PROSES INFEKSI
MAGHHFIRAH DJALIHU
NIM : PO0220218046
C. Sasaran Belajar
Sasaran belajar adalah mahasiswa D III Keperawatan Semester II
D. Urutan Penyajian
1. Pendahuluan
A. Sasaran Pembelajaran yang ingin dicapai
B. Ruang lingkup bahan modul
C. Manfaat mempelajari modul
D. Urutan Pembahasan
E. Petunjuk Khusus
2. Materi Pembelajaran
3. Latihan
4. Rangkuman
5. Tes Formatif
6. Umpan balik atau tindak lanjut
7. Kunci Tes Formatif
8. Daftar Pustaka
II. Pendahuluan
A. Sasaran Pembelajaran yang ingin dicapai
1. Menguasai anatomi dan fisiologi tubuh manusia, patofisiologi
2. Menguasai prinsip fisika dan biokimia
3. Mampu memberikan asuhan keperawatan kepada individu,
keluarga, dan kelompok baik sehat maupun sakit dengan
memperhatikan aspek bio, psiko, sosialkultural, dan spritual yang
menjamin keselamatan klien sesuai standard asuhan keperawatan.
D. Urutan Pembahasan
Proses Infeksi :
1. Patogenesis penyakit infeksi
2. Jenis-jenis penyakit infeksi
3. Respon tubuh terhadap agen menular
E. Petunjuk Khusus
1. Bacalah secara cermat modul ini secara berurutan
2. Kerjakan setiap latihan dan tes formatif pada setiap materi
pembelajaran dalam modul ini untuk memperlancar pemahaman
anda.
III. Materi Pembelajaran
1. Konsep infeksi
Tenggorokan Bakteri :
Spesies neisseria
Streptoccus pneumonia
Haemophilus influenza
Kulit Bakteri :
Stafilokokus
Streptokokus
Corynebacterium
Usus Bakteri :
Escherichia coli
Enterobacteriacea
Enterokokus
Spesiesclostridium
Agen
infeksius :
Bakteri
Jamur
Virus
Ricketsia
Parasit
Hospes rentang : Reservoir :
Gangguan imun Orang
luka bakar Air dan lautan
postoperatif Obat-obatan
penyakit kronik Peralatan
anak-anak & lansia
3) Manifestasi
Masa inkubasi VZV berkisar dari 10 hingga 21 hari, sebelumnya
memungkinkan terdapat keadaan sakit yang bersifat protromal dan hal ini
lebih sering terlihat pada orang dewasa dengan gejala demam, sakit kepala,
dan nyeri otot. Ruam tampak khas dan pertama kali muncul pada bantang
tubuh, kemudian wajah, dan kulit kepala. Keberadaan ruam pada kulit kepala
membantu membedakan cacar air dari kedaan sakit lain. Lesi dimulai sebagai
makula yang rata dan dengan cepat menonjol keluar membentuk pakula bulat
berukuran kecil, pakula ini kemudian berubah menjadi fesikol yang berisi
cairan dan menyerupai lepuhan. Akhirnya, vesikel ini menjadi ustula,
kemudian pecah dan membentuk keropeng
4) Penangananya
Infeksi varisella tanpa disertai komplikasin pada anak yang imunitasnya baik
merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri. Tujuan penatalaksanaan
penyakit ini adalah mengatasi gejala dan mencegah komplikasi. Pengendalian
gejala meliputi pemberian preparat antipiretik jika terjadi demam dan
antipruritus untuk mengurangi rasa gatal. Perawatan kulit yang cermat harus
dilakukan dengan menganjurkan pasien untuk mandi dan mengganti pakaian
serta seprai secara teratur.
Kuku jari tangan harus selalu bersih dan pendek, juga dianjurkan untuk tidak
menggaruk lesi yang gatal guna mengurangi resiko infeksi bakteri
sekunder.Pencegahan infeksi varisella dapat dilakukan dengan mengunakan
vaksin hidup dilemahkan yang penggunaanya pada anak berusia lebih dari 12
bulan telah disetujui. Penggunaan vaksin juga di anjurkan pada remaja dan
individu yang non-imun terhadap varisela dewasa khususnya bagi mereka
yang melakukan pekerjaan yang beresiko tinggi, seperti tenaga kesehatan
dan guru. vaksin tidak dapat diberikan pada masa kehamilan.
b. Bakteri
Bakteri adalah organisme yang bersel tunggal yang diklarifikasi sebagai
organisme prokariotik karena DNA-nya tidak terbungkus didalam kompartemen
selular (nucleus). Bakteri diklasifikasikan menurut respons terhadap pewarnaan,
morfologi (ukuran dan bentuk),reproduksi pernapasan dan genus serta
spesiesnya. Bentuk dan ukuran bakteri sangat berfariasi dari 0,5 hingga 0,1
mikron dan panjangnya juga beragam. Bakteri terlihatseperti bentuk bola atau
bulat (kokus),bentuk batang (baksil) dan bentuk spiral (spirelum).
Infeksi berhubungan dengan penambahan jumlah sel, bukan peningkatan ukuran
sel. Bakteri biasanya melakukan reproduksi,melalui fisi biner (pembelahan sel
dan pembentukan dua sel anak yang indentik).
Reproduksi bakteri memerlukan faktor lingkungan atau fisik tertentu-suhu, PH,
tekanan osmotik, dan ada tidaknya oksigen.
1) Infeksi luka oleh bakteri
Setiap luka pada kulit, termasuk insisi bedah atau kerusakan kulit yang
menimbulkan perubahan integritas kulit. Ada empat tanda terjadinya infeksi
luka terhadap bakteri yaitu bengkak, nyeri, panas ,dan kemerahan pada
jaringan di sekitar luka.
2) Patofisiologi
Ada beberapa faktor umum yang dapat meningkatkan resiko individu terhadap
infeksi luka;
a) Sifat cedera, misalnya truma yang melibatkan debu/debris
b) Penurunan suplai darah sehingga mengurangi komponen system imun
yang diantarkan
c) Adanya jaringan mati/mikrotik
d) Kesehatan umum-adanya penyakit yang memengaruhi respon imun,
malnutrisi, luluh imun
e) Adanya organisme yamg mungkin menjadi pathogen pada kulit
f) Obat yang mempengaruhi respon imun (steroid dan antibiotic) dapat
mempengaruhi keseimbangan bakteri
Pengidap diabetes memiliki insiden penyakit paskular periver 4 kali lebih tinggi
dibandingkan individu yang tidak mengidap diabetes. Keadaan ini turut
menyebabkan ulserasi kaki yang selanjutnya menggangu pengantaran
oksigen, nutrient, dan antibiotik sehingga mengaruhi pemulihan dan
kemampuan melawan infeksi. Pengendalian kadar glukosa yang buruk
menjadi predisposisi terjadinya infeksi, terutama dengan gangguan fagositosis
dan fungsi imunitas yang dimediasi oleh sel. Selain itu, penderita diabetes
dapat mengalami neuropati parifer yang signifikan suatu faktor penyumbang
utama terhadap terjadinya ulserasi. Kombinasi stres berulang, tekanan yang
kontinu pada kaki, dan trauma ringan menambah kemungkinan terjadinya
ulkus kaki.
Setelah terbentuk area ulserasi gangguan integritas kulit menungkinkan
kolonisasi awal oleh bakteri dan infeksi dapat terjadi dengan mudah.
Penyebaran seluritis sering mngindikasikan infeksi bakteri dan dapat
dipengaruhi oleh sifat organisme penyebab staphylococcus aureus memiliki
banyak faktor virulensi yang memfasilitasi kemampuanya sebagai bakteri
patohogen, contoh kuman ini menghasilkan enzim hialuronidase yang
menghidrolosis asam hialuronat dan meningkatkan penyebaran melalui
jaringan ikat.
Sumber bakteri yanmg menyebabkan infeksi luka bersifat endogen atau
eksogen,tanda dan gejala klini sangat penting untuk menentukan adanya
infeksi dan keparahanya.
Semakin meningkatnya jumlah bakteri rasisten terhadap anti biotik merupakan
ciri infeksi yang diperoleh dari pelayan kesehatan dan dapat berasa dari
dalam masarakat. Staphylococus aureus rasisten-metisilin (MRSA) adalah
salah satu bakteri rasisten yang banyak terdapat diseluruh dunia.MRSA
merupakan staphylococus aureus yang rasisten tehadap anti biotik dan dapat
menjadi bagian dari flora komensal normal. Staphylococus menyebabkan
berbagai infeksi mulai dari furunkel dan abses hingga infeksi luka,
pneumonia,dan septikimia penggunaan anti biotik berspektrum luas yang
umum,kemajuan pelayanan kesehatan yang memfasilitasi pelaksanaan
prosedur yang komplek dan beresiko tinggi, penggunaan alat yang dibiarkan
berada didalam tubuh,hospitalisasi pasien imunosupresi dan kepatuhan yang
kurang optimal terhadap praktik terhadap pengendalian infeksi dianggap
sebagai faktor yang signifikan dalam proses timbulnya strain bakteri yang
rasisten terhadap anti biotik. Kolonisasi MRSA dapat terjadi pada nares
anterior,lipat paha,aksila dan membran mukosa khusunya tenggorok. MRSA
dapat menyebar secara endogen atau kontak langsung.
1) Manifestasi
Apabila infeksi terjadi pada luka, berbagai proses phatofisiologi yang melatari
akan menentukan dirinya dalam bentuk serangkaian tanda dan gejala yang
dapat digali secara klinis. Cidera jaringan, termasuk infasi oleh mikro
organisme, mengakibat respons inflamasi yang memiliki dua komponen
utama: vasoldilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler, infiltrasi leukosit
sebagai respon terhadap pembentukan faktor kemoktaktik setempat.
Beberapa mediator imun menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan
vasopermeabilitas. Peningkatan vasodilatasi diikuti infiltrasi cairan ini
meninbulkan tanda utama: panas kemerahan bengkak dan nyeri efek
langsung yang ditimbulkan oleh sebagian mediator inflamnasi dapat pula
menimbulkan nyeri pada lokasi cidera.
2) Penangananya
Tujuan yang lebih penting dalam penatalaksanaan luka yang terinfeksi Adalah
mengembalika keseimbangan pejamu bakteri. Penatalaksanaan ini meliputi
debridemen luka dan pengendalian muatan bakteri serta inflamsi. Tindakan
debridemen bedah dapat dipertimbangkan ketika menangani luka yang
terinfeksi, khususnya jika terdapat banyak jaringan nikrotik.
Prinsip debridemen adalah menyingkirkan jaringan nikrotik dan jaringan yang
terinfeksi untuk menghasilkan luka terbuka yang bersih dan penurunan
muatan bakteri sehingga lingkungan dalam luka menjadi kundusif bagi
pemulihan. Penggunaan terapi enzim tropikal, balutan lembab, dan terapi
fakum merupakan tindakan alternatif untuk debridemen bedah. Pada sebagian
kasus, factor yang turut berperan menjadi predisposisi infeksi dapat
dieliminasi atau dimodifikasi. Iskemia dapat diatasi melalui bedah vaskuler
untuk memperbaiki aliran darah, perfusi jaringan, dan pengantaran antibioti
serta nutrien untuk pemulihan luka.
Terapi yang lebih baru meliputi penggunaan terapi oksigen hiperbarik dan
penggantian kulit yang telah direkayasa. Terapi oksigen hiperbarik
meningkatkan kadar oksigen dalam jaringan, meningkatkan sintesis kolagen,
membantu proses penghancuran bakteri oleh leukosit dan kadar oksigen yang
tinggi bersifat toksik bagi bakteri anaerob.
3) Farmakologi
Antibiotik awalnya sering digunakan dalam pelayanan kesehatan pada tahun
1940-an. Karena bakteri memiliki struktur sel prokariotik yang berbeda dari
struktur sel manusia, toksisitas, antibiotik, yang bersifat selektif sehingga
menjadikan bakteri sebagai target dan bukan sel pejamu. Ada berapa cara
kerja antibiotik : 1. Menghambat sintesis dinding sel bakteri 2. Menghambat
sintesis protein 3. Menghambat asam nukleat 4. Menggagu alur 5. Mengubah
memrane sel.
c. Jamur(mikosis)
Jamur merupakan organisme yang umumnya digolongngkan dalam kedua
kelompok utama yeast(ragi) dan moult(kapang). Hanya terdapat sekitar 50 jenis
jamur yang menyebabkan penyakit pada manusia meskipun jamur memiliki
marfologi dan penampakan yang beragam, sel jamur dikelilingi oleh dinding sel
dan mempunyai sebuah nucleus serta membrane nucleus. Kendati, Jamur
berbeda dengan tumbuhan yaitu jamur tidak memiliki klorofil sehingga tidak
terlibat dalam fotosintesis. Jamur dianggap lebih kiat dari pada bakteri. Infeksi
jamur umumnya bersifat oportunis dan dianggap sebagai suatu gangguan yang
tidak mengancam jiwa, kecuali pada individu imun berat.
Jenis jamur yang berukuran lebih besar dari pada bakteri,uniseluler, dan
berbentuk bulat atau ovoit serta mengandung organel
subselular,reprodksi,terutama terjadi secara aseksual,dengan membentuk
tunas.Klasifikasi penyakit jamur ditentukan berdasarkan lokasi primer infeksi
yaitu mikosis superfisial (lapisan luar kulit dan rambut), mikosis kutaneus
(epidermis dan penyakit kuku serta rambut yang infasis),
mikosis subkutan neus (dermis, jaringan subkutan, otot, dan fasia),dan mikosis
sistematik (yang sering berasal dari dalam paru, tetapi menyebar kebanyak
sistem organ).
1) Patofisilogi
Kandidiasis merupakan infeksi ragi yang bersifat oportunis dan terjadi ketika
mekanisme tubuh normal mengendalikan pertumbuhan jamur ini terganggu
dan rusak sehingga memungkinkan organisme ini melakukan penetrasi,
kolonisasi, dan reproduksi dalam tubuh pejamu.Sebagai bagian dari flora
normal tubuh, candida dalam keadaan normal dikendalikan oleh sawarkulit
atau membran mukosa yang utuh,pertukaran sel membrane mukosa dan kulit
yang cepat,floranormal yang bersaing denganya,dan sistem imun yang
kompoten.
Infeksi kulit lebih sering terjadi pada lingkungan yang lembab dan hangat
seperti daerah lipatan kulit, lipat paha, atau aksila. Kemungkinan infeksi
vagina biasanya dikendalikan oleh varietas dan kompetisi flora normal vagina.
Faktor paling signifikan yang menghambat infeksi ragi didaerah vagina adalah
asam laktat yang dihasilkan oleh laktobasilus. Asam laktat ini
mempertahankan pH vagian pada nilai kurang dari 4,5. Lingkungan yang
asam menghambat pertumbuhan mikroorganisme oportunistis seperti candida
albicans. Perubahan lingkungan dan ploriferasi sel ragi (jamur) yang
kemudian terjadi dapat disebabkan oleh faktor, seperti sistem imun yang
terdepresi atau imatur, kehamilan, penggunaan pil KB, pemakian antibiotik
atau preparat steroid sistemik atau topikal yang lama, dan adanya DM yang
terjadi bersamaan.
Individu yang mengalami luluh imun atau memiliki sistem imun imatur menjadi
rentan terhadap infeksi mukokutaneus dan sistemik. Infeksi sistemik (mis
kandidemia) sering berhubungan dengan penyakit berat yang sudah ada
sebelumnya, sperti kangker atau leukimia, atau ketika pasien menjalani terapi
yang menekan sistem imun, seperti resipien transplantasi. Prosedur infasi
yang memberi pintu masuk tambahan, misalnya, pemberian terapi
intavena/nutrisi parenteral total (IV/TPM). Tindakan kontinuous ambulatori
peritoneal dialisis (CAPD), dapat menjadi predis posisi timbulnya infeksi
sistemik. Penularan biasanya terjadi melalui kontak langsung dengan jamur
(spora) atau inhalasi. Kandidiasis vagina tidak digolongkan sebagai penyakit
menular seksual, tetapi dapat tertular dari pasangan yang terinfeksi
2) Manifestasi
Kandidiasis vagina dialami oleh hampir 75% wanita dan remaja putri. Gejala
yang sering ditemukan berupa prurituspulpa dan vagina.
Disertai dengan rabas vagina yang kental dan berwarna putih (menyerupai
keju cair) infeksi ini sering disertai rasa nyeri atau terbakar ketika berkemih
dan mungkin terdapat ketidaknyamanan saat sanggama yang disebabkan
oleh ekskoriasi dan inflamasi di daerah vagina vulva. Laki-laki yang tertular
infeksi ini dapat mengeluhkan iritasi disekitar glans penis.
3) Penanganananya
Agensi anti jamur biasanya diberikan dalam bentuk preparat oral (mis,
flukonazol) atau topikal (mis,tatin dalam bentuk krim atau supositoria vagina).
Agens krim dan supositorial umumnya dapat dibeli bebas ditoko obat. Kedua
agens ini bekerja dengan menganggu membrane sel ragi sehingga
menghambat reproduksi ragi selanjautnya. Penanganan lain berupa tindakan
paliatif untuk mengurangi gejala dan resiko penularan. Perhatian terhadap
higiene umum sangat penting dengan kebiasaan mencuci tangan yang cermat
untuk mencegah menularan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Penggunaan
laruran natrium bikarbonat hangat untuk berendam dapat mengurangi
ketidaknyamanan dan meningkatkan pH vagina. Menghindari pemakian sabun
dan produk mandi yang wangi perlu dianjurkan karena hal ini dapat
memperparah iritasi.
d. Parasit
Parasit merupakan organisme yang mendapat sumber nutrient dari organisme
lain yang biasanya disebut pejamu. Parasit dapat hidup pada permukaan tubuh
pejamu atau organisme lain (ektoparasit) atau didalam tubuh pejamu
(endoparasit). Penularan umumnya terjadi melalui injeksi atau ingesti yang tidak
disengaja. Banyak parasit yang mampu membentuk kista yang menjadi barier
protektif dan memungkinkan parasit untuk sintas dalam kondisi lingkungan yang
merugikan dirinya dan bertahan terhadap perusakan. Parasit sering memerlukan
vektor mekanis atau biologis untuk penularan seperti nyamuk dan penyakit
malaria. Reproduksi umumnya terjadi secara aseksual (fisi biner) meskipun
sebagian spesies dapat melakukan reproduksi seksual (mis, cryptosporidium).
Infeksi parasit menjadi masalah diseluruh dunia kendati keparahannya di
australia tidak dianggap signifikan, cenderung rentan karena gaya hidup dan
kurangnya sumber daya atau karena mengalami luluh imun pasien AIDS. Ada 3
kategori utama parasit; protozoa, helmintes (cacing), dan artropoda.
Penyakit protozoa yang sering terjadi adalah amuba (disentri amuba), flagelata
(giardiasis), siliata (disentribalantidiasis), dan sporozoa (malaria dan
toksokplasmosis). Helmintes secara umum di sebut cacing. Umumnya helmintes
merupakan organisme berukuran besar kendati dapat juga berukuran kecil
selama stadium perkembangan.
Salah satu kelompok utama yang menginfeksi manusia adalah cacing pipih, yang
meliputi cacing pita (kestoda), misalnya penyakit hidatid, cacing daun (trematoda
atau dignea) menginfeksi manusia dengan cara penetrasi atau ingesti. Kelompok
cacing utama lainnya adalah nematoda atau cacing gelang yang menyebabkan
infestasi cacing gelang (askariasis), cacing tambang (ankilotomiasis), atau cacing
benang (threadworm). Antropoda merupakan serangga yang membentuk
hubungan ektoparasit dengan manusia sehingga menjadi fektor yang
menularkan organisme phatogen dari virus, bakteri, ricketsia, protozoa, dan
cacing.
1) Patofisiologi
Skabies merupakan keadaan yang di sebabkan oleh ektoparasit sarcoptes
scabiei; sarcoptes scabiei juga di kenal sebagai tungau gatal dan berkaitan
dengan tungau yang menyebabkan penyakit kudis pada binatang. Sarcoptes
scabiei berukuran sangat kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Karena panjangnya kurang dari 0,5 mm. Sarcoptes scabiei betina dewasa
berukuran lebih besar dari pada sarcoptes scabiei jantan dan sesudah
pembuahan, tungau betina membuat terowongan pada lapisan atas epidermis
dan menempatkan 30 hingga 40 buah telur yang menetas dalam waktu 3
hingga 5 hari. Larva akan menggali dan membuat trowongan baru kemudian
mencapai dewasa dalam waktu sekitar 4 hari dan mengulang siklus tersebut.
Penyakit skabies biasanya ditularkan melalui kontak personal langsung
dengan individu yang terinveksi atau melalui pakaian atau seprai tempat tidur.
2) Manifestasi
Aspek manifestasi klinik yang paling signifikan berupa pruritus aku. Lokasi
gatal yang intens bergantung pada lokasi infestasi. Umunya lokasi ini terdapat
pada lipatan kulit cela jari kendati dapat pula timbul pada lipat paha, siku,
umbilikus, aksila, dibelakang lutut, dan dibawa payudara. Trowongan yang
dibuat oleh tungu skabies tampak sebagai garis halus menyerupai benang
dengan fesikel pada salah satu ujungnya yang sering sulit diidentifikasi
karena disertai penyakit kulit.
3) Penanganannya
Pengolesan losion topical yang tepat (premetrin,malation atau maldison,benzil
benzoat, krotamiton,gama benzene heksakklorida, dan senyawa sulfur,dan
disinfeksi linen tempat tidur serta pakaian merupakan agens penanganan
yang utama. Preparat losion harus dioleskan keseluruh permukaan kulit dari
ujung kepala sampai telapak dan jari kaki serta di biarkan selama 8-12 jam,
kemudian di cuci bersih. Pemberian diagnosis tunggal biasanya sudah
mencukupi jika disiapaka dan diberikan dengan benar.
Penanganan dapat diulang satu minggu jika terbukti masih adal tungau atau
telur. Efekpruritus dari kabies dapat bertahan selama beberapa minggu dan
harus ditangani dengan terapi paliaktif. Penting diingat bahwa semua individu
yang melakukan kontak personal yang dekat dengan pasien atau
lingkungannya juga memerlukan penanganan.
4) Farmakologi
Krim permentrin dianggap sebagai preperat skabisida yang paling efisien.
Larutannya yang mengandung air tidak terlalu mengiritasi kulit yang
mengalami inflamasi atau ekskoriasi dibandingkan preparat yang berbahan
dasar alkohol. Gama benzena heksaklorida (lindane) hanya digunakan secara
selektif karena efek sampingnya yang bersifat neurotoksik dan tidak
digunakan pada anak berusia kurang dari dua tahun atau wanita hamil.
Krotamiton cocok untuk anak berusia kurang dari 2 bulan, namun kurang
efektif jika dibandingkan dengan permentrin atau lindane. Preparat sulfur
merupakan preparat yang khasiatnya paling rendah dan mempunyai
beberapa kekurangan yaitu harus dioleskan lebih dari satu kali.
Menimbulakan bau tidak enak dan dapat meninggalkan noda pada pakaian
atau linen tempat tidur.
b. Filariasis
Filariasis adalah penyakit akut yang menyerang sistem syaraf perifer karena virus
polio (enterovirus). Ditularkan antar manusia melalui rute oro-fekal, sekret faring.
IV. Latihan
1. Jelaskan proses infeksi!
2. Sebutkan faktor mempengaruhi kerentangan calon pejamu yang mengidap
infeksi didalam lingkungan pelayanan kesehatan!
3. Sebutkan penyakit yang rentang disebabkan oleh mikroorganisme!
4. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri!
5. Sebutkan apa jenis penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur!
6. Sebutkan dan jelaskan 3 komponen pertahanan melawan infeksi!
V. Rangkuman
Konsep infeksi
Tuberculosis
Difteria
Petrusis
Tetanus Neona Torum
Demam tifoid
Kusta
Pes
Antraks
c. Vagina
d. Kulit
1. Lapisan usus halus yang banyak terdapat lipatan-lipatan flika sirkularis dan vili
intestinal (jongot-jongot) yang selalu bergerak karena pengaruh hormone vili
kinin disebut ….
a. Jawaban (A) salah karena TUNIKA PROPIA adalah bagian dalam dari
tunika mukosa terdapat jaringan limfoid nodulus limfatikum dalam bentuk
sendiri-sendiri dan berkelompok.
b. Jawaban (B) benar karena TUNIKA MUKOSA adalah bagian banyak
terdapat lipatan lipatan membentuk flika sirkularis dan vili intestinal (jongot-
jongot) yang selalu bergerak karena pengaruh hormone vili kinin.
c. Jawaban (C) salah karena TUNIKA SUBMUKOSA adalah bagian terdapat
anyaman pembuluh darah dan saraf simpatis.
d. Jawaban (D) salah karena TUNIKA MUSKULARIS adalah bagian yang
terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan otot sirkuler dan otot
longitudinal diantara keduanya terdapat anyaman serabut saraf.
e. Jawaban (E) salah karena bagian itu meliputi seluruh jejunum dan ileum.
Buku : Chang Esther, Daly John, Elliott Doug, 2009. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik
Keperawatan, Jakarta. Buku Kedokteran.
Schaffer, Garzon, Heroux, Korniewicz, 2000. Pencegahan Infeksi & Praktik Yang Aman,
Jakarta. Buku kedokteran.
Online : http://www.blogkesehatandian.com/22-macam-jenis-penyakit-yang-disebabkan-
oleh-virus/
https://www.slideshare.net/SilkyTanaffasya/jenis-jenis-penyakit-infeksi