Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KELUARGA PADA

KELUARGA “Tn. J” DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JONGAYA


KOTA MAKASSAR

OLEH :

NURUL AZIZA

PO713201201088

Tingkat 3B

CI Lahan CI Institusi

ST. Khaerani, S.Kep., Ns H. Sudirman, SKM., M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

PRODI D-III KEPERAWATAN MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2022/2023


LAPORAN PENDAHULUAN

Konsep Dasar Keluarga

A. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan
dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraaksi satu dengan yang lainnya dalam peran
dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Ali, 2010).
Menurut Duvall dalam (Harmoko, 2012) konsep keluarga merupakan sekumpulan orang yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiram yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum : meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional,
dan sosial dari tiap anggota. Keluarga merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil dalam
masyarakat, penerima asuhan, kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga
saling berhubungan, dan menempati posisi antara individu dan masyarakat (Harmoko, 2012).
B. Tipe Keluarga
Tipe-tipe keluarga dibagi menjadi (Friedman, 2010)
1. Secara tradisional
Secara tradisional, keluarga tradisional dikelompokkan menjadi, yaitu :
a. The Nuclear family (Keluarga inti) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan
anak (kandung atau angkat).
b. The dyad family, suatu rumah tangga yang terddiri dari suami istri tanpa anak.
c. Keluarga usila, keluarga terdiri dari suami dan istri yang sudah usia lanjut, sedangkan
anak sudah memisahkan diri.
d. The childless, keluarga tanpa anak karena terlambat menikah, bisa disebabkan karena
mengejar karir atau penddikan.
e. The extended family, keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga lain,
seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan lain-lain.
f. “Single parent” yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung
atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
g. Commuter family, kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari
minggu atau libur saja.
h. Multigeneration family, beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama
dalam satu rumah.
i. Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan
dan menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang sama.
j. Blended family,beberapa keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
k. “Single adult living alone” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
dewasa.
2. Secara modern
Secara modern (berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualism maka
pengelompokan tipe keluarga selain diatas adalah :
a. The ummaried teenage mother, keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa terutama
ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The step parent family, keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah yang hidup
serumah.
d. The non marital heterosexual cohabiting family, keluarga hidup bersama, berganti-
ganti pasangan tanpa nikah.
e. Gay and lesbian family, seseorang yang mempunyai persamaan sex tinggal dalam satu
rumah sebagaimana pasangan suami istri.
f. Cohabiting couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
alasan tertentu.
g. Group marriage family, beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah,
berbagi semua termasuk sex dan membesarkan anak.
h. Group network family, beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan,
hidup berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama dan bertanggung jawab
membesarkan anak.
i. Foster family, keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan saudara untuk
waktu sementara.
j. Homeless family, keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan saudara
untuk waktu sementara.
k. Gang family, keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan
emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.
C. Tugas dan Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga menurut Friedman & Marylin (2010) adalah sebagai berikut :
1. Tahap I (Keluarga dengan pasangan baru)
Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga baru dengan pergerakan dari
membentuk keluarga asli sampai kehubungan intim yang baru. Tahap ini juga disebut
sebagai tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk
pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan
jaringan kekerabatan, perencanaan keluarga.
2. Tahap II ( Childbearing family )
Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai berusia 30 bulan. Transisi ke
masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci menjadi siklus kehidupan keluarga. Tugas
perkembangan tahap II adalah membentuk keluarga muda sebagai suatu init yang stabil
(menggabungkan bayi yang baru kedalam keluarga), memperbaiki hubungan setelah
terjadinya konflik mengenai tugas perkembangan dan kebutuhan berbagai keluarga,
mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan, memperluas hubungan dengan
keluarga besar dengan menambah peran menjadi orang tua dan menjadi kakek / nenek.
3. Tahap III ( Keluarga dengan anak prasekolah )
Tahap ketiga siklus kehidupan kelaurga dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun dan
diakiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima
orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putru-
saudara perempuan. Tugas perkembangan keluarga tahap III adalah memenuhi kebutuhan
anggota keluarga akan rumah, ruang, privasi dan keamanan yang memadai,
menyosialisasikan anak, mengintegrasi anak kecil sebagai anggota keluarga baru sementera
tetap.
4. Tahap IV ( Keluarga dengan anak sekolah )
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah daam waktu penuh, biasanya
pada usia 5 tahun dan diakhiri ketika mencapai pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga
biasanya mencapai jumlah anggota keluarga maksimal dan hubungan keluarga pada tahap
ini juga maksimal. Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV adalah menyosialisasikan
anak-anak terasuk meningkatkan prestasi, mempertahankan hubungan pernikahan yang
memuaskan.
5. Tahap V ( Keluarga dengan anak remaja )
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau peralanan kehidupan
keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun
dapat lebih singkat jika akan meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama, jika anak
tetap tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan utama pada keluarga
tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatan keluarga untuk memberikan tanggung
jawab dan kebebasan remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi orang
dewasa muda.
6. Tahap VI ( Keluarga melepaskan anak dewasa muda )
Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan perginya anak pertama dari rumah
orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga ttelah
meninggalkan rumah. Tugas keluarga pada tahap ini adalah memperluas lingkaran keluarga
terhadap anak dewasa muda, temasuk memasukkan anggota kelaurga baru yang berasa dari
pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan kembali
hubungan pernikahan, membantu orang tua suami dan istri yang sudah menua dan sakit.
7. Tahap VII ( Orang tua paruh baya )
Merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir dengan pension atau kematian salah satu pasangan.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyediakan lingkungan yang
meningkatkan kesehatan, mempertahankan kepuasan dan hubungan yang bermakna antara
orangtua yang telah menua dan anak mereka, memperkuat hubungan pernikahan.
8. Tahap VIII ( Keluarga lansia dan pensiunan )
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pension salah satu atau kedua
pasangan, berlanjut sampai salah satu kehilangan pasangan dan berakhir kematian
pasangan lain. Tujuan perkembangan tahap keluarga ini adalah mempertahankan penataan
kehidupan yang memuaskan.
D. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (2013) ada lima fungsi keluarga :
1. Fungsi afektif
Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan psikosoial anggota
keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka kelaurga akan dapat mencapai tujuan
psikososial yang utama, membentuk sifat kemanusiaan dalam diri anggota keluarga,
stabilisasi kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin secara lebih akrab dan harga
diri.
2. Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial
Sosialiasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian. Sosialisasi merupakan
suatu proses yang berlangsung seumur hidup, karena individu secara lanjut mengubah
perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka
alami. Sosialisasi merupakan proses perkembangan atau perubahan yang dialami oleh
seorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan pembelajaran peran-peran sosial.
3. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarha secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan keluarga
Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan kesehatan dan praktik-
praktik sehat (yang mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara individual)
merupakan bagian yang paling relevan dari fungsi perawatan kesehatan.
E. Peran Perawat Keluarga
Ada tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto dalam Fajri (2017) adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga, terutama
untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang memiliki masalah
kesehatan.
2. Sebagai coordinator pelaksana pelayanan kesehatan
Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif.
Pelayanan keperawatan yang berkesinambungan diberikan untuk menghindari kesenjangan
antara keluarga dan unit pelayanan kesehatan.
3. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan
anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan. Dengan demikian, anggota
keluarga yang sakit dapat menjadi “entry point” bagi perawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan keluarga secara komprehensif.
4. Sebagai supervise pelayanan keperawatan
Perawat melakukan supervise ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan
rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak. Kunjungan
rumah tersebut dapat direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak, sehingga perawat
mengetahui apakah keluarga menerapkan asuhan yang diberikan oleh perawat.
5. Sebagai pembela (Advokat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hak-hak keluarga klien.
Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan serta memodifikasi sistem pada perawatan
yang diberikan untuk memenuhi hak dan kebutuhan keluarga. Pemahaman yang baik oleh
keluarga terhadap hak dan kewajiban mereka sebagai klien mempermudah tugas perawat
untuk memandirikan keluarga.
6. Sebagai fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga, dan masyarakat untuk
memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta
dapat membantu jalan keluar dalam mengatasi masalah.
7. Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami masalah-masalah kesehatan
yang dialami oleh anggota keluarga. Masalah kesehatan yang muncul didalam keluarga
biasanya terjadi menurut siklus atau budaya yang dipraktikkan keluarga.
Selain peran perawat keluarga diatas, ada juga peran perawat keluarga dalam pencegahan
primer, sekunder, dan tersier, sebgai berikut :

1) Pencegahan primer
Peran perawat dalam pencegahan primer mempunyai peran yang penting dalam upaya
penceghan terjadinya penyakit dan memelihara hidup sehat.
2) Pencegahan sekunder
Upaya yang dilakukan oleh perawat adalah mendeteksi dini terjadinya penyakit pada
kelompok risiko, diagnosis, dan penanganan segera yang dapat dilakukan oleh perawat.
Penemuan kasus baru merupakan upaya pencegahan sekunder, sehingga segera dapat
dilakukan tindakan. Tujuan dari pencegahan sekunder adalah mengendalikan
perkembangan penyakit dan mencegh kecacatan lebih lanjut. Peran perawat adalah merujuk
semua anggota keluarga untuk skrining, melakukan pemeriksaan, dan mengkaji riwayat
kesehatan.
3) Pencegahan tersier
Peran perawat pada upaya pencegahan tersier ini bertujun mengurangi luasnya dan
keparahan masalah kesehatan, sehingga dapat meminimalkan ketidakmampuan dan
memulihkan atau memelihara fungsi tubuh. Fokus utama adalah rehabilitasi. Rehabilitasi
meliputi pemulihan terhadap individu yang cacat akibat penyakit dan luka, sehingga
mereka dapat berguna pada tingkat yang paling tinggi secara fisik, sosial, emosional.

Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

Proses pengkajian keluarga dapat berasal dari berbagai sumber seperti wawancara, observasi rumah
keluarga dan fasilitasnya, pengalaman yang dilaporkan anggota keluarga.

A. Pengkajian Keperawatan Keluarga


Pengkajian keperawatan keluarga adalah suatu tindakan peninjauan situasi manusia
untuk memperoleh data tentang klien dengan maksud menegaskan situasi penyakit, diagnose
klien, penetapan kekuatan, dan kebutuhan promosi kesehatan klien.
Pengkajian keperawatan merupakan proses pengumpulan data. Pengumpulan data
adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk
menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien.
Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan.
Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang
dihadapi klien. Selanjutnya, data dasar tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis
keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah-masalah klien.
Pengkajian menurut Friedman (2013) dalam asuhan keperawatan keluarga diantaranya:

1. Data Umum
1) Yang perlu dikaji pada data umum antara lain nama kepala keluarga dan anggota
keluarga, alamat, jenis kelamin, umur, pekerjaan dan pendidikan. Pada pengkajian
pendidikan diketahui bahwa pendidikan berpengaruh pada kemampuan dalam
mengetahui penyakit yang diderita oleh keluarga.
2) Genogram. Dengan adanya genogram dapat diketahui faktor genetik atau faktor
bawaan yang sudah ada pada diri manusia.
3) Tipe keluarga. Menjelaskan mengenai tipe / jenis keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi pada keluarga tersebut. Biasanya dapat terjadi pada
bentuk keluarga apapun.
4) Suku. Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya suku bangsa
dan kebiasaan adat penderita tersebut terkait dengan penyakit.
5) Agama. Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi penyakit yang diderita keluarga.
6) Status sosial ekonomi. Status sosial ekonomi dapat dilihat dari pendapatan keluarga
dan kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan keluarga. Pada pengkajian status sosial
ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang. Dampak dari
ketidakmampuan keluarga membuat seseorang enggan memeriksakan diri ke dokter
dan fasilitas kesehatan lainnya.
7) Aktifitas rekreasi keluarga. Rekreasi keluarga dapat dilihat dari kapan saja keluarga
pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, kegiatan menonton
televise serta mendengarkan radio.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga ini. Tahap
perkembangan keluarga yang berisiko mengalami masalah kesehatan adalah tahap
perkembangan keluarga dengan usia pertengahan dan lansia. Karena pada tahap ini
terjadi progress degenerative yaitu suatu kemunduran fungsi sistem organ tubuh,
termasuk penurunan fungsi dari sel.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan mengenai
tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala-
kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat penyakit keturunan,
riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap
pencegahan penyakit termasuk status imuniasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa
digunakan keluarga dalam pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat kesehatan sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami dan istri untuk
mengetahui kemungkinan jika penyakit yang terjadi pada pasien merupakan faktor
keturunan.
3. Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah
ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah tangga,
jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber air minum yang digunakan serta
denah rumah (Friedman, 2010).
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yang
meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan / kesepakatan penduduk setempat, budaya
setempat yang mempengaruhi kesehatan keluarga.
3) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan keluarga berpindah
tempat tinggal.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dalam masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga dengan
masyarakat. Misalnya perkumpulan keluarga nti saat malam hari, karena saat malam
hari orang tua sudah pulang bekerja dan anak-anak sudah pulang sekolah atau
perkumpulan keluarga besar saat ada perayaan seperti hari raya. Interaksi dengan
masyarakat bisa dilakukan dengan dilakukan kegiatan-kegiatan di lingkungan tempat
tinggal seperti gotong royong dan arisan RT/RW.
5) Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk
menunjang kesehataan mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau pendukung
dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat
terhadap pasien.
4. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi keluarga merupakan karakteristik, interaksi sirkular yang
bersinambungan yang menghasilkan arti transaksi antara anggota keluarga. Pola
komunikasi melalui interaksi dan mampu mencukupi keperluan afektif keluarga.
Keahilan kelompok keluarga guna mengetahui serta meresponpesan nonverbal
merupakan askep penting pada keluarga yang sehat. Pola komunikasi yang tidak sehat
dapat memicu terjadinya kesalahpahaman terhadap kelompok keluarga yang bisa
berisiko terhadap penyakit terutama pada anggota yang berusia dewasa sampai lanjut.
2) Struktur peran keluarga
Sebuah peran diartikan menjadi gabungan melalui sikap yang secara relative homogen
dibatasi secara normative dan diharapkan dari seorang yang menepati posisi sosial yang
diberikan. Peran berdasarkan pada penghargaan atau penetapan karakter yang
memisahkan hal apa saja yang perlu dijalankan bagi idnvidu disaat keadaan spesifik
supaya menyempurnakan pengharapan diri ataupun orang lain tentang mereka. Adanya
anggota keluarga yang terkena penyakit memerlukan peran informal keluarga selama
mengurus anggota keluarga sekaligus sebagai sistem dukungan bagi anggota keluarga.
3) Nilai dan norma keluarga
Nilai keluarga didefinisikan sebagai suatu sistem ide, perilaku, dan keyakinan tentang
nilai suatu hal atau konsep yang secara sadar maupun tidak sadar mengikat anggota
keluarga dalam kebudayaan sehari-hari atau kebudayaan umum.
Norma keluarga adalah perilaku yang dianggap benar oleh masyarakat, sebagai sesuatu
yang berdasarkan pada sistem nilai keluarga. Norma menentukan perilaku peran bagi
setiap posisi di dalam keluarga dan masyarakat serta menetapkan bagaimana
mempertahankan atau menjaga hubungan timbal balik, dan bagaimana perilaku peran
dapat berubah dengan perubahan usia.
4) Struktur kekuatan keluarga
Dukungan pada anggota keluarga yang sakit diperlukan bagi anggota keluarga seperti
mengingatkan atau menghindari faktor resiko, dan mengingatkan untuk melakukan
kontrol.
5. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan
dimiliki dalam keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya dan seberapa jauh keluarga saling asuh dan
saling mendukung, hubungan baik dengan orang lain, menunjukkan rasa empati,
perhatian terhadap perasaan (Friedman, 2010). Semakin tinggi dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga yang sakit, semakin mempercepat kesembuhan dari
penyakitnya. Fungsi ini merupakan basis sentral bagi pembentukan kelangsungan unit
keluarga. Fungsi ini berkaitan dengan persepsi keluarga terhadap kebutuhan emosional
para anggota keluarga. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan mengakibatkan
ketidakseimbangan keluarga dalam mengenal tanda-tanda gangguan kesehatan
selanjutnya. Bagaimana keluarga merasakan hal-hal yang dibutuhkan oleh individu lain
dalam keluarga tersebut.
2) Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota
keluarga belajar disiplin, norma, budaya, penghargaan, hukuman, dan perilaku serta
memberi dan menerima cinta (Friedman,, 2010). Keluarga yang memberikan
kebebasan kepada anggota keluarga yang menderita penyakit untuk berinteraksi
dengan lingkungan akan mengurangi tingkat stress keluarga.
3) Fungsi perawatan keluarga
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta
merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai
sehat sakit. Kesanggupan keluarga didalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat
dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas pokok keluarga, yaitu :
a. Mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, sejauh mana
keluarga mengetahui pengertian, faktor penyebab, tanda dan gejala serta yang
mempengaruhi keluarga terhadap masalah.
b. Mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan
kesehatan kesehatan yang tepat. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama
untuk mencari pertolongan yang sesuai dan tepat untuk keluarga dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan
dan menentukan tindakan dalam keluarga.
c. Mengetahui sejauh mana keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
menderita penyakit bagaimana keadaan penyakitnya dan cara merawat anggota
keluarga yang sakit.
d. Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah
yang sehat. Bagaimana keluarga mengetahui keuntungan atau manfaat
pemeliharaan lingkungan kemampuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan
akan dapat mencegah timbulnya komplikasi dari penyakitnya. Pemelihaan
lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan keluarga dan membantu
penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan
biasanya disebabkan karena terbatasnya sumber-sumber keluarga diantaranya
keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat.
e. Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
yang mana akan mendukung terhadap kesehatan seseorang. Keluarga mengetahui
ke fasilias kesehatan mana anggota keluarga yang menderita penyakit untuk
melakukan pengontrolan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Kemampuan
keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan akan membantu
anggota keluarga yang sakit memperoleh pertolongan dan mendapat perawatan
agar masalah teratasi.
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah berapa jumlah anak,
apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga, metode yang
digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga.
5) Fungsi ekonomi
Menjelaskan sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan
serta sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada dimasyarakat dalam upaya
peningkatan status kesehatan keluarga. Pada keluarga dengan tingkat ekonomi yang
mencukupi akan memperhatikan kebutuhan perawatan penderita penyakit.
6. Stress dan Koping Keluarga
1) Stressor jangka pendek
Stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang
dari enam bulan
2) Stressor jangka panjang
Stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari
enam bulan
3) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Stressor dikaji sejauh mana keluarga berespon terhadap stressor
4) Strategi koping yang digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan / stress
5) Strategi adaptasi disfungsional
Menjelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalah / stress
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dapay dilakukan pada seluruh anggota keluarga. Metode yang digunakan
pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik klinik.
8. Harapan Keluarga
Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat (petugas kesehatan) untuk
membantu penyelesaian masalah kesehatan yang terjadi.
B. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke sistem keluarga dan
subsistemnya serta merupakan hasil pengkajian keperawatan. Diagnosa keperawatan keluarga
termasuk masalah kesehatan actual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki
kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan pendidikan dan
pengalaman (Friedman & Marylin, 2010). Adapun diagnosa yang bisa muncul pada keluarga :
1. Nyeri akut (D.0077) b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
2. Gangguan Rasa Nyaman (D.0074) b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
3. Defisit Pengetahuan (D.0111) b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
4. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif (D.0115) b.d ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit
5. Koping Tidak Efektif (D.0096) b.d ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang direncanakan
oleh perawat untuk membantu dalam mengatasi masalah keperawatan dengan melibatkan
anggota keluarga. Perencanaan keperawatan juga dapat diartikan sebagai suatu proses
penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan,
atau mengurangi masalah-masalah klien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam
membuat suatu proses keperawatan.
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan. Sedangkan tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan pada
intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi (PPNI, 2018).
D. Implementasi Keperawatan Keluarga
Tindakan perawat adalah upaya perawat untuk membantu kepentingan klien, keluarga,
dan komunitas dengan tujuan untuk meningkatkan kondisi fisik, emosional, psikososial, serta
budaya dan lingkungan tempat mereka mencari bantuan. Tindakan keperawatan adalah
implementasi/pelaksanaan dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Implementasi dapat dilakukan oleh banyak orang seperti klien (individu atau keluarga),
perawat dan anggota tim perawatan kesehatan yang lain, keluarga luas dan orang-orang lain
dalam jaringan kerja sosial keluarga.
E. Evaluasi Keperawatan Keluarga
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria
dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Evaluasi dapat dilaksanakan
dengan SOAP, dengan pengertian “S” adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan
secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan, “O” adalah
keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan penglihatan, “A”
merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon keluarga secara subjektif dan objektif,
“P” adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan tindakan
DAFTAR PUSTAKA

ANGGRAENI, A. (2014). Asuhan keperawatan keluarga dengan fokus utama anggota keluarga
menderita hipertensi pada keluarga bapak h di Desa Kalicupak Kidul (Doctoral dissertation,
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO).

Larwuy, H. M., & Azizah, U. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN R DENGAN
MASALAH HIPERTENSI PADA NY K DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PULOREJO KABUPATEN
MOJOKERTO (Doctoral dissertation, Perpustakaan UNIVERSITAS Bina Sehat PPNI).

LUTHFIYAH, L. D. (2022). Asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Bapak S dengan masalah
athritis Reumatoid di wilayah kerja pusesmas Gulai Bancah Bukittinggi tahun 2019 (Doctoral
dissertation, Universitas Perintis Indonesia).

SYAHIDAH, N., & Widiyanto, B. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN
ASAM URAT MELALUI PENERAPAN SENAM ERGONOMIS UNTUK MENURUNKAN
KADAR ASAM URAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DEMPET KABUPATEN DEMAK.

Zahara, R. (2013). Artritis Gout Metakarpal dengan Perilaku Makan Tinggi Purin Diperberat oleh
Aktifitas Mekanik Pada Kepala Keluarga dengan Posisi Menggenggam Statis. Jurnal Medula, 1(03),
67-76.

HASIBUAN, R. S. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NYERI KRONIS PADA


KELUARGA BAPAK S KHUSUSNYA IBU J DENGAN ASAM URAT MENINGKAT TAHAP LANSIA
DI SUMBERREJO KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN 2021 (Doctoral dissertation, Poltekkes
Tanjungkarang).

Anda mungkin juga menyukai