Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI SESI II

Dosen Pengampu :

Ruftaningsih S. Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4

1. Putri Zella Agustin (20201660046)


2. Fara Violita Aryadi (20201660049)
3. Diana Lutfiyah (20201660048)
4. Nandini Berliana O (20201660040)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sosialisasi adalah kemampuan untuk berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain
(Stuart, 2007). Penurunan sosialisasi dapat terjadi pada klien yang menarik diri atau
mengalami isolasi sosial sehingga individu menghindari interaksi dengan orang lain (Keliat,
2011). Apabila individu memiliki mekanisme koping yang adaptif maka peningkatan
sosialisasi akan lebih mudah dilakukan Sedangkan individu yang memiliki mekanisme koping
maladaptif akan menimbulkan masalah yang lebih banyak dan lebih buruk apabila tidak
segera diberikan penanganan atau terapi. Dampak yang dapat ditimbulkan apabila individu
menarik diri antara lain adalah kerusakan komunikasi verbal dan non verbal gangguan
hubungan interpersonal, gangguan interaksi sosial dan resiko perubahan persepsi sensori
(halusinasi) . Apabila tidak diatasi dengan segera maka akan dapat membahayakan diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan (Keliat, 2006) Pada sesi ini terapi difokuskan untuk 
meningkatkan kemampuan klien untuk berkenalan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat disimpulkan rumusan masalah yaitu
1. Bagaimanakah penerapan terapi aktivitas kelompok pada pasien gangguan stimulasi
sensori ?
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Isolasi sosial merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain dan

menghindari hubungan dengan orang lain (Keliat, 2006). Isolasi sosial adalah keadaan dimana

individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan

orang lain di sekitarnya, klien mungkin merasa ditolak, tidak terima, kesepian, dan tidak

mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Yosep,2010)

Terapi aktivitas kelompok sosialisasi merupakan salah satu terapi modalitas keperawatan

jiwa dalam rangka pencapaian penyesuaian psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi

optimal klien. Tujuan yang ditetapkan didasarkan pada kebutuhan dan masalah yang dihadapi

oleh sebagian besar peserta. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Sosialisasi adalah upaya

memfasilitasi kemampuan klien dalam meningkatkan sosialisasi (Prabowo, 2015)

B. Tujuan

1. Tujuan Umum (TUM)

Tujuan umum untuk TAK sosialisasi sesi II ini adalah agar kalian mampu berkenalan

dengan anggota kelompok

2. Tujuan Khusus (TUK)

Tujuan khusus dari TAK Sosialisasi sesi II ini adalah :

a. Klien mampu memperkenalkan identitas diri sendiri : nama lengkap, nama panggilan,

asal dan hobi

b. Klien mampu menanyakan identitas diri anggota kelompok lain


C. Karakteristik Klien

Karakteristik klien yang mengikuti TAK sesi II ini antara lain :

1. Klien dengan isolasi sosial

2. Klien yang sudah muali kooperatif dan dapat memahami pesan yang diberikan

3. Klien yang mampu berbicara

4. Jumlah klien 7 orang

D. Jenis – jenis TAK Orientasi Realitas

1. TAK Orientasi Realitas pengenalan orang

2. TAK Orientasi Realitas pengenalan tempat

3. TAK Orientasi Realitas pengenalan waktu

E. Indikasi Keperawatan
Klien yang mempunyai Indikasi Keperawatan TAK orientasi realitas adalah klien dengan :
1. Halusinasi
2. Dimensia
3. Kebingungan
4. Tidak Kenal Dirinya
5. Salah mengenal orang lain, tempat dan waktu
6. Waham
F. Sarana dan Prasarana TAK
Sarana dan Prasarana yang biasanya digunakan pada TAK Oientasi Realitas, antara lain :
1. Persiapan Alat yang biasa digunakan antara lain :
a. Spidol
b. Papan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK
c. Boneka
d. Mp3
e. Kalender
f. Jam Dinding
2. Persiapan terapis :

Rawlins, Williams dan Beck (1993) mengidentifikasi tiga area yang perlu dipersiapkan

untuk menjadi terapis atau pemimpin terapi kelompok, yaitu persiapan teoritis melalui

pendidikan formal, literatur, bacaan dan lokakarya; praktik yang disupervisi pada saat

berperan sebagai pemimpin kelompok; dan pengalaman mengikuti terapi kelompok.

Perawat diperkenankan memimpin terapi kelompok jika telah dipersiapkan secara

professional. American Nursing Association (ANA) menetapkan pada praktik keperawatan

psikiatri dan klinikal spesialis dapat berfungsi sebagai terapis kelompok. Sertifikat dari ANA

sebagai spesialis klinik dalam keperawatan psikiatri-kesehatan jiwa menjamin perawat mahir

dan kompeten sebagai terapis kelompok.

Perawat yang memimpin kelompokterapeutik dan kelompok tambahan TAK,

persyaratannya harus mempunyai pengetahuan tentang masalah klien dan mengetahui metode

yang dipakai untuk kelompok khusus serta terampil berperan sebagai pemimpin.

3. Persiapan klien :
Berdasarkan pengamatan dan kajian status klien maka karakteristik klien yang dilibatkan
dalam terapi aktivitas kelompok gangguan orientasi realita ini adalah klien dengan masalah
halusinasi, dimensia.

G. Pengorganisasian TAK
1. Terapis

a. Perawat Zella Agustin sebagai Leader

b. Perawat Diana Lutfiyah sebagai Co Leader

c. Fasilitator

1. Perawat Fara Violita

d. Perawat Nandini Berliana Sebagai Observer


2. Peran dan Fungsi

a. Leader
1) Menyusun rencana aktivitas dalam kelompok (proposal).
2) Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan
3) Memfasilitasi setiap anggota untuk mengekspresikan perasaan, mengajukann
pendapat dan memberikan umpan balik.
4) Sebagai role model
5) Memotivasi setiap anggota untuk mengemukakan pendapat dan memberikan
umpan balik.
b. Co Leader
Membantu Leader mengorganisir anggota Kelompok.
c. Fasilitator

1) Membantu leader memfasilitasi anggota untuk berperan aktif dan memotivasi


anggota.

2) Memfokuskan Kegiatan

3) Membantu mengkoordinasikan anggota kelompok

d. Observer
1) Mengobservasi semua respon Pasien
2) Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan perilaku klien
3) Memberi Umpan balik pada kelompok.
1. Nama Klien yang ikut

1) Ny. E
2) Tn. A
3) Ny. R
2. Waktu : dari pukul 09.00 – 10.30 ( 90 menit )
3.Tempat : Ruang Dahlia
4.Setting Perawat dan Klien
L

K Co

K K

F K O

Keterangan :

L : Leader
Co : Wakil Leader
K : Klien
F : Fasilitator
O : Observer

H. Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek

yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK orientasi

realitas orang, kemampuan klien yang diharapkan adalah dapat menyebutkan nama,

panggilan, asal, dan hobi klien lain. Untuk TAK orientasi realitas tempat, kemampuan klien

yang diharapkan adalah mengenal tempat di rumah sakit. Sedangkan untuk TAK orientasi

realitas waktu, kemampuan klien yang diharapkan adalah mengenal waktu, hari, tanggal,

bulan,dan,tahun
BAB III

APLIKASI TAK SOSIALISASI SESI II

Sesi 2: Pengenalan Tempat

1. Tujuan
a. Klien mampu mengenal nama rumah sakit.
b. Klien mampu mengenal nama ruangan tempat dirawat.
c. Klien mampu mengenal kamar tidur.
d. Klien mengenal tempat tidur.
e. Klien mengenal ruang perawat, ruang istirahat, ruang makan, kamar mandi, dan
WC

2. Setting
a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
b. Ruangan tempat perawatan klien.

3. Alat
a. Pulpen
b. Kertas karton
c. Hadiah

4. Metode
a. Diskusi kelompok
b. Orientasi lapangan

5. Langkah Kegiatan

a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak pada klien peserta Sesi 1 TAK orientasi realitas.
2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien.
2) Terapis dan klien memakai papan nama.
3) Evaluasi/ validasi
a) Menanyakan perasaan klien saat ini.
b) Menanyakan apakah klien masih mengingat nama-nama klien yang lain.
4) Kontrak
a) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal tempat yang biasa dilihat.

b) Terapis menjelaskan aturan terapi berikut :

(1) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta ijin kepada

terapis

(2) Lama kegiatan 45 menit.

(3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

c. Tahap kerja

1) Terapis menanyakan kepada klien nama rumah sakit, nama ruangan, klien diberi

kesempatan menjawab. Beri pujian pada klien yang mampu menjawab dengan tepat.

2) Terapis menjelaskan dengan mengajarkan sebuah lagu “chiki chaka” yang kalah

diminta menyebutkan nama rumah sakit dan nama ruangan tempat klien dirawat dan

jika klien mampu menjawab pertanyaan dari terapis maka akan mendapatkan hadiah.

3) Kegiatan ini diulang sampai semua peserta mendapat giliran.

4) Terapis memberikan pujian saat klien telah menyebutkan dengan benar.

5) Terapis mengajak klien berkeliling serta menjelaskan nama dan fungsi ruangan

yang ada. Kantor perawat, kamar amandi, WC, ruang istirahat, ruang TAK, dan

ruangan lainnya.

d. Tahap terminasi

Evaluasi

a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

b) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

c) Tindak lanjut.

Terapis menganjurkan klien untuk menghafal nama-nama tempat.


d) Kontrak yang akan datang

(1) Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang, yaitu mengenal waktu.

(2) Menyepakati waktu dan tempat.

6. Evaluasi dan Dokumentasi

a. Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAKS berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek

yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk TAKS

sesi II, dievaluasi kemampuan klien dalam berkenalan secara verbal dan non verbal

dengan menggunakan formular evaluasi berikut :


Sesi II : TAKS
Kemampuan Berkenalan

a. Kemampuan Verbal

No Aspek yang dinilai Nama Klien

1. Menyebutkan nama lengkap


2. Menyebutkan nama panggilan
3. Menyebutkan Asal
4. Menyebutkan Hobi
5. Menanyakan nama lengkap
6. Menanyakan nama panggilan
7. Menanyakan asal
8. Menanyakan Hobi
Jumlah

b. Kemampuan Nonverbal

No Aspek Yang Dinilai Nama Klien

1. Kontak Mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa tubuh
yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari awal
sampai akhir
Jumlah

A. Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien di bawah judul nama klien.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda (√ ¿Jika ditemukan pada
klien dan tanda (-) Jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan
- Kemampuan verbal disebut mampu jika mendapat nilai ≥ 6 ;disebut belum
mampu jika mendapat nilai ≤ 5.
- Kemampuan nonverbal disebut mampu jika mendapat nilai 3 atau 4 ; disebut
belum mampu jika mendapat nilai ≤ 2.

B. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat mengikuti TAKS pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Misalnya jika nilai klien 7 untuk kemampuan verbal dan 3
untuk kemampuan nonverbal, maka catatan keperawatan adalah klien mengikuti TAKS
sesi II, klien mampu berkenalan secara verbal dan nonverbal, anjurkan klien berkenalan
dengan klien lain, dan buat jadwal
BAB IV
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai