OLEH :
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. R
DENGAN MASALAH UTAMA GOUT ATHRITIS
PADA Ny.N
DI DI BR.PUSEH TEMPEK KANGIN DESA KETEWEL GIANYAR
3. Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan Darmawan (2005)
a. Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
b. Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan
hidup secara bersama-sama.
c. Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan
D. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau
sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya :
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati dan Darmawan (2005), yaitu:
1. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak,
membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku yang
boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya anak.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin
pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual, dengan cara
memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota
keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan,
dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya keluarga.
5. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi untuk
memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.
6. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan rasa
aman/ memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan
kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.
7. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan,
keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan
dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.
E. Tugas Keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan keperawatan
keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan etiologi/ penyebab masalah
dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II bila ditemui data malaadapti pada
keluarga. Lima tugas keluarga yang diaksud adalah:
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana persepsi keluarga
terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab
dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana keluarga
mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah dirasakan
keluarga, bagaimana keluarga menanggapi masalah yang dihadapi, adakah rasa takut
terhadap akibat atau adakah sifat negative dari keluarga terhadap masalah kesehatan,
bagaimana system pengambilan keputusan yag dilakukan keluarga terhadap anggota
keluarga yang sakit.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti bagaimana
keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan perkembangan perawatan yang
diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap
anggota keluarga yang sakit.
4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingnya hygiene
sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga. Upaya
pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga
dalam menata lingkungan dalam dan lingkungan luar rumah yang berdampak
terhadap kesehatan keluarga.
5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti
kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan,
keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan
fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah
pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga.
Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan saat pengkajian menurut Supraji (2004)
yaitu:
a. Membina hubungan baik
Dalam membina hubungan yang baik, hal yang perlu dilakukan antara lain,
perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah tamah, menjelaskan tujuan
kunjungan, meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah menyelesaikan
masalah kesehatan yang ada di keluarga, menjelaskan luas kesanggupan bantuan
perawat yang dapat dilakukan, menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain
yang ada di keluarga.
b. Pengkajian awal
Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan kesehatan
yang dilakukan.
c. Pengkajian lanjutan (tahap kedua)
Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh data y6ang lebih
lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal.
Disini perawat perlu mengungkapkan keadaan keluarga hingga penyebab dari
masalah kesehatan yang penting dan paling dasar.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan
menggambarkan respons manuasia. Dimana keadaan sehat atau perubahan
pola interaksi potensial/actual dari individu atau kelompok dimana perawat dapat
menyusun intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan status kesehatan
atau untuk mencegah perubahan (Carpenito, 2000). Untuk menegakkan diagnosa
dilakukan 2 hal, yaitu:
a. Anallisa data
Mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan
dengan standar normal sehingga didapatkan masalah keperawatan.
3. Perencanaan
Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk
dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah
diidentifikasi (Efendy,1998).
Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala
prioritas dan rencana perawatan (Suprajitmo, 2004).
a. Skala prioritas
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor tinggi
dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah. Dalam menyusun
prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus didasarkan beberapa
criteria sebagai berikut :
1. Sifat masalah (actual, risiko, potensial)
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
3. Potensi masalah untuk dicegah
4. Menonjolnya masalah
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan telah dari satu
proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglay
(1978) dalam Effendy (1998).
b. Rencana
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan keperawatan.
Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta meminimalkan stressor dan
intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk
memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis
pertahanan sekunder, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan tersier
(Anderson & Fallune, 2000).
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan
jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di keluarga.
Sedangkan penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada bagaimana mengatasi
etiologi yang berorientasi pada lima tugas keluarga.
Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan dalam intervensi nantinya adalah
sebagai berikut :
1) Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga mengenai masalah
2) Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum diketahui dan
meluruskan mengenai intervensi/interpretasi yang salah.
3) Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga tentang faktor-faktor
penyebab, tanda dan gejala, cara menangani, cara perawatan, cara mendapatkan
pelayanan kesehatan dan pentingnya pengobatan secara teratur.
4) Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk kesehatan.
5) Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang telah diketahui
dan apa yang telah dilaksanakan.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga
yaitu :
1) Sumber daya keluarga
2) Tingkat pendidikan keluarga
3) Adat istiadat yang berlaku
4) Respon dan penerimaan keluarga
5) Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi dengan
criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kerangka
kerja valuasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara jelas telah
digambarkan tujuan perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai
criteria evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai (Friedman,1998). Evaluasi
disusun mnggunakan SOAP dimana :
S : ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang obyektif.
A : merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif.
P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis (Suprajitno,2004)
Tulang adalah jaringan hidup yang strukturnya dapat berubah sebagai akibat
tekanan yang dialaminya. Tulang selalu diperbaharui dengan pembentukan tulang baru
dan resorpsi. Tulang mempunyai fungsi protektif, misalnya tengkorak dan colimna
vertebralis melindungi otak dan medulla spinalis dari cedera.
Secara makroskopis tulang terdiri dari dua bagian yaitu pars spongiosa (jaringan
berongga) dan pars kompakta (bagian yang berupa jaringan padat). Permukaan luar
tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum); lapis tipis jaringan ikat (endosteum)
melapisi rongga sumsum & meluas ke dalam kanalikuli tulang kompak.
Membran periosteum berasal dari perikondrium tulang rawan yang merupakan
pusat osifikasi. Periosteum merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum
mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh
darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan
berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.
Pars kompakta teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit
rongga dan lebih banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat)
sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan tulang manusia dewasa lebih banyak
mengandung kapur dibandingkan dengan anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak-anak
memiliki tulang yang lebih banyak mengandung serat-serat sehingga lebih lentur. Tulang
kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan.
Pars spongiosa merupakan jaringan tulang yang berongga seperti spon (busa).
Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang
spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula. Secara Mikroskopis
tulang terdiri dari: Sistem Havers (saluran yang berisi serabut saraf, pembuluh darah,
aliran limfe), Lamella (lempeng tulang yang tersusun konsentris), Lacuna (ruangan kecil
yang terdapat di antara lempengan–lempengan yang mengandung sel tulang), Kanalikuli
(memancar di antara lacuna dan tempat difusi makanan sampai ke osteon).
Tulang pendek ditemukan pada tangan dan kaki. Bentuk tulang ini umumnya
segiempat dan terdiri dari atas tulang spongiosa yang dikelilingi oleh selapis tipis
tulang kompakta. Tulang pendek diliputi periosteum dan facies articularis diliputi
oleh cartilage hyaline. Contohnya: ossa carpi.
Tulang Pipih (Os Plana)
Tulang ini ditemukan pada tempurung kepala. Bagian dalam dan luar tulang
ini terdiri atas lapisan tipis tulang kompakta, disebut tabula yang dipisahkan oleh
selapis tulang spongiosa, disebut diploe. Scapula termasuk di dalam kelompok tulang
ini. Walaupun ireguler. Contoh: os scapula.
Tulang ini tersusun dari selapis tipis tulang kompakta di bagian luarnya da
bagian dalamnya dibentuk oleh tulang spongiosa. Contoh: os vertebrae.
Tulang Sesamois (Os Patella)
1.1.5 Sendi
Artikulasi atau sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-
tulang ini dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa,
ligament, tendon, fasia, atau otot. Sendi diklasifikasikan sesuai dengan strukturnya.
a. Sendi fibrosa (sinartrodial)
Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Tulang-tulang dihubungkan oleh
serat-serat kolagen yang kuat. Sendi ini biasanya terikat misalnya sutura tulang
tengkorak.
b. Sendi kartilaginosa (amfiartrodial)
Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan kartilago dan dihubungkan oleh jaringan
fibrosa kuat yang tertanam kedalam kartilago misalnya antara korpus vertebra dan
simfisis pubis. Sendi ini biasanya memungkinkan gerakan sedikit bebas.
c. Sendi synovial (diartrodial)
Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umum. Sendi ini biasanya memungkinkan
gerakan yang bebas (mis., lutut, bahu, siku, pergelangan tangan, dll.) tetapi
beberapa sendi sinovial secara relatif tidak bergerak (mis., sendi sakroiliaka).
Sendi ini dibungkus dalam kapsul fibrosa dibatasi dengan membran sinovial tipis.
Membran ini mensekresi cairan sinovial ke dalam ruang sendi untuk melumasi
sendi.
d. Sendi peluru, missal pada persendian panggul dan bahu, memungkinkan gerakan
bebas penuh.
e. Sendi engsel memungkinkan gerakan melipat hanya pada satu arah dan contohnya
adalah siku dan lutut.
f. Sendi pelana memungkinkan gerakan pada dua bidang yang saling tegak lurus.
Sendi pada dasar ibu jari adalah sendi pelana dua sumbu.
g. Sendi pivot contohnya adalah sendi antara radius dan ulna. Memungkinkan rotasi
untuk melakukan aktivitas seperti memutar pegangan pintu.
h. Sendi peluncur memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah dan contohnya
adalah sendi-sendi tulang karpalia di pergelangan tangan.
1.1.6 Otot
Otot merupakan organ tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energy
kimia menjadi energi mekanik/gerak sehingga dapat berkontraksi untuk menggerakkan
rangka. Ada 3 jenis otot yaitu otot jantung, otot polos dan otot rangka.
Otot Rangka
Otot rangka bekerja secara volunter (secara sadar atas perintah dari otak), bergaris
melintang, bercorak dan berinti banyak di bagian perifer. Secara anatomis terdiri dari
jaringan konektif dan sel kontraktil.
Fungsi Otot Rangka
1. Menghasilkan gerakan rangka tubuh.
2. Mempertahankan sikap & posisi tubuh.
3. Menyokong jaringan lunak.
4. Menunjukkan pintu masuk & keluar saluran dalam sistem tubuh.
5. Mempertahankan suhu tubuh dengan pembentukan kalor saat kontraksi.
Setiap otot dilapisi jaringan konektif yang disebut epimisium. Otot rangka
disusun oleh fasikula yang merupakan berkas otot yang terdiri dari beberapa sel otot.
Setiap fasikula dilapisi jaringan konektif yang disebut perimisium dan setiap sel otot
dipisahkan oleh endomisium.
Ciri-ciri Otot
a. Kontraktilitas
Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau mungkin juga tidak
melibatkan pemendekan otot. Serabut akan terolongasi karena kontraksi pada setiap
diameter sel berbentuk kubus atau bulat hanya akan menghasilkan pemendekan yang
terbatas.
b. Eksitabilitas
Serabut otot akan merespon dengan kuat jika distimulasi oleh implus saraf.
c. Ekstensibilitas
Serabut otot memiliki kemampuan untuk meregang melebihi panjang otot saat relaks.
d. Elastilitas
Serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah berkontraksi atau meregang.
Kerja Otot
Otot rangka merupakan setengah dari berat badan orang dewasa. Fungsi utamanya
adalah untuk menggerakan tulang pada artikulasinya. Kerja ini dengan memendekkan
(kontraksi) otot. Dengan memanjang (relaksasi) otot memungkinkan otot lain untuk
berkontraksi dan menggerakan tulang.
Otot ada yang melekat langsung pada tulang, tetapi dimana bagian terbesarnya
mempengaruhi fungsi (mis., pada tangan), tangan yang berhubungan langsung dengan
tulang, atau dimana kerjanya perlu dikonsentrasikan, otot dilekatkan dengan tendon
fibrosa. Tendon menyerupai korda, seperti tali, atau bahkan seperti lembaran (mis.,pada
bagian depan abdomen). Tidak ada otot yang bekerja sendiri. Otot selalu bekerja sebagai
bagian dari kelompok, dibawah control system saraf.
Fungsi otot dapat digambarkan dengan memperhatikan lengan atas. Otot bisep
dari lengan atas dilekatkan oleh tendon ke skapula. Perlekatan ini biasanya tetap stasioner
dan adalah asal (origo) dari otot. Ujung yang lain dari otot dilekatkan pada radius.
Perlekatan ini untuk menggerakan otot dan diketahui sebagai insersio dari otot.
Bisep adalah otot fleksor; otot ini menekuk sendi, mengangkat lengan saat ia
memendek. Otot ini juga cenderung memutar lengan untuk memposisikan telapak
tengadah karena titik insersinya. Otot trisep pada punggung lengan atas adalah
otot ekstensor; otot ini meluruskan sendi, mempunyai aksi yang berlawanan dengan otot
bisep.
Selama fleksi sederhana (menekuk) siku :
a. Bisep kontraksi ? ini adalah penggerak utama
b. Trisep rileks secara refleks ? ini adalah antagonis
c. Otot tertentu pada lengan berkontraksi untuk mencegah gerakan berguling
d. Otot di sekitar bahu berkontaksi untuk memantapkan sendi bahu
Struktur Otot Rangka
Otot rangka tersusun atas sejumlah besar serat-serat otot. Sel-sel silindris tidak
bercabang. Otot ini disokong oleh jaringan ikat dan mempunyai banyak suplai darah dan
saraf. Setiap sel mempunyai banyak nuklei dan mempunyai penampilan lurik.
Dindingnya atau sarkolema, mengandung myofibril yang dibungkus dengan rapat dalam
sarkoplasma cair. Didalamnya juga ada banyak mitokondria. Warna merah dari otot
berhubungan dengan mioglobin, suatu protein seperti hemoglobin dalam sarkoplasma.
Setiap miofibril mempunyai lurik (striasi) terang dan gelap secara bergantian,
disebut pita I dan A secara berurutan. Striasi disebabkan oleh 2 tipe filamen, satu
mengandung proteinaktin, dan lainnya mengandung protein myosin.
Kontraksi otot adalah karena reaksi filament aktin dan miosin satu sama lain,
seperti ketika mereka menyisip satu sama lain dan menarik ujung dari sel otot saling
mendekat. Serat otot memendek sampai dengan sepertiga dari panjangnya saat kontraksi.
Serat-serat otot biasanya menjalar sejajar terhadap arah tarikan, baik tanpa tendon
(otot kepeng) mis., otot interkostal, atau dengan tendon pada ujungnya (otot fusiformis)
mis., otot bisep. Otot-otot ini mempunyai rentang gerak yang besar tetapi relative lemah.
Otot pennate lebih kuat daripada tipe otot di atas, tetapi mempunyai rentang gerak
lebih pendek. Pada otot ini, serat-serat menjalar membentuk sudut terhadap arah tarikan
dan menyisip ke dalam tendon sentral atau tendon pengimbang.
Ada tiga jenis jaringan otot yang dapat dibedakan atas dasar strukturnya dan ciri
fiologis yaitu otot polos, otot lurik, dan otot jantung.
1. Otot polos (smooth muscle/involuntary muscle).
Otot polos mengandung sel berbentuk spindle dengan panjang 40-200 µm dengan inti
terletak di tengah. Myofibril ini sukar diperlihatkan dan tidak mempunyai corak
melintang. Serabut reticular transversa menghubungkan sel-sel otot yang berdekatan
dan membentuk suatu ikatan sehingga membentuk unik fungsional. Otot polos tidak
dibawah pengaruh kehendak.
2. Otot lurik (skeleton muscle/voluntary muscle).
Otot lurik mengandung sel-sel otot (serabut otot) dengan ukuran tebal 10-100 µm dan
panjang 15 cm. Serabut otot lurik berasal dari myotom, inti terletak dipinggir,
dibawah sarcolema.memanjang sesuai sumbu panjang serabut otot. Beberapa serabut
otot bergabung membentuk berkas otot yang dibungkus jaringan ikat yang disebut
endomycium. Bebefrapa endomycium disatukan jaringan ikat disebut perimycium.
Beberapa perimycium dibungkus oleh jaringan ikat yang disebut epimycium (fascia).
Otot lurik dipersyafi oleh system cerebrosfinal dan dapata dikendalikan. Otot lurik
terdapat pada otot skelet, lidah, diaphragm, bagian atas dinding oesophagus.
3. Otot Jantung
Terdiri dari serabut otot yang bercorak yang bersifat kontraksinya bersifat otonom.
Tetapi dapat dipengaruhi system vagal. Serabutnya bercabang-cabang, saling
berhubungan dengan serabut otot di dekatnya. Intinya berbentuk panjang dan terletajk
di tengah.Sarkosom jauh lebih banyak dari pada otot rangka.
Otot dipersarafi oleh 2 serat saraf pendek :
1. Saraf sensorik yang membawa impuls dari otot, terutama dari reseptor
regangan khusus, gelondong otot
2. Saraf motorik yang membawa impuls ke otot untuk memicu kontraksi otot.
Korpus sel dari sel-sel saraf motorik terdapat dalam kornu anterior substansia
grisea dalam medula spinalis. Setiap sel saraf mempunyai serat utama
atau akson yang bercabang untuk mempersarafi 50 sampai 200 serat otot. Semua
korpus sel mempersarafi satu sel otot yang terletak berdekatan dalam medulla
spinalis.
Impuls saraf mencapai setiap serat otot kira-kira di bagian tegahnya,
pada motor end plate. Datangnya impuls saraf ini menyebabkan
simpanan asetilkolin dilepaskan dari motor end plate. Asetilkolin bekerja untuk
memperkuat impuls saraf. Ini menyebabkan gelombang besar aktivitas listrik untuk
menjalar sepanjang otot, menimbulkan perubahan yang menyebabkan otot
berkontraksi. Kekuatan kontaksi tergantung pada jumlah serat-serat yang terstimulasi.
Bila impuls berhenti maka otot rileks.
2. DEFINISI
Artritis gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran khusus,
yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita.
Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya
mendekati masa manopause. (Smeltzer&Bare, 2004).
Artritis gout merupakan penyakit heterogen meliputi hiperurikemia, serangan
artritis akut yang biasanya mono-artikuler. Terjadi deposisi kristal urat di dalam dan
sekitar sendi, parenkim ginjal dan dapat menimbulkan batu saluran kemih (Edu S.
Tehupeiory, 2007)
Artritis gout adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal
asam urat pada jaringan sekitar sendi. gout terjadi sebagai akibat dari hyperuricemia
yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat) disebabkn karena penumpukan
purin atau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal. (Depkes RI, 2009)
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa artritis gout adalah
suatu penyakit heterogen yang mengalami proses inflamasi yang terjadi karena
deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi, yang bersifat akut dan lebih
banyak menyerang pria daripada wanita.
3. ETIOLOGI
Faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme
yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat.
Jenis kelamin dan umur
Persentase Pria : Wanita yaitu 2 : 1 pria lebih beresiko terjadinya asam urat
yaitu umur (30 tahun keatas), sedangkan wanita terjadi pada usia menopouse
(50-60 tahun).
Berat badan
Kelebihan berat badan meningkatkan risiko hiperurisemia dan gout
berkembang karena ada jaringan yang tersedia untuk omset atau kerusakan,
yang menyebabkan kelebihan produksi asam urat.
Konsumsi alkohol
Minum terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan hiperurisemia, karena
alkohol mengganggu dengan penghapusan asam urat dari tubuh.
Diet
Makan makanan yang tinggi purin dapat menyebabkan atau memperburuk
gout. Misalnya makanan yang tinggi purin : kacang-kacangan, rempelo dll.
Obat-Obatan Tertentu
Sejumlah obat dapat menempatkan orang pada risiko untuk mengembangkan
hiperurisemia dan gout. Diantaranya golongan obat jenis diuretik, salisilat,
niasin, siklosporin.
4. PATOFISIOLOGI
Banyak faktor yng berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya
yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah.
Mekanisme serangan gout akut berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan.
1. Presipitasi kristal monosodium urat.
Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam
plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para-
artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif
akan dibungkus (coate) oleh berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG
akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan kristal.
2. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)
Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan
respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
3. Fagositosis
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya
membram vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik lisosom.
4. Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan
hidrogen antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini menyebabkan
robekan membram dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam
sitoplasma.
5. Kerusakan sel
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan
sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.
5. KLASIFIKASI
Gout dapat di klasifikasikan menjadi 2 antara lain:
Gout primer Merupkan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang
berlebih atau akibat penurunan ekresi asam urat
Gout sekunder Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau
ekresi asam urat yang bekurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat
tertentu.
6. MANIFESTASI KLINIS
Gejalanya meliputi nyeri sendi dan bengkak, paling sering di jempol kaki,
lutut, pergelangan kaki, atau pergelangan tangan. Gejala lain yang umum adalah
terjadinya batu ginjal, yang dapat mengakibatkan sakit perut parah, nyeri buang air
kecil, dan kencing berdarah.
Gout berkembang dalam 4 tahap :
a. Tahap Asimptomatik :
Pada tahap ini kadar asam urat dalam darah meningkat, tidak menimbulkan
gejala.
b. Tahap Akut :
Serangan akut pertama datang tiba-tiba dan cepat memuncak, umumnya terjadi
pada tengah malam atau menjelang pagi. Serangan ini berupa rasa nyeri yang hebat
pada sendi yang terkena, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan perlahan-
lahan akan sembuh spontan dan menghilang dengan sendirinya dalam waktu 14 hari.
Biasanya dengan keluhan: nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala
sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah.
c. Tahap Interkritikal :
Pada tahap ini penderita dapat kembali bergerak normal serta melakukan
berbagai aktivitas olahraga tanpa merasa sakit sama sekali. Kalau rasa nyeri pada
serangan pertama itu hilang bukan berarti penyakit sembuh total, biasanya beberapa
tahun kemudian akan ada serangan kedua. Namun ada juga serangan yang terjadi
hanya sekali sepanjang hidup, semua ini tergantung bagaimana si penderita
mengatasinya.
d. Tahap Kronik :
Tahap ini akan terjadi bila penyakit diabaikan sehingga menjadi akut. Frekuensi
serangan akan meningkat 4-5 kali setahun tanpa disertai masa bebas serangan. Masa
sakit menjadi lebih panjang bahkan kadang rasa nyerinya berlangsung terus-menerus
disertai bengkak dan kaku pada sendi yang sakit.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kadar asam urat serum meningkat.
Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat.
Kadar asam urat urine dapat normal atau meningkat.
Analisis cairan sinovial dari sendi terinflamasi atau tofi menunjukan kristal urat
monosodium yang membuat diagnosis.
Sinar X sendi menunjukan massa tofaseus dan destruksi tulang dan perubahan
sendi.
8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan non medik.
a. Diet rendah purin.
Hindarkan alkohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden, daging
kambing) serta banyak minum.
b. Tirah baring.
Merupakan suatu keharusan dan di teruskan sampai 24 jam setelah serangan
menghilang. Gout dapat kambuh bila terlalu cepat bergerak.
Penatalaksanaan medik.
a. Fase akut.
Obat yang digunakan : Colchicine (0,6 mg), Indometasin ( 50 mg 3 X sehari selama
4-7 hari), Fenilbutazon.
b. Pengobatan jangka panjang terhadap hyperuricemia untuk mencegah komplikasi.
Golongan urikosurik: probenasid, adalah jenis obat yang berfungsi menurunkan
asam urat dalam serum, Sulfinpirazon merupakan dirivat pirazolon dosis 200-400
mg perhari, Azapropazon dosisi sehari 4 X 300 mg, Benzbromaron. Inhibitor xantin
(alopurinol) adalah suatu inhibitor oksidase poten, bekerja mencegah konversi
hipoxantin menjadi xantin, dan konversi xantin menjadi asam urat.
9. KOMPLIKASI
Nodulus reumatoid ekstrasinovialdapat terbentuk pada katup jantung atau
pada paru, mata, atau limpa. Funngsi pernapasan dan jantung dapat
terganggu. Glukoma dapat terjadi apabila nodulus yang menyumbat aliran
keluar cairan okular terbentuk pada mata.
Vasulitis (inflamasi sistem vaskuler) dapat menyebabkan trombosist dan
infark.
Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari, depresi
dan stres keluarga dapat menyertai eksaserbasi penyakit.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Identitas : Nama, no recam medis, tempat/tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, agama,pekerjaan, dan pendidikan, alamat, tanggal
masuk rumah sakit, diagnose medis,dan status pernikahan.
Penanggung Jawab : Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status pernikahan, hub. Dengan px.
1. Keluhan Utama
Dimana pasien ditanyakan keluhan apa yang paling dirasakan mengganggunya.
2. Genogram
Berisikan catatan garis keturunan minimal 3 generasi.
3. Riwayat Kesehatan
Pasien ditanyakan bagaimana dia bisa masuk rumah sakit.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tujuan menanyakan riwayat kesehatan keluarga agar kita mengetahui apakah
penyakit tersebut adalah bersifat genetik.
5. Riwayat Lingkungan Hidup
Pasien ditanyakan bagaimana kondisi lingkungan di sekitarnya, baik rumah, dan
tetangga.
6. Riwayat Rekreasi
Pasien ditanyakan senang diajak pergi kemana untuk menghabiskan waktu luang.
7. Sumber/Sistem Pendukung Yang Diinginkan
Pasien ditanyakan apakah ada sarana yang mendukung untuk membantu pasien jika
sakit yang di deritanya kambuh, seperti klinik dokter, puskesmas.
8. Deskripsi Hari Khusus
Pasien ditanyakan apakah dia memiliki hari khusus yang selalu di ingatnya.
9. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien ditanyakan tentang bagaimana kesehatannya dahulu, apakah dia pernah masuk
rumah sakit akibat penyakit yang sama atau karna penyakit yang berbeda.
10. Tinjauan Sistem
a. Keadaan Umum
Berisikan tentang pengukuran TTV ( Nadi, Tekanan Darah, Suhu, Respirasi ),
Kesadaran ( GCS, Eye, Motorik, Verbal ), Keadaan Umum untuk mengukur nyeri
( P,Q,R,S,T )
b. Integument
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada areal
integument
O:
I: Melihat bagaimana areal integument pasien seperti warna kulit, turgor kulit,
kondisi kulit.
P: Melakukan penekanan pada areal integument pasien untuk mengetahui
ada/tidaknya nyeri tekan
c. Kepala
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada areal
kepala.
O:
I: Melihat bagaimana areal kepala pasien seperti bentuk kepala, warna rambut,
distribusi rambut, ada lesi/ tidak pada kulit kepala, kesimetrisan wajah.
P: Melakukan penekanan pada areal kepala pasien untuk mengetahui
ada/tidaknya nyeri tekan
d. Mata
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada areal
mata.
O:
I: Melihat bagaimana areal mata pasien seperti kesimetrisan mata kanan dan
kiri, keadaan sklera, konjungtiva, pupil, fisus, dan lapang pandang.
P: Melakukan penekanan pada areal mata pasien untuk mengetahui ada/tidaknya
nyeri tekan
e. Telinga
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada areal
telinga.
O:
I: Melihat bagaimana areal telinga pasien seperti kesimetrisan telinga kanan dan
kiri, ada/tidaknya darah, cairan pada telinga, ada/tidaknya lesi.
P: Melakukan penekanan pada areal telinga pasien untuk mengetahui
ada/tidaknya nyeri tekan.
f. Hidung dan Sinus
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada areal
hidung.
O:
I: Melihat bagaimana areal hidung pasien seperti ada/tidaknya sekret atau cairan,
ada/ tidaknya tarikan cuping hidung, ada/tidaknya kotoran dan lesi.
P: Melakukan penekanan pada areal hidung pasien untuk mengetahui
ada/tidaknya nyeri tekan dan sinus.
g. Mulut dan Tenggorokan
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada areal
mulut dan tenggorokan.
O:
I: Melihat bagaimana areal mulut pasien seperti kondisi bibir, gigi.
P: Melakukan penekanan pada areal mulut pasien untuk mengetahui ada/tidaknya
nyeri tekan atau pergeseran rahang.
h. Leher
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada areal
leher.
O:
I: Melihat bagaimana areal leher pasien seperti warna, ada/tidaknya lesi
P: Melakukan penekanan pada areal leher pasien untuk mengetahui ada/tidaknya
pembesaran tiroid.
i. Payudara
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada areal
payudara.
O:
I: Melihat bagaimana areal payudara pasien seperti warna, ada/tidaknya lesi.
P: Melakukan penekanan pada areal payudara pasien untuk mengetahui
ada/tidaknya nyeri tekan pada payudara.
j. Pernafasan
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada saat
bernafas.
O:
I: Melihat bagaimana frekuensi nafas, kualitas nafas, ada/tidaknya sumbatan,
retraksi dada.
A: Mendengar bagaimana suara pernafasan pasien.
P: Melakukan pengetukan pada areal pernafasan.
P: Melakukan penekanan pada pernafasan pasien untuk mengetahui ada/tidaknya
pembesaran organ pernafasan.
k. Kardiovasikuler
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada areal
kardiovasikuler.
O:
I: Melihat bagaimana kesimetrisan dada, warna kulit, ada/tidaknya lesi
A: Mendengar bagaimana kekuatan, irama pada kardiovasikuler.
P: Melakukan pengetukan pada areal kardiovasikuler untuk mengetahui suara
yang dihasilkan.
P: Melakukan penekanan pada areal kardiovasikuler untuk mengetahui
ada/tidaknya nyeri tekan, dan pembesaran organ.
l. Gastrointestinal
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada areal
gastrointestinal.
O:
I: Melihat bagaimana warna kulit perut, ada/tidaknya lesi, rambut halus pada
areal abdoment.
A: Mendengar peristaltik usus pasien
P: Melakukan pengetukan pada areal gastro untuk mengetahui bunyi apa yang
dihasilkan.
P: Melakukan penekanan untuk mengetahui ada/tidaknya nyeri tekan dan
pembesaran organ.
m. Perkemihan
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada areal
perkemihan.
O:
I: Melihat bagaimana warna kulit perut, ada/tidaknya lesi.
P: Melakukan penekanan untuk mengetahi ada/tidaknya nyeri tekan pada areal
perkemihan.
n. Muskuloskletal
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada areal
muskuloskletal.
O:
I: Melihat bagaimana warna kulit, ada/tidaknya lesi.
P: Melakukan penekanan unntuk mengetahi ada/tidaknya nyeri tekan.
P: Melakukan pengetukan untuk mengetahui reflek muskuloskletal.
o. Sistem Saraf Pusat
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada areal
sistem saraf pusat.
O:
I: Melihat bagaimana fungsi pengindraan pada pasien.
P: Melakukan penekanan pada titik tertentu untuk melihat gerak reflek pasien.
p. Reproduksi
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan pada areal
sistem reproduksi.
O:
I: Melihat bagaimana keadaan alat reproduksi pasien.
P: Melakukan penekanan untuk mengetahui ada/tidaknya nyeri tekan.
11. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
a. Psikososial
Menanyakan pasien tentang bagaimana kondisi psikososial pasien.
b. Identifikasi masalah emosional
Menanyakan pasien beberapa pertanyaan untuk mengetahui kondisi emosional
pasien.
c. Spiritual
Menanyakan pasien tetang bagaimana masalah spiritual pasien.
12. Pengkajian Fungsional Klien
a. Indeks Katz
Menanyakan bagaimana pasien dalam melakukan aktivitasnya.
b. Modifikasi dari barthel indeks
Mengkaji bagimana pasien dalam melakukan aktivatisa makan, minum,
berpindah, personal toilet, mandi, berjalan, menggunakan pakaian, kontrol BAB
dan BAK.
13. Pengkajian Status Mental Gerontik
a. Identifikasi tingkat intelektual dengan short portable mental status quistioner
(SPSMQ)
Mengajukan pertanyaan kepada pasien tentang tanggal berapa hari ini, hari apa
sekarang, apa nama tempat ini, dimana alamat ini, berapa umur anda, kapan anda
lahir, siapa presiden Indonesia sekarang, siapa presiden Indonesia sebelumnya,
siapa nama ibu anda, menunjuk 1 angka dan kemudian di kurangi 3 secara
berturut-turut.
b. Identifikasi aspek kognitif dan fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam)
Mengkaji aspek kognitif pasien dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan
kemudian menilainya berfungsi untuk menilai bagaimana status mental pasien.
c. Status Psikologis (skala depresi pada lansia)
Mengkaji pasien dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
psikologis pasien.
2. DIAGNOSA
a) Nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit
b) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah (lingkungan berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
c) Ketidakefektifan Manajemen kesehatan di keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
3. INTERVENSI
Tujuan Kriteria Hasil/Evaluasi
Diagnosa Tujuan Khusus/jangka
No Umum/jangka Kriteria Standart Intervensi
Keperawatan pendek
panjang
1 Nyeri Setelah Setelah dilakukan
3. Mengatur
program
Verbal Menurunkan asam 1.1.1 Gali pengetahuan
urat : keluarga untuk
menyebutkan cara
-
tradisional
- Turunkan BB
menurunkan asam
Hindarkan
urat
alkohol dan
makanan tinggi 1.1.2 Jelaskan cara
purin (hati, menurunkan asam
ginjal, ikan urat secara alami
sarden, daging
1.1.3 Beri reinforcement
kambing) serta
keluarga untuk
banyak minum.
mengulang
- Olah raga
- Menghindari 1.1.4 Beri reinforcement
stres positif pada
keluarga
1.2.4 Beri
reinforcement
positif pada
keluarga
Berpartisipasi
dalam memutuskan Dukungan membuat
perawatan keputusan.Membangun
kesehatan harapan
Keluarga mampu
memanfaatkan Keluarga mampu
merawat anggota
fasilitas kesehatan: keluarga yang sakit
Pengetahuan dan memberikan
tentang sumber- dukungan dalam
sumber kesehatan. meningkatkan status
kesehatan
Kemampuan
keluarga Keluarga mampu
memberikan memodifikasi
perawatan lingkungan dalam hal :
langsung: Keluarga pencegahan jatuh,
mampu manajemen
memodifikasi lingkungan: rumah
lingkungan: yang aman
Kontrol resiko dan
keamanan
Pengetahuan
tentang Manajemen
pencegahan jatuh. lingkungan Keluarga
Partisipasi keluarga mampu memanfaatkan
dalam perawatan fasilitas kesehatan
keluarga.
Paduan pelayanan
Menyiapkan kesehatan
Lingkungan rumah
yang aman. Mengunjingi fasilitas
kesehatan
Perilaku mencari
pelayanan
kesehatan
4. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan berdsarkan intervensi yang sudah dibuat
5. EVALUASI
Evaluasi yang diharapkan pada pasien asam urat disesuaikan dengan criteria hasil
yang telah ditentukan pada intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, (1996), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
Carpenitti, L. J. 2000. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta :EGC
Effendy,N.1998.Dasar-dasar keperawatan Kesehatan Masyarakat.Jakarta :EGC
Friedman,M.M.1998.Family Nursing Research Theory and Practice,4thEdition.Connecticut :
Aplenton
Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi 11.
Alih bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC
Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis
MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange,
International Edition, Connecticut 2005, 729-32.
Iqbal,Wahit dkk.2005.Ilmu Keerawatan Komunitas 2 Teori dan Aplikasi dalam Praktek
Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, Keluarga.Jakarta : EGC
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. BUKU AJAR PATOLOGI Edisi 7. Jakarta :
EGC
OLEH :
TINGKAT 3.3
DIII KEPERAWATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN Ny. N
DENGAN ASAM URAT
DI BR.PUSEH TEMPEK KANGIN DESA KETEWEL GIANYAR
PADA TANGGAL 27 – 30 NOVEMBER 2018
A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
a. Nama Kepala Keluarga : Tn. R
b. Alamat : Br. Puseh Desa Ketewel Kec. Sukawati Gianyar
c. Telpon : 085 738 121 054
d. Pekerjaan : Buruh
e. Pendidikan : SD (sekolah dasar)
f. Komposisi anggota keluarga
Status Imunisasi
Pendidi
Nama JK HubDng KK Umur Polio DPT Hepatitis Ket
kan BCG Campak
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
Ny. N P Istri 51 th -
An. Ns P Anak 25 th S1
Keterangan :
= meninggal
= hubungan perkawinan
= pasien
3. Tipe Keluarga
Keluarga Ny. N termasuk tipe keluarga ini (nuclear family) yaitu terdiri dari suami, istri dan
tiga anak perempuannya. Keluarga Ny. N terdiri dari Tn. R (suami), Ny.N (istri), An. J (anak
pertama), An. Nr (anak kedua) dan An.G (anak ketiga)
4. Suku Bangsa
Bahasa yang digunakan Ny. N adalah bahasa Bali karena berasal dari Bali, dalam keluarga
terdapat pantangan makanan sapi
5. Agama
Agama Ny.N beragama Hindu dan taat menjalankan ibadah, biasanya melakukan
persembahyangan bersama dirumah
C. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
Rumah yang ditempati keluarga Tn.R adalah rumah tanah milik pribadi dengan luas tanah
3 are. Rumah Tn.R terdapat 4 bangunan terpisah yaitu terdiri dari 3 kamar, 1 kamar mandi,
1 dapur, padmasana dan 1 bale dangin
2. Karakteristik tetangga dan komunitas
Lingkungan tetangga umumnya penduduk asli ketewel, hubungan keluarga cukup baik
3. Mobilitas geografis keluarga
Rumah Ny. N merupakan daerah desa tidak jauh dari jalan raya, mudah dijangkau oleh
kendaraan roda 2 sedangkan tidak untuk roda 4. Ny. N jika ingin membeli bumbu atau
belanja disekitar rumah tetapi jika ke pasar disekitar rumah tetapi Ny. N harus
mengendarai kendaraan roda 2 karena jarak yang agak jauh
D. STRUKTUR KELUARGA
1. Komunikasi keluarga
Komunikasi yang digunakan komunikasi terbuka, tiap keluarga mengungkapkan
pendapatnya masing masing hal ini dapat dilihat pada waktu perawat melakukan
pengkajian
3. Struktur peran
- Formal
a. Tn.R sebagai kepala keluarga sekaligus pencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya disamping itu Tn.R sebagai pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman
pada keluarga.
b. Ny. N berperan sebagai istri dan Ibu bagi anak – anaknya, Ny. N sebagai Ibu rumah
tangga dan berwirausaha dengan berdagang di pasar memiliki peran untuk mengurus
rumah dan pendidik anak - anaknya
- Informal
Setiap anggota keluarga selalu memiliki peran sebagai pendorong bagi yang lain
4. Norma keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga disesuaikan dengan nilai dalam agama
Hindu yang dianutnya serta norma masyarakat disekitarnya. Bila ada keluarga yang sakit
akan dibawa ke pelayanan kesehatan
E. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
Keluarga Tn.R saling mendukung kebutuhan keluarga sehingga dapat terpenuhi kehidupan
sederhana, dapat menyelesaikan masalah dengan musyawarah dan keputusan keluarga
yang terakhir ditentukan oleh Tn. R sebagai kepala keluarga
2. Fungsi sosialisasi
Tn.R dibantu Ny. N dapat membina sosialisai pada anak – anaknya sehingga dapat
membentuk norma dan aturan – aturan sesuai dengan perkembangan anak – anaknya, serta
meneruskan budaya.
b) Mengambil keputusan
Tn.R selalu mengambil keputusan secara tepat seperti halnya kalua Ny. N sakit segera
membawanya ke dokter
Keluarga Tn.R memiliki 3 orang anak perempuan dalam hal ini Ny. N menggunakan alat
kontrasepsi
5. Fungsi ekonomi
Keluarga Ny. N sudah tercukupi masalah kebutuhan pokok, tapi masalah sandang keluarga
hanya membeli sebulan sekali/ tidak pasti
b. Kemampuan keluarga
Keluarga Tn.R selalu melakukan musyawarah dalam menyelesaikan masalah baik dalam
lingkungan keluarga atau masyarakat
c. Strategi koping
Keluarga Tn.R apabila ada masalah baik dalam keluarga atau masyarakat selalu
menyelesaikannya
d. Strategi adaptasi
Dalam menghadapi masalah selalu berusaha dan berdoa tapi pada akhirnya tuhan yang
menentukan
Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum
a. Tanda – tanda Vital: Tensi : 140/90 mmHg Nadi : 89 x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 36,5oC
BB : 65KG TB : 156 CM LL ………. LK : …
2). Hidung
Hidung bersih, fungsi penghidung baik
3). Telinga
Telinga simetris, pendengaran baik, tidak menggunakan alat bantu
4). Mata
Kedua mata simetris, konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik, penglihatan baik
5). Mulut, Gigi, Lidah, Tonsil dan Pharing
Mulut, gigi, lidah bersih tidak berbau tidak ada nyeri tekan
6). Leher dan Tenggorokan
Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid dan tenggorokan tidak ada nyeri tekan
7). Dada/ Thorak
Dada tidak ada wheezing
a). Pemeriksaan Paru
(1). Inspeksi
Pergerakan dinding dada simetris, barrel cest tidak ada, funnel cest tidak ada pigeon cest
tidak ada
(2). Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
(3). Perkusi
Terdengar resonan pada paru
(4). Auskultasi
Suara nafas terdengar vesikuler
b). Pemeriksaan Jantung
(1). Inspeksi
Tidak ada lesi, tidak ada pembekakan
(2). Palpasi
Nyeri tekan tidak ada
(3). Perkusi
Suara pekak
(4). Auskultasi
S1 S2 tunggal regular
8). Payudara
(a). Inspeksi
Tidak ada lesi, tidak ada pembekakan
(b). Palpasi
Nyeri tekan tidak ada
9). Pemeriksaan Abdomen
(a). Inspeksi
Tidak terdapat luka lesi, tidak ada pembekakan, acites tidak ada
(b). Auskultasi
Peristaltic usus 12x/menit
(c). Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
(d). Perkusi
Suara timpani
10). Ekstrimitas, Kuku dan Kekuatan Otot
ROM : Penuh, CRT: < 2 detik, kekuatan otot 555 555
555 555
11). Genetalia dan Anus
Tidak dilakukan pemeriksaan
12). Pemeriksaan Neurologi
Tidak ada pemeriksaan neurologi
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan asam urat
- 27 november 2018 : 8.4 mg/dl
- 28 november 2018 : 7.5 mg/dl
HARAPAN KELUARGA
Harapan keluarga terhadap kesehatan keluarga yaitu berharap keluarga bisa sehat selalu dan
tidak ada yang sakit – sakitan. Dan harapan keluarga setelah kedatangan mahasiswa
politeknik kesehatan Denpasar yaitu dapat informasi kesehatab kepada keluarga agar dapat
memelihara kesehatan dengan baik.
ANALISIS DATA
Nama Klien : Ny. N
MASALAH : Asam Urat
DX Keperawatan Keluarga :
Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit
PERHITUNGAN PEMBENARAN
NO KRITERIA Skor BOBOT
Skoring :
1. Tentukan skore untuk setiap criteria
2. Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dgn bobot
Skoring :
1. Tentukan skore untuk setiap criteria
2. Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dgn bobot
No Tujuan Umum Tujuan khusus Kriteria Evaluasi Hasil standar Rencana intervensi
DX
- Bawa ke tempat
pelayanan kesehatan
(puskesmas)
- Menjelaskan tentang proses penyakit yang dialami kepada keluarga : DS : Keluarga mengatakan mengerti dengan
apa itu asam urat, penyebabnya, tanda dan gejala, apa saja yang harus
apa yang dijelaskan dan akan menerapkan
dihindari, dana pa yang harus dilakukan untuk pengobatan dan proses
penyembuhan DO : Keluarga memerhatikan apa yang
dijelaskan dan bisa menjelaskan secara garis
besar apa yang telah disampaikan
Rabu, 28 1,2 - Mengucapkan salam DS : memberi salam
november DO : keluarga kooperatif
2018
Pukul - Mengkaji keluhan pasien DS :Ny.N mengatakan nyeri kaki dan
17.00 wita pergelangan kaki setiap waktu malam
hari
DO : Keluarga kooperatif
- Menggali pengetahuan keluarga menyebutkan penatalaksaan asam DS : Ny.N mengatakan masih menghindari
urat secara alami mengonsumsi obat dan jika sudah tidak kuat
akan dibawa ke dokter
DO : keluarga kooperatif
- melakukan pemijatan pada titik refleksi yang dapat menurunkan asam DS : pasien mengatakan sakit saat dipijat
urat
DO : keluarga kooperatif
- menjelaskan agar keluarga mampu memodifikasi lingkungan dalam DS : keluarga mengatakan akan melakukan
hal pencegahan terjadinya jatuh, manajemen lingkungan rumah yang modifikasi lingkungan
baik DO : Pasien dan keluarga mengerti dengan
apa yang dijelaskan
- melakukan pemijatan pada titik refleksi yang dapat menurunkan asam DS : pasien mengatakan ingin tahu titik pijat
urat
refleksi yang ada pada kaki
DO : pasien tampak kooperatif dan rasa
ingin tahu yang tinggi
- memberikan minuman herbal jus alpukat agar dapat menurunkan DS : pasien akan meminumnya dan semoga
kadar asam urat
akan menjadi normal
DO : pasien kooperatih
- melakukan manajemen lingkungan keluarga mampu menyelesaikan DS : Keluarga mengatakan akan membawa
tugasnya memanfaatkan mampu memanfaatkan kesehatannya anggota keluarga yang sakit ke fasilitas
kesehatan terdekat. Ny. N mengatakan ingin
mengikuti kegiatan senam lansia tapi
terbentur waktunya dengan waktu
pekerjaannya.
DO : keluarga memperhatikan apa yang
dijelaskan
EVALUASI
WAKTU NO DX EVALUASI
Jumat, 30 1 S:
november - keluarga Ny.N mengatakan merasa baik
2018 - keluarga Ny.N terutama Ny.N mengatakan tadi malam nyeri
Pukul 17.00 berkurang
- keluarga Ny.N mengatakan nyeri yang dirasakan Ny.N yaitu
pada skala 2
O:
- keluarga Ny.N tampak kooperatif
- keluarga Ny.N tampak mampu mengatasi nyeri yang
dirasakan
A : masalah teratasi, tujuan tercapai
P : hentikan intervensi
Jumat, 30 2 S:
november - keluarga Ny.N sudah mengerti mengenai penyakit yang
2018 sedang dialami Ny.N yaitu apa itu asam urat, penyebab, dan
Pukul 17.00 penatalaksanaan serta cara mencegahnya
- keluarga Ny.N mengatakan mulai saling memberi dukungan
- keluarga Ny.N mengatakan akan lebih memanfaatkan fasilitas
kesehatan jika benar benar sudah tidak tertahankan
O:
- keluarga Ny.N tampak kooperatif
- keluarga Ny.N tampak mengerti dengan apa saja yang sudah
dijelaskan
A : masalah teratasi, tujuan tercapai
P : hentikan intervensi
Lembar Pengesahan
Gianyar,..........................2018
Mengetahui,
Clinical Instructure/CI Mahasiswa,
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
(..................................................................)
NIP