Anda di halaman 1dari 41

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Karakteristik Keluarga


A. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya
masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman,
2010).
Menurut Duvall dalam (Harmoko, 2012) konsep keluarga merupakan
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum: meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari
tiap anggota. Keluarga merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil dalam
masyarakat, penerima asuhan, kesehatan anggota keluarga dan kualitas
kehidupan keluarga saling berhubungan, dan menempati posisi antara individu
dan masyarakat (Harmoko. 2012).
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah, adopsi atau perkawinan. (WHO, dalam Harmoko 2012).
Keluarga adalah sekelompok manuasia yang tinggal dalam satu rumah tangga
dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat. (Helvie, dalam
Harmoko 2012).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa definisi dari keluarga merupakan
sekumpulan orang yang terikat oleh ikatan perkawinan, darah serta adopsi dan
tinggal dalam satu rumah.

B. Fungsi Keluarga
Menurut Marilyn M. Friedman (2010) fungsi keluarga dibagi menjadi 5 yaitu:
1. Fungsi Afektif
Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan
psikologis anggota keluarga.
2. Fungsi Sosialisasi
Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak
sebagai anggota masyarakat yang produktif serta memberikan status pada
anggota keluarga.
3. Fungsi Reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi
dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat
4. Fungsi ekonomi
Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya.
5. Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik, makanan, pakaian, tempat tinggal,
perawatan kesehatan. (Marilyn M. Friedman, hal 86; 2010)

C. Tahap dan Perkembangan Keluarga


1. Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning family)
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami dan
istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga
masing-masing, secara psikologi keluarga tersebut membentuk keluarga
baru.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain:
a. Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.
b. Menetapkan tujuan bersama.
c. Membina hubungan dengan keluarga lain: teman, dan kelompok
social.
d. Merencanakan anak (KB).
e. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk
menjadi orang tua.
2. Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing
family)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai
kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30
bulan (2,5 tahun). Kehamilan dan kelahiran bayi perlu disiapkan oleh
pasangan suami istri melalui beberapa tugas perkembangan yang penting.
Tugas perkembangan pada masa ini antara lain:
a. Persiapan menjadi orang tua.
b. Membagi peran dan tanggung jawab.
c. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang
menyenangan.
d. Mempersiapkan biaya atau dana child bearing.
e. Memfasilitasi role learning anggota keluarga.
f. Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita.
g. Mangadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

3. Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (families with preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahirn anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat
anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap
kebutuhan-kebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam meningatkan
pertumbuhannya. Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan
anak sangat bergantung pada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur
waktunya sedemikian rupa, sehingga kebutuhan anak, suami/istri, dan
pekerjaan (punya waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut:
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan tempat
tinggal, privasi, dan rasa aman.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak
yang lain juga harus terpenuhi.
d. Mempertahakan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar) Pembagian waktu
untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling repot).
e. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
f. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.

4. Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with children)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia
6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini keluarga mencapai
jumlah anggota keluarga maksimal, sehngga keluarga sangat sibuk. Selain
aktifitas di sekolah, masing-masing anak memiliki aktifitas dan minat
sendiri demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas berbeda dengan
anak.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Memberikan perhatian tentang kegiatan social anak, pendidikan
dan semangat belajar.
b. Mendorong anak unuk mencapai pengembangan daya intelektual.
c. Menyediakan aktifitas untuk anak.
d. Manyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan mengikutsertakan
anak.

5. Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)


Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan
rumah orang tuanya. Tujuannya keluarga melepas anak remaja dan
memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut:
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkat otonominya.
b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c. Mempertahakan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.

6. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (lounching


center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya
tahap ini bergantung pada banyaknya anak dalam keluarga atau jika anak
yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan
utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap
berperan dalam melepas anaknya untuk hidup sendiri. Keluarga
mempersiapkan anaknya yang tertua untuk membentuk keluarga sendiri
dan tetap membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua.
d. Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anak.
e. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
f. Berperan sebagai suami istri, kakek, dan nenek.
g. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-
anaknya.

7. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families)


Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada tahap ini
semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan berfokus untuk
mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktifitas.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini atara lain adalah:
a. Mempertahankan kesehatan.
b. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah
minat sosial dan waktu santai.
c. Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua
d. Keakraban dengan pasangan.
e. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.

8. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut


Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu pasangan
pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal. Proses usia lanjut dan
pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena berbagai
proses stresor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Tugas
perkembangan tahap ini adalah:
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik, dan pendapatan.
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
d. Mempertahakan hubungan anak dan sosial masyarakat.
e. Melakukan life review.
f. Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian.
(Harmoko, 2012)

D. Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan kesehatan keluarga


1. Pendidikan kesehatan
Penyuluhan atau pendidikan kesehatan merupakan satu dari pendekatan
intervensi keperawatan keluarga yang utama. Pendidikan dapat mencakup
berbagai bidang, isi dan fokus, termasuk promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit, masalah kesakitan/disabilitas dan dampaknya, serta
dinamika keluarga. (Friedman, 2010)
2. Konseling
Konseling adalah suatu proses bantuan interaktif antara konselor dan klien
yang ditandai oleh elemen inti penerimaan, empati, ketulusan, dan
keselarasan. Hubungan ini terdiri dari serangkaian interaksi sepanjang
waktu berupa konselor yang melalui berbagai teknik aktif dan pasif,
berfokus pada kebutuhan, masalah atau perasaan klien yang telah
memengaruhi perilaku adaptif klien. (Bank, 1992 dalam Friedman 2010)

3. Membuat kontrak
Kontrak adalah persetujuan kerjasama yang dibuat antara dua pihak atau
lebih, misalnya antara orang tua dan anak. Aar tepat waktu dan relefan,
kontrak waktu dapat dinegosiasi secara terus menerus dan harus mencakup
area sebagai berikut : tujuan, lama kontrak, tanggung jawab klien, langkah
untuk mencapai tujuan, dan penghargaan terhadap pencapaian tujuan
(Sloan dan Schommer, 1975; Steiger dan Lipson, 1985 dalam Friedman
2010).

4. Menejemen kasus
Pertumbuhan perawatan terkelola telah menjadi kekuatan utama
munculnya menejemen kasus. Perawatan terkelola yang menekankan pada
pengendalian biaya dan peningkatan efisiensi perawatan, sementara
memelihara kualitas perawatan dan kepuasan klien, benar-benar
membentuk cara menejemen kasus berfungsi ( Jones, 1994; MacPhee &
Hoffenbergh, 1996 dalam Friedman 2010)

5. Advokasi klien
Perawat keluarga dapat menjadi advokat klien dengan sedikitnya empat
cara, yaitu :
a. Dengan membantu klien memperoleh layanan yang mereka butuhkan
dan menjadi hak mereka.
b. Dengan melakukan tindakan yang menciptakan sistem layanan
kesehatan yang lebih responsif terhadap kebutuhan klien.
c. Dengan memberikan advokasi untuk memasukan pelayanan yang
lebih sesuai dengan sosial-budaya.
d. Dengan memberikan advokasi untuk kebijakan sosial yang lebih
responsive. (Canino dan Spurlock, 1994 dalam Friedman, 2010)

6. Koordinasi
Pada kenyataannya menejemen kasus sering kali diartikan sebagai
koordinasi (khususnya di bidang kerja sosial), dan dirancang untuk
memberikan berbagai pelayanan kepada klien dengan kebutuhan yang
kompleks di dalam suatu pengendali tunggal. (Sletzer, Litchfield, Lowy &
Levin, 1989 dalam Friedman, 2010)

7. Kolaborasi
Sebagai perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayan
rumah sakit, puskesmas, dan anggota tim kesehatan yang lain untuk
mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal. Kolaborasi tidak hanya
dilakukan sebagai perawat di rumah sakit tetapi juga dikeluarga dan
komunitaspun dapat dilakukan. (Lamb dan Napadano 1984 dalam
Friedman 2010)

8. Konsultasi
Konsultasi termasuk sebagai intervensi keperawatan keluarga karena
perawat keluarga sering berperan sebagai konsultan bagi perawat, tenaga
profesional, dan para profesional lainnya ketika informasi klien dan
keluarga serta bantuan diperlukan. (Friedman, 2010).
1.2 Data yang diperlukan dikaji lebih lanjut
A. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah
tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg,
tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi
merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini
terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).
Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan
kardiovaskular. Apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan
gagal ginjal, stroke, dimensia, gagal jantung, infark miokard, gangguan
penglihatan dan hipertensi (Andrian Patica N Ejournal keperawatan volume 4
nomor 1, Mei 2016)

B. Jenis Hipertensi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri tetapi sering
dijumpai dengan penyakit lain, misalnya arterioskeloris, obesitas, dan diabetes
militus. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan menjadi
dua golongan yaitu (WHO, 2014):
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui
dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menemukan hubungan antara
riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko menderita
penyakit ini. Selain itu juga para pakar menunjukan stres sebagai tertuduh
utama, dan faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor-faktor lain yang
dapat dimasukkan dalam penyebab hipertensi jenis ini adalah lingkungan,
kelainan metabolisme, intra seluler, dan faktor-faktor ynag meningkatkan
resikonya seperti obesitas, merokok, konsumsi alkohol, dan kelainan
darah.
2. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab khususnya sudah diketahui,
yaitu gangguan hormonal, penyakit diabetes, jantung, ginjal, penyakit
pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan. Kasus yang sering
terjadi adalah karena tumor kelenjar adrenal. Garam dapur akan
memperburuk resiko hipertensi tetapi bukan faktor penyebab.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi


1. Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol
a. Jenis Kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita. Wanita
diketahui mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan pria
ketika berusia 20-30 tahun. Tetapi akan mudah menyerang pada
wanita ketika berumur 55 tahun, sekitar 60% menderita hipertensi
berpengaruh pada wanita. Hal ini dikaitkan dengan perubahan hormon
pada wanita setelah menopause (Endang Triyanto, 2014).
b. Umur
Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan berubah
di usia 20-40 tahun. Setelah itu akan cenderung lebih meningkat
secara cepat. Sehingga, semakin bertambah usia seseorang maka
tekanan darah semakin meningkat. Jadi seorang lansia cenderung
mempunyai tekanan darah lebih tinggi dibandingkan diusia muda
(Endang Triyanto, 2014).
c. Keturunan (genetik)
Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap keluarga yang
telah menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi adanya
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
potasium terhadap sodium individu sehingga pada orang tua
cenderung beresiko lebih tinggi menderita hipertensi dua kali lebih
besar dibandingan dengan orang yang tidak mempunyai riwayat
keluarga dengan hipertensi (Buckman, 2010).
d. Pendidikan
Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi tekanan
darah. Tingginya resiko hipertensi pada pendidikan yang rendah,
kemungkinan kurangnya pengetahuan dalam menerima informasi
oleh petugas kesehatan sehingga
berdampak pada perilaku atau pola hidup sehat (Armilawaty, Amalia
H, Amirudin R., 2007).

2. Faktor risiko hipertensi yang dapat dikontrol


a. Obesitas
Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya
melakukan aktivitas sehingga asupan kalori mengimbangi kebutuhan
energi, sehingga akan terjadi peningkatan berat badan atau obesitas
dan akan memperburuk kondisi (Anggara, F.H.D., & N. Prayitno,
2013).
b. Kurang olahraga
Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk
mengurangi peningkatan tekanan darah tinggi yang akan menurunkan
tahanan perifer, sehigga melatih otot jantung untuk terbiasa
melakuakn pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu.
c. Kebiasaan merokok
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan di
dalam kandungan nikotik yang dapat menyebabkan penyempitan
pembuluh darah.
d. Konsumsi garam berlebihan
WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat mengurangi
peningkatan hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah
tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram) (H.
Hadi Martono Kris Pranaka, 2014-2015).
e. Minum alkohol
Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan menyebabkan
peningkatan tekanan darah yang tergolong parah karena dapat
menyebabkan darah di otak tersumbat dan menyebabkan stroke.
f. Minum kopi
Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam satu
cangkir kopi dapat meningkatakan tekanan darah 5- 10 mmHg.
g. Kecemasan
Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan
meningkatkan frekuensi jantung, curah jantung dan resistensi
vaskuler, efek samping ini akan meningkatkan tekanan darah.
Kecemasan atau stress meningkatkan tekanan darah sebesar 30
mmHg. Jika individu meras cemas pada masalah yang di hadapinya
maka hipertensi akan terjadi pada dirinya. Hal ini dikarenakan
kecemasan yang berulang-ulang akan mempengaruhi detak jantung
semakin cepat sehingga jantung memompa darah keseluruh tubuh
akan semakin cepat.

1.3 Masalah Keperawatan


Pada penentuan masalah keperawatan dan penyebabnya tidak mengalami
hambatan dikarenakan adanya faktor pendukung yaitu, data wawancara dan
pemeriksaan fisik lengkap sesuai kebutuhan. Pada penentuan skor masalah dan
prioritas masalah tidak mengalami hambatan dan ditemukan dua masalah
keperawatan keluarga yang mungkin muncul yaitu Ketidakefektifan manajemen
kesehatan keluarga dan Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan.
BAB II

RENCANA KEPERAWATAN

2.1 Diagnosa
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat dan mengenal masalah anggota keluarga
dengan penyakit hipertensi
2. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan penyakit hipertensi

2.2 Tujuan
2.2.1 Tujuan Umum
Keluarga Tn. K mampu memahami tentang penyakit hipertensi
2.2.2 Tujuan Khusus
1. Keluarga Tn.K mampu mengenal masalah pada penyakit hipertensi
2. Keluarga Tn.K siap untuk meningkatkan manajemen kesehatan
BAB III

RENCANA KEGIATAN

3.1 Metode
a. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap
muka dan tanya jawab langsung antara peneliti dan narasumber. Seiring
perkembangan teknologi, metode wawancara dapat pula dilakukan melalui
media-media tertentu, misalnya telepon, email, atau skype. Wawancara terbagi
atas dua kategori, yakni wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
Teknik wawancara tau interview merupakan cara yang digunakan untuk
mendapatkan data dengan cara mengadakan wawancara secara langsung
dengan informen. Wawancara (Interview) yaitu melakukan tanya jawab atau
mengkonfirmasikan kepada sample peneliti dengan sistematis (struktur).
Wawancara diartikan cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan tanya jawab secara lisan, sepihak, bertatap muka secara
langsung dan dengan arah tujuan yang telah ditentukan.
b. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang kompleks karena
melibatkan berbagai faktor dalam pelaksanaannya. Metode pengumpulan data
observasi tidak hanya mengukur sikap dari responden, namun juga dapat
digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi. Teknik
pengumpulan data observasi cocok digunakan untuk penelitian yang bertujuan
untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam.
Metode ini juga tepat dilakukan pada responden yang kuantitasnya tidak terlalu
besar.
c. Angket (kuesioner)
Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data
yang lebih efisien bila peneliti telah mengetahui dengan pasti variabel yag akan
diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden. Selain itu kuesioner juga
cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah
yang luas.
Berdasarkan bentuk pertanyaannya, kuesioner dapat dikategorikan dalam
dua jenis, yakni kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka
adalah kuesioner yang memberikan kebebasan kepada objek penelitian untuk
menjawab. Sementara itu, kuesioner tertutup adalah kuesioner yang telah
menyediakan pilihan jawaban untuk dipilih oleh objek penelitian. Seiring
dengan perkembangan, beberapa penelitian saat ini juga menerapkan metode
kuesioner yang memiliki bentuk semi terbuka. Dalam bentuk ini, pilihan
jawaban telah diberikan oleh peneliti, namun objek penelitian tetap diberi
kesempatan untuk menjawab sesuai dengan kemauan mereka.

3.2 Media dan Alat


Media leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi
tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik leafletdidesain secara cermat
dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta
mudah dipahami.Media leafletadalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan
kalimat-kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang
sederhana (Notoatmodjo, 2010).
Karakteristik media leaflet pada umumnya diletakkan ditempat-tempat
umum dan gampang terlihat. Hal ini disebabkan karakteristik media leaflet yang
memang khusus didesain untuk dibaca secara cepat oleh penerimanya
(Notoatmodjo, 2010)
Kelebihan media leaflet sebagai media pembelajaran penyajian media
leaflet simpel dan ringkas. Media leaflet dapat didistribusikan dalam berbagai
kesempatan. Desain yang simpel tersebut membuat penerima tidak membutuhkan
banyak waktu dalam membacanya (Notoatmodjo, 2010). Kekurangan media leaflet
sebagai media pembelajaran adalah Informasi yang disajikan sifatnya terbatas dan
kurang spesifik. Desain yang digunakan harus menyoroti fokus-fokus tertentu yang
diinginkan. Sehingga dalam leaflet kita tidak terlalu banyak memainkan tulisan dan
hanya memuat sedikit gambar pendukung (Notoatmojdo, 2010).
Pada saat melakukan kegiatan kunjungan di rumah Tn.K maka media yang
dapat diberikan adalah leafleat karena di dalam leafleat tersebut berisi sumber
informasi mengenai penyakit hipertensi yang mudah untuk dipahami dan dapat
dibaca apabila diperlukan oleh angota keluarga dan klien.

3.3 Waktu dan Tempat


Kegiatan dilakukan dari tanggal 30 Juni – 2 Juli 2020 di kediaman rumah Tn.K di
Lingkungan Munduk Anyar, Kelurahan Tegalcangkring, Jembrana

3.4 Kriteria Evaluasi


Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian diberikan
untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/ belum berhasil, maka perlu disusun
rencana baru yang sesuai (Harmoko, hal 100; 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Andrian Patica N. (E-journal keperawatan volume 4 nomor 1 Mei 2016). Hubungan Konsumsi
Makanan dan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Puskesmas Ranomut Kota
Manado.Beevers, D.G. (2002). Bimbingan Dokter Pada Tekanan Darah. Jakarta: Dian
Rakyat.

Anggara, F.H.D., & Prayitno, N. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan
Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. Program Studi S1
Kesehatan Masyarakat STIKES MH. Thamrin. Jakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5 (1) : 20-
25.

Buckman. (2010). Apa yang Anda Ketahui Tentang Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Citra Aji
Parama.

Friedman, M.M et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktik. Ed 5.
Jakarta: EGC

Setiadi. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Asuhan Keperawatan Keluarga
Tn. K Dengan Hipertensi
Lingkungan Munduk Anyar, Kelurahan Tegalcangkring
Jembrana.

A. Pengkajian (Tanggal): 22 April 2020


I. Data Umum
1. Kepala keluarga (KK) : Tn. S
2. Alamat dan No. Telepon : Ling. Munduk Anyar, Jembrana/ 085792137404
3. Pekerjaan KK : Pegawai Swasta
4. Pendidikan KK : SMA
5. Komposisi Keluarga

Status Imunisasi

Ca
Hub U m Ket
N J m Pd Polio DPT Hepatitis
Nama Kelg BC pa
o K dk
KK ur G k

1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 Seh
at

1 Tn.K L Kakek 70 SD - - - - - - - - - - - - Seh


at

2 Tn.S L Suami 45 SM             Seh


A at

3 Ny.B P Istri 41 SM             Seh


A at

4 An. D P Anak 20 S1             Seh


at

6. Genogram :
Laki-Laki
Perempuan
Laki-Laki meninggal
Perempuan meninggal
Klien
Garis hubungan keluarga

7. Tipe keluarga : Keluarga Besar


8. Suku bangsa : Keluarga Tn. S berasal dari suku Bali, Indonesia.
Bahasa sehari-hari yang digunakan dalam berkomunikasi menggunakan bahasa
Bali.
9. Agama : Keluarga Tn. S beragama Hindu, setiap hari
selalu melakukan sembahyang bersama-sama.
10. Status sosial ekonomi keluarga : Pendapatan keluarga di peroleh dari kakek Tn.K
mempunyai hasil dari kebun Rp. 5-8.000.000. Pendapatan dari Tn.S menjadi
pegawai swasta 3.000.000 dan pendapatan dari Ny. B sebagai pegawai swasta
2.000.000.
Kebutuhan yang dibutuhkan keluarga:
Makan: Rp. 1.000.000
Listrik: Rp. 200.000
Lain-Lain: Rp. 2.000.000+
Barang-barang yang dimiliki: sepeda motor, mobil, televisi, kipas angin, mesin
cuci, sofa, lemari
11. Aktivitas rekreasi keluarga : Rekreasi digunakan untuk mengisi kekosongan
waktu dengan menonton televisi dirumah, rekreasi diluar berjalan-jalan ke pantai
atau ke tempat makan untuk berkumpul sambil makan bersama keluarga

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn.S pada tahap kelima keluarga dengan anak remaja
(families with teenagers)
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tidak ditemukannya tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. Anak
remaja berusia 21 tahun, sedang menjenjang perkuliahan jurusan keperawatan
semester 8. Tn. S dan Ny. B mengatakan komunikasi dengan anak-anaknya bersifat
terbuka dan anak tahu akan tugas dan kewajibannya sebagai anak.
3. Riwayat kesehatan keluarga inti
a. Tn. K sebagai kakek tidak mempunyai masalah kesehatan, tidak mempunyai
masalah dengan istirahat, makan maupun kebutuhan dasar lainnya. Hanya saja
Tn.K mempunyai masalah penurunan pendengaran.
b. Tn. S sebagai kepala keluarga mempunyai hipertensi sejak 6 bulan yang lalu
karena suka memakan makanan yang berlemak seperti gulai, gorengan dan
jeroan. Tn.S jarang memeriksakan kesehatannya, terakhir kali ke puskesmas
untuk kontrol kesehatan 3 bulan yang lalu dan dinyatakan dokter pada saat itu
tekanan darahnya sudah normal. Pada saat pengkajian didapatkan tekanan
darahnya kembali tinggi.
TD : 140/80 mmhg S : 36,5 celcius
BB : 86 Kg N : 80 x/m
R : 20 x/m TB : 180 cm
c. Ny. B sebagai istri tidak mempunyai masalah kesehatan, hanya kadang-kadang
punggung terasa nyeri saat terlalu lama duduk saat bekerja. Tidak mempunyai
masalah dengan istirahat, makan maupun kebutuhan dasar lainnya
d. An. D sebagai anak tidak mempunyai masalah kesehatan. Tidak mempunyai
masalah dengan istirahat, makan maupun kebutuhan dasar lainnya
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Tn.S menderita hipertensi karena keluarga Tn. S dari pihak Ibu ada yang menderita
hipertensi.

III. Data Lingkungan


1. Karakteristik rumah
Rumah Tn.S merupakan rumah permanen dengan ukuran 25 meter dan lebar 20
meter. Memiliki sirkulasi udara yang baik, memiliki sistem sanitasi yang yang baik,
memiliki sistem penerangan ruang yang baik, lantai rumah Tn.K terbuat dari keramik,
sumber air berasal dari Sumur PDAM, pembuangan sampah dibuang di TPA
terdekat, dan kebersihan rumah sudah baik.
Dirumah tersebut terdapat:

a. Kamar tidur 3 buah


b. Dapur 1 buah
c. Kamar mandi 1 buah
d. Sanggah

Denah Rumah:

Kamar 1 Kamar
Dapur 2

Kamar
3 Sanggah
Kamar
mandi

Parkiran
Pintu Gerbang
2. Karakteristik tetangga dan komunitasnya
Hubungan antar tetangga saling membantu, bila ada tetangga yang membuat acara
keagamaan dikerjakan saling gotong royong atau dibali disebut dengan “Menyama
Braya” meringankan pekerjaan dengan saling bekerjasama.

3. Mobilitas geografis keluarga


Sebagai penduduk Jembrana, tidak pernah transmigrasi maupun imigrasi.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Kebiasaan Tn. K dilingkungan sekitarnya, yaitu Tn. K selalu berkumpul dan
berkomunikasi dengan tetangga pada waktu sore hari. Tn. S pada upacara keagamaan
selalu bergotong royong untuk menyelesaikan pekerjaan dengan tetangganya. Ny. B
setiap hari minggu dengan tetangganya selalu melakukan kumpulan arisan. An. D
mengikuti perkumpulan tari remaja bersama teman-teman di desa, kebiasaan lain dari
masyarakat di desa sekitar rumah selalu melaksanakan kerja bakti membersihkan
lingkungan.

5. Sistem pendukung keluarga


Jumlah anggota keluarga yaitu 4 orang, selalu mengingatkan mengecek kesehatan ke
puskesmas dan saling mendukung satu sama lain.

IV. Struktur Keluarga


1. Struktur peran
a. Tn. K sebagai kakek, dan Ny.S sebagai nenek sudah meninggal 5 tahun yang
lalu.
b. Tn. S sebagai kepala keluarga bekerja sebagai pegawai swasta
c. Ny.B sebagai istri bekerja sebagai pegawai swasta dan juga melakukan
pekerjaan rumah
d. An. D sebagai anak pada tahap remaja yang sedang menjenjang pendidikan
sarjana
2. Nilai atau norma keluarga
Keluarga percaya bahwa hidup sudah ada yang mengatur, demikian pula dengan
sehat dan sakit keluarga juga percaya bahwa tiap sakit ada obatnya, bila ada keluarga
yang sakit dibawa ke puskesmas atau petugas kesehatan yang terdekat.

3. Pola komunikasi keluarga


Anggota keluarga menggunakan bahasa Bali dalam berkomunikasi sehari-harinya
dan mendapatkan informasi kesehatan dari petugas kesehatan, internet dari
handphone dan televisi.

4. Struktur kekuatan keluarga


Tn.S menderita penyakit hipertensi, anggota keluarga lainnya dalam saling
mendukung.

V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi ekonomi
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan yang cukup, pakaian dan biaya untuk
berobat.

2. Fungsi mendapatkan status sosial


Setiap hari keluarga selalu berkumpul di rumah, hubungan dalam keluarga baik dan
selalu mentaati norma yang baik.

3. Fungsi pendidikan
Tn.K sebagai kakek mengatakan ia tamatan SD, Tn. S tamatan SMA lalu istrinya
Ny.B tamatan SMA dan pada saat ini anaknya An. D masih menjenjang perguruan
tinggi.

4. Fungsi sosialisasi
Keluarga Tn. S semua hindu sehingga mereka aktif dengan kegiatan keagamaan atau
selalu bergotong royong jika ada upacara adat di lingkungan desa.
5. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan
a. Mengenal masalah kesehatan
Ny. B mengetahui sebagian penyakit keluarganya yang pernah dialami suaminya
(Tn. S) dan tahu sedikit tentang tanda dan gejala penyakit seperti Hipertensi. Tn.
S juga mengatakan ia mengetahui cara menjaga kebersihan keluarganya.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Keluarga Tn. S mengatakan tidak begitu banyak tau tentang penyakit, namun
anaknya (Ny.D) segera membawa keluarga yang sakit ke dokter umum atau
puskesmas terdekat.
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Tn.S mengatakan bila ada anggota keluarga yang sakit anggota keluarga yang
lain akan merawat dan membawanya kedokter umum atau puskesmas terdekat.
d. Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
Keluarga Tn.S mengatakan pembuangan sampah dilakukan di TPA terdekat,
lingkungan rumah sudah tampak bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik,
memiliki sistem sanitasi yang yang baik, dan memiliki sistem penerangan ruang
yang baik
e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
Keluarga Tn.S mengatakan jika ada anggota keluarganya yang sakit maka akan
segera dibawa dokter umum atau puskesmas terdekat.

6. Fungsi religious
Keluarga Tn. S menganut agama hindu. Selalu melakukan persembahyangan di
rumah, di pura desa, atau pura umum seperti Besakih. Keluarga Tn. S ketika ada yang
mengalami sakit, selain dilakukan pengobatan juga melakukan persembahyangan
meminta doa jika salah satu keluarga yang sakit bias segera sembuh.

7. Fungsi rekreasi
Kelarga Tn.S ketika mempunyai waktu luang dengan keluarga biasanya bejalan-jalan
ke pantai atau sekedar ke rumah makan dekat pantai untuk menghabisakan waktu
rekreasi dengan keluarga, biasanya dilakukan 2 minggu sekali.

8. Fungsi reproduksi
Ny.B dan Tn.S mengatakan tidak ingin mempunyai anak lagi mereka sudah
bersyukur mempunyai satu orang anak yang baik dan sehat. Ny.S pernah terjadi
keguguran saat mengandung anak ke 2. Dan sekarang Ny.S tidak menggunakan KB.

9. Fungsi afeksi
Ny.B dan Tn.S menganggap anaknya sudah tumbuh menjadi anak remaja yang baik
dan selalu menghormati keluarganya. Keluarga Tn.S mengatakan berusaha
memelihara hubungan baik antar anggota keluarga.

VI. Stres dan Koping Keluarga


1. Stresor jangka pendek dan panjang
Stresor jangka pendek : Tn. S mengatakan dirinya menderita penyakit hipertensi
sejak 6 bulan yang lalu.
Stresor jangka panjang : Tn. S ingin penyakitnya ini sembuh total.

2. Kemampuan keluarga berespons terhadap stresor


Keluarga mengatakan memberikan dorongan dan semangat pada anggota keluarga
yang memiliki masalah. Keluarga selalu memeriksakan anggota keluarga yang sakit
ke puskesmas dengan petugas kesehatan.

3. Strategi koping yang digunakan


Anggota keluarga selalu bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah yang ada.

4. Strategi adaptasi disfungsional


Jika ada masalah dengan anggota keluarganya Tn.S menyampaikan atau
membicarakan dengan anggota keluarganya.

VII. Pemeriksaan Kesehatan Tiap Individu anggota keluarga


Pemeriksaan Kakek Suami Istri Anak
Fisik (Tn. K) (Tn. S) (Ny. B) (An. D)
TTV  TD: 135/80  TD: 140/80  TD: 110/80  TD: 120/80
Mmhg Mmhg Mmhg  N: 72x/menit
 N: 100x/menit  N: 74 x/menit  N: 84x/menit  RR: 18 x/menit
 RR: 20x/menit  RR: 20 x/menit  RR: 18 x/menit  S: 36,5oC
 S: 36,5oC  S: 36oC  S: 36,2oC
Kepala I: Bersih, rambut I: Bersih, rambut I: Bersih, rambut I: Bersih, rambut
berwarna putih/ berwarna hitam berwarna hitam berwarna hitam
uban tidak ada terlihat sedikit tidak ada tidak ada
ketombe, simetris. uban, tidak ada ketombe, simetris. ketombe, simetris.
P: Tidak ada ketombe, simetris. P: Tidak ada P: Tidak ada
pembengkakan dan P: Tidak ada pembengkakan pembengkakan
nyeri tekan. pembengkakan dan dan nyeri tekan. dan nyeri tekan.
nyeri tekan.
Mata I: Konjungtiva tidak I: Konjungtiva tidak I: Konjungtiva I: Konjungtiva
terlihat anemis, terlihat anemis, tidak terlihat tidak terlihat
tidak ada katarak, tidak ada katarak, anemis, tidak ada anemis, tidak ada
klera putih, rabun klera putih, rabun katarak, klera katarak, klera
jauh. jauh. putih, rabun jauh. putih, rabun jauh.
P: Tidak ada nyeri P: Tidak ada nyeri P: Tidak ada nyeri P: Tidak ada nyeri
tekan tekan tekan tekan
Hidung I: Keadaan bersih, I: Keadaan bersih, I: Keadaan bersih, I: Keadaan bersih,
tidak ada lesi, tidak ada lesi, tidak ada lesi, tidak ada lesi,
pembesaran polip pembesaran polip pembesaran polip pembesaran polip
hidung, simetris, hidung, simetris, hidung, simetris, hidung, simetris,
tidak ada kelainan tidak ada kelainan tidak ada kelainan tidak ada kelainan
yang ditemukan yang ditemukan yang ditemukan yang ditemukan
P: Tidak ada nyeri P: Tidak ada nyeri P: Tidak ada nyeri P: Tidak ada nyeri
tekan tekan tekan tekan
Mulut I: Mukosa mulut I: Mukosa mulut I: Mukosa mulut I: Mukosa mulut
lembab, keadaan lembab, keadaan lembab, keadaan lembab, keadaan
bersih, tidak ada bersih, tidak ada bersih, tidak ada bersih, tidak ada
kelainan, tidak ada kelainan, tidak ada kelainan, tidak kelainan, tidak
stomatitis stomatitis ada stomatitis ada stomatitis
menggunakan gigi P: Tidak ada nyeri P: Tidak ada nyeri P: Tidak ada nyeri
palsu tekan tekan tekan
P: Tidak ada nyeri
tekan
Telinga I: Bersih tidak ada I: Bersih tidak ada I: Bersih tidak ada I: Bersih tidak ada
penumpukan penumpukan penumpukan penumpukan
serumen, simetris, serumen, simetris, serumen, simetris, serumen, simetris,
pendengaran baik pendengaran baik pendengaran baik pendengaran baik
P: Tidak ada nyeri P: Tidak ada nyeri P: Tidak ada nyeri P: Tidak ada nyeri
tekan tekan tekan tekan
Leher I: Leher tidak I: Leher tidak I: Leher tidak I: Leher tidak
nampak adanya nampak adanya nampak adanya nampak adanya
pembengkakan pembengkakan pembengkakan pembengkakan
tidak teraba adanya tidak teraba adanya tidak teraba tidak teraba
pembesarankelenjar pembesarankelenjar adanya adanya
tiroid (struma). tiroid (struma). pembesarankelenj pembesarankelenj
P: Tidak ada nyeri P: Tidak ada nyeri ar tiroid (struma). ar tiroid (struma).
tekan tekan P: Tidak ada nyeri P: Tidak ada nyeri
tekan tekan
Dada I: Pergerakan dada I: Pergerakan dada I: Pergerakan I: Pergerakan
terlihat simetris, terlihat simetris, dada terlihat dada terlihat
tidak ada lesi tidak ada lesi simetris, tidak ada simetris, tidak ada
P: Tidak ada nyeri P: Tidak ada nyeri lesi lesi
tekan, tidak ada tekan, tidak ada P: Tidak ada nyeri P: Tidak ada nyeri
benjolan benjolan tekan, tidak ada tekan, tidak ada
A: Suara jantung S1 A: Suara jantung S1 benjolan benjolan
dan S2 tunggal dan S2 tunggal A: Suara jantung A: Suara jantung
P: Suara mur-mur P: Suara mur-mur S1 dan S2 tunggal S1 dan S2 tunggal
(-), ronchi (-), (-), ronchi (-), P: Suara mur-mur P: Suara mur-mur
wheezing (-) wheezing (-) (-), ronchi (-), (-), ronchi (-),
wheezing (-) wheezing (-)
Abdomen I: Tidak kembung, I: Tidak kembung, I: Tidak kembung, I: Tidak kembung,
bentuk simetris, bentuk simetris, bentuk simetris, bentuk simetris,
tidak ada lesi, tidak tidak ada lesi, tidak tidak ada lesi, ada tidak ada lesi,
ada bekas luka ada bekas luka bekas luka operasi tidak ada bekas
operasi operasi A: Pergerakan luka operasi
A: Pergerakan A: Pergerakan peristaltik usus A: Pergerakan
peristaltik usus peristaltik usus 35x/mnt peristaltik usus
35x/mnt 35x/mnt P: Terdengan 35x/mnt
P: Terdengan suara P: Terdengan suara suara tympani P: Terdengan
tympani tympani P: Tidak ada nyeri suara tympani
P: Tidak ada nyeri P: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada P: Tidak ada nyeri
tekan, tidak ada tekan, tidak ada benjolan. tekan, tidak ada
benjolan. benjolan. benjolan.
Ektremitas I: Tidak ada fraktur, I: Tidak ada fraktur, I: Tidak ada I: Tidak ada
Atas tidak ada lesi, tidak tidak ada lesi, tidak fraktur, tidak ada fraktur, tidak ada
ada pembengka ada pembengka lesi, tidak ada lesi, tidak ada
kan. kan. pembengka kan. pembengka kan.
P: Tidak ada nyeri P: Tidak ada nyeri P: Tidak ada nyeri P: Tidak ada nyeri
tekan tekan tekan tekan

VIII. Harapan Keluarga


Keluarga berharap Tn.S dapat sembuh dan petugas kesehatan dapat memberi pelayanan
kesehatan dengan baik.

B. Diagnosis Keperawatan Keluarga


I. Analisis dan Sistesis Data
No. Data Penyebab Masalah
1 Subjektif : Ketidakefektifan Ketidakmampuan
 Keluarga manajemen keluarga merawat dan
mengatakan kesehatan mengenal masalah
kurang keluarga anggota keluarga dengan
memahami penyakit hipertensi
cara merawat
anggota
keluarga
hipertensi
 Tn.S
mengatakan
merasa cemas
dengan gejala
yang
dialaminya
seperti
pusing, sakit
kepala dan
nyeri di
daerah dada
Objektif :
 Keluarga
tampak
kurang
memahami
tentang
penyakit
Hipertensi
2 Subjektif : Kesiapan Kurang pengetahuan
 Tn. S meningkatkan tentang penatalaksanaan
mengatakan manajemen pengobatan penyakit
mempunyai kesehatan hipertensi
penyakit
Hipertensi
 Tn.S
mengatakan
sudah
melakukan
pengobatan
 Tn.S merasa
cemas jika
penyakit
Hipertensi
kembali
kambuh

Objektif :
 Tn. S sudah
melakukan
pengobatan
Hipertensi
 Tn.S belum
memahami
tentang
penyakit
hipertensi
II. Perumusan Diagnosis Keperawatan
No. Diagnosis Keperawatan
1 Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat dan mengenal masalah
anggota keluarga dengan penyakit hipertensi ditandai dengan
keluarga tampak kurang memahami tentang penyakit hipertensi,
kurang memahami cara merawat anggota keluarga hipertensi, dan
Tn.S mengatakan khawatir dengan gejala yang dialaminya seperti
pusing, sakit kepala dan nyeri di daerah dada.

2 Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan berhubungan


dengan kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan
penyakit hipertensi ditandai dengan Tn.S khawatir jika penyakit
Hipertensi kembali kambuh dan kurang memahami tentang
penyakit hipertensi

III. Penilaian (Skoring) Diagnosis Keperawatan


No. Kriteria Skor Pembenaran
1 Sifat masalah 3/3 x 1= 1 Rasa cemas menyebabkan
Skala: 3 risiko terjadinya hipertensi
2 Kemungkinan 2/2 x 2= 2 Masalah dapat diubah
masalah dapat dengan peningkatan
diubah pengetahuan melakui
Skala: 2 penkes dengan media leaflet
3 Potensial masalah 2/3 x 1= 0,6 Penjelasan yang tepat
untuk dicegah tentang hipertensi
Skala: 2 mengurangi rasa cemas
4 Menonjolnya 1/2 x 1= 0,5 Keluarga menyadari dengan
masalah melakukan penanganan
Skala: 1 yang dianjurkan untuk
mencegah terjadinya
hipertensi dapat
mengurangi rasa cemas
Tn.S
Total Skor 4,1
No. Kriteria Skor Pembenaran
1 Sifat masalah 3/3 x 1= 1 Masalah yang terjadi pada
Skala: 3 Tn.S apabila tidak diatasi
akan terus terjadinya
kekambuhan
2 Kemungkinan 2/2 x 2= 2 Masalah kesiapan
masalah dapat meningkatkan manajemen
diubah kesehatan dapat diubah
Skala: 2 dengan peningkatan
pengetahuan melakui
penkes dengan media leaflet
3 Potensial masalah 1/3 x 1= 0,3 Peningkatan pengetahuan
untuk dicegah dan kesadaran dapat
Skala: 1 mencegah munculnya risiko
kekambuhan
4 Menonjolnya 1/2 x 1= 0,5 Masalah di dalam keluarga
masalah Tn.S sudah berlangsung
Skala: 1 lama dan Tn.S cemas bila
kambuh kembali
Total Skor 3,8
IV. Prioritas Diagnosis Keperawatan
Prioritas Diagnosis Keperawatan Skor
1 Ketidakefektifan manajemen kesehatan 4,1
keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat dan
mengenal masalah anggota keluarga dengan
penyakit hipertensi ditandai dengan keluarga
tampak kurang memahami tentang penyakit
hipertensi, kurang memahami cara merawat
anggota keluarga hipertensi, dan Tn.K
mengatakan khawatir dengan gejala yang
dialaminya seperti pusing, sakit kepala dan
nyeri di daerah dada.
2 Kesiapan Meningkatkan Manajemen 3,8
Kesehatan berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang penatalaksanaan
pengobatan penyakit hipertensi ditandai
dengan Tn.S khawatir jika penyakit
Hipertensi kembali kambuh dan kurang
memahami tentang penyakit hipertensi
V. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Diagnosa keperawatan: Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat dan mengenal masalah anggota keluarga dengan penyakit hipertensi ditandai dengan keluarga tampak kurang
memahami tentang penyakit hipertensi, kurang memahami cara merawat anggota keluarga hipertensi, dan Tn.S
mengatakan khawatir dengan gejala yang dialaminya seperti pusing, sakit kepala dan nyeri di daerah dada.
Tujuan Kriteria Hasil/ Standar Intervensi
Setelah dilakukan Verbal Memberikan perawatan 1. Berikan penjelasan dan diskusikan
kunjungan rumah 3x pengetahuan pada Tn.S dipertahankan pada keluarga tentang hipertensi:
diharapakan keluarga dari level 3 ditingkatkan pengertian tanda dan gejala, faktor
mampu memberikan kelevel 5 yang mempengaruhi cara pencegahan,
perawatan pada Tn.S komplikasi dengan media tertulis
dengan kriteria hasil : (leaflet)
1. Mampu merawat 2. Pengelolaan hipertensi harus
anggota keluarga dilakukan dengan komprehensif bukan
dengan penyakit hanya kuratif saja harus didukung
hipertensi dengan asupan yang tidak
2. Ungkapan Tn.S mengakibatkan perburukan kondisi
tidak merasa cemas 3. Motivasi atau anjurkan kepada
dan wajah tampak keluarga memeriksakan Tn. S secara
rileks teratur dan rutin ke pelayanan
3. Memanfaatkan kesehatan
fasilitas kesehatan 4. Memotivasi keterlibatan keluarga,
berikan informasi kepada keluarga
tentang kondisi klien dan bagaimana
cara merawat anggota keluarga

2. Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan
pengobatan penyakit hipertensi ditandai dengan Tn.S khawatir jika penyakit Hipertensi kembali kambuh dan kurang
memahami tentang penyakit hipertensi
Tujuan Kriteria Hasil/ Standar Intervensi
Setelah dilakukan Verbal Peningkatan manajemen 1. Melakukan pendidikan kesehatan,
kunjungan rumah 3x pengetahuan kesehatan pada Tn.S memberikan informasi tentang
diharapakan keluarga dipertahankan dari level 3 Hipertensi dan penanganannya,
mampu memberikan ditingkatkan kelevel 5 berikan media tertulis (leaflet)
perawatan pada Tn.S 2. Membantu memodifikasi diri,
dengan kriteria hasil : memotivasi klien untuk melakukan
1. Mengenal masalah perubahan hidup menjadi lebih baik
kesehatan dan dan terjadinya peningkatan kesehatan
peyakit hipertensi 3. Peningkatan keterlibatan keluarga,
2. Melakukan memotivasi keterlibatan keluarga,
tindakan mencegah berikan informasi kepada keluarga
kekambuhan tentang kondisi klien, dorong anggota
penyakit hipertensi keluarga dan klien untuk membantu
3. Memanfaatkan mengembangkan rencana keperawatan
fasilitas kesehatan 4. Dukungan keputusan, sebagai
motivator penguhubung antara klien
dan penyedia kesehatan untuk selalu
memeriksakan diri
VI. Implementasi
Tanggal dan
No. DP Implementasi
Waktu
22 April 2021 1 Mengkaji data keluarga Tn.S
08.00 WITA DS:
 Keluarga Tn.S menjawab semua
pertanyaan yang diberikan
DO:
 Keluarga Tn.S tampak koperatif
dan didapatkan data mengenai data
umum, riwayat dan tahap
perkembangan keluarga, struktur
keluarga, fungsi keluarga, stress
dan koping keluarga.
22 April 2021 2 Memberikan informasi tentang penyakit
10.00 WITA hipertensi dan penanganannya melalui
media leaflet
DS:
 Tn.S mengatakan sudah paham atas
penjelasan tentang penyakit
hipertensi dan sudah mengerti
bagaimana penanganannya agar
menghindari terjadi kekambuhan
DO:
 Tn.S mampu mengulang kembali
informasi yang diberikan dan
mampu menjawab pertanyaan yang
diberikan
22 April 2021 2 Menganjurkan pada keluarga
11.00 WITA memeriksakan Tn.S setiap minggu dan
minum obat secara teratur agar tidak terjadi
kekambuhan
DS:
 Keluarga Tn.S mengatakan sudah
memeriksakan Tn.S secara teratur
DO:
 Keluarga Tn.S terlihat kooperatif
23 April 2021 1 Mengkaji data keluarga Tn.S
08.00 WITA DS:
 Keluarga Tn.S menjawab semua
pertanyaan yang diberikan
DO:
 Didapatkan data mengenai data
lingkungan, harapan keluarga, dan
tingkat pemahaman keluarga dalam
merawat anggota keluarga dengan
penyakit hipertensi

23 April 2021 1 Melakukan pemeriksaan fisik


09.00 WITA DS:
 Keluarga Tn.S mengikuti instruksi
yang diberikan
DO:
 Keluarga Tn.S tampak koperatif,
dan didapatkan data pemeriksaan
kesehatan tiap anggota keluarga
23 April 2021 1 Memberikan penjelasan pada keluarga
10.00 WITA tentang pecegahan hipertensi dan tips
bagaimana cara mengontrol hipertensi
DS:
 Keluarga dan klien mengatakan
sudah mengerti makanan apa saja
yang harus dihindari untuk
mencegah terjadinya hipertensi
DO:
 Keluarga dan kelian terlihat sudah
memahami bagaimana mengontrol
hipertensi

23 April 2021 2 Mengkaji keterlibatan keluarga ketika


11.00 WITA terjadi masalah kesehatan
DS:
 Keluarga mengatakan anggotanya
selalu terlibat jika ada keluarga
yang sakit, dan langsung
mengantarkan ke tempat kesehatan
terdekat
DO:
 Keluarga Tn. S terlihat kooperatif
mau menjawab semua pertanyaan
yang diajukan

24 April 2021 1 Melakukan pemeriksaan fisik


08.00 WITA DS:
 Keluarga Tn.S mengikuti instruksi
yang diberikan
DO:
 Keluarga Tn.S tampak koperatif,
dan didapatkan data pemeriksaan
kesehatan tiap anggota keluarga
24 April 2021 2 Menganjurkan pada keluarga untuk
09.00 WITA mengatur pola makan yang benar agar
terhindar terjadinya hipertensi
DS:
 Keluarga px mengatakan akan
mengatur pola makan Tn.S
DO :
 Keluarga px terlihat kooperatif

24 April 2021 2 Menjadi motivator penghubung antara


10.00 WITA klien dengan penyedia layanan kesehatan
DS:
 Tn.S mengatakan jika sedang sakit
mengalami tanda-tanda seperti
pusing, sakit kepala dan nyeri pada
dada lansung memeriksakan ke
puskesmas terdekat
DO:
 Tn.S mengerti atas penjelasan yang
sudah dijelaskan. Dan sudah
adanya peningkatan pengetahuan
tentang penyakit hipertensi agar
tidak terjadi kekambuhan
VII. Evaluasi
Nam
Tanggal/
No. Diagnosa Keperawatan Evaluasi a/
Jam
TTD
1 25 April Ketidakefektifan S: Dewi
2021 manajemen kesehatan  Keluarga Tn. S
09.00 keluarga berhubungan mengatakan sudah
dengan ketidakmampuan
WITA paham tentang
keluarga merawat dan
mengenal masalah perawatan keluarga
anggota keluarga dengan dengan penyakit
penyakit hipertensi Hipertensi
ditandai dengan keluarga  Tn.S mengatakan
tampak kurang sudah tidak terlalu
memahami tentang
merasa cemas
penyakit hipertensi,
kurang memahami cara O:
merawat anggota  Kelurga Tn.S
keluarga hipertensi, dan terlihat paham dan
Tn.S mengatakan kooperatif merawat
khawatir dengan gejala anggota
yang dialaminya seperti
keluarganya
pusing, sakit kepala dan
nyeri di daerah dada.  Tn.S sudah mengerti
tentang penyakitnya
dan raut wajah Tn.S
terlihat tenang
A: Tujuan tercapai
P: Pertahankan kondisi
2 25 April Kesiapan Meningkatkan S: Dewi
2021 Manajemen Kesehatan  Tn.K dan keluarga
09.30 berhubungan dengan sudah memahami
kurang pengetahuan
WITA tentang penyakit
tentang penatalaksanaan
pengobatan penyakit hipertensi
hipertensi ditandai  Tn.S dan keluarga
dengan Tn.S khawatir mengatakan
jika penyakit Hipertensi mengerti cara
kembali kambuh dan mencegah
kurang memahami
terjadinya
tentang penyakit
hipertensi kekambuhan
hipertensi
 Tn.S mengatakan
jika sedang sakit
mengalami tanda-
tanda seperti pusing,
sakit kepala dan
nyeri pada dada
lansung
memeriksakan ke
puskesmas terdekat
O:
 Tn.S dan keluarga
sudah mengenal
tentang masalah
kesehatan dan
peyakit hipertensi
 Tn.S dan keluarga
sudah mengerti
bagaimana tindakan
mencegah
kekambuhan
penyakit hipertensi

A: Tujuan tercapai
P: Pertahankan kondisi

Anda mungkin juga menyukai