PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Asuhan keperawatan jiwa adalah asuhan keperawatan spesialistik dan holistik
pada saat melakukan asuhan kepada klien. Berbagai terapi keperawatan yang
dikembangkan difokuskan kepada klien secara individu, kelompok, keluarga
maupun komunitas (Keliat, 2014).
1
B. Tujuan
Untuk melatih mahasiswa keperawatan menggunakan terapi aktivitas
kelompok kepada pasien gangguan jiwa khususnya pasien orientasi realita dan
mengubah perilaku maladaptif pasien menjadi perilaku adaptif. Sehingga,
pasien dapat kembali kemasyarakat lagi dan melakukan interaksi sosial sesuai
perannya.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Definisi TAK
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama (Keliat, 2014).
2. Tujuan TAK
Tujuan adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta
mengubah perilaku yang destruktif menjadi maladaptif.
3. Manfaat TAK
Sebagai tempat berbagi pengalaman dan saling membantu sama lain untuk
menemukan cara menyelesaikan masalah.
4. Jenis TAK
a. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif/Persepsi
TAK stimulasi persepsi dilaksanakan dengan melatih klien
mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah
dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada
tiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan respons klien terhadap
berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. Aktivitas yang
dilaksanakan berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan
antara lain: membaca artikel/majalah/buku/puisi, menonton acara TV
(merupakan stimulus yang disediakan); stimulus dari pengalaman
masa lalu yang menghasilkan proses persepsi klien yang maladaptive
atau destruktif, misalnya kemarahan, kebencian, putus hubungan,
3
pandangan negative pada orang lain, dan halusinasi. Kemudian dilatih
persepsi klien terhadap stimulus.
b. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Sensoris
TAK stimulasi sensori adalah TAK yang menggunakan aktivitas
sebagai stimulus pada sensoris klien. Tahap berikutnya adalah
mengobservasi reaksi sensoris klien terhadap stimulus yang
disediakan, berupa ekspresi perasaan secara nonverbal (ekspresi wajah,
gerakan tubuh). Biasanya klien yang tidak mau mengungkapkan
komunikasi verbal akan terstimulasi emosi dan perasaannya, serta
menampilkan respons. Aktivitas yang digunakan sebagai stimulus
adalah: mendengar musik, melukis, menyanyi, menari. Jika hobi klien
diketahui sebelumnya, dapat dipakai sebagai stimulus, misalnya
mendengar atau menyanyi lagu kesukaan klien, dapat digunakan
sebagai stimulus.
c. Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realitas
Dalam TAK orientasi realitas klien diorientasikan pada kenyataan yang
ada di sekitar klien, yaitu diri sendiri, orang lain yang ada di sekeliling
klien atau orang yang dekat dengan klien, dan lingkungan yang pernah
mempunyai hubungan dengan klien. Demikian pula dengan orientasi
waktu saat ini, waktu yang lalu, dan rencana ke depan. Aktivitas dapat
berupa: orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada di sekitar, dan
semua kondisi nyata.
d. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
TAK sosialisasi dilaksanakan dengan individu yang ada di sekitar
klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari
interpersonal (satu dan satu), kelompok, dan masa. Aktivitas dapat
berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.
4
B. Konsep TAK Khusus : Stimulasi Sensori
1. Definisi
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) : stimulasi sensori adalah upaya
menstimulasi semua pancaindra (sensori) agar memberi respons yang
adekuat (Keliat, 2014).
2. Tujuan
a. Umum
Klien dapat berespons terhadap stimulus pancaindra yang diberikan.
b. Khusus
1) Klien mampu berespons terhadap gambar yang dilihat.
2) Klien mampu mengekspresikan perasaan melalui gambar.
3. Indikasi Tindakan
Aktivitas stimulasi sensori dapat berupa stimulus terhadap penglihatan,
pendengaran, dan lain-lain, seperti gambar, video, tarian, serta nyanyian.
Klien yang diindikasikan memerlukan TAK stimulasi-sensoris adalah klien
yang mengalami isolasi sosial dan harga diri rendah yang disertai dengan
kerusakan komunikasi verbal (Keliat, 2014)
4. Topik
Sesi 2 : Menggambar
5. Waktu Pelaksanaan
Hari/ Tanggal : Jumat 14 November 2019
Waktu : 10.00 WIB
Tempat: Ruang Laboratorium klinik Stikes Bethesda
5
6. Perorganisasian dan tugas pelaksanaan
a. Leader (pemimpin) yaitu Nilam Nur Hedayanti
Leader memimpin jalannya TAK, memimpin perkenalan, menjelaskan
tujuan kegiatan, menjelaskan aturan kegiatan kepada peserta,
mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan menciptakan
situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk
mengekspresikan perasaanya.
b. Co-Leader yaitu Rahmawati Vita Kurniasari
Membantu leader mengkondusifkan suasana TAK, bloking:
mengambil alih tugas leader ketika leader pasif diam.
c. Fasilitator yaitu Veronica Amellita, Vicky Indra, dan Puasa Bauw
Membantu mengkondisikan klien mengikuti TAK, membeli stimulus
ketika klien pasif, mengantar dan menjemput pasien keloaan selama
TAK, mempertahankan motivasi peserta mengikuti TAK.
d. Observer yaitu Cornelia Permatasari
Mengamati dan melaporkan hasil kegiatan meliputi: daftar hadir, nama
peserta yang datang terlambat, nama pesera yang tidak hadir, siapa
yang memberi ide, Auxilery Ego sebagai penopang bagi anggota yang
terlalu lemah atau mendominasi, Koordinator : mengarahkan proses
kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan cara memberi motivasi
kepada anggota untuk terlibat kedalam kegiatan, mengidentifikasi isue
penting dalam proses, mengidentifikasi strategi yang digunakan leader,
mengamati mencatat memodifikasi strategi untuk kelompok pada
sesion atau kelompok yang akan datang, memprediksi respon anggota
kelompok pada sesion berikutnya.
7. Daftar Pasien
a. Sdr. D : Harga Diri Rendah
b. Sdr. Y : Isolasi Sosial
c. Sdr. M : Isolasi Sosial
d. Sdr. R : Isolasi Sosial
e. Sdr. A : Harga Diri Rendah
6
8. Seting tempat
- Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
- Ruang nyaman dan tenang.
Keterangan:
Leader
Co-Leader
Pasien
Perawat / Fasilitator.
Observer
7
9. Alat
a. Kertas HVS
b. Pensil 2B ( bila tersedia krayon juga dapat digunakan)
c. Musik
d. Bola
e. Jadwal kegiatan
f. Lembar observer
10. Metode
1. Dinamika Kelompok
2. Diskusi
12. Susunan Kegiatan (table dengan kolom : no, tahap, kegiatan, wakt
u)
8
No. Tahap Kegiatan
9
c. Meminta klien menggambar apa saja sesuai
yang diinginkan saat ini.
d. Sementara klien mulai menggambar, terapis
berkeliling, dan memberi penguat kepada klien
untuk terus menggambar. Jangan mencela
klien.
e. Setelah semua klien selesai menggambar,
terapis meminta masing-masing klien untuk
memperlihatkan dan menceritakan gambar
yang telah dibuatnya kepada klien lain. Yang
harus diceritakan adalah gambar apa dan apa
makna gambar tersenut menurut klien.
f. Kegiatan poin e dilakukan sampai semua klien
mendapat giliran.
g. Setiap kali klien selesai menceritakan
gambarnya, terapis mengajak klien lain
bertepuk tangan.
4. Tahap a. Evaluasi
Terminasi 1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas
keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk mengekspresikan
perasaan melalui gambar.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati kegiatan TAK yang akan
datangyaitu menonton TV.
2) Menyepakati waktu dan tempat
10
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi sensoris menggambar, menyebutkan
apa yang digambar, dan menceritakan makna gambar.
Sesi 2: TAK
Jumlah
11
DOKUMENTASI
Klien mampu mengikuti Sesi 2 TAK stimulasi sensori : menggambar. Klien dapat
mengikuti sampai selesai. Klien mampu menggambar, menyebutkan nama
gambar, dam menceritakan makna gambar. Pasien dapat menggungkapkan
persaannya melalui gambar.
12
BAB III
PELAKSANAAN TAK
Kegiatan dapat berjalan dengan baik, klien dapat aktif dalam kegiatan sampai
akhir dan tidak ada yang meninggalkan tempat kegiatan. Masing-masing klien
sudah mampu mengekspresikan perasaannya kedalam sebuah gambar dan dapat
menjelaskan makna yang ia gambar. Dua klien juga sudah mampu menceritakan
makna gambar yang ia gambar dengan lantang dan percaya diri. Klien juga
menggunakan kontak mata dengan teman samping dan depannya. Dan klien dapat
duduk tegak serta bahasa tubuh yang sesuai. Namun, ada kendala dua klien yang
sedikit susah diatur tetapi dapat dikendalikan oleh fasilitator.
13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang
dapat dilakukan perawat pada sekelompok klien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Aktifitas digunakan sebagai terapi dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan (Budi Anna Keliat, 2014). Terapi
kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam
rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan
tertentu fokus terapi adalah membuat sadar diri. Peningkatan hubungan
interpersonal, membuat perubuahan atau ketiganya.
B. Saran
Kita sebagai perawat harus menguasai dan memahami TAK yang akan
dilakukan anggota kelompok sebaiknya mungkin agar maksimal dan dapat
mempercepat proses penyembuhan klien serta membantu pasien untuk
mandiri dan produktif dan dapat diterima di masyarakat.
14
DAFTAR PUSTAKA
Kelliat, DR. Budi Anna, S.Kp., M.App.Sc dan Akemat, S.Kp., M.Kep. 2014.
Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC.
15