Anda di halaman 1dari 10

“MAKALAH PENYAKIT HERPES”

Disusun Oleh :

Risti Santika NIM 21. 1587.

Dosen Pengajar : Ns. Rifka Zalila, S.Kep.,M.Biomed

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

AKPER PEMBINA PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Herpes genital termasuk penyakit menular seksual yang ditakuti oleh setiap orang.
Torres melaporkan bahwa HSV-II telah menginfeksi lebih dari 40% penduduk dunia.
Syahputra, dkk, di Amerika, Inggris, dan Australia ditemukan kurang lebih 50% wanita
dengan HSV-II positif. Di Eropa, HSV-II berkisar antara 7-16%, Afrika 30-40%, oleh karena
itu dikatakan bahwa saat ini herpes genitalis sudah merupakan endemik di banyak negara. Di
Indonesia sampai saat ini belum ada angka yang pasti, dari 13 rumah sakit, disebutkan bahwa
herpes genitalis merupakan penyakit menular seksual dengan gejala ulkus genital adalah
kasus yang sering dijumpai. Kelompok resiko yang rentan terinfeksi tentunya adalah
seseorang dengan perilaku yang tidak sehat.
Untuk mengatasi peningkatan prevalensi penderita herpes genetalis diperlukan adanya
pendidikan terhadap pasien tentang bahaya PMS dan komplikasinya, pentingnya mematuhi
pengobatan yang diberikan, cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan
seks tetapnya, dan cara-cara menghindari infeksi PMS di masa dating. Selain itu untuk wanita
hamil dengan infeksi herpes genitalis harus melaksanakan kultur virus tiap minggu dari
serviks dan genitalia eksterna sebagai jalan lahir. Persalinan secara sectio caesaria
direkomendasikan untuk mencegah infeksi bayi baru lahir. Herpes genitalis merupakan salah
satu penyakit menular seksual yang masih sering di jumpai di Indonesia. Setiap orang dewasa
mempunyai kesempatan untuk terjangkit penyakit ini dan penularannya pun sangat mudah,
yaitu kontak langsung atau melalui hubungan seksual, maka dari itu penulis tertarik untuk
menulis tentang penatalaksaan herpes genitalis.

B. Rumusan Masalah
1. jelaskan definisi umum herpes !
2. Jelaskan macam-macam herpes !
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI UMUM

Herpes merupakan infeksi kulit kelamin yang disebabkan oleh virus yang ditularkan
melalui hubungan seks. Terkadang ditemukan juga pada mulut penderita karena yang
bersangkutan melakukan oral seks dengan penderita herpes.
Ada beberapa jenis herpes adalah sebagai berikut:
1. Herpes Simpleks
2. Herpes Genitalis
3. Herpes Zoster

B. MACAM-MACAM HERPES 
1. HERPES SIMPLEKS
a. Definisi
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks
(virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok
di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi
dapat berlangsung baik primer maupun rekurens.
b. Etiologi
Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 2 tipe virus herpes simpleks:
1 ) Virus Herpes Simpleks Tipe I (HSV I)
Penyakit kulit/selaput lender yang ditimbulkan biasanya disebut herpes simpleks
saja, atau dengan nama lain herpes labialis, herpesfebrilis. Biasanya penderita terinfeksi virus
ini pada usia kanak-kanak melalui udara dan sebagian kecil melalui kontak langsung seperti
ciuman, sentuhan atau memakai baju/handuk mandi bersama. Lesi umumnya dijumpai pada
tubuh bagian atas termasuk mata dengan rongga mulut, hidung dan pipi; selain itu, dapat juga
dijumpai di daerah genitalia, yang penularannya lewat koitusoro genital (oral sex).
2 ) Virus Herpes Simpleks Tipe II (HSV II)
Penyakit ditularkan melalui hubungan seksual, tetapi dapat juga terjadi tanpa
koitus, misalnya dapat terjadi pada dokter gigi dan tenaga medik. Lokalisasi lesi umumnya
adalah bagian tubuh di bawah pusar, terutama daerah genitalia lesi ekstra-genital dapat pula
terjadi akibat hubungan seksualorogenital.
C. patofisiologis
Virus herpes simpleks disebarkan melalui kontak langsung antara virus dengan mukosa
atau setiap kerusakan di kulit. Virus herpes simpleks tidak dapat hidup di luar lingkungan
yang lembab dan penyebaran infeksi melalui cara selain kontak langsung kecil
kemungkinannya terjadi. Virus herpes simpleks memiliki kemampuan untuk menginvasi
beragam sel melalui fusi langsung dengan membran sel. Pada infeksi aktif primer, virus
menginvasi sel pejamu dan cepat berkembang dengan biak, menghancurkan sel pejamu dan
melepaskan lebih banyak virion untuk menginfeksi sel-sel disekitarnya. Pada infeksi aktif
primer, virus menyebar melalui saluran limfe ke kelenjar limfe regional dan menyebabkan
limfadenopati.
Tubuh melakukan respon imun seluler dan humoral yang menahan infeksi tetapi tidak dapat
mencegah kekambuhan infeksi aktif. Setelah infeksi awal timbul fase laten. Selama masa ini
virus masuk ke dalam sel-sel sensorik yang mempersarafi daerah yang terinfeksi dan
bermigrasi disepanjang akson untuk bersembunyi di dalam ganglion radiksdorsalis tempat
virus berdiam tanpa menimbulkan sitotoksisitas atau gejala pada manusia.
d. Manifestasi Klinis
1. Inokulasi kompl e k s pri m e r (primary inoculation complex)
Infeksi primer herpes simpleks pada penderita usia muda yang baru pertama kali
terinfeksi virus ini dapat menyebabkan reaksi lokal dan sistemik yang hebat. Manifestasinya
dapat berupa herpes labialis. Dalam waktu 24 jam, penderita sudah mengalami panas tinggi
(39-40C), disusul oleh pembesaran kelenjar limfe submentalisme, pembengkakan bibir, dan
lekositosis di atas 12.000/mm3, yang 75-80%nya berupa sel polimorfonuklear. Terakhir,
bentuk ini diikuti rasa sakit pada tenggorokan. Insidens tertinggi terjadi pada usia antara 1-5
tahun. Waktu inkubasinya 3-10 hari. Kelainan akan sembuh spontan setelah 2-6 minggu.
2. herpes gingivostomatiti s
Kebanyakan bentuk ini terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda. Manifestasi klinis
berupa panas tinggi, limfadeno pati regional dan malaise. Lesi berupa vesikel yang memecah
dan terlihat sebagai bercak putih atau ulkus. Kelainan ini dapat meluas ke muk osa bukal,
lidah, dan tonsil, sehingga mengakibatkan rasa sakit, bau nafas yang busuk, dan penurunan
nafsu makan. Pada anak-anak dapat terjadi dehidrasi dan asidosis. Kelainan ini berlangsung
antara 2-4 minggu.
3. Infeksi herpes kompleks di seminata
Bentuk herpes ini terjadi pada anak-anak usia 6 bulan sampai 3 tahun, dimulai dengan
herpes gingivostomatitis berat. Jenis ini dapat mengenai paru-paru dan menimbulkan viremia
masif, yang berakibat gastroenteritis disfungsi ginjal dan kelenjar adrenal, serta ensefalitis.
Kematian banyak terjadi pada stadium viremia yang berat.
4. Herpes genitalis (proge nitalis )
Infeksi primer terjadi setelah melalui masa tunas 3-5 hari. Penularan dapat melalui
hubungan seksual secara genito-genital, orogenital, maupun anogenital. Erupsinya juga
berupa vesikel tunggal atau menggerombol, bilateral, pada dasar kulit yang eritematus,
kemudian berkonfluensi, memecah, membentuk erosi atau ulkus yang dangkal disertai rasa
nyeri. 31% penderita mengalami gejala konstitusi berupa demam, malaise, mialgia, dan sakit
kepala; dan 50% mengalami limfadenopati inguinal.
e. penatalaksanaan medis
Karena infeksi HSV tidak dapat disembuhkan, maka terapi ditujukan untuk
mengendalikan gejala dan menurunkan pengeluaran virus. Obat antivirus analognukleosida
merupakan terapi yang dianjurkan. Obat-obatan ini bekerja dengan menyebabkan deaktivasi
atau mengantagonisasi DNA polymerase HSV yang pada gilirannya menghentikan sintesis
DNA dan replikasi virus. Tiga obat antivirus yang dianjurkan oleh petunjuk CDC 1998
adalak asiklovir, famsiklovir, dan valasiklovir. Obat antivirus harus dimulai sejak awal tanda
kekambuhan untuk mengurangi dan mempersingkat gejala. Apabila obat tertunda sampai lesi
kulit muncul, maka gejala hanya memendek 1 hari. Pasien yang mengalami kekambuhan 6
kali atau lebih setahun sebaiknya ditawari terapi supresif setiap hari yang dapat mengurangi
frekuensi kekambuhan sebesar 75%. Terapi topical dengan krim atau salep antivirus tidak
terbukti efektif. Terapi supresif atau profilaksis dianjurkan untuk mengurangi resiko infeksi
perinatal dan keharusan melakukan seksioses area pada wanita yang positif HSV. Vaksin
untuk mencegah infeksi HSV-2 sekarang sedang diteliti.
f. Pencegahan
Karena kemungkinan tertular penyakit ini meningkat dengan jumlah pasangan seksual
seseorang, membatasi jumlah pasangan adalah langkah pertama menuju pencegahan. Untuk
menjaga dari penyebaran herpes, kontak intim harus dihindari ketika luka pada tubuh. Gatal,
terbakar atau kesemutan mungkin terjadi sebelum luka berkembang. Hubungan seksual harus
dihindari selama waktu ini. Herpes bahkan dapat menyebar ketika tidak ada luka atau gejala.
Untuk meminimalkan risiko penyebaran herpes, kondom lateks harus digunakan selama
semua kontak seksual. Busa spermisida dan jeli mungkin menawarkan perlindungan
tambahan meskipun bukti mengenai hal ini kontroversial. Virus herpes juga dapat menyebar
dengan menyentuh luka dan kemudian menyentuh bagian lain dari tubuh. Jika Anda
menyentuh luka, cuci tangan Anda dengan sabun dan air sesegera mungkin. Juga, tidak
berbagi handuk atau pakaian dengan siapa pun.
2. HERPES GENITALIS
a. Definisi
Herpes genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di sekeliling
rektum atau daerah disekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes simpleks.
b. Etiologi
Penyebabnya adalah virus herpes simpleks. Ada 2 jenis virus herpes simpleks yaitu HSV-1
dan HSV-2. HSV-2 biasanya ditularkan melalui hubungan seksual, sedangkan HSV-1
biasanya menginfeksi mulut. Kedua jenis virus herpes simpleks tersebut bisa menginfeksi
kelamin, kulit di sekeliling rektum atau tangan (terutama bantalan kuku) dan bisa ditularkan
kebagian tubuh lainnya (misalnya permukaan mata). Luka herpes bisanya tidak terinfeksi
oleh bakteri, tetapi beberapa penderita juga memiliki organisme lainnya pada luka tersebut
yang ditularkan secara seksual (misalnya sifilis atau cangkroid).
c. Patofisiologi
Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi. Gejala awal biasanya
berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan yang kecil, yang
diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung
membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri dan
membentuk keropeng. Penderita bisa mengalami kesulitan dalam berkemih dan ketika
berjalan akan timbul nyeri. Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa
meninggalkan jaringan parut.
Kelenjar getah bening selangkangan biasanya agak membesar. Gejala awal ini sifatnya
lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas dibandingkan gejala berikutnya dan mungkin disertai
dengan demam dan tidak enak badan.
pada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian penis, termasuk kulit depan pada
penis yang tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan luka bisa terbentuk di vulva dan leher
rahim. Jika penderita melakukan hubungan seksual melalui anus, maka lepuhan dan luka bisa
terbentuk di sekitar anus atau di dalam rektum.
Pada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita infeksi HIV), luka herpes
bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh lainnya, menetap selama beberapa minggu atau
lebih dan resisten terhadap pengobatan dengan asiklovir.
Gejala-gejalanya cenderung kambuh kembali di daerah yang sama atau di sekitarnya,
karena virus menetap di saraf panggul terdekat dan kembali aktif untuk kembali menginfeksi
kulit. HSV-2 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf panggul. HSV-1 mengalami
pengaktivan kembali di dalam saraf wajah dan menyebabkan fever blister atau herpes
labialis. Tetapi kedua virus bisa menimbulkan penyakit di kedua daerah tersebut. Infeksi awal
oleh salah satu virus akan memberikan kekebalan parsial terhadap virus lainnya, sehingga
gejala dari virus kedua tidak terlalu berat.
d. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik dari infeksi HSV tergantung pada tempat infeksi, dan status imunitas
host. Infeksi primer dengan HSV berkembang pada orang yang belum punya kekebalan
sebelumnya terhadap HSV-1 atau HSV-2, yang biasanya menjadi lebih berat, dengan gejala
dan tanda sistemik dan sering menyebabkan komplikasi.
Berbagai macam manifestasi klinis:
1. infeksi oro-fasial
2. infeksi genital
3. infeksi kulit lainnya
4. infeksi okular
5. kelainan neurologist
6. penurunan imunitas
7. herpes, neonatal
e. Penatalaksanaan
Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes genitalis, namun
pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti:
a) menjaga kebersihan lokal.
b) menghindari trauma atau faktor pencetus. Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes
simpleks secara lokal sebesar 5% sampai 40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat.
Namun, pengobatan ini memiliki beberapa efek samping, di antaranya pasien akan
mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit dapat juga terjadi. Meskipun tidak ada obat herpes
genital, penyediaan layanan kesehatan anda akan meresepkan obat anti viral untuk menangani
gejala dan membantu mencegah terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko
menularnya herpes pada partner seksual.
Obat-obatan untuk menangani herpes genital adalah:
a) Asiklovir (Zovirus)
Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8 jam selama 5 hari),
asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari saelama 10-14 hari) dan asiklovir topikal (5% dalam salf
propilen glikol) dsapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus serta mempercepat
penyembuhan.
b) Famsiklovir
Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif menghambat replikasi
HSV-1 dan HSV-2.
c) Valasiklovir (Valtres)
Adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir lengkap berubah menjadi
asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan bioavaibilitas asiklovir sampai 54%. Oleh
karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar obat dalam darah yang sama
dengan asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan asiklovir 200 mg 5 kali
sehari selama 10 hari untuk terapi herpes genitalis episode awal. 
f. Pencegahan
Untuk mencegah herpes genitalis adalah sama dengan mencegah penyakit menular seksual
lainnya. Kuncinya adalah untuk menghindari terinfeksi dengan HVS yang sangat menular
pada waktu lesi ada. Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah menjauhkan diri dari
aktivitas seksual atau membatasi hubungan seksual dengan hanya satu orang yang bebas
infeksi.
3. HERPES ZOSTER 
a. Definisi
Herpes zoster disebut juga shingles. Di kalangan awam populer atau lebih dikenal dengan
sebutan “dampa” atau “cacar air”. Herpes zoster merupakan infeksi virus yang akut pada
bagian dermatoma (terutama dada dan leher) dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella zoster
(virus yang juga menyebabkan penyakit varicella atau cacar/chickenpox.
b. Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella zoster . virus varicella zoster terdiri dari
kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162 sub unit
protein–virion yang lengkap dengan diameternya 150–200 nm, dan hanya virion yang
terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat dihancurkan oleh
bahan organic, deterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana Ph yang tinggi. Masa
inkubasinya 14–21 hari.
c. Patofisiologi
Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes (penerima virus).
Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan DNA hospes, mengadakan multiplikasi
atau replikasi sehingga menimbulkan kelainan pada kulit. Virus akan menjalar melalui
serabut saraf sensorik keganglion saraf dan berdiam secara permanen dan bersifat laten.
Infeksi hasil reaktivasi virus varicella yang menetap di ganglion sensori setelah infeksi
chickenpox pada masa anak –anak. Sekitar 20% orang yang menderita cacar akan menderita
shingles selama hidupnya dan biasanya hanya terjadi sekali. Ketika reaktivasi virus berjalan
dari ganglion ke kulit area dermatom.
d. Manifestasi Klinis 
a. Pengobatan
1) Pengobatan topical
Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk
mencegah vesikel pecah
Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik atau
kompres dingin dengan larutan burrow 3x sehari selama 20 menit
Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik (basitrasin /
polysporin ) untuk mencegah infeksi sekunder selama 3x sehari.
2) Pengobatan sistemik
Drug of choice-nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis virus dan
replikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun dapat menurunkan keparahan
penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral, topical atau parenteral. Pemberian lebih
efektif pada hari pertama dan kedua pasca kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki efek
yang kecil terhadap postherpetic neuralgia. Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine
(Ara– A, Vira–A) dapat diberikan lewat infus intravena atau salep mata. Kortikosteroid dapat
digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan efektif namun penggunaannya masih
kontroversi karena dapat menurunkan penyembuhan dan menekan respon immune. Analgesik
non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan antihistamin diberikan
untuk menyembuhkan priritus.
b. Penderita dengan keluhan mata
keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan hubungan dengan cabang
nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan konsultasi opthamologis. Dapat
diobati dengan salep mata steroid tropical dan mydriatik, anti virus dapat diberikan.
c. Neuralgia Pasca Herpes zoster
1) Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase akut, maka dapat
diberikan anti depresan trisiklik ( misalnya: amitriptilin 10–75 mg/hari)
2) Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan bagian
terpenting perawatan
3) Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat yang tidak
teratasi.
e. Pencegahan
untuk mencegah herpes zoster, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah pemberian
vaksinasi. Vaksin berfungsi untuk meningkatkan respon spesifik limfosit sitotoksik terhadap
virus tersebut pada pasien seropositif usia lanjut. Vaksin herpes zoster dapat berupa virus
herpes zoster yang telah dilemahkan atau komponen selular virus tersebut berperan sebagai
antigen. Penggunaan virus yang telah dilemahkan telah terbukti dapat mencegah atau
mengurangi risiko terkena penyakit tersebut pada pasien yang rentan, yaitu orang lanjut usia
dan penderita imunokompeten, serta imunosupresi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus
herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di
atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi
dapat berlangsung baik primer maupun rekurens.
Herpes genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di sekeliling
rektum atau daerah disekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes simpleks.
Herpes zoster disebut juga shingles. Di kalangan awam populer atau lebih dikenal dengan
sebutan “dampa” atau “cacar air”. Herpes zoster merupakan infeksi virus yang akut pada
bagian dermatoma (terutama dada dan leher) dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella zoster
(virus yang juga menyebabkan penyakit varicella atau cacar/chickenpox.
B. Saran
Lebih baik mencegah daripada mengobati. Oleh karena itu jagalah kesehatan dengan
cara pola hidup sehat, dan segeralah periksa jika ada tanda-tanda yang mengarah pada
penyakit herpes
DAFTAR PUSTAKA
http://chapung-vierche.blogspot.com/2011/11/askep-herpes.html
http://www.scribd.com/doc/39580178/ASKEP-HERPES-DAN-TINEA
http://www.indonesiaindonesia.com/f/11323-herpes-genitalis/

Anda mungkin juga menyukai