BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit adalah organ yang sangat penting untuk mengetahui tingkat kesehatan seseorang.
Kecantikan seseorang secara fisik dapat dilihat dari kesehatan kulitnya. Kulit yang sehat
mencerminkan kebersihan, status gizi, status emosi/psikologis, juga kepribadian seseorang. Oleh
karena itu, kesehatan kulit/integumen perlu mendapat perhatian yang cukup besar.
Apabila kulit mengalami kelainan atau gangguan akan membawa dampak baik fisik
maupun psikologis pada penderita. Oleh karena itu, pemberian asuhan keperawatan yang tepat
sangat diperlukan. Dalam makalah ini kami akan memaparkan beberapa contoh kelainan kulit
yaitu Herpes Simplex serta bagaimana penatalaksanaan kita sebagai perawat dalam merawat
pasien dengan kelainan kulit tersebut.
1.2 Tujuan
Tujuan Umum :
· Agar mahasiswa-mahasiswi memahami asuhan keperawatan pada klien dengan herpes
simplex.
Tujuan Khusus :
Agar mahasiswa-mahasiswi mengerti, mengetahui, dan memahami isi tentang:
· Pengertian dari Herpes Simplex
· Penyebab dari Herpes Simplex.
· Patofisiologi dari Herpes Simplex.
· Manifestasi klinis dari Herpes Simplex
· Komplikasi dari Herpes Simplex
· Pencegahan dari Herpes Simplex
· Tatalaksana yang tepat pada Herpes Simplex.
1.3 Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini yakni melalui
studi literature, browsing internet, dan diskusi kelompok.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian
Herpes adalah radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung
berkelompok. Gelembung-gelembung ini berisi air pada dasar peradangan.
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus herpes
hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit
yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat
berlangsung baik primer maupun rekurens. (Adhi DJuanda, Ilmu penyakit kulit dan
kelamin,2000:355)
2.2 Etiologi
Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 2 tipe virus herpes simpleks:
· Virus herpes simpleks tipe I (HSV I). Penyakit kulit/selaput lendir yang ditimbulkan
biasanya disebut herpes simpleks saja, atau dengan nama lain herpes labialis, herpes febrilis.
Biasanya penderita terinfeksi virus ini pada usia kanak-kanak melalui udara dan sebagian kecil
melalui kontak langsung seperti ciuman, sentuhan atau memakai baju/handuk mandi bersama.
Lesi umumnya dijumpai pada tubuh bagian atas. Termasuk mata dengan rongga mulut, hidung
dan pipi; selain itu, dapat juga dijumpai di daerah genitalia, yang penularannya lewat koitus
orogenital (oral sex).
· Virus herpes simpleks tipe II (HSV II, “virus of love”). Penyakit ditularkan melalui
hubungan seksual. Tetapi dapat juga terjadi tanpa koitus, misalnya dapat terjadi pada
dokter/dokter gigi dan tenaga medik. Lokalisasi lesi umumnya adalah bagian tubuh di bawah
pusar, terutama daerah genitalia lesi ekstra-genital dapat pula terjadi akibat hubungan seksual
orogenital.
2.3 Patofisiologi
HSV disebarkan melalui kontak langsung antara virus dengan mukosa atau setiap kerusakan di
kulit. Virus herpes tidak dapat hidup di luar lingkungan yang lembab dan penyebaran infeksi
melalui cara selain kontak langsung kecil kemungkinannya terjadi. HSV memiliki kemmpuan
untuk menginvasi beragam sel melalui fusi langsung dengan membrane sel. pada infeksi aktif
primer, virus menginvasi sel pejamu dan cepat berkembang dengan biak, menghancurkan sel
pejamu dan melepaskan lebih banyak virion untuk menginfeksi sel-sel disekitarnya. Pada
infeksi aktif primer, virus menyebar melalui saluran limfe ke kelenjar limfe regional dan
menyebabkan limfadenopati. Tubuh melakukan respon imun seluler dan humoral yang
menahan infeksi tetapi tidak dapat mencegah kekambuhan infeksi aktif. Setelah in feksi awal
timbul fase laten. Selama masa ini virus masuk ke dalam sel-sel sensorik yang mempersarafi
daerah yang terinfeksi dan bermigrasi disepanjang akson untuk bersembunyi di dalam ganglion
radiksdorsalis tempat virus berdiam tanpa menimbulkan sitotoksisitas atau gejala pada manusia.
2.6 Pencegahan
Herpes simpleks bisa dicegah dengan :
· Jalani pola hidup yang bersih dan higienis
· Hindari penularan melalui ciuman, penggunaan handuk atau pisau cukur bersama
· Menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual
· Evaluasi, konsultasi, dan mengobati pasangan seksual dari individu yang terinfeksi
2.7 Penatalaksanaan
Untuk mengobati herpes simpleks, dokter dapat memberikan pengobatan antivirus dalam bentuk
krim atau pil. Pengobatan ini tidak dapat menyembuhkan herpes simpleks, namun dapat
mengurangi durasi terjadinya penyakit dan mengurangi beratnya penyakit. Antivirus yang diakui
oleh FDA (badan pengawas obat-obatan Amerika Serikat) antara lain: Acyclovir, Valacyclovir
dan Famcyclovir. Jika seseorang sedang mendapat pengobatan untuk herpes simpleks, maka
pasangan seksualnya disarankan untuk diperiksa, dan bila perlu, diobati juga walaupun tidak ada
gejala. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya komplikasi yang serius pada infeksi herpes
simpleks yang tidak terdiagnosis atau mencegah penyebaran infeksi ini ke orang lain. Mereka
juga disarankan untuk tidak berhubungan seksual sampai selesai pengobatan
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a) Biodata.
Dapat terjadi pada semua orang di semua umur; sering terjadi pada remaja dan dewasa muda.
Jenis kelamin; dapat terjadi pada pria dan wanita. Pekerjaan; beresiko tinggi pada penjaja seks
komersial.
b) Keluhan utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ketempat palayanan kesehatan adalah nyeri
pada lesi yang timbul.
f) Kebutuhan psikososial
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian muka atau yang dapat
dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri.hal itu meliputi perubahan citra
tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri, harga diri, penampilan peran, atau identitas diri. Reaksi yang
mungkin timbul adalah:
1. Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh.
2. Menarik diri dari kontak social.
3. Kemampuan untuk mengurus diri berkurang.
g) Kebiasaan sehari-hari.
Dengan adanya nyeri, kebiasaan sehari-hari klien juga dapat mengalami gangguan, terutama
untuk istirahat/tidur dan aktivitas. Terjadi gangguan BAB dan BAK pada herpes simpleks
genitalis. Penyakit ini sering diderita oleh klien yang mempunyai kebiasaan menggunakan alat-
alat pribadi secara bersama-sama atau klien yang mempunyai kebiasaan melakukan hubungan
seksual dengan berganti-ganti pasangan.
h) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dan daya tahan tubuh klien.
pada kondisi awal/saat proses peradangan , dapat terjadi peningkatan suhu tubuh atau demam
dan perubahan tanda-tanda vital yang lain. Pada pengkajian kulit, ditemukan adanya vesikel-
vesikel berkelompok yang nyeri ,edema di sekitar lesi, dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi
sekunder. Pada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu diperhatikan adalah bagian glans
penis, batang penis, uretra, dan daerah anus. Sedangkan pada wanita, daerah yang perlu
diperhatikan adalah labia mayor dan minor, klitoris, introitus vagina, dan serviks. Jika timbul
lesi, catat jenis, bentuk, ukuran / luas, warna, dan keadaan lesi. Palpasi kelenjar limfe regional,
periksa adanya pembesaran; pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar limfe
regional.
Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat mengkaji respon individu terhadap nyeri akut secara
fisiologis atau melalui respon perilaku. Secara fisiologis,terjadi diaphoresis, peningkatan denyut
jantung, peningkatan pernapasan, dan peningkatan tekanan darah; pada perilaku, dapat juga
dijumpai menangis, merintih, atau marah. Lakukan pengukuran nyeri dengan menggunakan
skala nyeri 0-10 untuk orang dewasa. Untuk anak-anak, pilih skala yang sesuai dengan usia
perkembangannya kita bisa menggunakan skala wajah untuk mengkaji nyeri sesuai usia; libatkan
anak dalam pemilihan.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang muncul pada pasien herpes simpleks adalah :
1. Nyeri b/d inflamasi jaringan
2. Resiko infeksi b/d pemajanan melalui kontak ( kontak langsung & tidak langsung)
3. Kerusakan Integritas Kulit b/d penurunan imunologis
4. Gangguan citra tubuh b/d perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit herpes simpleks
· Kolaborasi dengan
dokter jika keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
2 Resiko v Immune Status Infection Control
infeksi b/d v Knowledge : · Bersihkan · Mencegah kontaminasi
pemajanan infection control lingkungan setelah dipakai silang, menurunkan resiko
melalui v Risk control pasien lain infeksi
kontak · Pertahankan teknik · Menurunkan resiko
( kontak Kriteria Hasil : isolasi terkontaminasi silang/terpajan
langsung & v Klien bebas dari pada flora bakteri multiple
tidak tanda dan gejala · Mencegah kontaminasi
langsung) infeksi · Batasi pengunjung silang dari pengunjung
v Mendeskripsikan bila perlu · Mencegah kontaminasi
proses penularan · Instruksikan silang, menurunkan resiko
penyakit, faktor pengunjung untuk infeksi
yang mempengaruhi mencuci tangan saat
penularan serta berkunjung dan setelah
pelaksanaannya berkunjung meninggalkan
v Menunjukkan pasien · Menurunkan resiko
kemampuan untuk · Gunakan sabun anti terkontaminasi silang/terpajan
mencegah timbulnya mikroba untuk cuci tangan pada flora bakteri multiple
infeksi · Menurunkan resiko
v Jumlah leukosit · Cuci tangan terkontaminasi
dalam batas normal sebelum dan sesudah
Menunjukkan tindakan keperawatan · Mencegah terpajan
perilaku hidup sehat · Gunakan baju, pada organism infeksis
sarug tangan sebagai
pelindung · Antibiotik local dan
· Berikan terapi sistemik diberikan untuk
antibiotic bila perlu mengontrol pathogen yang
teridentifikasi oleh
kultur/sensitivitas.
BAB IV
KASUS FIKTIF
Ny. R umur 30 tahun, beralamatkan di Tenggela, Telaga, Gorontalo. Pada tanggal 10 Mei pukul
09.00 pagi pasien datang kerumah sakit dengan diantar oleh suaminya. Ny. R mengeluh adanya
rasa tidak nyaman dan adanya lepuhan yang bergerombol dan dikelilingi oleh daerah kemerahan
membentuk sebuah gelembung cair pada daerah genetalia. Sebelumnya Ny. R mengalami gatal-
gatal selama 4 hari. Ny. R mengeluh nyeri di daerah genetalia dan kulitnya. Ibu mengatakan
pekerjaan beliau dan suaminya sebagai guru di sebuah sekolah dasar. Dari hasil observasi
keadaan umum ibu lemas, kesadaran Compos Mentis, status emosional stabil, tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 82 kali/menit, pernafasan 24 kali/menit, suhu 38,6 0 C, terdapat vesikel yang
multipel di daerah mulut dan kulitnya. Leukosit < 4000/mmk
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
Tanggal MRS : 10-05-15 Sumber informasi : Klien dan Keluarga
Ruang / kelas : Cendrawasih / I Tgl Pengkajian : 10-05-15
Dx Medis : Herpes Simplex
1. Identitas
Nama : Ny. R
Usia : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Gorontalo/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat : Desa Tenggela, Telaga, Gorontalo
Keluhan Utama : Gatal dan nyeri pada daerah kemaluan
· Evaluasi
keefektifan
kontrol
nyeri
· Anjurkan
klien untuk
beristirahat
· Kolabora
si dengan
dokter jika
keluhan
dan
tindakan
nyeri tidak
berhasil
2 10.0 Hipertermib. Setelah · Monito · Untuk mengetahui intervensi selanjutnya
5.15 dproses diberikan r suhu · Untuk mengetahui perubahan yang terjadi
penyakit tindakan sesering · Tanda – tanda vital merupakan acuan untuk
keperawat mungkin mengetahui keadaan umum pasien
an selama · Monito · Penurunan tingkat kesadaran menunjukkan
3x24 r warna tanda bahwa pasien tersebut semakin parah
jam,pasien dan suhu bahkan bisa
menunjuk kulit syok
kan suhu · Monito
tubuh r TD, nadi, · Antipiretik dapat menurunkan panas
dalam dan RR · Merangsang penurunan suhu tubuh pada
batas hipotalamus sebagai pusat pengaturan tubuh
normal · Untuk menjaga agar klien tetap nyaman
dengan · Monito · Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan
Kriteria r penguapan tubuh meningkat sehingga perlu
Hasil: penurunan diimbangi dengan asupan cairan dan nutrisi yang
v Suhu tingkat cukup
tubuh kesadaran
dalam
rentang
normal
v Nadi
dan RR · Berika
dalam n
rentang antipiretik
normal
v Tidak · Kompr
ada es pada
perubahan lipatan
warna paha dan
kulit dan aksila
tidak
pusing · Tingka
tkan
sirkulasi
udara
· Tingka
tkan intake
cairan dan
nutrisi
3 10.0 Kerusakan Setelah · Anjurk · Tekanan baju / balutan meminimalkan
5.15 Integritas diberikan an pasien jaringan parut dengan mempertahankannya
Kulit tindakan mengguna datar, lembut, dan lunak.
b.d faktor keperawat kan · Menghindari tekanan lama pada jaringan,
mekanik an selama pakaian menurunkan potensial iskemia jaringan/ nekrosis
3x24 jam, yang dan pembentukan dekubitus
diharapkan longgar · Klien yang mengalami kelainan kulit itu
kerusakan harus selalu dibersihkan. Jika tidak, kulit bisa
integritas menjadi media sehingga bakteri bisa masuk
kulit · Hindar · Mencegah secara progresif mengencangkan
pasien i kerutan jaringan parut dan kontraktur, meningkatkan
teratasi pada pemeliharaan fungsi otot / sendi dan mencegah
denganKri tempat menurunkan kehilangan kalsium dari tulang
teria tidur · Menunjukkan proses inflamasi
Hasil : · Jika tidak dibersihkan, kulit bisa menjadi
vIntegritas media yang baik sehingga bakteri bisa masuk.
kulit yang Disarankan menggunakan sabun antiseptic.
baik bisa
dipertahan
kan · Jaga
(sensasi, kebersihan
elastisitas, kulit agar
temperatur tetap
e, hidrasi, bersih dan
pigmentasi tetap
) kering
vTidak ada
luka / lesi
pada kulit
vPerfusi
jaringan · Mobili
baik sasi pasien
vMenunju
kkan
pemahama
n dalam
proses
perbaikan
kulit dan
mencegah
terjadinya
sedera
berulang
vMampu · Monito
melindung r kulit akan
i kulit dan adanya
memperta kemerahan
hankan · Mandi
kelembaba kan pasien
n kulit dan dengan
perawatan sabun dan
alami air hangat
5.1 Kesimpulan
· Herpes adalah radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung
berkelompok. Gelembung-gelembung ini berisi air pada dasar peradangan.
· Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 2 tipe virus herpes simpleks:virus herpes
simpleks tipe I (HSV I) dan virus herpes simpleks tipe II (HSV II, “virus of love”).
· Infeksi ini berlangsung dalam 3 tingkat yaitu : Infeksi prime, Fase Laten, dan Infeksi
rekurens
· Herpes simpleks bisa dicegah dengan :
· Jalani pola hidup yang bersih dan higienis
· Hindari penularan melalui ciuman, penggunaan handuk atau pisau cukur bersama
· Menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual
· Evaluasi, konsultasi, dan mengobati pasangan seksual dari individu yang terinfeksi
5.2 Saran
Demikian materi yang kami paparkan,tentunya masih banyak kekurangan dankelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penyusun demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah
dikesempatan-kesempatan berikutnya.Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya
juga parapembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma Hardi dan Nurain Huda Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC (jilid 1). Yogyakarta : Media Action Publishing
Kusuma Hardi dan Nurain Huda Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC (jilid 2). Yogyakarta : Media Action Publishing
Doengoes E. Marilyn, Geissler C. Alice, and Moorhouse F. Mary. 1993. Rencana Asuhan
Keperawatan (Edisi 3). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC