Y
DENGAN TUMOR OTAK DI RUANG ICU
RUMAH SAKIT BETHESDA
YOGYAKARTA
Dosen Pembimbing:
Diah Pujiastuti, S.Kep., Ns., M.Kep
i
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing Akademik
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan dan
kasih karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Asuhan
Keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. Y dengan Tumor Otak
di Ruang ICU Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta” .
Dalam proses penyusunan laporan ini kami telah dibantu oleh berbagai pihak,
untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Vivi Retno Intening, S. Kep., Ns., MAN., selaku Ketua STIKES Bethesda
Yakkum Yogyakarta.
2. Ibu Diah Pujiastuti, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan lain.
3. Semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini, yang tidak dapat
kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi meningkatkan
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat sebagaimana mestinya.
Tuhan memberkati.
Penyusun Kelompok 5
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB IV : PEMBAHASAN .................................................................................109
A. Pengkajian Keperawatan .........................................................................109
B. Diagnosis Keperawatan ..........................................................................115
C. Intervensi ................................................................................................118
D. Catatan Perkembangan ............................................................................122
E. Evaluasi ...................................................................................................124
BAB V : PENUTUP ...........................................................................................126
A. Kesimpulan ............................................................................................126
B. Saran ......................................................................................................126
DAFTAR USTAKA ............................................................................................128
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau proses desak ruang
(space occupying lesion) yang timbul di dalam rongga tengkorak baik di
dalam kompartemen supratentorial maupun infratentorial, mencakup tumor-
tumor primer pada korteks, meningen, vaskuler, kelenjar hipofise, epifise,
saraf otak, jaringan penyangga, serta tumor metastasis dari bagian tubuh
lainnya (Ariyani, 2012).
1
2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada kasus Tumor
Otak di Ruang ICU Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan secara tepat
pada pasien dengan Tumor Otak di Ruang ICU Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta tahun 2020.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan Tumor Otak di Ruang ICU Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
tahun 2020.
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien
dengan Tumor Otak di Ruang ICU Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
tahun 2020.
d. Mahasiswa mampu melakukan intervensi keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis dengan Tumor Otak di Ruang ICU Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2020.
e. Mahasiswa mampu membuat evaluasi keperawatan pada pasien
dengan Tumor Otak di Ruang ICU Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
tahun 2020.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Medis
1. Definisi
Tumor otak adalah pertumbuhan sel abnormal yang terjadi di dalam otak.
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jikak (benigna)
ataupun ganas (maligna) yang membentuk massa dalam ruang tengkorak
kepala (intra cranial) atau sumsum tulang belakang (medulla spinalis).
Tumor otak disebut sebagai “lesi desak ruang” yang berarti bahwa tumor
menggeser jaringan normal. Ketika jaringan normal tertekan, aliran darah
tergangggu dan terjadi iskemia. Tumor juga dapat mengiritasi jaringan
sekitar, sehingga menghasilkan edema serebral yang cukup parah (Black
& Hawks, 2014).
2. Anatomi Fisiologi
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100 - 200 milyar sel aktif yang
saling berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan
intelektual kita. Otak terletak dalam rongga cranium, terdiri atas semua
bagian system saraf pusat (SSP) diatas korda spinalis. Secara anatomis
terdiri dari cerebrum cerebellum, brainstem, dan limbic system otak
merupakan organ yang sangat mudah beradaptasi meskipun neuron-
neuron telah di otak mati tidak mengalami regenerasi, kemampuan adaptif
atau plastisitas pada otak dalam situasi tertentu bagian-bagian otak
mengambil alih fungsi dari bagianbagian yang rusak. Otak belajar
kemampuan baru, dan ini merupakan mekanisme paling penting dalam
pemulihan stroke (Tortora & Derrickson, 2012).
3
4
Secara garis besar, sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf pusat
dan sistem saraf tepi. Sistem Saraf Pusat (SSP) terbentuk oleh otak dan
medulla spinalis. Sistem saraf disisi luar SSP disebut Sistem Saraf Tepi
(SST). Fungsi dari SST adalah menghantarkan informasi bolak balik
antara SSP dengan bagian tubuh lainnya.
a. Cerebrum
Bagian otak yang terbesar yang terdiri dari sepasang hemisfer kanan
dan kiri dan tersusun dari korteks. Korteks ditandai dengan sulkus
(celah) dan girus. Cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:
1) Lobus Frontalis Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi
intelektual yang lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak
dan nalar, bicara (area broca di hemisfer kiri), pusat penghidu, dan
emosi. Bagian ini mengandung pusat pengontrolan gerakan volunter
di gyrus presentralis (area motorik primer) dan terdapat area asosiasi
motorik (area premotor). Pada lobus ini terdapat daerah broca yang
5
c. Brainstem
Berfungsi mengatur seluruh proses kehidupan yang mendasar.
Berhubungan dengan diensefalon diatasnya dan medulla spinalis
dibawahnya. Struktur-struktur fungsional batang otak yang penting
adalah jaras asenden dan desenden traktus longitudinalis antara medulla
spinalis dan bagian-bagian otak, anyaman sel saraf dan 12 pasang saraf
cranial. Secara garis besar brainstem terdiri dari tiga segmen, yaitu
mesensefalon, pons dan medulla oblongata (Pearce, 2016).
3. Etiologi
Penyebab tumor otak belum diketahui secara pasti, namun terdapat
beberapa faktor yang mendukung terjadinya tumor otak:
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan
kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurifibroma dapat dijumpai
pada anggota-anggota sekeluarga. Sclerosis tuberose atau penyakit
Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan
baru, memperlihatkan faktor family yang jelas. Selain jenis neoplasma
tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untk memikirkan adanya
factor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
b. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi sel, namun belum ada bukti radiasi
dapat memicu terjadinta suatu glikoma. Pernah dilaporkan bahwa
meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
c. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus
dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum
7
e. Substansi-subtansi karsinogenik
Penyelidikan tentang subtansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik
seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan
percobaan yang dilakukan pada hewan (Nurarif & Kusuma, 2015).
Pathway
Pertumbuhan sel
abnormal di otak
Tumor otak
Massa di otak
Mendesak ruang
intrakranial
8
Penekanan pada pusat pernapasan Penekanan jaringan otak Obstruksi sirkuasi cairan
di medulla oblongata serebrospinal & ventrikel lateral
Osbstruksi PD di otak ke subarachnoid
Sirkulasi O2
Suplai O2 ke jaringan otak
akibat obstruksi sirkulasi otak
Perpindahan cairan
TIK
Merangsang reseptor Menekan Peregangan dura & Menekan PD yg mensuplai Girus medialis lobus
hipotalamus PD darah & O2 ke retina temporalis bergeser ke
inferior
9
Merangsang reseptor Menekan Peregangan dura & Menekan PD yg mensuplai Girus medialis lobus
hipotalamus PD darah & O2 ke retina temporalis bergeser ke
Menekan saraf inferior
kranial N. X Terjadi masalah Nyeri kepala
Obstruksi PD di retina
regulasi Herniasi serebral
Merangsang pusat Nyeri Akut
Papil edema
muntah Suhu tubuh Kematian
Kompresi saraf kranial
Kontraksi duodenum Hipertermi (N. II, III, IV, VI)
Tekanan Kesadaran
intrabdomen Resiko jatuh Gg penglihatan
Reflek batuk
Gg Persepsi sensori
Muntah proyektil
Penumpukan sekret
Defisit Nutrisi
Bersihan jalan
napas tidak efektif
10
5. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner dan Suddarth (2013) menyatakan manifestasi klinis
tumor otak, yaitu:
a. Tanda dan gejala umum
1) Nyeri kepala berat pada pagi hari serta makin bertambah bila batuk
dan membungkuk
2) Kejang
3) Tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial yaitu pandangan
kabur, mual, muntah, penurunan fungsi pendengaran, perubahan
tanda-tanda vital serta afasia
4) Perubahan kepribadian
5) Gangguan memori dan alam perasa
b. Trias klasik
1) Nyeri kepala
2) Nausea dan muntah
3) Papil edema
Pemeriksaan ini untuk melihat keadaan umum pasien dan kesiapan unutk
terapi yang dijalani (bedah, radiasi ataupun kemoterapi) (Komite
Penanggulangan Kanker Otak Nasional, -).
7. Penatalaksanaan
Satyanegara (2018) menyatakan modalitas terhadap tumor otak mencakup
tindakan-tindakan:
a. Tindakan operatif
Tindakan operasi pada tumor otak (khuusnya yang ganas) bertujuan
unutk mendapatkan diagnosis pasti dan dekompresi internal mengingat
obat-obatan anti edema obat tidak dapat diberikan secara terus
menerus. Prinsip penangan pada tumor jinak adalah pengambilan total
sedangkan pada tumor ganas tujuannya selain dekompresi juga
menegetahui jenis tumor sehingga menentukan langkah pengoatan
selanjutnya.
3) Imunoterapi
Terapi ini berdasarkan anggapan bahwa tumbuhnya suatu tumor
disebabkan oleh adanya gangguan fungsi imunologi tubuh sehingg
adiharapkan dengan melakukan restorasi system imun dapat
menekan pertumbuhan tumor.
8. Komplikasi
Komplikasi tumor otak bergantung pada area tempat tumor tumbuh.
Misalnya, pada tumor yang tumbuh pada bagian otak yang mengatur
memori, maka kehilangan daya ingat adalah kompplikasi yang dapat
terjadi (klik dokter, 2019).
9. Discharge Planning
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) discharge planning pada pasien
dengan tumor otak, yaitu:
a. Konsultasikan tentang tindakan (pembedahan, kemoterapi, radiasi)
b. Terapi hormone
c. Konsultasikan perawatan yang harus dilakukan selama dirumah serta
larangan yang harus dilakukan serta lakukan gaya hidup yang sehat.
2. Diagnosis Keperawatan
a. Resiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan faktor resiko
tumor otak
b. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltasi tumor ; penekanan syaraf
c. Pola nafas tidak efektif berbuhungan dengan deperesi pusat pernafasan ;
gangguan neurologis
d. Resiko cidera dibuktikan dengan faktor resiko perubahan fungsi
kognitif ; perubahan sensasi
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
f. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuscular ; penurunan kekuatan otot.
21
3. Rencana Keperawatan
TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Tindakan
Resiko perfusi serebral Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pemamtauan Tekanan Intrakranial
tidak efektif dibuktikan kepada pasien selama ….. x 24 jam, - Identifikasi penyebab PTIK
dengan faktor resiko diharapkan resiko perfusi serebral tidak ( edema serebral, obstruksi aliran
tumor otak efektif dapat teratasi dengan kriteriaa hasil cairan serebrospinal
: - Menitor peningkatan TD
- Monitor MAP
Perfusi serebral - Monitor penurunan frekuensi
- Tingkat kesadaran meningkat jantung
- Tidak terjadi peningkatan intrakranial - Monitor ireguleritas irama nafas
- Sakit kepala menurun/ tidak terjadi - Ambil sampel drainase cairan
- Demam menurun/ tidak terjadi serebrospinal
- Tekanan darah sistotik dalam batas - Pertahankan posisi kepala dan
normal leher netral
- Tekanan darah diastotik dalam batas - Edukasi tujuan dan prosedur
normal pemamtauan PTIK
- Refleks syaraf membaik - Kolaborasi pemberian steroid
sesuai perintah
Status Neurologis - Kolaborasi pemberian
- Ukuran pupil normal/membaik antikonulsan sesuai perintah
- Pola nafas normal/membaik
- Frekuensi nafas normal/ membaik
22
TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Tindakan
- Denyut nadi radialis normal/membaik
Management peningkatan tekanan
intra kranial
- Identifikasi penyebab peningkatan
tekanan intra kranial (edema
serebral)
- Monitir tanda gejala PTIK ( TD
meningkat, tekanan nadi melebar,
bradikardi, pola nafas ireguler,
kesadaran menurun)
- Monitor MAP
- Monitor status pernafasan
- Monitor intake dan output cairan
- Pertahankan suhu tubuh normal
- Minimalisir stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang
tenang
- Cegah terjadi kejang
- Berikan posisi Fowler
- Kolaborasi pemberian
antikonulsan sesuai perintah
23
TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Tindakan
Nyeri kronis Setelah dilakukan asuhan keperawatan Management Nyeri
berhubungan dengan kepada pasien selama ….. x 24 jam, - Identifikasi, karakteristik, durasi,,
infiltasi tumor ; diharapkan nyeri kronis dapat teratasi frekuensi kualitas, intensitas nyeri
penekanan syaraf dengan kriteria hasil : - Identifikasi skala nyeri
- Identifikai respon nyeri non verbal
Tingkat nyeri : - Berikan teknik nonfarmakologis
- Keluhan nyeri tidak ada untuk mengurangi rasa nyeri
- Meringis tida terjadi - Kontrol lingkungan yang
- Gelisah tidak terjadi memperberat rasa nyeri (suhu
- Pupil dilatasi tidak terjadi ruangan, kebisingan,
- Mual tidak terjadi pencahayaan)
- Muntah tidak terjadi - Jelaskan penyebab periode, dan
- Frejuensi nadi normal pemicu nyeri
- Pola nafas normal - Kolaborasi pemberian alagetik
- Tekanan darah normal
Perawatan Kenyamanan
Kontrol Nyeri - Identifikasi gejala yang tidak
- Melaporkan nyeri terkontrol menyenangkan
- Keluhan nyeri tidak ada - Berikan posisi yang nyaman
- Kemampuan menggunakan teknik - Berikan pemijatan
non-farmakologis - Dukung keluarga dan pengasuh
- Kemampuan mengenali penyebab terlibat dalam terapi
nyeri - Kolaborasi pemberian analgetik
24
TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Tindakan
TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Tindakan
- Monitor BAB
- Tinggikan tempat tidur 30-450
selama pemberian makanan
- Irigasi selang dengan 30 ml telah
pemberian makanan intermiten
- Jelaskan tujuan dan langkah-
langkah prosedur
- Kolaborasi pemilihan jenis dan
jumlah makanan interal
Edukasi diet
- Identifikasi kemampuan pasien
dan keluarga dalam menerima
informasi
- Identifikasi tingkat pengetahuan
- Identifikasi kebiasaan pola makan
saat ini dan masa lalu
- Jadwalkan waktu yang tepat untuk
memberikan pendidikan kesehatan
- Persiapkan materi, media dan alat
olah raga
- Berikan kesempatan pasien dan
keluarga untuk bertanya
26
TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Tindakan
- Sediakn rencana makan tertulis
- Informasikan makanan yang
diperbolehkan dan dilarang
- Ajarkan cara merencanakan
makanan yang sesuai program
- Rekomendasikan resep makanan
yang sesuai dengan diet
- Rujuk ke ahli gizi dan sertakan
keluarga
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pemantauan respirasi
berbuhungan dengan kepada pasien selama ….. x 24 jam, - Monitor frekuensi irama,
deperesi pusat diharapkan defisit nutrisi dapat teratasi kedalaman, upaya nafas
pernafasan ; gangguan dengan kriteria hasil : - Monitor pola nafas (bradipnea,
neurologis - Frekuensi nafas normal takipnea)
- Ekspansi dada simetris - Monitor produksi sputum
- Tidak menggunakan otot bantu nafas - Monitor adana sumbatan jalan
- Dyspnea tidak terjadi nafas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi suara nafas
- Monitor saturasi oksigen
- Jelaskan tujuan dan prosedur
27
TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Tindakan
pemantauan
TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Tindakan
- Gerakan terbatas tidak terjadi - Fasilitasi melakukan pergerakan
- Kelemahan fisik menurun - Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
- Anjurkan mobilisasi secara
mandiri
- Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (mis. Duduk
di tempat tidur, duduk di sisi
tempat tidur)
BAB III
TINJAUAN KASUS
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
(pasien mengalami penurunan kesadaran)
Pengkajian nyeri menggunakan CPOT
- Ekspresi wajah 2
- Gerakan tubuh 1
- Kepatuhan pemasangan 1
- Vokaliasi 1
- Ketegangan otot 1
- Total skor CPOT 6 ( intepretasi jika skor > 5 : terdapat nyeri )
29
29
e. Bladder (Perkemihan):
- Urine Output : 100 cc/ 7 jam
- Warna : Kuning jernih. Tidak bercampur darah.
- Catheter : Ukuran: 16 Jml Cairan Pengunci : 10 cc
- Distensi kandung kemih : tidak ada
- Retensi urine : tidak terjadi
- Inkontinesia urine :
- Nyeri : tidak terkaji
f. Bowel:
- Peristaltik : Pasien terpasang NGT
- Vascular Sound (Bruit) : Tidak ada bruit
- Distensi abdomen : Tidak ada distensi
- Asites : Tidak ada
- Blooding : Tidak ada
- Mual : Tidak ada
34
g. Bone
- Fraktur: Tidak ada
- Nyeri : Skor total 0
- Deformitas sendi: Tidak ada
- Oedema: Tidak terjadi oedem pada ekstremitas atas/bawah.
- Perfusi perifer:
- Cianosis:
- Compartemen syndrom : Tidak ada
D. PROGRAM TERAPI
1. Ceftriaxon 2x1 gr
2. Ranitidin 2x1 Ampul
3. Methylprednizolone
4. KSR 2x1
5. Cetirizine 1x10 mg
6. Primperan 2x1 Ampul.
7. Norepinephrine 4 mg/Nacl 50cc.
8. Dobutamin
9. Flixotide dan combivent 3x/hari
ANALISA DATA
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
42
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
secret 4. pembersihan secara mekanik
4. lakukan penghisapan lendir membantu untuk
kurang dari 15 detik mengeluarkan lendir pada
pasien yang tidak sadar atau
tidak memiliki reflek batuk
5. membantu unutuk
5. kolaborasi pemberian mengencerkan dahak
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik
43
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
setelah penghisapan 5. menjaga kebersihan area
5. ganti fiksasi ETT setiap 24 jam pemasangan ETT, mencegah
terjadinya perlukaan pada
area mulut
6. memberi rasa aman dan
6. jelaskan kepada keluarga nyaman pada keluarga pasien
tujuan dan prosedur 7. mempertahankan kepatenan
pemasangan ETT fungsi ETT
7. kolaborasi intubasi ulang jika
terbentuk mucus plug yang
tidak bisa dilakukan
penghisapan
1. menentukan tujuan
Manajemen Ventilasi Mekanik pemasangan ventilator
1. periksa indikasi ventilator 2. menentukan respon pasien
mekanik terhadap keefektifan
2. monitor efek ventilator pemasangan ventilator
terhadap status oksigenasi 3. sebagai pertimbangan untuk
mulai dilakukannya
3. monitor efek negative penyapihan ventilator
ventilator 4. peningkatan pernapasan
indikasi
4. monitor gejala peningkatan
44
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
pernapasan 5. mencegah terjadinya efek
samping pemasangan
5. monitor gangguan mukosa ventilator
oral, nasal, trakea dan laring 6. memaksimalkan ekspansi
paru pasien
6. atur posisi kepala 45-60o untuk
mencegah aspirasi 7. menjaga kebersihan mulut
pasien dan mencegah
7. lakukan perawatan mulut terjadinya infeksi akibat
secara rutin, termasuk sikat pemasangan ventilator
gigi setiap 12 jam 8. antisipasi keadaan darurat
45
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
pelumpuh otot, sedative, agitasi, memudahkan
analgesic, sesuai kebutuhan sinkronisasi antara pasien
dan ventilator
Rani
Rani
Tanggal 30 November Tanggal 30 November 2020 Tanggal 30 November 2020 Tanggal 30 November 2020 jam
2020, Jam 09.00 Jam 09.00 Jam 09.00 09.00
46
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
perubahan perubahan penurunan curah jantung dapat rendah menyebabkan tubuh
frekuensi jantung teratasi dengan kriteria hasi: kekurangan oksigen sehingga
dibuktikan dengan: Curah Jantung dapat terjadi kerusakan pada
DS: - 1. Nadi dalam batas normal jantung dan otak.
DO: (60-100 x/menit). 2. Monitor saturasi oksigen. 2. Saturasi oksigen < 95%
- Nadi 120 x/menit
2. Gambaran EKG normal. menandakan tubuh
- Irama jantung: sinus
3. Tekanan darah dalam kekurangan suplai oksigen.
takikardi
batas normal (sistolik 3. Monitor irama dan frekuensi 3. Perubahan irama dan
- Tekanan darah 74/58
120-130 mmHg, diastolik jantung. frekuensi jantung menandakan
mmHg
80-90 mmHg). kerja jantung abnormal yang
- CRT > 3 detik
4. Capillary refill < 3 detik. dapat disebabkan oleh
Nadi: 120 x/menit.
kelistirikan pada jantung
mengalami gangguan.
4. Posisikan pasien semi-Fowler. 4. Posisi memudahkan proses
sirkulasi ke serebral dan
5. Berikan oksigen untuk perifer.
47
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
memertahankan saturasi 5. Saturasi oksigen <95%
oksigen > 94%. menandakan tubuh
6. Kolaborasi pemberian kekurangan suplai oksigen.
antiaritmia. 6. Antiaritmia dapat mengurangi
kecepatan depolarisasi.
48
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
serebral pasien efektif, dengan peningkatan TIK (mis. Tekanan mengalami peningkatan TIK
kriteria hasil: darah meningkat, tekanan nadi atau tidak yang dapat
meningkat, tingkat kesadaran membahayakan nyawa pasien
Perfusi Serebral menurun dan muntah proyektil). dan untuk melakukan tindakan
1.Tingkat kesadaran pasien dan penanganan segera jika
composmentis pasien mengalami peningkatan
2.Tekanan darah pasien dalam TIK.
rentang sistolik (120-130 2. Berikan posisi semi fowler 2. Posisi semi fowler akan
mmHg) diastolik (80-90 membantu mengurangi
mmHg). tekanan pada otak sehingga
3.Tekanan intracranial pada otak tidak mengalami
pasien menurun. peningkatan tekanan intra
4.Suhu tubuh pasien dalam 3. Jelaskan kepada keluarga tujuan kranial.
rentang 36,5ͦ C – 37,0ͦ C dan prosedur tindakan yang 3. Pemberian informasi yang
diberikan. jelas kepada keluarga
mengenai tujuan dari tindakan
49
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
yang dilakukan kepada pasien
akan mengurangi kecemasan
4. Kolaborasi pemberian diuretic pada keluarga.
osmosis. 4. Untuk mencegah terjadinya
kejang pada pasien dengan
tumor otak
April
April April
April
Tanggal 30 November Tanggal 30 November 2020, Tanggal 30 November 2020, Tanggal 30 November 2020,
2020, Jam 09.00 Jam 09.00 Jam 09.00 Jam 09.00
Hipertermia
berhubungan dengan
Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermi
proses penyakit (tumor
otak) dibuktikan dengan keperawatan selama 3 x 24 1. Monitor suhu tubuh 1. Pengaturan suhu pada
DS: -
jam, diharapkan hipertermi hipotalamus mendeteksi
DO:
50
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
- Suhu: 39,1oC dapat teratasi, dengan kriteria perubahan produksi dan
- Kulit teraba hangat hasil: pelepasan panas dalam tubuh
- Nadi: 120 x/menit 2. Lakukan kompres hangat pada 2. Kompres hangat dapat
Termoregulasi dahi, leher, dada, abdomen, memperlebar pembulu darah
1. Tidak mengalami kejang aksila) sehingga aliran darah dan
2. Nadi dalam rentang 60 – suplai O2 dapat mudah
100 x/menit tersalurkan
3. Suhu dalam rentang 36,5ͦ C 3. Meningkatkan kenyaman
– 37,0ͦ C. istirahat serta dukungan
3. Anjurkan tirah baring fisiologis/psikologis
4. Pemberian cairan berguna untuk
menggantikan kehilangan cairan
51
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
Yunus Yunus
Yunus
Tanggal 30 November Tanggal 30 November 2020 Tanggal 30 November 2020 Jam Tanggal 30 November 2020 Jam
2020 Jam 09.00 Jam 09.00 09.00 09.00
Nyeri kronis Setelah dilakukan asuhan
berhubungan dengan keperawatan kepada pasien Management Nyeri
infiltrasi tumor selama 3 x 24 jam, diharapkan 1. Identifikasi skala nyeri dengan 1. Pengkajian skala nyeri
dibuktikan dengan: nyeri kronis dapat teratasi COPT menggunakan COPT sangat
DS: - dengan kriteria hasil : cocok digunakan untuk
DO: pasien dengan penurunan
- Ekspresi wajah skor 2 Tingkat nyeri : kesadaran dan hasil skala
- Gerakan tubuh skor 1 1. Skor COPT (1-5) nyeri menentukan pemilihan
- Kepatuhan 2. Gelisah tidak terjadi intervensi yang tepat untuk
pemasangan skor 1 3. Pupil dilatasi 3/3 menurunkan skala nyeri.
- Vokalisasi skor 1 4. TTV dalam batas normal 2. Kaji reaksi non-verbal 2. Respon non-verbal bisa
52
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
- Ketegangan otot skor Nadi : 60 - 100x/menit ( kegilisahan, refeks pupil) membantu mengevaluasi
- Total skor CPOT: 6 RR : 16-20x/menit, derjat nyeri dan
(nyeri). TD : 100-120/ 70-90 mmHg 3. Monitor TTV perubahannya
- Pasien terlihat gelisah 3. Peningkatan TTV merupakan
4. Berikan teknik non- salah tanda adanya nyeri
farmakologis untuk 4. Pemberian teknik non-
mengurangi rasa nyeri (musik) farmakologis membuat
pasien merasa nyaman dan
distraksi dapat mengalihkan
perhatian pasien terhadap
nyeri sehingga dapat
5. Kontrol lingkungan yang membantu mengurangi rasa
memperberat rasa nyeri (suhu nyeri
ruangan, kebisingan, 5. Suhu ruangan yang sangat
pencahayaan). dingin, dan lingkungan yang
sangat bising akan
53
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
mendistraksi pasien sehingga
akan terjadi peningkatan
6. Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri.
nyeri pada pasien / keluarga
6. Edukasi tentang penyebab
dan pemicu nyeri akan
7. Kolaborasi pemberian meningkat pemahaman
analgetik pasien/keluarga
7. Tumor otak akan membuat
penekanan pada sirkulasi
darah menuju otak sehingga
akan menyebabkan edema
serebri, dan nyeri akibat
penekanan syaraf, untuk itu
perlu dberikan obat analgetik
untuk mengobati nyeri.
54
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
Yohana Yohana
Yohana
Yohana
Tanggal 30 November Tanggal 30 November 2020 Tanggal 30 November 2020 Jam Tanggal 30 November 2020 Jam
2020 Jam 09.00 Jam 09.00 09.00 09.00
55
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
3. Kemampuan menelan 4. Beriakan makan dengan ukuran 4. Makanan lunak lebih mudah
meningkat kecil atau lunak untuk mengendalikannya
4. Kekuatan otot meningkat dalam mulut danmenurunkan
5. Batuk berkurang resiko terjadinya aspirasi
5. Posisikan pasien semi fowler
6. Akumulasi secret berkurang 5. Untuk membantu bernafas
dan ekspansi dada serta
ventilasi lapangan paru
basilar
6. Agar makan yang diberikan
6. Anjurkan makan/ menelan
dapat
secara perlahan
7. Membantu mengurangi nyeri
7. Kolaborasi pemberian
pemberian bronkodilator
56
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
Yovita Yovita
Yovita Yovita
Tanggal 30 November Tanggal 30 November 2020 Tanggal 30 November 2020 Tanggal 30 November 2020
2020 jam 09.00 jam 09.00 jam 09.00 jam 09.00
Defisit perawatan diri
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Dukungan perawatan diri
gangguan neuromuskuler keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi jenis bantuan yang 1. Diharapkan dapat mengetahui
dibuktikan dengan diharapkan pasien dapat dibutuhkan sebatas mana bantuan yang
DS: - melakukan tindakan selfcare, akan diberikan pada pasien
DO: dengan kriteria hasil : 2. Monitor kebersihan tubuh 2. Sebagai indikator untuk
- Pasien mengalami a. Pasien mengatakan memenuhi kebutuhan ADL
penurunan kesadaran mampu mandi dengan 3. Sediakan peralatan mandi 3. Sebagai kelengkapan
57
No Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
. & Data Penunjang Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
- GCS: E: 1, V: tidak bantuan minimal (sabun, sikat gigi, perawatan diri mandi
dapat dikaji karena b. Pasien dapat mandi, sampho,baskom air)
pasien pasien makan,berpakaian, 4. Ajarkan kepada keluarga cara 4. Melibatkan keluarga dalam
menggunakan ETT, toileting,dengan bantuan memandikan pasien perawatan diri mandi pasien
M: 1 minimal.
58
D. Implementasi Keperawatan
CP 1
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
Bersihan jalan napas 01 Desember I:
2020 1. Memeriksa indikasi ventilator mekanik
09.05 S: -
O: pasien terpasang ventilator mekanik karena indikasi
gagal napas, penurunan kesadaran Rani
2. Berkolaborasi pemilihan mode ventilator
S: -
O: mode ventilator PSIM 12, PEEP 5, FiO2 40%
59
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
S: - Rani
O: posisi pasien semi fowler dengan elevasi 45o
60
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
61
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
12x/menit (on ventilator), 24x/menit (on monitor icu)
14. Melakukan perawatan mulut
S: - Rani
O: mulut pasien bersih, tidak terdapat lesi akibat
pemasangan ETT
62
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
19. Mengganti fiksasi ETT
S: -
O: fiksasi ETT bersih
Rani
20. Menyiapkan bag-valve mask disamping tempat tidur
pasien
S: -
O: bag-valve mask ada di troli alat samping kanan
tempat tidur pasien Rani
63
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
O: keluarga mengerti penjelasan tentang cara dan tujuan
pemasangan ETT untuk membantu pernapasan
Rani
E:
S: -
O: mode ventilator PSIMV 12, PEEP 5, FiO2 40%, respirasi:
12x/menit (on ventilator), 24x/menit (on monitor ICU), Rani
terpasang ETT dengan posisi di mulut sebelah kanan, tekanan
ETT 25 cm H2O, kedalam ETT 21 cm, fiksasi bersih, saturasi
oksigen 98%, ronchi di seluruh lapang paru, pola napas regular,
tidak ada retraksi dinding dada, posisi pasien semi fowler,
dilakukan tindakan suction dengan jumlah dahak ±5cc, dahak
encer, berwarna putih, tidak berbau
A: Bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi Rani
64
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
65
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
10.30 - Frekuensi jantung: 120 x/menit
4. Memposisikan pasien semi-Fowler.
S: - Ira
10.40 O: posisi pasien semi-Fowler
5. Mengajarkan keluarga mengukur intake dan output cairan
harian.
S: keluarga pasien mengatakan paham dengan informasi
yang diberikan
O: keluarga pasien mampu melakukan pengukuran intake
Ira
dan output cairan
12.00 6. Memberikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen >94%.
S: -
O:
13.30 - Pasien terpasang ventilator
Ira
- Mode ventilator: PSIMV 12, Peep 5, FiO2 40%
66
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
7. Melakukan kolaborasi pemberian obat dobutamin 2 mg
S: -
O: diberikan melalui IV.
E:
S: - ira
O:
- Nadi: 120 x/menit
- Gambaran EKG: Sinus takikardi
- TD: 74/58 mmHg
- Capillary refill: > 3 detik
A: Masalah keperawatan belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6
Risiko perfusi serebral 01 Desember I:
tidak efektif 2020 1. Memonitor tanda dan gejala peningkatan TIK pada pasien
S: -
10.00
O: April
- Tingkat kesadaran soporo coma dengan GCS E:1 V:
67
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
Tidak dapat dikaji, M: 1
- Tekanan darah: 75/60 mmHg
- Nadi: 125 x/menit
- Tidak ada muntah proyektil
68
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
- Tingkat kesadaran pasien soporo coma dengan GCS: E:
1, V: Tidak dapat di kaji, M: 1
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan 1,2,3,4
Hipertermia 01 Desember
2020 I:
10.00 1. Memonitor suhu tubuh
S: - yunus
O: suhu: 39,1oC
10.00 2. Melakukan kompres hangat
S: - yunus
O: kompres hangat bagian dahi
13.30 3. Menganjurkan tirah baring
S: -
O: pasien terlihat sudah tirah baring
4. Berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
69
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
S: -
O: terpasang infus RL 500 cc
E: yunus
S: -
O:
- Suhu: 39,1o C
- Nadi 120X/menit
- Terpasang infus RL 500 cc
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan 1,2,3,4 yunus
70
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
Gerakan tubuh skor (1)
Kepatuhan pemasangan skor (1)
Vokaliasi skor (1)
Ketegangan otot skor (1)
Total skor COPT 6
11.30
2. Mengkaji reaksi non-verbal ( kegilisahan, refeks pupil) Yohana
S:-
12.00
O: pasien terlihat gelisah, refleks pupil dilatasi 6/6
3. Memonitor TTV
S:-
O:
TD : 80/60 mmHG Yohana
N : 115x/ menit
12.30
RR : 13x/ menit
4. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (suhu
ruangan, kebisingan, pencahayaan).
S :-
O : pengontrolan cahaya dan suhu runagan sudah sesuai Yohana
satandar ddi ruang ICU, serta mengontrol kebisingan
ruangan
13.30
E:
71
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
S: -
O : Pasien terlihat gelisah, dilatasi pupil masih terjadi 6/6
Yohana
TD : 80/60 mmHG
N : 115x/ menit
RR : 13x/ menit
A : masalah keperawatan belum teratasi
P : 1,2,3,5,6,7
72
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
S:- Yovita
O: Pasien sudah diberikan posisi semi fowler
09.45
E:
S: -
O:
- Tinkat kesadaran E1 M1 V:tidak terkaji pasien Yovita
menggunakan ETT
10.00 - Terdapat suara tambahan (Ronchi)
- Pasien terpasang ETT
- Pasien terpasang ventilator
Yovita
Defisit perawatan diri 01 Desember Implementasi :
2020 1. Mengidentifikasi jenis bantuan yang
10.10 Dibutuhkan pasien.
S:-
O : Pasien terpasang ventilator
Pasien Lemah dan perlu bantuan dalam perawatan diri
10.30 2.Monitor Kebersihan tubuh pasien
S:-
73
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
O : Bau badan pasien tidak sedap
Pasien tanpak kotor
11.00 3. Menyediakan peralatan mandi (sabun,
sikat gigi, sampho, kom air)
E
13.40 S:. -
O: Pasien wangi, tampak bersih dan segar
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dianjutkan 1,2,3,
CP 2
74
terpasang ETT dengan posisi di mulut sebelah kanan, tekanan
ETT 25 cm H2O, kedalam ETT 21 cm, fiksasi bersih, saturasi
oksigen 98%, ronchi di seluruh lapang paru, pola napas regular,
tidak ada retraksi dinding dada, posisi pasien semi fowler, Rani
dilakukan tindakan suction dengan jumlah dahak ±5cc, dahak
encer, berwarna putih, tidak berbau
A: Bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi Rani
P: Lanjutkan intervensi manajemen jalan napas (1, 2, 3, 4, 5),
manajemen jalan napas buatan (1, 2, 3, 4, 5), manajemen
ventilasi mekanik (2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11)
Rani
I:
1. Berkolaborasi pemilihan mode ventilator
S: -
O: mode ventilator PSIM 12, PEEP 5, FiO2 40%
07.50
Rani
2. Memonitor efek ventilator terhadap status oksigenasi
S: -
O: saturasi oksigen 98%
75
O: posisi pasien semi fowler dengan elevasi 45o
Rani
76
Rani
9. Memonitor tekanan balon ETT
S: -
O: tekanan balon kateter 25cm H2O
Rani
11. Mengganti fiksasi ETT
S: -
O: fiksasi ETT bersih
77
14. Melakukan penghisapan lendir
S: - Rani
O: dilakukan penghisapan lendir melalui ETT
menggunakan suction portable dan menggunakan kanul
suction nomor 10
78
S: -
11.30 O: pasien dapat menerima bantuan pernapasan mekanik
ventilator
S: -
11.50
O: mode ventilator PSIMV 12, PEEP 5, FiO2 40%, respirasi:
12x/menit (on ventilator), 24x/menit (on monitor ICU),
terpasang ETT dengan posisi di mulut sebelah kanan, tekanan
ETT 25 cm H2O, kedalam ETT 21 cm, fiksasi bersih, saturasi
12.00
oksigen 98%, ronchi di seluruh lapang paru, pola napas regular,
tidak ada retraksi dinding dada, posisi pasien semi fowler,
dilakukan tindakan suction dengan jumlah dahak ±5cc, dahak
13.30 encer, berwarna putih, tidak berbau
A: Bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi Rani
79
P: Lanjutkan intervensi manajemen jalan napas (1, 2, 3, 4, 5),
manajemen jalan napas buatan (1, 2, 3, 4, 5), manajemen
ventilasi mekanik (2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11)
Penurunan curah 02 Desember 2020 S: -
jantung 07.30 O:
- Nadi 110 x/menit Ira
- Gambaran EKG: sinus takikardi
- TD: 76/59 mmHg
- Capillary refill: > 3 detik
A: Masalah keperawatan belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6
I:
08.00 1. Memposisikan pasien semi-Fowler.
S: -
O: posisi pasien semi-Fowler
Ira
08.30 2. Memonitor tekanan darah pasien.
S: -
O: TD = 80/63 mmHg, manset terpasang di lengan kiri, 3
80
cm dari atas nadi brachialis, menggunakan tensimeter Ira
08.35 digital.
3. Memonitor saturasi oksigen.
S: -
08.40 O: SPO2 = 96%
4. Memonitor irama dan frekuensi jantung. Ira
S: -
O:
- Irama jantung: sinus takikardi
09.00 - Frekuensi jantung: 110 x/menit
5. Memberikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
Ira
oksigen >94%.
S: -
O:
- Pasien terpasang ventilator
12.00 - Mode ventilator: PSIMV 12, Peep 5, FiO2 40%
Ira
6. Memberikan obat dobutamine 2 mg
S: -
81
13.30 O: diberikan melalui IV
E:
S: -
O: Ira
- Nadi 110 x/menit
- Gambaran EKG: sinus takikardi
- TD: 80/63 mmHg
- Capillary refill: > 3 detik
A: Masalah keperawatan belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6
Risiko perfusi 02 Desember 2020 S: -
serebral tidak efektif 08.00 O:
- Tingkat kesadaran soporo coma dengan GCS E:1 V:
April
Tidak dapat dikaji, M: 1
- TD: 76/60 mmHg
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4
09.05 I
82
1. Memonitor tanda dan gejala peningkatan TIK pada pasien
S: -
O:
April
- Tingkat kesadaran soporo coma dengan GCS E:1 V:
Tidak dapat dikaji, M: 1
- Tekanan darah: 76/60 mmHg
- Nadi: 123 x/menit
- Terlihat pasien tidak muntah proyektil
09.15
2. Memberikan posisi semi fowler kepada pasien
S: -
O: Pasien terlihat tidak gelisah, pasien terlihat tenang
09.30 April
3. Menjelaskan kepada keluarga tujuan dan prosedur tindakan
yang diberikan
S: Keluarga pasien mengatakan bahwa ia mengerti dengan
tujuan dan prosedur tindakan yang dijelaskan oleh perawat.
O: Keluarga pasien terlihat tidak kebingungan April
83
10.00
4. Memberikan cairan infus manitol 125 cc/6 jam
S: -
O: - Pasien terlihat tenang dan tidak gelisah
14.00
April
E
S: -
O:
- Tingkat kesadaran soporo coma dengan GCS E:1 V:
April
Tidak dapat di kaji, M: 1
- Tekanan darah: 75/60 mmHg
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan 1, 2, 4
Hipertermia 02 Des 2020 S: -
10.00
O:
- Suhu: 39,1o C
- Nadi 120X/menit yunus
10.30 - Terpasang infus RL 500 cc
84
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan 1,2,3,4
11.00
I:
1. Memonitor suhu tubuh
S: - yunus
11.20 O: suhu: 39,1oC
85
13.10 - Suhu: 39,1o C
- Nadi 120X/menit
- Terpasang infus RL 500 cc
yunus
A: Masalah belum teratasi
13.30
P: intervensi dilanjutkan 1,2,3,4
I
Yohana
86
08.00 1. Kaji reaksi non-verbal ( kegilisahan, refeks pupil)
S:-
O : pasien gelisah, refleks pupil 5/5
Yohana
2. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (suhu
08.10
ruangan, kebisingan, pencahayaan).
S :-
O : pengontrolan cahaya dan suhu runagan sudah sesuai
satandar ddi ruang ICU, serta mengontrol kebisingan
ruangan
3. Monitor TTV
11.30 S:- Yohana
O:
TD : 80/60 mmHG
N : 115x/ menit
RR : 13x/ menit
87
Vokaliasi skor (1)
Ketegangan otot skor (1)
Total skor COPT 6
13.30 Yohana
E:
S: -
O : Pasien terlihat gelisah, dilatasi pupil masih terjadi 5/5
TD : 95/65 mmHG
N : 100x/ menit
RR : 15x/ menit
A : masalah keperawatan belum teratasi
P : 1,2,3,5,6,7
Risiko aspirasi 02 Desember 2020 S: -
O:
09.00 - Tinkat kesadaran E1 M1 V: tidak terkaji pasien
menggunakan ETT Yovita
- Terdapat suara tambahan (Ronchi)
- Pasien terpasang ETT
- Pasien terpasang ventilator
88
- Tinkat kesadaran E1 M1 V:tidak terkaji pasien
menggunakan ETT
09.30 2. Memonitor bunyi nafas pasien
S:-
O: Masih terdapat suara nafas tambahan (Ronchi) Yovita
3. Memberikan makan dalam ukuran kecil dan lunak
09.45 S:-
O: Pasien terpasang NGT
Pasien diberikan makan lunak lewat selang NGT
E:
S: -
O: Yovita
- Tinkat kesadaran E1 M1 V:tidak terkaji pasien
menggunakan ETT
10.00 - Masih terdapat suara tambahan (Ronchi)
- Pasien masih terpasang ETT
- Pasien masih terpasang ventilator
89
A. Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan 1,2,3,
I:
09.05
1. Mengidentifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan pasien .
O:
- Pasien terlihat dibantu pada saat melakukan
Cola
mobilisasi.
- Pasien terlihat dibantu pada saat makan menggunakan
sonde
- Pasien masih dibantu saat mau mandi
09.15 2. Monitor Kebersihan tubuh pasien.
O : Pasien wangi tidak berbau dan tanpak segar
10.00 3. Menyediakan peralatan mandi (sabun, sikat gigi, sampho, kom
air)
E
13.30 S:.
O:
- Pasien terpasang ventilator
- Pasien terlihat berbaring di tempat tidur.
90
A. Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan 1,3,
CP 3
91
Masalah Tanggal Perkembangan Tanda Tangan
Keperawatan & Jam
Bersihan jalan napas 03 Desember 2020 I:
07.30 1. Berkolaborasi pemilihan mode ventilator
S: -
O: mode ventilator PSIM 12, PEEP 5, FiO2 40% Rani
2. Memonitor efek ventilator terhadap status oksigenasi
S: -
O: saturasi oksigen 98%
92
S: - Rani
O: tekanan balon kateter 25cm H2O
93
combivent 2,5 ml
S: -
O: obat diberikan melalui nebulizer, pasien tenang saat Rani
11.00 dilakukan nebu
94
O: sputum ±5cc, encer, warna putih, tidak berbau
S: -
Rani
12.00 O: mode ventilator PSIMV 12, PEEP 5, FiO2 40%, respirasi:
95
12x/menit (on ventilator), 24x/menit (on monitor ICU),
terpasang ETT dengan posisi di mulut sebelah kanan, tekanan
13.30 ETT 25 cm H2O, kedalam ETT 21 cm, fiksasi bersih, saturasi
oksigen 98%, ronchi di seluruh lapang paru, pola napas regular,
Rani
tidak ada retraksi dinding dada, posisi pasien semi fowler,
dilakukan tindakan suction dengan jumlah dahak ±5cc, dahak
encer, berwarna putih, tidak berbau
A: Bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi manajemen jalan napas (1, 2, 3, 4, 5),
manajemen jalan napas buatan (1, 2, 3, 4, 5), manajemen Rani
ventilasi mekanik (2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11)
96
- Gambaran EKG: sinus takikardi
- TD: 80/60 mmHg
- Capillary refill: > 3 detik
A: Masalah keperawatan belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6
I:
08.00 1. Memposisikan pasien semi-Fowler.
S: - Ira
O: posisi pasien semi-Fowler
08.30 2. Memonitor tekanan darah pasien.
S: -
O: TD = 90/60 mmHg, manset terpasang di lengan kiri, 3
cm dari atas nadi brachialis, menggunakan tensimeter
Ira
08.35 digital.
3. Memonitor saturasi oksigen.
S: -
08.37 O: SPO2 = 96%
4. Memonitor irama dan frekuensi jantung.
97
S: - Ira
O:
- Irama jantung: sinus normal
08.40 - Frekuensi jantung: 100 x/menit Ira
5. Memberikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen >94%.
S: -
O:
- Pasien terpasang ventilator
12.00 - Mode ventilator: PSIMV 12, Peep 5, FiO2 40%
Ira
6. Melakukan kolaborasi pemberian obat dobutamin 2 mg
S: -
O: diberikan melalui IV.
13.30 E:
S: -
O:
Ira
- Nadi 100 x/menit
98
- Gambaran EKG: sinus normal
- TD: 90/60 mmHg
- Capillary refill: > 3 detik
A: Masalah keperawatan belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6
Risiko perfusi 03 Desember 2020 S: -
serebral tidak efektif 08.00 O:
- Tingkat kesadaran soporo coma dengan GCS E: 2 V:
April
Tidak dapat dikaji, M: 1
- TD: 77/65 mmHg
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan 1, 2, 4
09.05 I
1. Memonitor tanda dan gejala peningkatan TIK pada pasien
S: - April
O:
- Tingkat kesadaran soporo coma dengan GCS E:2 V:
Tidak dapat dikaji, M: 1
99
- Tekanan darah: 77/65 mmHg
- Nadi: 120 x/menit
09.15 - Terlihat pasien tidak muntah proyektil
2. Memberikan posisi semi fowler kepada pasien
April
S: -
O: Pasien terlihat tidak gelisah, pasien terlihat tenang
09.30
3. Memberikan cairan infus manitol 125 cc/6 jam
April
S: -
O: - Pasien terlihat tenang dan tidak gelisah
14.00
E
S: - April
O:
- Tingkat kesadaran soporo coma dengan GCS E:2 V:
Tidak dapat di kaji, M: 1
- Tekanan darah: 78/65 mmHg
A: Masalah belum teratasi
100
P: Intervensi dilanjutkan 1, 2, 4
Hipertermia 03 Des 2020 S: -
10.00 O:
- Suhu: 39,1o C yunus
- Nadi 120X/menit
- Terpasang infus RL 500 cc
A: Masalah belum teratasi
11.20 P: intervensi dilanjutkan 1,2,4
I:
yunus
1. Memonitor suhu tubuh
S: -
O: suhu: 39,1oC
101
E:
13.00 S: - yunus
O:
- Suhu: 39,1o C
13.10 - Nadi 120X/menit
- Terpasang infus RL 500 cc
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi 1,2,4 yunus
102
A : Masalah keperawatan belum teratasi
P : Lanjutkan tindakan keperawatan 1,2,3,5,6,7
I
1. Kaji reaksi non-verbal ( kegilisahan, refeks pupil)
08.00 Yohana
S:-
O : pasien gelisah, refleks pupil 4/4
3. Monitor TTV
S:-
11.30
O:
TD : 100/60 mmHG Yohana
N : 100x/ menit
RR : 14x/ menit
103
ekspresi wajah skor (2) Yohana
Gerakan tubuh skor (1)
Gerakan tubuh skor (1)
Kepatuhan pemasangan skor (1)
Vokaliasi skor (1)
Ketegangan otot skor (1)
Total skor COPT 6
13.30
E:
S: - Yohana
O : Pasien terlihat gelisah, dilatasi pupil masih terjadi 4/4
TD : 100/60 mmHG
N : 100x/ menit
RR : 14x/ menit
A : masalah keperawatan belum teratasi
P : lanjutkan tindakan keperawatan 1,2,3,5,6,7
104
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
I:
1. Memonitor tingkat kesadaran pasien
10.15 S:-
O: -Tinkat kesadaran E1 M1 V:tidak terkaji pasien
menggunakan ETT Yovita
2. Memonitor bunyi nafas pasien
S:-
O: Masih terdapat suara nafas tambahan (Ronchi)
10.30 3. Memberikan makan dalam ukuran kecil dan lunak
S:-
O: Pasien masih terpasang NGT Yovita
Pasien diberikan makan lunak lewat selang NGT
10.45
E:
S: -
O: Yovita
- Tinkat kesadaran E1 M1 V:tidak terkaji pasien
menggunakan ETT
- Masih terdapat suara tambahan (Ronchi)
- frekuensi pernafasan 12x/menitmenit
11.00 - Pasien masih terpasang ETT
- Pasien masih terpasang ventilator
105
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
Defisit perawatan diri 03 Desember 2020 S:.
08.00
O:
Cola
- Pasien terpasang ventilator
- Pasien terlihat berbaring di tempat tidur.
A. Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan 1,3,
I:
09.05
1. Mengidentifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan pasien .
O:
- Pasien terlihat dibantu pada saat melakukan
Cola
mobilisasi.
- Pasien terlihat dibantu pada saat makan menggunakan
sonde
- Pasien masih dibantu saat mau mandi
09.15 2. Monitor Kebersihan tubuh pasien.
O : Pasien wangi tidak berbau dan tanpak segar
3. Menyediakan peralatan mandi (sabun, sikat gigi, sampho, kom
106
10.00 air)
E
S:.
13.30 O:
- Pasien terpasang ventilator
- Pasien terlihat berbaring di tempat tidur.
A. Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan 1,3,
107
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yaitu
pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis. Pengumpulan
data dapat diperoleh dari wawancara secara langsung dengan pasien,
observasi secara langsung, pemeriksaan fisik serta dari catatan
dokumentasi pasien. Tujuan pengkajian untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien dan merupakan dasar utama
dalam memberikan asuhan keperawatan.
1. Keluhan Utama
Data yang diperoleh dari hasil pengkajian pada Tn. Y dikatakan bahwa
Tn. Y mengalami penurunan kesadaran dengan GCS E1, M1, V tidak
terkaji. Menurut (Black & Hawks, 2014) tumor otak adalah suatu lesi
ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna) yang
membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau
sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Tumor otak akan
menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan neurologik
pada tumor otak disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan fokal
disebabkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intrakranial. Tanda dari
tekanan intrakranial adalah terdapat keluhan nyeri kepala di daerah
frontal dan oksipital yang timbul pada pagi hari dan malam hari,
muntah proyektil, penurunan kesadaran.
108
109
2. Riwayat Kesehatan
Data yang diperoleh dari hasil pengkajian pada Tn. Y bahwa Pasien
tidak memiliki riwayat penyakit masa lalu namun saat muncul gejala
nyeri kepala 7 bulan yang lalu, pasien sempat menghentikan
pengobatan dan kontrol ke Dokter karena sudah mengkonsumsi obat
110
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pernafasan (breath)
Data senjang yang diperoleh dari pengkaian pernafasan yaitu RR
12x/menit (on ventilaror), suara nafas tambahan ronchi, dan
terdapat penumpukan bayak secret. Menurut Nurarif dan Kusuma
(2015) hasil pengkajian pada pasien dengan tumor kepala adalah
bentuk dada normal, pola nafas : takipnea, suara napas : vesikuler,
terjadi sesak nafas, batuk tidak ada, terdapat retraksi otot bantu
pernafasan. Bersadarkan temuan teori dan kasus didapatkan
perbedaan data yang berbeda dengan teori yaitu pertama adalah
suara nafas tambahan ronchi. Suara nafas tambahan ronchi bisa
muncul karena Tn.Y mengalami penurunan kesadaran sehingga
112
b. Blood (kardiovaskuler)
Data senjang yang diperoleh dari pengkajian kardiovaskuler adalah
TD 75/58 xmenit, MAP 63,3, Nadi 120x/menit dengan irama sinus
takikardi, Capilary Refill > 3 detik. Menurut Nurarif dan Kusuma
(2015) hasil pengkajian kardiovaskuler pada pasien dengan tumor
kepala adalah Irama jantung : irregular, tidak terdapat nyeri dada,
tidak ada bunyi jantung tambahan, bradikardi, tekanan darah
meningkat. Bersadarkan temuan teori dan kasus didapatkan
perbedaan data dengan teori yaitu normotensi. Berdasarkan
tinjauan teori orang yang mengalami tumor otak akan mengalami
peningkatan tekanan intra kranial yang diiringi dengan peningkatan
tensi akibat penigkatan jumlah cairan serebrospinal di dalam otak.
Berdasakan tinjaukan kasus pasien bisa mengalami normotensi
sebabkan karena kemungkinan pasien mengalami penurunan curah
jantung yang mengakibatkan suplai darah tidak adekuat dan akan
mestimulus jantung untuk bekerja lebih keras sehingga tubuh
melakukan kompensasi untuk meningkatkan denyut nadi.
113
c. Brain (persyarafan)
Data senjang yang diperoleh dari pengkajian persyarafan adalalah
dilatasi pupil 6/6, tidak ada refleks pada cahaya, kesadaran
menurun. Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) hasil pengkajian
persyarafan pada pasien dengan tumor kepala adalah pusing, nyeri
kepala, kejang, penurunan memori, penurunan penglihatan, diplopia,
tidak ada refles cahaya pendegaran bisa terganggu jika mengenai
lobus temporal, penurunan penghiduan, penurunan indra pengecap
(parathesia atau anasthesia), penurunaan kemampuan bicara,
kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kelemahan atau paraliysis
genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya refleks tendon,
edema papil hemiplegia, bisa terjadi penurunan kesadaran
kesadaran dan koma, perubahan perilaku dan emosional, dan
penurunan reflex patologis. Bersadarkan temuan teori dan kasus
didapatkan persamaan data yaitu pasien mengalami penurunan
kesadaran, tidak ada refleks pada cahaya, dan dilatasi pupil.
Dilatasi pupil yang terjadi pada pasien bisa disebabkan oleh
peningkatan TIK, tubuh gagal untuk melakukan kompensasi
sehingga terjadi statis vena serebral, kemudian akan mengakibatkan
adanya obstruksi sistem serebral dan obtruksi drainase vena ke
retina.
d. Bowel (perkemihan)
Data senjang yang diperoleh dari pengkajian perkemihan adalah
urine output 100cc/ 7jam (oliguria). Urine output pasien sedikit
disebabkan karena tekanan darah pasien rendah / nomo tensi.
Keadaan tekanan darah rendah pada pasien ini akan mengakibatkan
regulasi cairan pada tubuh akan menurun sehingga urin yang
dikeluarkan tubuh juga akan sedikit.
114
4. Pemeriksaan penunjang
Menurut Black dan Hawks (2014) menyatakan jika diduga ada tumor
intracranial maka dapat dilakukan pemeriksaan nonivasif yaitu: CT
Scan (Computerized Tomography Scan), MRI (Magnetic Resonance
Imaging), EEG (Elektroensefalogram), biopsy, pemindaian PET
(Positron Emission Tomography). Selain pemeriksaan tersebur juga
dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu: darah lengkap, hemostasis,
fungsi hati & ginjal, serologi hepatitits B dan C, Elektrolit lengkap.
B. Diagnosis Keperawatan
C. Intervensi
Penentuan intervensi keperawatan dalam asuhan keperawatan ini
menggunakan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi
1 Cetakan II. Pada kasus rencana tindakan sudah berdasarkan 4 kriteria
tindakan yaitu: observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi. Rencana
tindakan yang dilakukan pada diagnosis:
118
Perawatan Jantung
a. Monitor tekanan darah pasien.
b. Monitor saturasi oksigen.
c. Monitor irama dan frekuensi jantung.
d. Posisikan pasien semi-Fowler.
e. Berikan oksigen untuk memertahankan saturasi oksigen > 94%.
f. Kolaborasi pemberian antiaritmia.
3. Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan faktor resiko
tumor otak.
a. Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah
meningkat, tekanan nadi meningkat, tingkat kesadaran menurun
dan muntah proyektil).
b. Berikan posisi semi fowler
c. Jelaskan kepada keluarga tujuan dan prosedur tindakan yang
diberikan.
d. Kolaborasi pemberian diuretic osmosis.
4. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit .
a. Monitor suhu tubuh
b. Lakukan kompres hangat pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
c. Anjurkan tirah baring
d. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
5. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor
a. Identifikasi skala nyeri dengan COPT
b. Kaji reaksi non-verbal ( kegilisahan, refeks pupil)
c. Monitor TTV
d. Berikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(musik)
e. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (suhu ruangan,
kebisingan, pencahayaan).
f. Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri pada pasien / keluarga
120
D. Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tahap
pelaksanaan ini merupakan realisasi dari rencana keperawatan yang
telah disusun yang pelaksanaannya dipengaruhi oleh kebutuhan pasien,
persiapan perawatan, sarana pendukung dan lingkungan. Tindakan
yang penulis laksanakan yaitu tindakan observasi, keperawatan
mandiri, pendidikan kesehatan dan kolaborasi. Seluruh perencanaan
dari setiap diagnosis yang telah ditentukan, seluruhnya dapat
dilaksanakan dengan baik tanpa ada hambatan. Respon dari tindakan
yang telah diberikan didokumentasikan secara keseluruhan untuk
kepentingan dari aspek hukum. Tindakan keperawatan yang dapat
121
E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan penulis dengan menilai perkembangan atau perubahan
kondisi klien dengan membandingkan keadaan sebelum dan sesudah
ilakukan tindakan keperawatan. Evaluasi keperawatan dinilai sesuai dngan
tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan pada rencana :
1. Bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang tertahan
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam didapatkan data
subjektif tidak ada, dan data objektif yaitu mode ventilator PSIMV
12, PEEP 5, FiO2 40%, respirasi: 12x/menit (on ventilator), 24x/menit
(on monitor ICU), terpasang ETT dengan posisi di mulut sebelah
kanan, tekanan ETT 25 cm H2O, kedalam ETT 21 cm, fiksasi bersih,
saturasi oksigen 98%, ronchi di seluruh lapang paru, pola napas
regular, tidak ada retraksi dinding dada, posisi pasien semi fowler,
dilakukan tindakan suction dengan jumlah dahak ±5cc, dahak encer,
berwarna putih, tidak berbau Hal tersebut menandakan bahwa
diagnosis pertama belum teratasi sehingga tindakan dilanjutkan oleh
perawat diruangan.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
123
didapatkan data subjektif tidak ada, dan data objektif yaitu -Nadi 120
x/menit Irama jantung: sinus takikardi, Tekanan darah 74/58 mmHg,
CRT > 3 detik. Hal tersebut menandakan bahwa diagnosis kedua
belum teratasi sehingga tindakan perlu dilanjutkan oleh perawat
diruangan.
3. Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan faktor resiko
tumor otak. setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
didapatkan data subjektif tidak ada, dan data objektif yaitu Tingkat
kesadaran soporo coma dengan GCS E:2 V: Tidak dapat di kaji, M: 1
Tekanan darah: 78/65 mmHg. Hal tersebut menandakan bahwa
diagnosis ketiga belum teratasi dan perlu dilanjutkan oleh perawat
ruangan.
4. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam didapatkan data subjektif tidak
ada, dan data objektif yaitu - Suhu: 39,1o C Nadi
120X/menit Terpasang infus RL 500 cc. Hal tersebut menandakan
bahwa diagnosis ketiga belum teratasi dan perlu dilanjutkan oleh
perawat ruangan.
5. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam didapatkan data subjektif tidak
ada, dan data objektif yaitu Pengkajian TD : 100/60 mmHG N :
100x/ menit RR: 14x/ menit. Hal tersebut menandakan bahwa
diagnosis kelima belum teratasi dan perlu dilanjutkan oleh perawat
ruangan.
6. Resiko Aspirasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam didapatkan data subjektif tidak ada, dan data objektif yaitu
Tingkat kesadaran E1 M1 V:tidak terkaji pasien menggunakan ETT
Masih terdapat suara tambahan (Ronchi) frekuensi pernafasan
12x/menitmenit Pasien masih terpasang ETT Pasien masih terpasang
124
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan pada pasien Tumor Otak yang dikelola
oleh kelompok selama 3 hari, kelompok dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut: kelompok melakukan pengkajian keperawatan pada pasien sehingga
mendapatkan data senjang. Kelompok merumuskan diagnosis keperawatan
berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) yang muncul
pada pasien yaitu, penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
frekuensi jantung, risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan
faktor resiko tumor otak, hipertermia berhubungan dengan proses penyakit,
nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor, risiko aspirasi dibuktikan
dengan faktor risiko penurunan tingkat kesadaran, defisit perawatan diri
berhubungan dengan gangguan neuromuskuler. Kelompok menyusun
intervensi keperawatan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI) sesuai dengan diagnosis yang muncul pada pasien.
Kelompok melakukan implementasi keperawatan dan evaluasi terkait
tindakan keperawatan selama 3 hari, didapatkan hasil evaluasi bahwa dari
keenam diagnosis yang muncul pada pasien belum teratasi sehingga
intervensi keperawatan tetap dilanjutkan.
B. Saran
1. Bagi STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta
Hasil laporan ini dapat menjadi masukan serta tambahan referensi terkait
asuhan keperawatan medikal bedah pada pasien Tumor Otak di Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta.
126
127
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat memanfaatkan waktu yang telah diberikan
dengan efektif dan efisien untuk melakukan asuhan keperawatan.
Mahasiswa juga diharapkan secara aktif untuk membaca dan
meningkatkan keterampilan serta menguasai kasus yang diambil untuk
mendapatkan hasil asuhan keperawatan yang komprehensif.
3. Bagi Perawat
Perawat diharapkan mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien serta memakai alat pelindung diri untuk mencegah terjadinya resiko
infeksi dan infeksi nosokomial pada pasien di ruang di Ruang ICU.
Perawat diharapkan melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
SOP yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC
Klik Dokter. 2018. Tumor Otak. Diakses pada: 30 November 2020 dari
https://www.klikdokter.com/penyakit/tumor_otak#komplikasi
Satyanegara. 2018. Ilmu Bedah Saraf Satynegara Edisi VI. Jakarta: PT.
SinarSurya MegahPerkasa.
Sari, Widayarti, Wahyuni. (2016). Karakteristik Klinik dan Hispatologi Tumor Otak
di Rumah Sakit Bandar Lampung. Diakses pada tanggal 2 Desember
2020 dari
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/243/24
1
Tortora, G. J., & Derrickson, B. H., (2012). principles of anatomy and physiology.
USA: Biological Science Textbooks, Inc.
128