DISUSUN OLEH :
BUSRAN UNIYADIN
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga menurut UU No. 52 Tahun 2009 adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau
ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. 19 Keluarga adalah sekumpulan
orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga (Friedman,
2013).
2. Bentuk Keluarga
a. Keluarga tradisional
1) The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas
suami, istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat.
2) The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri
atas suami dan istri tanpa anak. Hal yang perlu Anda ketahui,
keluarga ini mungkin belum mempunyai anak atau tidak mempunyai
anak.
3) Single parent yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan
anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
4) Single adult yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang
dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak
menikah atau tidak mempunyai suami.
5) Extended family yaitu keluarga yang terdiri atas keluarga inti
ditambah keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan 20
sebagainya. Tipe keluarga ini banyak dianut oleh keluarga Indonesia
terutama di daerah pedesaan.
6) Middle-aged or elderly couple yaitu orang tua yang tinggal sendiri di
rumah (baik suami/istri atau keduanya), karena anakanaknya sudah
membangun karir sendiri atau sudah menikah.
7) Kin-network family yaitu beberapa keluarga yang tinggal bersama
atau saling berdekatan dan menggunakan barangbarang pelayanan,
seperti dapur dan kamar mandi yang sama.
b. Tipe keluarga nontradisional
1) Unmarried parent and child family yaitu keluarga yang terdiri atas
orang tua dan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) Cohabitating couple yaitu orang dewasa yang hidup bersama di luar
ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
3) Gay and lesbian family yaitu seorang pasangan yang mempunyai
persamaan jenis kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana
pasangan suami istri.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family yaitu keluarga yang
hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5) Foster family yaitu keluarga menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang
tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya(Kholifah & Widagdo, 2016).
3. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (2013) ada lima fungsi keluarga:
a. Fungsi afektif
Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan
psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka
keluarga akan dapat mencapai tujuan psikososial yang utama,
membentuk sifat kemanusiaan dalam diri anggota keluarga, stabilisasi
kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin secara lebih akrab,
dan harga diri.
b. Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial
Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian.
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup,
karena individu secara lanjut mengubah perilaku mereka sebagai respon
terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami. Sosialisasi
merupakan proses perkembangan atau perubahan yang dialami oleh
seorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan pembelajaran
peran-peran sosial.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber
daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi
dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan
kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang memengaruhi status kesehatan
anggota keluarga secara individual) merupakan bagian yang paling
relevan dari fungsi perawatan kesehatan.
4. Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga menurut Friedman & Marylin (2010) adalah
berikut :
a. Tahap I ( Keluarga dengan pasangan baru )
Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga baru
dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan
intim yang baru. Tahap ini juga disebut sebagai tahap pernikahan. Tugas
perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk pernikahan yang
memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan
jaringan kekerabatan, perencanaan keluarga.
b. Tahap II (Childbearing family)
Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai berusia 30
bulan.Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci
menjadi siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan tahap II adalah
membentuk keluarga muda sebagai suattu unit yang stabil
( menggabungkan bayi yang baru kedalam keluarga), memperbaiki
hubungan setelah terjadinya konflik mengenai tugas perkembangan dan
kebutuhan berbagai keluarga, mempertahankan hubungan pernikahan
yang memuaskan, memperluas hubungan dengan hubungan dengan
keluarga besar dengan menambah peran menjadi orang tua dan menjadi
kakek/nenek.
c. Tahap III (Keluarga dengan anak prasekolah)
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama
berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat
ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan
suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putri-saudara
perempuan. Tugas perkembangan keluarga tahap III adalah memenuhi
kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruang, privasi dan keamanan
yang memadai, menyosialisasikan anak, mengintegrasi anak kecil
sebagai anggota keluarga baru sementara tetap memenuhi kebutuhan
anak lain, mempertahankan hubungan yang sehat didalam keluarga dan
diluar keluarga.
d. Tahap IV (Keluarga dengan anak sekolah)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu
penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai
pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal dan hubungan keluarga pada tahap ini juga maksimal.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV adalah menyosialisasikan
anak- anak termasuk meningkatkan restasi, mempertahankan hubungan
pernikahan yang memuaskan.
e. Tahap V (Keluarga dengan anak remaja)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau
perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung
selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak
meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama, jika anak tetap
tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan utama
pada keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatan
keluarga untuk meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang
lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda.
f. Tahap VI ( keluarga melepaskan anak dewasa muda)
Permulaan fase kehidupan keluarga in ditandai dengan perginya anak
pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”,
ketika anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tugas keluarga
pada tahap ini adalah memperluas lingkaran keluarga terhadap anak
dewasa muda, termasuk memasukkan anggota keluarga baru yang
berasal dari pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbarui
dan menyesuaikan kembali hubungan pernikahan, membantu orang tua
suami dan istri yang sudah menua dan sakit.
g. Tahap VII (Orang tua paruh baya)
Merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak
terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian
salah satu pasangan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan,
mempertahankan kepuasan dan hubungan yang bermakna antara
orangtua yang telah menua dan anak mereka, memperkuat hubungan
pernikahan.
h. Tahap VIII (Keluarga lansia dan pensiunan)
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun salah
satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai salah satu kehilangan
pasangan dan berakhir dengan kematian pasangan lain. Tujuan
perkembangan tahap keluarga ini adalah mempertahankan penataan
kehidupan yang memuaskan.
B. Konsep Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka morbiditas
maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase
darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 mmHg
menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto,2014).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi
juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh
darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (Sylvia A.
Price, 2015).
2. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan hasil ukur tekanan darah menurut Joint
National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Bloods
Preassure (JNC) ke-VIII dalam Smeltzer & Bare (2010) yaitu < 130mmHg
untuk tekanan darah systole dan < 85 mmHg untuk tekanan darah diastole.
Tabel klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas tidak
sedang memakai obat antihipertensi dan tidak sedang sakit akut
Kategori Sistol Diastol
(mmHg) (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (Hipertensi Ringan) 140 - 159 90 - 95
Sub grup: perbatasan 140 - 149 90 - 94
Tingkat 2 (Hipertensi sedang) 140 - 179 100 - 109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥180 ≥110
Sumber : Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment
of High Blood Preassure (JNC) ke VIII
3. Etiologi Hipertensi
Menurut Smeltzer dan Bare (2000) penyebab hipertensi dibagi menjadi 2,
yaitu :
a. Hipertensi Esensial atau Primer
Menurut Lewis (2000) hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi
dimana penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan. Kurang lebih
90% penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial sedangkan 10%
nya tergolong hipertensi sekunder. Onset hipertensi primer terjadi pada
usia 30-50 tahun. Pada hipertensi primer tidak ditemukan penyakit
renovakuler, aldosteronism, pheochro-mocytoma, gagal ginjal, dan
penyakit lainnya. Genetik dan ras merupakan bagian yang menjadi
penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor lain yang
diantaranya adalah faktor stress, intake alkohol moderat, merokok,
lingkungan, demografi dan gaya hidup.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui,
antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
(hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme). Golongan
terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka
penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita
hipertensi esensial.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kekmampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
5. Komplikasi Hipertensi
Komplikasi dari hipertensi menurut Yuda (2011) :
a. Arteriosklerosis
Hipertensi dapat menyebabkan pergeseran, penebalan, dan kekuatan
pada pembuluh darah arteri sehingga memungkinkan untuk rusak. Efek
laanjutan dari kerusakan dari pembuluh darah arteri ini adalah gangguan
sirkulasi darah yang mengarah pada serangan jantung.
b. Aneurisma (pembuluh darah yang bengkak)
Hipertensi yang tidak terkendali bisa menyebabkan pembuluh darah
menjadi tipis dan mengembang, dan mengakibatkan aneurisma. Hal ini
bisa berakibat fatal jika aneurisma pecah.
c. Gagal jantung
Fungsi dari jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh. Apabila
jantung memberikan tekanan yang terlalu tinggi untuk mengalirkan
darah, maka diperlukan kerja jantung yang besar. Kondisi seperti ini
akan menyebabkan otot jantung menjadi lebih tebal, tetapi jantung
bekerja terlalu keras dalam waktu ynag lama, maka lama-kelamaan otot
jantung akan mengalami kelelahan dan tidak mampu untuk bekerja
memompa darah secara optimal.
d. Stroke
Pecahnya aneurisma di otak bisa menyebabkan stroke. Hipertensi yang
tidak terkendali juga bisa menyebabkan pembekuan darah di arteri
karotis (arteri di leher). Bekuan darah tersebut bisa menyebabkan stroke
emboli bila memasuki otak.
e. Gagal ginjal
Hipertensi yang tidak terkendali akan memengaruhi arteri di ginjal,
menyebabkan kerusakan pada fungsi ginjal.
f. Retinopati
Retinopati merupakan kerusakan pembuluh darah pada jaringan peka
cahaya di bagian belakang mata. Hipertensi yang tidak terkendali akan
memengaruhi arteriol (cabang arteri) di mata, sehingga menyebabkan
lesi.
g. Disfungsi ereksi
Disfungsi ereksi merupakan ketidakmampuan seseorang untuk
mempertahankan ereksi untuk melakukan penetrasi. Kondisi ini memang
banyak ditemukan pada penderita dengan tekanan darah tinggi, diabetes,
merokok, atau mengkonsumsi obat antidepresan. Dalam hal ini,
hipertensi dapat menyebabkan pengurangan perfusi atau suplai darah ke
genetalia pria.
h. Gangguan kognitif dan demensia gangguan daya pikir dan isi pikir
Tekanan darah yang tinggi bisa mempengaruhi kesehatan otak. Hasilnya
akan muncul dimensia atau pikun dan gangguan kognitif atau daya pikir.
Penyebabnya hampir sama dengan yang terjadi pada retina mata, yaitu
penyempitan arteri di beberapa bagian otak. Individu yang mengalami
gangguan ini akan mengalami masalah dalam ingatan, berhitung,
berpikir, memutuskan sesuatu, memilih, dan lain sebagainya.
6. Penatalaksanaan Hipertensi
Tujuan penatalaksanaan pada klien dengan hipertensi adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortilitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap
program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan
kualitas hidup sehubungan dengan terapi (Arif Muttaqin, 2009).
a. Penatalaksanaan Nonfarmakologis
Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia
(2015), menjalani pola hidup yang sehat dapat menurunkan tekanan
darah, dan sangat bermanfaat dalam menurunkan risiko permasalahan
kardiovaskular lainnya. Pada pasien hipertensi derajat satu, tanpa faktor
risiko kardiovaskular lain, maka strategi mengubah pola hidup sehat
merupakan penatalaksanaan tahap awal dan harusdilakukan kurang lebih
selama 4 sampai 6 bulan. Apabila setelah jangka waktu tersebut tidak
mengalami penurunan tekanan darah atau didapatkan faktor risiko
kardiovaskular yang lain, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi
farmakologi. Adapun pola hidup sehat yang dianjurkan oleh guidelines
adalah :
1) Penurunan berat badan.
Mengganti makanan tidak sehat dengan cara memperbanyak
konsumsi sayuran dan buah-buahan yang dapat memberikan manfaat
lebih selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari diabetes
dan dislipidemia.
2) Mengurangi asupan garam.
Diet rendah garam bermanfaat untuk mengurangi dosis obat
antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk
asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari.
3) Olahraga
Olahraga dapat dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60 menit/
hari, minimal 3 hari/ minggu. Olahraga dapat menurunkan tekanan
darah. Pada pasien yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga
secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki,
mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka
di tempat kerjanya.
4) Mengurangi konsumsi alkohol
Meskipun mengkonsumsi alkohol belum menjadi pola hidup yang
umum di Indonesia, namun jumlah seseorang yang mengkonsumsi
alkohol mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan
pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota besar. Konsumsi alkohol
lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita,
dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian menghindari
konsumsi alkohol sangat membantu dalam penurunan tekanan darah.
5) Berhenti merokok
Meskipun belum terbukti berefek langsung dapat menurunkan
tekanan darah, akan tetapi merokok merupakan salah satu faktor
risiko utama penyakit kardiovaskular, sehingga pasien yang
mengalami hipertensi sangat dianjurkan untuk berhenti merokok.
b. Penatalaksanaan Farmakologis
Menurut Arif Muttaqin (2009), obat-obatan antihipertensi dapat dipakai
sebagai obat tunggal atau dicampur dengan obat lain. Obat-obatan ini
diklasifikasikan menjadi lima kategori yaitu :
1) Diuretik
Hidroklorotiazid adalah diuretik yang paling sering diresepkan untuk
mengobati hipertensi ringan. Hidroklorotiazid dapat diberikan sendiri
pada pasien dengan hipertensi ringan atau pasien yang baru. Banyak
obat antihipertensi yang dapat menyebabkan retensi cairan; karena
itu, seringkali diuretic diberikan bersama dengan antihipertensi.
2) Simpatolitik
Penghambat (adrenergic bekerja di sentral simpatolitik), penghambat
adrenergic alfa, dan penghambat neuron adrenergic diklasifikasikan
sebagai penekan simpatetik, atau simpatolitik. Penghambat
adrenergic beta, dibahas sebelumnya juga dianggap sebagai
simpatolitik menghambat reseptor beta.
3) Penghambat Adrenergik-Alfa
Golongan obat ini memblock reseptor adrenergic alfa 1,
menyebabkan vasodilatasidan penurunan tekanan darah. Penghambat
beta juga menurunkan lipoprotein berdensitas sangat rendah (very
low-density lipoprotein-VLDL) dan lipoprotein berdesitas rendah
(low-density lipoprotein-LDL) yang bertanggung jawab dalam
penimbunan lemak di arteri (arteriosklerosis).
4) Penghambat Neuron Adrenergik (Simpatolitik yang bekerja perifer)
Penghambat neuron adrenergik merupakan obat antihipertensi yang
kuat yang menghambat norepinephrine dari ujung saraf simpatis,
sehingga pelepasan norepinephrine menjadi berkurang dan ini
menyebabkan baik curah jantung maupun tahanan vaskular perifer
menurun. Reserpine dan guanetidin (dua obat yang paling kuat)
dipakai untuk mengendalikan hipertensi berat. Hipertensi ortostatik
merupakan efek samping yang sering terjadi,pasien harus ajarkan
untuk bangkit perlahan-lahan dari posisi berbaring atau dari posisi
duduk. Obat-obat dalam kelompok ini dapat menyebabkan retensi
natrium dan air.
5) Vasodilator
Arteriol yang Bekerja Langsung Vasodilator yang bekerja langsung
adalah obat tahap 3 yang bekerja dnengan merelaksasikan otot-otot
polos pembuuh darah, terutama arteri, sehingga menyebabkan
vasodilatasi. Dengan terjadinya vasodilatasi, tekanan darah akan
turun dan natrium serta air tertahan sehingga terjadi edema perifer.
Diuretik dapat diberikan bersama-sama 24 dengan vasodilator yang
bekerja langsung untuk mengurangi edema. Reflek takikardia
disebabkan oleh vasodilatasi dan menurunnya tekanan darah.
6) Antagonis Angiotensin (ACE Inhibitor)
Obat dalam golongan ini menghambat enzim mengubah angiotensin
(ACE), yang nantinya akan menghambat pembentukan angiotensin II
(vasokonstriktor) dan menghambat pelepasan aldosterone.
Aldosterone meningkatkan retensi natrium natrium dan ekskresi
kalium. Jika aldosterone dihambat, natrium diekskresikan bersama-
sama dengan air. Kaptropil, enalapril, dan lisonopril adalah ketiga
antagonis angiotensin. Obat-obatan ini dipakai pada pasien dengan
kadar renin serum yang tinggi.
8. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula
adrenal menyekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi. Untuk pertimbangan gerontologi perubahan struktural
dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).
9. Pathway
Hipertensi
Ansietas
Vasokosintriksi
Gangguan sirkulasi paparan informasi Kurang
Hipervolemia
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga.
Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat menggunakan metode
wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada
anggota keluarga dan data sekunder.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga dan genogram
6) Tipe keluarga
7) Suku bangsa
8) Agama
9) Status sosial ekonomi keluarga
10) Aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua
dari keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai
tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta
kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan
pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap
pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa
digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap
pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah
perilaku.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan
norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan
kesehatan.
5) Fungsi keluarga :
a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan
tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi
atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga
belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu menjelaskan sejauh mana
keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta
merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan
keluarga mengenal sehat sakit. Kesanggupan keluarga dalam
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan
keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu
mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan kesehatan pada
anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh
mana kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil
keputusan dalam tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit,
menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan dan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
6) Stres dan koping keluarga
a) Stressor jaangka pendek dan panjang
(1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5
bulan.
(2) Stressorr jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6
bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
d) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi
permasalah
e) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua
anggotaa keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan
fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan
keluarga yang dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan
harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Dari pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas maka diagnosa
keperawatan keluarga yang mungkin muncul adalah :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi
pada anggota keluarga
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi penyakit hipertensi
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi
lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
guna perawatan dan pengobatan hipertensi
3. Intervensi
Membuat Perencanaan Menurut Suprajitno perencanaan keperawatan
mencakup tujuan umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang
dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab.
Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada
kriteria dan standar. Perencanaan yang dapat dilakukan pada asuhan
keperawatan keluarga dengan hipertensi ini adalah sebagai berikut :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi
pada keluarga.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan
mengerti tentang penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi setelah tiga kali
kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit
hipertensi.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan
gejala penyakit hipertensi serta pencegahan dan pengobatan penyakit
hipertensi secara lisan.
Intervensi :
1) Jelaskan arti penyakit hipertensi
2) Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit hipertensi
3) Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi penyakit hipertensi.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui
akibat lebih lanjut dari penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota
keluarga dengan hipertensi setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil
tindakan yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat
hipertensi dan dapat mengambil keputusan yang tepat.
Intervensi:
1) Diskusikan tentang akibat penyakit hipertensi
2) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota
keluarga yang menderita hipertensi.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat
anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap
anggota keluarga yang menderita hipertensi setelah tiga kali kunjungan
rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan
perawatan penyakit hipertensi
Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang
menderita penyakit hipertensi secara tepat.
Intervensi:
1) Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit hipertensi.
2) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan
olah raga khususnya untuk anggota keluarga yang menderita
hipertensi.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi
lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi berhubungan.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang
pengaruh lingkungan terhadap penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat
menunjang penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan
rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh
lingkungan terhadap proses penyakit hipertensi
Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat
mempengaruhi penyakit hipertensi.
Intervensi :
1) Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan
mengatasi penyakit hipertensi misalnya :
a) Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan
misalnya benda yang tajam.
b) Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.
c) Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi
terjadinya iritasi.
2) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
guna perawatan dan pengobatan hipertensi.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.
Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang
tepat untuk mengatasi penyakit hipertensisetelah dua kali kunjungan
rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus
meminta pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit
hipertensi.
Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.
Intervensi : Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta
pertolongan untuk perawatan dan pengobatan hipertensi.
4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan
kolaborasi (Wartonah, 2015).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus
berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan
komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang
membandingkan antara proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan
menilai efektif tidaknya dari proses keperawatan yang dilaksanakan serta
hasil dari penilaian keperawatan tersebut digunakan untuk bahan
perencanaan selanjutnya apabila masalah belum teratasi. Evaluasi
keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan guna
tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu
pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana
dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan pasien (Dinarti &Muryanti, 2017)
Menurut (Asmadi, 2008) terdapat 2 jenis evaluasi :
a. Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah
perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanaan. Perumusan
evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan
istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data
hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan teori) dan
perencanaan. Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai
berikut: Kartu SOAP (data subjektif, data objektif, analisis/assessment,
dan perencanaan/plan) dapat dipakai untuk mendokumentasikan
evaluasi dan pengkajian ulang.
1) S ( Subjektif ): data subjektif yang diambil dari keluhan klien,
kecuali pada klien yang afasia.
2) O (Objektif): data objektif yang siperoleh dari hasil observasi
perawat, misalnya tanda-tanda akibat penyimpangan fungsi fisik,
tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan.
3) A (Analisis/assessment): Berdasarkan data yang terkumpul
kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi
diagnosis atau masalah potensial, dimana analisis ada 3, yaitu
(teratasi, tidak teratasi, dan sebagian teratasi) sehingga perlu
tidaknya dilakukan tindakan segera. Oleh karena itu, seing
memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan perubahan
diagnosis, rencana, dan tindakan.
4) P (Perencanaan/planning): perencanaan kembali tentang
pengembangan tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun
yang akan dating (hasil modifikasi rencana keperawatan) dengan
tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien. Proses ini
berdasarkan kriteria tujuan yang spesifik dan priode yang telah
ditentukan.
b. Evaluasi Sumatif (Hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini
bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang
telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini
adalah melakukan wawancara pada akhir pelayanan, menanyakan
respon klien dan keluarga terkait pelayanan keperawatan, mengadakan
pertemuan pada akhir layanan. Adapun tiga kemungkinan hasil evaluasi
yang terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan pada tahap evaluasi
meliputi:
1) Tujuan tercapai/masalah teratasi : jika klien menunjukan perubahan
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian/masalah sebagian teratasi : jika klien
menunjukan perubahan sebagian dari kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
3) Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi : jika klien tidak
menunjukan perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai
dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau
bahkan timbul masalah/diagnosa keperawatan baru.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA M
DENGAN HIPERTENSI
1. PENGKAJIAN
Pengumpulan data dilaksanakan pada hari Sabtu, 29 Oktober 2022 pukul 09.30 WIB Data
diperoleh dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan dokumentasi.
a. Data Umum
1) Kepala keluarga
a) Nama : Tn : M
b) Umur : 65 tahun
c) Jenis kelamin : Laki-laki
d) Pendidikan : SD
e) Pekerjaan : Buruh Harian Lepas
f) Agama : Islam
g) Suku/bangsa : Sunda/ Indonesia
h) Alamat : Sindang Barang
i) Tanggal pengkajian : 15/05/23
2) Komposisi keluarga
Tabel 1
Komposisi Keluarga M dengan Hipertensi
Gambar 1
Genogram Keluarga Tn. M dengan Hipertensi
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Tinggal Serumah
Penjelasan :
Klien merupakan anak ke 2 dari 4 bersaudara, istri dari klien merupakan anak
tunggal. Klien Tn. M dengan Ny. S menikah dan memiliki 3 orang anak. Dua
anak klien Ny.S dan Tn.M sudah menikah. Sekarang Tn. M dan Ny. S
tinggal serumah dengan anak laki-laki Terakhirnya yang belum menikah.
4) Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn. M adalah keluarga inti ( The Nuclear Family), keluarga
ini terdiri dari suami istri dan anak kandungnya.
5) Latar Belakang Budaya (etnis)
Latar belakang budaya keluarga Tn. M adalah etnis Sunda secara etnis
merupakan lingkungan keluarga homogen (hanya 1 etnis Sunda). Dalam
kesehariannya menggunakan Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia untuk
berkomunikasi dengan sesama anggota keluarga dan masyarakat.
6) Agama
Agama keluarga Tn. M adalah agama Islam, beribadah solat 5 waktu.
7) Status Sosial Ekonomi Keluarga
Penghasilan keluarga sehari-hari didapatkan dari hasil pendapatan anak dan
menantunya.
Tabel 2
Rata-Rata Pendapatan dan Pengeluaran Keluarga Tn.M
c. Data Lingkungan
1) Karakteristik Rumah
Rumah terdiri dari 1 lantai terbuat dari batako dan sudah ditembok, keramik
dengan tatanan rapi, 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur , 1 kamar mandi,
ada 3 jendela yang tidak bisa dibuka . Atap rumah menggunakan genteng,
sumber air menggunakan sumur gali. Kondisi lingkungan berada di
lingkungan pedesaan yang cukup padat. Pembuangan limbah ke sungai,
kelembaban rumah baik.
Gambar 2
Denah Rumah Keluarga Tn.M
I II
III
III
IV
V
VI VI
I
Keterangan gambar :
I : Kamar tidur I
II : Kamar tidur II
III : Ruang Tamu
IV : Dapur
V : Kamar Mandi
VI : Pintu Utama
VII : Pintu dapur
f. Pemeriksaan Fisik
g. Koping Keluarga
N 84X/Mnt
S 360C
RR 22X/Mnt
a. Rumusan Masalah
1. Ketidakpatuhan keluarga dalam pengobatan hipertensi
2. Deficit pengetahuan tentang hipertensi
b. Skoring
Rencana Keperawatan Keluarga pada Tn.M dengan hipertensi di Kelurahan Sindang Barang