Herpes adalah penyakit yang ditandai dengan munculnya lepuhan berwarna kemerahan dan
berisi cairan pada kulit. Penyakit ini termasuk dalam penyakit jangka panjang, karena
virusnya bisa bertahan seumur hidup di dalam tubuh seseorang. Dua jenis herpes yang umum
dialami, yaitu:
Herpes simpleks, yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV)
tipe 1 dan 2.
Herpes zoster, yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster atau virus
yang sama dengan penyebab cacar air.
Penyebab Herpes
Penyebab herpes adalah virus herpes simpleks tipe I dan II. Kedua virus tersebut tergolong
ke dalam virus DNA. Virus ini mudah ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak
kulit, seperti berciuman atau bersentuhan. Sedangkan pada tipe II, melakukan kontak seksual
adalah penyebab utama penularan virus.
Semua orang yang pernah mengalami cacar air berisiko tinggi terkena herpes zoster. Berikut
ini beberapa faktor risiko yang perlu diperhatikan:
Memiliki penyakit tertentu yang melemahkan sistem imun, seperti HIV/AIDS dan
kanker.
Sedang menjalani perawatan kanker, seperti radiasi dan kemoterapi yang dapat
menurunkan kekebalan tubuh terhadap penyakit.
Gejala Herpes
Gejala biasanya muncul dalam waktu 3-7 hari setelah seseorang terpapar virus. Gejalanya
sendiri diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahan yang dialami oleh pengidap. Berikut
ini beberapa gejala tersebut:
Infeksi Primer
Gejala awal yang dijumpai berupa bintil berwarna putih tampak berisi air atau disebut
sebagai vesikel. Bintik ini muncul berkelompok di atas kulit yang sembab dan kemerahan
(eritematosa). Awalnya vesikel tersebut tampak putih, tetapi lama-kelamaan berisi nanah
(pus) berwarna hijau.
Terkadang dapat ditemukan juga bintil yang telah pecah, sehingga penampakannya seperti
“sariawan” pada kulit. Fase infeksi primer terjadi selama 3 minggu dan sering disertai gejala
lainnya. Contohnya seperti demam, lemas, mual, muntah, dan dapat juga ditemukan
pembesaran kelenjar di lipat paha atau di sekitar leher.
Pada tipe I, gejala umumnya muncul pada daerah pinggang ke atas terutama daerah mulut
dan hidung. Infeksi tipe I ini sering disebut sebagai cold sores, yang juga dapat menyerang
dinding mukosa mulut dan memberikan tampilan seperti sariawan. Infeksi umumnya
dijumpai anak-anak.
Fase Laten
Saat gejala membaik, bukan berarti virus telah mati. Virus tersebut “beristirahat” di dalam sel
saraf tulang belakang manusia. Di fase ini, pelepasan virus masih terus berlangsung,
meskipun dalam jumlah sedikit. Dengan demikian, bisa saja seseorang terkena infeksi herpes
dari pasangannya yang terlihat sehat.
Infeksi Rekuren
Virus yang beristirahat pada fase laten suatu saat dapat aktif kembali. Faktor-faktor atau
kondisi-kondisi yang dapat mengaktifkan infeksi tersebut, antara lain:
Trauma fisik, seperti demam, infeksi oleh penyakit lain, penyakit HIV/AIDS,
hubungan intim, kurang istirahat, menstruasi, dan sebagainya.
Trauma psikis, seperti gangguan emosional dan depresi.
Gejala yang timbul umumnya lebih ringan dibanding infeksi primer dan berlangsung lebih
sebentar, yaitu selama 7-10 hari. Kelainan kulit dapat timbul di tempat yang sama (loco) atau
di sekitarnya (non-loco). Sebelum kelainan kulit muncul, pengidap akan mengalami gejala,
seperti rasa panas, gatal, dan nyeri.
Selain gejala khas dalam setiap fase di atas, berikut ini beberapa jenis gejala tambahan yang
bisa saja dialami pengidap:
Pada pengidap wanita, gejalanya dapat terjadi disuria atau rasa nyeri saat buang air
kecil.
Keputihan.
Gejala neuropati, meliputi susah buang air kecil, konstipasi (sembelit), ataupun hilang
sensasi pada kulit.
Diagnosis Herpes
Diagnosis dilakukan berdasarkan gejala dan temuan klinis yang ada. Namun, untuk beberapa
kasus yang meragukan, misalnya penampakan klinis sudah tidak khas lagi, maka dapat
dilakukan tes laboratorium. Dokter umumnya akan mengambil jaringan dan cairan dari
vesikel kulit dan diamati di bawah mikroskop.
Tidak hanya itu, untuk membantu diagnosis herpes agar lebih akurat, dapat dilakukan
beberapa pemeriksaan tambahan, seperti:
Kultur virus herpes simplex. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengusap area
kulit atau genital yang terinfeksi, kemudian mengambil cairan genital atau cairan
tubuh lainnya untuk diperiksa di laboratorium.
Tes antibodi. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari
tubuh, kemudian dianalisis di laboratorium untuk diperiksa keberadaan antibodi
spesifik HSV 1 maupun HSV 2.
Pengobatan Herpes
Pengobatan dilakukan dengan berfokus menghilangkan bekas lepuhan dan mencegah
penyebaran virus. Meski koreng dan lepuhan dapat hilang dengan sendirinya, pengobatan
yang dilakukan dapat mengurangi komplikasi yang bisa saja dialami oleh pengidap.
Sedangkan untuk mengurangi nyeri yang ditimbulkan oleh virus, berikut ini beberapa
langkah yang dapat dilakukan:
Kompres dengan air hangat atau atau air dingin pada kulit yang terkena.
Khusus ibu hamil dengan penyakit genital, ia wajib melakukan pemeriksaan diri untuk
mencegah penularan pada bayi selama proses persalinan berlangsung. Dalam beberapa kasus,
penularan dapat menyebabkan komplikasi yang membahayakan nyawa bayi.
Komplikasi Herpes
Sejumlah gejala yang dibiarkan begitu saja dapat memicu munculnya komplikasi berupa:
Radang paru-paru.
Hepatitis.
Esofagitis.
Komplikasi dari infeksi virus varicella-zoster tidak selalu terjadi pada pengidap cacar air.
Komplikasi umumnya dialami oleh anak-anak, lansia, wanita hamil, dan orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang rendah. Berikut ini beberapa komplikasi yang bisa saja dialami:
Ruam yang diikuti dengan infeksi bakteri sekunder pada daerah tersebut.
Pencegahan Herpes
Satu-satunya cara untuk sepenuhnya menghindari infeksi virus adalah tidak melakukan
hubungan seksual dengan pengidapnya. Jika aktif secara seksual, kamu dapat melakukan hal-
hal berikut untuk menurunkan kemungkinan terinfeksi virus:
Menggunakan kondom.
Referensi