OLEH
KELOMPOK 2
KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
1
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Sang
Hyang Widhi Wasa, karena atas berkat rahmat beliau penulis mampu
menyelesaikan Patofisiologi dengan membahas tentang Proses Terjadinya
Infeksi dan Peradangan dalam bentuk makalah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ni Made Wedri, S. Kep, Ners, M. Kes selaku pembimbing yang telah
memberikan penulis tugas, serta petunjuk kepada penulis sehingga penulis
termotivasi untuk menyelesaikan tugas.
2. Orang tua yang juga turut membantu, membimbing, dan mengatasi
berbagai kesulitan sehingga tugas ini selesai.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai. Sekian dan terimakasih.
Om SantiSantiSanti Om
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Simpulan......................................................................................................19
3.2 Saran.............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................20
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses terjadinya infeksi
2
BAB II
PEMBAHASAN
- Bakteri
Bakteri dapat menyebabkan penyakit pada tubuh manusia dan
dapat hidup didalamnya, bakteri bisa masuk melalui udara, air,
tanah, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda mati lainnya.
3
Acinetobacter baumanii
Pseudomonas aeruginos,
Luka bakar
Burkholderia cepacia
- Virus
Virus terutama berisi asam nukleat (nucleic acid), karenanya harus
masuk dalam sel hidup untuk diproduksi.
- Fungi
Fungi terdiri dari ragi dan jamur
- Parasit
Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok
parasit adalah protozoa, cacing dan arthropoda.
- Kontak
- Udara
- Alat
- Vektor / serangga
Nyamuk, lalat
4
4. Tipe Infeksi
5. Tanda-tanda Infeksi
5
Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar
ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah
ke jaringan-jaringan interstitial.
d) Dolor : Rasa nyeri
Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat
merangsang ujung-ujung saraf.Pengeluaran zat seperti histamin
atau zat bioaktif lainnya dapat merangsang saraf.Rasa sakit
disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi akibat pembengkakan
jaringan yang meradang.
e) Functiolaesa : Gangguan fungsi
Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang
(Dorland, 2002).Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang
telah dikenal. Akan tetapi belum diketahui secara mendalam
mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang.
2. Tanda Infeksi Sistemik
- Demam
- Malaise
- Anoreksia
- Sakit kepala
- Diare
a. Agen Infeksius
6
Habitat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme, antara
lain manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan.
d. Metode Penyebaran
7. Proses Infeksi
- Tahap Inkubasi
- Jenis mikroorganisme.
7
- Kecepatan berkembang biaknya mikroorganisme dan Kecepatan
pembentukan toksin dari mikroorganisme.
- Tahap Prodormal
- Tahap Sakit
- Tahap Konvalensi
8
Sembuh sempurna : Penderita sembuh secara sempurna, artinya
bentuk dan fungsi sel/jaringan/organ tubuh kembali seperti
sediakala.
9
2.2 Upaya Pencegahan Infeksi
Secara umum, tanggung jawab perawat dalam pencegahan infeksi
antara lain :
1. Mendidik individu agar terhindar dari infeksi
Melalui upaya imunisasi, perbaikan nutrisi, istirahat dan tidur
yang cukup, menghindari stress.
2. Membiasakan diri mencuci tangan
Cuci tangan merupakan salah satu upaya paling efektif dalam
mengontrol infeksi.
3. Mencegah penyebaran kuman melalui tindakan
desinfeksi/sterilisasi.
10
2. Gambaran Mikroskopis Peradangan Akut
Peradangan akut adalah respon langsung dari tubuh terhadap
cideraatau kematian sel. Gambaran mikroskopis peradangan sudah
diuraikan 2000 tahun yang lampau dan masih dikenal sebagai tanda-
tanda pokok peradangan yang mencakup kemerahan (rubor), panas
(kalor), nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor). Tanda pokok yang
kelima ditambahkan pada abad sekarang ini, yaitu perubahan fungsi
(function laesa).
- Rubor (kemerahan)
Rubor biasanya merupakan hal pertama yang terlihat pada daerah
yang mengalami peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai timbul,
maka arteriol yang mensuplai daerah daerah tersebut melebar,
dengan demikian lebih bannyak darah mengalir kedalam
mikrosirkulasi local. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau
sebagian saja yang meregang dengan cepat akan terisi oleh darah.
Keadaan ini yang dinamakan hyperemia atau kongesti,
menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut.
Timbulnya hyperemia pada permulaan reaksi peradangan diatur oleh
tubuh, baik secara neurogenik maupun secara kimia, melalui
pengeluaran zat seperti histamine.
- Kalor (panas)
Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan
akut. Sebenarnya panas merupakan sifat reaksi peradangan yang
hanya terjadi pada permukaan tubuh, yang dalam keadaan normal
lebih dingin dari 370 C, yaitu suhu dalam tubuh. Daerah peradangan
pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya, sebab darah (pada
suhu 370 C) yang disalurkan tubuh ke permukaan daerah yang
terkena lebih lebih banyak dari pada yang disalurkan kedaerah
normal. Fenomena panas lokal ini tidak terlihat pada daerah-daerah
yang terkena radang jauh didalam tubuh, karena jaringan-jaringan
11
tersebut sudah mempunyai suhu inti 370 C dan hyperemia tidak
menimbulkan perubahan.
- Dolor (nyeri)
Dolor dari reaksi peradangan dapat disebabkan oleh beberapa hal,
misalnya, bahan pH lokal atau kongesti lokal ion-ion tertentu dapat
merangsang ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat kimia tertentu
seperti histamin atau zat kimia bioaktif lainnya juga dapat
merangsang sel-sel saraf. Selain itu, pembengkakan jaringan yang
meradang juga dapat mengakibatkan penigkatan tekanan lokal yang
tanpa diragukan lagi juga dapat menimbulkan nyeri.
- Tumor (pembengkakan)
Segi paling mencolok dari peradangan akut mungkin adalah
pembengkakan lokal (tumor). Pembengkakan ditimbulkan oleh
pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah kejaringan-
jaringan interstisial. Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun
paada daerah peradangan disebut eksudat, pada keadaan dini reaksi
peradangan , sebagian besar eksudat adalah cair, seperti yang terjadi
pada lepuhan yang disebabkan oleh luka bakar ringan. Kemudian
sel-sel darah putih Eatau leukosit meninggalkan aliaran darah dan
tertimbun sebagai bagian dari eksudat.
- Function laesa (perubahan fungsi)
Adalah reaksi peradangan yang telah dikenal, sepintas lalu mudah
dimengerti, mengapa bagian yang bengkak, nyeri disertai denagn
sirkulasi abnormal dan lingkungan kimiawi yang abnormal,
berfungsi juga secara abnormal. Namun sebetulnya kita tidak
mengetahui secara mendalam dengan cara apa fungsi jaringan yang
meradang itu terganggu.
- Eksudasi
12
Untuk memahami aliran cairan yang cepat melalui dinding
pembuluh ke jaringan yang mengalami peradangan, perlu
untuk mengingat kembali prinsip- prinsip yang mengatur
transpor cairan normal. Dinding selular pembuluh darah yang
terkecil (misal, kapiler dan venule) memungkinkan molekul-
molekul kecil lewat, tetapi menahan molekul-molekul besar
(seperti, protein plasma tetap didalam lumen pembuluh darah.
Sifat pembuluh darah yang semipermiabel ini menimbulkan
tekanan osmotik yang cenderung menahan cairan di dalam
pembuluh darah. Kejadian ini diimbangi oleh dorongan keluar
tekanan hidrostatik di dalam pembuluh darah.
13
jaringan membengkak akibat suatu sistem serabut jaringan ikat
yang tertambat pada dinding limfatik. Tidak hanya aliran limf
yang meningkat tetapi juga kandungan protein dan sel pada
limf juga meningkat selama peradangan akut. Peningkatan
aliran bahan-bahan ini melalui limfatik menguntungkan,
karena cenderung meminimalkan pembengkakan pada jaringan
yang meradang dengan mengeluarkan sebagian eksudat.
14
- Mediator peradangan
Banyak substansi yang dikeluarkan secara endogen, yang
dikenal dengan substansi dari peradangan.
Mediator dapat digolongkan kedalam beberapa kelompok:
Amina vasoaktif
Substansi yang dihasilkan oleh sistem enzim plasma
Metabolit asam arakhidona
Berbagai macam produk sel
- Histamine
Amina vasoaktif yang terpenting adalah histamin, yang mampu
menghasilkan vasodilatasi dan penigkatan permeabilitas
vaskuler. Sebagian besar histamin disimpan dalam sel mast
yang tersebar luas dalam tubuh.
- Factok-faktor plasma
Plasma darah adalah sumber yang kaya akan sejumlah
mediator penting. Agen utama yang mengatur sistem ini adalah
faktor Hageman (faktor XII), yang berada dalam plasma,
dalam bentuk tidak aktif dan dapat diaktifkan oleh berbagai
cidera.
- Metabolit asam arakhidonat
Berasal dari banyak fosfolipid membrane sel, ketika fosfolipid
diaktifkan oleh cidera atau mediator lain. Asam arakhidonat
dapat dimetabolisasikan dalam dua jalur yang berbeda, yaitu
jalur siklooksigenase dan jalur lipoksigenase, menghasilkan
sejumlah prostaglandin, trombokson dan leukotrin.
15
mampu menelan berbagai zat (fagositosis). Eosinofil
memberikan respon terhadap rangsangan kemotaktik khas
tertentu pada reksi alergi dan mengandung zat-zat yang toksik
terhadap parasi-parasit tertentu dan zat-zat yang
memperantarai peradangan.
Basofil berasal dari sumsum tulang seperti granulosit lainnya.
Basofil darah dan sel mast jaringan dirangsang untuk
melepaskan kandungan granulanya kedalam lingkungan
sekitarnya pada berbagai keadaan cidera, baik rekasi
imunologis maupun reaksi nonspesifik.
- Monosit
Merupakan bentuk monosit yang berbeda dari granulosit,
karena susunan morfologi intinya dan sift sitoplasmanya yang
relatif agranular. Sel yang sama, yang terdapat dalam
pembuluh darah disebut juga dengan monosit, dan jika terdapat
dalam eksudat, disebut dengan makrofag.
Makrofag mempunyai fungsi yang sama denganfugsi netrofil
polimorfonuklear, dimana makrofag adalah sel yang bergerak
aktif yang memberi respon terhadap rangsang kemotaksis,
fagosit aktif dan mampu mematikan serta mencerna berbagai
agen.
- Limfosit
Umumnya terdapat pada eksudat dalam jumlah yang sangat
kecil, dalam waktu yang cukup lama, yaitu sampai reaksi
peradangan menjadi kronik. Leukosit yang telah dimobilisasi
tidak hanya menangkap mikroba yang menyerbu, tetapi juga
menghancurkan sisa jaringan hingga proses perbaikan dapat
dimulai.
6. Bentuk Peradangan
- Eksudat nonseluler
Eksudat serosa
16
Jenis eksudat nonseluler yang paling sederhana adalah eksudat
serosa, yang pada dasarnya terdiri dari protein yang bocor dari
pembuluh-pembuluh darah saat radang. Contoh eksudat serosa
adalah cairan luka melepuh. Pengumpulan yang disebabkan
oleh tekanan hidrostatik, bukan disebabkan oleh peradangan,
disebut dengan transudat.
Eksudat fibrinosa
Terbentuk jika protein yang dikeluarkan dari pembuluh dan
terkumpul pada daerah peradangan yang mengandung banyak
fibrinogen. Eksudat fibrinosa sering dijumpai diatas
permukaan serosa yang meradang.
Eksudat misinosa
Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk diatas membrane
mukosa, dimana terdapat sel-sel yang dapat mensekresi musin.
Eksudat ini merupakan sekresi sel, bukan dari bahan yang
keluar dari pembuluh darah. Contoh eksudat ini adalah pilek
yang disertai berbagai infeksi pernapasan bagian atas.
17
- Eksudat seluler
Eksudat netrofilik
Disebut juga dengan purulen yang terbentuk akibat infeksi
bakteri. Infeksi bakteri sering menyebabkan konsentrasi
netrofil yang luar biasa tingginya didalam jaringan, banyak
dari sel-sel ini mati dan membebaskan enzim-enzim hidrolisis
yang kuat kesekitarnya.
Eksudat campuran
Campuran eksudat seluler dan nonseluler, dinamakan sesuai
dengan campurannya. Misalnya, eksudat fibrinopurulen terdiri
dari fibrin dan netrofil polimorfonuklear.
- Peradangan granulamatosa
Jenis radang ini ditandai dengan pengumpulan makrofag dalam
jumlah besar dan pengelompokannya menjadi gumpalan
nodular yang disebut granuloma.
18
alami untuk memendek dan menjadi lebih padat, dan kompak
setelah beberapa lama. Akibatnya adalah kontraktur yang dapat
membuat dareah menjadi cacat dan pembatasan gerak pada
persendian.
- Komplikasi penyembuhan yang kadang-kadang dijumpai
adalah amputasi atau neuroma traumatik, yang secara
sederhana merupakan poliferasi regeneratif dari serabut-
serabut saraf kedalam daerah penyembuhan dimana mereka
terjerat pada jaringan parut yang padat.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berproliferasi di
dalam tubuh yang menyebabkan sakit. Infeksi merupakan suatu kondisi
penyakit yang disebabkan oleh masuknya kuman patogen atau mikroorganisme
lain ke dalam tubuh yang dapat menimbulkan reaksi tertentu.
Peradangan adalah reaksi lokal pada vaskular dan unsur-unsur pendukung
jaringan terhadap cedera terhadap cedera yang mengakibatkan pembentukan
eksudat kaya protein. Peradangan merupakan respon protektif sistem imun
nonspesfik yang bekerja untuk melokalisasi, menetralisasi, atau
menghancurkan agen pencedera dalam persiapan untuk proses penyembuhan.
Peradangan adalah reaksi perlindungan normal dari tubuh terhadap luka.
Infeksi tidak sama dengan peradangan , infeksi hanya merupakan salah satu
tanda penyebaab peradangan.
3.2 Saran
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dengan membaca dan mempelajari isi makalah ini, diharapkan pengetahuan
pembaca tentang radang dapat bertambah, serta mengerti tentang akibat dan
pengaruh yang disebabkan oleh radang itu sendiri. Penulis menyadari bahwa
penulisan makalah ini belum sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan,
untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi
perbaikan penulisan yang akan datang.
20
DAFTAR PUSTAKA
Price, sylvia A dan Wilson Lorraine M. 1995. Potofisiologi Konsep Klinis Proses-
Price, Sylvia A dan Wilson Lorraine M. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Kedokteran EGC
EGC
21