Disusun oleh :
1. Merlina Widianingrum (10319036)
2. Nisfaul Inayah (10319040)
3. Nurhidha Setianingsih (10319042)
4. Silvia Tri Ambarwati (10319053)
5. Triska Nashihatul Afifah (10319058)
6. Tusiana Fitra Romadoni (10319060)
7. Vinanda Dwi Saputri (10319063)
8. Windha Ayu Pramesti (10319066)
9. Zahrul Yasmin (10319069)
2. Mengapa bayi pada usia neonatus dapat terkena Herpes Simplex sedangkan herpes biasa
dikaitkan dengan penyakit infeksi menular seksual, dan bagaimana cara pencegahannya?
Jawaban :
Bayi pada usia neonatus dapat tertular herpes Simplex karena penularan dapat melalui ibu
ke janin dimana ibu terjangkit virus herpes Simplex, ada juga karena bayi yang dicium
oleh semabrang orang yang mana penularan herpes Simplex dapat melalui cairan tubuh
seperti air liur. Untuk cara pencegahannya ada saat ibu masih mengandung dan postnatal
1. Saat ibu mengandung : Melalukan persalinan sectio caesaria, melalukan terapi supresif
anti virus, pencegahan infeksi selama kehamilan dan vaksin HSV (Subunit vaksin HSV-
2gD)
2. Posnatal : Dapat menghindarkan bayi berkontak langsung dengan orang yang terinfeksi
herpes Simplex, mencegah orang untuk mencium bayi, melarang orang dengan luka
terbuka untuk menyentuh bayi karena dikhawatirkan dapat menular melalui luka/lesi dari
orang.
3. Mengapa melakukan hubungan seks oral dapat memicu tertularnya virus herpes simplex
serta bagaimana cara pengendalian agar virus tidak menyebar ke orang lain?
Jawaban :
Virus herpes simplex (HSV) adalah virus DNA yang merupakan salah satu varian virus
herpes yang menginfeksi manusia, virus ini memiliki dua tipe utama yaitu :
- HSV-1 yang banyak ditemukan pada mukosa mulut, faring, serta kulit (pinggang ke
atas).
- HSV-2 yang ditemukan pada daerah genital (pinggang ke bawah).
Herpes simplex virus tipe 1 (HSV-1) dapat dikatakan bahwa menimbulkan luka pada mulut
dan bibir, penyebabnya ialah penularan virus melalui cairan mulut pada saat melakukan
kontak dengan mulut pada saat terjadi luka (baik seks oral maupun dengan menggunakan
alat kelamin, bisa terjadi penularan ketika melakukan ciuman dari mulut ke mulut, serta
pertukaran saliva dengan penderita HSV-1. Infeksi HSV-1 disebabkan α herpes virus 1
ditularkan melalui kontak dengan air liur yang terinfeksi dan mengalami masa inkubasi
selama 4-7 hari. virus HSV akan menembus permukaan mukosa/kulit yang terluka (kulit
yang tidak terluka memiliki kemungkinan untuk tertular HSV, hal ini dikarenakan virus
ditransmisikan melalui sekresi oral dan penyebarannya melalui percikan droplet). Sentuhan
antar kulit yang terluka juga memungkinkan terjadinya infeksi virus selain itu jika salah satu
bagian tubuh memiliki luka kemudian kontak dengan kulit yang sudah terinfeksi maka hal
ini mempermudah virus untuk masuk dan menginfeksi host baru. Saat melakukan seks oral
dengan orang yang memiliki luka karena virus herpes simplex maka sangat mudah
menginfeksi orang yang melakukan hubungan seks oral bersamanya, hal ini karena dalam
seks oral terjadi pertukaran cairan sehingga virus herpes mudah untuk masuk ketubuh host
baru, virus ini dapat hidup dalam host baru tanpa menunjukkan gejala secara langsung,
sehingga ketika sudah timbul luka setelah melakukan seks oral, sesegera mungkin untuk
mengunjungi pelayanan kesehatan agar segera mendapatkan pertolongan pengobatan agar
luka tidak menyebar keseluruh mulut.
Tindakan pengendaliannya ialah rajin untuk membersihkan luka agar infeksi segera teratasi
dan selalu berkonsultasi dengan dokter terkait dengan akses pengobatan yang tepat, selain
itu meningkatkan pengetahuan terkait dengan virus herpes simplex juga dibutuhkan untuk
mengenai secara dini gejala-gejala terkait dengan HSV. berikut merupakan tindakan
pengendalian penyebaran virus herpes simplex tipe-1 :
- Tidak melakukan hubungan seks oral ketika merasa bahwa tubuh telah terinfeksi
virus, tanda awal bahwa tubuh sedang terinfeksi virus herpes simplex yaitu adanya
rasa terbakar, gatal, serta terdapat luka pada sekitar mulut.
- Jangan menyentuh luka dengan tangan terbuka, usahakan menggunakan sarung tangan
dan dengan alat-alat yang steril agar tidak menambah infeksi pada luka yang terjadi
akibat infeksi virus herpes simplex.
- Jangan menggunakan air liur untuk membersihkan barang-barang yang ada dirumah,
karena air liur tersebut sudah terinfeksi virus herpes maka berusahalah untuk
mengurangi penyebaran virus yang terjadi akibat kontak dengan air liur, karena virus
dapat menyebar melalui droplet.
- Jika telah mengetaui bahwa terjangkit herpes oral, maka usahakan untuk tidak
mencium siapapun termasuk orang-orang yang memiliki daya tahan tubuh yang
rendah diantaranya : anak-anak, bayi, ibu hamil, dan juga lansia, karena orang yang
memiliki daya tahan tubuh yang rendah sangat mudah untuk terinfeksi virus.
4. Mengapa wanita pada masa kehamilan bisa terkena infeksi herpes simpleks dan jika pada
wanita hamil terdiagnosis penyakit tersebut apakah akan berpengaruh dengan calon bayi
yang di dalam kandungannya? Bagaimana cara pencegahan agar wanita dimasa kehamilan
tidak sampai terdiagnosis herpes simpleks?
Jawaban :
Ada 2 tipe HSV penularan yang ditularkan melalui kontak non seksual dan aktivitas seksial.
Infeksi HSV pada kehamilan dapat terjadi efek pada janin yang dikandungnya berupa
abnormalitas pada neonates. Infeksi HSV pada neonatus dapat diperoleh pada saat
kehamilan, intrapartum, atau post partum.
Pada kehamilan trimester 1 rentan terkena keguguran. Namun, pada trimester 2 dan 3 dapat
menimbulkan prematuritas dan abnormalitas pada fetus karena lebih berisiko untuk
mentransmisikan virus kepada janin.
Cara pencegahan untuk terjadi penularan HSV adalah
1. Tidak berganti-ganti pasangan
2. Menggunakan alat pengaman (kondom) saat melakukan hubungan seksual
3. Mencuci tangan apabila sudah menyentuh bagian area yang terinfeksi
4. Tidak membasahi kaca mata dengan air ludah
DAFTAR PUSTAKA
Pradono, Siti Aliyah. 2003. Lesi Ulserasi Rongga Dijumpai: Berhubungan Mulut Yang Sering
Dengan infeksi virus. JKGUI 2003:10 (Edisi Khusus) : 389-J9.
(http://www.jdentistry.ui.ac.id/index.php/JDI/article/download/455/347) diakses pada tanggal
8 januari 2021.
Ganesha, Raziv, dkk. 2020. Tatalaksana Recurrent Intra Oral Herpes Disertai Candidiasis
Yang Dirujuk Oleh Dermatologist. Interdent.jkg. vol.16, no.1. Juni 2020.
(http://e-journal.unmas.ac.id/index.php/interdental/article/view/794) Diakses pada tanggal 08
Januari 2021.
Suniti, Setiadhi, Riani. 2018. Infeksi herpes simpleks virus 1 rekuren dengan faktor
predisposisi
Stress emosional. J Ked Gi Unpad. Desember 2018 : 30 (3) : 207-214.
(http://journal.unpad.ac.id/jkg/article/view/17964). Diakses pada tanggal 08 Januari 2021.
Irianto. Koes. Epidemiologi penyakit menular dan tidak menular. 2018. Alfabeta. Bandung.