Anda di halaman 1dari 134

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

Y
DENGAN TUMOR OTAK DI RUANG ICU
RUMAH SAKIT BETHESDA
YOGYAKARTA

Disusun Oleh: Kelompok 5

1. Aprillyani Rika Susanti (2004026)


2. Cola Miranda (2004029)
3. Menik Pusparany (2004052)
4. Ni Putu Ira Sudiantari (2004054)
5. Yohana Fransiska TK (2004065)
6. Yovita Kondo (2004066)
7. Yunus Harianto (2004067)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2020
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. Y
DENGAN TUMOR OTAK DI RUANG ICU
RUMAH SAKIT BETHESDA
YOGYAKARTA

Dosen Pembimbing:
Diah Pujiastuti, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh: Kelompok 5

1. Aprillyani Rika Susanti (2004026)


2. Cola Miranda (2004029)
3. Menik Pusparany (2004052)
4. Ni Putu Ira Sudiantari (2004054)
5. Yohana Fransiska TK (2004065)
6. Yovita Kondo (2004066)
7. Yunus Harianto (2004067)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2020

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. Y


dengan Tumor Otak di Ruang ICU Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta” ini telah
diperiksa dan disahkan/disetujui oleh pembimbing klinik Rumah Sakit Bethesda
dan pembimbing akademik STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta.

Yogyakarta, 30 November 2020

Pembimbing Akademik

(Diah Pujiastuti, S.Kep., Ns., M.Kep.)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan dan
kasih karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Asuhan
Keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. Y dengan Tumor Otak
di Ruang ICU Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta” .
Dalam proses penyusunan laporan ini kami telah dibantu oleh berbagai pihak,
untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Vivi Retno Intening, S. Kep., Ns., MAN., selaku Ketua STIKES Bethesda
Yakkum Yogyakarta.
2. Ibu Diah Pujiastuti, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan lain.
3. Semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini, yang tidak dapat
kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi meningkatkan
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat sebagaimana mestinya.
Tuhan memberkati.

Yogyakarta, 30 November 2020

Penyusun Kelompok 5

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...........................................................................................1
B. Tujuan Penulisan ........................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................3
A. Konsep Teori ...............................................................................................3
1. Definisi ................................................................................................ 3
2. Anatomi Fisiologi ................................................................................. 3
3. Etiologi ..................................................................................................6
4. Pathway .................................................................................................8
5. Maninfestasi Klinis .............................................................................11
6. Pemeriksaan Penunjang .....................................................................13
7. Penatalaksanaan .................................................................................13
8. Komplikasi .........................................................................................16
9. Discharge Planning............................................................................. 17
B. Konsep Keperawatan ................................................................................17
1. Pengkajian .........................................................................................17
2. Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 19
3. Nursing Care Plan (NCP) ................................................................... 20
BAB III : PENGELOLAAN KASUS ...................................................................28
A. Pengkajian Keperawatan ..........................................................................28
B. Diagnosis Keperawatan .............................................................................28
C. Rencana Keperawatan ..............................................................................42
D. Catatan Perkembangan ............................................................................. 60

iv
BAB IV : PEMBAHASAN .................................................................................109
A. Pengkajian Keperawatan .........................................................................109
B. Diagnosis Keperawatan ..........................................................................115
C. Intervensi ................................................................................................118
D. Catatan Perkembangan ............................................................................122
E. Evaluasi ...................................................................................................124
BAB V : PENUTUP ...........................................................................................126
A. Kesimpulan ............................................................................................126
B. Saran ......................................................................................................126
DAFTAR USTAKA ............................................................................................128

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau proses desak ruang
(space occupying lesion) yang timbul di dalam rongga tengkorak baik di
dalam kompartemen supratentorial maupun infratentorial, mencakup tumor-
tumor primer pada korteks, meningen, vaskuler, kelenjar hipofise, epifise,
saraf otak, jaringan penyangga, serta tumor metastasis dari bagian tubuh
lainnya (Ariyani, 2012).

Penatalaksanaan tumor otak dapat melalui terapi operasi jika obat-obat


antiedema otak tidak dapat diberikan secara terus menerus, terapi konservatif
yang meliputi radioterapi, kemoterapi dan imunoterapi. Radioterapi dilakukan
untuk menghancurkan tumor dengan dosis yang masih dapat ditoleransi oleh
jarianga normal yang ditembuskannya. Kemoterapi digunakan untuk tumor
otak astrositoma, gliblastoma dan astrositoma anaplastic beserta variannya.
Imunoterapi digunakan jika terdapat gangguan fungsi imunologi tubuh
(Hartono, 2013).

Angka kejadian tumor otak yang semakin meningkat setiap tahunnya


menuntut perawat untuk terus menambah ilmu pengetahuan guna
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan. Melalui alasan
tersebut maka STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta memberikan
kesempatan belajar kepada mahasiswa pendidikan profesi Ners untuk dapat
menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan asuhan keperawatan pada
pasien tumor otak.

1
2

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada kasus Tumor
Otak di Ruang ICU Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan secara tepat
pada pasien dengan Tumor Otak di Ruang ICU Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta tahun 2020.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan Tumor Otak di Ruang ICU Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
tahun 2020.
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien
dengan Tumor Otak di Ruang ICU Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
tahun 2020.
d. Mahasiswa mampu melakukan intervensi keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis dengan Tumor Otak di Ruang ICU Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2020.
e. Mahasiswa mampu membuat evaluasi keperawatan pada pasien
dengan Tumor Otak di Ruang ICU Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
tahun 2020.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep Medis
1. Definisi
Tumor otak adalah pertumbuhan sel abnormal yang terjadi di dalam otak.
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jikak (benigna)
ataupun ganas (maligna) yang membentuk massa dalam ruang tengkorak
kepala (intra cranial) atau sumsum tulang belakang (medulla spinalis).
Tumor otak disebut sebagai “lesi desak ruang” yang berarti bahwa tumor
menggeser jaringan normal. Ketika jaringan normal tertekan, aliran darah
tergangggu dan terjadi iskemia. Tumor juga dapat mengiritasi jaringan
sekitar, sehingga menghasilkan edema serebral yang cukup parah (Black
& Hawks, 2014).

2. Anatomi Fisiologi
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100 - 200 milyar sel aktif yang
saling berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan
intelektual kita. Otak terletak dalam rongga cranium, terdiri atas semua
bagian system saraf pusat (SSP) diatas korda spinalis. Secara anatomis
terdiri dari cerebrum cerebellum, brainstem, dan limbic system otak
merupakan organ yang sangat mudah beradaptasi meskipun neuron-
neuron telah di otak mati tidak mengalami regenerasi, kemampuan adaptif
atau plastisitas pada otak dalam situasi tertentu bagian-bagian otak
mengambil alih fungsi dari bagianbagian yang rusak. Otak belajar
kemampuan baru, dan ini merupakan mekanisme paling penting dalam
pemulihan stroke (Tortora & Derrickson, 2012).

3
4

Secara garis besar, sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf pusat
dan sistem saraf tepi. Sistem Saraf Pusat (SSP) terbentuk oleh otak dan
medulla spinalis. Sistem saraf disisi luar SSP disebut Sistem Saraf Tepi
(SST). Fungsi dari SST adalah menghantarkan informasi bolak balik
antara SSP dengan bagian tubuh lainnya.

Gambar Anatomi otak (Pearce, 2016)

a. Cerebrum
Bagian otak yang terbesar yang terdiri dari sepasang hemisfer kanan
dan kiri dan tersusun dari korteks. Korteks ditandai dengan sulkus
(celah) dan girus. Cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:
1) Lobus Frontalis Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi
intelektual yang lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak
dan nalar, bicara (area broca di hemisfer kiri), pusat penghidu, dan
emosi. Bagian ini mengandung pusat pengontrolan gerakan volunter
di gyrus presentralis (area motorik primer) dan terdapat area asosiasi
motorik (area premotor). Pada lobus ini terdapat daerah broca yang
5

mengatur ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur gerakan sadar,


perilaku sosial, berbicara, motivasi dan inisiatif.
2) Lobus Temporalis
Mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan ke bawah dari
fisura laterali dan sebelah posterior dari fisura parieto-oksipitalis.
Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya ingat verbal, visual,
pendengaran dan berperan dlm pembentukan dan perkembangan
emosi.
3) Lobus parietalis
Lobus parietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di gyrus
postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan pendengaran.
4) Lobus oksipitalis
Lobus Oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area
asosiasi penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang
penglihatan dari nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang ini
dengan informasi saraf lain & memori.
5) Lobus Limbik
Lobus limbik berfungsi untuk mengatur emosi manusia, memori
emosi dan bersama hipothalamus menimbulkan perubahan melalui
pengendalian atas susunan endokrin dan susunan otonom.
b. Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih banyak
neuron dibandingkan otak secara keseluruhan. Memiliki peran
koordinasi yang penting dalam fungsi motorik yang didasarkan pada
informasi somatosensori yang diterima, inputnya 40 kali lebih banyak
dibandingkan output. Cerebellum merupakan pusat koordinasi untuk
keseimbangan dan tonus otot. Mengendalikan kontraksi otot-otot
volunter secara optimal. Bagian - bagian dari cerebellum adalah lobus
anterior, lobus medialis dan lobus fluccolonodularis.
6

c. Brainstem
Berfungsi mengatur seluruh proses kehidupan yang mendasar.
Berhubungan dengan diensefalon diatasnya dan medulla spinalis
dibawahnya. Struktur-struktur fungsional batang otak yang penting
adalah jaras asenden dan desenden traktus longitudinalis antara medulla
spinalis dan bagian-bagian otak, anyaman sel saraf dan 12 pasang saraf
cranial. Secara garis besar brainstem terdiri dari tiga segmen, yaitu
mesensefalon, pons dan medulla oblongata (Pearce, 2016).

3. Etiologi
Penyebab tumor otak belum diketahui secara pasti, namun terdapat
beberapa faktor yang mendukung terjadinya tumor otak:

a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan
kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurifibroma dapat dijumpai
pada anggota-anggota sekeluarga. Sclerosis tuberose atau penyakit
Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan
baru, memperlihatkan faktor family yang jelas. Selain jenis neoplasma
tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untk memikirkan adanya
factor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
b. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi sel, namun belum ada bukti radiasi
dapat memicu terjadinta suatu glikoma. Pernah dilaporkan bahwa
meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
c. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus
dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum
7

ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor


pada system saraf pusat.

d. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)


Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-
bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi
dalam tubuh. Ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal
dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya.
Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada Kraniofaringioma,
terotoma intracranial.

e. Substansi-subtansi karsinogenik
Penyelidikan tentang subtansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik
seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan
percobaan yang dilakukan pada hewan (Nurarif & Kusuma, 2015).
Pathway

Herediter Radiasi Virus

Mutasi gen Perubahan pada sel


DNA di otak

Kerusakan pada sel


DNA di otak

Pertumbuhan sel
abnormal di otak

Tumor otak

Massa di otak

Mendesak ruang
intrakranial

Penekanan jaringan otak

8
Penekanan pada pusat pernapasan Penekanan jaringan otak Obstruksi sirkuasi cairan
di medulla oblongata serebrospinal & ventrikel lateral
Osbstruksi PD di otak ke subarachnoid
Sirkulasi O2
Suplai O2 ke jaringan otak
akibat obstruksi sirkulasi otak

Hipoksia serebral PD di otak rusak

Perpindahan cairan

Kompensasi takipnea Risiko perfusi intravaskuler ke

serebral tidak efektif jaringan serebral


Pola napas tidak
Volume intrakranial
efektif

TIK

Merangsang reseptor Menekan Peregangan dura & Menekan PD yg mensuplai Girus medialis lobus
hipotalamus PD darah & O2 ke retina temporalis bergeser ke
inferior

9
Merangsang reseptor Menekan Peregangan dura & Menekan PD yg mensuplai Girus medialis lobus
hipotalamus PD darah & O2 ke retina temporalis bergeser ke
Menekan saraf inferior
kranial N. X Terjadi masalah Nyeri kepala
Obstruksi PD di retina
regulasi Herniasi serebral
Merangsang pusat Nyeri Akut
Papil edema
muntah Suhu tubuh Kematian
Kompresi saraf kranial
Kontraksi duodenum Hipertermi (N. II, III, IV, VI)

Tekanan Kesadaran
intrabdomen Resiko jatuh Gg penglihatan

Reflek batuk
Gg Persepsi sensori
Muntah proyektil
Penumpukan sekret
Defisit Nutrisi

Bersihan jalan
napas tidak efektif

Sumber: Black & Hawks (2014), Nurarif & Kusuma (2015).

10
5. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner dan Suddarth (2013) menyatakan manifestasi klinis
tumor otak, yaitu:
a. Tanda dan gejala umum
1) Nyeri kepala berat pada pagi hari serta makin bertambah bila batuk
dan membungkuk
2) Kejang
3) Tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial yaitu pandangan
kabur, mual, muntah, penurunan fungsi pendengaran, perubahan
tanda-tanda vital serta afasia
4) Perubahan kepribadian
5) Gangguan memori dan alam perasa
b. Trias klasik
1) Nyeri kepala
2) Nausea dan muntah
3) Papil edema

Menurut Black dan Hawks (2014) menyatakan manifestasi klinis tumor


otak berdasarkan lokasinya yaitu:
a. Lobus fronatalis
Status mental yang terganggu, apatis, perilaku menyimpang, demensia,
depresi, emosi labil, tidak mampu memusatkan perhatian, tidak
mampu konsentrasi, bingung, kehilangan control diri dan perilaku
social, gangguan ingatan jangka panjang, kesulitan dengan hal
abstrak, emosi tenang tapi datar, gangguan bicara ekspresif pada
hemisfer dominan, gangguan control spinkter dan inkontinensia usus
dan kandung kemih, gangguan motoric, gangguan cara jalan, paralisis,
tanda-tanda pelepasan frontalis, kejang.
b. Lobus temporalis
Afasia reseptif, kejang psikomotor menyeluruh, gangguan lapang
pandang, perubahan kepribadian, ataksia, sakit kepala, manifestasi
peningkatan TIK, tinnitus, gangguan memori singkat.
c. Lobus parietalis
Deficit sensori, kejang fokal motoric dan sensoris, sakit kepala,
apraksia, gangguan taktil, disorientasi kanan/kiri.
d. Lobus oksipitalis
Sakit kepala, tanda-tanda peningkatan TIK, gangguan penglihatan
(homonim hemianopsia), agnosia visual, kebutaan kortikal, halusinasi,
kejang.
e. Serebelar
Langkah tidak stabil, terjatuh, ataksia, koordinasi buruk, tremor,
kepala terangkat, nigtamus, obstruksi cairan serebro
spinal/hidrosefalus, ataksia trunkus jika tumor terletak di vermis.
f. Batang otak
Vertigo, pusing, muntah, palsi/disfungsi saraf kranial III-XII,
nigtamus, penururunan reflex kornea, sakit kepala, muntah, gangguan
jalan, deficit motoric dan sensoris, ketulian, oftalmoplegia
intranuklear, kematian mendadak karena henti jantung dan gagal nafas.
g. Hipofisis dan hipotalamus
Gangguan penglihatan, sakit kepala, disfungsi hormonal, gangguan
tidur, ketidakseimbangan air, fluktuasi temperature,
ketidakseimbangan metabolism lemak dan kabohidrat, sindrom
Chusing.
h. Ventrikel
Obtruksi pada sirkulasi caiaran serebro spinal, hidrosefalus,
peningkatan TIK dengan cepat, sakit kepala postural.
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Black dan Hawks (2014) menyatakan jika diduga ada tumor
intracranial maka dapat dilakukan pemeriksaan nonivasif yaitu:
a. CT Scan (Computerized Tomography Scan)
b. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
c. EEG (Elektroensefalogram), pemindaian radionuklida, angiogram,
pungsi lumal (untuk menyingkirkan gangguan lain)
d. Biopsy stereotaktik untuk mengkonfirmasi diagnosis tumor otak dan
merencanakan terapi yang tepat
e. Teknik pencitraan tiga dimensi untuk membantu melokalisasi tumor di
otak dan merencakan reseksi
f. Pemindaian PET (Positron Emission Tomography) untuk mempelajari
efek biokomia dan fisiologis tumor

Selain pemeriksaan tersebur juga dilakukan pemeriksaan laboratorium,


yaitu:
a. Darah lengkap
b. Hemostasis
c. Fungsi hati, ginjal, gula darah
d. Serologi hepatitits B dan C
e. Elektrolit lengkap

Pemeriksaan ini untuk melihat keadaan umum pasien dan kesiapan unutk
terapi yang dijalani (bedah, radiasi ataupun kemoterapi) (Komite
Penanggulangan Kanker Otak Nasional, -).

7. Penatalaksanaan
Satyanegara (2018) menyatakan modalitas terhadap tumor otak mencakup
tindakan-tindakan:
a. Tindakan operatif
Tindakan operasi pada tumor otak (khuusnya yang ganas) bertujuan
unutk mendapatkan diagnosis pasti dan dekompresi internal mengingat
obat-obatan anti edema obat tidak dapat diberikan secara terus
menerus. Prinsip penangan pada tumor jinak adalah pengambilan total
sedangkan pada tumor ganas tujuannya selain dekompresi juga
menegetahui jenis tumor sehingga menentukan langkah pengoatan
selanjutnya.

b. Terapi konservatif (nonoperatif)


1) Radioterapi
Radioterapi untuk tumor-tumor sususan saraf pusat kebanyakan
menggunakan sinar X dan sinar Gamma di samping juga radiasi
lainya seperti: proton, partikel alfa, neutron dan pimeson.
Keberhasilan terapi radioterapi tergantung beberapa faktor yaitu:
a) Terapi yang baik dan tidak mencederai struktur penting
lainnya
b) sensitivitas sel tumor dan sel normal
c) tipe sel yang disinar
d) kemampuan sel normal untuk melakukan repopulasi
e) restrukturisasi dan reparasi sel kanker sewaktu interval antar
fraksi radiasi
Efek samping radioterapi yang perlu dipertimbangkan:
- edema yang terjadi pada hari-hari pertama dan akhir terapi
radiasi yang dapat diatasi dengan pemebrian kortikosteroid
- demielinisasi saraf yang menimbulkan gejala-gejala deficit
neurologis yang berlangsung sampai bermingu-mingu
setelah radiasi berakhir
- nekrosis radiasi yang biasanya terlihat paska radiasi dengan
dosis lebih dari 6000 rad, mulai dari beberapa bulan
pertama sampai dengan puncak waktu anatara 1-3 tahun
paska terapi.
2) Kemoterapi
Jenis Obat Kemoterapi Untuk Susunan Saraf Pusat
No Agen Mekanisme
1. Nitrosoureas: DNA crosslinks,
BNCU (karmustin), CCNU karbamoksilasi kelompok
(lomustin), ACNU (nimustin) asam amino
2. Alkiting multilating agen DNA alkiting,
menggangu sintesis
protein
3. Karboplatin, cisplastin Chelation via intrastand
crosslinks
4. Nitrogen mustards: Alakilasi DNA,
cyclophosphamide, pembentukan ion
isofamide, cytoxan karbonium
5. Vinca alcaloids: Inhibitor fungsi
vincristine, vinblastine, mikrotubulus
paclitaxel
6. Epidophyllotoxins Inhibitor topoisomerase
II
7. Topotecan, irinotecan (CPT- Inhibitor topoisomerase I
11)
8. Tamoxifen Protein kinase C inhibitor
9. Bevacizumab (avastin) Anti VEGF antibody
10. Hydroxiurea
11. Bleomycin
12. Taxol (paxlitaxol)
13. Methotrexate
14. Cytosine, arabinosine
15. Fluorouracil (FU)
16. Corticosteroid: prednisone
dexamethasone,
Sumber: Satyanegara (2018)

3) Imunoterapi
Terapi ini berdasarkan anggapan bahwa tumbuhnya suatu tumor
disebabkan oleh adanya gangguan fungsi imunologi tubuh sehingg
adiharapkan dengan melakukan restorasi system imun dapat
menekan pertumbuhan tumor.

Brunner dan Suddarth (2013) menyatakan penatalaksaan keperawatan


tumor otak yaitu:
a. Praoperatif dengan mengevaluasi reflex muntah dan kemampuan untuk
menelan
b. Ajarkan pasien unutk mengarahkan makanan dan cairan ke sisi yang
tidak terganggu. Bantu pasien ke posisi tegak ketika akan makan,
tawarkan diet semi lunak dan sediakan alat penghisap (suction) jika
respon muntah menghilang
c. Kaji kembali fungsi setelah operasi (pascaoperatif)
d. Lakukan pemeriksaan neurologis, pantau tanda-tanda vital, buat grafik
alur neurologis, beri jarak antar intervensi untuk mencegah
peningkatan TIK
e. Reorientasi pasien jika perlu terhadap orang, waktu, tempat. Supervisi
dan bantu perawatan diri. Pantau dan lakukan intervensi untuk
mencegah cidera
f. Pantau pasien kejang
g. Periksa fungsi motoric pada interval tertentu, kaji gangguan sensori
h. Evaluasi gaya bicara
i. Kaji pergerakan mata, ukuran pupil dan reaksi pupil

8. Komplikasi
Komplikasi tumor otak bergantung pada area tempat tumor tumbuh.
Misalnya, pada tumor yang tumbuh pada bagian otak yang mengatur
memori, maka kehilangan daya ingat adalah kompplikasi yang dapat
terjadi (klik dokter, 2019).
9. Discharge Planning
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) discharge planning pada pasien
dengan tumor otak, yaitu:
a. Konsultasikan tentang tindakan (pembedahan, kemoterapi, radiasi)
b. Terapi hormone
c. Konsultasikan perawatan yang harus dilakukan selama dirumah serta
larangan yang harus dilakukan serta lakukan gaya hidup yang sehat.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, usia, status, agama, alamat, pekerjaan,
dan identitas penanggung jawab.
b. Riwayat Sakit dan Kesehatan
1) Keluhan utama : nyeri kepala
2) Riwayat penyakit saat ini : Pasien mengeluh nyeri kepala,
muntah, papiledema, penurunan tingkat kesadaran, penurunan
penglihatan atau penglihatan double, ketidakmampuan sensasi
(parathesia atau anasthesia), hilangnya ketajaman atau diplopia.
3) Riwayat penyakit dahulu : Klien pernah mengalami
pembedahan kepala
4) Riwayat penyakit keluarga : riwayat keluarga dengan tumor
otak.
c. Pengkajian psiko-sosio-spirituab : Perubahan kepribadian dan
perilaku klien, perubahan mental, kesulitan mengambil keputusan,
kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostik test dan prosedur
pembedahan, adanya perubahan peran.
d. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan : terpapar radiasi
berlebih, kecanduan alkohol, perokok berat, gangguan kepribadian.
e. Pemeriksaan Fisik (ROS : Review of System)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi
pemeriksaan fisik umum per system dari observasi keadaan umum,
pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3
(Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
1) Pernafasan B1 (breathing)
Bentuk dada : normal, pola nafas : takipnea, suara napas :
vesikuler, terjadi sessak nafas, batuk tidak ada, terdapat retraksi
otot bantu pernafasan.
2) Kardiovaskular B2 (blooding)
Irama jantung : irregular, tidak terdapat nyeri dada, tidak ada
bunyi jantung tambahan, pola nadi: bradikardi, tekanan darah
meningkat.
3) Persyarafan B3 (brain)
Pusing, nyeri kepala, kejang, penurunan memori, penurunan
penglihatan, hilangnya ketajaman atau diplopia, pendegaran
bisa terganggu jika mengenai lobus temporal, penurunan
penghiduan, penurunan indra pengecap (parathesia atau
anasthesia), penurunaan kemampuan bicara, kerusakan atau
kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif atau
kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata komprehensif,
kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak seimbang,
berkurangnya refleks tendon, hemiplegia, bisa terjadi
penurunan kesadaran kesadaran dan koma, perubahan perilaku
dan emosional.
4) Perkemihan B4 (bladder)
Perubahan pola berkemih, inkontinesia urine, oliguria.
5) Pencernaan B5 (bowel)
Nafsu makan menurun, mukosa bibir lembap, bising usus :
negative, peristaltik usus menurun, terjadi mual dan muntah,
kesulitan menelan (gangguan refleks paltum dan faringeal).
6) Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
penurunan tonus otot, kekuatan otot menurun, gerakan tidak
terkontrol, keterbatasan pergerakan anggota gerak

2. Diagnosis Keperawatan
a. Resiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan faktor resiko
tumor otak
b. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltasi tumor ; penekanan syaraf
c. Pola nafas tidak efektif berbuhungan dengan deperesi pusat pernafasan ;
gangguan neurologis
d. Resiko cidera dibuktikan dengan faktor resiko perubahan fungsi
kognitif ; perubahan sensasi
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
f. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuscular ; penurunan kekuatan otot.
21

3. Rencana Keperawatan
TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Tindakan
Resiko perfusi serebral Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pemamtauan Tekanan Intrakranial
tidak efektif dibuktikan kepada pasien selama ….. x 24 jam, - Identifikasi penyebab PTIK
dengan faktor resiko diharapkan resiko perfusi serebral tidak ( edema serebral, obstruksi aliran
tumor otak efektif dapat teratasi dengan kriteriaa hasil cairan serebrospinal
: - Menitor peningkatan TD
- Monitor MAP
Perfusi serebral - Monitor penurunan frekuensi
- Tingkat kesadaran meningkat jantung
- Tidak terjadi peningkatan intrakranial - Monitor ireguleritas irama nafas
- Sakit kepala menurun/ tidak terjadi - Ambil sampel drainase cairan
- Demam menurun/ tidak terjadi serebrospinal
- Tekanan darah sistotik dalam batas - Pertahankan posisi kepala dan
normal leher netral
- Tekanan darah diastotik dalam batas - Edukasi tujuan dan prosedur
normal pemamtauan PTIK
- Refleks syaraf membaik - Kolaborasi pemberian steroid
sesuai perintah
Status Neurologis - Kolaborasi pemberian
- Ukuran pupil normal/membaik antikonulsan sesuai perintah
- Pola nafas normal/membaik
- Frekuensi nafas normal/ membaik
22

TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Tindakan
- Denyut nadi radialis normal/membaik
Management peningkatan tekanan
intra kranial
- Identifikasi penyebab peningkatan
tekanan intra kranial (edema
serebral)
- Monitir tanda gejala PTIK ( TD
meningkat, tekanan nadi melebar,
bradikardi, pola nafas ireguler,
kesadaran menurun)
- Monitor MAP
- Monitor status pernafasan
- Monitor intake dan output cairan
- Pertahankan suhu tubuh normal
- Minimalisir stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang
tenang
- Cegah terjadi kejang
- Berikan posisi Fowler
- Kolaborasi pemberian
antikonulsan sesuai perintah
23

TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Tindakan
Nyeri kronis Setelah dilakukan asuhan keperawatan Management Nyeri
berhubungan dengan kepada pasien selama ….. x 24 jam, - Identifikasi, karakteristik, durasi,,
infiltasi tumor ; diharapkan nyeri kronis dapat teratasi frekuensi kualitas, intensitas nyeri
penekanan syaraf dengan kriteria hasil : - Identifikasi skala nyeri
- Identifikai respon nyeri non verbal
Tingkat nyeri : - Berikan teknik nonfarmakologis
- Keluhan nyeri tidak ada untuk mengurangi rasa nyeri
- Meringis tida terjadi - Kontrol lingkungan yang
- Gelisah tidak terjadi memperberat rasa nyeri (suhu
- Pupil dilatasi tidak terjadi ruangan, kebisingan,
- Mual tidak terjadi pencahayaan)
- Muntah tidak terjadi - Jelaskan penyebab periode, dan
- Frejuensi nadi normal pemicu nyeri
- Pola nafas normal - Kolaborasi pemberian alagetik
- Tekanan darah normal
Perawatan Kenyamanan
Kontrol Nyeri - Identifikasi gejala yang tidak
- Melaporkan nyeri terkontrol menyenangkan
- Keluhan nyeri tidak ada - Berikan posisi yang nyaman
- Kemampuan menggunakan teknik - Berikan pemijatan
non-farmakologis - Dukung keluarga dan pengasuh
- Kemampuan mengenali penyebab terlibat dalam terapi
nyeri - Kolaborasi pemberian analgetik
24

TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Tindakan

Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen nutrisi


berhubungan dengan kepada pasien selama ….. x 24 jam, - Identifikasi status nutrisi
ketidakmampuan diharapkan defisit nutrisi dapat teratasi - Identifikasi kebuthan kalori dan
menelan makanan: dengan kriteria hasil : jenis nutrient
mual, muntah - Monitor asupan berat badan
Status Nutrisi : - Monitor berat badan
- Pemberian makanan sesuai dengan - Monitor hasil pemeriksaan
diit yang dianjurkan laboratorium
- Indeks massa tubuh (IMT) dalam - Lakukan oral hygiene sebelum
rentang normal makan jika perlu
- BB dalam rentang normal - Anjurkan posisi duduk jika
- Peningkatan nafsu makan mampu
- Bising usus terdengar - Kolaborasi pemberian medikasi
- Membrane mukosa lembab sebelum akan jika perlu

Pembeian Makanan Enteral


- Periksa posisi NGT dengan
memriksa residu lambung
- Memonitor tetesan makanan pada
pompa setiap jam
- Monitor rasa penuh, mual dan
muntah
25

TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Tindakan
- Monitor BAB
- Tinggikan tempat tidur 30-450
selama pemberian makanan
- Irigasi selang dengan 30 ml telah
pemberian makanan intermiten
- Jelaskan tujuan dan langkah-
langkah prosedur
- Kolaborasi pemilihan jenis dan
jumlah makanan interal

Edukasi diet
- Identifikasi kemampuan pasien
dan keluarga dalam menerima
informasi
- Identifikasi tingkat pengetahuan
- Identifikasi kebiasaan pola makan
saat ini dan masa lalu
- Jadwalkan waktu yang tepat untuk
memberikan pendidikan kesehatan
- Persiapkan materi, media dan alat
olah raga
- Berikan kesempatan pasien dan
keluarga untuk bertanya
26

TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Tindakan
- Sediakn rencana makan tertulis
- Informasikan makanan yang
diperbolehkan dan dilarang
- Ajarkan cara merencanakan
makanan yang sesuai program
- Rekomendasikan resep makanan
yang sesuai dengan diet
- Rujuk ke ahli gizi dan sertakan
keluarga

Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pemantauan respirasi
berbuhungan dengan kepada pasien selama ….. x 24 jam, - Monitor frekuensi irama,
deperesi pusat diharapkan defisit nutrisi dapat teratasi kedalaman, upaya nafas
pernafasan ; gangguan dengan kriteria hasil : - Monitor pola nafas (bradipnea,
neurologis - Frekuensi nafas normal takipnea)
- Ekspansi dada simetris - Monitor produksi sputum
- Tidak menggunakan otot bantu nafas - Monitor adana sumbatan jalan
- Dyspnea tidak terjadi nafas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi suara nafas
- Monitor saturasi oksigen
- Jelaskan tujuan dan prosedur
27

TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Tindakan
pemantauan

Resiko cidera Setelah dilakukan asuhan keperawatan Tingkat Cidera


dibuktikan dengan kepada pasien selama ….. x 24 jam, - Identifikai area lingkungan yang
faktor resiko perubahan diharapkan resiko cidera dapat teratasi berpotesi meyebabkan cidera
fungsi kognitif ; dengan kriteria hasil : - Sediakan pencahayaan yang
perubahan sensasi - Gangguan mobilitas menurun/ tidak memadai
ada - Diskusikan mengenai alat bantu
- Ketegangan otot tidak terjadi mobilitas
- Gangguan kognitif tidak ada - Pastikan barang-barang-pribadi
- TD normal mudah dijangkau
- Frekuensi nafas normal - Jelaskan alasan intervensi
- Frekuensi nadi normal pencegahan jatuh ke pasien dan
keluarga.

Gangguan mobilitas Setelah dilakukan asuhan keperawatan Dukungan Mobilisasi


fisik berhubungan kepada pasien selama ….. x 24 jam, - Identifikasi adanya nyeri atau
dengan gangguan diharapkan resiko cidera dapat teratasi keluhan fisik lainna
neuromuscular ; dengan kriteria hasil : - Monitor frekuensi jantung
penurunan kekuatan - Nyeri menurun - Monitor kondisi umum selama
otot. - Kecemasan menurun/tidak terjadi melakukan mobilisasi
- Kaku sendi tidak terjadi - Fasilitasi aktifitas mobilisasi
- Gerakan terkoordinasi dengan alat bantu
28

TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Tindakan
- Gerakan terbatas tidak terjadi - Fasilitasi melakukan pergerakan
- Kelemahan fisik menurun - Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
- Anjurkan mobilisasi secara
mandiri
- Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (mis. Duduk
di tempat tidur, duduk di sisi
tempat tidur)
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. IDENTITAS DIRI KLIEN


Nama : Tn. Y
Umur : 29 Tahun
Jenis Kelamin :L
Alamat : Kulon Progo
Status perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku : Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
Tgl masuk RS : 29/11/2020
Tgl pengkajian : 1/12/2020
Sumber informasi : Keluarga Pasien

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
(pasien mengalami penurunan kesadaran)
Pengkajian nyeri menggunakan CPOT
- Ekspresi wajah 2
- Gerakan tubuh 1
- Kepatuhan pemasangan 1
- Vokaliasi 1
- Ketegangan otot 1
- Total skor CPOT 6 ( intepretasi jika skor > 5 : terdapat nyeri )

29
29

2. Riwayat penyakit sekarang


Pada tanggal 29 November 2020 pasien dibawa oleh keluarga ke
Rumah Sakit Bethesda. Keluarga mengatakan pada Minggu sore
tanggal 29/11/2020 pasien mengeluh kepalanya sakit tidak
tertahankan hingga pasien menarik narik rambutnya, kemudian
langsung dibawa ke RS Bethesda oleh keluarga. Keluarga pasien
mengatakan pasien sudah mengalami sakit dari bulan mei lalu,
sudah control dan melakukan pemeriksaan di rumah sakit X dari
bulan Mei, namun keluarga menghentikan pengobatan,
pemeriksaan, obat-obatan dan kontrol rutin dengan dokter karena
merasa atau menyakini penggunaan obat herbal yang diberikan
kepada klien. kepala hebat, kejadian pada tanggal 29/11/2020 jam
16.00 WIB, kemudian dibawa kerumah sakit Bethesda oleh
keluarga. Saat tiba di IGD RS Bethesda pasien sudah mengalami
penurunan kesadaran, Di IGD Rs. Bethesda pasien didiagnosa
tumor otak, dengan pengkajian primer: Airway (bebas), Breathing
(ferk. Napas 24 x/mnt), Circulation (nadi teraba kuat), TD 100/60
mmHg, N 82x/mnt, dengan GCS E: 3, V: 5, M: 6, S 37°C. Di IGD
dilakukan PDL, GDS, Rapid test, Ro-Thorax, MSCT-HEAD,
terpasang infus RL, pada saat berada di IGD pasien mengalami
gagal nafas dan pada tanggal yang sama 29/11/2020 jam 19.30
WIB pasien dipindahkan ke ke ICU untuk diberikan perawatan
menggunakan alat bantu nafas (ventilator). Pada saat dikaji
tanggal 1/12/2020 kesadaran umum Soporo Koma dengan
ET+Vent PSIMV 12 PEEP 5, FiO2 40%, N 120 x/mnt, TD 74/58
mmHg, S 39,1°C, GCS E:1, M:1, V:T, pupil 6/6 Reflek Cahaya
-/-, irama EKG sinus takikardi, SaO2 98%, pasien terpasang DC
ukuran 16, infus RL 500cc.
30

3. Riwayat penyakit dahulu


Keluarga mengatakan, pasien tidak memiliki riwayat penyakit
apapun sejak sebelumnya.
4. Diagnosa medik
Tumor Otak
5. Pemeriksaan penunjang
a. Hasil Laboratorium 29/11 2020

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


Hemoglobin 14.9 g/dl 13.2-17,3

Hematokrit 45.2 % 40.0-54.0


Leukosit 19.89 ribu/mmk 4.5-11.5
Eosinofil 0.0 % 2-4
Basofil 0.2 % 0-1
Eritrosit 5.22 Juta/mmk 4.50-6.20
Netrofil Segmen 91.1 % 50-70
Limfosit 3.5 % 18-42
Monosit 5.2 % 2-8
MCV/TER 86.5 fL 80.0-94.0
MCH/HER 28.6 pg 26.0-32.0
MCHC/KHER 33.0 g/dl 32.0-36.0
RDW 13.0 % 11.5-14.5
Albumin 4.7 g/dL 6.40-8.30
Globulin 2.5 g/dL 2.0-3.50
Natrium 140.2 Mmol/L 136-146
Kalium 2.15 Mmol/L 3.5-5.1
Chlorida 100.4 Mmol/L 98.0-107.0
Calcium 9.4 mg/dL 8.40-10.20
Trombosit 209 ribu/mmk 150-450

b. Radiologi 29/11 2020


31

Hasil: Tampak lesi inhomogen di ventrikel 4 dan tampak


ventrikel lateralis III dan IV melebar dan tampak gambaran
hyperintens pada FLAIR di paraventrikel lateralis Gyri dan
sulci-sulci normal.
• Fissura silvii dan cisterna normal
• Batang otak dan cerebellum normal
• Sella dan parasella baik
• Struktur median di tengah
• Muscosal reaction sinus maxilaris sinsitra
• Orbita-retroorbita tak tampak kelainan.
c. Tindakan yang telah dilakukan
Pemasangan ventilator, ETT, NGT, dan Kateter

C. OBSERVASI DAN PENGKAJIAN FISIK (BODY SYSTEM)


1. Breath (pernafasan)
- Respirasi rate : 12 kali/menit (on ventilator)
- Pola Nafas : Teratur
- Suara nafas : Vesikuler
- Suara nafas tambahan : Adanya suara napas tambahan (Ronchi)
- Slem : Adanya penumpukan slem/riak
- Kesimetrisan gerak dada : Pergerakkan dada simetris
- Kelainan bentuk dada : Tidak ada kelainan bentuk dada
- Penggunaan otot bantu pernafasan : Tidak ada.
- Penggunaan artifisial airway : Tidak ada.
- Mode Ventilator : PSIMV 12, Peep 5, FiO2 40%
- Terapi Oksig en (Alat) : Nebulizer
- Saturasi Oksigen : 98%
2. Blood (Kardiovaskuler):
32

- Tekanan darah: 74/58 mmhg, MAP : 63,3 (Rendah), Lengan:


kanan
- Suhu: 39,1oc , Kulit teraba hangat
- Nadi : 120x/menit
- Irama : Sinus Takikardi
- Bunyi Jantung : Tidak ada bunyi jantung tambahan. Split:
- Murmur : tidak ada
- Capilary Refill : Kembali > 3 detik
- Jenis Disritmia: Tidak terjadi gangguan pada irama jantung
pasien
3. Brain (Persyarafan)
- Kesadaran : GCS : 3, E :1, M :1, V : tidak terkaji pasien
menggunakan ETT
- Pasien gelisah
- Pupil : diameter : Kiri 6 mm/Kanan 6 mm, refleks terhadap
cahaya Tidak ada reflek terhadap cahaya pada pupil kiri dan
kanan.
- Refleks fisiologis :
 Bisep : Tidak bisa terkaji. Karena, pasien mengalami
penurunan kesadaran
 Trisep : Tidak bisa terkaji. Karena, pasien mengalami
penurunan kesadaran
 Patela : Tidak bisa terkaji. Karena, pasien mengalami
penurunan kesadaran
 Achiles: Tidak bisa terkaji. Karena, pasien mengalami
penurunan kesadaran
- Refleks Patologis :
 Babinsky : Tidak bisa terkaji. Karena, pasien mengalami
penurunan kesadaran
33

 Hoffman Trommer : Tidak bisa terkaji. Karena, pasien


mengalami penurunan kesadaran
- Tanda Rangsang Meningeal :
 Kaku Kuduk : Tidak bisa terkaji. Karena, pasien mengalami
penurunan kesadaran
 Brudzinky Neck sign : Tidak bisa terkaji. Karena, pasien
mengalami penurunan kesadaran
 Kernig sign: Tidak bisa terkaji. Karena, pasien mengalami
penurunan kesadaran
 Laseque : Tidak bisa terkaji. Karena, pasien mengalami
penurunan kesadaran
- Kekuatan otot : Tangan : 1-1, Kaki: 1-1

e. Bladder (Perkemihan):
- Urine Output : 100 cc/ 7 jam
- Warna : Kuning jernih. Tidak bercampur darah.
- Catheter : Ukuran: 16 Jml Cairan Pengunci : 10 cc
- Distensi kandung kemih : tidak ada
- Retensi urine : tidak terjadi
- Inkontinesia urine :
- Nyeri : tidak terkaji

f. Bowel:
- Peristaltik : Pasien terpasang NGT
- Vascular Sound (Bruit) : Tidak ada bruit
- Distensi abdomen : Tidak ada distensi
- Asites : Tidak ada
- Blooding : Tidak ada
- Mual : Tidak ada
34

- Muntah : Tidak ada


- Hepatomegali: Tidak ada, palpasi tidak teraba pembesaran hepar
- Spleenomegali : Tidak ada, palpasi tidak teraba pembesaran lien
- Pembesaran ginjal: Tidak ada

g. Bone
- Fraktur: Tidak ada
- Nyeri : Skor total 0
- Deformitas sendi: Tidak ada
- Oedema: Tidak terjadi oedem pada ekstremitas atas/bawah.
- Perfusi perifer:
- Cianosis:
- Compartemen syndrom : Tidak ada

D. PROGRAM TERAPI
1. Ceftriaxon 2x1 gr
2. Ranitidin 2x1 Ampul
3. Methylprednizolone
4. KSR 2x1
5. Cetirizine 1x10 mg
6. Primperan 2x1 Ampul.
7. Norepinephrine 4 mg/Nacl 50cc.
8. Dobutamin
9. Flixotide dan combivent 3x/hari

N0 Nama Obat Indikasi Kontra Efek Implikasi


35

Indikasi Samping Keperawatan


1. Ceftriaxone Mengobati dan Pasien yang mual, Observasi
2x1 gr mencegah hipersensitif muntah, dan TTV
infeksi terhadap diare
antibiotik
cephalosporin
2. Ranitidin Mengobati Riwayat alergi Gelisah Observasi
2x1 Ampul sakit maag terhadap Gangguan adanya muntah
Mengobati ranitidine, pernapasan atau alergi
ulkur lambung Ibu yang Muntah
Mencegah sedang Reaksi alergi
tukak lambung menyusui, seperti gatal
Diabetes gatal
Kanker
lambung
3. Methylp Digunakan Alergi Sakit kepala Observasi
rednizol dalam terhadap Mual dan adanya alergi
one penanganan methylpred muntah,
penyakit paru nisolone Lemah otot,
obstruksi kesulitan
kronik, adang bernapas,
sendi, lupus sulit tidur
4. KSR pengobatan gagal ginjal mual, Observasi
2x1 dan tahap lanjut, muntah, sakit adanya mual dan
pencegahan penyakit pinggang, muntah
hipokalemia addison yang dan diare
tidak di obati,
dehidrasi akut,
hiperkalemia.
36

5. Cetirizine mengatasi Hipersensivita Mengantuk Observasi mual


1x10 mg gejala reaksi s terhadap obat Mual dan muntah dan
alergi misalnya cetirizene Muntah adanya alergi
alergi Mulut kering
makanan,
rhinitis alergi,
6. Primperan meredakan Penyakit Mengantuk, Observasi TTV
2x1 Ampul mual dan Parkinson, gelisah,
muntah yang Pendarahan pusing, lelah,
disebabkan Gastrointestina
oleh induksi l,
kemoterapi, Epilepsi
radiasi, dan
refluks
esofagitis.
7. Norepineph hipotensi akut, hipertensi sakit kepala Observasi
rine 4 henti jantung. (sering pantau Gelisah tekanan darah
mg/Nacl tekanan darah Gangguan
50cc. dan kecepatan irama jantung
aliran), Kematian
kehamilan jaringan
Sesak napas
8. Dobutamin Gagal jantung Hipersensit Mual Observasi
kongestif akut, ivitasKardi muntah, sakit tekanan darah,
syok omiopati kepala kram dan mual
kardiogenik, obstruktif, kaki, sesak muntah
kardiomiopati, Perikarditi nafas, pusing
syok hipotensi s
konstriktif
37

9 Flixotide Meredakan Hipersensitivit Sakit kepala, Observasi status


/mengobati as terhadap Pusing pernapasan
gejala asma komponen pasien
obat.
10. Combivent engatasi Hipersensitivit Sakit kepala, Observasi status
penyakit as terhadap Pusing, pernapasan
saluran komponen Batuk, Mual, pasien dan
pernapasan, obat Muntah, adanya mual
seperti PPOK Mulut kering muntah
atau asma
38

ANALISA DATA

Data Penunjang Masalah Penyebab


DS: - Hipertermia Proses penyakit
DO:
- Suhu: 39,1ͦ C
- Nadi: 120 x/menit
- Kulit teraba hangat
DS: - Bersihan jalan Sekresi yang
DO: napas tertahan
- Penurunan kesadaran
- Suara nafas tambahan yaitu
ronchi dikedua lapang paru
- Adanya penumpukan slem/riak
DS: - Penurunan curah Perubahan frekuensi
DO: jantung jantung
- Nadi 120 x/menit
- Irama jantung: sinus takikardi
- Tekanan darah 74/58 mmHg
- CRT > 3 detik
DS: - Defisit perawatan Gangguan
DO: diri neuromuskuler
- Pasien mengalami penurunan
kesadaran
- GCS: E: 1, V: Tidak dapat
dikaji karena pasien pasien
menggunakan ETT, M: 1

DS: - Risiko perfusi Tumor otak


DO: serebral tidak
- Hasil pemeriksaan radiologi efektif
39

Data Penunjang Masalah Penyebab


MSCT-Head pada tanggal
29/11/2020 adalah tampak lesi
inhomogen di ventrikel 4 dan
tamoak ventrikel lateralis III dan
IV melebar dan tampak
gambaran hyperintens pada
FLAIR di paraventrikel lateralis
Gyri, dengan kesan terlihat
massa di ventrikel IV suspek
ependymoma (jenis tumor ganas
yang terbentuk diotak sumsum
tulang belakang) dengan
hydrochepalus obstruktivus atau
penekanan pada intracranial
yang disebabkan obstruksi atau
penumpukan cairan disertai
edema perventriculer atau
pembengkakan pada sel-sel
otak.
- Terlihat pasien mengalami
penurunan kesadaran dengan
GCS: E: 1, V: Tidak dapat
dikaji karena pasien
menggunakan ETT, M: 1.

DS: - Risiko aspirasi Penurunan tingkat


DO: kesadaran, terpasang
- Pasien mengalami penurunan nasogastric dan
40

Data Penunjang Masalah Penyebab


kesadaran terpasang
- Pasien terpasang NGT endotracheal tube
- Pasien terpasang ETT
DS:- Nyeri kronis Infiltrasi tumor
DO:
- Ekspresi wajah skor 2
- Gerakan tubuh skor 1
- Kepatuhan pemasangan skor 1
- Vokalisasi skor 1
- Ketegangan otot skor
- Total skor CPOT: 6 (nyeri)
- Pasien terlihat gelisah
41

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang tertahan dibuktikan


dengan terdapat penurunan kesadaran, terdengar suara nafas tambahan yaitu
ronchi, adanya penumpukan slem/riak.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung
dibuktikan dengan nadi 120 x/menit, irama jantung: sinus takikardi, tekanan
darah 74/58 mmHg, CRT > 3 detik.
3. Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan faktor resiko tumor
otak.
4. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan dengan suhu:
39,1ͦ C, nadi: 120 x/menit, kulit teraba hangat.
5. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor dibuktikan dengan ekspresi
wajah skor 2, gerakan tubuh skor 1, kepatuhan pemasangan skor 1, vokalisasi
skor 1,ketegangan otot skor, total skor CPOT: 6 (nyeri), pasien terlihat gelisah.
6. Risiko aspirasi dibuktikan dengan faktor risiko penurunan tingkat kesadaran,
terpasang nasogastric dan terpasang endotracheal tube.
7. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
dibuktikan dengan pasien mengalami penurunan kesadaran, GCS: E: 1, V:
tidak dapat dikaji karena pasien pasien menggunakan ETT, M: 1

Hari/tanggal: Senin, 30 November 2020 Tanda tangan : April


RENCANA KEPRAWATAN

Nama Pasien : Ny. D


Ruangan : Ruang ICU
Tanggal : Senin, 30 November 2020
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
Tanggal 30 November Tanggal 30 November 2020 Tanggal 30 November 2020 Tanggal 30 November 2020
2020 Pukul 09.05 Pukul 09.05 Pukul 09.05
Pukul 09.05
Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas
Bersihan jalan napas keperawatan selama 3 x 24 jam 1. monitor pola napas (frekuensi, 1. perubahan pola napas
tidak efektif diharapkan masalah bersihan kedalaman, usaha napas) menandakan kerja paru yang
berhubungan dengan jalan napas tidak efektif tidak normal yang dapat
Sekresi tertahan teratasi dengan kriteria hasil: disebabkan oleh adanya
DS: - penumpukan cairan atau
DO: Bersihan jalan napas sputum
- Penurunan - produksi sputum berkurang 2. monitor bunyi napas tambahan 2. deteksi dini adanya
kesadaran - tidak terjadi sianosis ketidaknormalan napas pada
- Suara nafas - tidak gelisah 3. monitor sputum (jumlah, pasien
tambahan ronchi warna, aroma) 3. jumlah, warna dan bau
di seluruh lapang sputum dapat menjadi
paru indicator kondisi tidak
- Penumpukan normal

42
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
secret 4. pembersihan secara mekanik
4. lakukan penghisapan lendir membantu untuk
kurang dari 15 detik mengeluarkan lendir pada
pasien yang tidak sadar atau
tidak memiliki reflek batuk
5. membantu unutuk
5. kolaborasi pemberian mengencerkan dahak
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik

Manajemen jalan napas buatan 1. menjaga kepatenan posisi


1. monitor posisi selang selang ETT
endotrakeal (ETT) 2. mencegah terlepasnya ETT
Rani Rani 2. monitor tekanan balon ETT karena tekanan balon yang
setiap 4-8 jam berkurang dan mencegah
terjadinya stenosis trakeal
karena tekanan balon ETT
yang terlalu kuat
3. menjaga kepatenan jalan
3. cegah ETT terlipat napas
4. menjaga kecukupan
4. berikan preoksigenasi 100% oksigenasi untuk mencegah
selama 30 detik sebelum dan terjadinya gagal napas

43
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
setelah penghisapan 5. menjaga kebersihan area
5. ganti fiksasi ETT setiap 24 jam pemasangan ETT, mencegah
terjadinya perlukaan pada
area mulut
6. memberi rasa aman dan
6. jelaskan kepada keluarga nyaman pada keluarga pasien
tujuan dan prosedur 7. mempertahankan kepatenan
pemasangan ETT fungsi ETT
7. kolaborasi intubasi ulang jika
terbentuk mucus plug yang
tidak bisa dilakukan
penghisapan
1. menentukan tujuan
Manajemen Ventilasi Mekanik pemasangan ventilator
1. periksa indikasi ventilator 2. menentukan respon pasien
mekanik terhadap keefektifan
2. monitor efek ventilator pemasangan ventilator
terhadap status oksigenasi 3. sebagai pertimbangan untuk
mulai dilakukannya
3. monitor efek negative penyapihan ventilator
ventilator 4. peningkatan pernapasan
indikasi
4. monitor gejala peningkatan

44
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
pernapasan 5. mencegah terjadinya efek
samping pemasangan
5. monitor gangguan mukosa ventilator
oral, nasal, trakea dan laring 6. memaksimalkan ekspansi
paru pasien
6. atur posisi kepala 45-60o untuk
mencegah aspirasi 7. menjaga kebersihan mulut
pasien dan mencegah
7. lakukan perawatan mulut terjadinya infeksi akibat
secara rutin, termasuk sikat pemasangan ventilator
gigi setiap 12 jam 8. antisipasi keadaan darurat

8. siapkan bag-valve mask


disamping tempat tidur pasien
untuk antisipasi malfungsi 9. melihat keefektifan
mesin pemberian ventilator
9. dokumentasi respon terhadap 10. ketepatan pemberian
ventilator ventilasi mekanik
10. kolaborasi pemilihan mode menentukan tingkat
ventilator keberhasilan pemberian
terapi
11. meminimalkan rasa tidak
11. kolaborasi pemberian agen nyaman,, mengurangi risiko

45
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
pelumpuh otot, sedative, agitasi, memudahkan
analgesic, sesuai kebutuhan sinkronisasi antara pasien
dan ventilator

Rani

Rani

Tanggal 30 November Tanggal 30 November 2020 Tanggal 30 November 2020 Tanggal 30 November 2020 jam
2020, Jam 09.00 Jam 09.00 Jam 09.00 09.00

Penurunan curah jantung Setelah dilakukan keperawatan Perawatan Jantung


berhubungan dengan selama 3x24 jam diharapkan 1. Monitor tekanan darah pasien. 1. Tekanan darah yang teralalu

46
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
perubahan perubahan penurunan curah jantung dapat rendah menyebabkan tubuh
frekuensi jantung teratasi dengan kriteria hasi: kekurangan oksigen sehingga
dibuktikan dengan: Curah Jantung dapat terjadi kerusakan pada
DS: - 1. Nadi dalam batas normal jantung dan otak.
DO: (60-100 x/menit). 2. Monitor saturasi oksigen. 2. Saturasi oksigen < 95%
- Nadi 120 x/menit
2. Gambaran EKG normal. menandakan tubuh
- Irama jantung: sinus
3. Tekanan darah dalam kekurangan suplai oksigen.
takikardi
batas normal (sistolik 3. Monitor irama dan frekuensi 3. Perubahan irama dan
- Tekanan darah 74/58
120-130 mmHg, diastolik jantung. frekuensi jantung menandakan
mmHg
80-90 mmHg). kerja jantung abnormal yang
- CRT > 3 detik
4. Capillary refill < 3 detik. dapat disebabkan oleh
Nadi: 120 x/menit.
kelistirikan pada jantung
mengalami gangguan.
4. Posisikan pasien semi-Fowler. 4. Posisi memudahkan proses
sirkulasi ke serebral dan
5. Berikan oksigen untuk perifer.

47
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
memertahankan saturasi 5. Saturasi oksigen <95%
oksigen > 94%. menandakan tubuh
6. Kolaborasi pemberian kekurangan suplai oksigen.
antiaritmia. 6. Antiaritmia dapat mengurangi
kecepatan depolarisasi.

Ira Ira Ira


Ira
Tanggal 30 November Tanggal 30 November 2020, Tanggal 30 November 2020, Jam Tanggal 30 November 2020, Jam
2020, Jam 09.00 Jam 09.00 09.00 09.00

Risiko perfusi serebral Setelah dilakukan tindakan Manajemen Peningkatan


tidak efektif keperawatan selama 3 x 24 Tekanan Intrakranial
jam, diharapkan perfusi 1. Monitor tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui pasien

48
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
serebral pasien efektif, dengan peningkatan TIK (mis. Tekanan mengalami peningkatan TIK
kriteria hasil: darah meningkat, tekanan nadi atau tidak yang dapat
meningkat, tingkat kesadaran membahayakan nyawa pasien
Perfusi Serebral menurun dan muntah proyektil). dan untuk melakukan tindakan
1.Tingkat kesadaran pasien dan penanganan segera jika
composmentis pasien mengalami peningkatan
2.Tekanan darah pasien dalam TIK.
rentang sistolik (120-130 2. Berikan posisi semi fowler 2. Posisi semi fowler akan
mmHg) diastolik (80-90 membantu mengurangi
mmHg). tekanan pada otak sehingga
3.Tekanan intracranial pada otak tidak mengalami
pasien menurun. peningkatan tekanan intra
4.Suhu tubuh pasien dalam 3. Jelaskan kepada keluarga tujuan kranial.
rentang 36,5ͦ C – 37,0ͦ C dan prosedur tindakan yang 3. Pemberian informasi yang
diberikan. jelas kepada keluarga
mengenai tujuan dari tindakan

49
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
yang dilakukan kepada pasien
akan mengurangi kecemasan
4. Kolaborasi pemberian diuretic pada keluarga.
osmosis. 4. Untuk mencegah terjadinya
kejang pada pasien dengan
tumor otak
April
April April
April

Tanggal 30 November Tanggal 30 November 2020, Tanggal 30 November 2020, Tanggal 30 November 2020,
2020, Jam 09.00 Jam 09.00 Jam 09.00 Jam 09.00
Hipertermia
berhubungan dengan
Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermi
proses penyakit (tumor
otak) dibuktikan dengan keperawatan selama 3 x 24 1. Monitor suhu tubuh 1. Pengaturan suhu pada
DS: -
jam, diharapkan hipertermi hipotalamus mendeteksi
DO:

50
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
- Suhu: 39,1oC dapat teratasi, dengan kriteria perubahan produksi dan
- Kulit teraba hangat hasil: pelepasan panas dalam tubuh
- Nadi: 120 x/menit 2. Lakukan kompres hangat pada 2. Kompres hangat dapat
Termoregulasi dahi, leher, dada, abdomen, memperlebar pembulu darah
1. Tidak mengalami kejang aksila) sehingga aliran darah dan
2. Nadi dalam rentang 60 – suplai O2 dapat mudah
100 x/menit tersalurkan
3. Suhu dalam rentang 36,5ͦ C 3. Meningkatkan kenyaman
– 37,0ͦ C. istirahat serta dukungan
3. Anjurkan tirah baring fisiologis/psikologis
4. Pemberian cairan berguna untuk
menggantikan kehilangan cairan

4. Kolaborasi pemberian cairan dan


elektrolit intravena
Yunus

51
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
Yunus Yunus
Yunus

Tanggal 30 November Tanggal 30 November 2020 Tanggal 30 November 2020 Jam Tanggal 30 November 2020 Jam
2020 Jam 09.00 Jam 09.00 09.00 09.00
Nyeri kronis Setelah dilakukan asuhan
berhubungan dengan keperawatan kepada pasien Management Nyeri
infiltrasi tumor selama 3 x 24 jam, diharapkan 1. Identifikasi skala nyeri dengan 1. Pengkajian skala nyeri
dibuktikan dengan: nyeri kronis dapat teratasi COPT menggunakan COPT sangat
DS: - dengan kriteria hasil : cocok digunakan untuk
DO: pasien dengan penurunan
- Ekspresi wajah skor 2 Tingkat nyeri : kesadaran dan hasil skala
- Gerakan tubuh skor 1 1. Skor COPT (1-5) nyeri menentukan pemilihan
- Kepatuhan 2. Gelisah tidak terjadi intervensi yang tepat untuk
pemasangan skor 1 3. Pupil dilatasi 3/3 menurunkan skala nyeri.
- Vokalisasi skor 1 4. TTV dalam batas normal 2. Kaji reaksi non-verbal 2. Respon non-verbal bisa

52
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
- Ketegangan otot skor Nadi : 60 - 100x/menit ( kegilisahan, refeks pupil) membantu mengevaluasi
- Total skor CPOT: 6 RR : 16-20x/menit, derjat nyeri dan
(nyeri). TD : 100-120/ 70-90 mmHg 3. Monitor TTV perubahannya
- Pasien terlihat gelisah 3. Peningkatan TTV merupakan
4. Berikan teknik non- salah tanda adanya nyeri
farmakologis untuk 4. Pemberian teknik non-
mengurangi rasa nyeri (musik) farmakologis membuat
pasien merasa nyaman dan
distraksi dapat mengalihkan
perhatian pasien terhadap
nyeri sehingga dapat
5. Kontrol lingkungan yang membantu mengurangi rasa
memperberat rasa nyeri (suhu nyeri
ruangan, kebisingan, 5. Suhu ruangan yang sangat
pencahayaan). dingin, dan lingkungan yang
sangat bising akan

53
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
mendistraksi pasien sehingga
akan terjadi peningkatan
6. Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri.
nyeri pada pasien / keluarga
6. Edukasi tentang penyebab
dan pemicu nyeri akan
7. Kolaborasi pemberian meningkat pemahaman
analgetik pasien/keluarga
7. Tumor otak akan membuat
penekanan pada sirkulasi
darah menuju otak sehingga
akan menyebabkan edema
serebri, dan nyeri akibat
penekanan syaraf, untuk itu
perlu dberikan obat analgetik
untuk mengobati nyeri.

54
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional

Yohana Yohana
Yohana
Yohana
Tanggal 30 November Tanggal 30 November 2020 Tanggal 30 November 2020 Jam Tanggal 30 November 2020 Jam
2020 Jam 09.00 Jam 09.00 09.00 09.00

Risiko aspirasi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Aspirasi


dibuktikan dengan faktor keperawatan selama 3 x 24 1. Monitor tingkat kesadaran, 1. Penurunan kesadaran
risiko penurunan tingkat jam, diharapkan tidak terjadi batuk, dan kemampuan menelan menandakan adanya masalah
kesadaran, terpasang aspirasi pada pasien dengan yang serius pada pasien yang
nasogastric dan kriteria hasil: harus ditangani degan cepat
terpasang endotracheal Tingkat Aspirasi 2. Monitor status pernapasan 2. Untuk mendeteksi tanda-
tube. 1. Tingkat kesadaran pasien tanda bahaya
meningkat 3. Monitor bunyi nafas 3. Mengetahui adanya suara
2. frekuensi nafas 18-20x/mnt nafas tambahan

55
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
3. Kemampuan menelan 4. Beriakan makan dengan ukuran 4. Makanan lunak lebih mudah
meningkat kecil atau lunak untuk mengendalikannya
4. Kekuatan otot meningkat dalam mulut danmenurunkan
5. Batuk berkurang resiko terjadinya aspirasi
5. Posisikan pasien semi fowler
6. Akumulasi secret berkurang 5. Untuk membantu bernafas
dan ekspansi dada serta
ventilasi lapangan paru
basilar
6. Agar makan yang diberikan
6. Anjurkan makan/ menelan
dapat
secara perlahan
7. Membantu mengurangi nyeri
7. Kolaborasi pemberian
pemberian bronkodilator

56
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
Yovita Yovita

Yovita Yovita

Tanggal 30 November Tanggal 30 November 2020 Tanggal 30 November 2020 Tanggal 30 November 2020
2020 jam 09.00 jam 09.00 jam 09.00 jam 09.00
Defisit perawatan diri
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Dukungan perawatan diri
gangguan neuromuskuler keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi jenis bantuan yang 1. Diharapkan dapat mengetahui
dibuktikan dengan diharapkan pasien dapat dibutuhkan sebatas mana bantuan yang
DS: - melakukan tindakan selfcare, akan diberikan pada pasien
DO: dengan kriteria hasil : 2. Monitor kebersihan tubuh 2. Sebagai indikator untuk
- Pasien mengalami a. Pasien mengatakan memenuhi kebutuhan ADL
penurunan kesadaran mampu mandi dengan 3. Sediakan peralatan mandi 3. Sebagai kelengkapan

57
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
- GCS: E: 1, V: tidak bantuan minimal (sabun, sikat gigi, perawatan diri mandi
dapat dikaji karena b. Pasien dapat mandi, sampho,baskom air)
pasien pasien makan,berpakaian, 4. Ajarkan kepada keluarga cara 4. Melibatkan keluarga dalam
menggunakan ETT, toileting,dengan bantuan memandikan pasien perawatan diri mandi pasien
M: 1 minimal.

Cola Cola Cola Cola

58
D. Implementasi Keperawatan

CP 1
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
Bersihan jalan napas 01 Desember I:
2020 1. Memeriksa indikasi ventilator mekanik
09.05 S: -
O: pasien terpasang ventilator mekanik karena indikasi
gagal napas, penurunan kesadaran Rani
2. Berkolaborasi pemilihan mode ventilator
S: -
O: mode ventilator PSIM 12, PEEP 5, FiO2 40%

3. Memonitor efek ventilator terhadap status oksigenasi Rani


S: -
O: saturasi oksigen 98%

4. Mengatur posisi kepala 45o

59
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
S: - Rani
O: posisi pasien semi fowler dengan elevasi 45o

5. Memonitor pola napas


S: -
O: pola nafas regular, tidak ada penggunaan otot bantu Rani
pernapasan

6. Memonitor bunyi napas tambahan


S: -
10.00 O: ronchi diseluruh lapang paru
Rani
7. Memberikan terapi flexotide 0,5 mg/2 ml dan
combivent 2,5 ml
S: -
O: obat diberikan melalui nebulizer, pasien tenang saat Rani
dilakukan nebu

8. Memberikan preoksigenasi 100% selama 30 detik


11.00 sebelum penghisapan lendir
S: - Rani
O: dilakukan preoksigenasi 100% selama 30 detik

60
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam

9. Melakukan penghisapan lendir


S: - Rani
O: dilakukan penghisapan lendir melalui ETT
menggunakan suction portable dan menggunakan kanul
suction nomor 10

10. Memberikan preoksigenasi 100% selama 30 detik


setelah penghisapan lendir
S: - Rani
O: dilakukan preoksigenasi 100% selama 30 detik

11. Memonitor sputum


S: -
O: sputum ±5cc, encer, warna putih, tidak berbau
Rani
12. Memonitor pola napas
S: -
O: pola nafas regular, tidak ada penggunaan otot bantu
pernapasan

13. Memonitor gejala peningkatan pernapasan


S: - Rani
O: tidak ada tanda peningkatan pernapasan, respirasi:

61
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
12x/menit (on ventilator), 24x/menit (on monitor icu)
14. Melakukan perawatan mulut
S: - Rani
O: mulut pasien bersih, tidak terdapat lesi akibat
pemasangan ETT

15. Memonitor gangguan mukosa oral, nasal, trakea dan


laring
S: - Rani
O: mukosa lembab, tidak ada tanda iritasi dan lesi

16. Memonitor posisi selang ETT Rani


S: -
O: selang ETT terpasang di mulut sebelah kanan

17. Memonitor tekanan balon ETT


S: -
O: tekanan balon kateter 25cm H2O Rani

18. Mencegah ETT terlipat


S: -
O: posisi ETT di mulut kanan, kedalaman ETT 21 cm,
ETT tidak terlipat
Rani

62
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
19. Mengganti fiksasi ETT
S: -
O: fiksasi ETT bersih
Rani
20. Menyiapkan bag-valve mask disamping tempat tidur
pasien
S: -
O: bag-valve mask ada di troli alat samping kanan
tempat tidur pasien Rani

21. Mendokumentasikan respon terhadap ventilator


S: -
O: pasien dapat menerima bantuan pernapasan mekanik
ventilator
Rani
22. Berkolaborasi pemberian agen pelumpuh otot, sedative,
analgesic sesuai kebutuhan
S: -
O: obat diberikan melalui intravena, pasien tenang,
tidak ada reaksi alergi
Rani
23. Menjelaskan kepada keluarga tujuan dan prosedur
pemasangan ETT
S: -

63
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
O: keluarga mengerti penjelasan tentang cara dan tujuan
pemasangan ETT untuk membantu pernapasan
Rani
E:

S: -
O: mode ventilator PSIMV 12, PEEP 5, FiO2 40%, respirasi:
12x/menit (on ventilator), 24x/menit (on monitor ICU), Rani
terpasang ETT dengan posisi di mulut sebelah kanan, tekanan
ETT 25 cm H2O, kedalam ETT 21 cm, fiksasi bersih, saturasi
oksigen 98%, ronchi di seluruh lapang paru, pola napas regular,
tidak ada retraksi dinding dada, posisi pasien semi fowler,
dilakukan tindakan suction dengan jumlah dahak ±5cc, dahak
encer, berwarna putih, tidak berbau
A: Bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi Rani

P: Lanjutkan intervensi manajemen jalan napas (1, 2, 3, 4, 5),


manajemen jalan napas buatan (1, 2, 3, 4, 5), manajemen
13.30
ventilasi mekanik (2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11) Rani

64
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam

Penurunan curah 01 Desember I:


jantung 2020 1. Memonitor tekanan darah pasien.
10.10 S: - Ira
O: TD = 74/58 mmHg, manset terpasang di lengan kiri, 3
cm dari atas nadi brachialis, menggunakan tensimeter
digital.
10.15
Ira
2. Memonitor saturasi oksigen.
S: -
10.15 O: SPO2 = 98%
3. Memonitor irama dan frekuensi jantung.
S: -
Ira
O:
- Irama jantung: sinus takikardi

65
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
10.30 - Frekuensi jantung: 120 x/menit
4. Memposisikan pasien semi-Fowler.
S: - Ira
10.40 O: posisi pasien semi-Fowler
5. Mengajarkan keluarga mengukur intake dan output cairan
harian.
S: keluarga pasien mengatakan paham dengan informasi
yang diberikan
O: keluarga pasien mampu melakukan pengukuran intake
Ira
dan output cairan
12.00 6. Memberikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen >94%.
S: -
O:
13.30 - Pasien terpasang ventilator
Ira
- Mode ventilator: PSIMV 12, Peep 5, FiO2 40%

66
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
7. Melakukan kolaborasi pemberian obat dobutamin 2 mg
S: -
O: diberikan melalui IV.
E:
S: - ira
O:
- Nadi: 120 x/menit
- Gambaran EKG: Sinus takikardi
- TD: 74/58 mmHg
- Capillary refill: > 3 detik
A: Masalah keperawatan belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6
Risiko perfusi serebral 01 Desember I:
tidak efektif 2020 1. Memonitor tanda dan gejala peningkatan TIK pada pasien
S: -
10.00
O: April
- Tingkat kesadaran soporo coma dengan GCS E:1 V:

67
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
Tidak dapat dikaji, M: 1
- Tekanan darah: 75/60 mmHg
- Nadi: 125 x/menit
- Tidak ada muntah proyektil

2. Memberikan posisi semi fowler kepada pasien


10.00
S: - April
O: Pasien terlihat tenang

3. Memberikan cairan infus manitol 125 cc/6 jam


10.30 April
S: -
O: - Pasien terlihat tenang dan tidak gelisah
E:
S: -
13.30
O: April
- TD: 75/60 mmHg

68
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
- Tingkat kesadaran pasien soporo coma dengan GCS: E:
1, V: Tidak dapat di kaji, M: 1
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan 1,2,3,4
Hipertermia 01 Desember
2020 I:
10.00 1. Memonitor suhu tubuh
S: - yunus
O: suhu: 39,1oC
10.00 2. Melakukan kompres hangat
S: - yunus
O: kompres hangat bagian dahi
13.30 3. Menganjurkan tirah baring
S: -
O: pasien terlihat sudah tirah baring
4. Berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit

69
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
S: -
O: terpasang infus RL 500 cc
E: yunus
S: -
O:
- Suhu: 39,1o C
- Nadi 120X/menit
- Terpasang infus RL 500 cc
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan 1,2,3,4 yunus

Nyeri kronis 01 Desember I


2020 1. Mengidentifikasi skala nyeri dengan COPT
S : tidak dapat dikaji
11.00
O:
Pengkajian COPT
ekspresi wajah skor (2) Yohana
Gerakan tubuh skor (1)

70
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
Gerakan tubuh skor (1)
Kepatuhan pemasangan skor (1)
Vokaliasi skor (1)
Ketegangan otot skor (1)
Total skor COPT 6
11.30
2. Mengkaji reaksi non-verbal ( kegilisahan, refeks pupil) Yohana
S:-
12.00
O: pasien terlihat gelisah, refleks pupil dilatasi 6/6
3. Memonitor TTV
S:-
O:
TD : 80/60 mmHG Yohana
N : 115x/ menit
12.30
RR : 13x/ menit
4. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (suhu
ruangan, kebisingan, pencahayaan).
S :-
O : pengontrolan cahaya dan suhu runagan sudah sesuai Yohana
satandar ddi ruang ICU, serta mengontrol kebisingan
ruangan
13.30

E:

71
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
S: -
O : Pasien terlihat gelisah, dilatasi pupil masih terjadi 6/6
Yohana
TD : 80/60 mmHG
N : 115x/ menit
RR : 13x/ menit
A : masalah keperawatan belum teratasi
P : 1,2,3,5,6,7

Risiko aspirasi 01 Desember I:


2020 1. Memonitor tingkat kesadaran, batuk, dan kemampuan
09.00 menelan
S:- Yovita
O:
- Tinkat kesadaran E1 M1 V: tidak terkaji pasien
menggunakan ETT
- Terdapat suara tambahan (Ronchi)
- Pasien terpasang ETT
09.15 2. Memonitor status pernafan
S:- Yovita
O: Frekuensi pernapasan 12x/menit
3. Memonitor bunyi nafas
09.20 S:-
O: Terdapat suara tambahan (Ronchi)
4. memberikan posisi semi fowler

72
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
S:- Yovita
O: Pasien sudah diberikan posisi semi fowler
09.45
E:
S: -
O:
- Tinkat kesadaran E1 M1 V:tidak terkaji pasien Yovita
menggunakan ETT
10.00 - Terdapat suara tambahan (Ronchi)
- Pasien terpasang ETT
- Pasien terpasang ventilator

A: Masalah belum teratasi


P: Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5,6

Yovita
Defisit perawatan diri 01 Desember Implementasi :
2020 1. Mengidentifikasi jenis bantuan yang
10.10 Dibutuhkan pasien.
S:-
O : Pasien terpasang ventilator
Pasien Lemah dan perlu bantuan dalam perawatan diri
10.30 2.Monitor Kebersihan tubuh pasien
S:-

73
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
O : Bau badan pasien tidak sedap
Pasien tanpak kotor
11.00 3. Menyediakan peralatan mandi (sabun,
sikat gigi, sampho, kom air)

E
13.40 S:. -
O: Pasien wangi, tampak bersih dan segar
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dianjutkan 1,2,3,

CP 2

Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan


Keperawatan & Jam
Bersihan jalan napas 02 Desember 2020 S: -
07.30
O: mode ventilator PSIMV 12, PEEP 5, FiO2 40%, respirasi:
12x/menit (on ventilator), 24x/menit (on monitor ICU), Rani

74
terpasang ETT dengan posisi di mulut sebelah kanan, tekanan
ETT 25 cm H2O, kedalam ETT 21 cm, fiksasi bersih, saturasi
oksigen 98%, ronchi di seluruh lapang paru, pola napas regular,
tidak ada retraksi dinding dada, posisi pasien semi fowler, Rani
dilakukan tindakan suction dengan jumlah dahak ±5cc, dahak
encer, berwarna putih, tidak berbau
A: Bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi Rani
P: Lanjutkan intervensi manajemen jalan napas (1, 2, 3, 4, 5),
manajemen jalan napas buatan (1, 2, 3, 4, 5), manajemen
ventilasi mekanik (2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11)

Rani
I:
1. Berkolaborasi pemilihan mode ventilator
S: -
O: mode ventilator PSIM 12, PEEP 5, FiO2 40%
07.50
Rani
2. Memonitor efek ventilator terhadap status oksigenasi
S: -
O: saturasi oksigen 98%

3. Mengatur posisi kepala 45o Rani


S: -

75
O: posisi pasien semi fowler dengan elevasi 45o

4. Memonitor pola napas Rani


S: -
O: pola nafas regular, tidak ada penggunaan otot bantu
pernapasan

5. Memonitor bunyi napas tambahan Rani


S: -
08.00 O: ronchi diseluruh lapang paru

Rani

6. Melakukan perawatan mulut


S: -
O: mulut pasien bersih, tidak terdapat lesi akibat
pemasangan ETT
Rani
7. Memonitor gangguan mukosa oral, nasal, trakea dan
laring
08.10 S: -
O: mukosa lembab, tidak ada tanda iritasi dan lesi Rani

8. Memonitor posisi selang ETT


S: -
O: selang ETT terpasang di mulut sebelah kanan

76
Rani
9. Memonitor tekanan balon ETT
S: -
O: tekanan balon kateter 25cm H2O

10. Mencegah ETT terlipat Rani


S: -
O: posisi ETT di mulut kanan, kedalaman ETT 21 cm,
ETT tidak terlipat

Rani
11. Mengganti fiksasi ETT
S: -
O: fiksasi ETT bersih

12. Memberikan terapi flexotide 0,5 mg/2 ml dan


combivent 2,5 ml Rani
S: -
O: obat diberikan melalui nebulizer, pasien tenang saat
dilakukan nebu

13. Memberikan preoksigenasi 100% selama 30 detik


sebelum penghisapan lendir
S: -
11.00 O: dilakukan preoksigenasi 100% selama 30 detik

77
14. Melakukan penghisapan lendir
S: - Rani
O: dilakukan penghisapan lendir melalui ETT
menggunakan suction portable dan menggunakan kanul
suction nomor 10

15. Memberikan preoksigenasi 100% selama 30 detik Rani


setelah penghisapan lendir
S: -
O: dilakukan preoksigenasi 100% selama 30 detik
16. Memonitor sputum
S: - Rani
O: sputum ±5cc, encer, warna putih, tidak berbau

17. Memonitor pola napas


S: -
O: pola nafas regular, tidak ada penggunaan otot bantu
pernapasan Rani

18. Memonitor gejala peningkatan pernapasan


S: -
O: tidak ada tanda peningkatan pernapasan, respirasi:
12x/menit (on ventilator), 24x/menit (on monitor icu)
Rani
19. Mendokumentasikan respon terhadap ventilator

78
S: -
11.30 O: pasien dapat menerima bantuan pernapasan mekanik
ventilator

20. Berkolaborasi pemberian agen pelumpuh otot, sedative,


analgesic sesuai kebutuhan
S: -
O: obat diberikan melalui intravena, pasien tenang,
tidak ada reaksi alergi
E:

S: -
11.50
O: mode ventilator PSIMV 12, PEEP 5, FiO2 40%, respirasi:
12x/menit (on ventilator), 24x/menit (on monitor ICU),
terpasang ETT dengan posisi di mulut sebelah kanan, tekanan
ETT 25 cm H2O, kedalam ETT 21 cm, fiksasi bersih, saturasi
12.00
oksigen 98%, ronchi di seluruh lapang paru, pola napas regular,
tidak ada retraksi dinding dada, posisi pasien semi fowler,
dilakukan tindakan suction dengan jumlah dahak ±5cc, dahak
13.30 encer, berwarna putih, tidak berbau
A: Bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi Rani

79
P: Lanjutkan intervensi manajemen jalan napas (1, 2, 3, 4, 5),
manajemen jalan napas buatan (1, 2, 3, 4, 5), manajemen
ventilasi mekanik (2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11)
Penurunan curah 02 Desember 2020 S: -
jantung 07.30 O:
- Nadi 110 x/menit Ira
- Gambaran EKG: sinus takikardi
- TD: 76/59 mmHg
- Capillary refill: > 3 detik
A: Masalah keperawatan belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6
I:
08.00 1. Memposisikan pasien semi-Fowler.
S: -
O: posisi pasien semi-Fowler
Ira
08.30 2. Memonitor tekanan darah pasien.
S: -
O: TD = 80/63 mmHg, manset terpasang di lengan kiri, 3

80
cm dari atas nadi brachialis, menggunakan tensimeter Ira
08.35 digital.
3. Memonitor saturasi oksigen.
S: -
08.40 O: SPO2 = 96%
4. Memonitor irama dan frekuensi jantung. Ira
S: -
O:
- Irama jantung: sinus takikardi
09.00 - Frekuensi jantung: 110 x/menit
5. Memberikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
Ira
oksigen >94%.
S: -
O:
- Pasien terpasang ventilator
12.00 - Mode ventilator: PSIMV 12, Peep 5, FiO2 40%
Ira
6. Memberikan obat dobutamine 2 mg
S: -

81
13.30 O: diberikan melalui IV
E:
S: -
O: Ira
- Nadi 110 x/menit
- Gambaran EKG: sinus takikardi
- TD: 80/63 mmHg
- Capillary refill: > 3 detik
A: Masalah keperawatan belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6
Risiko perfusi 02 Desember 2020 S: -
serebral tidak efektif 08.00 O:
- Tingkat kesadaran soporo coma dengan GCS E:1 V:
April
Tidak dapat dikaji, M: 1
- TD: 76/60 mmHg
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4
09.05 I

82
1. Memonitor tanda dan gejala peningkatan TIK pada pasien
S: -
O:
April
- Tingkat kesadaran soporo coma dengan GCS E:1 V:
Tidak dapat dikaji, M: 1
- Tekanan darah: 76/60 mmHg
- Nadi: 123 x/menit
- Terlihat pasien tidak muntah proyektil
09.15
2. Memberikan posisi semi fowler kepada pasien
S: -
O: Pasien terlihat tidak gelisah, pasien terlihat tenang
09.30 April
3. Menjelaskan kepada keluarga tujuan dan prosedur tindakan
yang diberikan
S: Keluarga pasien mengatakan bahwa ia mengerti dengan
tujuan dan prosedur tindakan yang dijelaskan oleh perawat.
O: Keluarga pasien terlihat tidak kebingungan April

83
10.00
4. Memberikan cairan infus manitol 125 cc/6 jam
S: -
O: - Pasien terlihat tenang dan tidak gelisah
14.00
April
E
S: -
O:
- Tingkat kesadaran soporo coma dengan GCS E:1 V:
April
Tidak dapat di kaji, M: 1
- Tekanan darah: 75/60 mmHg
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan 1, 2, 4
Hipertermia 02 Des 2020 S: -
10.00
O:
- Suhu: 39,1o C
- Nadi 120X/menit yunus
10.30 - Terpasang infus RL 500 cc

84
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan 1,2,3,4
11.00
I:
1. Memonitor suhu tubuh
S: - yunus
11.20 O: suhu: 39,1oC

2. Melakukan kompres hangat


yunus
S: -
O: kompres hangat bagian dahi
12.00
3. Menganjurkan tirah baring
yunus
S: -
O: pasien terlihat sudah tirah baring
12.30
4. Berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
yunus
S: -
O: terpasang infus RL 500 cc
12.40
E:
S: -
O:

85
13.10 - Suhu: 39,1o C
- Nadi 120X/menit
- Terpasang infus RL 500 cc
yunus
A: Masalah belum teratasi
13.30
P: intervensi dilanjutkan 1,2,3,4

Nyeri kronis 02 Desember 2020 S : -


O:
07.30
Pengkajian COPT
ekspresi wajah skor (2)
Gerakan tubuh skor (1)
Gerakan tubuh skor (1)
Yohana
Kepatuhan pemasangan skor (1)
Vokaliasi skor (1)
Ketegangan otot skor (1)
Total skor COPT 6
Hasil pegukuran TTV
TD : 90/60 mmHG
N : 100x/ menit
RR : 15x/ menit
A : Masalah keperawatan belum teratasi
P : Lanjutkan tindakan keperawatan 1,2,3,5,6,7

I
Yohana

86
08.00 1. Kaji reaksi non-verbal ( kegilisahan, refeks pupil)
S:-
O : pasien gelisah, refleks pupil 5/5
Yohana
2. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (suhu
08.10
ruangan, kebisingan, pencahayaan).
S :-
O : pengontrolan cahaya dan suhu runagan sudah sesuai
satandar ddi ruang ICU, serta mengontrol kebisingan
ruangan

3. Monitor TTV
11.30 S:- Yohana
O:
TD : 80/60 mmHG
N : 115x/ menit
RR : 13x/ menit

4. Identifikasi skala nyeri dengan COPT


S : tidak dapat dikaji
12.00
O:
Pengkajian COPT Yohana
ekspresi wajah skor (2)
Gerakan tubuh skor (1)
Gerakan tubuh skor (1)
Kepatuhan pemasangan skor (1)

87
Vokaliasi skor (1)
Ketegangan otot skor (1)
Total skor COPT 6
13.30 Yohana
E:
S: -
O : Pasien terlihat gelisah, dilatasi pupil masih terjadi 5/5
TD : 95/65 mmHG
N : 100x/ menit
RR : 15x/ menit
A : masalah keperawatan belum teratasi
P : 1,2,3,5,6,7
Risiko aspirasi 02 Desember 2020 S: -
O:
09.00 - Tinkat kesadaran E1 M1 V: tidak terkaji pasien
menggunakan ETT Yovita
- Terdapat suara tambahan (Ronchi)
- Pasien terpasang ETT
- Pasien terpasang ventilator

A: Masalah keperawatan belum teratasi


P: Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5
I:
09.20 1. Memonitor tingkat kesadaran pasien
S:-
O: Yovita

88
- Tinkat kesadaran E1 M1 V:tidak terkaji pasien
menggunakan ETT
09.30 2. Memonitor bunyi nafas pasien
S:-
O: Masih terdapat suara nafas tambahan (Ronchi) Yovita
3. Memberikan makan dalam ukuran kecil dan lunak
09.45 S:-
O: Pasien terpasang NGT
Pasien diberikan makan lunak lewat selang NGT
E:
S: -
O: Yovita
- Tinkat kesadaran E1 M1 V:tidak terkaji pasien
menggunakan ETT
10.00 - Masih terdapat suara tambahan (Ronchi)
- Pasien masih terpasang ETT
- Pasien masih terpasang ventilator

A: Masalah keperawatan belum teratasi Yovita


P: Lanjutkan intervensi keperawatan 1,2,3,4
Defisit perawatan diri 02 Desember 2020 S:.
08.00
O:
Cola
- Pasien terpasang ventilator
- Pasien terlihat berbaring di tempat tidur.

89
A. Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan 1,2,3,
I:
09.05
1. Mengidentifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan pasien .
O:
- Pasien terlihat dibantu pada saat melakukan
Cola
mobilisasi.
- Pasien terlihat dibantu pada saat makan menggunakan
sonde
- Pasien masih dibantu saat mau mandi
09.15 2. Monitor Kebersihan tubuh pasien.
O : Pasien wangi tidak berbau dan tanpak segar
10.00 3. Menyediakan peralatan mandi (sabun, sikat gigi, sampho, kom
air)
E
13.30 S:.
O:
- Pasien terpasang ventilator
- Pasien terlihat berbaring di tempat tidur.

90
A. Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan 1,3,

CP 3

91
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
Bersihan jalan napas 03 Desember 2020 I:
07.30 1. Berkolaborasi pemilihan mode ventilator
S: -
O: mode ventilator PSIM 12, PEEP 5, FiO2 40% Rani
2. Memonitor efek ventilator terhadap status oksigenasi
S: -
O: saturasi oksigen 98%

3. Melakukan perawatan mulut Rani


S: -
O: mulut pasien bersih, tidak terdapat lesi akibat
07.45
pemasangan ETT
Rani
4. Memonitor gangguan mukosa oral, nasal, trakea dan
laring
S: -
O: mukosa lembab, tidak ada tanda iritasi dan lesi

5. Memonitor posisi selang ETT Rani


S: -
O: selang ETT terpasang di mulut sebelah kanan

6. Memonitor tekanan balon ETT

92
S: - Rani
O: tekanan balon kateter 25cm H2O

7. Mencegah ETT terlipat


S: - Rani
O: posisi ETT di mulut kanan, kedalaman ETT 21 cm,
ETT tidak terlipat

8. Mengganti fiksasi ETT


S: - Rani
O: fiksasi ETT bersih

9. Mengatur posisi kepala 45o


S: - Rani
O: posisi pasien semi fowler dengan elevasi 45o

10. Memonitor pola napas


S: -
O: pola nafas regular, tidak ada penggunaan otot bantu Rani
pernapasan

09.00 11. Memonitor bunyi napas tambahan


S: -
O: ronchi diseluruh lapang paru Rani

12. Memberikan terapi flexotide 0,5 mg/2 ml dan

93
combivent 2,5 ml
S: -
O: obat diberikan melalui nebulizer, pasien tenang saat Rani
11.00 dilakukan nebu

13. Memberikan preoksigenasi 100% selama 30 detik


sebelum penghisapan lendir
S: -
O: dilakukan preoksigenasi 100% selama 30 detik Rani

14. Melakukan penghisapan lendir


S: -
O: dilakukan penghisapan lendir melalui ETT
menggunakan suction portable dan menggunakan kanul Rani
suction nomor 10

15. Memberikan preoksigenasi 100% selama 30 detik


setelah penghisapan lendir
S: -
O: dilakukan preoksigenasi 100% selama 30 detik Rani

16. Memonitor sputum


S: - Rani

94
O: sputum ±5cc, encer, warna putih, tidak berbau

17. Memonitor pola napas


S: -
O: pola nafas regular, tidak ada penggunaan otot bantu
pernapasan

18. Memonitor gejala peningkatan pernapasan


S: -
11.30 O: tidak ada tanda peningkatan pernapasan, respirasi: Rani
12x/menit (on ventilator), 24x/menit (on monitor icu)

19. Mendokumentasikan respon terhadap ventilator


S: -
O: pasien dapat menerima bantuan pernapasan mekanik Rani
ventilator

20. Berkolaborasi pemberian agen pelumpuh otot, sedative,


analgesic sesuai kebutuhan
S: - Rani
O: obat diberikan melalui intravena, pasien tenang,
tidak ada reaksi alergi
E:

S: -
Rani
12.00 O: mode ventilator PSIMV 12, PEEP 5, FiO2 40%, respirasi:

95
12x/menit (on ventilator), 24x/menit (on monitor ICU),
terpasang ETT dengan posisi di mulut sebelah kanan, tekanan
13.30 ETT 25 cm H2O, kedalam ETT 21 cm, fiksasi bersih, saturasi
oksigen 98%, ronchi di seluruh lapang paru, pola napas regular,
Rani
tidak ada retraksi dinding dada, posisi pasien semi fowler,
dilakukan tindakan suction dengan jumlah dahak ±5cc, dahak
encer, berwarna putih, tidak berbau
A: Bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi manajemen jalan napas (1, 2, 3, 4, 5),
manajemen jalan napas buatan (1, 2, 3, 4, 5), manajemen Rani
ventilasi mekanik (2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11)

Penurunan curah 03 Desember 2020 S: -


jantung 07.30 O:
- Nadi 115 x/menit Ira

96
- Gambaran EKG: sinus takikardi
- TD: 80/60 mmHg
- Capillary refill: > 3 detik
A: Masalah keperawatan belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6
I:
08.00 1. Memposisikan pasien semi-Fowler.
S: - Ira
O: posisi pasien semi-Fowler
08.30 2. Memonitor tekanan darah pasien.
S: -
O: TD = 90/60 mmHg, manset terpasang di lengan kiri, 3
cm dari atas nadi brachialis, menggunakan tensimeter
Ira
08.35 digital.
3. Memonitor saturasi oksigen.
S: -
08.37 O: SPO2 = 96%
4. Memonitor irama dan frekuensi jantung.

97
S: - Ira
O:
- Irama jantung: sinus normal
08.40 - Frekuensi jantung: 100 x/menit Ira
5. Memberikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen >94%.
S: -
O:
- Pasien terpasang ventilator
12.00 - Mode ventilator: PSIMV 12, Peep 5, FiO2 40%
Ira
6. Melakukan kolaborasi pemberian obat dobutamin 2 mg
S: -
O: diberikan melalui IV.

13.30 E:
S: -
O:
Ira
- Nadi 100 x/menit

98
- Gambaran EKG: sinus normal
- TD: 90/60 mmHg
- Capillary refill: > 3 detik
A: Masalah keperawatan belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6
Risiko perfusi 03 Desember 2020 S: -
serebral tidak efektif 08.00 O:
- Tingkat kesadaran soporo coma dengan GCS E: 2 V:
April
Tidak dapat dikaji, M: 1
- TD: 77/65 mmHg
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan 1, 2, 4
09.05 I
1. Memonitor tanda dan gejala peningkatan TIK pada pasien
S: - April
O:
- Tingkat kesadaran soporo coma dengan GCS E:2 V:
Tidak dapat dikaji, M: 1

99
- Tekanan darah: 77/65 mmHg
- Nadi: 120 x/menit
09.15 - Terlihat pasien tidak muntah proyektil
2. Memberikan posisi semi fowler kepada pasien
April
S: -
O: Pasien terlihat tidak gelisah, pasien terlihat tenang
09.30
3. Memberikan cairan infus manitol 125 cc/6 jam
April
S: -
O: - Pasien terlihat tenang dan tidak gelisah
14.00

E
S: - April
O:
- Tingkat kesadaran soporo coma dengan GCS E:2 V:
Tidak dapat di kaji, M: 1
- Tekanan darah: 78/65 mmHg
A: Masalah belum teratasi

100
P: Intervensi dilanjutkan 1, 2, 4
Hipertermia 03 Des 2020 S: -
10.00 O:
- Suhu: 39,1o C yunus
- Nadi 120X/menit
- Terpasang infus RL 500 cc
A: Masalah belum teratasi
11.20 P: intervensi dilanjutkan 1,2,4
I:
yunus
1. Memonitor suhu tubuh
S: -
O: suhu: 39,1oC

2. Melakukan kompres hangat


12.30 yunus
S: -
O: kompres hangat bagian dahi
4. Berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
yunus
S: -
12.50
O: terpasang infus RL 500 cc

101
E:
13.00 S: - yunus
O:
- Suhu: 39,1o C
13.10 - Nadi 120X/menit
- Terpasang infus RL 500 cc
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi 1,2,4 yunus

Nyeri kronis 03 Desember 2020 S : -


O:
07.30
Pengkajian COPT
ekspresi wajah skor (2)
Gerakan tubuh skor (1)
Gerakan tubuh skor (1)
Yohana
Kepatuhan pemasangan skor (1)
Vokaliasi skor (1)
Ketegangan otot skor (1)
Total skor COPT 6
Hasil pegukuran TTV
TD : 100/65 mmHG
N : 100x/ menit
RR : 15x/ menit

102
A : Masalah keperawatan belum teratasi
P : Lanjutkan tindakan keperawatan 1,2,3,5,6,7

I
1. Kaji reaksi non-verbal ( kegilisahan, refeks pupil)
08.00 Yohana
S:-
O : pasien gelisah, refleks pupil 4/4

2. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (suhu


08.10 ruangan, kebisingan, pencahayaan). Yohana
S :-
O : pengontrolan cahaya dan suhu runagan sudah sesuai
satandar ddi ruang ICU, serta mengontrol kebisingan
ruangan

3. Monitor TTV
S:-
11.30
O:
TD : 100/60 mmHG Yohana
N : 100x/ menit
RR : 14x/ menit

4. Identifikasi skala nyeri dengan COPT


S : tidak dapat dikaji
12.00 O:
Pengkajian COPT

103
ekspresi wajah skor (2) Yohana
Gerakan tubuh skor (1)
Gerakan tubuh skor (1)
Kepatuhan pemasangan skor (1)
Vokaliasi skor (1)
Ketegangan otot skor (1)
Total skor COPT 6
13.30
E:
S: - Yohana
O : Pasien terlihat gelisah, dilatasi pupil masih terjadi 4/4
TD : 100/60 mmHG
N : 100x/ menit
RR : 14x/ menit
A : masalah keperawatan belum teratasi
P : lanjutkan tindakan keperawatan 1,2,3,5,6,7

Risiko aspirasi 03 Desember 2020 S: -


10.00 O:
1. Tinkat kesadaran E1 M1 V:tidak terkaji pasien
menggunakan ETT Yovita
2. Masih terdapat suara tambahan (Ronchi)
3. Pasien masih terpasang ETT
4. Pasien masih terpasang ventilator

A: Masalah belum teratasi

104
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
I:
1. Memonitor tingkat kesadaran pasien
10.15 S:-
O: -Tinkat kesadaran E1 M1 V:tidak terkaji pasien
menggunakan ETT Yovita
2. Memonitor bunyi nafas pasien
S:-
O: Masih terdapat suara nafas tambahan (Ronchi)
10.30 3. Memberikan makan dalam ukuran kecil dan lunak
S:-
O: Pasien masih terpasang NGT Yovita
Pasien diberikan makan lunak lewat selang NGT
10.45

E:
S: -
O: Yovita
- Tinkat kesadaran E1 M1 V:tidak terkaji pasien
menggunakan ETT
- Masih terdapat suara tambahan (Ronchi)
- frekuensi pernafasan 12x/menitmenit
11.00 - Pasien masih terpasang ETT
- Pasien masih terpasang ventilator

A: Masalah keperawatan belum teratasi


Yovita

105
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
Defisit perawatan diri 03 Desember 2020 S:.
08.00
O:
Cola
- Pasien terpasang ventilator
- Pasien terlihat berbaring di tempat tidur.
A. Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan 1,3,
I:
09.05
1. Mengidentifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan pasien .
O:
- Pasien terlihat dibantu pada saat melakukan
Cola
mobilisasi.
- Pasien terlihat dibantu pada saat makan menggunakan
sonde
- Pasien masih dibantu saat mau mandi
09.15 2. Monitor Kebersihan tubuh pasien.
O : Pasien wangi tidak berbau dan tanpak segar
3. Menyediakan peralatan mandi (sabun, sikat gigi, sampho, kom

106
10.00 air)
E
S:.
13.30 O:
- Pasien terpasang ventilator
- Pasien terlihat berbaring di tempat tidur.
A. Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan 1,3,

107
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yaitu
pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis. Pengumpulan
data dapat diperoleh dari wawancara secara langsung dengan pasien,
observasi secara langsung, pemeriksaan fisik serta dari catatan
dokumentasi pasien. Tujuan pengkajian untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien dan merupakan dasar utama
dalam memberikan asuhan keperawatan.

1. Keluhan Utama
Data yang diperoleh dari hasil pengkajian pada Tn. Y dikatakan bahwa
Tn. Y mengalami penurunan kesadaran dengan GCS E1, M1, V tidak
terkaji. Menurut (Black & Hawks, 2014) tumor otak adalah suatu lesi
ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna) yang
membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau
sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Tumor otak akan
menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan neurologik
pada tumor otak disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan fokal
disebabkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intrakranial. Tanda dari
tekanan intrakranial adalah terdapat keluhan nyeri kepala di daerah
frontal dan oksipital yang timbul pada pagi hari dan malam hari,
muntah proyektil, penurunan kesadaran.

108
109

Penelitian yang dilakukan oleh Sari, Widarti, dan Wahyu (2016) di


Rumah Sakit Bandar Lampung menyebutkan bahwa manifestasi kilinis
yang terjadi pada pasien dengan Tumor otak adalah adanya
peningkatan tekanan intra kranial. Tanda dari peningkatan tekanan
intrakranial adalah sakit kepala papilloedema, penurunan kesadaran.
Penurunan kesadaran pada penyakit tumor otak disebabkan oleh
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar
tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal. Lesi pada otak
biasanya mengenai sebagian dari korteks serebri dan substansia alba
dan sebagian besar serebrum tetap utuh. Tetapi lesi ini mendistorsi
struktur yang lebih dalam dan menyebabkan koma karena efek
pendesakan (kompresi) ke lateral dari struktur tengah bagian dalam
dan terjadi herniasi tentorial lobus temporal yang berakibat kompresi
mesensefalon dan area subthalamik reticular activating system, atau
adanya perubahan-perubahan yang lebih meluas di seluruh hemisfer.

Berdasarkan tinjauan teori di atas maka dapat disimpulkan terdapat


kesesuaian dengan tinjaun kasus dimana saat dikaji Tn Y mengalami
kondisi penurunan kesadaran E 1, V (tidak dapat dikaji) M 1.
Penurunan kesadaran yang dialami oleh Tn. Y disebabkan oleh
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar
tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal, dan
mengakibatkan kompresi mesensefalon dan area subthalamik reticular.

2. Riwayat Kesehatan
Data yang diperoleh dari hasil pengkajian pada Tn. Y bahwa Pasien
tidak memiliki riwayat penyakit masa lalu namun saat muncul gejala
nyeri kepala 7 bulan yang lalu, pasien sempat menghentikan
pengobatan dan kontrol ke Dokter karena sudah mengkonsumsi obat
110

herbal. Menurut Kementrian kesehatan (2010) Penyelenggaran


pengobatan komplementer alternatif diatur dalam standar pelayanan
medik herbal menurut Kepmenkes No.121/Menkes/SK/II/2010. Dalam
satu jenis tanaman obat terkandung lebih dari satu zat aktif yang
memiliki khasiat untuk mengobati penyakit tertentu. Perbandingan
antara khasiat dengan efek samping yang ditimbulkan haruslah
seimbang, sehingga masyarakat harus pintar dalam memilih obat
tradisional dan memikirkan efek samping yang mungkin dapat timbul.

Kementrian Kesehatan (2019) menyatakan bahwa nyeri kepala


merupakan keluhan dan gejala awal yang sering ditemukan pada
penderita tumor otak. Sebagian besar pasien dengan nyeri kepala
derajat ringan hingga sedang akan datang ke rawat jalan di pusat
pelayanan kesehatan, sedangkan pasien dengan nyeri kepala
intensitas berat sampai muntah akan datang di ruang gawat darurat.
Gejala yang timbul pada pasien tumor susunan saraf pusat bergantung
dari lokasi dan pertumbuhan tumor. Pasien dengan tumor otak dapat
datang dengan keluhan akibat peningkatan tekanan intrakranial (nyeri
kepala, mual, muntah proyektil), baik karena efekmassa maupun
karena hidrosefalus yang dalam kondisi berat dapat menyebabkan
penurunan kesadaran. Keluhan yang timbul dapat berupa sakit kepala,
mual, penurunan nafsu makan, muntah proyektil, kejang, defisit
neurologik.

Penelitian yang dilakukan oleh Sari, Widarti, dan Wahyu (2016) di


Rumah Sakit Bandar Lampung gejala utama yang sering dialami oleh
penderita tumor otak adalah nyeri kepala sebanyak 86,25 %. Tumor
otak atau suatu massa abnormal di dalam tengkorak yang disebabkan
oleh multiplikasi sel-sel yang berlebihan dan menyebabkan adanya
proses desak ruang. Massa neoplasma intrakranial yang membesar dan
111

mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial, penarikan atau


pergeseran jaringan peka nyeri di kepala, maupun menyebabkan
blokade aliran cairan serebrospinal akan menimbulkan nyeri kepala
hebat, terus menerus, serta progresif.

Berdasarkan tinjauan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa


terdapat kesesuaian antara tinjauan teori dengan tinjaun kasus dimana
sebelum pasien di diagnosis tumor otak pasien mengalami gejala nyeri
kepala. Perburukan kesehatan yang dialami Tn.Y bisa disebakan oleh
ketidakpatuhan Tn.Y untuk pengobatan secara rutin ke dokter tetapi
mengkonsumsi obat herbal yang bisa jika tidak mengobati sakit yang
dialami oleh Tn.Y tetepi secara perlahan-lahan bisa memperburuk
kondisi pasien. Nyeri pada pasien juga bisa disebabkan karena masaa
pada otak semakin lama semakin membesar dan mengakibatkan
peningkatan tekanan intrakranial, penarikan atau pergeseran jaringan
peka nyeri di kepala, maupun blokade aliran cairan serebrospinal
sehingga menimbulkan nyeri kepala hebat.

3. Pemeriksaan Fisik
a. Pernafasan (breath)
Data senjang yang diperoleh dari pengkaian pernafasan yaitu RR
12x/menit (on ventilaror), suara nafas tambahan ronchi, dan
terdapat penumpukan bayak secret. Menurut Nurarif dan Kusuma
(2015) hasil pengkajian pada pasien dengan tumor kepala adalah
bentuk dada normal, pola nafas : takipnea, suara napas : vesikuler,
terjadi sesak nafas, batuk tidak ada, terdapat retraksi otot bantu
pernafasan. Bersadarkan temuan teori dan kasus didapatkan
perbedaan data yang berbeda dengan teori yaitu pertama adalah
suara nafas tambahan ronchi. Suara nafas tambahan ronchi bisa
muncul karena Tn.Y mengalami penurunan kesadaran sehingga
112

akan mengakibatkan lidahnya lidah, terjadi obstruksi jalan nafas,


sehingga terjadi penumpukan secret. Perbedaan yang ke dua adalah
frekuensi nafas < 16 x/ menit yang seharusnya di dalam teori
pasien mengalami pola nafas takipnea atau frekuensi nafas >
20x/menit. Berdasarakan tinjaun teori, ketika pasien belum
mengalami penurunan kesaadaran, pasien akan mengalami
peningkatan frekuensi nafas karena tubuh melakukan kompensensi
akibat terjadi penurunan suplai darah ke otak. Sedangkan pada
tinjauan kasus pasien sudah mengalami penurunan kesadaran yang
secara otomatis fungsi pernafasaan pada pasien akan menurun di
medulla oblongata sehingga terjadi penurunan frekuensi nafas.

b. Blood (kardiovaskuler)
Data senjang yang diperoleh dari pengkajian kardiovaskuler adalah
TD 75/58 xmenit, MAP 63,3, Nadi 120x/menit dengan irama sinus
takikardi, Capilary Refill > 3 detik. Menurut Nurarif dan Kusuma
(2015) hasil pengkajian kardiovaskuler pada pasien dengan tumor
kepala adalah Irama jantung : irregular, tidak terdapat nyeri dada,
tidak ada bunyi jantung tambahan, bradikardi, tekanan darah
meningkat. Bersadarkan temuan teori dan kasus didapatkan
perbedaan data dengan teori yaitu normotensi. Berdasarkan
tinjauan teori orang yang mengalami tumor otak akan mengalami
peningkatan tekanan intra kranial yang diiringi dengan peningkatan
tensi akibat penigkatan jumlah cairan serebrospinal di dalam otak.
Berdasakan tinjaukan kasus pasien bisa mengalami normotensi
sebabkan karena kemungkinan pasien mengalami penurunan curah
jantung yang mengakibatkan suplai darah tidak adekuat dan akan
mestimulus jantung untuk bekerja lebih keras sehingga tubuh
melakukan kompensasi untuk meningkatkan denyut nadi.
113

c. Brain (persyarafan)
Data senjang yang diperoleh dari pengkajian persyarafan adalalah
dilatasi pupil 6/6, tidak ada refleks pada cahaya, kesadaran
menurun. Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) hasil pengkajian
persyarafan pada pasien dengan tumor kepala adalah pusing, nyeri
kepala, kejang, penurunan memori, penurunan penglihatan, diplopia,
tidak ada refles cahaya pendegaran bisa terganggu jika mengenai
lobus temporal, penurunan penghiduan, penurunan indra pengecap
(parathesia atau anasthesia), penurunaan kemampuan bicara,
kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kelemahan atau paraliysis
genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya refleks tendon,
edema papil hemiplegia, bisa terjadi penurunan kesadaran
kesadaran dan koma, perubahan perilaku dan emosional, dan
penurunan reflex patologis. Bersadarkan temuan teori dan kasus
didapatkan persamaan data yaitu pasien mengalami penurunan
kesadaran, tidak ada refleks pada cahaya, dan dilatasi pupil.
Dilatasi pupil yang terjadi pada pasien bisa disebabkan oleh
peningkatan TIK, tubuh gagal untuk melakukan kompensasi
sehingga terjadi statis vena serebral, kemudian akan mengakibatkan
adanya obstruksi sistem serebral dan obtruksi drainase vena ke
retina.

d. Bowel (perkemihan)
Data senjang yang diperoleh dari pengkajian perkemihan adalah
urine output 100cc/ 7jam (oliguria). Urine output pasien sedikit
disebabkan karena tekanan darah pasien rendah / nomo tensi.
Keadaan tekanan darah rendah pada pasien ini akan mengakibatkan
regulasi cairan pada tubuh akan menurun sehingga urin yang
dikeluarkan tubuh juga akan sedikit.
114

4. Pemeriksaan penunjang
Menurut Black dan Hawks (2014) menyatakan jika diduga ada tumor
intracranial maka dapat dilakukan pemeriksaan nonivasif yaitu: CT
Scan (Computerized Tomography Scan), MRI (Magnetic Resonance
Imaging), EEG (Elektroensefalogram), biopsy, pemindaian PET
(Positron Emission Tomography). Selain pemeriksaan tersebur juga
dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu: darah lengkap, hemostasis,
fungsi hati & ginjal, serologi hepatitits B dan C, Elektrolit lengkap.

Penegakkan diagnosis dapat dilakukan dengan bantuan pemeriksaan


penunjang radiologidan laboratorium sebelum dilakukan biopsi.
Pemeriksaan MSCT-Head rutin digunakan untuk mengevaluasi tumor
otak karena dapat menyediakan informasi morfologik yang penting
seperti lokasi, ukuran dan efek masa dari tumor otak. Dengan
pemberian kontras, teknik pemeriksaan ini dapat menjadi lebih akurat
menegaskan jaringan neoplasma terhadap jaringan normal sekitarnya.
Pada pasien ini, telah ditegakkan diagnosis berdasarkan pemeriksaan
MSCT-Head pada 29/11/2020 dengan hasil terdapat masa di ventrikel
IV suspek ependymoma (tumor ganas yang berada di otak) dan
tampak gambaran hyperintens pada FLAIR di paraventrikel leteralis
gyri. Gambran hasil MSCT-Head tersebut dapat terjadi disebabkan
bnstruksi / penumpukan cairan, disertai edema periventricular /
pembengkakan sel-sel di otak.

B. Diagnosis Keperawatan

Penentuan prioritas diagnosis keperawatan dalam asuhan keperawatan


ini menggunakan prinsip gawat darurat dengan penentuan diagnosis
115

keperawatan menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


(SDKI) Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Validasi diagnosis keperawatan
ditentukan berdasarkan temuan gejala dan tanda mayor sekitar 80
-100%, sedangkan gejala dan tanda minor tidak harus ditemukan
namun jika ditemukan dapat mendukung penegakan diagnosis. Dalam
tinjauan teori disebutkan bahwa diagnosis keperawatan yang mungkin
muncul pada pasien yang mengalami penyakit Tumor Otak adalah :

1. Resiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan faktor


resiko tumor otak
2. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltasi tumor ; penekanan
syaraf
3. Pola nafas tidak efektif berbuhungan dengan deperesi pusat
pernafasan ; gangguan neurologis
4. Resiko cidera dibuktikan dengan faktor resiko perubahan fungsi
kognitif ; perubahan sensasi
5. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan
6. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuscular ; penurunan kekuatan otot.

Adapun diagnosa yang kelompok tegakkan dalam kasus asuhan


keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang tertahan
dibuktikan dengan terdapat penurunan kesadaran, terdengar suara
nafas tambahan yaitu ronchi, adanya penumpukan slem/riak.
Diagnosis ini diambil berdasarkan adanya penumpukan slem/riak
pada pasien, selain itu pasien juga terpasang ventilator hal ini
menyebabkan pasien sulit untuk bernafas dengan baik dan dapat
berakibat pada kematian jika slem/riak dibiarkan saja menumpuk.
116

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan


frekuensi jantung dibuktikan dengan nadi 120 x/menit, irama
jantung: sinus takikardi, tekanan darah 74/58 mmHg, CRT > 3
detik. Diagnosis ini diambil berdasarkan adanya sinus takikardi,
dengan keadaan pasien GCS :3 E:1 M:1 CRT > 3 Detik
menyebabkan kerja jantung tidak nomal.
3. Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan faktor
resiko tumor otak.Diagnosis ini diambil karena Pasien mengalami
nyeri kepala yang menyebabkan gagal nafas dan kesadaran pasien
menurun dengan data pasien GCS :3 E:1 M:1 CRT > 3 Detik. Hal
ini menyebabkan aliran darah ke otak terhambat jika tidak
ditangani dengan baik akan menyebabkan kerusakan dan kematian
sel sel otak.
4. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan
dengan suhu: 39,1ͦ C, nadi: 120 x/menit, kulit teraba
hangat.Diagnosis ini diambil karena suhu pasien sudah melebihi
batas normal yang dapat berakibat fatal jika tidak ditangani
dengan benar karena suhu yang tinggi dapat menyebabkan
kerusakan pada otak
5. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor dibuktikan
dengan ekspresi wajah skor 2, gerakan tubuh skor 1, kepatuhan
pemasangan skor 1, vokalisasi skor 1,ketegangan otot skor, total
skor CPOT: 6 (nyeri), pasien terlihat gelisah. Diagnosiis ini
diambil karena Tumor yang ada pada pasien sudah menyebabkan
pasien menggalami gagal nafas dan penurunan kesadaran,
sehingga nyeri pada pasien jika tidak ditangani dengan baik dapat
berakibat fatal pada otak dan dapat menimbulkan kematian.
6. Risiko aspirasi dibuktikan dengan faktor risiko penurunan tingkat
kesadaran, terpasang nasogastric dan terpasang endotracheal tube.
Diagnosis ini diambil karena keadaan pasien yang tidak sadar
117

membuat perawat harus memasang nasogastric dan endotracheal


tube, hal ini jika tidak diperhatikan dengan benar cara
perawatannya dapat beresiko adanya sumbatan pada jalan nafas
yang dapat menyebabkan gangguan pernafasan dan berakibat fatal
pada kematian.
7. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler dibuktikan dengan pasien mengalami penurunan
kesadaran, GCS: E: 1, V: tidak dapat dikaji karena pasien pasien
menggunakan ETT, M: 1. Diagnosis ini diambil karena keadaan
pasien tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke
toilet/berhias secara mandiri serta minat melakukan perawatan diri
kurang. Sehingga perawat perlu melakukan defisit perawatan diri
pada pasien.

Terdapat perbedaan antara penentuan diagnosis teori dan diagnosis kasus.


Perbedaan tersebut yaitu kelompok tidak mengambil diagnosis hambatan
mobilitas fisik karena pasien mengalami penurunan kesadaran sehingga
kebutuhan pasien untuk makan, minum, toileting, dan mandi tidak
tepenuhi. Penggunaan diagnosis defisit perawatan diri diharapkan akan
membatu memenuhi kebutuhan pasien dengan memandikan pasien
memberikan nutrisi melalui NGT dan memasang kateter untuk memenuhi
kebutuhan eliminasi.

C. Intervensi
Penentuan intervensi keperawatan dalam asuhan keperawatan ini
menggunakan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi
1 Cetakan II. Pada kasus rencana tindakan sudah berdasarkan 4 kriteria
tindakan yaitu: observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi. Rencana
tindakan yang dilakukan pada diagnosis:
118

1. Bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang tertahan


a. Memeriksa indikasi ventilator mekanik
b. Berkolaborasi pemilihan mode ventilator
c. Memonitor efek ventilator terhadap status oksigenasi
d. Mengatur posisi kepala 45o
e. Memonitor pola napas Memonitor bunyi napas tambahan
f. Memberikan preoksigenasi 100% selama 30 detik sebelum
penghisapan lender
g. Melakukan penghisapan lender
h. Memberikan preoksigenasi 100% selama 30 detik setelah
penghisapan lender
i. Memonitor sputum
j. Memonitor pola napas
k. Memonitor gejala peningkatan pernapasan
l. Memonitor gangguan mukosa oral, nasal, trakea dan laring
m. Memonitor posisi selang ETT
n. Mencegah ETT terlipat
o. Memonitor tekanan balon ETT
p. Mengganti fiksasi ETT
q. Menyiapkan bag-valve mask disamping tempat tidur pasien
r. Mendokumentasikan respon terhadap ventilator
s. Berkolaborasi pemberian agen pelumpuh otot, sedative, analgesic
sesuai kebutuhan
t. Menjelaskan kepada keluarga tujuan dan prosedur pemasangan
ETT
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung.
119

Perawatan Jantung
a. Monitor tekanan darah pasien.
b. Monitor saturasi oksigen.
c. Monitor irama dan frekuensi jantung.
d. Posisikan pasien semi-Fowler.
e. Berikan oksigen untuk memertahankan saturasi oksigen > 94%.
f. Kolaborasi pemberian antiaritmia.
3. Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan faktor resiko
tumor otak.
a. Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah
meningkat, tekanan nadi meningkat, tingkat kesadaran menurun
dan muntah proyektil).
b. Berikan posisi semi fowler
c. Jelaskan kepada keluarga tujuan dan prosedur tindakan yang
diberikan.
d. Kolaborasi pemberian diuretic osmosis.
4. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit .
a. Monitor suhu tubuh
b. Lakukan kompres hangat pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
c. Anjurkan tirah baring
d. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
5. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor
a. Identifikasi skala nyeri dengan COPT
b. Kaji reaksi non-verbal ( kegilisahan, refeks pupil)
c. Monitor TTV
d. Berikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(musik)
e. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (suhu ruangan,
kebisingan, pencahayaan).
f. Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri pada pasien / keluarga
120

g. Kolaborasi pemberian analgetik


6. Risiko aspirasi
a. Monitor tingkat kesadaran, batuk, dan kemampuan menelan
b. Monitor status pernapasan
c. Monitor bunyi nafas
d. Beriakan makan dengan ukuran kecil atau lunak
e. Posisikan pasien semi fowler
f. Anjurkan makan/ menelan secara perlahan
g. Kolaborasi pemberian pemberian bronkodilator
7. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
a. Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan
b. Monitor kebersihan tubuh
c. Sediakan peralatan mandi (sabun, sikat gigi, sampho,baskom air)
d. Ajarkan kepada keluarga cara memandikan pasien

D. Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tahap
pelaksanaan ini merupakan realisasi dari rencana keperawatan yang
telah disusun yang pelaksanaannya dipengaruhi oleh kebutuhan pasien,
persiapan perawatan, sarana pendukung dan lingkungan. Tindakan
yang penulis laksanakan yaitu tindakan observasi, keperawatan
mandiri, pendidikan kesehatan dan kolaborasi. Seluruh perencanaan
dari setiap diagnosis yang telah ditentukan, seluruhnya dapat
dilaksanakan dengan baik tanpa ada hambatan. Respon dari tindakan
yang telah diberikan didokumentasikan secara keseluruhan untuk
kepentingan dari aspek hukum. Tindakan keperawatan yang dapat
121

dilakukan perawat sesuai dengan encana keperawatan yang telah


ditentukan sebagai berikut:

. Bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang tertahan


Rencana intervensi masalah keperawatan bersihan jalan nafas
yang tidak dilakukan pada implementasi adalah melakukan re-
intubasi jalan nafas karena intunasi pada pasien sudah terjaga
kepatenannya.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
frekuensi jantung.
Rencana intervensi masalah penurunann curah jantung yang telah
disusun oleh kelompok sudah semua dilakukan di implementasi
keperawatan.
3. Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan faktor
resiko tumor otak.
Rencana intervensi masalah resiko perfusi serebral tidak efektif
yang telah disusun oleh kelompok sudah semua dilakukan di
implementasi keperawatan.
4. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Rencana intervensi masalah hipertermi yang telah disusun oleh
kelompok sudah semua dilakukan di implementasi keperawatan.
5. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor
Rencana intervensi masalah keperawatan nyeri kronis yang tidak
dilakukan pada implementasi adalah mengajarkan teknik non
farmakologis dan edukasi mengenai pememantaun nyeri pada
pasien. Rencana intervensi tersebut dilakukan karena pasien
mengalami penurunan kesadaran dan di rawat di ICU sehingga
mengajarkan teknik non-farmakologis atau melakukan edukasi ke
keluarga tidak bisa.
6. Risiko aspirasi
122

Rencana intervensi masalah risiko aspirasi yang telah disusun oleh


kelompok sudah semua dilakukan di implementasi keperawatan.
7. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler
Rencana intervensi masalah keperawatan defisit pearwatan diri
yang tidak dilakukan pada implementasi adalah mengajarkan
perawatan mandi pada keluarga pasien. Tindakan tersebut tidak
dilakukan karena pasien sedang berada pada ruang perawatan total
care sehingga semua kebutuhan pasen akan dilakukan oleh
pearwat ICU.

E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan penulis dengan menilai perkembangan atau perubahan
kondisi klien dengan membandingkan keadaan sebelum dan sesudah
ilakukan tindakan keperawatan. Evaluasi keperawatan dinilai sesuai dngan
tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan pada rencana :
1. Bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang tertahan
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam didapatkan data
subjektif tidak ada, dan data objektif yaitu mode ventilator PSIMV
12, PEEP 5, FiO2 40%, respirasi: 12x/menit (on ventilator), 24x/menit
(on monitor ICU), terpasang ETT dengan posisi di mulut sebelah
kanan, tekanan ETT 25 cm H2O, kedalam ETT 21 cm, fiksasi bersih,
saturasi oksigen 98%, ronchi di seluruh lapang paru, pola napas
regular, tidak ada retraksi dinding dada, posisi pasien semi fowler,
dilakukan tindakan suction dengan jumlah dahak ±5cc, dahak encer,
berwarna putih, tidak berbau Hal tersebut menandakan bahwa
diagnosis pertama belum teratasi sehingga tindakan dilanjutkan oleh
perawat diruangan.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
123

didapatkan data subjektif tidak ada, dan data objektif yaitu -Nadi 120
x/menit Irama jantung: sinus takikardi, Tekanan darah 74/58 mmHg,
CRT > 3 detik. Hal tersebut menandakan bahwa diagnosis kedua
belum teratasi sehingga tindakan perlu dilanjutkan oleh perawat
diruangan.
3. Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan faktor resiko
tumor otak. setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
didapatkan data subjektif tidak ada, dan data objektif yaitu Tingkat
kesadaran soporo coma dengan GCS E:2 V: Tidak dapat di kaji, M: 1
Tekanan darah: 78/65 mmHg. Hal tersebut menandakan bahwa
diagnosis ketiga belum teratasi dan perlu dilanjutkan oleh perawat
ruangan.
4. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam didapatkan data subjektif tidak
ada, dan data objektif yaitu - Suhu: 39,1o C Nadi
120X/menit Terpasang infus RL 500 cc. Hal tersebut menandakan
bahwa diagnosis ketiga belum teratasi dan perlu dilanjutkan oleh
perawat ruangan.
5. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam didapatkan data subjektif tidak
ada, dan data objektif yaitu Pengkajian TD : 100/60 mmHG N :
100x/ menit RR: 14x/ menit. Hal tersebut menandakan bahwa
diagnosis kelima belum teratasi dan perlu dilanjutkan oleh perawat
ruangan.
6. Resiko Aspirasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam didapatkan data subjektif tidak ada, dan data objektif yaitu
Tingkat kesadaran E1 M1 V:tidak terkaji pasien menggunakan ETT
Masih terdapat suara tambahan (Ronchi) frekuensi pernafasan
12x/menitmenit Pasien masih terpasang ETT Pasien masih terpasang
124

ventilator. Hal tersebut menandakan bahwa diagnosis keenam belum


teratasi sehingga tindakan perlu dilanjutkan oleh perawat diruangan.
7. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskuler,
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam didapatkan
data subjektif tidak ada, dan data objektif yaitu tingkat kesadaran
sopor coma GCS: 6, E3,, M1, TTV: TD 74/58 mmHg, Nadi 120
x/menit, RR 24x/menit. Hal tersebut menandakan bahwa diagnosis
ketujuh belum teratasi sehingga tindakan perlu dilanjutkan oleh
perawat diruangan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan pada pasien Tumor Otak yang dikelola
oleh kelompok selama 3 hari, kelompok dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut: kelompok melakukan pengkajian keperawatan pada pasien sehingga
mendapatkan data senjang. Kelompok merumuskan diagnosis keperawatan
berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) yang muncul
pada pasien yaitu, penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
frekuensi jantung, risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan
faktor resiko tumor otak, hipertermia berhubungan dengan proses penyakit,
nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor, risiko aspirasi dibuktikan
dengan faktor risiko penurunan tingkat kesadaran, defisit perawatan diri
berhubungan dengan gangguan neuromuskuler. Kelompok menyusun
intervensi keperawatan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI) sesuai dengan diagnosis yang muncul pada pasien.
Kelompok melakukan implementasi keperawatan dan evaluasi terkait
tindakan keperawatan selama 3 hari, didapatkan hasil evaluasi bahwa dari
keenam diagnosis yang muncul pada pasien belum teratasi sehingga
intervensi keperawatan tetap dilanjutkan.

B. Saran
1. Bagi STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta
Hasil laporan ini dapat menjadi masukan serta tambahan referensi terkait
asuhan keperawatan medikal bedah pada pasien Tumor Otak di Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta.

126
127

2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat memanfaatkan waktu yang telah diberikan
dengan efektif dan efisien untuk melakukan asuhan keperawatan.
Mahasiswa juga diharapkan secara aktif untuk membaca dan
meningkatkan keterampilan serta menguasai kasus yang diambil untuk
mendapatkan hasil asuhan keperawatan yang komprehensif.
3. Bagi Perawat
Perawat diharapkan mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien serta memakai alat pelindung diri untuk mencegah terjadinya resiko
infeksi dan infeksi nosokomial pada pasien di ruang di Ruang ICU.
Perawat diharapkan melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
SOP yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, TA. 2012. Sistem neurobehavior. Jakarta : Salemba Medika

Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). keperawatan medikal bedah manajemen


klinis untuk hasil yang diharapkan. Jakarta: Salemba Medika.

Komite Penanggulangan Kanker Nasional. 2017. Panduan Penatalaksanaan


Tumor Otak. Diakses pada: 30 November 2020 dari
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKOtak.pdf

Klik Dokter. 2018. Tumor Otak. Diakses pada: 30 November 2020 dari
https://www.klikdokter.com/penyakit/tumor_otak#komplikasi

Nurarif, A. H. & Kusuma, H., (2015). aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan


diagnose medis dan nanda nic-noc. Yogyakarta: Mediaction.

Pearce, E.C., (2016). anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Bandung: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Satyanegara. 2018. Ilmu Bedah Saraf Satynegara Edisi VI. Jakarta: PT.
SinarSurya MegahPerkasa.
Sari, Widayarti, Wahyuni. (2016). Karakteristik Klinik dan Hispatologi Tumor Otak
di Rumah Sakit Bandar Lampung. Diakses pada tanggal 2 Desember
2020 dari
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/243/24
1
Tortora, G. J., & Derrickson, B. H., (2012). principles of anatomy and physiology.
USA: Biological Science Textbooks, Inc.

128

Anda mungkin juga menyukai