Anda di halaman 1dari 14

STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA

STUDI DESKRIPTIF MASALAH PERILAKU EMOSIONAL

PADA ANAK USIA PRASEKOLAH PASCA GEMPA DAN

TSUNAMI DI HUNTARAN BALAROA

KOTA PALU SULAWESI TENGAH

TAHUN 2020

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Keperawatan

ELVIRA KRISTANTI TORIDU


1803054

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA 2020
STUDI DESKRIPTIF MASALAH PERILAKU EMOSIONAL PADA ANAK
USIA PRASEKOLAH PASCA GEMPADAN TSUNAMI
DI HUNTARAN BALAROAKOTA PALU
SULAWESI TENGAHTAHUN 2020
1 2
Elvira K Toridu Ignasia Yunita Sari

ABSTRAK

Elvira K Toridu. “Studi deskriptif masalah perilaku emosional pada anak


prasekolah pasca gempa dan tsunami di Huntaran Balaroa Kota Palu Sulawesi
Tengah”.
Latar Belakang : Bencana alam gempa dan tsunami akan menimbulkan trauma
psikologis. Trauma psikologis akan menimbulkan masalah psikologis terutama
perilaku emosional pada anak-anak sehingga perlu adanya deteksi dini untuk
mengetahui gambaran masalah perilaku emosional pada anak.
Tujuan Penelitian :Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran masalah
perilaku emosional pada anak prasekolah pasca gempa dan tsunami di Huntaran
Balaroa
Metode Penelitian :Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Populasi
dalam penelitian ini 60 orang.Teknik pengambilan sampel menggunakan
accidental sampling denganjumlah sampel 36 responden.Alat ukur yang
digunakan adalah kuesioner masalah perilaku emosional (KMPE) di analisis
dengan univariat.
Hasil Penelitan : Hasil deteksi dini masalah perilaku emosional pada anak
prasekolah pasca gempa dan tsunami 30 respoden (83,3%) mengalami masalah
perilaku, 26 responden (72,2%) mengalami masalah emosional dan 31
responden (86,1%) mengalami masalah perilaku emosional.
Kesimpulan :Sebagian besar anak prasekolah pasca gempa dan tsunami
mengalami masalah perilaku, masalah emosional dan masalah perilaku
emosional.
Saran :Bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan masalah perilaku pada anak prasekolah pasca gempa dan
tsunami.
Kata Kunci : Masalah perilaku emosional, Anak Prasekolah, Pasca Gempa dan
Tsunami.
xvii + 87 hal+10 tabel + 11 lampiran + 2 skema
Kepustakaan : 48, 2009 - 2019

1
Mahasiswa S-1 Keperawatan, STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta
2
Dosen Prodi Studi Sarjana Keperawatan, STIKES Bethesda Yakkum
Yogyakarta
DESCRIPTIVE STUDY OF EMOTIONAL BEHAVIOR PROBLEMS
IN CHILDREN IN POST-EARTHQUAKE AND TSUNAMI
PROSECOLAH IN HUNTARAN BALAROA
KOTA PALUCENTRAL
SULAWESI IN 2020
1 2
Elvira K Toridu Ignasia Yunita Sari

ABSTRACT

Elvira K Toridu. "A Descriptive Study Of Emotional Behavioural Problems in


Post-Earthquake and Tsunami of Preschooler in Huntaran Balaroa City Central
Sulawesi Palu".

Background: Natural disasters of earthquakes and tsunami cause psychological


trauma. Psychological Trauma will cause psychological problems especially
emotional behavior in children, so there is an early detection to figure out the
problem of emotional behavior in children.

Objectives:To determine the problem of emotional behavior in the post-


earthquake and tsunami in Huntaran Balaroa

Methods: The design of the research was descriptive. The population in this
study was 60 people. Sampling techniques use accidental sampling with a
sample of 36 respondents. The measuring instrument a questionnaire for
emotional behavior Problems (KMPE) analyzed with Univariat.

Results:Early detection result of emotional behavior in post-earthquake and


tsunami show 30 respodents (83.3%) have Izsues of behavior, 26 respondents
(72.2%) have emotional problems and 31 respondents (86.1%) experience
emotional behavior problems.

Conclusion:Most preschoolers are experiencing behavioral problems, emotional


problems and emotional behavioral problem post earthauake and tsunami.
Suggestion: Farther researchers can conduet research on factors related to
behavioral issues in children post-earthquake and tsunami.
Keywords: Problems of emotional behavior, preschool children, post-earthquake
and tsunami.
XVII + 87 pages + 10 tables + 11 appendices + 2 schemas
Bibliography: 48, 2009-2019

1
Srudent of Bechelor of nursing, BethesdaInstitute for Health Sciences
2
Lecturers at Nursing Program,Bethesda Institute for Health Sciences
PENDAHULUAN
Bencana adalah peristiwa yang mengancam dan menggangu kehidupan dan
1
penghidupan masyarakat . Sebuah survey setelah peristwa bencana sebagian
besar populasi korban tetap memiliki reaksi psikologis yang normal, sekitar 15-
20% akan mengalami gangguan perilaku ringan atau sedang yang merujuk pada
kondisi (Post Traumatic Stres Disorder (PTSD). Sementara 3-4% akan
mengalami gangguan berat seperti psikosis, depresi berat dan kecemasan yang
2.
tinggi September 2018 pukul 18.02 waktu indonesia tengah (WITA) terjadi
gempa bumi berkekuatan 7.4 skala richter (SR) diikuti dengan tsunami dan
3
likuefaksi yang melanda Kota Palu dan sekitarnya .
Dampak dari Gempa dan tsunami akan menimbulkan masalah kesehatan bukan
1
hanya masalah kesehatan fisik tetapi juga masalah psikologis . Anak merupakan
salah satu kelompok usia yang rentan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh
gempa dan tsunami baik secara fisik maupun. Dampak yang dapat terjadi pada
anak yang mengalami gangguan perilaku dan emosional yaitu anak menjadi
tidak percaya diri, tidak berkarakter, kurang terampil, lebih agresif, lebih mudah
marah, dan kesepian, akibat dari dampak tersebut akan menghambat
5
perkembangan perilaku emosional anak .
Studi pendahuluan yang peneliti lakuan kedua kali dari Koordinator Huntaran
Balaroa tanggal 04 Oktober 2019 jumlah anak prasekolah sebanyak 60 orang.
Hasil wawancara dengan 8 orang orang tua yang berada di Huntaran Balaroa
dengan memberikan pertanyaan “apakah anak anda mudah marah, menangis,
takut dan cemas yang berlebihan?” terdapat enam orang tua anak dengan
keluhan bahwa anak sering marah tanpa alasan, perasaan ketakutan berlebihan,
dan sering menangis. Dua orang tua anak mengeluh anaknya tidak mau
berpisah dengan orang tuanya, kebinggungan, sering terbangun di malam hari.
METODE
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan desain deskriptif. Penelitian ini
dilakukan di Huntaran Balaroa Kota Palu Sulawesi Tengah pada tanggal 01
Januari–06 Januari 2020. Pengambilan sampel menggunakan Accidental
sampling dengan jumblah sampel 36 responden. Alat ukur yang digunakan
dalam penelitian Kuesioner Masalah Perilaku Emosional (KMPE).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
a. Karakteristik Orang Tua
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Karakteristik Orang Tua di Huntaran Balaroa
Kota Palu Sulawesi Tengah
No Karakteristik Kategori Frekuensi (n) Presentasi (%)
1 17 – 25 Thn 9 25, 0 %
26 – 35 Thn 17 47, 2 %
Usia 36 – 45 Thn 9 25, 0 %
46 – 55 Thn 1 2, 8 %
Total 36 100, 0 %
2 Jenis kelamin Laki-laki 7 19, 4 %
Perempuan 29 80, 6 %
Total 36 100, 0 %
SD 2 5, 6 %
Pendidikan SM P 9 25, 0 %
3 SMA 20 55, 6 %
PT 5 13, 9 %
Total 36 100, 0 %
IRT 21 58, 3 %
4 Pekerjaan PNS 1 2, 8 %
Wiraswasta 14 38, 9 %
Total 36 100, 0 %
Data Primer, Teroleh 2020
b. Karakteristik Anak
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Karakteristik Anak di Huntaran Balaroa Kota Palu
Sulawesi Tengah

No Karakteristik Kategori Frekuensi (n) Presentasi (%)


1 3 tahun 13 36, 1 %
4 tahun 10 27, 8 %
Usia 5 tahun 8 22, 2 %
6 tahun 5 13, 9 %
Total 36 100, 0 %
2 Jenis kelamin Laki-laki 14 28, 9 %
Perempuan 22 61, 1 %
Total 36 100, 0 %
3 Sibling/Jumlah Ada 29 80, 6 %
saudara Tidak Ada 7 19, 4 %
Total 36 100, 0 %
4 Kehilangan Ada 19 52, 8 %
saudara ketika Tidak ada 17 47, 2 %
gempa dan
tsunami
Total 36 100, 0 %
Sumber :Data primer teroleh, 2020
c. Masalah Perlaku Emosional
1) Masalah perilaku
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masalah Perilaku Pada Anak
Prasekolah Menggunakan Kusioner KMPE Di Huntaran Balaroa Kota
Palu Sulawesi Tengah

No Kategori Frekuensi(n) Presentase (%)


1 Ada masalah perilaku 30 83, 3 %
2 Tidak ada masalah 6 16, 7 %
perilaku
Jumlah 36 100, 0 %
Sumber :Data primer teroleh, 2020
2) Masalah Emosional
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masalah Emosional Pada Anak
Prasekolah Menggunakan Kusioner KMPE Di Huntaran Balaroa Kota
Palu Sulawesi Tengah

No Kategori Frekuensi (n) Presentase(%)


1 Ada masalah emosional 26 71, 2 %
2 Tidak ada masalah 10 28, 8 %
emosional
Jumlah 36 100, 0 %
Sumber :Data Primer teroleh, 2020
3) Perilaku Emosional
Tabel 9
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masalah Perilaku Emosional Pada
Anak Prasekolah Menggunakan Kusioner KMPE Di Huntaran Balaroa
Kota Palu Sulawesi Tengah

No Kategori Frekuensi (n) Presentase (%)


1 Ada masalah perilaku 31 86, 1 %
emosional
2 Tidak ada masalah 5 13, 9 %
perilaku emosional
Jumlah 36 100, 0 %
Sumber :Data Primer teroleh, 2020
B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden berdasarkan umur orang tua, jenis kelamin,
pendidikan dan pekerjaan orang tua.
a. Usia
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5 karakteristik responden
diperoleh gambaran bahwa sebagian besar responden berusia dewasa
awal 26–35 tahun.Menurut Depkes (2009) dalam Utami (2012)
mengelompokan umur menjadi empat kategori yaitu remaja akhir,
dewasa awal, dewasa akhir dan masa lansia. Terkait usia dikatakan
usia dapat mempengaruhi perilaku seseorang disebabkan semakin
bertambahnya usia maka akan bertambah tingkat kedewasaannya,
dan telah banyak menyerap informasi.
b. Jenis kelamin
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5 karakteristik responden
diperoleh gambaran bahwa sebagian besar berjenis kelamin
perempuan. Menurut Rusmil, Riyadi & Sjarif (2014) menyebutkan jenis
kelamin perempuan identik dengan seorang ibu dan lebih banyak
menunggui anaknya dirumah maupun disekolah serta mengurus
anaknya di bandingkan jenis kelamin laki-laki..
c. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5 karakteristik responden
diperoleh gambaran bahwa sebagian besar responden memiliki
pendidikan SMA. Menurut Rusmil, Riyadi & Sjarif (2014) menyebutkan
tingkat pendidikan orang tua juga menjadi salah satu faktor yang
memengaruhi pola asuh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
anaknya.
d. Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5 karakteristik responden
diperoleh gambaran bahwa sebagian responden memiliki pekerjaan
ibu rumah tangga. Karena diketahui orang tua, khususnya ibu lebih
banyak menunggui anaknya. Akan tetapi berdasarkan hasil penelitian
dilihat dari masalah yang terjadi pada anak yang dicurigai mengalami
penyimpangan dan ibu bekerja sebagai IRT memiliki arti tidak mutlak
ibu yang ada dirumah akan menjamin perkembangan balita sesuai
dengan umur. Ibu yang memiliki pekerjaan IRT akan lebih memiliki
waktu untuk memperhatikan perubahan tumbuh kembang yang terjadi
pada anak khususnya anak prasekolah. Namun hal tersebut tidak
sebenarnya benar karena terkadang walaupun ibu tidak bekerja juga
6
ibu kurang fokus terhadap tumbuh kembang anaknya .
2. Karakteristik responden berdasarkan umur anak, jenis kelamin, sibling,
dan kehilangan saudara ketika gempa dan tsunami
a. Usia anak
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6 karakteristik responden
diperoleh gambaran bahwa sebagian besar anak memiliki usia 3
tahun. Usia 3 tahun anak mulai bicara dengan baik, banyak bertanya,
mendengarkan cerita cerita, menunjukkan rasa sayang terhadap
saudara-saudaranya, melaksanakan tugas sederhana dan lain
6
sebagainya . Menurut Situmorang (2016) alasan yang membuat
masalah perilaku lebih sering terjadi pada anak-anak karena pada
masa anak-anak sedang terjadi proses pembentukan kepribadian.
Usia juga memiliki peranan penting dalam perkembangan anak dan
kestabilan emosi anak, karena memiliki pengaruh terhadap perilaku
5
anak .
b. Jenis kelamin
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6 karakteristik responden
diperoleh gambaran bahwa sebagian anak memiliki jenis kelamin
perempuan. Menurut Bayer,dkk (2011) dalam Winarsih (2017)
menyebutkan salah satu faktor risiko dari gangguan perilaku dan
emosional pada anak hingga umur 5 tahun adalah jenis kelamin
perempuan. Namun hal ini tidak dijelaskan hubungan sebab akibatnya.
c. Sibling
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6 karakteristik responden
diperoleh gambaran bahwa sebagian responden memiliki
sibling.Sibling/jumlah saudara termasuk dalam faktor yang berpotensi
namun tidak berpengaruh, jumlah saudara ini masih belum jelas
8
kaitannya terhadap angka kejadian masalah perilaku dan emosional .
d. Kehilangan saudara ketika gempa dan tsunami
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6 karakteristik responden
diperoleh gambaran dari sebagian besar responden kehilangan
saudara ketika gempa dan tsunami. Reaksi setelah bencana gempa
dan tsunami akan menimbulkan trauma. Seseorang yang mengalami,
menyaksikan, atau berhadapan dengan kejadian buruk yang
menyebabkan kematian, cedera serius atau mengancam fisik diri atau
9
orang lain, ketakutan, rasa tidak ada harapan, horror .Anak-anak yang
sebelumnya telah mengalami peristiwa traumatik akan melakukan
recalling ingatannya bagaimana sebuah bencana dapat mengancam
jiwanya. Hal ini membuat anak jauh lebih beresiko mengembangkan
10
Post Traumatic Stress Diorder (PTSD) .
1. Masalah Perilaku Emosional Pada Anak Prasekolah Menggunakan
Kusioner KMPE
a. Masalah Perilaku
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 7 diperoleh gambaran bahwa
sebagian besar responden mengalami masalah perilaku sebanyak 30
responden (83, 3%).
Berdasarkan pertanyaan masalah perilaku sebagian besar jawaban Ya
ditemukan pada pertanyaan nomor 4 yang menyatakan “Apakah anak
anda lebih sering menempel / selalu minta ditemani, mudah cemas
dan percaya diri ? (seakan meminta perlindungan atau minta ditemani
pada beberapa situasi terutama ketika berada dalam situasi baru atau
ada orang yang baru dikenalkannya, mengekspresikan kecemasan
serta terlihat tidak percaya diri)” hal ini bisa terjadi karena bencana
yang dialami dapat membuat para korban menjadi trauma. Menurut
Rahmadi (2015) Trauma dapat menyebabkan perubahan perilaku
diantaranya perilaku menghindar, depresi, merasa di sisikan dan
sendiri, merasa tidak percaya diri dan di khiananti, marah dan mudah
tersinggung.
b. Masalah Emosional
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 8 karakteristik responden
diperoleh gambaran bahwa sebagian besar responden mengalami
masalah emosional sebanyak 26 responden (71, 2%).
Berdasarkan pertanyaan masalah emosional sebagian besar jawaban
Ya ditemukan pada pertanyaan nomor 2 yang menyatakan “Apakah
anak anda mudah takut atau cemas berlebihan tanpa sebab yang jelas
? (misal takut pada binatang atau benda yang tidak berbahaya, terlihat
cemas ketika tidak melihat ibu/pengasuh). Hal ini bisa terjadi karena
bencana alam gempa dan tsunami menyebabkan trauma sehingga
mempengaruhi perubahan emosional. Menurut Hatta, (2015)
Perubahan emosional akibat dari trauma anak akan mengalami Takut,
artinya anak sering memperlihatkan ketakutan kepada sesuatu yang
kadang kala tidak logis, anak sering memperlihatkan perasaan yang
menunjukkan ia bersalah sehingga suka menghindar, tidak mau
ketemu orang lain, anak sering merasa sedih, suka menagis tanpa
sebab, Panik, anak anak suka terkejut, sehingga kadang-kadang tidak
tahu berbuat apa, Phobia, anak suka takut kepada sesuatu tanpa
sebab yang jelas. Teori ini sejalan ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Purnamasari (2016) menyatakan reaksi anak
prasekolah pasca bencana yaitu Menangis, kesulitan mengidentifikasi
perasaan, ketakutan yang berlebihan, emosi dan marah, sedih,
kecemasan karena perpisahan, kecemasan dengan orang asing,
trauma dan ketakutan umum.
c. Masalah Perilaku Emosional
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 9 karakteristik responden
diperoleh gambaran bahwa sebagian besar responden mengalami
masalah perilaku emosional sebanyak 31 responden (86, 1%).
Berdasarkan pertanyaan masalah perilaku emosional sebagian besar
jawaban Ya ditemukan pada pertanyaan yang menyatakan “Apakah
anak anda mudah takut atau cemas berlebihan tanpa sebab yang jelas
? (misal takut pada binatang atau benda yang tidak berbahaya, terlihat
cemas ketika tidak melihat ibu/pengasuh). Hal ini bisa terjadi karena
bencana gempa dan tsunami menyebabkan trauma, Anak-anak yang
sebelumnya telah mengalami peristiwa traumatik akan melakukan
recalling ingatannya bagaimana sebuah bencana dapat mengancam
jiwanya sehingga menyebabkan perubahan perilaku dan emosional.
Menurut Hatta, (2015) trauma dapat menyebabkan perubahan perilaku
dan emosional diantaranya perilaku menghindar, depresi, merasa di
sisikan dan sendiri, merasa tidak percaya diri dan di khiananti, Marah
dan mudah tersinggung, ketakutan kepada sesuatu yang kadang kala
tidak logis, tidak mau ketemu orang lain, anak sering merasa sedih,
suka menagis tanpa sebab, Panik, anak suka terkejut.
Teori ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Purnamasari (2016)
mengatakan reaksi perilaku emosional anak prasekolah pasca
bencana menujukan perilaku khawatir atau gelisah, perilaku regresif,
tempertantrum dan hiperaktif, menangis, kesulitan mengidentifikasi
perasaan, emosi dan marah, ketergantungan yang berlebihan, mudah
marah, sedih, kecemasan karena perpisahan, kecemasan dengan
orang asing, trauma dan ketakutan umum. Peneliti berasumisi bahwa
sebagian besar anak mengalami masalah perilaku emosional
disebabkan karena pernah mengalami kejadian traumatik yang
menyebabkan anak mengalami perubahan perilaku dan emosional
sehingga lebih rentan mengalami masalah perilaku emosional.

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
1. Hasil penelitian menunjukan bahwa 31 responden (86, 1%) mengalami
masalah perilaku emosional.
2. Hasil penelitian menunjukan bahwa 30 responden (83, 3%) mengalami
masalah perilaku.
3. Hasil penelitian menunjukan bahwa 36 trsponden (72, 2%) mengalami
masalah emosional.
B. Saran
1. Bagi Puskesmas Balaroa
Hasil penelitian ini dapat di jadikan sumber pustaka. sebagai masukan
untuk mengoptimalkan pelayan kesehatan.
2. Bagi STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarata
Perpustakaan STIKES Bethesda dapat menabah koleksi terbaru materi-
meteri tantang masalah perilaku emosional.
3. Peneliti selanjutnya
Melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
masalah perilaku emosional pasca gempa dan tsunami.

UCAPAN TERIMA KASIH


1. Ibu Vivi Retno Intening, S.Kep., Ns., MAN, selaku Ketua STIKES Bethesda
Yakkum Yogyakarta.
2. Ibu Nurlia Ikaningtyas, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB, selaku Wakil Ketua I
Bidang Akademik STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta.
3. Bapak Isnanto, S.Kep., Ns., MAN, selaku penguji I.
4. Ibu Indah Prawesti, S. Kep., Ns., M. Kep selaku penguji II.
5. Ibu Ignasia Yunita Sari, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku pembimbing yang telah
memberikan saran dan bimbingan serta motivasi selama proses penyusunan
skripsi.
6. Orang tua, saudara dan teman-teman yang senantiasa memberikan dukungan
moral maupun material sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ramli, S. (2010). Pedoman Praktis Menejemen Bencana. Jakarta: PT Dian
Rakyat
2. Dwidiyanti, M., Hadi, I., Reza, I. W., & Hasanah, E. W. N. (2018). Gambaran
Risiko Gangguan Jiwa pada Korban Bencana Alam Gempa di Lombok Nusa
Tenggara Barat. Journal of Holistic Nursing And Health Sience Vol 1 No 2.
Diakses pada tanggal 8 Juli 2019 dari:
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/hnhs/article/view/3419
3. Data Bencana Sulawesi Tengah, (2018). Diakses pada tanggal 07 Mei 2019
dariwww.depkes.go.id/.../Update%20Data%20Bencana%20Sulawesi%20Te
ngah-7%20No.
4. Setyarini, A., Maria, M., & Any, M . (2015). Pengaruh Pemberian Asi Ekslusif
Dan Non Eksluskif Terhadap PerilakuEmosional Anak Usia 4-6 Tahun
Medica Hospitalia. Jurnal gizi indonesia Vol 4 No 1 Diakses pada tangal 03
Juli 2019 dari:https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jgi/article/view/12323
5. Aisyah, S. J.,(2015). Deteksi Dini Penyimpangan Masalah Mental Emosional
Pada Anak Pra Sekolah Dengan KMME Di Posyandu Anggrek Ponggok I
Jetis Bantul Yogyakarta. Diakses pada tanggal 03 Juli
dari:http://repository.unjaya.ac.id/89/
6. Utami, D. (2012). Masalah Perilakudan Emosional Pada Siswa SMP Kelas
Akselerasi dan Reguler: Studi Kasus di SMP Negri 2 Semarang. Skripsi
diakses pada tanggal 05 Juli 2019 dari:
https://www.neliti.com/id/publications/107008/masalah-mental-dan-
emosional-pada-siswa-smp-kelas-akselerasi-dan-reguler-studi-k
7. Rusmil, K., & Hidajat, S. (2014). Risiko Masalah Perkembangan dan Perilaku
Emosional Anak yang Diasuh di Panti Asuhan Dibandingkan dengan Diasuh
Orangtua Parents. Mkb. Mkb Vol 46 No 2 Diakses pada tanggal 24 Juni
2019 dari:http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/mkb/article/view/284
8. Maulyah, Idha. (2017). Perkembangan Mental Emosional pada Anak Umur
3-5 Tahun Ditinjau dari Sikap Orang Tua. Ejournalis Vol 1 No 2. Diakses
pada tanggal 05-Feburuari 2020 dari
http://www.ejournalaipkema.or.id/aipkema/index.php/jrki/article/download/8/7
9. Hatta, K. (2015). Peran orang Tua dalam proses pemulihan trauma.
Ejournalis Vol 1 No 2 Diakses pada tanggal 23 juni 2019 dari:
http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/equality/article/view/790
10. Taliningtyas, P.(2017) Pemulihan Trauma Terhadap Perilaku Emosi Anak
Usia Dini Pasca Bencana Tanah Longsor Di Dusun Jemblung Desa
Sampang Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara. Skripsi.
Diakses pada tanggal 06- Feburuari- 2020. Dari
https://lib.unnes.ac.id/29824/

Anda mungkin juga menyukai