Anda di halaman 1dari 31

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP KELUARGA

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup

bersama melalui ikatan perkawinan dan kedekatan emosi yang masing-

masing mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga (Ekasari, 2000).

Menurut Duval, 1997 (dalam Supartini, 2004) mengemukakan

bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan

perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,

mental, emosional dan sosial setiap anggota.

Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga

sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah,

ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga,

berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta

mempertahankan budaya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua

orang atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,

hubungan darah, hidup dalam satu rumah tangga, memiliki kedekatan

emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang saling ketergantungan

untuk menciptakan atau mempertahankan budaya, meningkatkan

perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota dalam

rangka mencapai tujuan bersama.

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
2. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985

dan Friedman 1998, ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu :

a. Tahap I : Keluarga Pemula

Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap pernikahan.

Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah membangun perkawinan

yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan persaudaraan

secara harmonis, merencanakan keluarga berencana.

b. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai

umur 30 bulan)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk

keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan

perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan

keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan nenek

dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-

masing pasangan.

c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur

2-6 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi

kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak,

mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat

dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan

keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.

d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13

tahun)

Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan anak

termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan

hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan

perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik

anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak

saat menyelesaikan tugas sekolah.

e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20

tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan

kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan

mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi

secara terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian,

memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab,

mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.

f. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda

(mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang

meninggalkan rumah)

Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan

tugas perkembangan keluarga antara lain : memperluas siklus keluarga

dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat dari hasil

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbaharui dan

menyelesaikan kembali hubungan perkawinan, membantu orang tua

lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami dan istri.

g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)

Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir

meninggalkan rumah dan berakhir atau kematian salah satu pasangan.

Tahap ini juga dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun

dan berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas perkembangannya

adalah menyediakan lingkungan yang sehat, mempertahankan

hubungan yang memuaskan dan penuh arah dengan lansia dan anak-

anak, memperoleh hubungna perkawinan yang kokoh.

h. Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia

Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa

pensiun terutama berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal

dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas perkembangan

keluarga adalah mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,

menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan

hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan

pasangan dan mempertahankan ikatan keluarga antara generasi.

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
3. Tipe Keluarga

Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe

keluarga, yaitu :

a. Keluarga Tradisional

1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan

anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.

2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya

dengan satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah,

atau ditinggalkan.

3) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak

atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.

4) Bujang dewasa yang tinggal sendiri

5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari

nafkah, istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau

bekerja.

6) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih

atau anggota yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah

geografis.

b. Keluarga non tradisional

1. Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak

menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).

2. Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai

anak

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
3. Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama

hidup bersama sebagai pasangan yang menikah

4. Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu

pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama

menggunakan fasilitas, sumber dan mempunyai pengalaman yang

sama.

Menurut Allender dan Spradley (2001)

a. Keluarga tradisional

1) Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari

suami, istri, dan anak kandung atau anak angkat

2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah

dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya

kakek, nenek, paman, dan bibi

3) Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri

tanpa anak

4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua

dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena

perceraian atau kematian.

5) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang

dewasa saja

6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami

istri yang berusia lanjut.

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
b. Keluarga non tradisional

1) Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian

darah hidup serumah

2) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak

hidup bersama dalam satu rumah

3) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup

bersama dalam satu rumah tangga

Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan

Darmawan (2005)

a. Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari

wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu

keluarga inti.

b. Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya

berpoligami dan hidup secara bersama-sama.

c. Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan

4. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur

keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya :

Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati dan

Darmawan (2005), yaitu:

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi

kebutuhan pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
b. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan

sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak,

memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak,

meneruskan nilai-nilai budaya anak.

c. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga

dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga

serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental,

dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga

serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.

d. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti

sandang, pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui

keefektifan sumber daya keluarga.

e. Fungsi biologis

Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan

tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan

generasi selanjutnya.

f. Fungsi psikologis

Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih

saying dan rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggota

keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan

memberikan identitas keluarga.

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
g. Fungsi pendidikan

Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan

pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan

anak untuk kehidupan dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan

perkembangannya.

5. Tugas Keluarga

Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan

keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan

etiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap

II bila ditemui data malaadapti pada keluarga. Lima tugas keluarga yang

diaksud adalah:

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana

persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian,

tanda dan gejala, factor penyebab dan persepsi keluarga terhadap

masalah yang dialami keluarga.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh

mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah,

bagaimana masalah dirasakan keluarga, bagaimana keluarga

menanggapi masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat

atau adakah sifat negative dari keluarga terhadap masalah kesehatan,

bagaimana system pengambilan keputusan yag dilakukan keluarga

terhadap anggota keluarga yang sakit.

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,

seperti bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan

perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada

dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang

sakit.

d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti

pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit

yang dilakukan keluarga. Upaya pemeliharaan lingkungan yang

dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata

lingkungan dalam dan lingkungan luar rumah yang berdampak

terhadap kesehatan keluarga.

e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan

dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang

ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan,

apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah

pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga

B. KONSEP HIPERTENSI

1. Pengertian

Hipertensi berasal dari dua kata yaitu hiper yang berarti tinggi dan

tensi yang artinya tekanan darah. Menurut American Society of

Hypertension (ASH), pengertian hipertensi adalah suatu sindrom atau

kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat dari kondisi

lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008).

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik sama dengan atau lebih dari

140mmHg dan tekanan diastolik sama dengan atau lebih dari 90mmHg

(WHO, 1999). Pada populasi manula hipertensi didefinisikan sebagai

tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Mansjoer

Arief, 1999).

2. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan,

yaitu: hipertensi esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder.

a. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 %

kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,

hiperaktifitas susunan saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam

ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca interseluler, dan faktor-faktor yang

risiko seperti obesitas, alkohol, merokok.

b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, penyebab spesifiknya

diketahui seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi

vaskuler renal, hipertensi aldosteronisme primer, dan sindrom chusing,

feokromositoma, koarkfasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan

kehamilan dan lain-lain

3. Penyebab

Tekanan sistolik dan diastolik dapat bervariasi pada tingkat

individu. Namun disepakati bahwa hasil pengukuran tekanan darah yang

lebih besar dari 140/90 mmHg adalah hipertensi (WHO, 1999 dan JNC,

2007). Tabel pengklasifikasian hipertensi dapat dilihat dibawah ini :

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
Tabel 1 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85

Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99

Sub grup : perbatasan 140-149 90-94

Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109

Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90

Sub grup : perbatasan 140-149 < 90

Tabel 2 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC7 (Joint National Committee 7)

Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)

Normal <120 Dan <80

Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99

Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

4. Tanda dan Gejala

a. Gelisah

b. Nadi Cepat

c. Sukar Tidur

d. Sesak Nafas

e. Sakit Kepala

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
f. Lemah dan Lelah

g. Rasa Pegal di bahu

h. Jantung berdebar-debar

i. Pandangan menjadi kabur

j. Mata berkunang-kunang

5. Faktor Resiko Hipertensi

 Faktor yang dapat dikendalikan atau dimodifikasi

a. Keturunan/ genetik

b. Usia

c. Jenis kelamin

d. Ras/ etnis

e. Tipe Kepribadian

 Faktor yang dapat dikendalikan atau dimodifikasi

a. Makan berlebihan

b. Obesitas

c. Tidak berolahraga

d. Merokok

e. Minum alkohol

6. Bahaya Hipertensi

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, naik secara

langsung maupun secara tidak langsung. Kerusakan organ target yang

umum ditemui pada pasien hipertensi adalah:

a. Penyakit ginjal kronis

b. Jantung

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
- Hipertrofi ventrikel kiri

- Angina atau infark miokardium

- Gagal jantung

c. Otak

- Strok

- Transient Ischemic Attack (TIA)

d. Penyakit arteri perifer

e. Retinopati

Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-

organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah

pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi

terhadap reseptor ATI angiotensin II, stress oksidatif, down regulation dari

ekspresi nitric oxide synthase, dan lain-lain. Penelitian lain juga

membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam

berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan

pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β

(TGF-β) (Yogiantoro, 2006).

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, naik secara

langsung maupun secara tidak langsung. Kerusakan organ target yang

umum ditemui pada pasien hipertensi adalah:

f. Penyakit ginjal kronis

g. Jantung

- Hipertrofi ventrikel kiri

- Angina atau infark miokardium

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
- Gagal jantung

h. Otak

- Strok

- Transient Ischemic Attack (TIA)

i. Penyakit arteri perifer

j. Retinopati

Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-

organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah

pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya

autoantibodi terhadap reseptor ATI angiotensin II, stress oksidatif, down

regulation dari ekspresi nitric oxide synthase, dan lain-lain. Penelitian lain

juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam

berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya

kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming

growth factor-β (TGF-β) (Yogiantoro, 2006).

7. Cara Pencegahan

Pencegahan Hipertensi dapat dilakukan sendiri dengan :

a. Hindari Obesitas

b. Hindari merokok

c. Usahakan pikiran selalu tenang dan santai

d. Berolahraga secara teratur

e. Sering memakan buah-buahandansayuran

f. Kurangi minuman yang mengandung kafein (Kopi)

g. Hindari minuman beralkohol

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
h. Kurangi makanan yang banyak mengandung garam (Asin)

i. Rutin Kontrol ke tenaga kesehatan terdekat jika memang mempunyai

riwayat hipertensi

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistimatis

untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan

keluarga,melaksanakan asuhan keperawatan ,serta implementasi keperawatan

terhadap keluarga sesuai rencana yang telah direncanakan /dibuat serta

mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan .

1. Pengkajian

a. Penjajakan pertama

Tujuan penjajakan tahap pertama adalah untuk mengetahui masalah

yang dihadapi oleh keluarga.

1) Pengumpulan data

Merupakan informasi yang diperlukan untuk mengukur masalah

kesehatan ,status kesehatan, kesanggupan keluarga dalam

memberikan perawatan pada anggota keluarga .

a) Struktur dan sifat anggota keluarga

(1) Anggota –anggota keluarga dan hubungan dengan kepala

keluarga.

(2) Data demografi : umur,jenis kelamin, kedudukan dalam

keluarga.

(3) Tempat tinggal masing-masing anggota keluarga,

(4) Macam struktur anggota keluarga apakah matrikat,patrikat

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
berkumpul atau menyebar.

(5) Anggota keluarga yang menonjol dalam pengambilan

keputusan.

(6) Hubungan dengan anggota keluarga termasuk dalam

perselisihan yang nyata ataupun tidak nyata.

(7) Kegiatan dalam hidup sehari-hari,kebiasaan tidur,kebiasaan

makan dan penggunaan waktu senggang

b) Faktor sosial budaya dan ekonomi

(1) Pekerjaan

(2) Penghasilan

(3) Kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan primer

(4) Jam kerja ayah dan ibu

(5) Siapa yng menentukan keuangan dan penggunaannya

c) Faktor lingkungan

(1) Perumahan

(a) Luas rumah

(b) Pengaturan dalam rumah

(c) Persediaan sumber air

(d) Adanya bahan kecelakaan

(e) Pembuangan sampah

(2) Macam lingkungan / daerah rumah

(3) Fasilitas social dan lingkungan

(4) Fasilitas transportasi dan kesehatan

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
d) Riwayat kesehatan

(1) Riwayat kesehatan dari tiap anggota keluarga

(2) Upaya pencegahan terhadap penyakit

(3) Sumber pelayanan kesehatan

(4) Perasepsi keluarga terhadap peran pelayanan dari petugas

kesehatan.

(5) Pengalaman yang lalu dari petugas kesehatan.

e) Cara pengumpulan data

i. Oservasi langsung : dapat mengetahui keadaan secara

langsung.

1. Keadaan fisik dari tiap anggota keluarga.

2. Komunikasi dari tiap anggota keluarga

3. Peran dari tiap anggota keluarga

4. Keadaan rumah dan lingkungan

ii. Wawancara

Dapat mengetahui hal-hal :

1. Aspek fisik

2. Aspek mental

3. Sosial budaya

4. Ekonomi

5. Kebiasaan

6. Lingkungan

iii. Studi dokumentasi antara lain

1. Perkembangan kesehatan anak

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
2. Kartu keluarga

3. Catatan kesehatan lainnya

iv. Dilakukan terhadap angota keluarga yang mengalami

masalah kesehatan dan keperawatan antara lain :

1. Tanda-tanda penyakit

2. Kelainan organ tubuh

2. Analisa data

Analisa data bertujuan untuk mengetahui masalah kesehatan yang

dialami oleh keluarga. Dalam menganalisis data dapat menggunakan

Typologi masalah dalam family healt care.

Permasalahan dapat dikategorikan sebagai berikut :

a) Ancaman kesehatan adalah : keadaan yang dapat memungkinkan

terjadinya penyakit,kecelakaan atau kegagalan dalam mencapai potensi

kesehatan.

Contoh :

(1) Riwayat penyakit keturunan dari keluarga seperti hipertensi

(2) Masalah nutrisi terutama dalam pengaturan diet

b) Kurang atau tidak sehat adalah : kegagalan dalam memantapkan

kesehatan.

Contoh:

(1) Adakah didalam keluarga yang menderita penyakit hipertensi

(2) Siapakah yang menderita penyakit hipertensi

c) Krisis adalah : saat- saat keadaan menuntut terlampau banyak dari

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
indivdu atau keluarga dalam hal penyesuaian maupun sumber daya

mereka.

Contoh :

Adakah anggota keluarga yang meninggal akibat hipertensi.

3. Penentuan prioritas masalah

Didalam menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga

menggunakan sistim scoring berdasarkan tipologi masalah dengan

pedoman sebagai berikut

No Kriteria Skala Bobot Skoring Rasional

1 Sifat Masalah 1

- Aktual 3

- Resiko 2

- Potensial/ weliness 1

2 Kemungkinan 2

Masalah dapat diubah

- Mudah 2

- Sebagian 1

- Tidak dapat 0

3 Potensial Masalah 1

untuk dicegah

- Tinggi 3

- Cukup 2

- Rendah 1

4 Menonjolnya Masalah 1

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
- Segera 2

- Tidak perlu segera 1

- Tidak dirasakan 0

Total

Skoring :

1. Tentukan skor untuk tiap criteria

2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot

𝑠𝑘𝑜𝑟
× 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 =
𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

3. Jumlahkanlah skor untuk semua criteria ,skor tertinggi 5 sama

dengan seluruh bobot

b. Penjajakan pada tahap kedua

Tahap ini menggambarkan sampai dimana keluarga dapat

melaksanakan tugas-tugas kesehatan yang berhubungan dengan

ancaman kesehatan,kurang /tidak sehat dan krisis yamg dialami oleh

keluarga yang didapat pada penjajakan tahap pertama.

Pada tahap kedua menggambarkan ketidak mampuan keluarga untuk

melaklasanakan tugas-tugas kesehatan serta cara pemecahan masalah

yang dihadapi .

Karena ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas

kesehatan dan keperawatan,maka dapat dirumuskan diagnosa

keperawatan secara umum pada keluarga yang menderita penyakit

hipertensi antara lain :

1) Ketidak sanggupan keluarga mengenal masalah penyakit

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
hipertensi berhubungan dengan ketidaktahuan tentang gejala

hipertensi

2) Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan dalam

melaksanakan tindakan yang tepat untuk segera berobat kesarana

kesehatan bila terkena hipertensi berhubungan dengan kurang

pengetahuan klien/keluarga tentang manfaat berobat kesarana

kesehatan

3) Ketidak mampuan merawat anggota keluarga yang sakit

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit

hipertensi ,cara perawatan dan sifat penykit hipertensi .

4) Keitdaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat

mempengaruhi kesehatan keluarga berhubungan dengan tadak

dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan

serta kitidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit hipertensi.

5) Ketidakmampuan menggunakan sumber yang ada di masyarakat

guna memelihara kesehatan berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan klien dan keluarga tersedianya fasilitas kesehatan

seperti JPS.,dana sehat dan tidak memahami manfaatnya.

Adapun diagnosa keperawatan yang berhubungan pengaturan diet

pada klien hipertensi adalah :

1) Ketidaktahuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu

penyebab terjadinya hipertensi adalah berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan cara pengaturaan diet yang benar.

2) Ketidak sanggupan keluarga memilih tindakan yang tepat dalam

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
pengaturan diet bagi penderita hipertensi berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan tentang cara pengaturan diet yang benar.

3) Ketidakmampuan untuk penyediaan diet khusus bagi klien

hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga

tentang cara pengolahan makanan dalam jumlah yang tepat.

4) Ketidakmampuan meenyediakan makanan rendah garam bagi

penderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

dan kebiasaan sehari-hari yang mengkonsumsi makanan yang

banyak mengandung garam

5) Ketidaktahuan menggunakan manfaat tanaman obat keluarga

berhubungan dengan kurangnya pengetahan tentang manfaat

tanaman obat tersebut.

4. Perencanaan

Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan keperawatan

yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan

masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi (Nasrul

Effendi,1998 : 54 )

Rencana tindakan dari masing –masing diagnosa keperawatan khusus diet

pada klien hipertensi adalah :

a. Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu

penyebab terjadinya hipertensi berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan tentang cara pengaturan diet yang benar.

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
1) Tujuan

Keluarga mampu mengenal cara pengaturan diet bagi anggota

keluarga yang menderita penyakit hipertensi.

2) Kriteria hasil

a) Keluarga mampu menyebutkan secara sederhana batas

pengaturan diet bagi anggota kelurga yng menderita hipertensi.

b) Keluarga dapat memahami danmampu mengambil tindakan

sesuai anjuran.

3) Rencana tindakan

a) Beri penjelasan kepada keluarga cara pengaturan diet yang

benar bagi penderita hipertensi.

b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga ,bagaiman caranya

menyediakan makan-makanan rendah garam bagi penderita

hipertensi .

4) Rasional

a) Dengan diberikan penjelasan diharapkan keluarga

menimbulkan peresepsi yang negatip sehingga dapat dijadikan

motivasi untuk mengenal masalah khususnya nutrisi untuk

klieh hiperetensi

b) Dengan diberikan penjelasan keluarga mampu menyajikan

makanan yang rendah garam.

b. Ketidakmampuan dalam mengambil keputusan untuk mengatur diet

terhadap anggota keluarga yang menderita hipertensi berhubungan

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang manfaat dari

pengaturan diet

1) Tujuan

Keluarga dapat memahami tentang manfaat pengaturan diet untuk

klien hipertensi

2) Kriteria hasil

a) Keluarga mampu menjelaskan tentang manfaat pengaturan diet

bagi klien hiperetensi

b) Keluarga dapat menyediakan makanan khusus untuk klien

hipertensi

3) Rencana tindakan

a. Beri penjelasan kepada keluarga tentang manfaat pengaturan

diet untuk klien hipertensi.

b. Beri penjelasan kepada keluarga jenis untuk klien hipertensi.

4) Rasionalisasi

a) Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mampu

melaksanakan cara pengaturan diet untuk klien hipertensi

b) Keluarga diharapkan mengetahui jenis makanan untuk

penderita hipertensi.

c. Ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan diet khusus bagi

penderita hipertensi berhubungan kurangnya pengetahuan tentang cara

pengolahan makanan dalam jumlah yang benar .

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
1) Tujuan

Keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita

hipertensi.

2) Kriteria hasil

a) Kilen dan keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk

penderita hipertensi.

b) Keluarga mampu menyajikan makanan dalam jumlah yang tepat

bagi klien hipertensi.

3) Rencana tindakan

a) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga cara pengolahan

makanan untuki klien hipertensi.

b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jumlah makanan

yang dikonsumsi oleh klien hipertensi.

c) Beri contoh sederhana kepada klien dan keluarga untuk

memnbuat makanan dengan jumlah yang tepat.

4) Rasionalisasi.

a) Dengan diberikan penjelasan diharapkanklien dan keluarga

dapat cara pengolahan makanan untuk klien hipertensi.

b) Diharapkan klien dapat mengkonsumsi makanan sesuai

yang dianjurkan.

c) Dengan diberikan contoh sederhana caara membuat

makanan dalam jumlah yang tepat kilen dan keluarga

mampu menjalankan /melaksanakaannya sendiri.

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
d. Ketidakmampuan menyediakan makanan rendah garam bagi penderita

hipertensi berhubungan dengan kurang pengetahuan dan kebiasaan

sehari-hari yang mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung

garam.

1) Tujuan

Seluruh anggota keluarga membiasakan diri setiap hari

mengkonsumsi makanan yang rendah garam.

2) Kriteria Hasil

a) Klien dan keluarga dapat menjelaskan manfaat makanan yang

rendah garam

b) Klien dan keluarga dapat menjelaskan jenis makanan yang

banyak mengandung garam.

c) Klien dan keluarga mau berubah kebiasaan dari mengkonsumsi

makanan yang banyak mengandung garam.

3) Rencana Tindakan

a) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga tentang pengaruh

garan terhadap klien hipertensi.

b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jenis makana yang

banyak mengandung garam.

c) Beri motivasi kepada klien dan keluarga bahwamereka mampu

untuk merubah kebiasaan yang kurang baik tersebut yang

didasari padea niat dan keinginan untuk merubah.

4) Rasional

a) Diharapkan klien dan keluarga memahami dan mengerti

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
tentang pengaruh garam terhadap klien hipertensi

b) Diharapkan klien dan keluarga dapat menghindari makanan

yang banyak mengandung garam.

c) Dengan diberi motivasi diharapkan klien dan kelarga mau

merubah sikapnya dari yang tidak sehat menjadi sehat

e. Ketidakmampuan menggunakan sumber pemanfaatan tanaman obat

keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan guna dari tanaman

obat keluarga.

1) Tujuan

Diharapkan klien dan keluarga mampu memanfaatkan sumber

tanaman obat keluarga.

2) Kriteria hasil

Klien dan keluarga dapat menyebutkan tanaman obat yang dapat

membantu untuk pengobatan hipertensi

3) Rencana tindakan

a) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga manfaat Toga.

b) Beri penjelasan kepada klien keluarga macam dan jenis

tumbuhan /tanaman yang dapat membantu menurunkan

tekanan darah

c) Anjurkan kepada kepada klien dan keluarga agar berusaha

memiliki tanaman obat keluarga .

4) Rasional

a) Agar klien dan keluarga dapat memahami manfaat Toga.

b) Klien dan keluarga dapat mengetahui jenis tanaman yang dapat

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
menurunkan tekanan darah.

c) Dengan memiliki Toga sendiri klien dapat mengkonsumsi

tanaman obat tersebut kapan saja diperlukan.

5) Pelaksanaan

Pelaksanaan asuhan keperawatan pada anggota keluarga

yang menderita hipertensi sesuai rencana yang telah disusun.

Pada peleksanaan asuhan keperawatan keluarga dapat dilaksanakan

antara lain :

a) Deteksi dini kasus baru.

b) Kerja sama lintas program dan lontas sektoral

c) Melakukan rujukan

d) Bimbingan dan penyuluhan.

5. Evaluasi

Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai (out

put ) dan penilaian selalu berkaitan dengan tujuan.Evaluasi juga dapat

meliputi penilaian input dan porses.

Evaluasi sebagai suatu proses yang dipusatkan pada beberapa dimensi

a) Bila evaluasi dipusatkan pada tujuan kita memperhatikan hasil dari

tindakan keperawatan.

b) Bila evaluasi digunakan pada ketepatgunaan (effisiensi ),maka

dimensinya dapat dikaitkaan dengan biaya.,waktu,tenaga dan

bahan.

c) Kecocokan (Apprioriatenes ) dari tindakan keperawatan adalah

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
kesanggupan dari tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah.

d) Kecukupan (Adecuacy) dari tindakan keperawatan (Family Healt

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2,
Jakarta, EGC,
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Johnson, M., 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Keenam. New
Jersey: Upper Saddle River
Johnson, M., 2016. Nursing Intervension Clasification Edisi Keenam. New Jersey:
Upper Saddle River
,

Arum Puspita Sari Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palu


NIM.PO7120418010

Anda mungkin juga menyukai