Anda di halaman 1dari 76

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.R


DENGAN MASALAH UTAMA GOUT ATHRITIS
PADA Ny.N
DI BR.PUSEH TEMPEK KANGIN DESA KETEWEL GIANYAR

OLEH :

KOMANG RISTI INDRIANI P07120016085


TINGKAT 3.3
DIII KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. R
DENGAN MASALAH UTAMA GOUT ATHRITIS
PADA Ny.N
DI DI BR.PUSEH TEMPEK KANGIN DESA KETEWEL GIANYAR

 KONSEP DASAR KELUARGA


A. Pengertian Keluarga
Menurut Duval, 1997 (dalam Supartini, 2004) mengemukakan bahwa keluarga
adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial setiap anggota.
Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama melalui
ikatan perkawinan dan kedekatan emosi yang masing-masing mengidentifikasi diri
sebagai bagian dari keluarga (Ekasari, 2000).
Keluarga adalah suatu sistem sosial yang dapat menggambarkan adanya jaringan
kerja dari orang-orang yang secara regular berinteraksi satu sama lain yang ditunjukkan
oleh adanya hubungan yang saling tergantung dan mempengaruhi dalam rangka
mencapai tujuan (Leininger, 1976).
Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga sebagai dua atau
lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan atau adopsi,
hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan
menciptakan serta mempertahankan budaya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih
yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, hubungan darah, hidup dalam satu
rumah tangga, memiliki kedekatan emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang saling
ketergantungan untuk menciptakan atau mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota dalam rangka mencapai
tujuan bersama. 
B. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985 dan Friedman 1998,
ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu :
1. Tahap I Keluarga Pemula
Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap pernikahan. Tugas
perkembangan keluarga saat ini adalah membangun perkawinan yang saling
memuaskan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis,
merencanakan keluarga berencana.
2. Tahap II Keluarga sedang mengasuh anak
 (anak tertua bayi sampai umur 30 bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk keluarga muda
sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,
memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran
orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga
besar masing-masing pasangan.
3. Tahap III Keluarga dengan anak usia pra sekolah
 (anak tertua berumur 2-6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi kebutuhan
anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru
sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan
hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan
norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan
beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.
4. Tahap IV  Keluarga dengan anak usia sekolah
 (anak tertua usia 6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan anak
termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan
dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga,
membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas
sekolah.
5.      Tahap V    : Keluarga dengan anak remaja
 (anak tertua umur 13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri,
memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka
antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan
dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
5. Tahap VI Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda
 (mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan tugas
perkembangan keluarga antara lain : memperluas siklus keluarga dengan
memasukkan anggota keluarga baru yang didapat dari hasil pernikahan anak-
anaknya, melanjutkan untuk memperbaharui dan menyelesaikan kembali
hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari
suami dan istri.
6. Tahap VII  Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)
Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini juga dimulai ketika orang tua
memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas
perkembangannya adalah menyediakan lingkungan yang sehat, mempertahankan
hubungan yang memuaskan dan penuh arah dengan lansia dan anak-anak,
memperoleh hubungna perkawinan yang kokoh.
7. Tahap VIII Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia
Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun terutama
berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan
lain meninggal. Tugas perkembangan keluarga adalah mempertahankan pengaturan
hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,
mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan
pasangan dan mempertahankan ikatan keluarga antara generasi.
C. Tipe Keluarga
1. Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga, yaitu :
a. Keluarga Tradisional
1. Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak
yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
2. Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan satu
orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah, atau ditinggalkan.
3.  Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak ada
anak yang tinggal bersama mereka.
4. Bujang dewasa yang tinggal sendiri
5.  Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah, istri
tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.
6. Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau anggota
yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.
b. Keluarga non tradisional
1. Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah
(biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).
2. Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak
3. Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama hidup
bersama sebagai pasangan yang menikah
4. Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu pasangan
monogamy dengan anak-anak, secara bersama menggunakan fasilitas, sumber
dan mempunyai pengalaman yang sama.

2. Menurut Allender dan Spradley (2001)


a. Keluarga tradisional
1)   Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan
anak kandung atau anak angkat
2)  Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga
lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman, dan bibi
3) Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak
4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak
kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian.
5) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang dewasa saja
6)  Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang
berusia lanjut.
b.  Keluarga non tradisional
1)    Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah
2)    Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah
3)    Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam
satu rumah tangga

3. Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan Darmawan (2005)
a. Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
b. Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan
hidup secara bersama-sama.
c. Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan

D. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau
sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya :
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati dan Darmawan (2005), yaitu:
1. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian  anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak,
membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku yang
boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya anak.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin
pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual, dengan cara
memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota
keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan,
dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya keluarga.
5.  Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi untuk
memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.
6. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan rasa
aman/ memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan
kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.
7. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan,
keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan
dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.
E. Tugas Keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan keperawatan
keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan etiologi/ penyebab masalah
dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II bila ditemui data malaadapti pada
keluarga. Lima tugas keluarga yang diaksud adalah:
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana persepsi keluarga
terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab
dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana keluarga
mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah dirasakan
keluarga, bagaimana keluarga menanggapi masalah yang dihadapi, adakah rasa takut
terhadap akibat atau adakah sifat negative dari keluarga terhadap masalah kesehatan,
bagaimana system pengambilan keputusan yag dilakukan keluarga terhadap anggota
keluarga yang sakit.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti bagaimana
keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan perkembangan perawatan yang
diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap
anggota keluarga yang sakit.
4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingnya hygiene
sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga. Upaya
pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga
dalam menata lingkungan dalam dan lingkungan luar rumah yang berdampak
terhadap kesehatan keluarga.
5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti
kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan,
keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan
fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah
pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga.

F. Teori Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk
mengukur keadaan klien (keluarga) dengan menangani norma-norma kesehatan
keluarga maupun sosial, yang merupakan system terintegrasi dan kesanggupan
keluarga untuk mengatasinya. (Effendy, 1998).
Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan dengan wawancara, observasi,
dan pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Pengkajian asuhan keperawatan
keluarga menurut teori/model Family Centre Nursing Friedman (1988), meliputi 7
komponen pengkajian yaitu :
a. Data Umum
1) Identitas kepala keluarga
2) Komposisi anggota keluarga
3) Genogram
4) Tipe keluarga
5) Suku bangsa
6) Agama
7) Status sosial ekonomi keluarga
b. Aktifitas rekreasi keluarga
1) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
2) Tahap perkembangan keluarga saat ini
3) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
4) Riwayat keluarga inti
5) Riwayat keluarga sebelumnya
c. Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal
3) Mobilitas geografis keluarga
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5) System pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur peran (formal dan informal)
4) Nilai dan norma keluarga
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
2) Fungsi sosialisasi
3) Fungsi perawatan kesehatan
f. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan keluarga
2) Respon keluarga terhadap stress
3) Strategi koping yang digunakan
4) Strategi adaptasi yang disfungsional
g. Pemeriksaan fisik
1) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan
2) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga
3) Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata, mulut,
THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, system genetalia
4) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik
h. Harapan keluarga
1) Terhadap masalah kesehatan keluarga
2) Terhadap petugas kesehatan yang ada

Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan saat pengkajian menurut Supraji (2004)
yaitu:
a. Membina hubungan baik
Dalam membina hubungan yang baik, hal yang perlu dilakukan antara lain,
perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah tamah, menjelaskan tujuan
kunjungan, meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah menyelesaikan
masalah kesehatan yang ada di keluarga, menjelaskan luas kesanggupan bantuan
perawat yang dapat dilakukan, menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain
yang ada di keluarga.
b. Pengkajian awal
Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan kesehatan
yang dilakukan.
c. Pengkajian lanjutan (tahap kedua)
Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh data y6ang lebih
lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal.
Disini perawat perlu mengungkapkan keadaan keluarga hingga penyebab dari
masalah kesehatan yang penting dan paling dasar.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan
menggambarkan respons manuasia. Dimana keadaan sehat atau perubahan
pola interaksi potensial/actual dari individu atau kelompok dimana perawat dapat
menyusun intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan status kesehatan
atau untuk mencegah perubahan (Carpenito, 2000). Untuk menegakkan diagnosa
dilakukan 2 hal, yaitu:
a. Anallisa data
Mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan
dengan standar normal sehingga didapatkan masalah keperawatan.

b. Perumusan diagnosa keperawatan


Komponen rumusan diagnosa keperawatan meliputi:
1) Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan
dasarmanusia yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga.
2) Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan objektif.
3) Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh
perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung atau tidak yang
emndukung masalah dan penyebab.
Dalam penyusunan masalah kesehatan dalam perawatan keluarga mengacu pada
tipologi diagnosis keperawatan keluarga yang dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu :
1) Diagnosa  sehat/Wellness/potensial
Yaitu keadaan sejahtera dari keluarga ketika telah mampu memenuhi
kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang
memungkinkan dapat digunakan. Perumusan diagnosa potensial ini hanya terdiri
dari komponen Problem (P) saja dan sign /symptom (S) tanpa etiologi (E).
2) Diagnosa ancaman/risiko
Yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi. Diagnosa ini dapat
menjadi masalah actual bila tidak segera ditanggulangi. Perumusan diagnosa
risiko ini terdiri dari komponen problem (P), etiologi (E), sign/symptom (S).
3) Diagnosa nyata/actual/gangguan
Yaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani oleh keluarga dan
memerlukn bantuan dengan cepat. Perumusan diagnosa actual terdiri dari
problem (P), etiologi (E), dan sign/symptom (S).

Perumusan problem (P) merupakan respons terhadap gangguan pemenuhan


kebutuhan dasar. Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas keluarga. Dalam
Friedman (!998)  diagnosa-diagnosa keperawatan pilihan NANDA yang cocok untuk
praktek keperawatan keluarga seperti tabel dibawah ini:

Kategori Diagnosa NANDA Diagnosa Keperawatan


Persepsi kesehatan-pola Manajemen kesehatan yang dapat di ubah
manajemen kesehatan Perilaku mencari sehat
Kognitif-pola latihan Kerusakan penatalaksanaan lingkungan rumah
Peran-pola persepsi Kurang pengetahuan
Konflik keputusan
Peran-pola hubungan Berduka antisipasi
Berduka disfungsional
Konflik peran orang tua isolasi social
Perubahan dalam proses keluarga
Perubahan penampilan peran
Risiko perubahan dalam menjadi orang tua
Perubahan menjadi orang tua
Risiko terhadap kekerasan
Koping pola – pola toleransi Koping keluarga potensial terhadap pertumbuhan
terhadap stress Koping keluarga tidak efektif : menurun
Koping keluarga tidak efektif : kecacatan

3. Perencanaan
Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk
dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah
diidentifikasi (Efendy,1998).
Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala
prioritas dan rencana perawatan (Suprajitmo, 2004).
a. Skala prioritas
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor tinggi
dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah. Dalam menyusun
prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus didasarkan beberapa
criteria sebagai berikut :
1. Sifat masalah (actual, risiko, potensial)
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
3. Potensi masalah untuk dicegah
4. Menonjolnya masalah
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan telah dari satu
proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglay
(1978) dalam Effendy (1998).

Kriteria Bobot Skor


Sifat masalah 1 Aktual         = 3
Risiko          = 2
Potensial      = 1
Kemungkinan masalah 2 Mudah         = 2
untuk dipecahkan Sebagian      = 1
Tidak dapat = 0
Potensi masalah untuk 1 Tinggi          = 3
dicegah Cukup          = 2
Rendah        = 1
Menonjolnya masalah 1 Segera diatasi = 2
Tidak segera diatasi = 1
Tidak dirasakan adanya masalah = 0

Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan :


 Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat
 Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikaitkan dengan bobot
 Jumlahkan skor untuk semua criteria
 Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5)

b. Rencana
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan keperawatan.
Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta meminimalkan stressor dan
intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk
memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis
pertahanan sekunder, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan tersier
(Anderson & Fallune, 2000).
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan
jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di keluarga.
Sedangkan penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada bagaimana mengatasi
etiologi yang berorientasi pada lima tugas keluarga.
Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan dalam intervensi nantinya adalah
sebagai berikut :
1) Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga mengenai masalah
2) Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum diketahui dan
meluruskan mengenai intervensi/interpretasi yang salah.
3) Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga tentang faktor-faktor
penyebab, tanda dan gejala, cara menangani, cara perawatan, cara mendapatkan
pelayanan kesehatan dan pentingnya pengobatan secara teratur.
4) Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk kesehatan.
5) Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang telah diketahui
dan apa yang telah dilaksanakan.

4.  Pelaksanaan
Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga
yaitu :
1) Sumber daya keluarga
2) Tingkat pendidikan keluarga
3) Adat istiadat yang berlaku
4) Respon dan penerimaan keluarga
5) Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi dengan
criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kerangka
kerja valuasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara jelas telah
digambarkan tujuan perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai
criteria evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai (Friedman,1998). Evaluasi
disusun mnggunakan SOAP dimana :
S : ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang obyektif.
A : merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif.
P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis (Suprajitno,2004)

 KONSEP DASAR PENYAKIT


A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo)
dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang
mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik (gerak).
Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yang
memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan posisi.

Tulang adalah jaringan hidup yang strukturnya dapat berubah sebagai akibat
tekanan yang dialaminya. Tulang selalu diperbaharui dengan pembentukan tulang baru
dan resorpsi. Tulang mempunyai fungsi protektif, misalnya tengkorak dan colimna
vertebralis melindungi otak dan medulla spinalis dari cedera.
Secara makroskopis tulang terdiri dari dua bagian yaitu pars spongiosa (jaringan
berongga) dan pars kompakta (bagian yang berupa jaringan padat). Permukaan luar
tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum); lapis tipis jaringan ikat (endosteum)
melapisi rongga sumsum & meluas ke dalam kanalikuli tulang kompak.
Membran periosteum berasal dari perikondrium tulang rawan yang merupakan
pusat osifikasi. Periosteum merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum
mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh
darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan
berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.
Pars kompakta teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit
rongga dan lebih banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat)
sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan tulang manusia dewasa lebih banyak
mengandung kapur dibandingkan dengan anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak-anak
memiliki tulang yang lebih banyak mengandung serat-serat sehingga lebih lentur. Tulang
kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan.
Pars spongiosa merupakan jaringan tulang yang berongga seperti spon (busa).
Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang
spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula. Secara Mikroskopis
tulang terdiri dari: Sistem Havers (saluran yang berisi serabut saraf, pembuluh darah,
aliran limfe), Lamella (lempeng tulang yang tersusun konsentris), Lacuna (ruangan kecil
yang terdapat di antara lempengan–lempengan yang mengandung sel tulang), Kanalikuli
(memancar di antara lacuna dan tempat difusi makanan sampai ke osteon).

1.1.1 Bentuk Tulang


Sistem skelet disusun oleh tulang-tulang yang berjumlah 206 buah. Tulang dapat
diklasifikasikan secara regional atau berdasarkan bentuk umumnya. Tulang
dikelompokkan menjadi tulang panjang, tulang pendek, tulang pipih, tulang iregular, dan
tulang sesamoid.

 Tulang Panjang (Ossa longa)


Tulang panjang ditemukan pada ekstrimitas. Tulang ini mempunyai corpus
berbentuk tubular, diaphysis, dan biasanya terdapat epiphysis pada ujung-ujungnya.
Ujung-ujung tulang panjang terdiri dari tulang spongiosa yang dikelilingi oleh selapis
tipis tulang kompakta. Facies articularis ujung-ujung tulang diliputi oleh cartilage
hyaline. Contoh tulang panjang: os humerus dan os femur.

 Tulang Pendek (Ossa brevia)

Tulang pendek ditemukan pada tangan dan kaki. Bentuk tulang ini umumnya
segiempat dan terdiri dari atas tulang spongiosa yang dikelilingi oleh selapis tipis
tulang kompakta. Tulang pendek diliputi periosteum dan facies articularis diliputi
oleh cartilage hyaline. Contohnya: ossa carpi.
 Tulang Pipih (Os Plana)

Tulang ini ditemukan pada tempurung kepala. Bagian dalam dan luar tulang
ini terdiri atas lapisan tipis tulang kompakta, disebut tabula yang dipisahkan oleh
selapis tulang spongiosa, disebut diploe. Scapula termasuk di dalam kelompok tulang
ini. Walaupun ireguler. Contoh: os scapula.

 Tulang Tak Beraturan (Os Ireguler)

Tulang ini tersusun dari selapis tipis tulang kompakta di bagian luarnya da
bagian dalamnya dibentuk oleh tulang spongiosa. Contoh: os vertebrae.
 Tulang Sesamois (Os Patella)

Tulang sesamoid merupakan tulang kecil yang ditemukan pada tendo-tendo


tertentu dimana terdapat pergeseran tendo pada permukaan tulang. Sebagian besar
tulang sesamoid tertanam di dalam tendo dan permukaan bebasnya diliputi oleh
cartilago. Fungsi tulang sesamoid adalah mengurangi friksi pada tendo, dan merubah
arah tarikan dari tendo. Contoh: tendo musculus flexor pollicis brevis, musculus
flexor hallucis brevis.

1.1.2 Tulang Rawan (Kartilago)


Tulang rawan berkembang dari mesenkim membentuk sel yg disebut kondrosit.
Kondrosit menempati rongga kecil (lakuna) di dalam matriks dgn substansi dasar seperti
gel (berupa proteoglikans) yg basofilik. Kalsifikasi menyebabkan tulang rawan tumbuh
menjadi tulang (keras).
1.1.3 Jenis Tulang Rawan
1. Hialin Cartilago : matriks mengandung seran kolagen; jenis yang paling banyak
dijumpai.
2. Elastic Cartilago : serupa dengan tulang rawan hialin tetapi lebih banyak serat elastin
yang mengumpul pada dinding lakuna yang mengelilingi kondrosit
3. Fibrokartilago: tidak pernah berdiri sendiri tetapi secara berangsur menyatu dengan
tulang rawan hialin atau jaringan ikat fibrosa yang berdekatan.
1.1.4 Bagian-Bagian Utama Tulang Rangka
Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah jaringan hidup
yang akan suplai saraf dan darah. Tulang banyak mengandung bahan kristalin anorganik
(terutama garam-garam kalsium) yang membuat tulang keras dan kaku, tetapi sepertiga
dari bahan tersebut adalah jaringan fibrosa yang membuatnya kuat dan elastis.
Klasifikasi tulang pada orang dewasa digolongkan pada dua kelompok yaitu axial
skeleton dan appendicular skeleton.

1. AXIAL SKELETON (80 TULANG)

Tengkorak 22 buah tulang


Tulang cranial Frontal 1
(8 tulang) Parietal 2
Occipital 1
Temporal 2
Sphenoid 1
Ethmoid 1
Tulang fasial Maksila 2
(13 tulang) Palatine 2
Zygomatic 2
Lacrimal 2
Nasal 2
Vomer 1
Inferior nasal concha 2
Tulang mandibula 1
(1 tulang)
Tulang Malleus 2 6 tulang
telinga tengah Incus 2
Stapes 2
Tulang hyoid 1 tulang

Columna vertebrae Cervical 7 26 tulang


Thorakal 12
Lumbal 5
Sacrum (penyatuan dari 5
tulang) 1
Korkigis (penyatuan dr 3-5
tulang) 1
Tulang rongga thorax Tulang iga 24 25 tulang
Sternum 1
2. APPENDICULAR SKELETON (126 TULANG)

Pectoral girdle Scapula 2 4 tulang


Clavicula 2
Ekstremitas atas Humerus 2 60 tulang
Radius 2
Ulna 2
Carpal 16
Metacarpal 10
Phalanx 28
Pelvic girdle Os coxa  2 2 tulang
(setiap os coxa terdiri dari
penggabungan 3 tulang)
Ekstremitas bawah Femur 2 60 tulang
Tibia 2
Fibula 2
Patella 2
Tarsal 14
Metatarsal 10
Phalanx 28
Total 206 tulang
 
1. Fungsi utama tulang-tulang rangka adalah :
a. Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk tubuh
b. Untuk memberikan suatu system pengungkit yang digerakan oleh kerja otot-otot
yang melekat pada tulang tersebut; sebagai suatu system pengungkit yang
digerakan oleh kerja otot-otot yang melekat padanya.
c. Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-elemen lain
d. Untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam sumsum
merah tulang tertentu.
2. Struktur tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi :
a. Tulang panjang ditemukan di ekstremitas
b. Tulang pendek terdapat di pergelangan kaki dan tangan
c. Tulang pipih pada tengkorak dan iga
d. Tulang ireguler (bentuk yang tidak beraturan) pada vertebra, tulang-tulang wajah,
dan rahang.
Lapisan terluar dari tulang (cortex) tersusun dari jaringan tulang yang padat,
sementara pada bagian dalam di dalam medulla berupa jaringan sponge. Bagian tulang
paling ujung dari tulang panjang dikenal sebagai epiphyseyang berbatasan
dengan metaphysis. Metaphysis merupakan bagian dimana tulang tumbuh memanjang
secara longitudinal. Bagian tengah tulang dikenal sebagai diaphysisyang berbentuk
silindris.
Unit struktural dari cortical tulang compacta adalah system havers, suatu jaringan
saluran yang kompleks yang mengandung pembuluh-pembuluh darah mikroskopis yang
mensuplai nutrient dan oksigen ke tulang, dan ruang-ruang kecil dimanaosteosit berada.
Jaringan lunak di dalam trabeculae diisi oleh sumsum tulang : sumsum tulang
merah dan kuning. Sumsum tulang merah berfungsi dalam hal hematopoesis, sementara
sumsum kuning mengandung sel lemak yang dapat dimobilisasi dan masuk ke aliran
darah.Osteogenic cells yang kemudian berdiferensiasi ke osteoblast (sel pembentuk
tulang) danosteoclast (sel penghancur tulang) ditemukan pada lapisan terdalam
dari periosteum.Periosteum adalah lembar jaringan fibrosa dan terdiri atas banyak
pembuluh darah.
Vaskularisasi, tulang merupakan jaringan yang kaya akan vaskuler dengan total
aliran darah sekitar 200 sampai 400 cc/menit. Setiap tulang memiliki arteri penyuplai
darah yang membawa nutrient masuk didekat pertengahan tulang, kemudian bercabang
ke atas dan ke bawah menjadi pembuluh-pembuluh darah mikroskopis. Pembuluh darah
ini mensuplaicortex, marrow, dan system haverst.
Persarafan, serabut syaraf sympathetic dan afferent (sensori) mempersyarafi
tulang. Dilatasi kapiler darah dikontrol oleh syaraf symphatetic, sementara serabut syaraf
afferent mentransmisikan rangsangan nyeri.
3. Perkembangan dan pertumbuhan tulang
Perkembangan dan pertumbuhan pada tulang panjang tipikal :
a. Tulang didahului oleh model kartilago.
b. Kolar periosteal dari tulang baru timbul mengelilingi model korpus. Kartilago
dalam korpus ini mengalami kalsifikasi. Sel-sel kartilago mati dan meninggalkan
ruang-ruang.
c. Sarang lebah dari kartilago yang berdegenerasi dimasuka oleh sel-sel pembentuk
tulang (osteoblast),oleh pembuluh darah, dan oleh sel-sel pengikis tulang
(osteoklast). Tulang berada dalam lapisan tak teratur dalam bentuk kartilago.
d. Proses osifikasi meluas sepanjang korpus dan juga mulai memisah pada epifisis
yang menghasilkan tiga pusat osifikasi.
e. Pertumbuhan memanjang tulang terjadi pada metafisis, lembaran kartilago yang
sehat dan hidup antara pusat osifikasi. Pada metafisis sel-sel kartilago memisah
secara vertical. Pada awalnya setiap sel meghasilkan kartilago sehat dan meluas
mendorong sel-sel yang lebih tua. Kemudian sel-sel mati. Kemudian semua runag
mebesar untuk membentuk lorong-lorong vertical dalm kartilago yang mengalami
degenerasi. Ruang-ruang ini diisi oleh sel-sel pembentuk tulang.
f. Pertumbuhan memanjang berhenti pada masa dewasa ketika epifisis berfusi dengan
korpus.
g. Pertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh mineral dan hormone.

1.1.5 Sendi
Artikulasi atau sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-
tulang ini dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa,
ligament, tendon, fasia, atau otot. Sendi diklasifikasikan sesuai dengan strukturnya.
a. Sendi fibrosa (sinartrodial)
Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Tulang-tulang dihubungkan oleh
serat-serat kolagen yang kuat. Sendi ini biasanya terikat misalnya sutura tulang
tengkorak.
b. Sendi kartilaginosa (amfiartrodial)
Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan kartilago dan dihubungkan oleh jaringan
fibrosa kuat yang tertanam kedalam kartilago misalnya antara korpus vertebra dan
simfisis pubis. Sendi ini biasanya memungkinkan gerakan sedikit bebas.
c. Sendi synovial (diartrodial)
Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umum. Sendi ini biasanya memungkinkan
gerakan yang bebas (mis., lutut, bahu, siku, pergelangan tangan, dll.) tetapi
beberapa sendi sinovial secara relatif tidak bergerak (mis., sendi sakroiliaka).
Sendi ini dibungkus dalam kapsul fibrosa dibatasi dengan membran sinovial tipis.
Membran ini mensekresi cairan sinovial ke dalam ruang sendi untuk melumasi
sendi.
d. Sendi peluru, missal pada persendian panggul dan bahu, memungkinkan gerakan
bebas penuh.
e. Sendi engsel memungkinkan gerakan melipat hanya pada satu arah dan contohnya
adalah siku dan lutut.
f. Sendi pelana memungkinkan gerakan pada dua bidang yang saling tegak lurus.
Sendi pada dasar ibu jari adalah sendi pelana dua sumbu.
g. Sendi pivot contohnya adalah sendi antara radius dan ulna. Memungkinkan rotasi
untuk melakukan aktivitas seperti memutar pegangan pintu.
h. Sendi peluncur memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah dan contohnya
adalah sendi-sendi tulang karpalia di pergelangan tangan.
1.1.6 Otot
Otot merupakan organ tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energy
kimia menjadi energi mekanik/gerak sehingga dapat berkontraksi untuk menggerakkan
rangka. Ada 3 jenis otot yaitu otot jantung, otot polos dan otot rangka.

 Otot Rangka
Otot rangka bekerja secara volunter (secara sadar atas perintah dari otak), bergaris
melintang, bercorak dan berinti banyak di bagian perifer. Secara anatomis terdiri dari
jaringan konektif dan sel kontraktil.
Fungsi Otot Rangka
1. Menghasilkan gerakan rangka tubuh.
2. Mempertahankan sikap & posisi tubuh.
3. Menyokong jaringan lunak.
4. Menunjukkan pintu masuk & keluar saluran dalam sistem tubuh.
5. Mempertahankan suhu tubuh dengan pembentukan kalor saat kontraksi.
Setiap otot dilapisi jaringan konektif yang disebut epimisium. Otot rangka
disusun oleh fasikula yang merupakan berkas otot yang terdiri dari beberapa sel otot.
Setiap fasikula dilapisi jaringan konektif yang disebut perimisium dan setiap sel otot
dipisahkan oleh endomisium.
Ciri-ciri Otot
a. Kontraktilitas
Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau mungkin juga tidak
melibatkan pemendekan otot. Serabut akan terolongasi karena kontraksi pada setiap
diameter sel berbentuk kubus atau bulat hanya akan menghasilkan pemendekan yang
terbatas.
b. Eksitabilitas
Serabut otot akan merespon dengan kuat jika distimulasi oleh implus saraf.
c. Ekstensibilitas
Serabut otot memiliki kemampuan untuk meregang melebihi panjang otot saat relaks.
d. Elastilitas
Serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah berkontraksi atau meregang.
Kerja Otot
Otot rangka merupakan setengah dari berat badan orang dewasa. Fungsi utamanya
adalah untuk menggerakan tulang pada artikulasinya. Kerja ini dengan memendekkan
(kontraksi) otot. Dengan memanjang (relaksasi) otot memungkinkan otot lain untuk
berkontraksi dan menggerakan tulang.
Otot ada yang melekat langsung pada tulang, tetapi dimana bagian terbesarnya
mempengaruhi fungsi (mis., pada tangan), tangan yang berhubungan langsung dengan
tulang, atau dimana kerjanya perlu dikonsentrasikan, otot dilekatkan dengan tendon
fibrosa. Tendon menyerupai korda, seperti tali, atau bahkan seperti lembaran (mis.,pada
bagian depan abdomen). Tidak ada otot yang bekerja sendiri. Otot selalu bekerja sebagai
bagian dari kelompok, dibawah control system saraf.
Fungsi otot dapat digambarkan dengan memperhatikan lengan atas. Otot bisep
dari lengan atas dilekatkan oleh tendon ke skapula. Perlekatan ini biasanya tetap stasioner
dan adalah asal (origo) dari otot. Ujung yang lain dari otot dilekatkan pada radius.
Perlekatan ini untuk menggerakan otot dan diketahui sebagai insersio dari otot.
Bisep adalah otot fleksor; otot ini menekuk sendi, mengangkat lengan saat ia
memendek. Otot ini juga cenderung memutar lengan untuk memposisikan telapak
tengadah karena titik insersinya. Otot trisep pada punggung lengan atas adalah
otot ekstensor; otot ini meluruskan sendi, mempunyai aksi yang berlawanan dengan otot
bisep.
Selama fleksi sederhana (menekuk) siku :
a. Bisep kontraksi ? ini adalah penggerak utama
b. Trisep rileks secara refleks ? ini adalah antagonis
c. Otot tertentu pada lengan berkontraksi untuk mencegah gerakan berguling
d. Otot di sekitar bahu berkontaksi untuk memantapkan sendi bahu
Struktur Otot Rangka
Otot rangka tersusun atas sejumlah besar serat-serat otot. Sel-sel silindris tidak
bercabang. Otot ini disokong oleh jaringan ikat dan mempunyai banyak suplai darah dan
saraf. Setiap sel mempunyai banyak nuklei dan mempunyai penampilan lurik.
Dindingnya atau sarkolema, mengandung myofibril yang dibungkus dengan rapat dalam
sarkoplasma cair. Didalamnya juga ada banyak mitokondria. Warna merah dari otot
berhubungan dengan mioglobin, suatu protein seperti hemoglobin dalam sarkoplasma.
Setiap miofibril mempunyai lurik (striasi) terang dan gelap secara bergantian,
disebut pita I dan A secara berurutan. Striasi disebabkan oleh 2 tipe filamen, satu
mengandung proteinaktin, dan lainnya mengandung protein myosin.
Kontraksi otot adalah karena reaksi filament aktin dan miosin satu sama lain,
seperti ketika mereka menyisip satu sama lain dan menarik ujung dari sel otot saling
mendekat. Serat otot memendek sampai dengan sepertiga dari panjangnya saat kontraksi.
Serat-serat otot biasanya menjalar sejajar terhadap arah tarikan, baik tanpa tendon
(otot kepeng) mis., otot interkostal, atau dengan tendon pada ujungnya (otot fusiformis)
mis., otot bisep. Otot-otot ini mempunyai rentang gerak yang besar tetapi relative lemah.
Otot pennate lebih kuat daripada tipe otot di atas, tetapi mempunyai rentang gerak
lebih pendek. Pada otot ini, serat-serat menjalar membentuk sudut terhadap arah tarikan
dan menyisip ke dalam tendon sentral atau tendon pengimbang.
Ada tiga jenis jaringan otot yang dapat dibedakan atas dasar strukturnya dan ciri
fiologis yaitu otot polos, otot lurik, dan otot jantung.
1. Otot polos (smooth muscle/involuntary muscle).
Otot polos mengandung sel berbentuk spindle dengan panjang 40-200 µm dengan inti
terletak di tengah. Myofibril ini sukar diperlihatkan dan tidak mempunyai corak
melintang. Serabut reticular transversa menghubungkan sel-sel otot yang berdekatan
dan membentuk suatu ikatan sehingga membentuk unik fungsional. Otot polos tidak
dibawah pengaruh kehendak.
2. Otot lurik (skeleton muscle/voluntary muscle).
Otot lurik mengandung sel-sel otot (serabut otot) dengan ukuran tebal 10-100 µm dan
panjang 15 cm. Serabut otot lurik berasal dari myotom, inti terletak dipinggir,
dibawah sarcolema.memanjang sesuai sumbu panjang serabut otot. Beberapa serabut
otot bergabung membentuk berkas otot yang dibungkus jaringan ikat yang disebut
endomycium. Bebefrapa endomycium disatukan jaringan ikat disebut perimycium.
Beberapa perimycium dibungkus oleh jaringan ikat yang disebut epimycium (fascia).
Otot lurik dipersyafi oleh system cerebrosfinal dan dapata dikendalikan. Otot lurik
terdapat pada otot skelet, lidah, diaphragm, bagian atas dinding oesophagus.
3. Otot Jantung
Terdiri dari serabut otot yang bercorak yang bersifat kontraksinya bersifat otonom.
Tetapi dapat dipengaruhi system vagal. Serabutnya bercabang-cabang, saling
berhubungan dengan serabut otot di dekatnya. Intinya berbentuk panjang dan terletajk
di tengah.Sarkosom jauh lebih banyak dari pada otot rangka.
Otot dipersarafi oleh 2 serat saraf pendek :
1. Saraf sensorik yang membawa impuls dari otot, terutama dari reseptor
regangan khusus, gelondong otot
2. Saraf motorik yang membawa impuls ke otot untuk memicu kontraksi otot.
Korpus sel dari sel-sel saraf motorik terdapat dalam kornu anterior substansia
grisea dalam medula spinalis. Setiap sel saraf mempunyai serat utama
atau akson yang bercabang untuk mempersarafi 50 sampai 200 serat otot. Semua
korpus sel mempersarafi satu sel otot yang terletak berdekatan dalam medulla
spinalis.
Impuls saraf mencapai setiap serat otot kira-kira di bagian tegahnya,
pada motor end plate. Datangnya impuls saraf ini menyebabkan
simpanan asetilkolin dilepaskan dari motor end plate. Asetilkolin bekerja untuk
memperkuat impuls saraf. Ini menyebabkan gelombang besar aktivitas listrik untuk
menjalar sepanjang otot, menimbulkan perubahan yang menyebabkan otot
berkontraksi. Kekuatan kontaksi tergantung pada jumlah serat-serat yang terstimulasi.
Bila impuls berhenti maka otot rileks.

2. DEFINISI
Artritis gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran khusus,
yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita.
Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya
mendekati masa manopause. (Smeltzer&Bare, 2004).
Artritis gout merupakan penyakit heterogen meliputi hiperurikemia, serangan
artritis akut  yang biasanya mono-artikuler. Terjadi deposisi kristal urat di dalam dan
sekitar sendi, parenkim ginjal dan dapat menimbulkan batu saluran kemih (Edu S.
Tehupeiory, 2007)
Artritis gout adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal
asam urat pada jaringan sekitar sendi. gout terjadi sebagai akibat dari hyperuricemia
yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat) disebabkn karena penumpukan
purin atau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal. (Depkes RI, 2009)
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa artritis gout adalah
suatu penyakit heterogen yang mengalami proses inflamasi yang terjadi karena
deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi, yang bersifat akut dan lebih
banyak menyerang pria daripada wanita.

3. ETIOLOGI
 Faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme
yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat.
 Jenis kelamin dan umur
Persentase Pria : Wanita yaitu 2 : 1 pria lebih beresiko terjadinya asam urat
yaitu umur (30 tahun keatas), sedangkan wanita terjadi pada usia menopouse
(50-60 tahun).
 Berat badan
Kelebihan berat badan meningkatkan risiko hiperurisemia dan gout
berkembang karena ada jaringan yang tersedia untuk omset atau kerusakan,
yang menyebabkan kelebihan produksi asam urat.
 Konsumsi alkohol
Minum terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan hiperurisemia, karena
alkohol mengganggu dengan penghapusan asam urat dari tubuh.
 Diet
Makan makanan yang tinggi purin dapat menyebabkan atau memperburuk
gout. Misalnya makanan yang tinggi purin : kacang-kacangan, rempelo dll.
 Obat-Obatan Tertentu
Sejumlah obat dapat menempatkan orang pada risiko untuk mengembangkan
hiperurisemia dan gout. Diantaranya golongan obat jenis diuretik, salisilat,
niasin, siklosporin.

4. PATOFISIOLOGI
Banyak faktor yng berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya
yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah.
Mekanisme serangan gout akut berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan.
1.     Presipitasi kristal monosodium urat.
Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam
plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para-
artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif
akan dibungkus (coate) oleh berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG
akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan kristal.
2.     Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)
Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan
respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
3.     Fagositosis
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya
membram vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik lisosom.
4.      Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan
hidrogen antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini menyebabkan
robekan membram dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam
sitoplasma.
5.      Kerusakan sel
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan
sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.

5. KLASIFIKASI
Gout dapat di klasifikasikan menjadi 2 antara lain:
 Gout primer Merupkan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang
berlebih atau akibat penurunan ekresi asam urat
 Gout sekunder Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau
ekresi asam urat yang bekurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat
tertentu.

6. MANIFESTASI KLINIS
Gejalanya meliputi nyeri sendi dan bengkak, paling sering di jempol kaki,
lutut, pergelangan kaki, atau pergelangan tangan. Gejala lain yang umum adalah
terjadinya batu ginjal, yang dapat mengakibatkan sakit perut parah, nyeri buang air
kecil, dan kencing berdarah.
Gout berkembang dalam 4 tahap :
a.   Tahap Asimptomatik :
      Pada tahap ini kadar asam urat dalam darah meningkat, tidak menimbulkan
gejala.
b.   Tahap Akut :
      Serangan akut pertama datang tiba-tiba dan cepat memuncak, umumnya terjadi
pada tengah malam atau menjelang pagi. Serangan ini berupa rasa nyeri yang hebat
pada sendi yang terkena, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan perlahan-
lahan akan sembuh spontan dan menghilang dengan sendirinya dalam waktu 14 hari.
Biasanya dengan keluhan: nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala
sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah.
c.   Tahap Interkritikal :
      Pada tahap ini penderita dapat kembali bergerak normal serta melakukan
berbagai aktivitas olahraga tanpa merasa sakit sama sekali. Kalau rasa nyeri pada
serangan pertama itu hilang bukan berarti penyakit sembuh total, biasanya beberapa
tahun kemudian akan ada serangan kedua. Namun ada juga serangan yang terjadi
hanya sekali sepanjang hidup, semua ini tergantung bagaimana si penderita
mengatasinya.
d.  Tahap Kronik :
     Tahap ini akan terjadi bila penyakit diabaikan sehingga menjadi akut. Frekuensi
serangan akan meningkat 4-5 kali setahun tanpa disertai masa bebas serangan. Masa
sakit menjadi lebih panjang bahkan kadang rasa nyerinya berlangsung terus-menerus
disertai bengkak dan kaku pada sendi yang sakit.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Kadar asam urat serum meningkat.
 Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat.
 Kadar asam urat urine dapat normal atau meningkat.
 Analisis cairan sinovial dari sendi terinflamasi atau tofi menunjukan kristal urat
monosodium yang membuat diagnosis.
 Sinar X sendi menunjukan massa tofaseus dan destruksi tulang dan perubahan
sendi.
8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan non medik.
a.       Diet rendah purin.
Hindarkan alkohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden, daging
kambing) serta banyak minum.
b.      Tirah baring.
Merupakan suatu keharusan dan di teruskan sampai 24 jam setelah serangan
menghilang. Gout dapat kambuh bila terlalu cepat bergerak.
 Penatalaksanaan medik.
a.       Fase akut.
Obat yang digunakan : Colchicine (0,6 mg), Indometasin ( 50 mg 3 X sehari selama
4-7 hari), Fenilbutazon.
b. Pengobatan jangka panjang terhadap hyperuricemia untuk mencegah komplikasi.
Golongan urikosurik: probenasid, adalah jenis obat yang berfungsi menurunkan
asam urat dalam serum, Sulfinpirazon merupakan dirivat pirazolon dosis 200-400
mg perhari, Azapropazon dosisi sehari 4 X 300 mg, Benzbromaron. Inhibitor xantin
(alopurinol) adalah suatu inhibitor oksidase poten, bekerja mencegah konversi
hipoxantin menjadi xantin, dan konversi xantin menjadi asam urat.

9. KOMPLIKASI
 Nodulus reumatoid ekstrasinovialdapat terbentuk pada katup jantung atau
pada paru, mata, atau limpa. Funngsi pernapasan dan jantung dapat
terganggu. Glukoma dapat terjadi apabila nodulus yang menyumbat aliran
keluar cairan okular terbentuk pada mata.
 Vasulitis (inflamasi sistem vaskuler) dapat menyebabkan trombosist dan
infark.
 Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari, depresi
dan stres keluarga dapat menyertai eksaserbasi penyakit.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Identitas : Nama, no recam medis, tempat/tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, agama,pekerjaan, dan pendidikan, alamat, tanggal
masuk rumah sakit, diagnose medis,dan status pernikahan.
Penanggung Jawab : Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status pernikahan, hub. Dengan px.

1. Keluhan Utama
Dimana pasien ditanyakan keluhan apa yang paling dirasakan mengganggunya.
2. Genogram
Berisikan catatan garis keturunan minimal 3 generasi.
3. Riwayat Kesehatan
Pasien ditanyakan bagaimana dia bisa masuk rumah sakit.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tujuan menanyakan riwayat kesehatan keluarga agar kita mengetahui apakah
penyakit tersebut adalah bersifat genetik.
5. Riwayat Lingkungan Hidup
Pasien ditanyakan bagaimana kondisi lingkungan di sekitarnya, baik rumah, dan
tetangga.
6. Riwayat Rekreasi
Pasien ditanyakan senang diajak pergi kemana untuk menghabiskan waktu luang.
7. Sumber/Sistem Pendukung Yang Diinginkan
Pasien ditanyakan apakah ada sarana yang mendukung untuk membantu pasien jika
sakit yang di deritanya kambuh, seperti klinik dokter, puskesmas.
8. Deskripsi Hari Khusus
Pasien ditanyakan apakah dia memiliki hari khusus yang selalu di ingatnya.
9. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien ditanyakan tentang bagaimana kesehatannya dahulu, apakah dia pernah masuk
rumah sakit akibat penyakit yang sama atau karna penyakit yang berbeda.
10. Tinjauan Sistem
a. Keadaan Umum
Berisikan tentang pengukuran TTV ( Nadi, Tekanan Darah, Suhu, Respirasi ),
Kesadaran ( GCS, Eye, Motorik, Verbal ), Keadaan Umum untuk mengukur nyeri
( P,Q,R,S,T )
b. Integument
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada areal
integument
O:
I: Melihat bagaimana areal integument pasien seperti warna kulit, turgor kulit,
kondisi kulit.
P: Melakukan penekanan pada areal integument pasien untuk mengetahui
ada/tidaknya nyeri tekan
c. Kepala
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada areal
kepala.
O:
I: Melihat bagaimana areal kepala pasien seperti bentuk kepala, warna rambut,
distribusi rambut, ada lesi/ tidak pada kulit kepala, kesimetrisan wajah.
P: Melakukan penekanan pada areal kepala pasien untuk mengetahui
ada/tidaknya nyeri tekan
d. Mata
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada areal
mata.
O:
I: Melihat bagaimana areal mata pasien seperti kesimetrisan mata kanan dan
kiri, keadaan sklera, konjungtiva, pupil, fisus, dan lapang pandang.
P: Melakukan penekanan pada areal mata pasien untuk mengetahui ada/tidaknya
nyeri tekan
e. Telinga
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada areal
telinga.
O:
I: Melihat bagaimana areal telinga pasien seperti kesimetrisan telinga kanan dan
kiri, ada/tidaknya darah, cairan pada telinga, ada/tidaknya lesi.
P: Melakukan penekanan pada areal telinga pasien untuk mengetahui
ada/tidaknya nyeri tekan.
f. Hidung dan Sinus
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada areal
hidung.
O:
I: Melihat bagaimana areal hidung pasien seperti ada/tidaknya sekret atau cairan,
ada/ tidaknya tarikan cuping hidung, ada/tidaknya kotoran dan lesi.
P: Melakukan penekanan pada areal hidung pasien untuk mengetahui
ada/tidaknya nyeri tekan dan sinus.
g. Mulut dan Tenggorokan
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada areal
mulut dan tenggorokan.
O:
I: Melihat bagaimana areal mulut pasien seperti kondisi bibir, gigi.
P: Melakukan penekanan pada areal mulut pasien untuk mengetahui ada/tidaknya
nyeri tekan atau pergeseran rahang.

h. Leher
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada areal
leher.
O:
I: Melihat bagaimana areal leher pasien seperti warna, ada/tidaknya lesi
P: Melakukan penekanan pada areal leher pasien untuk mengetahui ada/tidaknya
pembesaran tiroid.
i. Payudara
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada areal
payudara.
O:
I: Melihat bagaimana areal payudara pasien seperti warna, ada/tidaknya lesi.
P: Melakukan penekanan pada areal payudara pasien untuk mengetahui
ada/tidaknya nyeri tekan pada payudara.

j. Pernafasan
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada saat
bernafas.
O:
I: Melihat bagaimana frekuensi nafas, kualitas nafas, ada/tidaknya sumbatan,
retraksi dada.
A: Mendengar bagaimana suara pernafasan pasien.
P: Melakukan pengetukan pada areal pernafasan.
P: Melakukan penekanan pada pernafasan pasien untuk mengetahui ada/tidaknya
pembesaran organ pernafasan.
k. Kardiovasikuler
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada areal
kardiovasikuler.
O:
I: Melihat bagaimana kesimetrisan dada, warna kulit, ada/tidaknya lesi
A: Mendengar bagaimana kekuatan, irama pada kardiovasikuler.
P: Melakukan pengetukan pada areal kardiovasikuler untuk mengetahui suara
yang dihasilkan.
P: Melakukan penekanan pada areal kardiovasikuler untuk mengetahui
ada/tidaknya nyeri tekan, dan pembesaran organ.
l. Gastrointestinal
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada areal
gastrointestinal.
O:
I: Melihat bagaimana warna kulit perut, ada/tidaknya lesi, rambut halus pada
areal abdoment.
A: Mendengar peristaltik usus pasien
P: Melakukan pengetukan pada areal gastro untuk mengetahui bunyi apa yang
dihasilkan.
P: Melakukan penekanan untuk mengetahui ada/tidaknya nyeri tekan dan
pembesaran organ.
m. Perkemihan
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada areal
perkemihan.
O:
I: Melihat bagaimana warna kulit perut, ada/tidaknya lesi.
P: Melakukan penekanan untuk mengetahi ada/tidaknya nyeri tekan pada areal
perkemihan.
n. Muskuloskletal
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada areal
muskuloskletal.
O:
I: Melihat bagaimana warna kulit, ada/tidaknya lesi.
P: Melakukan penekanan unntuk mengetahi ada/tidaknya nyeri tekan.
P: Melakukan pengetukan untuk mengetahui reflek muskuloskletal.
o. Sistem Saraf Pusat
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada areal
sistem saraf pusat.
O:
I: Melihat bagaimana fungsi pengindraan pada pasien.
P: Melakukan penekanan pada titik tertentu untuk melihat gerak reflek pasien.
p. Reproduksi
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada areal
sistem reproduksi.
O:
I: Melihat bagaimana keadaan alat reproduksi pasien.
P: Melakukan penekanan untuk mengetahui ada/tidaknya nyeri tekan.
11. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
a. Psikososial
Menanyakan pasien tentang bagaimana kondisi psikososial pasien.
b. Identifikasi masalah emosional
Menanyakan pasien beberapa pertanyaan untuk mengetahui kondisi emosional
pasien.
c. Spiritual
Menanyakan pasien tetang bagaimana masalah spiritual pasien.
12. Pengkajian Fungsional Klien
a. Indeks Katz
Menanyakan bagaimana pasien dalam melakukan aktivitasnya.
b. Modifikasi dari barthel indeks
Mengkaji bagimana pasien dalam melakukan aktivatisa makan, minum,
berpindah, personal toilet, mandi, berjalan, menggunakan pakaian, kontrol BAB
dan BAK.
13. Pengkajian Status Mental Gerontik
a. Identifikasi tingkat intelektual dengan short portable mental status quistioner
(SPSMQ)
Mengajukan pertanyaan kepada pasien tentang tanggal berapa hari ini, hari apa
sekarang, apa nama tempat ini, dimana alamat ini, berapa umur anda, kapan anda
lahir, siapa presiden Indonesia sekarang, siapa presiden Indonesia sebelumnya,
siapa nama ibu anda, menunjuk 1 angka dan kemudian di kurangi 3 secara
berturut-turut.
b. Identifikasi aspek kognitif dan fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam)
Mengkaji aspek kognitif pasien dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan
kemudian menilainya berfungsi untuk menilai bagaimana status mental pasien.
c. Status Psikologis (skala depresi pada lansia)
Mengkaji pasien dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
psikologis pasien.
2. DIAGNOSA
a) Nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit
b) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah (lingkungan berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
c) Ketidakefektifan Manajemen kesehatan di keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
3. INTERVENSI
Tujuan Kriteria Hasil/Evaluasi
Diagnosa Tujuan Khusus/jangka
No Umum/jangka Kriteria Standart Intervensi
Keperawatan pendek
panjang
1 Nyeri Setelah Setelah dilakukan

berhubungan dilakukan pertemuan 1 x 60 menit

dengan tindakan diharap keluarga :

ketidakmampuan keperawatan Kognitif/Afektif 1. Pelayanan Menjelaskan tentang


1. Mempunyai
keluarga keluarga kesehatan manajemen rumah
motivasi untuk
merawat anggota selama 1 2. Macam sehat
mendapatkan
keluarga yang minggu/2 pelayanan :pengertian,ciri,cara
pelayanan
sakit. minggu/3.... kesehatan
kesehatan. Mendorong keluarga
keluarga 3. Manfaat
melakukan penataan
mampu pelayanan
rumah yang sehat
memelihara kesehatan
kesehatn 4. Mengungkapkan
secara efektif motivasi untuk
menggunakan
yang kes rumah
2. Menggunakan
Psikomotor yang sehat
dan
Keluarga akan
memanfaatkan Afektif/psikomotor
mengungkapkan
fasilitas
kesiapan terhadap
kesehatan rencana
pemeliharaan rumah

3. Mengatur
program
Verbal Menurunkan asam 1.1.1 Gali pengetahuan
urat : keluarga untuk
menyebutkan cara
-
tradisional
- Turunkan BB
menurunkan asam
Hindarkan
urat
alkohol dan
makanan tinggi 1.1.2 Jelaskan cara
purin (hati, menurunkan asam
ginjal, ikan urat secara alami
sarden, daging
1.1.3 Beri reinforcement
kambing) serta
keluarga untuk
banyak minum.
mengulang
- Olah raga
- Menghindari 1.1.4 Beri reinforcement
stres positif pada
keluarga

Verbal Yaitu: 1.2.1 Gali


- Bawa ke tempat pengetahuan
pelayanan keluarga untuk
kesehatan mengenal cara
(puskesmas) pengobatan
asam urat
- Bawa ke bidan
(tempat 1.2.2 Jelaskan cara
pelayanan pengobatan
kesehatan lain) asam urat

1.2.3 Beri motivasi


pada keluarga
untuk
mengulang

1.2.4 Beri
reinforcement
positif pada
keluarga

2. Kerusakan Setelah Setelah dilakukan


penatalaksanaan dilakukan pertemuan 1 x 30 menit
pemeliharaan tindakan keluarga dapat :
rumah keperawatan
3. Mengenal masalah
(lingkungan selama 3 kali
berhubungan pengkajian
dengan keluarga
ketidakmampuan diharapkan
keluarga mampu
mengenal mengenal
masalah masalah
pemeliharaan
lingkungan
rumah sehat
3.1 Mampu Respon verbal Lingkungan rumah 3.1.1 Gali
menyebutkan sehat adalah rumah pengetahun
pengertian yang selalu bersih keluarga
ringkasan rumah baik dari kotoran, tentang
sehat debu, sampah, lingkungan
perabotan rumah rumah sehat
tangga yang 3.1.2 Beri penjelasan
berserakan pada keluarga
tentang
pengertian
pemeliharaan
lingkunan
rumah sehat
3.1.3 Beri motivasi
keluarga untuk
mengulang
kembali
pengertian
3.1.4 Beri
reinforcement
pada keluarga
3.2 Mampu Respon Verbal Syarat rumah 3.2.1 Gali
menyebutkan sehat: pengetahuan
syarat rumah tentang syarat
- Ruang makan
sehat rumah sehat.
- Dapur
3.2.2 Jelaskan syarat
- Kamar mandi
rumah sehat
- WC
3.2.3 Motivasi
Tempat mencuci
keluarga untuk
pakaian
menjelaskan
kembali
3.2.4 Beri
reinforcement
(+) pada
keluarga
3.3 Keluarga mampu Respon Verbal Rumah bersih: 3.3.1 Gali
menyebutkan pengetahuan
- Terdapat
perbedaan rumah keluarga tentang
ventilasi
bersih dan kotor perbedaan
- Terdapat
rumah bersih
pengap
dan kotor
- Terdapat air
bersih 3.3.2 Jelaskan
- Terdapat mengenai
tempat perbedaan
pembuangan rumah bersih
sampah dan kotor
3.3.3 Motivasi
Rumah kotor : keluarga untuk
- Berdebu menyebutkan
- Atap seng/ perbedaan
ventilasi rumah bersih
dan kotor.
- Pengap
3.3.4 Beri
- Tidak ada air reinforcement
bersih (+) pada
keluarga
Ketidakefektifan Keluarga mengenal Pengajaran:
Manajemen Setelah Setelah dilakukan Kognitif/Afektif
3 masalah tentang pengobatan yang
kesehatan di dilakukan pertemuan 1 x 60 menit
Psikomotor pengetahuan ditentukan/diresepkan
keluarga tindakan diharap keluarga : kesehatan dan
berhubungan perilaku sehat: Keluarga mampu
keperawatan masalah ketidakefektifan Afektif/psikomotor
dengan Pengetahuan: memutuskan merawat
ketidakmampuan keluarga manajemen kesehatan anggota keluarga yang
Regimen
keluarga selama 1 dikeluarga dapat diatasi. pengobatan, sakit, membantu diri
merawat anggota keluarga mampu sendiri, membangun
minggu/2
keluarga yang memutuskan untuk kekuatan beradaptasi
sakit minggu/3.... dengan perubahan
merawat,
keluarga meningkatkan atau fungsi/mencapai fungsi
memperbaiki yang lebih tinggi
mampu
memelihara kesehatan.

Perilaku Pendidikan kesehatan:


kesehatn
Meningkatkan Pengajaran proses
secara efektif penyakit yang dialami
kesehatan.

Berpartisipasi
dalam memutuskan Dukungan membuat
perawatan keputusan.Membangun
kesehatan harapan

Keluarga mampu
memanfaatkan Keluarga mampu
merawat anggota
fasilitas kesehatan: keluarga yang sakit
Pengetahuan dan memberikan
tentang sumber- dukungan dalam
sumber kesehatan. meningkatkan status
kesehatan
Kemampuan
keluarga Keluarga mampu
memberikan memodifikasi
perawatan lingkungan dalam hal :
langsung: Keluarga pencegahan jatuh,
mampu manajemen
memodifikasi lingkungan: rumah
lingkungan: yang aman
Kontrol resiko dan
keamanan

Pengetahuan
tentang Manajemen
pencegahan jatuh. lingkungan Keluarga
Partisipasi keluarga mampu memanfaatkan
dalam perawatan fasilitas kesehatan
keluarga.
Paduan pelayanan
Menyiapkan kesehatan
Lingkungan rumah
yang aman. Mengunjingi fasilitas
kesehatan
Perilaku mencari
pelayanan
kesehatan
4. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan berdsarkan intervensi yang sudah dibuat

5. EVALUASI
Evaluasi yang diharapkan pada pasien asam urat disesuaikan dengan criteria hasil
yang telah ditentukan pada intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K.A.2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Sagung Seto


Allender, JA & Spradley, B. W. 2001. Community as Partner, Theory and Practice
Nursing.  Philadelpia : Lippincott
Anderson.E.T & Mc.Farlane.J.M.2000.Community Health and Nursing, Concept and
Practice.  Lippincott : California

Brunner & Suddarth, (1996), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
Carpenitti, L. J. 2000. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta :EGC
Effendy,N.1998.Dasar-dasar keperawatan Kesehatan Masyarakat.Jakarta :EGC
Friedman,M.M.1998.Family Nursing Research Theory and Practice,4thEdition.Connecticut :
Aplenton
Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi 11.
Alih bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC
Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis
MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange,
International Edition, Connecticut 2005, 729-32.
Iqbal,Wahit dkk.2005.Ilmu Keerawatan Komunitas 2 Teori dan Aplikasi dalam Praktek
Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, Keluarga.Jakarta : EGC
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. BUKU AJAR PATOLOGI Edisi 7. Jakarta :
EGC

M. Wilkinson. R.Ahern. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Penerbit Buku


Kedokteran. Jakarta : EGC

Price,S.A. & Wilson,L.M.,(1995), Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,


EGC, Jakarta

Suprajitno.2004.Asuhan Keprawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktek.Jakarta :EGC


Wright dan Leakey.1984. .Penderita Obesitas. Jakarta : PT Pustaka Raya
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.R
DENGAN MASALAH UTAMA GOUT ATHRITIS
PADA Ny.N
DI DI BR.PUSEH TEMPEK KANGIN DESA KETEWEL GIANYAR

OLEH :

TINGKAT 3.3
DIII KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN Ny. N
DENGAN ASAM URAT
DI BR.PUSEH TEMPEK KANGIN DESA KETEWEL GIANYAR
PADA TANGGAL 27 – 30 NOVEMBER 2018

A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
a. Nama Kepala Keluarga : Tn. R
b. Alamat : Br. Puseh Desa Ketewel Kec. Sukawati Gianyar
c. Telpon : 085 738 121 054
d. Pekerjaan : Buruh
e. Pendidikan : SD (sekolah dasar)
f. Komposisi anggota keluarga

Status Imunisasi
Pendidi
Nama JK HubDng KK Umur Polio DPT Hepatitis Ket
kan BCG Campak
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
Ny. N P Istri 51 th -

An. J P Anak 27 th SMA

An. Ns P Anak 25 th S1

An. G P Anak 21 th SMA


2. Genogram
A. Riwayat Keluarga
Genogram :

Keterangan :

= meninggal

= laki-laki masih hidup

= perempuan masih hidup

= hubungan perkawinan

= pasien

3. Tipe Keluarga
Keluarga Ny. N termasuk tipe keluarga ini (nuclear family) yaitu terdiri dari suami, istri dan
tiga anak perempuannya. Keluarga Ny. N terdiri dari Tn. R (suami), Ny.N (istri), An. J (anak
pertama), An. Nr (anak kedua) dan An.G (anak ketiga)
4. Suku Bangsa

Bahasa yang digunakan Ny. N adalah bahasa Bali karena berasal dari Bali, dalam keluarga
terdapat pantangan makanan sapi

5. Agama
Agama Ny.N beragama Hindu dan taat menjalankan ibadah, biasanya melakukan
persembahyangan bersama dirumah

6. Status Sosial Ekonomi Keluarga


Ny. N mengatakan bahwa pendapatan yang didapat oleh suami setiap bulan kurang lebih 2
juta bekerja sebagai buruh dan ditambah dengan penghasilan Ny. N sebagai pedagang dipasar
cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dalam sehari - hari
7. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga biasa melakukan rekreasi dengan berkumpul menonton tv bersama dan terkadang
berkunjung kepantai bersama

B. RIWAYAT DAN TEHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini


Keluarga Ny. N berada pada perkembangan keluarga pada tahap ke-6 karena anak Ny. N
masih berada pada tahap muda. Keluarga selalu mencoba mempertahankan hubungan
yang intim dengan anggota keluarga, selalu mempertahankan komunikasi yang terbuka
dengan anggota keluarganya

2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Keluarga Ny. N setelah diwawancarai mendapat hasil yaitu keluarga harus mulai belajar
untuk melepas anak usia dewasa muda, keluarga memperluas siklus keluarga memasukan
anggota keluarga baru

3. Riwayat keluarga inti


Dalam keluarga Ny. N tidak terdapat penyakit keturunan, tetapi Ny. N pernah menderita
maag pada 2 tahun lalu dan sempat dirawat di rumah sakit Ganesa dikarenakan depresi
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Ayah dan Ibu dari Tn.R dan Ny.N terdapat riwayat penyakit stroke

C. PENGKAJIAN LINGKUNGAN

1. Karakteristik rumah
Rumah yang ditempati keluarga Tn.R adalah rumah tanah milik pribadi dengan luas tanah
3 are. Rumah Tn.R terdapat 4 bangunan terpisah yaitu terdiri dari 3 kamar, 1 kamar mandi,
1 dapur, padmasana dan 1 bale dangin
2. Karakteristik tetangga dan komunitas
Lingkungan tetangga umumnya penduduk asli ketewel, hubungan keluarga cukup baik
3. Mobilitas geografis keluarga
Rumah Ny. N merupakan daerah desa tidak jauh dari jalan raya, mudah dijangkau oleh
kendaraan roda 2 sedangkan tidak untuk roda 4. Ny. N jika ingin membeli bumbu atau
belanja disekitar rumah tetapi jika ke pasar disekitar rumah tetapi Ny. N harus
mengendarai kendaraan roda 2 karena jarak yang agak jauh

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Didalam keluarga Ny. N tidak mengikuti senam lansia dikarenakan senam lansia
berbarengan dengan waktu Ny. N dan Tn.R bekerja. Tetapi Tn.R dan Ny. N tetap
mengikuti kegiatan sangkep dan PKK seperti biasa
5. Sistem pendukung keluarga
Keluarga Tn.R sehat hanya Ny. N yang sakit dan keluarga selalu menggunakan fasilitas
kesehatan yaitu puskesmas. Keluarga Tn.R sering tolong menolong begitu juga dengan
lingkungan sekitarnya

D. STRUKTUR KELUARGA

1. Komunikasi keluarga
Komunikasi yang digunakan komunikasi terbuka, tiap keluarga mengungkapkan
pendapatnya masing masing hal ini dapat dilihat pada waktu perawat melakukan
pengkajian

2. Struktur kekuatan keluarga


Keluarga selalu menyelesaikan masalah dengan musyawarah, sedangkan Ny. N hanya
mengikuti apa saja hasil musyawarah, semua anggota keluarga berperan sesuai perannya
masing – masing dan apabila masalah tidak teratasi maka keputusan ada ditangan Tn.R

3. Struktur peran
- Formal
a. Tn.R sebagai kepala keluarga sekaligus pencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya disamping itu Tn.R sebagai pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman
pada keluarga.
b. Ny. N berperan sebagai istri dan Ibu bagi anak – anaknya, Ny. N sebagai Ibu rumah
tangga dan berwirausaha dengan berdagang di pasar memiliki peran untuk mengurus
rumah dan pendidik anak - anaknya
- Informal
Setiap anggota keluarga selalu memiliki peran sebagai pendorong bagi yang lain
4. Norma keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga disesuaikan dengan nilai dalam agama
Hindu yang dianutnya serta norma masyarakat disekitarnya. Bila ada keluarga yang sakit
akan dibawa ke pelayanan kesehatan

E. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi afektif
Keluarga Tn.R saling mendukung kebutuhan keluarga sehingga dapat terpenuhi kehidupan
sederhana, dapat menyelesaikan masalah dengan musyawarah dan keputusan keluarga
yang terakhir ditentukan oleh Tn. R sebagai kepala keluarga

2. Fungsi sosialisasi
Tn.R dibantu Ny. N dapat membina sosialisai pada anak – anaknya sehingga dapat
membentuk norma dan aturan – aturan sesuai dengan perkembangan anak – anaknya, serta
meneruskan budaya.

3. Fungsi perawatan kesehatan


Jika ada anggota keluarga yang sakit, anggota keluarga yang lain membawa anggota
keluarganya yang sakit ke pusat pelayanan kesehatan seperti puskesmas, praktik dokter,
bidan dan lainnya. Untuk penyediaan makanan sehari hari selalu dimasak oleh istri dengan
komposisi nasi, lauk pauk, dan sayur dengan frekuensi 3 kali sehari.

F. TUGAS PERAWATAN KELUARGA

a) Mengenal masalah keluarga


Tn. R mengatakan bahwa Ny. N terkena asamurat dengan test 8.4 mg/dl dan tidak boleh
makan makanan yang pantang bisa membuat kadar asam urat meningkat, keluarga juga
mengetahui penyebab dan makanan pantangan. Ny. N mengatakan kakinya merasa nyeri
saat malam hari

b) Mengambil keputusan
Tn.R selalu mengambil keputusan secara tepat seperti halnya kalua Ny. N sakit segera
membawanya ke dokter

c) Merawat anggota keluarga yang sakit


Tn. R dan Ny. N dengan keluarga akan merawat anggota yang sakit sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya.
d) Memelihara lingkungan
Tn.R dan Ny. N beserta keluarga mengerti cara memelihara lingkungan sehat dan
pengaruh terhadap keluarganya
e) Menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan
Fasilitas kesehatan yang dekat dari rumahnya adalah dokter dan bidan. Keuntungan
menggunakan fasilitas kesehatan adalah kesehatan kami dapat teratasi dan kami ke
dokter umum karena lebih terjangkau oleh kami.
4. Fungsi reproduksi

Keluarga Tn.R memiliki 3 orang anak perempuan dalam hal ini Ny. N menggunakan alat
kontrasepsi
5. Fungsi ekonomi

Keluarga Ny. N sudah tercukupi masalah kebutuhan pokok, tapi masalah sandang keluarga
hanya membeli sebulan sekali/ tidak pasti

G. STRESS DAN KOPING KELUARGA


a. Stress jangka pendek dan panjang
- Pendek : stressor jangka pendek yang dipikir keluarga saat ini yaitu memikirkan agar
kondisi Ny. N sehat kembali seperti biasa
- Panjang : saat ini Tn.R memikirkan agar anaknya dapat meneruskan ke jenjang yang
lebih tinggi dibandingkan ayahnya yang hanya lulusan SD

b. Kemampuan keluarga
Keluarga Tn.R selalu melakukan musyawarah dalam menyelesaikan masalah baik dalam
lingkungan keluarga atau masyarakat

c. Strategi koping
Keluarga Tn.R apabila ada masalah baik dalam keluarga atau masyarakat selalu
menyelesaikannya
d. Strategi adaptasi
Dalam menghadapi masalah selalu berusaha dan berdoa tapi pada akhirnya tuhan yang
menentukan
Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum
a. Tanda – tanda Vital: Tensi : 140/90 mmHg Nadi : 89 x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 36,5oC
BB : 65KG TB : 156 CM LL ………. LK : …

b. Pemeriksaan Cepalo Caudal


1). Kepala dan Rambut
Mesochepal hitam bersih sawo matang, turgor kulit baik simetris

2). Hidung
Hidung bersih, fungsi penghidung baik
3). Telinga
Telinga simetris, pendengaran baik, tidak menggunakan alat bantu
4). Mata
Kedua mata simetris, konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik, penglihatan baik
5). Mulut, Gigi, Lidah, Tonsil dan Pharing
Mulut, gigi, lidah bersih tidak berbau tidak ada nyeri tekan
6). Leher dan Tenggorokan
Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid dan tenggorokan tidak ada nyeri tekan
7). Dada/ Thorak
Dada tidak ada wheezing
a). Pemeriksaan Paru
(1). Inspeksi
Pergerakan dinding dada simetris, barrel cest tidak ada, funnel cest tidak ada pigeon cest
tidak ada
(2). Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
(3). Perkusi
Terdengar resonan pada paru
(4). Auskultasi
Suara nafas terdengar vesikuler
b). Pemeriksaan Jantung
(1). Inspeksi
Tidak ada lesi, tidak ada pembekakan
(2). Palpasi
Nyeri tekan tidak ada
(3). Perkusi
Suara pekak
(4). Auskultasi
S1 S2 tunggal regular
8). Payudara
(a). Inspeksi
Tidak ada lesi, tidak ada pembekakan
(b). Palpasi
Nyeri tekan tidak ada
9). Pemeriksaan Abdomen
(a). Inspeksi
Tidak terdapat luka lesi, tidak ada pembekakan, acites tidak ada
(b). Auskultasi
Peristaltic usus 12x/menit
(c). Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
(d). Perkusi
Suara timpani
10). Ekstrimitas, Kuku dan Kekuatan Otot
ROM : Penuh, CRT: < 2 detik, kekuatan otot 555 555
555 555
11). Genetalia dan Anus
Tidak dilakukan pemeriksaan
12). Pemeriksaan Neurologi
Tidak ada pemeriksaan neurologi
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan asam urat
- 27 november 2018 : 8.4 mg/dl
- 28 november 2018 : 7.5 mg/dl
HARAPAN KELUARGA

Harapan keluarga terhadap kesehatan keluarga yaitu berharap keluarga bisa sehat selalu dan
tidak ada yang sakit – sakitan. Dan harapan keluarga setelah kedatangan mahasiswa
politeknik kesehatan Denpasar yaitu dapat informasi kesehatab kepada keluarga agar dapat
memelihara kesehatan dengan baik.
ANALISIS DATA
Nama Klien : Ny. N
MASALAH : Asam Urat

NO KELOMPOK DATA ETIOLOGI


1 DS : Nyeri akut berhubungan dengan
- Ny. N mengatakan sering merasa pegal danketidakmampuan keluarga merawat anggota
nyeri dibagian sendi seperti lutut dankeluarga yang sakit
pergelangan kaki terutama saat makan
P : Ny. N mengatakan nyeri yang dirasakan
karena asam urat
Q : Ny. N mengatakan nyeri yang dirasakan
seperti ditusuk tusuk
R : Ny. N mengatakan nyeri dirasakan di
daerah kaki
S : Ny. N mengatakan skala nyeri dirasakan
adalah 4
T : Ny. N mengatakan nyeri dirasakan saat
malam hari
DO :
TD : 140/90 mmhg
S : 36,5 oC
N : 89x/ menit
RR : 20x/menit
2 DS : Ketidakefektifan manajemen kesehatan di
- Keluarga mengatakan ketika Ny. Nkeluarga berhubungan dengan ketidakmampuan
mengalami nyeri sendi hanya memijatkeluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
mijatnya saja, membawa kedokter jika sudah
parah
- Keluarga mengatakan tidak mengetahui factor
resiko yang menyebabkan asam urat pada Ny.
N
- Keluarga mengatakan penyebab asam urat
hanya karena kecapean dan factor umur
- Keluarga mengatakan makanan yang harus
dihindari hanya sayur bayam
DO :
TD : 140/90 mmhg
S : 36,5 oC
N : 89x/ menit
RR : 20x/menit
Kadar asam urat 8.4 mg/dl

DX Keperawatan Keluarga :
Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit

Ketidakefektifan manajemen kesehatan di keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
SKALA UNTUK MENENTUKAN PRIORITAS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


(BAILON DAN MAGLAYA, 1978)

PERHITUNGAN PEMBENARAN
NO KRITERIA Skor BOBOT

1. Sifat Masalah 3/3 x 1 = 1


Skala : Tidak/kurang sehat 3 1
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah 2 ½x2=1
Skala : Mudah
Sebagian 2
Tidak dapat 1
0
3. Potensial masalah untuk dicegah 1 2/3 x 1 = 2/3
Skala : Tinggi
Cukup 3
Rendah 2
1
4. Menonjolnya masalah 1 2/2 x 1 = 1
Skala : Masalah berat, harus segera 2
ditangani
Ada masalah tetapi tidak perlu 1
ditangani
Masalah tidak dirasakan 0
JUMLAH 2 2/3

Skoring :
1. Tentukan skore untuk setiap criteria
2. Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dgn bobot

3. Jumlahkanlah skore untuk semua kriteria


PERHITUNGAN PEMBENARAN
NO KRITERIA Skor BOBOT

1. Sifat Masalah 3/3 x 1 = 1


Skala : Tidak/kurang sehat 3 1
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah 2 ½x2=1
Skala : Mudah
Sebagian 2
Tidak dapat 1
0
3. Potensial masalah untuk dicegah 1 2/3 x 1 = 2/3
Skala : Tinggi
Cukup 3
Rendah 2
1
4. Menonjolnya masalah 1 2/2 x 1 = 1
Skala : Masalah berat, harus segera 2
ditangani
Ada masalah tetapi tidak perlu 1
ditangani
Masalah tidak dirasakan 0
JUMLAH 2 2/3

Skoring :
1. Tentukan skore untuk setiap criteria
2. Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dgn bobot

3. Jumlahkanlah skore untuk semua kriteria


RENCANA KEPERAWATAN KELUARGA

No Tujuan Umum Tujuan khusus Kriteria Evaluasi Hasil standar Rencana intervensi
DX

1 Setelah dilakukan Setelah dilakukan 1. Pelayanan 1. Menjelaskan tentang


tindakan keperawatan pertemuan 1 x 60 menit kesehatan manajemen rumah sehat
keluarga selama 1
diharap keluarga : 2. Macam pelayanan :pengertian,ciri,cara
minggu keluarga
mampu memelihara kesehatan
1. Mempunyai 2. Mendorong keluarga
kesehatn secara efektif 3. Manfaat pelayanan
motivasi untuk Kognitif/Afektif melakukan penataan rumah
kesehatan
mendapatkan yang sehat
Psikomotor 4. Mengungkapkan
pelayanan
motivasi untuk 3. Gali pengetahuan keluarga
kesehatan.
menggunakan yang untuk menyebutkan cara
2. Menggunakan dan
Afektif/psikomotor kes rumah yang tradisional menurunkan asam
memanfaatkan
sehat urat
fasilitas kesehatan
5. Keluarga akan
3. Mengatur program Verbal 4. Jelaskan cara menurunkan
mengungkapkan
asam urat secara alami
kesiapan terhadap
rencana 5. Beri reinforcement positif pada
pemeliharaan rumah keluarga
6. Menurunkan asam
6. Gali pengetahuan keluarga
urat :
untuk mengenal cara
- Turunkan BB pengobatan asam urat
- Hindarkan alkohol
7. Jelaskan cara pengobatan asam
dan makanan tinggi
urat
purin (hati, ginjal,
ikan sarden, daging 8. Beri motivasi pada keluarga
kambing) serta untuk mengulang
banyak minum.
9. Beri terapi komplementer
- Olah raga
- Menghindari stress 10. Beri minuman herbal
Yaitu:

- Bawa ke tempat
pelayanan kesehatan
(puskesmas)

- Bawa ke bidan (tempat


pelayanan kesehatan
lain)

2 Setelah dilakukan Setelah dilakukan Kognitif/Afektif 1. Perilaku Meningkatkan 1. Pendidikan kesehatan:


tindakan keperawatan pertemuan 1 x 60 menit kesehatan. Pengajaran proses penyakit
keluarga selama 1 Psikomotor yang dialami
diharap keluarga : masalah 2. Berpartisipasi dalam
minggu keluarga
mampu memelihara ketidakefektifan Afektif/psikomotor memutuskan perawatan 2. Dukungan membuat
kesehatn secara efektif kesehatan keputusan.Membangun
manajemen kesehatan 3. Keluarga mampu harapan
dikeluarga dapat diatasi memanfaatkan fasilitas
kesehatan: Pengetahuan 3. Keluarga mampu merawat
tentang sumber-sumber anggota keluarga yang sakit
kesehatan. dan memberikan dukungan
dalam meningkatkan status
4. Kemampuan keluarga kesehatan
memberikan perawatan
langsung: Keluarga 4. Keluarga mampu memodifikasi
mampu memodifikasi lingkungan dalam hal :
lingkungan: Kontrol pencegahan jatuh, manajemen
resiko dan keamanan lingkungan: rumah yang aman
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KELUARGA

Waktu No Dx Implementasi Evaluasi


Selasa, 27 1,2 - Mengucapkan salam DS : memberi salam
november DO : keluarga kooperatif
2018
Pukul - Mengkaji keluhan pasien DS :Ny.N mengatakan nyeri kaki dan
11.30 wita pergelangan kaki setiap waktu malam
hari
DO : Keluarga kooperatif

- Memeriksakan tekanan darah DS : -


DO : TD : 140/90 mmhg
S : 36,5 oC
N : 89x/ menit
RR : 20x/menit

- Memeriksakan kadar asam urat DS : -


DO : kadar asam urat 8.4 mg/dl

- Menjelaskan tentang proses penyakit yang dialami kepada keluarga : DS : Keluarga mengatakan mengerti dengan
apa itu asam urat, penyebabnya, tanda dan gejala, apa saja yang harus
apa yang dijelaskan dan akan menerapkan
dihindari, dana pa yang harus dilakukan untuk pengobatan dan proses
penyembuhan DO : Keluarga memerhatikan apa yang
dijelaskan dan bisa menjelaskan secara garis
besar apa yang telah disampaikan
Rabu, 28 1,2 - Mengucapkan salam DS : memberi salam
november DO : keluarga kooperatif
2018
Pukul - Mengkaji keluhan pasien DS :Ny.N mengatakan nyeri kaki dan
17.00 wita pergelangan kaki setiap waktu malam
hari
DO : Keluarga kooperatif

- Menggali pengetahuan keluarga menyebutkan penatalaksaan asam DS : Ny.N mengatakan masih menghindari
urat secara alami mengonsumsi obat dan jika sudah tidak kuat
akan dibawa ke dokter
DO : keluarga kooperatif

- Menjelaskan cara menurunkan asam urat DS : keluarga mengatakan menghindari


alcohol, kopi, makanan tinggi purin (hati,
ikan sarden,daging kambing) serta minum
banyak, hindari stress
DO : keluarga kooperatif

- Memberi motivasi keluarga untuk mengulang DS : pasien mengatakan menghindari


makanan tinggi purin seperti daging, banyak
minum dan olahraga
DO : keluarga kooperatif

- Memeriksa tekanan darah dan asam urat DS : -


DO : TD : 150/90 mmhg
S : 37,5 oC
N : 88x/ menit
RR : 20x/menit
Kadar asam urat : 7.5 mg/dl
- Menjelaskan mengenai pentingnya dukungan keluarga dalam DS : keluarga mengatakan mulai sekarang
membuat keputusan dan membangun harapan akan memberi dukungan dan mengambil
keputusan bersama
DO : keluarga memperhatikan apa yang
dijelaskan
Kamis, 29 1,2 - Memberi salam DS : memberi salam
november DO : keluarga kooperatif
2018
Pukul : - Mengkaji keluhan pasien DS :Ny.N mengatakan nyeri kaki dan
17.00 wita pergelangan kaki setiap waktu malam
hari
DO : Keluarga kooperatif

- memeriksa tekanan darah dan asam urat DS : -


DO : TD : 130/80 mmhg
S : 37 oC
N : 80x/ menit
RR : 20x/menit
Kadar asam urat : 8.5 mg/dl

- melakukan pemijatan pada titik refleksi yang dapat menurunkan asam DS : pasien mengatakan sakit saat dipijat
urat
DO : keluarga kooperatif

DS : keluarga mengatakan tidak


- menggali pengetahuan keluarga untuk menyebutkan penatalaksanaan
mengetahuinya
asam urat apabila tidak tertahankan
DO : Keluarga kooperatif
- menjelaskan pengobatan asam urat apabila sudah tidak tertahankan
DS : pasien mengatakan akan melaksanakan
pengobatan yang dijelaskan
DO : keluarga mendengar dengan seksama
- beri motivasi untuk mengulang pada keluarga DS : keluarga mengatakan jika sudah tidak
tertahankan maka dibawa ke pelayanan
kesehatan terdekat
DO : keluarga kooperatif

- menjelaskan agar keluarga mampu memodifikasi lingkungan dalam DS : keluarga mengatakan akan melakukan
hal pencegahan terjadinya jatuh, manajemen lingkungan rumah yang modifikasi lingkungan
baik DO : Pasien dan keluarga mengerti dengan
apa yang dijelaskan

Jumat, 30 1,2 - Memberi salam DS : memberi salam


november DO : keluarga kooperatif
2018
Pukul - Mengkaji keluhan pasien DS :Ny.N mengatakan nyeri kaki dan
17.00 pergelangan kaki setiap waktu malam
hari
DO : Keluarga kooperatif

- memeriksa tekanan darah dan asam urat DS : -


DO : TD : 140/80 mmhg
S : 37 oC
N : 84x/ menit
RR : 20x/menit
Kadar asam urat : 8.4 mg/dl

- melakukan pemijatan pada titik refleksi yang dapat menurunkan asam DS : pasien mengatakan ingin tahu titik pijat
urat
refleksi yang ada pada kaki
DO : pasien tampak kooperatif dan rasa
ingin tahu yang tinggi

- memberikan minuman herbal jus alpukat agar dapat menurunkan DS : pasien akan meminumnya dan semoga
kadar asam urat
akan menjadi normal
DO : pasien kooperatih

- melakukan manajemen lingkungan keluarga mampu menyelesaikan DS : Keluarga mengatakan akan membawa
tugasnya memanfaatkan mampu memanfaatkan kesehatannya anggota keluarga yang sakit ke fasilitas
kesehatan terdekat. Ny. N mengatakan ingin
mengikuti kegiatan senam lansia tapi
terbentur waktunya dengan waktu
pekerjaannya.
DO : keluarga memperhatikan apa yang
dijelaskan
EVALUASI

WAKTU NO DX EVALUASI

Jumat, 30 1 S:
november - keluarga Ny.N mengatakan merasa baik
2018 - keluarga Ny.N terutama Ny.N mengatakan tadi malam nyeri
Pukul 17.00 berkurang
- keluarga Ny.N mengatakan nyeri yang dirasakan Ny.N yaitu
pada skala 2
O:
- keluarga Ny.N tampak kooperatif
- keluarga Ny.N tampak mampu mengatasi nyeri yang
dirasakan
A : masalah teratasi, tujuan tercapai
P : hentikan intervensi
Jumat, 30 2 S:
november - keluarga Ny.N sudah mengerti mengenai penyakit yang
2018 sedang dialami Ny.N yaitu apa itu asam urat, penyebab, dan
Pukul 17.00 penatalaksanaan serta cara mencegahnya
- keluarga Ny.N mengatakan mulai saling memberi dukungan
- keluarga Ny.N mengatakan akan lebih memanfaatkan fasilitas
kesehatan jika benar benar sudah tidak tertahankan
O:
- keluarga Ny.N tampak kooperatif
- keluarga Ny.N tampak mengerti dengan apa saja yang sudah
dijelaskan
A : masalah teratasi, tujuan tercapai
P : hentikan intervensi
Lembar Pengesahan

Gianyar,..........................2018

Mengetahui,
Clinical Instructure/CI Mahasiswa,

(...................................................) (KOMANG RISTI INDRIANI)

NIP. NIM. P07120016085

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

(..................................................................)

NIP

Anda mungkin juga menyukai