Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Herpes genital termasuk penyakit menular seksual yang ditakuti oleh
setiap orang. Torres melaporkan bahwa HSV-II telah menginfeksi lebih dari 40%
penduduk dunia. Syahputra, dkk, di Amerika, Inggris, dan Australia ditemukan
kurang lebih 50% wanita dengan HSV-II positif. Di Eropa, HSV-II berkisar antara
7-16%, Afrika 30-40%, oleh karena itu dikatakan bahwa saat ini herpes genitalis
sudah merupakan endemik di banyak negara. Di Indonesia sampai saat ini belum
ada angka yang pasti, dari 13 rumah sakit, disebutkan bahwa herpes genitalis
merupakan penyakit menular seksual dengan gejala ulkus genital adalah kasus
yang sering dijumpai. Kelompok resiko yang rentan terinfeksi tentunya adalah
seseorang dengan perilaku yang tidak sehat.
Untuk mengatasi peningkatan prevalensi penderita herpes genetalis
diperlukan adanya pendidikan terhadap pasien tentang bahaya PMS dan
komplikasinya, pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan, cara penularan
PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya, dan cara-cara
menghindari infeksi PMS di masa dating. Selain itu untuk wanita hamil dengan
infeksi herpes genitalis harus melaksanakan kultur virus tiap minggu dari serviks
dan genitalia eksterna sebagai jalan lahir. Persalinan secara sectio caesaria
direkomendasikan untuk mencegah infeksi bayi baru lahir. Herpes genitalis
merupakan salah satu penyakit menular seksual yang masih sering di jumpai di
Indonesia. Setiap orang dewasa mempunyai kesempatan untuk terjangkit penyakit
ini dan penularannya pun sangat mudah, yaitu kontak langsung atau melalui
hubungan seksual, maka dari itu penulis tertarik untuk menulis tentang
penatalaksaan herpes genitalis.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi umum Herpes !
2. Jelaskan macam-macam herpes !

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI UMUM
Herpes merupakan infeksi kulit kelamin yang disebabkan oleh virus yang
ditularkan melalui hubungan seks. Terkadang ditemukan juga pada mulut penderita
karena yang bersangkutan melakukan oral seks dengan penderita herpes.
Ada beberapa jenis herpes adalah sebagai berikut:
1.    Herpes Simpleks
2.    Herpes Genitalis
3.    Herpes Zoster
4.    Herpes Zoster Oftalmik

B. MACAM-MACAM HERPES
1.      HERPES SIMPLEKS
a.       Definisi
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh
adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan
eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat
berlangsung baik primer maupun rekurens.
b.      Etiologi
Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 2 tipe virus herpes simpleks:
1 ) Virus Herpes Simpleks Tipe I (HSV I)
Penyakit kulit/selaput lendir yang ditimbulkan biasanya disebut
herpes simpleks saja, atau dengan nama lain herpes labialis,
herpesfebrilis. Biasanya penderita terinfeksi virus ini pada usia kanak-
kanak melalui udara dan sebagian kecil melalui k ontak langsung seperti
ciuman, sentuhan atau memakai baju/handuk mandi bersama. Lesi
umumnya dijumpai pada tubuh bagian atas termasuk mata dengan
rongga mulut, hidung dan pipi; selain itu, dapat juga dijumpai di daerah
genitalia, yang penularannya lewat koitusoro genital (oral sex).

2
2 ) Virus Herpes Simpleks Tipe II (HSV II)
Penyakit ditularkan melalui hubungan seksual, tetapi dapat juga
terjadi tanpa koitus, misalnya dapat terjadi pada dokter gigi dan tenaga
medik. Lokalisasi lesi umumnya adalah bagian tubuh di bawah pusar,
terutama daerah genitalia lesi ekstra-genital dapat pula terjadi akibat
hubungan seksualorogenital.
c.   Patofisiologi
Virus herpes simpleks disebarkan melalui kontak langsung antara
virus dengan mukosa atau setiap kerusakan di kulit. Virus herpes
simpleks tidak dapat hidup di luar lingkungan yang lembab dan
penyebaran infeksi melalui cara selain kontak langsung kecil
kemungkinannya terjadi. Virus herpes simpleks memiliki kemampuan
untuk menginvasi beragam sel melalui fusi langsung dengan membran
sel. Pada infeksi aktif primer, virus menginvasi sel pejamu dan cepat
berkembang dengan biak, menghancurkan sel pejamu dan melepaskan
lebih banyak virion untuk menginfeksi sel-sel disekitarnya. Pada
infeksi aktif primer, virus menyebar melalui saluran limfe ke kelenjar
limfe regional dan menyebabkan limfadenopati.
Tubuh melakukan respon imun seluler dan humoral yang menahan
infeksi tetapi tidak dapat mencegah kekambuhan infeksi aktif. Setelah
infeksi awal timbul fase laten. Selama masa ini virus masuk ke dalam
sel-sel sensorik yang mempersarafi daerah yang terinfeksi dan
bermigrasi disepanjang akson untuk bersembunyi di dalam ganglion
radiksdorsalis tempat virus berdiam tanpa menimbulkan sitotoksisitas
atau gejala pada manusia.
d. Manifestasi Klinis
1.      Inokulasi kompl e k s pri m e r (primary inoculation complex)
Infeksi primer herpes simpleks pada penderita usia muda yang baru
pertama kali terinfeksi virus ini dapat menyebabkan reaksi l okal dan
sistemik yang hebat. Manifestasinya dapat berupa herpes labialis.
Dalam waktu 24 jam saja, penderita sudah mengalami panas tinggi
(39-40 oC ), disusul o leh pembesaran kelenjar limfe submentalis,

3
pembengkakan bibir, dan lekositosis di atas 12.000/mm3, yang 75-
80%nya berupa sel polimorfonuklear. Terakhir, bentuk ini diikuti rasa
sakit pada tenggorokan. Insidens tertinggi terjadi pada usia antara 1-5
tahun. Waktu inkubasinya 3-10 hari. Kelainan akan sembuh sp ontan
setelah 2-6 minggu.
2. herpes gingivostomatiti s
Kebanyakan bentuk ini terjadi pada anak-anak dan orang dewasa
muda. Manifestasi klinis berupa panas tinggi, limfadeno pati
regional dan malaise. Lesi berupa vesikel yang memecah dan terlihat
sebagai bercak putih atau ulkus. Kelainan ini dapat meluas ke muk osa
bukal, lidah, dan tonsil, sehingga mengakibatkan rasa sakit, bau nafas
yang busuk, dan penurunan nafsu makan. Pada anak-anak dapat terjadi
dehidrasi dan asidosis. Kelainan ini berlangsung antara 2-4 minggu.
3. Infeksi herpes kompleks di seminata
Bentuk herpes ini terjadi pada anak-anak usia 6 bulan sampai 3
tahun, dimulai dengan herpes gingivostomatitis berat. Jenis ini dapat
mengenai paru-paru dan menimbulkan viremia masif, yang berakibat
gastroenteritis disfungsi ginjal dan kelenjar adrenal, serta ensefalitis.
Kematian banyak terjadi pada stadium viremia yang berat.
4. Herpes genitalis (proge nital i s )
Infeksi primer terjadi setelah melalui masa tunas 3-5 hari.
Penularan dapat melalui hubungan seksual secara genito-genital,
orogenital, maupun anogenital. Erupsinya juga berupa vesikel tunggal
atau menggerombol, bilateral, pada dasar kulit yang eritematus,
kemudian berkonfluensi, memecah, membentuk erosi atau ulkus yang
dangkal disertai rasa nyeri. 31% penderita mengalami gejala k onstitusi
berupa demam, malaise, mialgia, dan sakit kepala; dan 50% mengalami
limfadenopati inguinal.

e.  Penatalaksanaan Medis

4
Karena infeksi HSV tidak dapat disembuhkan, maka terapi
ditujukan untuk mengendalikan gejala dan menurunkan pengeluaran
virus. Obat antivirus analognukleosida merupakan terapi yang
dianjurkan. Obat-obatan ini bekerja dengan menyebabkan deaktivasi
atau mengantagonisasi DNA polymerase HSV yang pada gilirannya
menghentikan sintesis DNA dan replikasi virus. Tiga obat antivirus
yang dianjurkan oleh petunjuk CDC 1998 adalak asiklovir, famsiklovir,
dan valasiklovir. Obat antivirus harus dimulai sejak awal tanda
kekambuhan untuk mengurangi dan mempersingkat gejala. Apabila
obat tertunda sampai lesi kulit muncul, maka gejala hanya memendek 1
hari. Pasien yang mengalami kekambuhan 6 kali atau lebih setahun
sebaiknya ditawari terapi supresif setiap hari yang dapat mengurangi
frekuensi kekambuhan sebesar 75%. Terapi topical dengan krim atau
salep antivirus tidak terbukti efektif. Terapi supresif atau profilaksis
dianjurkan untuk mengurangi resiko infeksi perinatal dan keharusan
melakukan seksioses area pada wanita yang positif HSV. Vaksin untuk
mencegah infeksi HSV-2 sekarang sedang diteliti.
f.   Pencegahan
Karena kemungkinan tertular penyakit ini meningkat dengan jumlah
pasangan seksual seseorang, membatasi jumlah pasangan adalah langkah
pertama menuju pencegahan. Untuk menjaga dari penyebaran herpes,
kontak intim harus dihindari ketika luka pada tubuh. Gatal, terbakar atau
kesemutan mungkin terjadi sebelum luka berkembang. Hubungan seksual
harus dihindari selama waktu ini. Herpes bahkan dapat menyebar ketika
tidak ada luka atau gejala. Untuk meminimalkan risiko penyebaran herpes,
kondom lateks harus digunakan selama semua kontak seksual. Busa
spermisida dan jeli mungkin menawarkan perlindungan tambahan meskipun
bukti mengenai hal ini kontroversial. Virus herpes juga dapat menyebar
dengan menyentuh luka dan kemudian menyentuh bagian lain dari tubuh.
Jika Anda menyentuh luka, cuci tangan Anda dengan sabun dan air sesegera
mungkin. Juga, tidak berbagi handuk atau pakaian dengan siapa pun.
2.     HERPES GENITALIS

5
a.  Definisi
Herpes genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin,
kulit di sekeliling rektum atau daerah disekitarnya yang disebabkan oleh
virus herpes simpleks.
b.   Etiologi
Penyebabnya adalah virus herpes simpleks. Ada 2 jenis virus herpes
simpleks yaitu HSV-1 dan HSV-2. HSV-2 biasanya ditularkan melalui
hubungan seksual, sedangkan HSV-1 biasanya menginfeksi mulut. Kedua
jenis virus herpes simpleks tersebut bisa menginfeksi kelamin, kulit di
sekeliling rektum atau tangan (terutama bantalan kuku) dan bisa ditularkan
kebagian tubuh lainnya (misalnya permukaan mata). Luka herpes bisanya
tidak terinfeksi oleh bakteri, tetapi beberapa penderita juga memiliki
organisme lainnya pada luka tersebut yang ditularkan secara seksual
(misalnya sifilis atau cangkroid).
c.   Patofisiologi
Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi.
Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu akan
muncul bercak kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan
lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung
membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya
menimbulkan nyeri dan membentuk keropeng. Penderita bisa mengalami
kesulitan dalam berkemih dan ketika berjalan akan timbul nyeri.
Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan
jaringan parut.
Kelenjar getah bening selangkangan biasanya agak membesar.
Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas
dibandingkan gejala berikutnya dan mungkin disertai dengan demam dan
tidak enak badan.
Pada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian penis, termasuk
kulit depan pada penis yang tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan luka
bisa terbentuk di vulva dan leher rahim. Jika penderita melakukan

6
hubungan seksual melalui anus, maka lepuhan dan luka bisa terbentuk di
sekitar anus atau di dalam rektum.
Pada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita
infeksi HIV), luka herpes bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh
lainnya, menetap selama beberapa minggu atau lebih dan resisten terhadap
pengobatan dengan asiklovir.
Gejala-gejalanya cenderung kambuh kembali di daerah yang sama
atau di sekitarnya, karena virus menetap di saraf panggul terdekat dan
kembali aktif untuk kembali menginfeksi kulit. HSV-2 mengalami
pengaktivan kembali di dalam saraf panggul. HSV-1 mengalami
pengaktivan kembali di dalam saraf wajah dan menyebabkan fever blister
atau herpes labialis. Tetapi kedua virus bisa menimbulkan penyakit di
kedua daerah tersebut. Infeksi awal oleh salah satu virus akan memberikan
kekebalan parsial terhadap virus lainnya, sehingga gejala dari virus kedua
tidak terlalu berat.
d.      Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik dari infeksi HSV tergantung pada tempat infeksi,
dan status imunitas host. Infeksi primer dengan HSV berkembang pada
orang yang belum punya kekebalan sebelumnya terhadap HSV-1 atau
HSV-2, yang biasanya menjadi lebih berat, dengan gejala dan tanda
sistemik dan sering menyebabkan komplikasi.
Berbagai macam manifestasi klinis:
1. infeksi oro-fasial
2. infeksi genital
3. infeksi kulit lainnya
4. infeksi okular
5. kelainan neurologist
6. penurunan imunitas
7. herpes. neonatal

7
e.  Penatalaksanaan
Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes
genitalis, namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti:
a) menjaga kebersihan lokal, b) menghindari trauma atau faktor pencetus.
Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal sebesar
5% sampai 40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat. Namun,
pengobatan ini memiliki beberapa efek samping, di antaranya pasien akan
mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit dapat juga terjadi. Meskipun
tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan anda akan
meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan membantu
mencegah terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko menularnya
herpes pada partner seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes genital
adalah:
a)  Asiklovir (Zovirus)
Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8
jam selama 5 hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari saelama 10-14 hari)
dan asiklovir topikal (5% dalam salf propilen glikol) dsapat mengurangi
lamanya gejala dan ekskresi virus serta mempercepat penyembuhan.
b)   Famsiklovir
Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif
menghambat replikasi HSV-1 dan HSV-2.
c)      Valasiklovir (Valtres)
adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir lengkap
berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan
bioavaibilitas asiklovir sampai 54%. Oleh karena itu dosis oral 1000 mg
valasiklovir menghasilkan kadar obat dalam darah yang sama dengan
asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan asiklovir 200
mg 5 kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes genitalis episode awal.
f.    Pencegahan
Untuk mencegah herpes genitalis adalah sama dengan mencegah
penyakit menular seksual lainnya. Kuncinya adalah untuk menghindari
terinfeksi dengan HSV yang sangat menular pada waktu lesi ada. Cara

8
terbaik untuk mencegah infeksi adalah menjauhkan diri dari aktivitas
seksual atau membatasi hubungan seksual dengan hanya satu orang yang
bebas infeksi.

3.   HERPES ZOSTER


a. Definisi
Herpes zoster disebut juga shingles. Di kalangan awam populer atau
lebih dikenal dengan sebutan “dampa” atau “cacar air”. Herpes zoster
merupakan infeksi virus yang akut pada bagian dermatoma (terutama dada
dan leher) dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella zoster (virus yang juga
menyebabkan penyakit varicella atau cacar/chickenpox.
b. Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella zoster . virus varicella
zoster terdiri dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm.
Kapsid tersusun atas 162 sub unit protein–virion yang lengkap dengan
diameternya 150–200 nm, dan hanya virion yang terselubung yang bersifat
infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat dihancurkan oleh bahan
organic, deterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana Ph yang tinggi. Masa
inkubasinya 14–21 hari.
c. Patofisiologi
Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes
(penerima virus). Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan DNA
hospes, mengadakan multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan
kelainan pada kulit. Virua akan menjalar melalui serabut saraf sensorik ke
ganglion saraf dan berdiam secara permanen dan bersifat laten. Infeksi hasil
reaktivasi virus varicella yang menetap di ganglion sensori setelah infeksi
chickenpox pada masa anak – anak. Sekitar 20% orang yang menderita
cacar akan menderita shingles selama hidupnya dan biasanya hanya terjadi
sekali. Ketika reaktivasi virus berjalan dari ganglion ke kulit area dermatom.

9
d. Manifestasi Klinis
a.       Pengobatan

1)      Pengobatan topical


 Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin
untuk mencegah vesikel pecah
 Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan
antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3x sehari selama 20 
menit
 Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik       
(basitrasin / polysporin )    untuk mencegah infeksi sekunder selama 3x
sehari.
2)       Pengobatan sistemik
Drug of choice-nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis
virus dan replikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun
dapat menurunkan keparahan penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral,
topical atau parenteral. Pemberian lebih efektif pada hari pertama dan kedua
pasca kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki efek yang kecil terhadap
postherpetic neuralgia. Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine
(Ara–A, Vira–A) dapat diberikan lewat infus intravena atau salep mata.
Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan
efektif namun penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan
penyembuhan dan menekan respon immune. Analgesik non narkotik dan
narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan antihistamin diberikan untuk
menyembuhkan priritus.
b.  Penderita dengan keluhan mata
Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan
hubungan dengan cabang nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani
dengan konsultasi opthamologis. Dapat diobati dengan salaep mata steroid
topical dan mydriatik, anti virus dapat diberikan

10
c.       Neuralgia Pasca Herpes zoster
1) Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase akut,
maka dapat diberikan anti depresan trisiklik ( misalnya: amitriptilin 10–75
mg/hari)
2) Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional
merupakan bagian terpenting perawatan
3) Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat
yang tidak teratasi.
e.  Pencegahan
Untuk mencegah herper zoster, salah satu cara yang dapat ditempuh
adalah pemberian vaksinasi. Vaksin berfungsi untuk meningkatkan respon
spesifik limfosit sitotoksik terhadap virus tersebut pada pasien seropositif usia
lanjut. Vaksin herpes zoster dapat berupa virus herpes zoster yang telah
dilemahkan atau komponen selular virus tersebut yang berperan sebagai
antigen. Penggunaan virus yang telah dilemahkan telah terbukti dapat
mencegah atau mengurangi risiko terkena penyakit tersebut pada pasien yang
rentan, yaitu orang lanjut usia dan penderita imunokompeten, serta
imunosupresi.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya
vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada
daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer
maupun rekurens.
Herpes genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin,
kulit di sekeliling rektum atau daerah disekitarnya yang disebabkan oleh virus
herpes simpleks.
Herpes zoster disebut juga shingles. Di kalangan awam populer atau lebih
dikenal dengan sebutan “dampa” atau “cacar air”. Herpes zoster merupakan
infeksi virus yang akut pada bagian dermatoma (terutama dada dan leher) dan
saraf. Disebabkan oleh virus varicella zoster (virus yang juga menyebabkan
penyakit varicella atau cacar/chickenpox.

B. Saran
Lebih baik mencegah daripada mengobati. Oleh karena itu jagalah kesehatan
dengan cara pola hidup sehat, dan segeralah periksa jika ada tanda-tanda yang
mengarah pada penyakit herpes.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://chapung-vierche.blogspot.com/2011/11/askep-herpes.html
http://www.scribd.com/doc/39580178/ASKEP-HERPES-DAN-TINEA
http://www.indonesiaindonesia.com/f/11323-herpes-genitalis/
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://www.healthscout.com/ency/68/162/main.html
http://medicastore.com/penyakit/230/Herpes_Genitalis.html

13

Anda mungkin juga menyukai