Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN ANAK USIA SEKOLAH
DI DESA RANJENG KECAMATAN LOSARANG

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas Stase


Keperawatan Komunitas Program Studi Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Indramayu

Oleh :
YOPI RAHMAT DARMAWAN
R210415065

YAYASAN INDRA HUSADA INDRAMAYU


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022
LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH

A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga

Keluarga adalah orang yang melihatnya oleh, adopsi, kelahiran yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan

perkembangan fisik, mental, sosial sosial individu-indu yang didalamnya dilihat dari
interaksi yang teratur dan ditandai dengan adanya dan adanya interaksi hubungan untuk
mencapai tujuan umum. (Duval, 1972).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaaan
saling ketergantungan ( Depkes RI, 1998 ).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergantung karena darah, hubungan atau
hubungan antara mereka hidup dalam satu rumah, berinteraksi satu sama lain dan dalam menjaga
masing-masing menciptakan serta mengembangkan budaya. ( Salvicion G. Bailon dan Aracelis
Maglaya, 1989 ).

2. Tahap perkembangan keluarga


Tahap perkembangan keluarga menurut Friedman (1998) adalah :
a. Tahap 1: Keluarga pemula

Perkawinan dari pasangan di awal mulanya sebuah keluarga baru, atau prokreasi dan
perpindahan dari status lajang ke hubungan keluarga baru yang intim.

b. Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak

Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berumur 30 bulan.
biasanya orang tua bergetar dengan kelahiran anak pertama mereka, tapi agak takut juga.
Kekhawatiran terhadap bayi biasanya berkurang setelah beberapa hari, karena ibu dan bayi
tersebut mulai mengenal. Ibu dan ayah tiba-tiba berselisih dengan semua peran-peran yang telah
dipercayakan kepada mereka. Peran tersebut pada awalnya sulit karena perasaan
ketidakadekuatan menjadi orang tua baru.

c. Tahap III : Keluarga yang usia anak prasekolah

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun dan
berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Sekarang, keluarga mungkin terdiri dari tiga hingga lima
orang, dengan posisi suami - ayah, istri - ibu, anak laki-laki – saudara, anak perempuan –
saudari. Keluarga menjadi lebih majemuk dan berbeda.

d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah
dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Keluarga biasanya mencapai
jumlah anggota maksimum, dan hubungan keluarga di akhir tahap ini.

e. Tahap V: Keluarga dengan anak remaja

Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus kehidupan keluarga
dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat
jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di rumah
hingga brumur 19 atau 20 tahun.

f. Tahap VI: Keluarga yang melepaskan usia dewasa muda

Permulaan dari fase kehidupan keluarga ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah
orang tua dan berakhir dengan rumah kosong, ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap
ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang ada dalam rumah
atau berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal di rumah.

g. Tahap VII : Orang tua pertengahan

Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap pertengahan dari bagi orangtua,
dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian
salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orangtua memasuki usia 45-55 tahun dan
berakhir pada saat seorang pasangan pensiun, biasanya 16-8 tahun kemudian.
h. Tahap VIII: Keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Tahap siklus terakhir kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan
memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal, dan berakhir
dengan pasangan lain meninggal.

3. Tugas perkembangan keluarga


Tugas perkembangan keluarga menurut Friedman (1998) yaitu :
a. Tahap I: Keluarga pemula.
1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan.
2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
3) Keluarga berencana (Keputusan tentang kedudukan sebagai orangtua).
b. Tahap II : Keluarga yang sedang mangasuh anak
1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (mengintegrasikan bayi
baru ke dalam keluarga).
2) Rekonsilisiasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota
keluarga.
3) mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-peran
orangtua dan kakek-nenek.
c. Tahap III : Keluarga dengan usia pra sekolah
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi,
keamanan.
2) Mensosialisasikan anak.
3) Mengintegrasikan anak yang baru sementara memenuhi kebutuhan anak-anak yang
lain.
4) mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan dan
hubungan orangtua dan anak) dan diluar keluarga (keluarga besar dan komunitas).
d. Tahap IV : Keluarga dengan usia sekolah
1) membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan
2) mempertahankan hubungan pernikahan
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang meningkat
4) meningkatkan komunikasi terbuka .
e. Tahap V: Keluarga dengan anak remaja
1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa
dan mandiri
2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
3) Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak
f. Tahap VI : Keluarga dengan melepaskan usia anak dewasamuda.
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) menjaga keintiman pasangan
3) membantu orang tua yang sedang sakit dan memasuki masa tua
4) membantu anak untuk mandiri di masyarakat Penataan kembali peran dan kegiatan
rumah tangga
g. Tahap VII : Orang tua pertengahan pertengahan.
1) mempertahankan kesehatan
2) menjaga hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak .
3) peningkatan keakraban pasangan
h. Tahap VIII : Keluarga dengan masa pensiun dan lansia.
1) menjaga suasana rumah yang menyenangkan
2) Beradaptasi dengan perubahan, kehilangan pasangan, teman, dll
3) menjaga keakraban suami dan saling merawat
4) menjaga hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
5) melakukan " Life Review"

4. Fungsi dan tugas keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (1986) dalam Murwani (2007) sebagai berikut:

a. Fungsi afektif

Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan
keluarga. Fungsi afektif berguna untuk memenuhi kebutuhan psikososial. Keberhasilan
melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota
keluarga. Tiap anggota keluarga saling menjaga iklim yang positif. Hal tersebut dapat dipelajari
dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga
yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan
konsep diri positif. Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan
keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi
afektif dalam keluarga tidak dapat terpenuhi.

b. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang
menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial (Friedman, 1986).
Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan mengungkapkan ayah, ibu dan orang-
orang yang disekitarnya. Kemudian beranjak balita mulai belajar bersosialisasi dengan
lingkungan meskipun demikian keluarga tetap berperan penting dalam sosial. Keberhasilan
perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota
keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-
norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga.

c. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk mempertahankan dan menambah sumber daya manusia. Maka
dari suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan
tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk keturunan.

d. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga seperti memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti memnuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak
pasangan sekarang yang kita lihat dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan
istri hal ini menjadikan masalah yang dihadapi pada perceraian.

e. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berperan atau bekerja untuk melaksanakan praktik asuhan kesehatan, yaitu untuk
mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.
Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan yang mempengaruhi status
kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat
dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas
kesehatan berarti mampu menyelesaikan masalah kesehatan.

5. Masalah pada Anak Usia Sekolah


a. Bahaya Fisik
1) Penyakit
a) Penyakit palsu/khayal untuk menghindari tugas-tugas yang menjadi tanggung
jawabnya.
b) Penyakit yang sering dialami adalah yang berhubungan dengan kebersihan diri.
2) Kegemukan
Bahaya kegemukan yang dapat terjadi :
a) Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan kesempatan untuk
keberhasilan social.
b) Teman-temannya sering mengganggu dan mengejek sehingga anak menjadi rendah
diri
3) Kecelakaan
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan sering dianggap sebagai kegagalan
dan anak lebih bersikap hati-hati akan bahayanya bagi psikologisnya sehingga anak merasa takut
dan hal ini dapat berkembang menjadi rasa malu yang akan mempengaruhi hubungan social.
4) Kecanggungan
Anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya bila muncul perasaan
tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri.
5) Kesederhanaan
Hal ini sering dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa memandangnya sebagai
perilaku kurang menarik sehingga anak menafsirkannya sebagai penolakan yang dapat
mempengaruhi konsep diri anak.

b. Bahaya Psikologis
1) Bahaya Dalam Berbicara
Ada 4 (empat) bahaya dalam berbicara yang umum terdapat pada anak- anak usia sekolah
yaitu :
a) kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di sekolah dan
menghambat komunikasi dengan orang lain.
b) kesalahan dalam berbicara, cacat dalam berbicara (gagap) akan membuat anak jadi
sadar diri sehingga anak hanya berbicara bila perlu saja.
c) anak yang kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan dilingkungan sekolah
akan terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah merasa bahwa ia berbeda.
d) pembicaraan yang bersifat egosentris, mengkritik dan merendahkan orang lain,
membual akan ditentang oleh temannya.
c. Bahaya Emosi
Anak akan dianggap tidak matang bila menunjukan pola-pola emosi yang kurang
menyenangkan seperti marah yang berlebihan, cemburu masih sangat kuat sehingga kurang
disenangi orang lain
d. Bahaya Bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan kesempatan untuk
mempelajari permainandan olah raga untuk menjadi anggota kelompok, anak dilarang berkhayal,
dilarang melakukan kegiatan kreatif dan bermain akan menjadi anak penurut yang kaku.
e. Bahaya Dalam Konsep Diri
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas terhadap diri
sendiri dan tidak puas terhadap perlakuan orang lain bila konsep sosialnya didasarkan pada
pelbagai stereotip, anak cenderung berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam
memperlakukan orang lain. Karena konsepnya berbobot emosi dan cenderung menetap serta
terus menerus akan memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian sosial anak.

f. Bahaya Moral
Bahaya umum diakitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku anak-anak. :
1) perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau berdasarkan konsep-
konsep media massa tentang benar dan salah yang tidak sesuai dengan kode orang dewasa.
2) tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas perilaku.
3) disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang sebaiknya
dilakukan.
4) hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak.
5) menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu memuaskan
sehingga menjadi perilaku kebiasaan.
6) tidak sabar terhadap perilaku orang lain yang salah.

g. Bahaya Yang Menyangkut Minat


Bahaya yang dihubungkan dengan minat masa kanak-kanak :
1) tidak berminat terhadap hal-hal yang dianggap penting oleh teman-teman sebaya.
2) mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang dapat bernilai bagi
dirinya, misal kesehatan dan sekolah.
h. Bahaya Hubungan Keluarga
Kondisi-kondisi yang menyebabkan merosotnya hubungan keluarga :
1) Sikap terhadap peran orang tua, orang tua yang kurang menyukai peran orang tua dan
merasa bahwa waktu, usaha dan uang dihabiskan oleh anak cenderung mempunyai hubungan
yang buruk dengan anak-anaknya
2) Harapan orang tua, kritikan orang tua pada saat anak gagal dalam melaksanakan tugas
sekolah dan harapan-harapan orang tua maka orang tua sering mengkritik, memarahi dan bahkan
menghukum anak
3) Metode pelatihan anak, disiplin yang otoriter pada keluarga besar dan disiplin lunak
pada keluarga kecil yang keduanya menimbulkan pertentangan dirumah dan meyebabkan
kebencian pada anak. Disiplin yang demokratis biasanya menghasilkan hubungan keluarga yang
baik.
4) Status sosial ekonomi, bila anak merasa benda dan rumah miliknya lebih buruk dari
temannya maka anak sering menyalahkan orang tua dan orang tua cenderung membenci hal itu
5) Pekerjaan orang tua, pandangan mengenai pekerjaan ayah mempengaruhi persaan
anak dan bila ibu seorang karyawan sikap terhadap ibu diwarnai oleh pandangan teman-
temannya mengenai wanita karier dan oleh banyaknya beban yang harus dilakukan di rumah.
6) Perubahan sikap kepada orang tua, bila orang tua tidak sesuai dengan harapan idealnya
anak, anak cenderung bersikap kritis dan membandingkan orang tuanya dengan orang tua teman-
temannya.
7) Pertentangan antar saudara, anak-anak yang merasa orang tuanya pilih kasih terhadap
saudara-saudaranya maka anak akan menentang orang tua dan saudara yang dianggap
kesayangan orang tua.
8) Perubahan sikap terhadap sanak keluarga, anak-anak tidak menyukai sikap sanak
keluarga yang terlalu memerintah atau terlalu tua dan orang tua akan memarahi anak serta sanak
keluarga membenci sikap sianak.
9) Orang tua tiri, anak yang membenci orang tua tiri karena teringat orang tua kandung
yang tidak serumah akan memperlihatkan sikap kritis, negativitas dan perilaku yang sulit.

6. Peran perawat keluarga

Perawatan kesehatan adalah pelayanan kesehatan sebagai unit pelayanan yang ditujukan
pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perawat
adalah membantu keluarga untuk menyesuaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan
kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan (Murwani, 2007).
Peran perawat menurut Sudiharto (2007) adalah sebagai berikut :

a. Sebagai pendidik

Perawat bertanggungjawab memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga, terutama


untuk memandirikan keluarga dalam merawat angora keluarga yang memiliki masalah
kesehatan.

b. Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan

Perawat bertanggungjawab memberikan pelayanan yang komprehensif. Pelayanan


keperawatan yang bersinambungan diberikan untuk menghindari antara keluarga dan unit
kesehatan (puskesmas dan rumah sakit).

c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan

Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan
anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan. Dengan demikian, anggota keluarga yang
sakit dapat menjadi "titik masuk" bagi perawat untuk memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif.
d. Sebagai supervisor pelayanan

Perawat melakukan pengawasan terhadap pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan


secara teratur, baik terhadap keluarga maupun yang tidak. Kunjungan rumah tersebut dapat
direncanakan terlebih dahulu atau secara langsung.

e. Sebagai pembela (advokat)

Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hak-hak keluarga sebagai
klien. Perawat diharapkan mengetahui harapan serta memodifikasi sistem perawatan yang
diberikan untuk memenuhi hak dan kewajiban mereka sebagai klien kemudahan tugas perawat
untuk memandirikan keluarga.

f. Sebagai fasilitator

Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan masyarakat unruk
memecahkan masalah kesehatan dan 1000 yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu
memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah.

g. Sebagai peneliti

Perawat keluarga melatih keluarga untuk memahami masalah-masalah kesehatan yang


dialami oleh anggota keluarga. Masalah kesehatan yang muncul dalam keluarga biasanya terjadi
menurut siklus atau budaya yang dipraktikan keluarga. Misalnya, diare pada balita yang terjadi
karena budaya menjaga kebersihan makanan dan minuman kurang diperhatikan. Peran sebagai
peneliti pada kemampuan keluarga untuk mengidentifikasi penyebab, menanggulangi, dan
melakukan promosi kepada anggota keluarga. Selain itu, perawat perlu mengembangkan
pengembangan keluarga terhadap binaannya.
DAFTAR PUSTAKA

Muscary, ME, (2001), Panduan Belajar Keperawatan Pediatric, Edisi 3, (Alfrina Hany,
SKp, Penerjemah) Jakarta: EGC.
Anonim. (2007). Family centered care. diakses tanggal 7 September 2007 dari
http://www.familycenteredcare.org
Bissel C, “Family-Centered Care” oleh as retrieved on 12 Jul 2007 02:22:57
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN
KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN REMAJA
DI DESA RANJENG KECAMATAN LOSARANG

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas Stase


Keperawatan Komunitas Program Studi Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Indramayu

Oleh :
YOPI RAHMAT DARMAWAN
R210415065

YAYASAN INDRA HUSADA INDRAMAYU


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022
LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN
REMAJA

A. Konsep Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak belajar dan
mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak melakukan interaksi yang
intim. Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga (Setiadi 2008).
Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi
anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua mendidik
anakanaknya akan berpengaruh terhadap belajar.

Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga merupakan perkumpulan dua atau
lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota
keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain.

Berdasarkan keanggotaannya, keluarga dapat dibagi dalam 3 jenis, yaitu:

1. Nuclear family, sering disebut dengan keluarga inti, yaitu keluarga yang anggotanya
terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum menikah.
2. Extended family, atau keluarga besar, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari
ayah, ibu, serta family dari kedua belah pihak.
3. Horizontal extended family, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari ayah, ibu, dan
anak yang telah menikah dan masih menumpang pada orang tuanya. (Duval, 1972 dalam Setiadi
2008). Dalam keluarga modern sekalipun, pengaruh orang tua terhadap anaknya masih sangat
kuat. Nampaknya adanya kecenderungan pembentukan perilaku anak sebagai hasil interaksi
antara orang tua dengan anaknya. Sebagaimana diungkapkan oleh Setiadi (2008) bahwa
kebanyakan sikap dan perilaku anak akan ditentukan oleh salah satu faktor penting, yaitu
kualitas hubungan diantara orang tua dengan anak.
B. Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaja
Sejalan dengan model fungsi keluarga McMaster, the procces of family functioning,
dikembangkan dari teori sistem yang menjelaskan bahwa fungsi keluarga merupakan
kemampuan keluarga dalam menyelesaikan tugas dasar seperti makan dan rumah, tugas krisis
seperti cara keluarga dalam menangani masalah, dan tugas perkembangan yang terjadi selama
tahap perkembangan hidup keluarga. Model proses keberfungsian keluarga mengidentifikasi
tujuh objek yang dapat menunjukkan berhasilnya keluarga dalam menyelesaikan tugas dasar,
krisis, dan perkembangan. Tujuh objek tersebut adalah penyelesaian tugas, peran yang jelas,
komunikasi, interkasi langsung dalam keluarga, keterlibatan, pengawasan, serta nilai dan norma
(Setiadi, 2008).

Model siklus hidup keluarga merupakan cetak biru peran dan tugas keluarga yang
senantiasa mengalami pergerakan melewati tiap tahap perkembangan keluarga, hal ini berarti
transisi keluarga dari tahap ke tahap terdapat tanda-tanda yang dapat diprediksi secara normal.
Keluarga dengan anak usia remaja dimulai ketika anak pertama berumur 13 tahun hingga 18
tahun dan berakhir sampai anak tersebut menikah, bekerja atau wajib militer, sebagai seorang
dewasa muda(Olson & DeFrain, dalam Walcheski & Bredehoft, 2003; Duvall, 2014).

Masa remaja adalah masa penuh tekanan untuk individu maupun keluarga dimana
keduanya dituntut menyesuaikan diri terhadap perubahan besar individu dan sistem keluarga.
Fase ini keluarga dengan anak remaja menghadapi kesulitan masalah finansial, masalah intra-
family, work-family, dan transisi serta pergerakan anggota keluarga yang masuk-keluar dalam
unit keluarga yang sudah dapat di prediksi. Ini merupakan tahap paling menegangkan dari sikus
hidup keluarga. (Mc Cubbin et al, 2014). Pernyataan ini didukung hasil penelitian yang
menyebutkan bahwa ketika anak memasuki masa remaja, mayoritas (60%) keluarga merasa
renggang dan terpisah. Hal ini bukan hanya ekspektasi melainkan kenyataan karena remaja
mulai mengembangkan autonominya (Day et al, 2014).

Duvall (2014) menjabarkan tahapan kritis tugas perkembangan keluarga anak usia remaja
yakni: 1) Memberikan kebebasan yang seimbang dan betanggung jawab mengingat remaja
adalah seorang dewasa muda yang mulai memiliki otonomi; 2) Mempertahankan hubungan
intim dalam keluarga; 3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dengan orang tua; 4)
Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan bagi anggota keluarga untuk memenuhi
kebutuhan tumbuh kembang keluarga. Hal ini berarti keempat tugas tersebut merupakan tugas
penting yang perlu dipenuhi oleh keluarga dengan anak usia remaja. Sementara itu, tugas
perkembangan keluarga dalam Duvall Miller (2011) dibagi menjadi beberapa kategori yakni:
tugas perkembangan secara umum, tugas perkembangan terkait perannya sebagai orang tua,
suami-istri, pengelola rumah tangga dan individu dewasa.

Tugas perkembangan keluarga dengan anak usia remaja secara umum meliputi: 1)
Menyediakan fasilitas untuk individu yang berbeda dan kebutuhan anggota keluarga; 2)
Bertanggung jawab terhadap sistem keuangan keluarga; 3)Menetapkan pembagian tanggung
jawab dalam keluarga; 4) Membangun kembali hubungan pernikahan yang saling memuaskan;
5) Mempererat jarak komunikasi dalam keluarga; 6) memperbaiki hubungan dengan saudara,
teman dan kerabat; 7) Memperluas cakrawala dari remaja dan orang tua; 8) Merumuskan filsafat
hidup yang bisa diterapkan dalam keluarga (Duvall & Miller 2010). Sementara itu,
Gunarsa dan Gunarsa (2008) menjelaskan bahwa orangtua memiliki peran penting untuk
mempersiapkan anak memasuki usia remaja dalam hal:

1. Pertumbuhan fisik anak


Memberikan perlakuan pengasuhan yang baik, lingkungan sehat, pengetahuan praktis
mengenai kadar gizi, pengetahuan kebutuhan dasar dan minimal (istirahat, bermain, belajar)
sesuai kebutuhan pribadi patokan umum dan masa perkembangan anak serta memberikan aturan
sesuai dengan kondisi anak.
2. Perkembangan sosial anak

Orang tua harus mengerti bahwa pergaulan sebagai kebutuhan, tak terkecuali bagi remaja.
Bergaul dengan teman sebaya yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
kepribadian anak. Oleh karena itu orang tua perlu memperhatikan siapa atau dengan kelompok
mana anak boleh, dianjurkan atau menghindari.

3. Perkembangan mental
Memperbaiki proses komunikasi verbal orang tua dengan anak, berbicara sambil
membimbing, penyediaan sarana dan fasilitas sesuai kebutuhan anak.
4. Perkembangan spiritual
Membimbing dan mengarahkan sikap dan perilaku anak sesuai dengan ajaran agama,
mengikutsertakan dalam kegiatan keagamaan serta menciptakan suasana keluarga yang
harmonis. Kemudian, memberikan pengertian nilai dan norma hukum seperti pelanggaran, tata
tertib, penyesuaian diri.
5. Mengembangkan minat dan bakat anak
Memberi kesempatan untuk berkembang, kerjasama orang tua – keluarga besar - sekolah
dengan mendorong anak memiliki kegiatan lain yang produktif selain belajar. Ali dan Asrori
(2010) berpendapat bahwa amat penting bagi remaja diberikan bimbingan agar keingintahuan
yang tinggi dapat terarah kepada kegiatan-kegiatan yang positif, kreatif dan produktif.

C. Peran perawat keluarga

Perawatan kesehatan adalah pelayanan kesehatan sebagai unit pelayanan yang ditujukan
pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perawat
adalah membantu keluarga untuk menyesuaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan
kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan (Murwani, 2007).
Peran perawat menurut Sudiharto (2007) adalah sebagai berikut :

1. Sebagai pendidik

Perawat bertanggungjawab memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga, terutama


untuk memandirikan keluarga dalam merawat angora keluarga yang memiliki masalah
kesehatan.

2. Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan

Perawat bertanggungjawab memberikan pelayanan yang komprehensif. Pelayanan


keperawatan yang bersinambungan diberikan untuk menghindari antara keluarga dan unit
kesehatan (puskesmas dan rumah sakit).

3. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan

Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan
anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan. Dengan demikian, anggota keluarga yang
sakit dapat menjadi "titik masuk" bagi perawat untuk memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif.

4. Sebagai supervisor pelayanan

Perawat melakukan pengawasan terhadap pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan


secara teratur, baik terhadap keluarga maupun yang tidak. Kunjungan rumah tersebut dapat
direncanakan terlebih dahulu atau secara langsung.

5. Sebagai pembela (advokat)

Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hak-hak keluarga sebagai
klien. Perawat diharapkan mengetahui harapan serta memodifikasi sistem perawatan yang
diberikan untuk memenuhi hak dan kewajiban mereka sebagai klien kemudahan tugas perawat
untuk memandirikan keluarga.

6. Sebagai fasilitator

Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan masyarakat unruk
memecahkan masalah kesehatan dan 1000 yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu
memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah.

7. Sebagai peneliti

Perawat keluarga melatih keluarga untuk memahami masalah-masalah kesehatan yang


dialami oleh anggota keluarga. Masalah kesehatan yang muncul dalam keluarga biasanya terjadi
menurut siklus atau budaya yang dipraktikan keluarga. Misalnya, diare pada balita yang terjadi
karena budaya menjaga kebersihan makanan dan minuman kurang diperhatikan. Peran sebagai
peneliti pada kemampuan keluarga untuk mengidentifikasi penyebab, menanggulangi, dan
melakukan promosi kepada anggota keluarga. Selain itu, perawat perlu mengembangkan
pengembangan keluarga terhadap binaannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., & Asrori, M. (2010). Psikologi remaja: Perkembangan peserta didik. Edisi ke-6. Jakarta:
Media Grafika.

Allender, J. A., & Spredley, B. W. (2005). Community health nursing: promoting and protecting
the public’s health. 6th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Carpenito, L. J. (2000). Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi ke-8. Alih Bahasa Ester M.
Jakarta: EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN
KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN
ANAK USIA PRA SEKOLAH
DI DESA RANJENG KECAMATAN LOSARANG

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas Stase


Keperawatan Komunitas Program Studi Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Indramayu

Oleh :
YOPI RAHMAT DARMAWAN
R210415065

YAYASAN INDRA HUSADA INDRAMAYU


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK PRA SEKOLAH

A. Pengertian
Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia antar 0-6 tahun. Mereka biasanya
mengikuti program preschool. Di Indonesia untuk usia 4-6 tahun biasanya mengikuti program
Taman kanak-kanak (Dewi, 2015)
Anak usia prasekolah merupakan periode penting dalam perkembangan anak. Karakter
anak 85% dibentuk pada masa prasekolah yaitu usia kurangdari 6 tahun. Pada masa anak
prasekolah perkembangan dan kemampuan anak dalam berbahasa, kreativitas, perkembangan
sosial, emosional, dan intelegensi berjalan sangat cepat . Aspek perkembangan anak itu sendiri
meliputi kemandirian dan sosialisasi yang merupakan aspek yang dianggap paling penting untuk
dikemb angkan pada anak usia prasekolah sebagai dasar bagi perkembangan selanjutnya
(Maulana, 2010).
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan
nudaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap
anggota keluarga (Harnilawati, 2013)

B. Karakterisktik Perilaku Prasekolah


Menurut Keliat et. al (2011) perilaku psikososial anak pra sekolah antara lain :
1) Perkembangan yang normal : inisiatif
a) Mengkhayal dan kreatif
b) Berinisiatif untuk bermain dengan alat-alat yang ada dirumah
c) Belajar keterampilan fisisk baru
d) Menikmati bermain bersama anak seusianya
e) Mudah dipisahkan dengan orang tua
f) Mengenal minimal empat warna
g) Merangkai kata-kata dalam bentuk kalimat
h) Mampu melakukan pekerjaan yang sederhana
i) Mengeal jenis kelamin
2) Penyimpangan perkembangan : rasa bersalah
a) Tidak percaya diri
b) Pesimis, tidak memiliki minat dan keinginan
c) Takut salah dalam melakukan sesuatu
d) Sangat membatasi aktivitasnya sehingga terkesan malas dan tidak mempunyai
inisiatif.

C. Tahap-tahap kehidupan / perkembangan keluarga dengan anak prasekolah


a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi,
dan rasa aman
b) Membantu anak bersosialisasi
c) Beradaptasi dengan anak yang baru
d) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik didalam maupun diluar rumah
e) Pembagian waktu untuk individu
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.

D. Tugas-tugas keluarga
a) Pemeliharaan fisik keluarga dan anggota-anggotanya
b) Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
c) Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing
d) Sosialisasi antar anggota keluarga
e) Pengaturan jumlah anggota keluarga
f) Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
g) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarganya.

E. Paradigma konsep keperawatan keluarga


Paradigm adalah suatu cara dalam mempersepsikan atau memandang sesuatu.
Komponen paradigma keperawatan keluarga :
Rawatan Kesehatan

Manusia

Lingkungan

Terdiri 4 konsep dasar :


a) Manusia
b) Keperawatan
c) Sehat-sakit
d) Lingkungan

F. Pengkajian
a. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik yang harus diperhatikan pada anak yang akan melakukan buang air
kecil dan besar dapat meliputi kemampuan motorik kasar seperti berjalan, duduk,
meloncat dan kemampuan notorik halus seperti mampu melepas celana sendiri.
b. Pengkajian psikologis
Dapat dilakukan dengan gambaran psikologis pada anak ketika melakukan hal seperti
akan buang air besar anak tidak menangis ekespresi wajah menunjukan wajah
menunjukkan kegembiraan dan ingin melakukan secara mandiri ditoilet selama 5-10
menit tanpa rewel.
c. Pengkajian intelektual
Kekmampuan untuk mengkomunukasikan pada orang tua tentang apa yang akan
dilakukannya sendiri. Mempunyai prilaku yang kognitif untuk meniru perilakuny.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Dkk (2011). Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader kesehatan
Jiwa. Jakarta EGC

Nurdin, A.E (2011). Tumbuh Kembang Perilaku Manusia. Cetakan 1. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Cetakan 1 : Desember ( 2016 ). Cetakan II


(2017) SDKI

Anda mungkin juga menyukai