bahwa
asi ibu banyak dan ibu cukup untuk memenuhi nutrisi bayinya.
f. Ibu sudah tau cara menyusui yang baik dan benar. Ibu dapat mencobanya
g. Mengingatkan ibu kembali mengenai tanda bahaya pada masa nifas dan segera
kontrol apabila ada salah satu tanda bahaya yang telah dijelaskan sebelumnya, ibu
mengerti sudah mulai hafal apa saja tanda bahaya pada masanifas.

Tanda – tanda bahaya :

1. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba


2. Pengeluaran cairan vaginal dengan baubusuk
3. Rasa nyeri di perut bagian bawah ataupunggung

27
4. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastric, atau, masalahpenglihatan
5. Pembengkakan pada wajah dantangan
6. Deman, muntah, rasa sakit sewaktu BAK atauBAB
7. Payudara yang memerah, bengkak, dansakit
8. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan
9. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri- sendiri atau bayi dan
merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah
h. Memberitahu ibu cara perawatan payudara yaitu dengan cara membersihkan
bagian putting dengan baby oil apabila tidak ada menggunakan sesuatu yang
berminyak seperti minyak goring yang baru. Ibu mengerti dan akan melakukannya

28
BAB IV PEMBAHASAN KASUS

Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Saifuddin,2006).Setelah dilakukan

anamnesa dan pemeriksaan fisik pada ibu nifas maka didapat diagnose P3A1

postpartum.

Pada pemeriksaaan objektif keadaan umum : baik, kesadaran : compos mentis,

keadaan emosional : stabil, TD : 110/80, nadi : 82x/m, pernafasan :19x/m, suhu :

36,7oC. Conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikhterik. Payudara bersih dan puting

susu tidak lecet dan telah keluar kolostrum.TFU :1 jari dibawah pusat, kontraksi

uterus : baik, perdarahan : normal, lochea: rubra. Perdarahan normal, laserasi grade II

pada mukosa vagina, luka jahitan tidak terdapat perdarahan aktif.

Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar,

tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada

akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan akhir nifas 1-2 cm. Dengan ini besarnya

uterus setelah melahirkan dapat diketahui dari kontraksi uterus yang baik dan tingginya

fundus (Panduan Asuhan Nifas dan Evidance Based Practice,2012).

Setelah dilihat perbandingan antara teori dan praktek asuhan kebidanan yang

dilakukan maka adanya keselarasan antara kedua nya sehingga tidak adanya

kesenjangan dari praktek asuhan kebidanan dengan teori yang ada.

29
Pada kasus ini ibu sedang mengalami fase taking in yaitu cenderung pasif pada

lingkungannya dikarenakan ketidaknyamanan pada perubahan yang dialami seperti

mulas,nyeri luka jahitan, dan kurangnya istirahat.

Fase taking in merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari

pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan.Ibu terfokus pada dirinya sendiri,

sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya.Ketidaknyamanan yang dialami

antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan.Hal yang perlu

diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan

asupannutrisi.

Pelayanan nifas merupakan pelayanan kesehatan yang sesuai standar pada ibu

mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan.Kunjungan

rumah merupakan suatu asuhan yang baik dalam memberikan penyuluhan secara

personal.

Kunjungan pada masa nifas dilakukan minimal 2 kali. Adapun tujuan kunjungan

rumah untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir serta mencegah, mendeteksi dan

menangani komplikasi pada masa nifas.

Pada ini pula dilakukannya kunjungan nifas dan BBL sebanyak 2 kali yaitu 6

jam pertama post pastum, dan 6 hari post pasrtum. Dengan begitu semua asuhan yang

diberikan. Dari kesimpulan keseluruhan teori dan kasus pada lapangan tidak adanya

kesenjangan diantara keduanya.

30
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan Praktik Klinik Kebidanan dalam menerapkan keterampilan

Asuhan Kebidanan. Sesuai dengan asuhan kebidanan di BPM Bidan Radliyah,

Am.Keb yang dilaksanakan pada tanggal 30 Mei–18 Juni 2022 mahasiswa

menadapatkan pengalaman dan menambah wawasan pengetahuan dalam

melaksanakan asuhan kebidanan, dengan melakukan asuhan kebidanan khususnya

pada ibu nifas. Asuhan kebidanan post partum pada Ny. M, pemeriksaan dilakukan

sebanyak 2 kali, yaitu dari 6 jam dan 6 hari . Dan tidak ada ditemukannya komplikasi

sehingga tidak diperlukan pemeriksaan lebih lanjut. Dengan ini penulis

menyimpulkan hasil laporan ini

1. Melaksanakan pengkajian pada Ny.“M” masa nifas melalui

anamnesa,pemeriksaan fisik kemudian data yang diperoleh diananlisis menjadi

data subjektif dan objektif.

2. Tidak ditemukan masalah potensial pada persalinan Ny. “M” dengan diagnosa

P2A0

3. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada Ny “M” masa nifas bahwa masalah

ibu nifas telah teratasi tanpa kolaborasi dengan pihak kesehatan lainnya

4. Mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan pada Ny “M” masa nifas dalam

bentuk SOAP

31
B. Saran

1. Bagi mahasiswa

Meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan asuhan kebidanan sesuai standar

kebidanan sehingga dapat mengaplikasikan dalam praktik klinik kebidanan

selanjutnya dan diharapkan dapat lebih teliti dan lengkap lagi dalam memberikan

asuhan kebidanan masa nifas dengan melakukan pengisian EPDS guna mengetahui

risiko depresi masa nifas

2. Bagi pasien

Diperlukan keterlibatan suami/keluarga dalam perawatan untuk meningkatkan

hubungan yang lebih erat antara pasien dengan bayinya demi menambah pengetahuan

dan bimbingan sebagai kelanjutan perawatan di rumah.

3. Bagi tempat praktik

Mempertahankan kualitas pelayanan terutama pada kehamilan, persalinan, nifas serta

bayi baru lahir secara professional, sehingga tindakan yang dilakukan sesuai dengan

perkembangan ilmu berdasarkan standar pelayanman kebidanan.

32
DAFTAR PUSTAKA

- Ambarwati, Wulandari. 2009. Asuhan KebidananNifas.


Yogyakarta : MitraCendikia

- Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar;


RISKESDAS. Jakarta: Balitbang KemenkesRI

- Manuaba. 2010.Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan


Keluarga berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta;EGC
- Megasari, Miratu dkk. 2015. Panduan Asuhan Kebidanan I. Ed 1.
Yogyakarta:Deepublish
- Mochtar R. 2011. Synopsis Obstetric : Obstetric Fisiologi,
Obstetric Patologi. Jakarta :EGC.
- Suhermi. 2009. Perawatan MasaNifas. Yogyakarta : Fitramaya
- Varney,Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta:EGC.

- Yesiana dan Liona. 2015. Manajemen Laktasi dan Kesejahteraan


Ibu Menyusui. Surabaya:Jurnalpsikologi.Vol.42,No.3:231-242.

33

Anda mungkin juga menyukai