Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sebagai mahluk social yang hidup berkelompok dimana satu dengan

yang lainnya saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhan social. Kebutuhan social

yang dimaksud antara lain: rasa menjadi milik orang lain atau keluarga, kebutuhan

pengakuan orang lain, kebutuhan penghargaan orang lain dan kebutuhan pernytaan diri.

Secara individu selalu berada dalam kelompok, sebagai contoh individu berada dalam

satu keluarga. Dengan demikian ada dasarnya individu memerlukan hubungan timbal

balik, hal ini bisa melalaui kelompok.

Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan dampak

positif dalam upaya pencegahan dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta

pemulihan kesehatan seseorang. Meningkatnya penggunaan kelompok terapeutik,

modalitas merupakan bagian dan memberikan hasil yang positif terhadap perubahan

perilaku pasien/klien, dan meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi perilaku

maladaptive.

Beberapa keuntungan yang diperoleh individu atau klien melalui terapi aktivitas

kelompok melalui dukungan (support), pendidikan meningkatkan pemecahan masalah,

meningkatkan hubungan internasional dan juga meningkatkan uji realitas (reality testing)

pada klien dengan gangguan orientasi realitas ( Birckhead, 2010).

Terapi aktifitas kelompok sering digunakan dalam praktek kesehatan jiwa,

bahkan dewasa ini terapi aktivitas kelompok merupakan hal yang penting dari

keterampilan terapeutik dalam keperawatan. Terapi kelompok telah diterima profesi

kesehatan.

Pimpinan kelompok dapat menggunakan keunikan individu untuk mendorong

anggota kelompok untuk mengungkapkan masalah dan mendapatkan bantuan

penyelesaian masalahnya dari kelompok, perawat juga adaptif menilai respon klien

selama berada dalam kelompok. Klien dengan gangguan jiwa sikotik, mengalami

penurunan daya nilai realitas (reality testing ability). Klien tidak lagi mengenali tempat,

waktu, dan orang-orang di sekitarnya. Hal ini dapat mengakibatkan klien merasa asing

dan menjadi pencetus terjadinya ansietas pada klien. Untuk menanggulangi kendala ini,
maka perlu ada aktivitas yang memberi stimulus secara konsisten kepada klien tentang

realitas di sekitarnya. Stimulus tersebut meliputi stimulus tentang realitas lingkungan,

yaitu diri sendiri, orang lain, waktu, dan tempat.

B. Rumusa Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah bagaimana cara

menanggulangi penurunan daya nilai realitas pada pasien dengan gangguan jiwa sikotik?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penyusunan proposal ini yaitu.

Membantu klien mengenali orang, tempat, dan waktu sehingga klien tidak

mengalamipenurunan daya nilai realitas yang dapat menimbulkan ansietas.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengerian

Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok

klien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau

diarahkan oleh seorang therapist (Yosep, 2009). Sedangkan pengertian TAK orientasi

realitas menurut Purwaningsih dan Karlina (2009) adalah pendekatan untuk

mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas). Pengertian yang lain menurut

Keliat dan Akemat (2005), TAK orientasi realitas adalah upaya untuk

mengorientasikan keadaan nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain,

lingkungan atau tempat, dan waktu.

B. Tujuan TAK Orientasi Realita

Tujuan Umum

Tujuan umum TAK orientasi realitas adalah klien mampu mengenali orang, tempat,

dan waktu.

Tujuan Khusus

1. Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada.

2. Klien mampu mengenal waktu dengan tepat.

3. Klien dapat mengenal diri sendiri dan orang-orang disekitarnya dengan tepat.

C. Jenis-Jenis TAK Orientasi Realita

1. TAK orientasi realita pengenalan orang

2. TAK orientasi realita pengenalan waktu

3. TAK orientasi realita pengenalan tempat

D. Indikasi-Indikasi TAK Orientasi Realita

Klien yang mempunyai indikasi TAK orientasi realita adalah klien dengan halusinasi,

dimensia, kebingungan, tidak kenal dirinya dan salah mengenal orang lain, empat dan

waktu.
BAB III

PEMGORGANISASIAN

A. Waktu dan Tempat

1. Hari / Tanggal : 01 Desember 2019

2. Jam : 08.00 wita

3. Tempat : di ruang sahadewa

B. Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

C. Media / Alat

1. Spidol

2. Bola tenis

3. Tape recorder

4. Kaset ”dangdut”

5. Papan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK.

D. Tim Terapi

Leader                   : Ni Putu Yunita Pradnya Sari, S.Kep

Co-Leader            : Indah Maharani, S.Kep

Observer              : Ni Luh Putu Widiantari, S.Kep

Fasilitator            :

1. Putu Suprapta, S.Kep

2. I Komang Koni Asmara Putra,S.Kep

3. Ni Nyoman Tri Dianawati, S.Kep

4. Yulinsa Mboroh, S.Kep

5. Komang Ayu Juniati, S.Kep


E. Tugas Tim terapis

Adapun tim terapis yang akan terlibat meliputi :

a. Leader

Tugas:

1) Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas kelompok

sebelum kegiatan dimulai.

2) Memberikan memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan

memperkenalkan dirinya.

3) Mampu memimpin terapi aktifitas kelompok dengan baik dan tertib.

4) Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok.

5) Menjelaskan permainan.

b. Co. Leader

Tugas:

1) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas klien.

2) Membantu leader dalam memimpin permainan.

3) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang

4) Memberikan reward bagi kelompok yang menyelesaikan perintah dengan

cepat.

5) Memberikan punishment bagi kelompok yang kalah.

c. Fasilitator:

Tugas:

1) Memfasilitasi klien yang kurang aktif.

2) Memberikan stimulus pada anggota kelompok.

3) Berperan sebagai role play bagi klien selama kegiatan.

d. Observer

Tugas:

1) Mengobservasi dan mencatat jalannya proses kegiatan.

2) Mencatat prilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan berlangsung.

3) Mencatat peserta yang aktif dan pasif dalam kelompok.

4) Mencatat jika ada peserta yang drop out dan alasan drop out.
F. Setting tempat

KeteranganGambar :

: Leader
: Co – Leader

: Fasilitator

v : Pasien

: Observer

E. Proses TAK

Aktivitas TAK orientasi realitas, dimana aktivitas yang dilakukan tiga sesi

berupa aktivitas pengenalan orang, tempat, dan waktu. Klien yang mempunyai indikasi

TAK orientasi realitas adalah klien halusinasi, dimensia, kebingungan, tidak kenal

dirinya, salah mengenal orang lain, tempat dan waktu.

TAK orientasi realitas terdiri dari 3 sesi, yaitu sesi 1: pengenalan orang, sesi 2:

pengenalan tempat dan sesi 3: pengenalan waktu (Keliat dan Akemat, 2005).

Terapi Aktifitas Kelompok Orientasi Realita

Sesi 1: Pengenalan orang

1. Tujuan

a. Klien mampu mengenal nama-nama perawat.

b. Klien mampu mengenal nama-nama klien lain.

2. Setting

a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.

b. Ruangan nyaman dan tenang.

3. Alat

a. Spidol
b. Bola tenis

c. Tape recorder

d. Kaset ”dangdut”

e. Papan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK.

4. Metode

a. Dinamika kelompok

b. Diskusi dan tanya jawab

5. Langkah kegiatan

a. Persiapan

1) Memilih klien sesuai dengan indikasi.

2) Membuat kontrak dengan klien.

3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

b. Orientasi

1) Salam terapeutik

Salam dari terapis kepada klien

2) Evaluasi/validasi

Menanyakan perasaan klien saat ini

3) Kontrak

a) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal orang.

b) Terapis menjelaskan aturan main berikut :

- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta

ijin kepada terapis.

- Lama kegiatan 45 menit.

- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

c. Tahap kerja

1) Terapis membagikan papan nama untuk masing-masing klien.

2) Terapis meminta masing-masing klien menyebutkan nama lengkap, nama

panggilan, dan asal.

3) Terapis meminta masing-masing klien menuliskan nama panggilan di

papan nama yang dibagikan.


4) Terapis meminta masing-masing klien memperkenalkan diri secara

berurutan, searah jarum jam dimulai dari terapis, meliputi menyebutkan:

nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi.

5) Terapis menjelaskan langkah berikutnya:

a) Tape recorder akan dinyalakan, saat musik terdengar bola tenis

dipindahkan dari satu klien ke klien lain. Saat musik dihentikan, klien

yang sedang memegang bola tenis menyebutkan nama lengkap;nama

panggilan,asal,dan hobi dari klien yang lain (minimal nama panggilan).

6) Terapis memutar tape recorder dan menghentikan. Saat musik berhenti

klien yang sedang memegang bola tenis menyebutkan nama lengkap, nama

panggilan,asal, dan hobi klien yang lain.

7) Ulangi langkah (6) sampai semua klien mendapat giliran.

8) Terapis memberikan pujian untuk setiap keberhasilan klien dengan

mengajak klien bertepuk tangan.

D. Tahap terminasi

1. Evaluasi

a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

b. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

c. Tindak lanjut

1) Terapis menganjurkan klien menyapa orang lain sesuai dengan

nama panggilan.

2) Kontrak yang akan datang

Terapis membuat kontrak untuk TAK yang akan datang, yaitu

”Mengenal Tempat”

3) Menyepakati waktu dan tempat.

E. Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.

Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.

Untuk TAK Orientasi Realitas orang, kemampuan klien yang diharapkan

adalah dapat menyebutkan nama, panggilan, asal, dan hobi klien lain.
Kemampuan Memperkenalkan Diri

Kemampuan mengenal orang lain:

No Aspek yang dinilai Nama Klien


1. Menyebutkan nama klien
2. Menyebutkan nama pangilan klien
3. Menyebutkan asal klien lain.
4. Menyebutkan hobi klien lain

DAFTAR PUSTAKA
Prabowo, 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogjakarta: Nuha Medika

Keliat, Budi Ana, 2004. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai