TAHUN 2022
Dosen Pembimbing
Disusun Oleh :
APRODHITA ANGGRAINI PUTRI
P07124220008
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI PADA NY. M DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI
Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk Dipertahankan dihadapan penguji
Menyetujui
PEMBIMBING PRAKTIK
Radliyah, Am.Keb
SIPB: 001/SIPB/2017
2
LEMBARAN PENGESAHAN LAPORAN KASUS
DOSEN PEMBIMBING
NIP. 198506192019022001
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul
“LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI PADA NY.
M” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Asuhan Kebidanan Nifas. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Nifas di kehidupan sehari-hari bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Fitria Jannatul Laili, S.Keb,
Bd, M.Keb, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan
semua, terima kasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
ini.
4
DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................
LEMBARAN PERSETUJUAN 2
LEMBARAN PENGESAH 3
KATA PENGANTAR......................................................................................4.....................................
DAFTAR ISI....................................................................................................5
BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................6
A. Latar belakang............................................................................................6
B. Tujuan.........................................................................................................7
BAB II. TINJAUAN TEORI ...........................................................................8
A. Nifas.........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................34
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Millenium Declaration menempatkan kematian maternal sebagai prioritas utama yang harus
ditanggulangi melalui upaya sistemik dan tindakan yang nyata untuk meminimalisasi resiko
kematian, menjamin reproduksi sehat dan meningkatkan kualitas hidup ibu atau kaum
perempuan (Kematian Maternal diakses tanggal 23 Februari 2011). Kematian maternal
merupakan kematian dari setiap wanita selama masa kehamilan, bersalin atau dalam 42 hari
sesudah berakhirnya kehamilan yang berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan dan
penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan oleh insidental (faktor kebetulan).
Indonesia adalah salah satu Negara yang masih belum bisa lepas dari belitan angka kematian
ibu (AKI) yang tinggi. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2009, angka kematian maternal di Indonesia mencapai 248/100.000 kelahiran hidup, itu berarti
setiap 100.000 kelahiran hidup, masih ada sekitar 248 ibu yang meninggal akibat komplikasi
kehamilan dan persalinan (Kematian Maternal, Online, Diakses tanggal 23 Februari 2011). 12
Pada tahun 2007, provinsi di Indonesia dalam kasus kematian ibu melahirkan tertinggi adalah
Provinsi Papua, yaitu sebesar 730/100.000 kelahiran hidup, diikuti Provinsi Nusa Tenggara
Barat sebesar 370/100.000 kelahiran hidup, Provinsi Maluku sebesar 340/100.000 kelahiran
hidup, sedangkan di Sulawesi Selatan berdasarkan profil kesehatan Sulawesi Selatan jumlah
kejadian kematian maternal yang dilaporkan pada tahun 2009 yaitu sebesar 104/100.000
kelahiran hidup (Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011, diakses tanggal 26 Februari
2011).
Asuhan masa nifas diperlukan karena dalam periode ini merupakan masa kritis baik ibu
maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan
dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama, salah satu penyebabnya adalah
pendarahan masa nifas karena itu diperlukan penanganan yang tepat (Wulandari dkk. 2011, 2).
Perawatan masa nifas pada pasien dengan memberikan pelayanan kunjungan nifas atau
melakukan kontrol sampai dengan 1 minngu masa nifas dengan metode pendekatan menejemen
kebidanan merupakan perawatan yang sesuai dengan asuhan yang seharusnya diberikan.
Berdasarkan uraian di atas memberi motivasi pada penulis untuk mengkaji dan membahas lebih
6
lanjut kasus masa nifas.
B. Tujuan
1. TujuanUmum
Mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada kehamilan,
persalinan, bayi baru lahir, nifas, dan masa antara (KB) pada Ny. M
G2P1A0 menggunakan manajemen asuhan kebidanan yang sesuai dengan
standar pelayanan kebidanan.
2. TujuanKhusus
a. Melaksanakan pengakajian dan analisa data dasar Masa Nifas pada
Ny”M”
b. Merumuskan diagnose/masalah potensial Masa NIfas pada Ny”M”.
c. Mengidentifikasi tindakan segera dan kolaborasi Masa NIfas pada
Ny”M”.
d. Merencanakan Asuhan Kebidanan Masa Nifas pada Ny”M”.
e. Melaksanakan Asuhan Kebidanan Masa Nifas pada Ny”M”
f. evaluasi
g. Mendokumentasikan Asuhan Kebidanan Masa Nifas pada Ny”E”
7
BAB II TINJAUAN
TEORI
A. Nifas
1. Pengertian Nifas
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berdiri danberjalan-jalan.
komplikasi.
Sebagai catatan, waktu untuk sehat sempurna bisa cepat bila kondisi sehat
prima, atau bisa juga berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan, bila ada
8
a. Involusi uterus
kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan sehingga
b. Uterus
kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini
mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan akhir nifas 1-2
cm. Dengan ini besarnya uterus setelah melahirkan dapat diketahui dari
kontraksi uterus yang baik dan tingginya fundus (Panduan Asuhan Nifas dan
c. Pembuluh darah
besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah
yang banyak, maka arteri harus mengecil kembali dalam masa nifas.
d. Serviks
perbatasan antara korpus uteri dan serviks terbentuk cincin. Muara serviks
Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat
9
dimasukkan 2-3 jari, pada minggu ke 6 postpartum serviks menutup
(Ambarwati, 2009)
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6 sampai 8
f. Saluran kencing
tinggal urin residual. Sisa urin ini dan trauma pada dinding kandung kencing
g. Lochea
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus dan luka jalan lahir dari
vagina dalam masa nifas. Akibat involusi uteri lapisan luar desidua yang
mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan
keluar bersaa dengan sisa cairan. Dalam keadaan normal lochea berbau amis
berasal dari bekas melekatnya plasenta. (Panduan Asuhan Nifas dan Evidance
Macam-macam lochea :
1) Lochea rubra(Cruenta)
10
meconium. Berwarna merah, keluar pada hari ke-1 sampai hari ke-2
postpartum.
2) Locheasanguinolenta
3) Locheaserosa
Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14 berwarna kekuningan. Terdiri
dari leukosit
4) Locheaalba
5) Locheapurulenta
Proses adaptasi psikologi pada seorang ibu sudah dimulai sejak hamil. Wanita
adaptasi. Perubahan mood seperti sering menangis, lekas marah, dan sering sedih
atau cepat berubah menjadi senang merupakan manifestasi dari emosi yang labil.
Proses adaptasi berbeda-beda antara satu ibu dengan ibu yang lain.
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung
jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan serta perhatian
1) Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus
terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses
persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ibu perlu bicara tentang
dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti rasa
mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang
tidak dapat dihindari. Hal tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat untuk
tersinggung, menangis. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif. Pada fase
ini petugas kesehatan harus menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu
Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan.
Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidak mampuan dan rasa tanggung
jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga
Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk
nifas. Tugas kita adalah mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusu yang
12
benar, cara merawat luka jahitan, senam nifas, memberikan pendidikan kesehatan
yang dibutuhkan ibu seperti gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.
3) Fase letting go
Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase
ini berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan
diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui
merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada fase ini. Ibu akan lebih percaya
diri dalam menjalani peran barunya. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada
fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam
Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan oleh ibu. Suami dan
sehingga ibu tidak telalu terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup,
B. Menyusui
Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi dan mengasuh
bayi, dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh kedua tahun pertama,
kebutuhan nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua
anak yang paling murah dan efektif dalam sejarah kesehatan manusia. Yang
13
diharapkan adalah minimal enam bulan ibu menyusui anaknya, sedapat mungkin
secara eksklusif (enam bulan tanpa ada pemberian cairan/asupan lain selain ASI).
sehingga tidak memerlukan persiapan atau perawatan khusus. Hal ini tidak
sepenuhnya benar terutama bagi ibu yang menyadari bahwa air susu sangat
1. Persiapan Menyusui
Tubuh ibu bersiap untuk menyusui pada awal kehamilan, dan payudara pun
mulai berkembang. Tubuh ibu mengumpulkan persediaan energi dan nutrisi lainya
untuk membantu memproduksi ASI. Kapanpun bayi lahir, ASI tetap mengandung
ibu sedikit melambat untuk menghasilkan energi yang diperoleh dari makanan.
Persediaan ASI tergantung pada kebutuhan bayi. Ketika bayi tumbuh dan
Laktasi adalah cara yang tidak ada bandingannya dalam memberikan makanan
yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat; hal itu juga
merupakan bagian integral dari proses reproduktif dengan berbagai dampak yang
penting bagi kesehatan kaum ibu. Berbagai bukti yang ada menunjukkan bahwa
pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan adalah cara optimum dalam
menyediakan pangan bagi para bayi. Sesudahnya para bayi harus mendapatkan
14
berlanjut hingga usia 2 tahun atau lebih.
manajemen diri ibu yang kuat dengan fokus pada diri dan pada anak. Ia
memerlukan kekuatan untuk mencapai tujuan yaitu kesejahteraan diri, anak, dan
keluarga.
2. Teknik Menyusui
Bayi menghisap secara alamiah, akan tetapi pada awalnya mungkin dia
ke mulut bayi. Ibu dapat melancarkan aliran air susu dengan cara menekan nekan
atau dorong dagunya ke bawah perlahan lahan dengan ibu jari dan jari telunjuk.
Pindahkan bayi ke payudara yang satunya lagi sampai selesai menyusui. Dengan
demikian, bayi menerima air susu dengan volume yang sama dari setiap payudara
setiap hari. Ibu pun terhindar dari pembekakan payudara akibat terlalu penuh
3. Posisi menyusui
Ada banyak cara untuk memposisikan diri dan bayi selama proses menyusui
dengan punggung diganjal bantal dan kaki di atas bangku kecil. Seorang ibu
a. Ibu duduk tegak dengan punggung lurus dan pangkuan rata, serta kaki
15
dipijakkan ke tanah secararata.
menyangga berat badan bayi dan agar bayi sejajar dengan payudara
ibu.
dengan payudara kiri. Demikian pula sebaliknya. Pada posisi ini, kepala,
leher, dan punggung bayi dalam keadaan lurus dan dengan kepala agak
terangkat kebelakang.
bayi ke payudara.
Posisi ibu menyusui dengan tidur miring dinilai kurang tepat karena posisi
payudara diatas kepala bayi, sehingga mulut bayi sukar mencapai puting payudara
ibu. Jika ibu menyukai posisi miring, hendaknya ibu mengusahakan agar puting
payudaranya sejajar mulut bayi, sehingga mulut bayi dapat lebih mudah mencapai
dan disekitar kelang payudara. Cara ini mempunyai mempunyai manfaat sebagai
b. Ibu duduk dengan santai, bila duduk lebih baik gunakan kursi yang
rendah agar kaki ibu menggantung dan punggung ibu bersandar pada
sandarankursi.
depan.
payudara.
h. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain
17
Pelayanan nifas merupakan pelayanan kesehatan yang sesuai
standar pada ibu mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan oleh
tenaga kesehatan. Asuhan masa nifas penting diberikan pada ibu dan bayi,
karena merupakan masa krisis baik ibu dan bayi. Enam puluh persen
(60%) kematian ibu terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian pada
kunjungan rumah untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir serta
masa nifas, pemenuhan nutris dan hidrasi, pengkonsumsian obat dan vitamin
tentang tanda-tanda bahaya pada masa nifas dan pada bayi baru lahir.
18
19
BAB III
PENGEMBANGAN KASUS
I. DATA SUBJEKTIF
a. Identitas
Nama istri : Ny. M
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
b. Anamnesa
Ibu mengatakan masih merasa mulas dan nyeri luka jahitan
c. Riwayat Obstetri
1) Abortus
2) Lahir tahun 2017, lahir cukup bulan, spontan pervaginam, ditolong oleh bidan di
BPM, tidak ada penyulit, BB 3400gram,
PB 51cm, hidup, sehat, ASI
d. Riwayat persalinan
- Tempat persalinan : BPM ditolong oleh Bidan
20
- Sisa plasenta :-
- Perdarahan
Kala 1 :-
Kala II : 20 ml
e. Riwayat Postpartum
- StatusEmosional :Stabil
A. KeadaanUmum :Baik
Kesadaran : ComposMentis
StatusEmosional :Stabil
TD : 110/80 mmHg
21
Nadi : 82x/Menit
Pernafasan :19x/menit
Suhu :36.7oC
C. Konjungtiva :Anemies(-)
D. Mamae
Asi : Ada,banyak
E. Abdomen
Kontraksi :baik,
Konsistensi :keras
F. Genetealia
Eodema :-
Lochea : Rubra
III. ANALISIS
Diagnosa :P2A0 nifas 6jam
22
Masalah :-
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi baik, dengan TD:
110/80 mmHg, nadi:82x/Menit, pernafasan :19x/menit, suhu:36.7oC.
Ibu mengerti
2. Meyakinkan ibu bahwa rasa mulas yang dirasakan ibu adalah hal yang normal
karena rasa mulas itu menunjukan proses dimana uterus berproses kembali ke
bentuk semula.
Ibu mengerti dan memahaminya.
3. Menganjurkan ibu untuk memenuhi nutrisi ibu, karena tenaga ibu telah terpakai
saat proses persalinan seperti makan putih telur 6 buah dalam sehari gunanya
agar robekan kecil yang ibu alami menjadi cepat kering dan perbanyak makan
buah papaya agar mudah untuk BAB,
Ibu mengerti dan bersedia melakukannya
7. Memberitahu ibu mengenai tanda bahaya pada masa nifas dan segera kontrol
23
apabila ada salah satu tanda bahaya yang telah dijelaskan sebelumnya, ibu
mengerti dan bersedia melakukannya.
24
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS 6 HARI
Tanggal 12 Juni 2022 Jam 15.00 WIB
I. DATA SUBJEKTIF
A. Anamnesa
Ibu mengatakan saat ini tidak ada keluhan, bayi hanya mengkunsumsi ASI
tanpa diberi apapun.
Kesadaran : Composmentis
TD :110/80 mmHg
Nadi :80x/Menit
Pernapasan :19x/menit
D. Mamae
Asi : Ada,banyak
25
E. Abdomen
Kontraksi : baik
F. Genetealia
Luka : kering
Lochea : Sanguinolenta
III. ANALISA
Diagnosa : P2A0 nifas 6 hari
26
IV. PENATALAKSANAAN
a. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu dalam keadaan baik
dengan TD: 110/80 mmHg, nadi: 80x/Menit, pernapasan : 19x/menit, suhu :36,7oC,
pendarahan yang ibu alami juga masih dalam kedaan normal,
b. Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang, seperti makan
makanan yang berprotein tinggi untuk membantu penyembuhan luka, bervitamin,
mineral yang cukup.
c. Ibu sudah minum paling sedikit 2 liter setiap harinya, karena ibu sedang menyusui
dan butuh cairan yang lebih banyak.
d. Ibu sudah menjaga kebersihan diri khususnya bagian vagina, untuk mengganti
pakaian dalam minimal 2 kali sehari.
e. Ibu paham mengenai ASI, bahwa jika bayi sering diberikan akan merangsang ASI
untuk memproduksi lebih banyak , maka ibu harus yakin dan berfikir positif bahwa
asi ibu banyak dan ibu cukup untuk memenuhi nutrisi bayinya.
f. Ibu sudah tau cara menyusui yang baik dan benar. Ibu dapat mencobanya
g. Mengingatkan ibu kembali mengenai tanda bahaya pada masa nifas dan segera
kontrol apabila ada salah satu tanda bahaya yang telah dijelaskan sebelumnya, ibu
mengerti sudah mulai hafal apa saja tanda bahaya pada masanifas.
27
4. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastric, atau, masalahpenglihatan
5. Pembengkakan pada wajah dantangan
6. Deman, muntah, rasa sakit sewaktu BAK atauBAB
7. Payudara yang memerah, bengkak, dansakit
8. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan
9. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri- sendiri atau bayi dan
merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah
h. Memberitahu ibu cara perawatan payudara yaitu dengan cara membersihkan
bagian putting dengan baby oil apabila tidak ada menggunakan sesuatu yang
berminyak seperti minyak goring yang baru. Ibu mengerti dan akan melakukannya
28
BAB IV PEMBAHASAN KASUS
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
anamnesa dan pemeriksaan fisik pada ibu nifas maka didapat diagnose P3A1
postpartum.
36,7oC. Conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikhterik. Payudara bersih dan puting
susu tidak lecet dan telah keluar kolostrum.TFU :1 jari dibawah pusat, kontraksi
uterus : baik, perdarahan : normal, lochea: rubra. Perdarahan normal, laserasi grade II
tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada
akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan akhir nifas 1-2 cm. Dengan ini besarnya
uterus setelah melahirkan dapat diketahui dari kontraksi uterus yang baik dan tingginya
Setelah dilihat perbandingan antara teori dan praktek asuhan kebidanan yang
dilakukan maka adanya keselarasan antara kedua nya sehingga tidak adanya
29
Pada kasus ini ibu sedang mengalami fase taking in yaitu cenderung pasif pada
pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan.Ibu terfokus pada dirinya sendiri,
antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan.Hal yang perlu
diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan
asupannutrisi.
Pelayanan nifas merupakan pelayanan kesehatan yang sesuai standar pada ibu
mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan.Kunjungan
rumah merupakan suatu asuhan yang baik dalam memberikan penyuluhan secara
personal.
Kunjungan pada masa nifas dilakukan minimal 2 kali. Adapun tujuan kunjungan
rumah untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir serta mencegah, mendeteksi dan
Pada ini pula dilakukannya kunjungan nifas dan BBL sebanyak 2 kali yaitu 6
jam pertama post pastum, dan 6 hari post pasrtum. Dengan begitu semua asuhan yang
diberikan. Dari kesimpulan keseluruhan teori dan kasus pada lapangan tidak adanya
30
BAB V
A. Kesimpulan
pada ibu nifas. Asuhan kebidanan post partum pada Ny. M, pemeriksaan dilakukan
sebanyak 2 kali, yaitu dari 6 jam dan 6 hari . Dan tidak ada ditemukannya komplikasi
2. Tidak ditemukan masalah potensial pada persalinan Ny. “M” dengan diagnosa
P2A0
3. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada Ny “M” masa nifas bahwa masalah
ibu nifas telah teratasi tanpa kolaborasi dengan pihak kesehatan lainnya
bentuk SOAP
31
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
selanjutnya dan diharapkan dapat lebih teliti dan lengkap lagi dalam memberikan
asuhan kebidanan masa nifas dengan melakukan pengisian EPDS guna mengetahui
2. Bagi pasien
hubungan yang lebih erat antara pasien dengan bayinya demi menambah pengetahuan
bayi baru lahir secara professional, sehingga tindakan yang dilakukan sesuai dengan
32
DAFTAR PUSTAKA
33