Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

TN.R DENGAN HIPERTENSI

DISUSUN OLEH :
BUSRAN UNIYADIN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES UMMI BOGOR
TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN
DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI

A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga menurut UU No. 52 Tahun 2009 adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau
ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. 19 Keluarga adalah sekumpulan
orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga (Friedman,
2013).
2. Bentuk Keluarga
a. Keluarga tradisional
1) The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas
suami, istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat.
2) The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri
atas suami dan istri tanpa anak. Hal yang perlu Anda ketahui,
keluarga ini mungkin belum mempunyai anak atau tidak mempunyai
anak.
3) Single parent yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan
anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
4) Single adult yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang
dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak
menikah atau tidak mempunyai suami.
5) Extended family yaitu keluarga yang terdiri atas keluarga inti
ditambah keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan 20
sebagainya. Tipe keluarga ini banyak dianut oleh keluarga Indonesia
terutama di daerah pedesaan.
6) Middle-aged or elderly couple yaitu orang tua yang tinggal sendiri di
rumah (baik suami/istri atau keduanya), karena anakanaknya sudah
membangun karir sendiri atau sudah menikah.
7) Kin-network family yaitu beberapa keluarga yang tinggal bersama
atau saling berdekatan dan menggunakan barangbarang pelayanan,
seperti dapur dan kamar mandi yang sama.
b. Tipe keluarga nontradisional
1) Unmarried parent and child family yaitu keluarga yang terdiri atas
orang tua dan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) Cohabitating couple yaitu orang dewasa yang hidup bersama di luar
ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
3) Gay and lesbian family yaitu seorang pasangan yang mempunyai
persamaan jenis kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana
pasangan suami istri.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family yaitu keluarga yang
hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5) Foster family yaitu keluarga menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang
tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya(Kholifah & Widagdo, 2016).
3. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (2013) ada lima fungsi keluarga:
a. Fungsi afektif
Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan
psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka
keluarga akan dapat mencapai tujuan psikososial yang utama,
membentuk sifat kemanusiaan dalam diri anggota keluarga, stabilisasi
kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin secara lebih akrab,
dan harga diri.
b. Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial
Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian.
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup,
karena individu secara lanjut mengubah perilaku mereka sebagai respon
terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami. Sosialisasi
merupakan proses perkembangan atau perubahan yang dialami oleh
seorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan pembelajaran
peran-peran sosial.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber
daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi
dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan
kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang memengaruhi status kesehatan
anggota keluarga secara individual) merupakan bagian yang paling
relevan dari fungsi perawatan kesehatan.
4. Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga menurut Friedman & Marylin (2010) adalah
berikut :
a. Tahap I ( Keluarga dengan pasangan baru )
Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga baru
dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan
intim yang baru. Tahap ini juga disebut sebagai tahap pernikahan. Tugas
perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk pernikahan yang
memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan
jaringan kekerabatan, perencanaan keluarga.
b. Tahap II (Childbearing family)
Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai berusia 30
bulan.Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci
menjadi siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan tahap II adalah
membentuk keluarga muda sebagai suattu unit yang stabil
( menggabungkan bayi yang baru kedalam keluarga), memperbaiki
hubungan setelah terjadinya konflik mengenai tugas perkembangan dan
kebutuhan berbagai keluarga, mempertahankan hubungan pernikahan
yang memuaskan, memperluas hubungan dengan hubungan dengan
keluarga besar dengan menambah peran menjadi orang tua dan menjadi
kakek/nenek.
c. Tahap III (Keluarga dengan anak prasekolah)
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama
berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat
ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan
suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putri-saudara
perempuan. Tugas perkembangan keluarga tahap III adalah memenuhi
kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruang, privasi dan keamanan
yang memadai, menyosialisasikan anak, mengintegrasi anak kecil
sebagai anggota keluarga baru sementara tetap memenuhi kebutuhan
anak lain, mempertahankan hubungan yang sehat didalam keluarga dan
diluar keluarga.
d. Tahap IV (Keluarga dengan anak sekolah)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu
penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai
pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal dan hubungan keluarga pada tahap ini juga maksimal.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV adalah menyosialisasikan
anak- anak termasuk meningkatkan restasi, mempertahankan hubungan
pernikahan yang memuaskan.
e. Tahap V (Keluarga dengan anak remaja)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau
perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung
selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak
meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama, jika anak tetap
tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan utama
pada keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatan
keluarga untuk meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang
lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda.
f. Tahap VI ( keluarga melepaskan anak dewasa muda)
Permulaan fase kehidupan keluarga in ditandai dengan perginya anak
pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”,
ketika anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tugas keluarga
pada tahap ini adalah memperluas lingkaran keluarga terhadap anak
dewasa muda, termasuk memasukkan anggota keluarga baru yang
berasal dari pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbarui
dan menyesuaikan kembali hubungan pernikahan, membantu orang tua
suami dan istri yang sudah menua dan sakit.
g. Tahap VII (Orang tua paruh baya)
Merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak
terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian
salah satu pasangan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan,
mempertahankan kepuasan dan hubungan yang bermakna antara
orangtua yang telah menua dan anak mereka, memperkuat hubungan
pernikahan.
h. Tahap VIII (Keluarga lansia dan pensiunan)
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun salah
satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai salah satu kehilangan
pasangan dan berakhir dengan kematian pasangan lain. Tujuan
perkembangan tahap keluarga ini adalah mempertahankan penataan
kehidupan yang memuaskan.

B. Konsep Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka morbiditas
maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase
darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 mmHg
menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto,2014).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi
juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh
darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (Sylvia A.
Price, 2015).

2. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan hasil ukur tekanan darah menurut Joint
National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Bloods
Preassure (JNC) ke-VIII dalam Smeltzer & Bare (2010) yaitu < 130mmHg
untuk tekanan darah systole dan < 85 mmHg untuk tekanan darah diastole.

Tabel klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas tidak
sedang memakai obat antihipertensi dan tidak sedang sakit akut
Kategori Sistol Diastol
(mmHg) (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (Hipertensi Ringan) 140 - 159 90 - 95
Sub grup: perbatasan 140 - 149 90 - 94
Tingkat 2 (Hipertensi sedang) 140 - 179 100 - 109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥180 ≥110
Sumber : Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment
of High Blood Preassure (JNC) ke VIII

3. Etiologi Hipertensi
Menurut Smeltzer dan Bare (2000) penyebab hipertensi dibagi menjadi 2,
yaitu :
a. Hipertensi Esensial atau Primer
Menurut Lewis (2000) hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi
dimana penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan. Kurang lebih
90% penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial sedangkan 10%
nya tergolong hipertensi sekunder. Onset hipertensi primer terjadi pada
usia 30-50 tahun. Pada hipertensi primer tidak ditemukan penyakit
renovakuler, aldosteronism, pheochro-mocytoma, gagal ginjal, dan
penyakit lainnya. Genetik dan ras merupakan bagian yang menjadi
penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor lain yang
diantaranya adalah faktor stress, intake alkohol moderat, merokok,
lingkungan, demografi dan gaya hidup.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui,
antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
(hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme). Golongan
terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka
penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita
hipertensi esensial.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kekmampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

4. Faktor Risiko Hipertensi


Faktor-faktor risiko hipertensi terbagi dalam 2 kelompok yaitu faktor yang
tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah :
a. Faktor yang dapat diubah
1) Gaya hidup modern
Gaya hidup modern cenderung membuat berkurangnya aktivitas fisik
(olah raga). Konsumsi alkohol tinggi, minum kopi, merokok. Semua
perilaku tersebut merupakan memicu naiknya tekanan darah.
2) Pola makan tidak sehat
Tubuh membutuhkan natrium untuk menjaga keseimbangan cairan
dan mengatur tekanan darah. Tetapi bila asupannya berlebihan,
tekanan darah akan meningkat akibat adanya retensi cairan dan
bertambahnya volume darah. Kelebihan natrium diakibatkan dari
kebiasaan menyantap makanan instan yang telah menggantikan
bahan makanan yang segar. Gaya hidup serba cepat menuntut segala
sesuatunya serba instan, termasuk konsumsi makanan. Padahal
makanan instan cenderung menggunakan zat pengawet seperti
natrium berzoate dan penyedap rasa seperti monosodium glutamate
(MSG). Jenis makanan yang mengandung zat tersebut apabila
dikonsumsi secara terus menerus akan menyebabkan peningkatan
tekanan darah karena adanya natrium yang berlebihan di dalam
tubuh.
3) Obesitas
Berat badan yang berlebih akan membuat aktifitas fisik menjadi
berkurang. Akibatnya jantung bekerja lebih keras untuk memompa
darah.Obesitas dapat ditentukan dari hasil indeks massa tubuh (IMT).
(Supariasa, 2012).

b. Faktor yang tidak dapat diubah :


1) Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu dengan
orang tua yang menderita hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih
besar daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat
hipertensi (Anggraini dkk, 2009).
2) Usia
Hipertensi bisa terjadi pada semua usia, tetapi semakin bertambah
usia seseorang maka resiko terkena hipertensi semakin meningkat.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan– perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katub
jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa
darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun
kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas
pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer (Smeltzer, 2009).
3) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita sama, akan
tetapi wanita pramenopause (sebelum menopause) prevalensinya
lebih terlindung daripada pria pada usia yang sama. (Price & Wilson,
2006).

5. Komplikasi Hipertensi
Komplikasi dari hipertensi menurut Yuda (2011) :
a. Arteriosklerosis
Hipertensi dapat menyebabkan pergeseran, penebalan, dan kekuatan
pada pembuluh darah arteri sehingga memungkinkan untuk rusak. Efek
laanjutan dari kerusakan dari pembuluh darah arteri ini adalah gangguan
sirkulasi darah yang mengarah pada serangan jantung.
b. Aneurisma (pembuluh darah yang bengkak)
Hipertensi yang tidak terkendali bisa menyebabkan pembuluh darah
menjadi tipis dan mengembang, dan mengakibatkan aneurisma. Hal ini
bisa berakibat fatal jika aneurisma pecah.
c. Gagal jantung
Fungsi dari jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh. Apabila
jantung memberikan tekanan yang terlalu tinggi untuk mengalirkan
darah, maka diperlukan kerja jantung yang besar. Kondisi seperti ini
akan menyebabkan otot jantung menjadi lebih tebal, tetapi jantung
bekerja terlalu keras dalam waktu ynag lama, maka lama-kelamaan otot
jantung akan mengalami kelelahan dan tidak mampu untuk bekerja
memompa darah secara optimal.
d. Stroke
Pecahnya aneurisma di otak bisa menyebabkan stroke. Hipertensi yang
tidak terkendali juga bisa menyebabkan pembekuan darah di arteri
karotis (arteri di leher). Bekuan darah tersebut bisa menyebabkan stroke
emboli bila memasuki otak.
e. Gagal ginjal
Hipertensi yang tidak terkendali akan memengaruhi arteri di ginjal,
menyebabkan kerusakan pada fungsi ginjal.
f. Retinopati
Retinopati merupakan kerusakan pembuluh darah pada jaringan peka
cahaya di bagian belakang mata. Hipertensi yang tidak terkendali akan
memengaruhi arteriol (cabang arteri) di mata, sehingga menyebabkan
lesi.
g. Disfungsi ereksi
Disfungsi ereksi merupakan ketidakmampuan seseorang untuk
mempertahankan ereksi untuk melakukan penetrasi. Kondisi ini memang
banyak ditemukan pada penderita dengan tekanan darah tinggi, diabetes,
merokok, atau mengkonsumsi obat antidepresan. Dalam hal ini,
hipertensi dapat menyebabkan pengurangan perfusi atau suplai darah ke
genetalia pria.
h. Gangguan kognitif dan demensia gangguan daya pikir dan isi pikir
Tekanan darah yang tinggi bisa mempengaruhi kesehatan otak. Hasilnya
akan muncul dimensia atau pikun dan gangguan kognitif atau daya pikir.
Penyebabnya hampir sama dengan yang terjadi pada retina mata, yaitu
penyempitan arteri di beberapa bagian otak. Individu yang mengalami
gangguan ini akan mengalami masalah dalam ingatan, berhitung,
berpikir, memutuskan sesuatu, memilih, dan lain sebagainya.
6. Penatalaksanaan Hipertensi
Tujuan penatalaksanaan pada klien dengan hipertensi adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortilitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap
program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan
kualitas hidup sehubungan dengan terapi (Arif Muttaqin, 2009).
a. Penatalaksanaan Nonfarmakologis
Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia
(2015), menjalani pola hidup yang sehat dapat menurunkan tekanan
darah, dan sangat bermanfaat dalam menurunkan risiko permasalahan
kardiovaskular lainnya. Pada pasien hipertensi derajat satu, tanpa faktor
risiko kardiovaskular lain, maka strategi mengubah pola hidup sehat
merupakan penatalaksanaan tahap awal dan harusdilakukan kurang lebih
selama 4 sampai 6 bulan. Apabila setelah jangka waktu tersebut tidak
mengalami penurunan tekanan darah atau didapatkan faktor risiko
kardiovaskular yang lain, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi
farmakologi. Adapun pola hidup sehat yang dianjurkan oleh guidelines
adalah :
1) Penurunan berat badan.
Mengganti makanan tidak sehat dengan cara memperbanyak
konsumsi sayuran dan buah-buahan yang dapat memberikan manfaat
lebih selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari diabetes
dan dislipidemia.
2) Mengurangi asupan garam.
Diet rendah garam bermanfaat untuk mengurangi dosis obat
antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk
asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari.
3) Olahraga
Olahraga dapat dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60 menit/
hari, minimal 3 hari/ minggu. Olahraga dapat menurunkan tekanan
darah. Pada pasien yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga
secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki,
mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka
di tempat kerjanya.
4) Mengurangi konsumsi alkohol
Meskipun mengkonsumsi alkohol belum menjadi pola hidup yang
umum di Indonesia, namun jumlah seseorang yang mengkonsumsi
alkohol mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan
pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota besar. Konsumsi alkohol
lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita,
dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian menghindari
konsumsi alkohol sangat membantu dalam penurunan tekanan darah.
5) Berhenti merokok
Meskipun belum terbukti berefek langsung dapat menurunkan
tekanan darah, akan tetapi merokok merupakan salah satu faktor
risiko utama penyakit kardiovaskular, sehingga pasien yang
mengalami hipertensi sangat dianjurkan untuk berhenti merokok.
b. Penatalaksanaan Farmakologis
Menurut Arif Muttaqin (2009), obat-obatan antihipertensi dapat dipakai
sebagai obat tunggal atau dicampur dengan obat lain. Obat-obatan ini
diklasifikasikan menjadi lima kategori yaitu :
1) Diuretik
Hidroklorotiazid adalah diuretik yang paling sering diresepkan untuk
mengobati hipertensi ringan. Hidroklorotiazid dapat diberikan sendiri
pada pasien dengan hipertensi ringan atau pasien yang baru. Banyak
obat antihipertensi yang dapat menyebabkan retensi cairan; karena
itu, seringkali diuretic diberikan bersama dengan antihipertensi.
2) Simpatolitik
Penghambat (adrenergic bekerja di sentral simpatolitik), penghambat
adrenergic alfa, dan penghambat neuron adrenergic diklasifikasikan
sebagai penekan simpatetik, atau simpatolitik. Penghambat
adrenergic beta, dibahas sebelumnya juga dianggap sebagai
simpatolitik menghambat reseptor beta.
3) Penghambat Adrenergik-Alfa
Golongan obat ini memblock reseptor adrenergic alfa 1,
menyebabkan vasodilatasidan penurunan tekanan darah. Penghambat
beta juga menurunkan lipoprotein berdensitas sangat rendah (very
low-density lipoprotein-VLDL) dan lipoprotein berdesitas rendah
(low-density lipoprotein-LDL) yang bertanggung jawab dalam
penimbunan lemak di arteri (arteriosklerosis).
4) Penghambat Neuron Adrenergik (Simpatolitik yang bekerja perifer)
Penghambat neuron adrenergik merupakan obat antihipertensi yang
kuat yang menghambat norepinephrine dari ujung saraf simpatis,
sehingga pelepasan norepinephrine menjadi berkurang dan ini
menyebabkan baik curah jantung maupun tahanan vaskular perifer
menurun. Reserpine dan guanetidin (dua obat yang paling kuat)
dipakai untuk mengendalikan hipertensi berat. Hipertensi ortostatik
merupakan efek samping yang sering terjadi,pasien harus ajarkan
untuk bangkit perlahan-lahan dari posisi berbaring atau dari posisi
duduk. Obat-obat dalam kelompok ini dapat menyebabkan retensi
natrium dan air.

5) Vasodilator
Arteriol yang Bekerja Langsung Vasodilator yang bekerja langsung
adalah obat tahap 3 yang bekerja dnengan merelaksasikan otot-otot
polos pembuuh darah, terutama arteri, sehingga menyebabkan
vasodilatasi. Dengan terjadinya vasodilatasi, tekanan darah akan
turun dan natrium serta air tertahan sehingga terjadi edema perifer.
Diuretik dapat diberikan bersama-sama 24 dengan vasodilator yang
bekerja langsung untuk mengurangi edema. Reflek takikardia
disebabkan oleh vasodilatasi dan menurunnya tekanan darah.
6) Antagonis Angiotensin (ACE Inhibitor)
Obat dalam golongan ini menghambat enzim mengubah angiotensin
(ACE), yang nantinya akan menghambat pembentukan angiotensin II
(vasokonstriktor) dan menghambat pelepasan aldosterone.
Aldosterone meningkatkan retensi natrium natrium dan ekskresi
kalium. Jika aldosterone dihambat, natrium diekskresikan bersama-
sama dengan air. Kaptropil, enalapril, dan lisonopril adalah ketiga
antagonis angiotensin. Obat-obatan ini dipakai pada pasien dengan
kadar renin serum yang tinggi.

7. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi


Menurut Udjianti, Wajan Juni (2010), pemeriksaan penunjang pada
penderita hipertensi meliputi :
a. Hitung darah lengkap (Complete Blood cells Count) meliputi
pemeriksaan hemoglobin, hematokrit untuk melihat vaskositas dan
indikator faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b. Kimia darah
1) BUN, kreatinin : peningkatan kadar menandakan penurunan perfusi
atau fungsi renal.
2) Serum glukosa : hiperglisemia (DM adalah faktor presipitator
hipertensi) akibat dari peningkatan kadar katekolamin.
3) Kadar kolesterol/trigliserida : peningkatan kadar mengindikasikan
predisposis pemebntukan plak ateroma.
4) Kadar serum aldosterone : menilai adanya aldosteronisme primer.
5) Studi tiroid (T3 dan T4) : menilai adanya hipertiroidisme yang
berkontribusi terhadap vasokonstriksi dan hipertensi.
6) Asam urat : hiperurisemia merupakan implikasi faktor hipertensi.
c. Elektrolit
1) Serum potasium atau kalium : hipoklemia menandakan adanya
aldosteronisme atau efek samping terapi diuretik.
2) Serum kalsium : jika terdapat peningkatan akan berkontribusi pada
hipertensi
d. Urin
1) Analisa urin : adanya protein urien, glukosa dalam urin
mengindikasikan adanya disfungsi renal atau diabetes
2) Urine VMA (Catecholamine Metabolite) : peningkatan kadar
mengindikasikan adanya pheochromacytoma.
3) Sterodi urin : peningkatan kadar mengindikasikan adanya
hiperadrenalisme, pheochromacytoma, atau disfungsi pituary,
sindrome chusing’s; kadar renin juga meningkat.
e. Radiologi
1) Intra Venous Pyelografi (IVP) : untuk mengidentifikasi penyebab
hipertensi seperti renal parenchhymal disease, urolithiasis, benigna
prostate hyperplasia (BPH).
2) Rontgen toraks : untuk menilai adanya kalsifikasi obstruktif katup
jantung, deposit kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung
f. EKG : menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan
konduksi atau disritmia

8. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula
adrenal menyekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi. Untuk pertimbangan gerontologi perubahan struktural
dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).
9. Pathway

Umur Jenis Kelamin Gaya Hidup Obesitas

Elastisitas menurun, arteriosklerosis

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur perubahan status kes.

Penyumbatan pembuluh darah

Ansietas
Vasokosintriksi
Gangguan sirkulasi paparan informasi Kurang

Otak Ginjal Pembuluh darah Retina

Vasokonsistrik pem. Sistemik spasme Defisit


Resistensi Suplai O2 darah ginjal Pengetahuan
afterload arteriole
Pembuluh menurun meningkat
darah Respon RAA
Sinkop Fatique diplopia
Rangsang
Nyeri Akut
aldosterone
Perfusi Intoleransi Resiko
perifer tidak Aktivitas Jatuh
Retensi Na
efektif
Edema

Hipervolemia
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga.
Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat menggunakan metode
wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada
anggota keluarga dan data sekunder.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga dan genogram
6) Tipe keluarga
7) Suku bangsa
8) Agama
9) Status sosial ekonomi keluarga
10) Aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua
dari keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai
tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta
kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan
pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap
pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa
digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap
pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah
perilaku.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan
norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan
kesehatan.
5) Fungsi keluarga :
a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan
tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi
atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga
belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu menjelaskan sejauh mana
keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta
merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan
keluarga mengenal sehat sakit. Kesanggupan keluarga dalam
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan
keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu
mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan kesehatan pada
anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh
mana kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil
keputusan dalam tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit,
menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan dan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
6) Stres dan koping keluarga
a) Stressor jaangka pendek dan panjang
(1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5
bulan.
(2) Stressorr jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6
bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
d) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi
permasalah
e) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua
anggotaa keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan
fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan
keluarga yang dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan
harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Dari pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas maka diagnosa
keperawatan keluarga yang mungkin muncul adalah :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi
pada anggota keluarga
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi penyakit hipertensi
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi
lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
guna perawatan dan pengobatan hipertensi
3. Intervensi
Membuat Perencanaan Menurut Suprajitno perencanaan keperawatan
mencakup tujuan umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang
dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab.
Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada
kriteria dan standar. Perencanaan yang dapat dilakukan pada asuhan
keperawatan keluarga dengan hipertensi ini adalah sebagai berikut :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi
pada keluarga.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan
mengerti tentang penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi setelah tiga kali
kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit
hipertensi.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan
gejala penyakit hipertensi serta pencegahan dan pengobatan penyakit
hipertensi secara lisan.
Intervensi :
1) Jelaskan arti penyakit hipertensi
2) Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit hipertensi
3) Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi penyakit hipertensi.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui
akibat lebih lanjut dari penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota
keluarga dengan hipertensi setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil
tindakan yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat
hipertensi dan dapat mengambil keputusan yang tepat.
Intervensi:
1) Diskusikan tentang akibat penyakit hipertensi
2) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota
keluarga yang menderita hipertensi.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat
anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap
anggota keluarga yang menderita hipertensi setelah tiga kali kunjungan
rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan
perawatan penyakit hipertensi
Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang
menderita penyakit hipertensi secara tepat.
Intervensi:
1) Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit hipertensi.
2) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan
olah raga khususnya untuk anggota keluarga yang menderita
hipertensi.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi
lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi berhubungan.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang
pengaruh lingkungan terhadap penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat
menunjang penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan
rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh
lingkungan terhadap proses penyakit hipertensi
Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat
mempengaruhi penyakit hipertensi.
Intervensi :
1) Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan
mengatasi penyakit hipertensi misalnya :
a) Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan
misalnya benda yang tajam.
b) Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.
c) Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi
terjadinya iritasi.
2) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
guna perawatan dan pengobatan hipertensi.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.
Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang
tepat untuk mengatasi penyakit hipertensisetelah dua kali kunjungan
rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus
meminta pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit
hipertensi.
Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.
Intervensi : Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta
pertolongan untuk perawatan dan pengobatan hipertensi.
4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan
kolaborasi (Wartonah, 2015).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus
berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan
komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang
membandingkan antara proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan
menilai efektif tidaknya dari proses keperawatan yang dilaksanakan serta
hasil dari penilaian keperawatan tersebut digunakan untuk bahan
perencanaan selanjutnya apabila masalah belum teratasi. Evaluasi
keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan guna
tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu
pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana
dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan pasien (Dinarti &Muryanti, 2017)
Menurut (Asmadi, 2008) terdapat 2 jenis evaluasi :
a. Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah
perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanaan. Perumusan
evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan
istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data
hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan teori) dan
perencanaan. Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai
berikut: Kartu SOAP (data subjektif, data objektif, analisis/assessment,
dan perencanaan/plan) dapat dipakai untuk mendokumentasikan
evaluasi dan pengkajian ulang.
1) S ( Subjektif ): data subjektif yang diambil dari keluhan klien,
kecuali pada klien yang afasia.
2) O (Objektif): data objektif yang siperoleh dari hasil observasi
perawat, misalnya tanda-tanda akibat penyimpangan fungsi fisik,
tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan.
3) A (Analisis/assessment): Berdasarkan data yang terkumpul
kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi
diagnosis atau masalah potensial, dimana analisis ada 3, yaitu
(teratasi, tidak teratasi, dan sebagian teratasi) sehingga perlu
tidaknya dilakukan tindakan segera. Oleh karena itu, seing
memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan perubahan
diagnosis, rencana, dan tindakan.
4) P (Perencanaan/planning): perencanaan kembali tentang
pengembangan tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun
yang akan dating (hasil modifikasi rencana keperawatan) dengan
tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien. Proses ini
berdasarkan kriteria tujuan yang spesifik dan priode yang telah
ditentukan.
b. Evaluasi Sumatif (Hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini
bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang
telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini
adalah melakukan wawancara pada akhir pelayanan, menanyakan
respon klien dan keluarga terkait pelayanan keperawatan, mengadakan
pertemuan pada akhir layanan. Adapun tiga kemungkinan hasil evaluasi
yang terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan pada tahap evaluasi
meliputi:
1) Tujuan tercapai/masalah teratasi : jika klien menunjukan perubahan
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian/masalah sebagian teratasi : jika klien
menunjukan perubahan sebagian dari kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
3) Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi : jika klien tidak
menunjukan perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai
dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau
bahkan timbul masalah/diagnosa keperawatan baru.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA M

DENGAN HIPERTENSI

1. PENGKAJIAN
Pengumpulan data dilaksanakan pada hari Sabtu, 29 Oktober 2022 pukul 09.30 WIB Data
diperoleh dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan dokumentasi.
a. Data Umum
1) Kepala keluarga
a) Nama : Tn : M
b) Umur : 65 tahun
c) Jenis kelamin : Laki-laki
d) Pendidikan : SD
e) Pekerjaan : Buruh Harian Lepas
f) Agama : Islam
g) Suku/bangsa : Sunda/ Indonesia
h) Alamat : Sindang Barang
i) Tanggal pengkajian : 15/05/23

2) Komposisi keluarga
Tabel 1
Komposisi Keluarga M dengan Hipertensi

N Nam L/P Umur Hub. Pen- Pe- Kerja Imu Kon Ke


o a (th) Dg KK Didik An nisasi disi t
an
1 Tn M L KK SD Hipertens -
Buruh Harian -
i
Lepas
2 Ny S P Istri SD Mengurus - sehat -
rumah
tangga
3 Tn R Anak SMA Wiraswasta Lengka sehat -
P
3) Genogram

Gambar 1
Genogram Keluarga Tn. M dengan Hipertensi

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Tinggal Serumah

Penjelasan :
Klien merupakan anak ke 2 dari 4 bersaudara, istri dari klien merupakan anak
tunggal. Klien Tn. M dengan Ny. S menikah dan memiliki 3 orang anak. Dua
anak klien Ny.S dan Tn.M sudah menikah. Sekarang Tn. M dan Ny. S
tinggal serumah dengan anak laki-laki Terakhirnya yang belum menikah.
4) Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn. M adalah keluarga inti ( The Nuclear Family), keluarga
ini terdiri dari suami istri dan anak kandungnya.
5) Latar Belakang Budaya (etnis)
Latar belakang budaya keluarga Tn. M adalah etnis Sunda secara etnis
merupakan lingkungan keluarga homogen (hanya 1 etnis Sunda). Dalam
kesehariannya menggunakan Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia untuk
berkomunikasi dengan sesama anggota keluarga dan masyarakat.
6) Agama
Agama keluarga Tn. M adalah agama Islam, beribadah solat 5 waktu.
7) Status Sosial Ekonomi Keluarga
Penghasilan keluarga sehari-hari didapatkan dari hasil pendapatan anak dan
menantunya.

Tabel 2
Rata-Rata Pendapatan dan Pengeluaran Keluarga Tn.M

No Nama Pekerjaan Pendapata Pengeluara Keterangan


n n
1 Tn. M Buruh 500.000 500.000 Kebutuhan
Harian dapur
Lepas
2 Tn R Wiraswasta 3.000.000 1.500.000 Kebutuhan
dapur, listrik
dan air

8). Aktivitas rekreasi keluarga atau waktu luang


Tn. M mengatakan selalu melakukan rekreasi keluarga dengan cara
berkumpul bersama kelarga dirumah.
b. Tahap dan Riwayat Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. M saat ini berada pada tahap perkembangan keluarga yang ke
VI menurut Duvall yaitu pada tahap perkembangan orangtua anak dewasa
(pelepasan).
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Semua tugas dalam tahap perkembangan keluarga sudah terpenuhi oleh
anggota keluarga. Tn. M selalu bersama istri , anaknya dalam mengambil
keputusan yang berkaitan dengan keluarga mereka
3) Riwayat keluarga sebelumnya
Keluarga Tn.M mengatakan bahwa sebelumnya anggota keluarga tidak
ada yang mengalami penyakit hipertensi .

c. Data Lingkungan
1) Karakteristik Rumah
Rumah terdiri dari 1 lantai terbuat dari batako dan sudah ditembok, keramik
dengan tatanan rapi, 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur , 1 kamar mandi,
ada 3 jendela yang tidak bisa dibuka . Atap rumah menggunakan genteng,
sumber air menggunakan sumur gali. Kondisi lingkungan berada di
lingkungan pedesaan yang cukup padat. Pembuangan limbah ke sungai,
kelembaban rumah baik.

Gambar 2
Denah Rumah Keluarga Tn.M

I II

III
III
IV
V

VI VI
I
Keterangan gambar :
I : Kamar tidur I
II : Kamar tidur II
III : Ruang Tamu
IV : Dapur
V : Kamar Mandi
VI : Pintu Utama
VII : Pintu dapur

2) Karakteristik lingkungan dan komunitas


Keluarga Tn.M berada di lingkungan perdesaan dengan situasi
yang cukup padat. Pengumpulan sampah dilakukan oleh masing-
masing keluarga lalu diambil oleh petugas. Jenis pelayanan
Kesehatan yang ada yaitu puskesmas dengan jarak +1km,
transportasi dilingkungan tempat tinggal Tn.M berjalan dengan
lancar. Masyarakat atau tetangga di lingkungan keluarga Tn.M
baik dan saling peduli antar tetangga.
3) Mobilitas geografi keluarga
Keluarga Tn.M tidak sering pindah-pindah tempat tinggal
karena rumah nya tidak mengontrak tapi milik sendiri.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Kegiatan berkumpul dengan keluarga sangat banyak waktu luang
pada hari libur kerja. Interaksi keluarga dengan masyarakat
terjalin sangat baik. Saat keluarganya mendapat kesusahan,
banyak mendapat dukungan dan bantuan dari kerabat dekat,
tetangga dan keluarga lain.

5) Sistem pendukung atau jaringan sosial keluarga


Tn.M mengatakan dalam bidang Kesehatan keluarganya banyak
mendapat dukungan dari istri yaitu Ny.S yang selalu
memperhatikan Kesehatan Tn.M, mengingatkan Tn.M untuk
beristirahat dan minum obat jika merasa kepalanya pusing.
d. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi
Antara anggota keluarga biasa berdiskusi sebelum mengambil
keputusan dan setiap anggota keluarga memiliki hak untuk
menyampaikan pendapat dengan sopan
2) Struktur Kekuasaan
Dalam mengambil keputusan yang penting dalam keluarga
selalu musyawarah dengan istri dan anak, tetapi pengambilan
keputusan terakhir ada di tangan kepala keluarga
3) Struktur peran
Masing-masing anggota keluarga telah memahami perannya
sendiri, sehingga tidak menimbulkan konflik
4) Nilai dan norma keluarga
Keluraga Tn.M mengatakan nilai norma yang diterapkan di
keluarga sesuai dengan keputusan seluruh anggota keluarga
tanpa mengabaikan budaya.
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Hubungan Tn.M dengan Ny.S (istri) beserta anaknya Tn R
terjalin dengan baik, anggota keluarga saling menghormati,
memperhatikan, menyayangi, memberi dukungan dan semangat
2) Fungsi sosialisasi
Tn.M dan Ny.S mengatakan semua interaksi dalam keluarga
terjalin dengan akrab dan disiplin, saling mengenal dengan
masyarakat lainnya
3) Fungsi perawatan Kesehatan
a) Keyakinan, nilai dan prilaku keluarga
Keluarga mengatakan bahwa Kesehatan itu penting dan
keluarga berusaha untuk mempertahankan kesehatannya
secara optimal. Jika ada keluarga yang mengalami sakit
maka keluarga akan mengantarnya ke fasilitas Kesehatan
terdekat
b) Definisi keluarga tentang sehat dan sakit
Ny.S dan anak-anaknya mengetahui yang dialami Tn.M
adalah darah tinggi, tapi mereka belum terlalu paham apa
saja pencegahan nya supaya tekanan darah Tn.M tidak selalu
tinggi dan tidak terlalu memahami apa dampak kedepannya
jika tidak teratur minum obat, cara perawatan hipertensi
serta makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi
c) Status Kesehatan dan kerentanan sakit yang dirasakan oleh
keluarga
Status Kesehatan salah satu anggota keluarga yaitu Tn.M
menderita hipertensi (tekanan darah tinggi)
d) Praktek diet keluarga

Tn. M mengatakan dalam keluarganya tidak ada makanan


pantangan, tetapi Tn.M semenjak hipertensi hanya
mengurangi makanan garam
e) Kebiasaan tidur dan istirahat

Tn.M mengatakan biasa tidur malam hari dari pukul 22.00


WIB sampai pukul 03.30 WIB. Tn.M biasa tidur siang
selama satu jam.
f) Latihan dan rekrasi
Tn.M mengatakan mempunyai kebiasaan rutin untuk
rekreasi, rekreasi biasanya dengan kumpul Bersama anak,
menantu dan cucu.

g) Kebiasaan penggunaan obat-obatan dalam keluarga


Tn.M mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang
menggunakan obat-obatan terlarang. Jika anggota keluarga
ada yang sakit dibawa ke puskesmas dan minum obat dari
puskesmas. Saat ini Tn.M sedang mengkonsumsi terapi obat
hipertensi amlodipine 1x1 (dosis 10mg).
h) Perawatan diri
Keluarga biasa mandi 2x sehari, keramas 2x seminggu dan
menggosok gigi 2x sehari. Keluarga biasa memakai pakaian
bersih setiap hari.
i) Praktek lingkungan
Keluarga mengatakan rajin menyapu setiap hari
dilingkungan rumahnya, polusi suara cukup ada
j) Pemeriksaan Kesehatan secara teratur
Tn.M mengatakan tidak rutin control dan jika mengalami
pusing baru melakukan pemeriksaan ke pelayanan Kesehatan
atau bila obatnya habis / pusing dan merasa tidak enak badan
k) Kesehatan gigi
Tn.M mengatakan sikat gigi pagi hari dan malam hari
sebelum tidur dan keluarga biasa menggosok gigi 2x sehari
l) Riwayat Kesehatan keluarga
Tn.M mengatakan dari keluarga Tn.M tidak ada yang
menderita atau mempunyai penyakit keturunan.
m) Pelayanan perawatan Kesehatan yang diterima
Pelayanan Kesehatan yang biasa digunakan adalah
puskesmas Sindang Barang dan klinik dokter terdekat
dirumahnya.
n) Perasaan atau persepsi terhadap pelayanan Kesehatan
Keluarga mengatakan sudah puas dengan pelayanan
Kesehatan tersebut
o) Sumber pembiayaan pelayanan Kesehatan
Sumber biaya untuk keluarga bila sakit berasal dari asuransi
BPJS dengan fasilitas Kesehatan di Puskesmas Sindang
Barang.
p) Logistic untuk mendapatkan perawatan
Ny S mengatakan jarak ke puskesmas Sindang Barang + 1
km.

f. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Tn.M Ny.S Tn. R


Keadaan Umum Baik Baik Baik
Gejala Kardinal TD 150/100 TD 100/80 TD 120/80 mmHg
mmHg mmHg N 85 X/Mnt
N 84X/Mnt N 80 X/Mnt S 360C
S 360C S 36,20C RR 20 X/Mnt
RR 22X/Mnt RR 20X/Mnt
Kepala Simetris, kulit Simetris, kulit Simetris, kulit
kepala bersih, kepala bersih, kepala bersih,
rambut beruban, rambut beruban, rambut berwarna
nyeri tekan (-) nyeri tekan (-) hitam, nyeri tekan
(-)
Mata Mata simetris, Mata simetris, Mata simetris,
bersih, bersih, bersih,
konjungtiva tidak konjungtiva tidak konjungtiva tidak
anemis, sclera anemis, sclera anemis, sclera
tidak ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik, nyeri
nyeri tekan (-) nyeri tekan (-) tekan (-)
Hidung Hidung simetris, Hidung simetris, Hidung simetris,
bersih tidak ada bersih tidak ada bersih tidak ada
nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
Mulut Mulut simetris, Mulut simetris, Mulut simetris,
bersih, tidak ada bersih, tidak ada bersih, tidak ada
nyeri nyeri nyeri
Telinga Telinga simetris, Telinga simetris, Telinga simetris,
bersih, tidak ada bersih, tidak ada bersih, tidak ada
serumen, tidak serumen, tidak serumen, tidak ada
ada nyeri ada nyeri nyeri
Leher Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak ada
ada pembesaran ada pembesaran pembesaran vena
vena jugularis vena jugularis jugularis dan
dan kelenjar dan kelenjar kelenjar tiroid,
tiroid, refleks tiroid, refleks refleks menelan
menelan baik, menelan baik, baik, tidak ada
tidak ada nyeri tidak ada nyeri nyeri
Paru-paru Inspeksi : Bentuk Inspeksi : Bentuk Inspeksi : Bentuk
dada simetris dada simetris dada simetris
Palpasi : Tidak Palpasi : Tidak Palpasi : Tidak
ada nyeri tekan ada nyeri tekan ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor Perkusi : Sonor Perkusi : Sonor
Auskultasi : Auskultasi : Auskultasi :
Vesikuler Vesikuler Vesikuler
Kardiovaskuler Inspeksi : bentuk Inspeksi : bentuk Inspeksi : bentuk
dada simetris dada simetris dada simetris
Palpasi : Tidak Palpasi : Tidak Palpasi : Tidak
ada nyeri tekan ada nyeri tekan ada nyeri tekan
Perkusi : Pekak Perkusi : Pekak Perkusi : Pekak
Auskultasi : Lup Auskultasi : Lup Auskultasi : Lup
dup dup dup
Abdomen Inspeksi : bentuk Inspeksi : bentuk Inspeksi : bentuk
simetris, buncit simetris, buncit simetris, buncit
Auskultasi : Auskultasi : Auskultasi : bising
bising usus bising usus usus 8X/Mnt
6X/Mnt 5X/Mnt Perkusi : Timpani
Perkusi : Timpani Perkusi : Timpani Palpasi : tidak ada
Palpasi : tidak Palpasi : tidak nyeri tekan
ada nyeri tekan ada nyeri tekan
Ektremitas Tidak ada luka, Tidak ada luka, Tidak ada luka,
simetris, kulit simetris, kulit simetris, kulit
lembab, tidak ada lembab, tidak ada lembab, tidak ada
nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5
Genitalia Tidak terkaji Tidak terkaji Tidak terkaji

g. Koping Keluarga

1) Stressor jangka pendek (sebelum 6 bulan) dan Panjang (setelah 6


bulan)

Sampai sekarang hanya memikirkan agar penyakit hipertensinya


bisa terkontrol dengan baik
2) Kemampuan keluarga untuk berespon terhadap situasi/stressor
Keluarga siaga dan baik dalam menghadapi masalah yang ada
dan dapat bertindak secara sigap
3) Penggunaan strategi koping
Keluarga mengatakan apabila ada masalah dalam keluarga, akan
dilakukan komunikasi dan bermusyawarah untuk menemukan
solusinya

4) Strategi adaptasi disfungsional


Dalam keluarga Tn.M tidak ada yang bersifat otoritan dan tidak
ada yang melakukan kekerasan.
2. ANALISA DATA

No Data Subjektif Data Objektif Masalah Keperawatan


1 Keluarga mengatakan Keluarga tampak bingung Defisit Pengetahuan
mereka belum terlalu dan bertanya mengenai Tentang Hipertensi
paham apa saja hipertensi
pencegahan nya supaya
tekanan darah Tn.M
tidak selalu tinggi dan
tidak terlalu memahami
apa dampak
kedepannya jika tidak
teratur minum obat,
cara perawatan
hipertensi serta
makanan yang boleh
dan tidak boleh
dikonsumsi
2 Tn. M Mengatakan keluarga memperlihatkan Ketidakpatuhan
tidak rutin kontrol dan obat yang di konsumsi Keluarga Dalam
jika mengalami pusing oleh Tn.M yaitu Pengobatan
maka baru melakukan amlodipine 1X 10 mg Hipertensi
pemeriksaan ke TTV :
puskesmas
TD 150/100 mmHg

N 84X/Mnt

S 360C

RR 22X/Mnt

a. Rumusan Masalah
1. Ketidakpatuhan keluarga dalam pengobatan hipertensi
2. Deficit pengetahuan tentang hipertensi
b. Skoring

Skoring Defisit Pengetahuan keluarga pada Tn. M dengan hipertensi


di Kelurahan Sindang Barang

No Kriteria Perhitungan Score Rasional


1 Sifat masalah 3 1 Sifat masalah aktual karena
X1
3 dilihat dari antusias
keluarga bertanya mengenai
hipertensi dan tidak bisa
menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh perawat
2 Kemungkinan 2 2 Kemungkinan masalah
X2
masalah yang dapat 2 dapat diubah dengan mudah
diubah dimana anak Tn.M
berpendidikan yang cukup
dan mampu mencari
informasi melalui sosial
media dan keluarga
kooperatif dalam
mendengarkan penjelasan
tentang hipertensi.
3 Potensi masalah 3 1 Potensi untuk di cegah
X1
dapat dicegah 3 tinggi karena ada keinginan
klien untuk mengetahui apa
saja pencegahan hipertensi
supaya tidak sering kambuh.
4 Menonjolkan 2 1 Keluarga tidak tahu diet
X1
masalah 2 yang harus dilakukan Tn.M
hanya tidak makan makanan
yang mengandung tinggi
garam saja.
Total 5
Skoring Ketidakpatuhan Keluarga Dalam Pengobatan Hipertensi pada Tn.M
di Kelurahan Sindang Barang

No Kriteria Perhitungan Score Rasional


1 Sifat masalah 3 1 Sifat masalah actual karena
X1
3
keluarga tidak tahu tentang
pengobatan rutin yang baik pada
penyakit hipertensi
2 Kemungkinan masalah 2 2 Kemungkinan masalah dapat
X2
2
dapat diubah diubah dengan mudah karena
klien dan keluarga sangat
kooperatif dan mendengarkan
penjelasan dari perawat
3 Potensi masalah dapat di 3 1 Potensi untuk di cegah tinggi
X1
3
cegah karena ada keinginan klien untuk
mengetahui cara pengobatan
yang benar
4 Menonjolkan masalah 2 1 Keluarga mengatakan Tn.M jika
X1
2
mengalami pusing hanya
meminum obat hipertensi dan
tidak melakukan pengecekan
rutin.
Total 5
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga
tentang pencegahan hipetensi agar tidak sering kambuh, apa saja dampak
kedepannya jika tidak teratur minum obat, cara perawatan hipertensi serta
makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi
2) Ketidakpatuhan keluarga dalam pengobatan hipertensi berhubungan dengan
kurang pengetahuan, ditandai dengan keluarga mengatakan jika obat Tn.M
jika mengalami sakit kepala hanya meminum obat hipertensi tanpa
melakukan pengecekan rutin.
4. RENCANA KEPERAWATAN

Rencana Keperawatan Keluarga pada Tn.M dengan hipertensi di Kelurahan Sindang Barang

No Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi


Keperawatan Kriteria Standar
1 Defisit Tupan :  Klien dan keluarga Edukasi kesehatan
Verbal
Pengetahuan Setelah diberikan asuhan siap dan mampu (I.12383)
(D. 0111) keperawatan keluarga menerima 1. Identifikasi kesiapan
selama 1 hari diharapkan informasi. dan kemampuan
pengetahuan keluarga menerima informasi
bertambah 2. Identifikasi faktor-
faktor yang dapat
Tupen :
meningkatkan dan
1. Setelah diberikan
menurunkan motivasi
perawatan selama
perilaku hidup bersih
1 kali kunjungan
dan sehat.
selama 30 menit
diharapkan
keluarga mampu
Menerima informasi
 Klien dan keluarga 1. Sediakan materi dan
2. Setelah diberikan Verbal
mampu menyebut media pendidikan
perawatan selama 1 kali
kan tentang kesehatan
kunjungan selama 30
penyakit hipertensi 2. Jadwalkan pendidikan
menit diharapkan
terkait pencegahan kesehatan sesuai
hipetensi agar tidak kesepakatan
keluarga mampu
sering kambuh, apa 3. Berikan kesempatan
memahami tentang
saja dampak untuk bertanya
hipertensi
kedepannya jika 4. Jelaskan faktor risiko
tidak teratur yang dapat
minum obat, cara mempengaruhi
perawatan kesehatan
hipertensi serta 5. tentang penyakit
makanan yang hipertensi terkait
boleh dan tidak pencegahan hipetensi
boleh dikonsumsi agar tidak sering
kambuh, apa saja
dampak kedepannya
jika tidak teratur
minum obat, cara
perawatan hipertensi
serta makanan yang
boleh dan tidak
boleh dikonsumsi
2 Ketidakpatuhan  Keluarga dan klien Dukungan Kepatuhan
Tupan :
keluarga dalam merbalisasi kemauan Program Pengobatan
Setelah diberikan asuhan
pengobatan memenuhi program (I.12361)
keperawatan keluarga
(D.0114) perawatan atau 1. Identifikasi kepatuhan
selama 5 hari diharapkan
pengobatan menjalani program
Tingkat Kepatuhan
meningkat, dan pengobatan
pengobatan keluarga
verbalisasi mengikuti 2. Buat komitmen
meningkat.
anjuran dari perawat menjalani program
meningkat pengobatan dengan
Tupen:  Perilaku mengikuti baik
program perawatan 3. Diskusikan hal-hal
1. Setelah diberikan
dan mengikuti anjuran yang dapat
perawatan selama 1 kali
membaik mendukung atau
kunjungan selama 30
 Risiko komplikasi menghambat
menit diharapkan
hipertensi klien berjalannya program
keluarga mampu
menurun pengobatan
mengetahui tentang
4. Libatkan keluarga
dampak tidak rutin
untuk mendukung
minum obat hipertensi
program pengobatan
yang dijalani
5. Informasikan program
pengobatan yang harus
di jalani
6. Informasikan manfaat
yang akan diperoleh
jika teratur menjalani
program pengobatan
7. Anjurkan pasien dan
keluarga melakukan
konsultasi ke
pelayanan kesehatan
terdekat.
5. IMPLEMENTASI
No Tanggal Jam Diagnosa Keperawatan IMPLEMENTASI
1 29 Oktober 2022 10.00 Defisit Pengetahuan (D. 0111)  Mengidentifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
 Mengidentifikasi faktor-faktor yang
dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan
sehat.
 Menyediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
 Menjadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
 Memberikan kesempatan untuk
bertanya
 Menjelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
 Memberikan informasi tentang
penyakit hipertensi terkait pencegahan
hipetensi agar tidak sering kambuh,
apa saja dampak kedepannya jika
tidak teratur minum obat, cara
perawatan hipertensi serta makanan
yang boleh dan tidak boleh
dikonsumsi
2 03 November 2022 10.00 Ketidakpatuhan keluarga dalam  Mengidentifikasi kepatuhan menjalani
pengobatan program pengobatan
(D.0114)  Membuat komitmen menjalani
program pengobatan dengan baik
 Mendiskusikan hal-hal yang dapat
mendukung atau menghambat
berjalannya program pengobatan
 Melibatkan keluarga untuk
mendukung program pengobatan yang
dijalani
 Menginformasikan program
pengobatan yang harus di jalani
 Menginformasikan manfaat yang akan
diperoleh jika teratur menjalani
program pengobatan
 Menganjurkan pasien dan keluarga
melakukan konsultasi ke pelayanan
kesehatan terdekat.
6. EVALUASI KEPERAWATAN
No Tanggal Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1 29 Oktober 2022 10.30 Defisit Pengetahuan (D.0111) S:
-Klien dan keluarga mengatakan sudah mengerti
dan paham dengan penjelasan yang diberikan
-Klien dan keluarga mengatakan sudah
mengetahui tentang penyakit hipertensi terkait
pencegahan hipetensi agar tidak sering
kambuh, apa saja dampak kedepannya jika
tidak teratur minum obat, cara perawatan
hipertensi serta makanan yang boleh dan
tidak boleh dikonsumsi
O:
-Klien dan keluarga tampak paham dan mengerti
dengan penjelasan yang diberikan
-Klien dan keluarga mengatakan sudah
mengetahui tentang penyakit hipertensi terkait
pencegahan hipetensi agar tidak sering
kambuh, apa saja dampak kedepannya jika
tidak teratur minum obat, cara perawatan
hipertensi serta makanan yang boleh dan
tidak boleh dikonsumsi
A:
-Masalah sudah teratasi
P:
-Intervensi dihentikan
2 03 Novemver 2022 10.30 Ketidakpatuhan keluarga dalam S :
pengobatan (D.0114) - Klien mengatakan akan patuh mengikuti
program pengobatannya karena sudah
mengetahui dampaknya apabila tidak patuh
dalam pengobatan
- Keluarga mengatakan akan mendampingi
klien dalam proses perawatan dan
pengobatannya
O:
- Klien dan keluarga tampak serius dalam
mendengarkan informasi yang diberikan
- Klien dan keluarga tampak memahami
penjelasan yang telah diberikan
A:
- Masalah sudah teratasi
P:
- Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai